28 BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Karakteristik Partisipan
29
Tabel 4.1. Karaktertistik Partisipan
Karakteristik Kategori Jumlah
Partisipan Persentase
Keterangan : *) jumlah partisipan masing-masing etnis = 1
30
mempunyai pertimbangan yang berbeda dalam membuat keputusan investasi.
4.2. Hasil Uji Hipotesis
31
Tabel 4.2. Perilaku Investasi Individu Berdasarkan Informasi Keuangan signifikan pada level 10%
Berdasarkan hasil eksperimen yang tertuang dalam data statistik deskriptif berupa mean dan
32
memberikan skor reaksi afektif kepada Bank Investasi Abadi sebesar 4,04, sedangkan Bank Simpanan Sejahtera sebesar 3,26. Artinya, Bank Investasi Abadi dinilai lebih baik kinerja keuangannya oleh partisipan dibandingkan Bank Simpanan Sejahtera. Untuk industri periklanan, percetakan dan media, partisipan menilai kinerja keuangan PT. Visi Indonesia lebih baik dibandingkan PT. Wawasan Nusantara. Terakhir, pada industri telekomunikasi, Satya Telecom dinilai lebih baik kinerja keuangannya dibandingkan Mega Telecom.
Secara keseluruhan, partisipan menilai Bank investasi Abadi sebagai perusahaan dengan kinerja keuangan terbaik, sedangkan Mega Telecom dengan kinerja keuangan terburuk. Terbukti dari terdapatnya besaran investasi tertinggi yang dialokasikan untuk Bank Investasi Abadi yaitu sebesar 137,89 juta, sedangkan besaran investasi terendah terdapat pada Mega Telecom yaitu sebesar 5,70 juta.
Selanjutnya, untuk menjawab hipotesis pertama bahwa terdapat perbedaan perilaku investasi individu berdasarkan informasi keuangan, maka dilakukan uji beda secara statistik dengan menggunakan Wilcoxon
Rank Test (lihat Tabel 4.2.). Hasil penelitian
33
berdasarkan informasi keuangan. Bank Investasi Abadi dan Bank Simpanan Sejahtera mempunyai penilaian kinerja keuangan yang berbeda secara signifikan pada level 1% (p-value sebesar 0,000). Hasil yang sama (
p-value sebesar 0,000) ditunjukkan pula oleh pasangan
PT. Visi Indonesia dan PT. Wawasan Nusantara, serta pasangan perusahaan Satya Telecom dan Mega Telecom
(p-value sebesar 0,001).
Selain itu, perbedaan perilaku investasi individu juga tampak dari besaran investasi yang dialokasikan oleh partisipan. Perbedaan besaran investasi yang signifikan (p-value 0,000) terlihat pada setiap pasangan perusahaan terkecuali dalam industri Telekomunikasi yaitu antara perusahaan Satya Telecom dan Mega Telecom (p-value sebesar 0,674). Dengan kata lain, maka hipotesis pertama pada penelitian ini diterima, terkecuali aspek besaran investasi pada perusahaan Satya Telecom dan Mega Telecom.
34
35
Tabel 4.3. Perilaku Investasi Individu Berdasarkan
Informasi Keuangan dan Citra
Perusahaan signifikan pada level 10%
36
investasi individu untuk pasangan perusahaan PT. Visi Indonesia dan PT. Wawasan Nusantara. Perusahaan PT. Visi Indonesia mempunyai informasi keuangan yang baik. Akan tetapi, karena citra perusahaannya negatif, membuat penilaian partisipan terhadap perusahaan semakin buruk (mean reaksi afektif menurun dari 3,67 menjadi 2,49). Berbeda halnya pada PT. Wawasan Nusantara dengan informasi keuangannya yang tidak baik, justru dinilai semakin baik oleh partisipan (mean reaksi afektif meningkat dari 3,02 menjadi 3,88) karena adanya citra perusahaan yang positif. Dengan demikian, PT. Visi Indonesia yang dinilai lebih baik oleh partisipan pada tahap pertama, dinilai lebih buruk dibandingkan PT. Wawasan Nusantara pada tahap kedua ini.
37
sebesar 5,70 juta menurun hingga tidak ada yang melakukan investasi.
Adapun hipotesis kedua dari penelitian ini adalah terdapat perbedaan perilaku investasi individu berdasarkan informasi keuangan dan citra perusahaan. Terlihat pada Tabel 4.3., terdapat perbedaan perilaku investasi individu baik dari aspek reaksi afektif maupun besaran investasi pada tiap pasangan perusahaan. Reaksi afektif setiap pasangan perusahaan berbeda secara signifikan pada level 1% dengan p-value sebesar 0,000. Hasil yang sama juga terlihat pada besaran investasi kecuali perbedaan pada PT. Visi Indonesia dan PT. Wawasan Nusantara yang signifikan pada level 5% dengan p-value sebesar 0,037. Dengan demikian, hipotesis kedua ini diterima.
38
Tabel 4.4. Perilaku Investasi Individu Berdasarkan Informasi Keuangan, Citra Perusahaan dan Rekomendasi Penasihat Keuangan
39
Berdasarkan hasil eksperimen di atas, menunjukkan terdapat penilaian yang sama dengan yang hasil sebelumnya (keputusan investasi berdasarkan informasi keuangan dan citra perusahaan) dimana Bank Investasi Abadi (skor reaksi afektif sebesar 4,44) dinilai lebih baik oleh partisipan dibandingkan Bank Simpanan Sejahtera (skor reaksi afektif sebesar 1,70) pada industri finansial; PT. Visi Indonesia dinilai lebih buruk dibandingkan PT. Wawasan Nusantara; dan Satya Telecom dinilai lebih baik daripada Mega Telecom oleh partisipan.
40
Terdapat perbedaan perilaku investasi individu berdasarkan informasi keuangan, citra perusahaan dan rekomendasi penasihat keuangan merupakan hipotesis terakhir dalam penelitian ini. Berdasarkan hasil uji beda pada kolom Wilcoxon Signed Test menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan pada level 1% dengan p-value sebesar 0,000 untuk tiap pasangan perusahaan dari aspek reaksi afektif. Hasil yang sama
(p-value sebesar 0,000) juga tampak pada aspek
besaran investasi yang dialokasikan, kecuali untuk PT. Visi Indonesia dan PT. Wawasan Nusantara yang berbeda signifikan pada level 10% dengan p-value sebesar 0,078. Dengan kata lain, hipotesis terakhir tersebut diterima.
4.3. Pembahasan
41
merupakan pembahasan lebih lanjut untuk tiap pokok bahasan tersebut.
4.3.1. Perilaku Investasi Individu berdasarkan Informasi Keuangan
Hasil pengujian hipotesis menunjukkan bahwa terdapat perbedaan reaksi afektif yang signifikan pada setiap pasangan perusahaan dalam industri yang sama berdasarkan informasi keuangan. Seperti yang dikemukakan oleh Ackert et al. (2003), afektif merupakan kesan dan penilaian yang akan mempengaruhi pengambilan keputusan individu. Maka, dapat dikatakan bahwa semakin baik kesan dan penilaian partisipan terhadap kinerja keuangan perusahaan, maka dana investasi yang dialokasikan akan lebih tinggi pula. Hal ini terbukti dari reaksi afektif yang konsisten dengan besaran investasi, dimana semakin tinggi reaksi afektif maka semakin besar pula dana investasi yang.
42
Perusahaan Satya Telecom dan Mega Telecom mempunyai kinerja keuangan yang sama-sama kurang baik, tetapi Satya Telecom dinilai lebih baik dibandingkan Mega Telecom. Penilaian yang lebih baik ini dikarenakan adanya informasi keuangan berupa kenaikan pendapatan perusahaan dari tahun sebelumnya, meskipun perusahaan mengalami kerugian (sama dengan Mega Telecom). Informasi kenaikan pendapatan membuat investor percaya bahwa perusahaan masih mempunyai prospek ke depannya.
Besaran investasi yang tidak berbeda pada kedua perusahaan tersebut dikarenakan keduanya mempunyai kinerja keuangan yang sama yaitu harga saham yang menurun, serta perusahaan mengalami kerugian. Satya Telecom dan Mega Telecom memperoleh alokasi dana investasi terkecil dibandingkan yang lainnya. Hal ini seiring dengan pendapat dari Abdelkarim et al. (2009), informasi
keuangan memudahkan investor untuk
43
4.3.2. Perilaku Investasi Individu berdasarkan Informasi Keuangan dan Citra Perusahaan
Hasil uji beda terhadap perilaku investasi individu diamati berdasarkan informasi keuangan dan citra perusahaan, mendukung penelitian Junaedi (2005) yang menemukan bahwa informasi keuangan tidak menjadi salah satu sumber yang penting dan menentukan dalam proses pengambilan keputusan bagi para investor. Citra perusahaan juga menjadi salah satu pertimbangan bagi investor dalam berinvestasi. Hal ini terbukti dari adanya perbedaan yang signifikan baik pada reaksi afektif maupun besaran investasi pada setiap pasangan perusahaan di industri yang sama.
44
mengalokasikan dana investasinya. Berbeda dengan Mega Telecom, karena citra perusahaan yang negatif dinilai buruk dan menyebabkan partisipan tidak berani melakukan investasi. Tidak adanya dana investasi yang dialokasikan pada perusahaan Mega Telecom dikarenakan risiko lebih besar dibandingkan pilihan investasi yang lainnya. Dengan karakteristik partisipan yang sebagian besar adalah mahasiswa dan tidak berpengalaman dalam investasi, tentu saja dana investasi akan lebih banyak dialokasikan pada perusahaan-perusahaan yang dirasa menguntungkan, baik dari sisi kinerja keuangan maupun citra perusahaannya. Hal yang serupa juga terjadi pada perusahaan PT. Visi Indonesia dan PT. Wawasan Nusantara. Perilaku investasi individu pada kedua perusahaan tersebut berbeda secara signifikan. PT. Wawasan Nusantara mempunyai kinerja keuangan yang kurang baik memperoleh alokasi dana investasi yang lebih besar dibandingkan PT. Visi Indonesia yang kinerja keuangannya baik. Hal ini dikarenakan adanya citra perusahaan PT. Wawasan Nusantara yang dipandang positif oleh partisipan.
45
bahwa citra perusahaan mempunyai dapat mempengaruhi keputusan investasi seseorang. Mac Gregor et al. menambahkan bahwa citra perusahaan mempunyai peran yang signifikan bagi partisipan dalam mengestimasi mengenai kinerja investasi perusahaan. Citra yang positif membuat investor yakin untuk berinvestasi serta baiknya kinerja perusahaan di masa yang akan datang. Oleh karena itu, sebaiknya perusahaan tidak hanya berfokus pada kinerja keuangan saja, tetapi lebih penting adalah menciptakan dan memelihara citra perusahaan yang baik. Sesuai dengan hasil penelitian ini, partisipan akan meningkatkan investasi pada perusahaan dengan citra yang positif meskipun kinerja keuangannya kurang baik.
4.3.3. Perilaku Investasi Individu berdasarkan Informasi Keuangan, Citra Perusahaan dan Rekomendasi Penasihat Keuangan
46
sebelumnya pada saat rekomendasi beli, dan sebaliknya terjadi penurunan saat rekomendasi jual. Mengingat, karakteristik partisipan dalam penelitian ini sebagian besar tidak mempunyai pengalaman investasi, maka hasil ini seiring dengan penelitian Kelly et al., (2008) yang menemukan bahwa investor yang kurang berpengalaman dalam investasi, biasanya mengandalkan rekomendasi dari penasihat keuangan.
Meskipun demikian, hasil eksperimen menunjukkan terdapat perbedaan perilaku investasi individu yang signifikan. Pada PT. Visi Indonesia dan PT. Wawasan Nusantara yang keduanya mempunyai rekomendasi beli, berbeda secara signifikan baik reaksi afektif maupun besaran investasinya. PT. Visi Indonesia dinilai lebih buruk dibandingkan PT. Wawasan Nusantara meskipun keduanya memiliki rekomendasi yang sama. Penilaian yang lebih buruk tersebut diindikasikan karena adanya citra perusahaan yang negatif dari PT. Visi Indonesia. Kemudian, besaran investasi untuk perusahaan PT. Visi Indonesia juga lebih kecil dibandingkan PT. Wawasan Nusantara dan berbeda secara signifikan pula.
47
Telecom dan Mega Telecom yang keduanya mempunyai rekomendasi jual. Meskipun rekomendasinya sama, tetapi perilaku investasi individu untuk kedua perusahaan tersebut berbeda signifikan. Partisipan masih mengalokasikan dana pada perusahaan Satya Telecom meskipun ada rekomendasi jual. Hal ini terjadi dikarenakan adanya citra perusahaan Satya Telecom yang dipandang positif. Berbeda halnya dengan perusahaan Mega Telecom, adanya informasi keuangan dan citra perusahaan yang negatif serta didukung rekomendasi jual membuat partisipan semakin yakin untuk tidak melakukan investasi. Dengan demikian, dapat diindikasikan bahwa citra perusahaan menjadi perhatian utama bagi partisipan dalam membuat keputusan investasi.
48
Tabel 4.5. Prioritas dalam Pengambilan
Keputusan Investasi
Prioritas Partisipan �/� (%) Informasi Keuangan
Citra Perusahaan
Rekomendasi Penasihat
Keuangan
31/57 (54,36%)
23/57 (40.35%)
3/57 (5.26%)
Sumber: Lampiran 2
Tabel di atas menunjukkan bahwa rekomendasi penasihat keuangan menjadi prioritas terakhir dalam pengambilan keputusan investasi. Dari 57 partisipan, hanya terdapat 3 partisipan yang menjadikan rekomendasi penasihat keuangan sebagai prioritas utama. Oleh karena itu, dapat diindikasikan bahwa rekomendasi penasihat keuangan tidak menjadi hal yang terpenting dalam keputusan investasi individu.
4.3.4. Analisis Tambahan
Mengingat terdapatnya perbedaan
49
Tabel 4.6. Perbedaan Aspek Prioritas dalam
Mengambil Keputusan Investasi
Berdasarkan Pendidikan 5%; *) signifikan pada level 10%
50