• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perlindungan Hukum terhadap Dosen Perguruan Tinggi Swasta yang di-PHK

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Perlindungan Hukum terhadap Dosen Perguruan Tinggi Swasta yang di-PHK"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Lembaga pendidikan merupakan salah satu sektor industri yang berperan

penting dalam pembangunan suatu bangsa.1 Penyelenggaraan pendidikan merupakan

pranata sosial yang kuat untuk memberdayakan warga negara berkembang menjadi

manusia berkualitas sehingga mampu secara proaktif menjawab tantangan jaman

yang selalu berubah secara dinamis.2 Penyelenggara pendidikan ada 2 (dua), yakni

pemerintah dan masyarakat.3 Satuan pendidikan tinggi yang dikelola oleh pemerintah

disebut Perguruan Tinggi Negeri (PTN) dan yang dikelola oleh masyarakat disebut

Perguruan Tinggi Swasta (PTS). Perguruan tinggi dapat berbentuk akademi,

politeknik, sekolah tinggi, institut dan universitas.4

Setiap lembaga pendidikan tinggi memiliki kewenangan untuk merekrut dan

mengangkat dosen sebagai kebutuhan. Pengangkatan dosen oleh Perguruan Tinggi

Swasta dilakukan dan diikuti dengan adanya perjanjian atau kesepakatan kerja

bersama (KKB).5 Masing-masing Perguruan Tinggi Swasta mengatur dan membayar

gaji para dosen dengan nilai yang besarnya ditetapkan berdasarkan kemampuan, beda

1

Pasal 31 Undang Undang Dasar Republik Indonesia 1945

2

Penjelasan umum Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen

3

Pasal 1 angka (5) Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005. Lihat Pasal 10 ayat (2) Peraturan Pemerintah Nomor 37 Tahun 2009 tentang Dosen

4

Pasal 4 ayat (2) Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 1999 tentang Pendidikan Tinggi.

5

(2)

halnya dengan dosen Perguruan Tinggi Negeri. Dosen Perguruan Tinggi Negeri

berstatus pegawai negeri sipil,6 gajinya ditentukan oleh pemerintah.

Ikatan hukum antara dosen dan Perguruan Tinggi Swasta secara formil

menimbulkan hubungan kerja dimana dalam melaksanakan hak dan kewajiban

tunduk pada syarat kerja yang disepakati. Hubungan kerja selalu diformulasikan

dalam perjanjian kerja yang secara singkat memuat syarat kerja, hak dan kewajiban.7

Hubungan hukum dapat dikategorikan sebagai hubungan kerja apabila dalam

menjalankan hubungan tersebut terdapat 3 (tiga) unsur pokok, yaitu pekerjaan, upah

dan perintah.8 Sebagai imbalan kerja, selain wajib membayar gaji para dosen yang

nilainya ditentukan dalam Perjanjian Kerja (PK) atau Kesepakatan Kerja Bersama

(KKB).9

Sejatinya hubungan kerja antara dosen dengan lembaga tempat bekerja akan

berlangsung sampai usia pensiun. Seorang dosen dinyatakan memasuki usia pensiun

pada usia 65 tahun apabila tidak diperpanjang sampai usia 70 tahun.10 Tetapi dalam

praktek hubungan kerja sering berakhir sebelum memasuki usia pensiun. Oleh karena

itu, alasan pemberhentian dosen sebagaimana diuraikan dalam Pasal 67 ayat (1) dan

ayat (2) dapat pula diberlakukan untuk lembaga pendidikan yang dikelola oleh PTS.

Dosen dapat diberhentikan secara hormat dan tidak hormat. Pemberhentian secara

6

Pasal 67 ayat (6) Undang-undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen

7

Pasal 1 angka 14 Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan.

8

Pasal 1 angka 15 Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan

9

Pasal 52 ayat (3) Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen

10

(3)

hormat dan tidak hormat terhadap dosen tertuang didalam Pasal 67 ayat (1) dan ayat

(2) Undang-undang Guru dan Dosen.

Apabila merujuk pada hukum positif ketenagakerjaan maka dari segi masa

berlakunya perjanjian kerja dibagi 2 (dua) yaitu perjanjian kerja waktu tertentu

(PKWT) dan perjanjian kerja waktu tidak tertentu (PKWTT).11 PKWT yang

didasarkan pada jangka waktu membatasi bahwa PKWT hanya dapat dilakukan untuk

waktu paling lama 3 (tiga) tahun dengan ketentuan bahwa perjanjian diadakan untuk

waktu 2 (dua) tahun dan boleh diperpanjang 1 (satu) kali untuk jangka waktu paling

lama 1 (satu) tahun. Apabila masa kerja 3 (tiga) tahun telah berakhir para pihak masih

memungkinkan melanjutkan hubungan kerja selama 2 (dua) tahun dengan cara

memperbaharui PKWT dalam waktu 30 (tiga puluh) hari setelah PKWT berakhir.

Kelanjutan hubungan kerja 2 (dua) tahun hanya dapat dibuat satu kali PKWT.

Dengan demikian, PKWT dapat berlangsung dalam waktu maksimal 5 (lima) tahun.

PKWT yang dilaksanakan sesuai hukum positif demi hukum mengakhiri hubungan

kerja dengan tanpa pesangon. Perjanjian kerja waktu tidak tertentu (PKWTT)

merupakan hubungan kerja permanen. Sistem PKWTT tidak mengatur batas waktu

hubungan kerja. Dengan kata lain, PKWTT tidak mengatur secara pasti waktu

berakhirnya hubungan kerja. Apabila pengusaha mengakhiri hubungan kerja bukan

karena kesalahan pekerja maka wajib membayar uang pesangon.

11

(4)

Pasal 156 ayat (1) Undang-undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang

Ketenagakerjaan menyebutkan bahwa dalam hal terjadi pemutusan hubungan kerja,

pengusaha diwajibkan membayar uang pesangon dan atau uang penghargaan masa

kerja dan uang penggantian hak yang seharusnya diterima. Sesuai dengan Pasal 45

dan Pasal 46 Undang-undang Guru dan Dosen, dosen wajib memiliki kualifikasi

akademik, kompetensi, sertifikat pendidik, sehat jasmani dan rohani, dan memenuhi

kualifikasi lain yang dipersyaratkan satuan pendidikan tinggi tempat bertugas, serta

memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional.12

Setelah Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan dan

Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2004 tentang Penyelesaian Perselisihan Hubungan

Industrial diundangkan muncul persepsi yang berbeda terhadap putusan Mahkamah

Agung. Beberapa PTS yang salah satunya adalah Universitas Khatolik Parahyangan

menjadi tergugat pada Pengadilan Hubungan Industrial (PHI) mengajukan eksepsi

atas gugatan PHK yang diajukan oleh dosen. Dalam eksepsi, PTS mengatakan

Pengadilan Hubungan Industrial tidak berwenang secara absolut mengadili gugatan

dosen PTS. Pengadilan Hubungan Industrial menolak eksepsi seperti itu dan

mengatakan berwenang untuk mengadili. Sejalan dengan itu, hakim kasasi (judex

jurix) pada Mahkamah Agung menolak eksepsi Universitas Khatolik Parahyangan

dan menguatkan putusan PHI pada Pengadilan Negeri Bandung dengan menyatakan

PHI berwenang memeriksa dan mengadili perselisihan pemutusan hubungan kerja

12

(5)

antara Andang Handaka Setyadi selaku dosen melawan Universitas Khatolik

Parahyangan (Putusan Mahkamah Agung RI Nomor : 048 PK/Pdt.Sus/2010).13

Memperhatikan dasar pertimbangan hakim yang mengadili gugatan tersebut

ternyata defenisi perusahaan dan pengusaha yang tedapat dalam ketentuan umum

Undang-undang Nomor 13 Tahun 2003 sangat mempengaruhi konstruksi berpikir

hakim. Melalui pendekatan penafsiran (Interpretative approach)14 hakim

memposisikan PTS masuk dalam pengertian perusahaan dan pengusaha dan

memerintahkan Universitas Khatolik Parahyangan melalui putusan Peninjauan

Kembali Perdata Khusus membayar segala hak dosen yang di PHK tersebut.

Berdasarkan uraian diatas, peneliti tertarik melakukan penelitian dengan

judul, “PERLINDUNGAN HUKUM BAGI DOSEN PERGURUAN TINGGI

SWASTA YANG DI-PHK”

13

Putusan Mahkamah Agung RI Nomor : 048 PK/Pdt.Sus/2010

14 Interpretative

:interpretasi dibedakan menjadi interpretasi berdasarkan kata-kata Undang-Undang

(Leterlijk), Interpretasi Gramatikal, interpretasi berdasarkan kehendak pembentuk Undang-Undang,

(6)

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka pokok permasalahan yang akan

dibahas dalam penelitian ini adalah mengenai:

1. Bagaimanakah sistem perjanjian kerja yang dilakukan oleh Perguruan Tinggi

Swasta dengan Dosen ?

2. Bagaimanakah keabsahan kontrak kerja terhadap dosen yang tidak memenuhi

kualifikasi akademik minimum sesuai dengan Undang-Undang Guru dan Dosen.?

3. Bagaimanakah Pertimbangan hakim dalam mengadili perkara PHK Perjanjian

Kerja Waktu Tidak Tertentu (PKWTT) dosen Universitas Khatolik Parahyangan

(Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia Nomor : 048 PK/Pdt.Sus/2010) ?

C. Tujuan Penelitian

Bertitik tolak dari pokok permasalahan yang dibahas, maka tujuan penelitian

ini adalah :

1. Untuk mengetahui dan menganalisis sistem perjanjian kerja yang dilakukan oleh

Perguruan Tinggi Swasta (PTS) dengan dosen.

2. Untuk mengetahui dan menganalisis keabsahan kontrak kerja terhadap dosen

yang tidak memenuhi kualifikasi akademik minimum Undang-undang Guru dan

Dosen.

3. Untuk mengetahui dan menganalisis pertimbangan hakim dalam mengadili

(7)

Khatolik Parahyangan (Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia Nomor :

048 PK/Pdt.Sus/2010).

D. Manfaat Penelitian

Pada umumnya suatu penulisan yang dibuat diharapkan dapat memberikan

manfaat, begitu juga yang diharapkan dari penulisan penelitian ini. Manfaat penulisan

ini adalah :

1.Secara Teoritis

Hasil Penelitian ini bermanfaat untuk memberikan sumbangan pemikiran bagi

perkembangan ilmu hukum bagi Mahasiswa Fakultas Hukum, Masyarakat luas dan

dosen Perguruan Tinggi Swasta yang di PHK.

2. Secara Praktis

a. Menambah wawasan ilmiah bagi mahasiswa, khususnya mengenai kedudukan

dosen dalam Undang-undang Ketenagakerjaan.

b. Memberikan informasi ilmiah dan pembelajaran kepada para pihak-pihak

yang terkait seperti Dosen dan Perguruan Tinggi Swasta.

E. Keaslian Penelitian

“Perlindungan hukum bagi dosen perguruan tinggi swasta yang di-PHK”,

yang diangkat menjadi judul tesis ini belum pernah ditulis sebelumnya di Fakultas

Hukum perpustakaan Universitas Sumatera Utara, kalaupun ada, penulis yakin

(8)

beberapa buku, media elektronik, media cetak. Maka penelitian ini dapat dijamin

keasliannya dan dapat dipertanggungjawabkan isinya secara ilmiah.

Adapun penelitian terdahulu yang pernah dilakukan yaitu :

1. Tesis atas nama M.Fajrin Pane, NIM : 067005017, dengan judul

“Perlindungan Hukum Terhadap Pekerja/Buruh Dalam Perjanjian Kerja

Waktu Tertentu (PKWT) Ditinjau Dari Undang-undang No.13 Tahun

2003”

2. Tesis atas nama Asrina Mardhia, NIM : 07005046, dengan judul “Analisis

Terhadap Status Hukum dan Perlindungan Hukum Terhadap Tenaga Kerja

Outsourcing Dalam Undang-undang No.13 tahun 2003 tentang

Ketenagakerjaan.

Berdasarkan hasil penelusuran judul di atas, judul dan permasalahan dalam

penelitian ini tidak memiliki kesamaan dengan judul dan permasalahan yang telah ada

sebelumnya. Oleh karenanya, dapat dikatakan bahwa penelitian ini asli, murni, dan

belum pernah diteliti oleh peneliti terdahulu sehingga peneliti dapat

mempertanggungjawabkan hasil penelitian ini di sidang terbuka untuk umum.

F. Kerangka Teori dan kerangka Konsep 1. Kerangka Teori

Penelitian ini memerlukan adanya kerangka teoritis, Ronny H.Soemitro

berpendapat bahwa untuk memberikan landasan yang mantap pada umumnya setiap

penelitian haruslah disertai dengan pemikiran pemikiran teoritis. Teori memberi

(9)

secara lebih baik. Hal-hal yang semula tampak tersebar dan berdiri sendiri bisa

disatukan dan ditunjuk kaitannya satu sama lain secara bermakna. Teori memberikan

penjelasan melalui cara mengorganisasikan dan mensistematiskan masalah yang

dibicarakannya.15

Kerangka teori merupakan kerangka pemikiran atau butir-butir pendapat,

teori, tesis, si penulis mengenai suatu kasus atau permasalahan (problem) yang bagi si

pembaca menjadi bahan perbandingan, yang mungkin ia setujui ataupun yang tidak

disetujuinya dan ini merupakan masalah eksternal bagi pembaca. Menurut Kaelan

M.S., kerangka teori dalam suatu penelitian merupakan dasar-dasar operasional dan

suatu penelitian. Kerangka teori dalam suatu penelitian adalah bersifat strategis yang

artinya memberikan realisasi pelaksanaan penelitian.16 Untuk mengkaji mengenai

penelitian ini, terdapat teori yang digunakan sebagai pisau analisis dari penelitian ini

yaitu hukum perjanjian dan perlindungan hukum.

Dalam hukum perdata dikenal adanya perjanjian kerja, istilah bahasa belanda

disebut Arbeidsoverenkoms yang dapat diartikan dalam beberapa pengertian.17 Salah

satu pengertian dari perjanjian kerja dalam KUHPerdata terdapat dalam Pasal 1601 a

yang menyebutkan bahwa perjanjian kerja adalah “suatu perjanjian dimana pihak

kesatu, buruh, mengikatkan diri untuk bekerja dengan menerima upah pada pihak

15

Ronny H.Soemitro, Metode Penelitian Hukum , (Jakarta:Penerbit Ghalia,1982), hal 37

16

M.Solly Lubis, Filsafat Ilmu dan Penelitian, (Bandung : Mandar Maju, 1994 ), hal 80

17

(10)

lainnya, majikan yang mengikatkan diri untuk memperkerjakan buruh dengan

membayar upah”.

Di dalam pembentukan perjanjian kerja dengan perjanjian lainnya memiliki

pedoman yang sama yaitu Pasal 1320 KUHPerdata syarat sahnya suatu perjanjian

yaitu :

kontrak istilah Asas Kekuatan Mengikat (Pacta Sunt Servanda) sebagai aturan bahwa

persetujuan yang dibuat oleh manusia-manusia secara timbal balik pada hakekatnya

bermaksud untuk dipenuhi oleh para pihak dan jika perlu dapat dipaksakan yang

secara hukum mengikat.

Asas kekuatan mengikat adalah asas yang menyatakan bahwa perjanjian yang

mengikat bagi para pihak yang mengikatkan diri pada perjanjian tersebut dan sifatnya

hanya mengikat ke dalam. Asas kekuatan mengikat kontrak ini mengharuskan para

pihak memenuhi apa yang telah merupakan ikatan mereka satu sama lain dalam

kontrak yang mereka buat.18 Asas hukum ini disebut juga asas pacta sunt servanda

yang secara konkrit dapat dilihat dalam Pasal 1338 ayat (1) KUHPerdata yang

18

M.Syaifuddin, Hukum Kontrak Memahami Kontrak dalam Perspektif Filsafat,

Teori,Dogmatik, dan Praktik Hukum (Seri Pengayan Hukum Perikatan,Bandung:Mandar Maju,2012) ,

(11)

memuat kekuatan imperatif, yaitu : “semua kontrak yang dibuat sesuai dengan

Undang-undang yang berlaku sebagai undang-undang bagi mereka yang

membuatnya”.

Kekuatan imperatif dalam Pasal 1338 ayat (1) KUHPerdata mengarahkan

pemahaman bahwa sebenarnya setiap subjek hukum (orang atau badan hukum) dan

sesama subjek hukum lainnya dapat melakukan perbuatan seolah-olah sebagai

pembentuk undang-undang dengan menggunakan kontrak. Oleh karena itu, kontrak

dianggap sebagai sumber hukum perikatan selain undang-undang sebagaimana

halnya pembentuk undang-undang. Kontrak yang mengikat merupakan suatu janji

yang serupa dengan undang-undang yang dipandang sebagai perintah pembuat

undang-undang. Jika kepastian terpenuhinya kesepakatan dan kontraktual ditiadakan,

maka akan menghancurkan sistem perjanjian. Oleh sebab itu, kesetiaan pada janji

yang diberikan merupakan bagian dari persyaratan yang dituntut akal budi alamiah.

Selanjutnya teori perlindungan hukum19, perlindungan hukum adalah suatu

perlindungan yang diberikan pada subyek hukum dalam bentuk perangkat hukum

baik yang bersifat preventif, maupun yang represif, baik yang tertulis maupun tidak

tertulis. Dengan kata lain, perlindungan hukum adalah suatu gambaran dari fungsi

hukum yaitu dimana konsep hukum dapat memberikan suatu keadilan, ketertiban,

kepastian, kemanfaatan, dan kedamaian.20 Perlindungan hukum bagi pekerja sangat

penting untuk melindungi hak-hak pekerja. Secara yuridis dalam memberikan

19

Philipus M.Hadjon, Perlindungan Hukum Bagi Rakyat Indonesia, (Surabaya:Bina Ilmu,1987), hal 30

20

(12)

perlindungan bahwa setiap pekerja berhak dan mempunyai kesempatan yang sama

untuk memperoleh pekerjaan yang layak tanpa membedakan jenis kelamin, ras, suku,

agama dan aliran politik sesuai dengan minat dan kemampuan tenaga kerja yang

bersangkutan, temasuk perlakuan yang sama terhadap penyandang cacat.21

Perlindungan yang diberikan juga tidak membedakan antara pekerja kontrak ataupun

pekerja tetap. Perlindungan pekerja ini bertujuan untuk menjamin berlangsungnya

sistem hubungan kerja secara harmonis tanpa disertai adanya tekanan dari pihak yang

kuat kepada pihak yang lemah dan tanpa ada tekanan atau perbedaan dari pekerja

kontrak maupun pekerja tetap.

2. Kerangka Konsepsi

Kerangka konsepsional atau konstruksi secara internal yang berguna untuk

mendapat stimulasi atau dorongan konseptual dari bacaan dan tinjauan kepustakaan.

Kerangka konsepsional dibuat untuk menghindari pemahaman dan penafsiran yang

keliru dan memberikan beberapa konsep yang berhubungan dengan judul dalam

penelitian sebagai berikut :

1. Dosen disebut sebagai pendidik.22 Dosen sebagai ahli, dengan mendeskripsikan :

“Secara umum, para ahli di Indonesia tersebar dalam berbagai kegiatan kerja di

bidang hukum sebagai hakim, jaksa, pengacara, notaris, dan atau dosen disebut

“ahli hukum” atau “sarjana hukum” apabila yang diingat adalah gelar

21

Abdul Hakim, Pengantar Hukum Ketenagakerjaan Indonesia Berdasarkan

Undang-undang Nomor 13 Tahun 2003, (Bandung:Citra Aditya Bakti,2003), hal 60

22

(13)

akademisnya23. Dosen adalah : ”pendidik profesional dan ilmuwan dengan tugas

utama mentransformasikan, mengembangkan, dan menyebarluaskan ilmu

pengetahuan, teknologi dan seni melalui pendidikan, penelitian dan pengabdian

kepada masyarakat.24

2. Perguruan swasta adalah usaha-usaha dari masyarakat yang secara langsung

mengelola dan menyelenggarakan pendidikan formal. Perguruan tinggi adalah

satuan pendidikan tinggi sebagai penyelenggara pendidikan tinggi dalam bentuk

akademi, politeknik, sekolah tinggi, institut dan universitas.

3. Yayasan adalah badan hukum yang terdiri atas kekayaan yang dipisahkan dan

diperuntukkan untuk mencapai keuntungan tertentu di bidang sosial, keagamaan

dan kemanusiaan yang tidak mempunyai anggota.25

4. Pemutusan hubungan kerja adalah perselisihan pemutusan hubungan kerja yang

timbul karena tidak adanya kesesuaian pendapat mengenai pengakhiran hubungan

kerja yang dilakukan oleh satu pihak. 26

5. Perjanjian kerja adalah perjanjian antara pekerja atau buruh dengan pengusaha

atau pemberi kerja yang memuat syarat-syarat kerja, hak dan kewajiban para

pihak.27

23

Soetandyo Wignjosoebroto, Hukum Dalam Masyarakat Perkembangan dan Masalah

Sebuah Pengantar ke Arah kajian Sosiologi Hukum, Cetakan kedua (Malang:Bayumedia

Publishing,2008), hal 211 telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2004 tentang Perubahan Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2001 tentang Yayasan

26

(14)

6. Perguruan tinggi swasta, adalah perguruan tinggi yang pengelolaan dan

regulasinya dilakukan oleh swasta.28

G. Metode Penelitian

1. Jenis dan Sifat Penelitian

Berdasarkan permasalahan yang diteliti, maka metode penelitian yang

digunakan adalah metode penelitian hukum yuridis normatif. Metode penelitian

hukum normatif adalah metode atau cara yang dipergunakan di dalam penelitian

hukum yang dilakukan dengan cara meneliti bahan pustaka yang ada. Jenis penelitian

normatif, yang dimana penelitian hukum normatif adalah penelitian yang ditujukan

untuk mendapatkan hukum obyektif (norma hukum), yaitu dengan mengadakan

penelitian terhadap masalah hukum yang terjadi pada perlindungan hukum terhadap

dosen swasta yang di-PHK.

Dilihat dari sifatnya, penelitian ini bersifat deskriptif analitis, yaitu

menggambarkan semua gejala dan fakta serta menganalisa permasalahan yang ada,

yaitu berkaitan dengan perlindungan hukum terhadap dosen PTS yang di PHK.

2. Pendekatan Penelitian

Dilihat dari pendekatannya, penelitian ini menggunakan pendekatan peraturan

perundang-undangan (statute approach)29 dan pendekatan kasus. Pendekatan undang-

27

Pasal 1 angka (14) Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan

28

Abdullah Sulaiman, Desentralisasi Penyelenggaraan pendidikan Tinggi hukum Dalam

bingkai Otonomi Daerah, dalam propatria Jurnal Hukum Vol.I. No.2 September 2007-Februari 2008,

(Jakarta:Pusat Kajian Hukum Ekonomi Syariah Program Pascasarjana Universitas 17 Agustus 1945 Jakarta), hal 166

29

(15)

undang (statute approach) dilakukan dengan mengkaji semua undang-undang yang

berkaitan dengan perlindungan hukum terhadap dosen PTS dan pengaturan yang

bersangkut paut dengan isu hukum yang sedang ditangani. Pendekatan perundang-

undangan (statute approach) dalam penelitian hukum normatif memiliki kegunaan

praktis maupun akademis. Pendekatan Undang-undang ini akan membuka

kesempatan bagi peneliti untuk mempelajari adakah konsistensi dan kesesuaian antara

suatu Undang Undang Dasar dengan Undang-undang atau regulasi dengan praktek

nyata yang terjadi.

Pendekatan kasus dilakukan dengan cara melakukan penelaah terhadap

kasus-kasus yang berkaitan dengan permasalahan yang ditangani terhadap putusan

pengadilan yang berkuatan hukum tetap. Hal pokok yang dikaji pada setiap putusan

adalah pertimbangan hakim untuk sampai pada suatu keputusan sehingga dapat

digunakan sebagai argumentasi dalam memecahkan isu hukum yang dihadapi.

3. Bahan Hukum

Data sekunder diperoleh melalui studi atau literatur, data sekunder tersebut

meliputi:

a. Bahan Hukum Primer

Yaitu bahan hukum yang mempunyai kekuatan mengikat atau data pokok dari

permasalahan yang akan diteliti, yaitu Undang Undang Dasar 1945, Undang-undang

(16)

2005 Tentang Guru dan Dosen, Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 37

Tahun 2009 Tentang Dosen dan KUHPerdata

b. Bahan Hukum Sekunder

Sumber hukum sekunder merupakan bahan yang memberikan penjelasan

mengenai bahan hukum primer, seperti buku-buku, makalah, internet, hasil-hasil

penelitian, hasil seminar, hasil karya dari kalangan hukum dan seterusnya, serta

dokumen-dokumen lainnya yang berkaitan dengan perlindungan hukum terhadap

dosen perguruan tinggi swasta yang di PHK.

c. Bahan Hukum Tersier

Sumber Hukum Tertier merupakan bahan hukum yang mendukung bahan

hukum primer dan bahan hukum sekunder dengan memberikan pemahaman dan

pengertian atas bahan hukum lainnya. Bahan hukum yang dipergunakan oleh penulis

adalah kamus besar Bahasa Indonesia dan kamus hukum.

4. Prosedur pengumpulan Bahan Hukum

Pengumpulan bahan hukum akan dapat dilakukan dengan baik, jika tahap

sebelumnya sudah dilakukan persiapan secara matang. Pengumpulan bahan hukum

ini dilakukan melalui tahap penelitian, dengan cara studi kepustakaan (Library

research).30 Studi perpustakaan ini dilakukan untuk mendapatkan atau mencari

konsepsi-konsepsi, teori-teori, asas-asas dan hasil-hasil pemikiran lainnya yang

berkaitan dengan permasalahan penelitian ini.

30

(17)

Sementara itu, sumber bahan hukum dalam penelitian ini adalah bahan hukum

sekunder. Untuk menghimpun bahan hukum sekunder, maka dibutuhkan bahan

pustaka yang merupakan data dasar yang digolongkan sebagai bahan hukum sekunder

yang terdiri dari bahan hukum primer, sekunder dan tertier.

5. Pengolahan dan Analisis Bahan Hukum

Dalam suatu penelitian sangat diperlukan suatu analisis bahan hukum yang

berguna untuk memberikan jawaban terhadap permasalahan yang diteliti. Dalam

penelitian ini metode analisis bahan hukum yang digunakan adalah metode analisis

deskriptif yuridis yaitu suatu penelitian yang dilakukan dengan tujuan utama untuk

memberikan gambaran atau deskripsi tentang suatu keadaan secara objektif.31 Dengan

studi kepustakaan dan menggunakan pendekatan perundang-undangan, pendekatan

konseptual, dan pendekatan analisis. Sebagai dasar pentingnya perlindungan terhadap

dosen serta perlindungan yang diberikan oleh Undang-undang Nomor 14 Tahun 2005

Tentang Guru dan Dosen.

31

Referensi

Dokumen terkait

Hotel yang mengutamakan pelayanan dan kualitas yang bagus hingga hotel ini menyandang gelar hotel bintang lima yang berlokasi di Jalan M.H... Selain itu juga ada

Hal ini terjadi karena reaksi positif pasar terhadap pernyataan Kepala Bank Sentral Eropa (ECB) Mario Draghi yang mengatakan bahwa bank akan meluncurkan skema

Hasil pengamatan pada pohon Jati yang terserang inger-inger menunjukkan bahwa serangga ini seluruhnya menyerang bagian batang pohon Jati dan tidak dijumpai

Walaupun hukuman berupa bayaran lima ratus ringgit (1 juta 7 ratus rupiah) dan penjara tidak melebihi tiga bulan tidak disebut secara khusus akan tetapi ianya termasuk

Berdasarkan data tersebut di atas dapat dikatakan bahwa Kinerja Kebijakan Sektor Pariwisata dalam mendukung Kota Bandung sebagai Kota Kreatif yang ditentukan

Pertumbuhan EPS yang tinggi pada suatu perusahaan menunjukkan bahwa perusahaan tersebut memiliki kinerja yang baik dan dengan memperhatikan pertumbuhan EPS

Mekanisme penerapan sanksi kepada perusahaan yang tindak menjalankan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan ( Corporate Social Responsibility ) tidak diatur dalam undang

Gambar 2 (a) menunjukkan pada konsentrasi IPK konstan (75%) perubahan waktu ekstrusi tidak merubah respon WHC karena adanya perubahan kadar air demikian pula