• Tidak ada hasil yang ditemukan

FREKUENSI SERANGAN SERANGGA INGER-INGER (Neotermes tectonae Damm) PADA TEGAKAN JATI DI RPH CURAH JATI BKPH GRAJAGAN KPH BANYUWANGI SELATAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "FREKUENSI SERANGAN SERANGGA INGER-INGER (Neotermes tectonae Damm) PADA TEGAKAN JATI DI RPH CURAH JATI BKPH GRAJAGAN KPH BANYUWANGI SELATAN"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

Bandung, 2 Maret 2019 299

FREKUENSI SERANGAN SERANGGA INGER-INGER (

Neotermes tectonae

Damm) PADA

TEGAKAN JATI DI RPH CURAH JATI BKPH GRAJAGAN KPH BANYUWANGI SELATAN

FREQUENCY OF ATTACK OF INSECT INGER-INGER (Neotermes tectonae Damm) IN

TEAK STAND IN RPH CURAH JATI BKPH GRAJAGAN KPH SOUTH BANYUWANGI

IkaNofi Hastuti¹

¹Fakultas Kehutanan Universitas Winaya Mukti (UNWIM)

Korespondensi: ikanof@gmail.com

ABSTRAK

Inger-inger ( Neotermes tectonae Damm) termasuk binatang kelas Insecta dari Ordo Isoptera. Inger-inger juga disebut sebagai rayap pohon dan sering menyerang pada pohon Jati (Tectona grandis) yang masih hidup. Serangan Inger-inger terjadi pada pohon sehat serta bagian yang mati,lapuk, dan bekas luka.Inger-inger mencerna sellulosa yang pada potongan kayu maupun tanaman yang masih hidup. Akibatnya pohon tersumbat, sistem penyaluran bahan makanan dan mengalami pembengkakan ( gembol) , kulit pohon akan pecah-pecah /mengelupas dan tidak berproduksi kembali. Penelitian ini bertujuan mengetahui frekuensi serangan Inger-inger terhadap tegakan Jati (Tectona grandis) dan kerugian ekonomis yang diakibatkan oleh serangan. Berdasarkan hasil penelitian ada 2 bentuk kerusakan yaitu dari luar (berupa gembol pada batang atau bagian yang terserang, keadaan kulit pohon yang pecah-pecah dan pengelupasan ) dan kerusakan dalam batang pohon , terlihat liang-liang kembara rayap secara melintang, membujur dan melingkar. Frekuensi serangan serangga Inger-inger,dari 40 petak pengamatan , terdapat 9 petak yang terserang Inger-Inger, dipetak 39c dengan Frekuensi serangan antara 19,05% sampai dengan 55,56%. Hasil pengukuran suhu dan kelembaban pada daerah tersebut adalah 24,5 °C dan 81,56%. Kondisi tersebut merupakan kondisi ideal bagi perkembangan serangga inger. Berdasarkan frekuensi serangan Inger-inger, akibat serangan serangga tersebut diduga kerugiannya sebesar Rp. 81.570.000,- .Tingginya nilai kerugian tersebut diakibatkan oleh hilangnya nilai ekonomis kayu.

Kata Kunci : Ekonomis Kayu, Frekuensi Serangan, Inger-inger, Tegakan Jati

ABSTRACT

Inger-inger (Neotermes tectonae Damm) includes the Insecta class of the Isoptera Order. Inger-inger is also referred to as tree termites and often attacks on living Jati (Tectona grandis) trees. Inger-inger attacks occur in healthy trees and the dead, decayed, and scarred parts. Ingers digest cellulose which is in pieces of wood and plants that are still alive. As a result, the tree is clogged, the food distribution system and experiencing swelling (gembol), the bark will crack / peel and not produce again.This study aims to determine the frequency of Inger-inger attacks on Teak stands (Tectona grandis) and economic losses caused by attacks. Based on the results of the study there are 2 forms of damage, namely from the outside (in the form of

(2)

Bandung, 2 Maret 2019 300 sticks on the stems or parts that are affected, the state of broken tree peels and peeling) and damage in the tree trunks, visible termites crossing, longitudinal and circular. The frequency of Inger-inger insects, from 40 observation plots, there were 9 plots attacked by Inger-Ingers, plotted 39c with the frequency of attacks between 19.05% and 55.56%. The results of temperature and humidity measurements in the area were 24.5 ° C and 81.56%. This condition is an ideal condition for the development of Inger-inger insects. Based on the frequency of Inger-inger attacks, due to the attack of the insect it is suspected that the loss is Rp. 81,570,000, -. The high value of the loss is caused by the loss of the economic value of wood. Keywords: Frequency of Attack, Inger-inger, Teak Stand, Wood Economy

PENDAHULUAN

Industri kehutanan berkembang di Indonesia dengan bermacam-macam jenis industri, mulai dari industri kayu gergajian, plywood, industri pul dan kertas. Salah satu primadona industri kehutanan yang telah berkembang sejak lama adalah industri pengolahan kayu jati sebagai bahan baku meubeler, kusen, pintu dan lain-lain.

Tingginya minat masyarakat akan produk olahan jati disebabkan oleh kualitas produk yang bernilai tinggi dan sangat awet, dari kerusakan yang diakibatkan oleh faktor perubak biologis.

Pemilihan jenis yang baik akan sangat menunjang bagi keberhasilan budidaya jati, namun seringkali tanaman Jati yang telah tumbuh baik karena pemeliharaannya kurang baik , bisa terserang oleh berbagai jenis faktor perusak hama. Hama Jati yang telah dikenal sejak lama adalah rayap pohon (Neotermes tectonae Damm) atau yang dikenal sebagai Inger-inger.

Menurut data dari Perum Perhutani, daerah endemik serangan Inger-inger di Jawa Timur selain di KPH Cepu adalah KPH Banyuwangi dan Kebonharjo.Frekuensi serangan Inger-inger pada kedua KPH tersebut sangat tinggi, namun hingga saat ini data kerusakannya belum secara rinci diketahui. Oleh karena itu perlu dilakukan

penelitian untuk mengukur frekuensi serangan Inger-inger yang dilakukan di salah satu RPH di BKPH Grajagan KPH Banyuwangi Selatan serta untuk menegtahui taksiran kerugian akibat kerusakan yang disebabkan oleh Inger-inger.

BAHAN DAN METODE

A. Waktu dan Tempat

Penelitian dilaksanakan pada September 2016-Januari 2017 yang mengambil lokasi di kawasan hutan Jati RPH Curah Jati BKPH Grajagan KPH Banyuwangi Selatan.

B. Alat dan Bahan

Alat yang digunakan dalam penelitian adalah peta kerja, Roll meter, cat, kuas, Termometer, alat pengukur kelembaban (Higrometer), alat tulis dan kamera. Sedangkan obyek dari penelitian ini adalah tegakan jati di RPH Curah Jati BKPH Grajagan KPH Banyuwangi Selatan.

C. Metode Penelitian

1. Pembuatan Petak Pengamatan

Petak pengamatan berupa plot pengukuran dengan ukuran 20 x 20 m yang dibuat secara acak di setiap anak petak , yang berada di RPH Curah Jati . Pada

(3)

Bandung, 2 Maret 2019 301 masing- masing anak petak dibuat 1 (satu )

petak pengamatan sehingga total petak pengamatan sebanyak 40 petak pengamatan.Batas-batas petak pengamatan ditandai dengan menggunakan tali plastik .

2. Pengamatan Intensitas Serangga

Tingkat serangan inger-inger pada tegakan jati menurut Subyanto (1995) dapat ditentukan dengan menggunakan intensitas sampling (IS) , yang dihitung berdasarkan persamaan sebagai berikut :

IS = Jumlah Pohon yang diserang pada masing-masing petak contoh x 100 % Jumlah Pohon dalam seluruh petak contoh

Dengan Kriteria :  Ringan , jika IS =˂ 15%  Sedang , jika IS = 15 – 49 %  Berat , jika IS = ˃ 50% 3. Pengamatan Bentuk-bentuk Kerusakan

Bentuk kerusakan diamati pada bagian permukaan batang dan bagian dalam batang. Pengamatan pada bagian dalam dilakukan pada arah radial dan tangensial. Cara pengamatan pada arah radial dilakukan dengan emotong batang yang terserang menjadi dua bagian, selanjutnya diamati bentuk-bentuk kerusakannya terutama arah dan bentuk liang gerek.

Semnetara itu pengamatan arah tangensial dilakukan dengan membelah batang menjadi dua bagian.

4. Kerugian Ekonomis

Kerugian ekonomis dihitung berdasrakan nilai kayu yang hilang akibat serangan inger-inger , dengan demikian kerugian ekonomis pada penelitian ini dihitung berdasrkan persamaan sebagai berikut :

Kerugian Ekonomis (Rp) =

volume kayu terserang inger-inger (m3) x Nilai Kayu (Rp)/m3 HASIL DAN PEMBAHASAN

I. Bentuk Kerusakan Serangan Hama Inger-inger

Hasil pengamatan pada pohon Jati yang terserang inger-inger menunjukkan bahwa serangga ini seluruhnya menyerang bagian batang pohon Jati dan tidak dijumpai adanya inger-inger yang menyerang bagian

cabang. Kondisi ini diduga diakibatkan oleh masih rendahnya kelas umur Jati sehingga belum ada cabang yang berukuran besar sebagai tempat inger-inger.

II. Penampakan Kerusakan pada Permukaan Batang

Inger-inger masuk ke dalam kayu melalui lubang atau celah pada bagian pohon yang mengalami gangguan seperti

(4)

Bandung, 2 Maret 2019 302 lapuk atau mati dan selanjutnya setelah

beberapa saat akan diteruskan kebagian kayu yang sehat.

Aktivitas serangan Inger-inger dengan cara menggerek ke arah samping . Pada tempat-tempat tersebut laron mencari lubang-lubang atau celah-celah yang ekmudian akan bergerak memperbesar liangnya ke bagian dalam ( kayu gubal dan teras).

Bentuk serangan melingkar diawali pada kayu gubal kemudian diteruskan pada kayu teras, sehingga bagian yang terserang akan terlihat menggembol secara melingkar dan berbelah-belah. Setelah beberapa lama inger-inger mendiami pohon, gejala baru akan terlihat tiga sampai empat tahun, bahkan ada yang sampai tujuh tahun. Kemungkinan gejala berupa gembol tersebut baru terlihat pada kelas umur III, dan kulit pohon kasar.

Pada saat serangan semakin parah maka kulit pohon akan tampak pecah-pecah . Hal ini akan berakibat tidak baik pada tegakan, di samping pohon akan mati juga akan menurunkan mutu kayu bahkan kayu tidak dapat dimanfaatkan sama sekali.

Gambar 1 .Serangan Inger-inger/rayap ke dalam kayu.

III. Penampakan Kerusakan pada Arah Radial

Penampakan pada arah radial terlihat pada bagian dalam batang, tampak apabila batang yang terserang dipotong. Inger-inger menyerang pada kayu gubal , kemudian kayu teras , arah gerekan adalah ke arah samping. Ukuran lubang gerek dari aktivitas inger-inger rata-rata 2 Cm. Bentuk kerusakan pada arah radial disajikan pada gambar 5.

IV. Penampakan Kerusakan Pada Arah Tangensial

Inger-inger tampak menggerek batang searah serat, dengan membentuk liang-liang gerek memanjang dan saling berhubungan . Pada awalnya terjadi pelebaran yang dapat mencapai kulit batang pada tempat pertama Inger-inger masuk. Akibat pelebaran liang gerek akan menghambat aliran makanan sehingga merangsang tumbuhnya tunas air. Sebagai reaksi kambium membentuk lingkaran tumbuh yang lebih lebar sehingga mengakibatkan terjadinya gembol.

V. Frekuensi Serangan

Berdasarkan hasil pengamatan terhadap frekuensi serangan inger-inger di RPH Curah Jati di 40 Petak Pengamatan, terdapat sembilan petak pengamatan yang terserang inger-inger dengan intensitas serangan antara 19,05% sampai dengan 55,56% . Data selengkapnya disajikan pada Tabel 1.

(5)

Bandung, 2 Maret 2019 303 Tabel 1. Tingkat Serangan Hama Inger-inger pada Kelas Umur III.

Petak Pengamatan Σ Pohon Dalam Petak Contoh Σ Pohon yang Terserang dalam Petak Contoh Frekuensi Serangan 9 47 10 21,28 10 42 8 19,05 17 55 23 41,82 16 48 12 25,00 15 47 13 27,66 14 39 9 23,10 21 41 10 24,39 22 44 20 45,45 23 45 25 55,56 Σ 408 130 273,20 45,33 14,44 30,36

Kesembilan petak pengamatan tersebar secara mengelompok pada daerah petak 39 C. Pada daeran tersebut diduga memiliki kondisi lingkungan yang lebih menudukung kehidupan inger-inger. Hasil pengukuran suhu dan kelembaban di daerah tertentu adlah 25,5 – 27 °C dsn 81-85,56 % . Kondisi tersebut merupakan kondisi ideal bagi perkembangan inger-inger.

Tempat tumbuh yang lembab dan hangat akan disukai oleh Inger-inger untuk hidup dan berkembang biak . Kondisi ini serupa dengan sifat jenis rayap lainnya dari kelompok rayap pohon atau rayap kayu basah, yang menyukai kayu –kayu dengan kadar air tinggi. Kandungan kadar air kayu ini berkorelasi dengan kelembaban lingkungan di sekitarnya. Tarumingkeng ( 2000) kelembaban yang cocok untuk perkembangan rayap adalah kelembaban yang tinggi , yaitu hampir mencapai 100% . Pada tegakan jati kelembaban terkait dengan kadar air pada kayu jati itu sendiri.

VI. Kerugian Ekonomis

Tanaman yang terserang inger-inger pada umumnya tidak akan menyebabkan

kematian, meskipun kadang kematian pucuk seringkali terjadi akibat serangan inger-inger, sehingga tumbuh pucuk baru. Pembentukan tunas-tunas akan menyebabkan penurunan kualitas batang akan rendahnya tinggi bebas cabang . Selain hal di atas, serangan inger-inger akan meyebabkan rentannya pohon terhadap angin.

Batang kayu Jati yang terserang inger-inger akan menurun kualitasnya bahkan pada tingkat serangan berat nilai kayu menjadi sangat rendah karena tidak diperjualbelikan. Berdasarkan kondisi ini terjadi kerugian ekonomis yang sangat berarti. Perkiraaan kerugian ekonomis akibat serangan inger-inger pada setiap petak pengamatan yang terserang disajikan pada Tabel 2.

(6)

Bandung, 2 Maret 2019 304 Tabel 2. Kerugian Ekonomis Serangan

Inger-inger pad Kelas Umur III di RPH Curah Jati. No.Petak Volume (m3) Kerugian ekonomis ( Rp) 9 1.122 6.907.400 10 1.132 6.924.400 17 3.059 10.200.300 16 1.472 7.502.400 15 1.568 7.665.600 14 1.013 6.722.210 21 1.568 7.665.600 22 2.521 6.722.210 23 2.859 9.860.300 Jumlah 16.314 80.030.720

Berdasarkan data pada tabel 2 total kerugian ekonomis akibat serangan inger-inger di RPH Curah Jati BKPH Grajagan KPH Banyuwangi Selatan adalah Rp. 80.030.720,00 dengan luas petak pengamatan yang terserang sebesar 28.8575 Ha. Nilai kerugian ini tentunya sangat besar dan tidak termasuk kerugian yang dihitung dari persiapan penanaman, penyediaan bibit dan biaya pemeliharaan tegakan selama 30 tahun. Besar nilai kerugian diakibatkan hilangnya nilai ekonomis kayu jati yang terserang inger-inger. Kayu yang terserang inger-inger tidak laku dijual sehingga tidak bernilai secara ekonomis.

KESIMPULAN A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil dan pembahasan penelitian , dapat disimpulkan sebagai berikut :

1. Bentuk kerusakan jati yang terserang inger-inger tampak dibagian

permukaan , yang membentuk gembol pada bagian batang, kulit pohon pecah-[ecah dan kasar serta pada kerusakan yang parah kulut pohon akan mengelupas.

2. Pada arah radial dan tangensial dijumpai bahwa arah liang gerek inger-inger sejajar serat dari kayu gubal menuju kayu teras.

3. Frekuensi serangan inger-inger pada tegakan jati di petak pengamatan yang terserang inger-inger berkisar antara 19,05% sampai 55,56% . Lokasi petak pengamatan pohon jati yang terserang inger-inger mengelompok di petak 39C yang berdekatan dengan daerah pantai.

4. Kerugian ekonomis yang dialami oleh RPH Curah Jati akibat dari serangan inger-inger sebesar Rp. 80.030.720,00. B. Saran

Serangan inger-inger pada tegakan jati perlu mendapat perhatian yang lebih memadai mengingat kerugian ekonominya yang cukup tinggi. Dipihak lain pengetahuan teknologi pengendalian hama perlu terus ditingkatkan , mengikuti disipiln informasi mengenai referensi habitat inger-inger , yang diamati secara detail.

DAFTAR PUSTAKA

Rahayu. S. 2013. Penyakit Tanaman Hutan di Indonesia. Gejala, Penyebab dan Teknik Pegendaliannya. Yogyakarta. 61-64.

Rismayadi. Y.2001. Pengendalian Inger-inger Terpadu. IPB Bogor.

Purwanto. T, 2011. Beberapa Jenis Hama Penyakit yang meyerang Hutan

(7)

Bandung, 2 Maret 2019 305 Tanaman Industri di Pulau Jawa.

Surabaya 11.

Perum Perhutani. 2001. Klimatologi. Pusat Pendidikan Kehutanan Madiun. Soegianto, Agus. 2017. Studi Tingkat

Kerusakan Pohon Jati Akibat Serangan Hama Inger-inger di Beberapa Kelas Umur. Skripsi. Institut Pertanian Malang.

Gambar

Gambar 1 .Serangan Inger-inger/rayap ke  dalam kayu.

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada petak 97a tepatnya pada SLP I termasuk hutan 

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hasil getah pinus (P. merkusii Jungh et de Vriese) 

Hasil pengamatan yang didapat menunjukkan bahwa selama pengamatan, jumlah serangga yang tertangkap dengan menggunakan berbagai jenis perangkap pada areal tanaman kelapa sawit

Hasil penelitian pada tegakan Akasia mangium memperlihatkan bahwa terdapat perbedaan kadar karbon pada bagian-bagian pohon (akar, batang utama, cabang, ranting dan

Hasil analisis yang telah dilakukan (Tabel 1), model pertumbuhan diameter yang terbaik berdasarkan kriteria uji, diantaranya hubungan antara variabel bebas umur dengan

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara kelas umur tanaman jati dengan frekuensi (persentase pohon jati yang bertumbuhan benalu) dan

Hasil pengamatan menunjukkan jumlah sampel serangga yang diamati yaitu sebanyak 60 ekor yang diperoleh dari dalam lubang gerekan pada bagian batang sampel

Berdasarkan hasil analisis laboratorium menunjukkan bahwa bagian batang memiliki kandungan biomassa paling besar diantara bagian pohon yang lainnya yaitu sebesar 8.306,02