• Tidak ada hasil yang ditemukan

Strategi Pembangunan Kawasan Strategis Mebidangro Chapter III VI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Strategi Pembangunan Kawasan Strategis Mebidangro Chapter III VI"

Copied!
112
0
0

Teks penuh

(1)

BAB III

DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

3.1 Gambaran Umum Provinsi Sumatera Utara

Perkembangan Provinsi Sumatera Utara tidak terlepas dari dimensi historis, ekonomi, dan karakteristik Provinsi Sumatera Utara itu sendiri yakni kegiatan ekonomi dan sosial di Provinsi Sumatera Utara secara garis besar terkonsentrasi di wilayah pantai timur, sedang bagian tengah, pantai barat, dan kepulauan di sekitar provinsi ini, tingkat perkembangan wilayah serta kesejahteraan dan kemakmuran rakyatnya relatif tertinggal. Laju pertumbuhan ekonomi wilayah ini lebih lambat dari wilayah lainnya sehingga mengakibatkan bertambahnya kesenjangan antar wilayah. Dengan demikian, tantangannya adalah meningkatkan pengembangan wilayah yang tertinggal tersebut dengan menyerasikan laju pertumbuhan perkotaan di wilayah-wilayah yang masih ketinggalan agar menjadi pusat pertumbuhan untuk mendorong perekonomian di wilayah tersebut sehingga dapat mengurangi kesenjangan tingkat kesejahteraan dan kemakmuran antar wilayah di provinsi ini.

Pesisir timur merupakan wilayah di dalam provinsi yang paling pesat perkembangannya karena persyaratan infrastruktur yang relatif lebih lengkap daripada wilayah lainnya. Wilayah pesisir timur juga merupakan wilayah yang relatif padat konsentrasi penduduknya dibandingkan wilayah lainnya. Pada masa

kolonial residentie Sumatra's Oostkust

(2)

Di wilayah tengah provinsi berjajar pegunungan ini terdapat beberapa wilayah yang menjadi kantong-kantong konsentrasi merupakan daerah padat penduduk yang menggantungkan hidupnya kepada danau ini. Pesisir barat merupakan wilayah yang cukup sempit, dengan komposisi penduduk yang terdiri dari masyarakat Batak, Minangkabau, dan Aceh. Namun secara kultur dan etnolinguistik, wilayah ini masuk ke dalam budaya dan Bahasa Minangkabau.

Dalam konteks pembangunan wilayah untuk pusat pertumbuhan secara regional, Pemerintah pusat bersama Pemerintah Provinsi Sumatera Utara (Pemprovsu) sedang merancang pengembangan kawasan perkotaan Metropolitan Medan – Binjai – Deliserdang dan Kabupaten Karo (Mebidangro).

(3)

3.2 Provinsi Sumatera Utara Secara Geografis 3.2.1 Letak Geografis dan Luas Wilayah

Provinsi Sumatera Utara terletak di antara 10-40 Lintang Utara dan 980-1000 Bujur Timur. Luas wilayah Provinsi Sumatera Utara mencapai 71.680,68 km2 atau 3,72% dari luas Wilayah Republik Indonesia. Provinsi Sumatera Utara memiliki 162 pulau, yaitu 6 pulau di Pantai Timur dan 156 pulau di Pantai Barat.

Batas wilayah Provinsi Sumatera Utara meliputi Provinsi Aceh di sebelah Utara, Provinsi Riau dan Sumatera Barat di sebelah Selatan, Samudera Hindia di sebelah Barat, serta Selat Malaka di sebelah Timur. Letak geografis Provinsi Sumatera Utara berada pada jalur strategis pelayaran Internasional Selat Malaka yang dekat dengan Singapura, Malaysia, dan Thailand.

3.2.2 Sumatera Utara Secara Topografis

(4)

Wilayah dataran tinggi dan wilayah Pantai Barat seluas 46.758,69 km2 atau 65,23% dari luas wilayah Sumatera Utara, yang sebagian besar merupakan pegunungan, memiliki variasi dalam tingkat kesuburan tanah, iklim, topografi dan kontur serta daerah yang struktur tanahnya labil. Beberapa danau, sungai, air terjun dan gunung berapi dijumpai di wilayah ini serta sebagian wilayahnya tercatat sebagai daerah gempa tektonik dan vulkanik.

Sumatera Utara dibagi dalam 3 (tiga) kelompok wilayah/kawasan yaitu Pantai Barat, Dataran Tinggi, dan Pantai Timur.

1. Kawasan Pantai Barat meliputi Kabupaten Nias, Kabupaten Nias Utara, Kabupaten Nias Barat, Kabupaten Mandailing Natal, Kabupaten Tapanuli Selatan, Kabupaten Padang Lawas, Kabupaten Padang Lawas Utara, Kabupaten Tapanuli Tengah, Kabupaten Nias Selatan, Kota Padangsidimpuan, Kota Sibolga dan Kota Gunungsitoli.

2. Kawasan dataran tinggi meliputi Kabupaten Tapanuli Utara, Kabupaten

Toba Samosir, Kabupaten Simalungun, Kabupaten Dairi, Kabupaten Karo, Kabupaten Humbang Hasundutan, Kabupaten Pakpak Bharat, Kabupaten Samosir, dan Kota Pematangsiantar.

(5)

konsentrasi penduduknya dibandingkan wilayah lainnya. Serta memiliki lahan yang luas dan berpotensial untuk dikembangkan.

33. Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Provinsi Sumatera Utara Bappeda Provinsi Sumatera Utara beralamat Jl. P. Diponegoro No. 21 A, Medan Telepon: (061) 455600, 4538045; Fax: 061) 4513830.

3.3.1 Visi Dan Misi Bappeda Provsu

Dalam menyelenggarakan tugas pokok fungsinya, Bappeda Provinsi Sumatera Utara mempunyai visi dan misi sebagaimana yang tercantum pada Rencana Strategis Badan Perencanaan dan Pembangunan Provinsi Sumatera Utara 2009-2013 sebagai berikut:

VISI: “Menjadi Badan Perencanaan yang handal dalam peningkatan pembangunan daerah menuju Sumatera Utara yang maju, sejahtera, dan harmoni dalam keberagamannya.”

MISI: Dalam rangka mewujudkan perencanaan yang lebih inovatif melalui:

1. Mengembangkan perencanaan pembangunan daerah sesuai urusan

perencanaan termasuk mengurangi kesenjangan antar wilayah melalui peningkatan profesionalitas aparat dan inovasi teknologi.

(6)

3.3.2 Tugas dan Fungsi Bappeda Provinsi Sumatera Utara

Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Provinsi Sumatera Utara, selanjutnya disebut Bappeda Provinsi Sumatera Utara merupakan unsur penunjang Pemerintah Provinsi Sumatera Utara di bidang perencanaan pembangunan. Bappeda Provinsi Sumatera Utara dipimpin oleh seorang Kepala Badan yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Gubernur Sumatera Utara melalui Sekretaris Daerah Provinsi Sumatera Utara.

Tugas Pokok Bappeda Provinsi Sumatera Utara adalah untuk membantu Gubernur Sumatera Utara dalam penyelenggaraan pemerintah daerah di bidang perencanaan pembangunan daerah.

Fungsi Bappeda Provinsi Sumatera Utara adalah

1. Pelaksanaan perumusan kebijakan teknis di bidang Perencanaan Pembangunan Daerah

2. Pelaksanaan Pelayanan penunjang dalam penyelenggaraan Pemerintah Daerah dibidang perencanaan Pembangunan Daerah

3. Pelaksanaan penyusunan rencana program, monitoring, evaluasi dan

pelaporan di bidang Perencanaan Pembangunan Daerah.

4. Pelaksanaan penyusunan kebijakan Perencanaan Pembangunan Daerah dalam jangka panjang dan jangka menengah serta perencanaan operasional tahunan

5. Pelaksanaan koordinasi Perencanaan Pembangunan Daerah di

(7)

3.3.3 Gambaran Umum Bidang Tata Ruang dan Pengembangan Wilayah 1. Tugas Pokok dan Fungsi Bidang Tata Ruang dan Pengembangan Wilayah

Kepala Sub Bidang Tata Ruang dan Pengembangan Wilayah mempunyai uraian tugas pokok:

a. Melaksanakan, menyajikan bahan/data untuk penyusunan dan penyempurnaan Standar pelaksanaan Perencanaan dan standar Pelaksanaan Peningkatan Kapasitas dibidang tata ruang dan pengembangan wilayah,

b. Melaksanakan perumusan rencana pembangunan jangka menengah dan tahunan dibidang tata ruang dan pengembangan wilayah, sesuai dengan standar yang ditetapkan,

c. Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh kepala bidang sesuai dengan bidang tugasnya,

d. Melaksanakan pemberian masukan yang perlu kepada kepala bidang sesuai dengan bidang tugasnya, dan

e. Melaksanakan pelaporan dan mempertanggungjawabkan pelaksanaan

tugasnya kepada kepala bidang sesuai dengan standar yang ditetapkan. Bidang Tata Ruang dan Pengembangan Wilayah menyelenggarakan fungsi:

a. Penyelenggaraan pembinaan pegawai pada lingkup bidang tata ruang dan pengembangan wilayah,

b. Penyelenggaraan arahan, bimbingan kepada pejabat struktural pada

(8)

c. Penyelenggaraan pengkoordinasian penyempurnaan dan penyusunan

Standar Pelaksanaan Peningkatan Kapasitas dibidang penataan ruang dan pengembangan wilayah,

d. Penyelenggaraan evaluasi hasil-hasil pembangunan dibidang tata ruang dan pengembangan wilayah.

2. Struktur Organisasi Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Provinsi Sumatera Utara

Susunan organisasi Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Provinsi Sumatera Utara terdiri dari:

a. Badan.

b. Sekretariat, terdiri dari : 1. Sub Bagian Umum; 2. Sub Bagian Keuangan; 3. Sub Bagian Program.

c. Bidang Perencanaan Ekonomi dan Keuangan, terdiri dari :

1. Sub Bidang Ekonomi dan Keuangan; 2. Sub Bidang Produksi.

d. Bidang Perencanaan Sumber Daya Manusia dan Sosial Budaya, terdiri dari :

(9)

e. Bidang Tata Ruang dan Pengelolaan Lingkungan. terdiri dari :

1. Sub Bidang Tata Ruang dan Pengembangan Wilayah;

2. Sub Bidang Kelestarian Lingkungan Hidup dan Keanekaragaman Hayati.

f. Bidang Perencanaan Sarana dan Prasarana, terdiri dari : 1. Sub Bidang Perhubungan;

2. Sub Bidang Sumber Daya Air

g. Bidang Pengendalian, Evaluasi dan Statistik, terdiri dari:

1. Sub Bidang Evaluasij Monitoring dan Informasi Pembangunan; 2. Sub Bidang Pengendalian dan Statistik

(10)

Struktur Organisasi Bappeda Sumatera Utara

Fungsional Sub Bag ian

Keuangan

Bid Tata Ruang & Lingkungan Hidup Bid Perencanaan

SDM/ Sos Bud Bid Perencanaan

Ekonomi & Keu

(11)

3.4 Dinas Tata Ruang Dan Permukiman Provinsi Sumatera Utara

1 Visi dan Misi Dinas Tata Ruang Permukiman Provinsi Sumatera Utara Adapun yang menjadi visi dari Dinas Tata Ruang dan Permukiman Provinsi Sumatera Utara adalah sebagai berikut:

“Terwujudnya Permukiman Sesuai Rencana Tata Ruang”

Adapun misi Dinas Penataan Ruang dan Permukiman Provinsi Sumatera Utara sebagai berikut:

a) Mewujudkan kualitas organisasi yang efisien, tata laksana yang efektif

dan Sumber Daya Manusia yang professional, mandiri, dengan menerapkan prinsip good governance.

b) Mewujudkan rencana tata ruang sebagai basis pembangunan wilayah

dan kawasan.

c) Mewujudkan perumahan dan permukiman di perkotaan dan perdesaan yang layak huni, produktif, terjangkau dan berkelanjutan melalui pengembangan sistem, prasarana dan sarana lingkungan perumahan dan permukiman dalam mendukung pengembangan wilayah.

d) Mewujudkan pelayanan prasarana dan sarana penyehatan lingkungan yang prima.

2 Tugas Pokok dan Fungsi Dinas Tata Ruang Dan Permukiman Provinsi Sumatera Utara

Untuk melaksanakan tugas, Dinas menyelenggarakan fungsi:

(12)

b. Penyelenggaraan urusan Pemerintah dan Pelayanan Umum di bidang

penataan ruang, perumahan dan permukiman, tata bangunan dan jasa konstruksi serta penyehatan lingkungan Kepenataan Ruang Dan Permukiman,

c. Pelaksanaan pemberian perizinan di bidang Kepenataan Ruang Dan Permukiman,

d. Pembinaan dan Pelaksanaan tugas dibidang Kepenataan Ruang Dan Permukiman,

e. Pelaksanaan tugas pembantuan di bidang kepenataan ruang dan permukiman.

Kepala Dinas Penataan Ruang dan Permukiman, mempunyai uraian tugas: a. Menyelenggarakan pembinaan, bimbingan, arahan dan penegakan disiplin

pada lingkup Dinas,

b. Menyelenggarakan dan memimpin, membina, mensinkronisasikan, mengendalikan tugas dan fungsi Dinas,

c. Menyelenggarakan penetapan program kerja dan rencana kegiatan Dinas,

sesuai dengan arahan pembangunan nasional dan pembangunan dan daerah,

d. Menyelenggarakan penetapan pengkajian dan penetapan pemberian dukungan dengan kebijakan umum dan kebijakan Pemerintah Daerah,dan e. Menyelenggarakan pengkoordinasian penyusunan tugas-tugas teknis serta

(13)

Untuk melaksanakan tugas, fungsi dan uraian tugas, Kepala Dinas Penataan Ruang dan Permukiman dibantu oleh:

a. Sekretaris,

b. Kepala Bidang Penataan Ruang,

c. Kepala Bidang Perumahan dan Permukiman, d. Kepala Bidang Tata Bangunan dan Jasa Konstruksi, e. Kepala Bidang Penyehatan Lingkungan,

f. Kepala Unit Pelaksana Teknis Daerah, g. Kelompok Jabatan Fungsional.

3.5 Tugas Pokok dan Fungsi Bidang Penataan Ruang

Bidang Penataan Ruang mempunyai tugas membantu Kepala Dinas dalam menyelenggarakan urusan di bidang penataan ruang, perencanaan dan pemanfaatan tata ruang, dan pengendalian tata ruang.

Untuk melaksanakan tugas Bidang Penataan Ruang mempunyai fungsi: a. Penyelenggaraan pembinaan, bimbingan dan penegakan disiplin pada

lingkup bidang penataan ruang,

b. Penyelenggaraan penyusunan konsep kebijakan dan penyusunan perencanaan penataan ruang Provinsi berdasarkan kebijakan nasional dengan memperhatikan keserasian antar Kabupaten/Kota,

c. Penyelenggaraan Norma, Standar, Pedoman dan Kriteria (NSPK) sesuai

mekanisme atau prosedur dalam pengendalian pemanfaatan ruang,

(14)

rangka keterpaduan program tata ruang sesuai ketentuan dan standar yang ditetapkan.

Untuk melaksanakan tugas dan fungsi Kepala Bidang Penataan Ruang mempunyai uraian tugas:

a. Menyelenggarakan pembinaan, bimbingan dan arahan kepada pegawai pada lingkup bidang Penataan Ruang,

b. Menyelenggarakan pedoman perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan penyelenggara tata ruang,

c. Menyelenggarakan pengawasan dan pembinaan tata ruang sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan,

d. Menyelenggarakan Norma, Standar, Peraturan dan Kriteria (NSPK) sesuai

(15)

SEKSI TATA TEKNIS DAN

(16)

BAB IV PENYAJIAN DATA A. Visi dan Misi

Visi Rencana Tata Ruang Mebidangro adalah “mewujudkan Kawasan Mebidangro sebagai pusat perekonomian nasional dan internasional, permukiman yang nyaman, didukung infrastruktur yang terpadu serta yang berwawasan lingkungan.”

Adapun misi Rencana Tata Ruang Mebidangro adalah:

1. Mewujudkan perekonomian yang tangguh dan dinamis, tidak hanya menjadi pusat perekonomian di Indonesia bagian barat tetapi juga dalam konstelasi IMT-GT (Indonesia Malaysia Thailand-Growth Triangle).

2. Mewujudkan Metropolitan Mebidangro sebagai pusat pelayanan tidak hanya bagi kawasan metropolitan dan Provinsi Sumatera Utara, tetapi juga bagi wilayah Pulau Sumatera.

3. Menjadikan Metropolitan Mebidangro sebagai simpul pergerakan regional, nasional dan internasional.

4. Mewujudkan prasarana dan sarana perkotaan yang terintegrasi, handal dan berwawasan lingkungan.

5. Mewujudkan Kawasan Metropolitan Mebidangro yang aman, nyaman, tertib dan religius melalui pembangunan perkotaan yang berkeadilan. 6. Mewujudkan masyarakat kota yang berilmu pengetahuan, menguasai

teknologi, beriman, bertaqwa serta mandiri.

Tujuan Kawasan Strategis Mebidangro terkait visi tersebut adalah:

(17)

Sumatera Selatan serta memberi manfaat bagi pencapaian tujuan pembangunan nasional.

2. Mendukung pencapaian pertumbuhan ekonomi yang sehat di Kawasan

Mebidangro.

3. Menciptakan pemanfaatan ruang dikawasan Mebidangro secara optimal dengan memaksimalkan fungsi lahan.

4. Memaksimalkan dan melindungi peran kawasan lindung di kawasan Mebidangro.

5. Mendorong perkembangan industri di kawasan Mebidangro secara berkelanjutan.

6. Mendorong pertumbuhan ekonomi masyarakat dengan pengaturan dan

pembangunan infrastruktur yang terarah dan sinergi.

Kebijakan Wilayah Mebidangro, pada kebijakan wilayah ini meninjau kebijakan-kebijakan yang terkait dengan wilayah Metropolitan Mebidangro yang dilihat dari Arahan Kebijakan Tingkat Nasional, Arahan Kebijakan Tingkat Kepulauan (Pulau Sumatera), Arahan Kebijakan Tingkat Provinsi dan arahan masing-masing kabupaten/kota yang berada di Metropolitan Mebidang (kebijakan Kota Medan, kebijakan Kota Binjai, kebijakan Kabupaten Deli Serdang, dan kebijakan Kabupaten Karo.

A.1 ARAHAN TINGKAT NASIONAL

(18)

a) Menetapkan Kawasan Metropolitan Mebidangro sebagai Pusat Kegiatan

Nasional (PKN), Tebingtinggi, Sidikalang, Balige, Gunung Sitoli, P.Sidempuan, Pematangsiantar, Rantau Prapat, Kisaran, dan Sibolga sebagai Pusat Kegiatan Wilayah (PKW)

b) Menetapkan Kawasan Metropolitan Mebidang sebagai kawasan andalan di Sumatera Utara dengan sektor industri, perdagangan, pariwisata, pertanian, perkebunan, dan peternakan.

c) Menetapkan kawasan perkotaan Mebidang sebagai kawasan tertentu yang

mempunyai nilai strategis untuk diprioritaskan pengembangannya dalam konstelasi IMT-GT (segitiga pertumbuhan utama, Indonesia Malaysia Thailand-growth triangle). IMT-GT bertujuan untuk meningkatkan kerjasama dalam perdagangan, investasi, dan pariwisata.

d) Menetapkan Pelabuhan Belawan sebagai pelabuhan Internasional, pelabuhan Sibolga dan Kuala Tanjung sebagai pelabuhan pengumpan regional, dan pelabuhan Gunung Sitoli dan Teluk Nibung sebagai pelabuhan pengumpan lokal.

e) Bandar Udara Polonia atau Kuala Namu ditetapkan sebagai pusat penyebaran primer.

f) Terdapat rencana pengembangan jalan tol antar kota yaitu Tol Binjai- Medan dan Medan-Kuala Namu.

A.2 ARAHAN TINGKAT KEPULAUAN

(19)

Tabel 2

Strategi dan Program Pengembangan Struktur Lingkup Sumatera

Strategi Rincian

Strategi pengembangan sistem pusat

permukiman

mengendalikan pengembangan kawasan perkotaan Medan-Binjai-Deli

Serdang (PKN) Strategi pengembangan

sistem prasarana wilayah

- mengembangkan terminal penumpang tipe A pada kota yang berfungsi sebagai PKN

- mengembangkan jaringan transportasi laut antar-negara meliputi Pelabuhan Belawan dan lainnya

Program Rincian

program pembangunan sistem jaringan jalan

Pembangunan jaringan jalan Lintas Timur dengan prioritas tinggi yang

menghubungkan kota-kota: Bakauheni – Ketapang – Labuhan Maringgai - Sukadana – Menggala – Mesuji - Kayu Agung - Palembang – Pangkalan Balai – Betung - Jambi – Rengat – Pekanbaru – Dumai – Rantau Prapat – Kisaran – Tebing Tinggi – Lubuk Pakam – Medan – Binjai – Langsa –

Lhokseumawe – Banda Aceh pembangunan sistem

jaringan jalur kereta api

Pembangunan sistem jaringan dengan prioritas tinggi pada jalur-jalur :

Tarahan – Bandar Lampung – Baturaja – Blimbing – Muara Enim, Banda

Aceh – Bireun - Lhokseumawe – Langsa – Besitang – Medan, dan Medan -

Lubuk Pakam – Tebing Tinggi – Kisaran – Rantau Prapat - Dumai – Duri –

Pekanbaru pembangunan jaringan

prasarana pelabuhan laut

Pengembangan Pelabuhan Internasional di Belawan-Medan dengan

prioritas tinggi pembangunan sistem

jaringan transportasi udara

bandar udara pusat penyebaran dengan skala pelayanan primer di

Polonia/Kuala Namu-Medan dengan prioritas tinggi

pembangunan sistem pengolahan sumberdaya air

Sungai/Wilayah Sungai dengan prioritas tinggi pada Wilayah Sungai

(20)

Asahan, Wilayah Sungai Batang Gadis–Batang Toru

pengelolaan ruang pada kawasan andalan

pengembangan Kawasan andalan Perkotaan Metropolitan Mebidang

dengan prioritas tinggi

Sumber: RTR Pulau Sumatera, Tahun 2007

A.3 ARAHAN TINGKAT PROVINSI SUMATERA UTARA

Visi pembangunan Provinsi Sumatera Utara dalam jangka panjang adalah: “Terwujudnya masyarakat Sumatera Utara yang Beriman, Maju, Mandiri, Sejahtera dan Menjunjung Tinggi Supremasi Hukum berdasarkan Pancasila dalam Kebhinekaan”. Terdapat lima Misi pembangunan Provinsi Sumatera Utara, sebagai berikut:

1. Meningkatkan keimanan dan ketaqwaan kepada Tuhan yang Maha Esa sebagai sumber moral dan akhlak mulia.

2. Meningkatkan kualitas aparatur pemerintah daerah yang menuju ke

pemerintahan yang baik

3. Membangun dan mengembangkan ekonomi kerakyatan yang bertumpu

pada pertanian, agroindustri, pariwisata dan sektor-sektor unggulan serta mengembangkan sumber daya alam yang berwawasan lingkungan. 4. Mengembangkan kualitas masyarakat dan sumber daya manusia yang

beriman, bertaqwa, cerdas, terampil, kreatif, inovatif serta memiliki etos kerja yang tinggi.

5. Meningkatkan kesetaraan, kebersamaan dan rasa persatuan dalam masyarakat.

(21)

berhubungan dengan northern growthtriangle: Medan-Penang-Phuket dibawah AFTA.

Selain itu mendukung kedudukan mebidangro dalam kerangka IMT-GT. Kerjasama ekonomi skala sub-regional IMT-GT yang bertujuan untuk penguatan jaringan infrastruktur berdasarkan The IMT-GT Roadmap 2007-2011 Action Plan, salah satunya berbentuk pengembangan jaringan transportasi dalam bentuk coridor economic , terbagi menjadi 4 koridor yaitu:

1) Koridor Songkhla (Thailand), Penang (Malaysia) dan Medan (Indonesia). 2) Koridor Selat Malaka,

3) Koridor Banda Aceh, Medan, Dumai, dan Palembang 4) Koridor Malaka (Malaysia) dan Dumai serta

5) Koridor Ranong, Phuket (Thailand) dan Aceh

Selain mempertimbangkan nilai strategis tersebut, kedudukan Metropolitan Mebidangro dalam lingkup Provinsi Sumatera Utara antara lain:

Pertama, kawasan perkotaan Mebidangro ditetapkan sebagai kawasan tertentu yang diprioritaskan pengembangannya dalam konstelasi IMT-GT.

(22)

pelayan primer A bagi pengembangan Kota Medan, Kota Binjai, Kabupaten Deli Serdang, Karo, Dairi dan Langkat. dengan wilayah pelayanan Provinsi Sumatera Utara, Sumatera bagian Utara, Provinsi lain, dan internasional. Keempat, Pelabuhan Belawan sebagai inlet-outlet point utama bagi sistem pergerakan penumpang menuju dan dari wilayah Sumatera Utara. Kelima, Bandara Polonia yang dipersiapkan untuk dipindahkan ke Kuala Namu ditetapkan sebagai pusat penyebaran primer dengan skala pelayanan regional, nasional, dan internasional.

Tabel 3

Kebijakan Kawasan Di Provinsi Sumatera Utara Terkait Mebidangro

Kawasan Wilayah dan Kegiatan

Kawasan Lindung Pola pemanfaatan ruang pada kawasan lindung termasuk di dalamnya antara lain cagar alam Sibolangit (Deli Serdang), dan Dolok.

Di samping itu juga suaka margasatwa Karang Gading (Deli Serdang dan Langkat).

Untuk kawasan pelestarian alam termasuk juga di dalamnya adalah Taman Nasional Gunung Leuser di Langkat, Taman Hutan Raya Bukit Barisan (Deli Serdang, Simalungun, Karo, dan Langkat),

Taman Wisata Alam di Sibolangit (Deli Serdang), Lau Debuk-Debuk (Karo), Deleng Lancuk (Karo).

Kawasan Budidaya Pertanian Tanaman Pangan

Jenis tanaman padi sawah dan padi ladang, palawija, dan buahbuahan, berada pada lokasi antara lain: Karo. Kawasan Budidaya

Pertanian Tanaman Perkebunan

Lahan perkebunan komoditi utama (wilayah Timur yang meliputi hampir seluruh wilayah kabupaten di pantai Timur), antara lain: Karo sedangkan untuk Perkebunan besar, antara lain Deli Serdang.

Kawasan Budidaya Perikanan

Perikanan laut lebih mendominasi dibandingkan perikanan darat.

- Perikanan darat tersebar di seluruh kabupaten/kota, kecuali kota Sibolga

- Perikanan laut dikembangkan di seluruh daerah kabupaten/kota yang memiliki kawasan laut, antara lain Deli Serdang dan kota Medan.

- Perikanan danau antara lain Karo.

Kawasan Budidaya Kehutanan Berdasarkan kesesuaian penggunaan lahan yang ada, maka lokasi budidaya hutan produksi meliputi :

- Hutan produksi terbatas, antara lain Karo

- Hutan produksi tetap, antara lain Deli Serdang bagian Selatan, hutan Siosar (Karo).

(23)

Kawasan Pertambangan Sumberdaya pertambangan, antara lain galian golongan C, migas, dan mineral. Sementara untuk beberapa jenis bahan tambang seperti emas dan batubara masih dalam tahap eksplorasi.

Arahan pola pemanfaatan ruang bagi: - kawasan potensi pertambangan - Bahan galian golongan C

- Galian tambang lainnya antara lain Karo. Wilayah Pengembangan Industri

besar dan menengah

Pengembangan industri:

- Industri kecil (pertanian dan rumah tangga lainnya) diarahkan di seluruh kabupaten/kota

- Industri besar dan menengah (pusat kegiatan industri

terbesar di Sumatera Utara) diarahkan di Kawasan

Perkotaan Mebidang.

- Industri besar dan menengah lainnya diarahkan Kawasan Pariwisata Sumatera Utara memiliki potensi obyek dan daya tarik

wisata

yang cukup beragam:

- kawasan wisata utama Danau Toba dan sekitarnya - Nias dan sekitarnya

- Brastagi dan Tanah Karo untuk wisata alam dan budaya

- Bahorok untuk wisata alam,

- Kawasan Pantai Timur sekitar kabupaten Deli Serdang.

Kawasan Perdesaan Mengembangkan pertanian lahan basah rakyat dengan lokasi

antara lain Kabupaten Deli Serdang. Kawasan Perkotaan 1. Pusat pelayanan:

• Primer B (Wilayah pantai barat).

• Primer (wilayah Pantai Timur): Mebidang. • Dataran tinggi Karo.

2. Kota-kota sekunder dikembangkan dengan intensitas sedang.

3. Pusat pelayanan sekunder dan tersier diperluas fungsinya sebagai pusat yang melayani wilayah pengembangan masingmasing

terutama untuk kegiatan agroindustri dan agrobisnis. 4. Pusat pelayanan tersier dikembangkan sebagai pusat pengumpul dan pengolah hasil pertanian rakyat di wilayah sekitarnya dengan dukungan feeder-road

5. Prioritas pengembangan kota-kota tersier adalah aktifitas sektor sekunder atau pengolahan berskala lokal yang mendukung pengembangan sektor primer di wilayah hinterlandnya.

Kawasan Tertentu Pengembangan kawasan perkotaan Mebidang pelayanan

(24)

meliputi

wilayah Provinsi Sumatera Utara hingga wilayah Sumatera

bagian Utara dengan prioritas aktivitas sektor sekunder dan tersier

Kawasan Andalan Terdapat 2 Kawasan andalan yang saling terintegrasi, yaitu: - Darat, yaitu : Kawasan Medan dan sekitarnya, dan

terdapat 4 kawasan lainnya.

- Laut, yaitu : Kawasan Laut Lhokseumawe-Medan dan

sekitarnya, serta terdapat 2 kawasan lainnya. Kawasan Pesisir dan Pulau-pulau

kecil

Pengembangan kawasan pesisir dan kelautan diarahkan pada :

1. Pengembangan kawasan wisata bahari dengan loaksi anatar

lain Medan dan Deli Serdang.

2. Pengembangan pelabuhan perikanan di kawasan pantai antara lain Deli Serdang, Medan.

Kawasan Strategis Hankamnas Di Pantai Barat Sumatera Utara terdapat garis pantai yang strategis bagi keperluan pendaratan yang memungkinkan penguasaan teritorial Sumatera Utara bagian Barat, Sumatera

Barat, dan Aceh Selatan. Lokasi yang diperuntukkan dalam kepentingan Hankamnas di Provinsi Sumatera antara meliputi :

1. Pendaratan Pasukan

- Pantai Cermin dan Pulau Berhala (Kabupaten Deli Serdang)

2. Pangkalan Perlawanan 3. Daerah Latihan Militer Sumber : RTRW Sumatera Utara 2005-2019

Pengembangan hirarki fungsional wilayah Provinsi Sumatera Utara lebih bersifat horizontal yang dimaksudkan untuk pengembangan ruang yang terdesentralisasi pada sumberdaya alam setempat serta terciptanya keseimbangan pertumbuhan yang proporsional (balance growth). Konsep ini mendorong terciptanya satuan ruang wilayah yang lebih efisien.

(25)

a. Pusat Pelayanan Primer, yaitu pusat yang melayani wilayah Provinsi

Sumatera Utara, wilayah Sumatera bagian Utara, dan wilayah nasional/internasional yang lebih luas. Pusat pelayanan ini terletak di kawasan perkotaan Mebidang (Medan-Binjai-Deli Serdang) dan Kota Sibolga. Pengembangan Kota Medan dan sekitarnya sebagai pusat pelayanan primer ‘A” diarahkan sebagai pusat aktifitas sekunder dan tersier bagi Provinsi Sumatera Utara. Pengembangan Kota Sibolga sebagai pusat pelayanan primer ‘B’ diprioritaskan bagi pengembangan wilayah Pantai Barat Sumatera Utara.

b. Pusat Pelayanan Sekunder, yaitu pusat yang melayani satu atau lebih daerah Kabupaten/Kota. Pusat pelayanan sekunder ini terdiri atas pusat pelayanan sekunder ‘A’ dan pusat pelayanan sekunder ‘B’. Pusat pelayanan sekunder A dikembangkan dengan intensitas yang lebih tinggi untuk memacu pertumbuhan perekonomian di wilayah sekitarnya.

c. Pusat Pelayanan Tersier, yaitu kota-kota mandiri selain pusat primer dan sekunder yang dikembangkan untuk melayani satu atau lebih kecamatan. Pusat pelayanan tersier terutama dikembangkan untuk menciptakan satuan ruang wilayah yang lebih efisien.

Rencana pusat-pusat pelayanan yang dikembangkan di Provinsi Sumatera Utara, dapat ditunjukkan pada tabel berikut:

Tabel 4

Program-Program Pengembangan Struktur Tata Ruang Mebidangro Lingkup Sumatera Utara

Wilayah Kegiatan

Pengembangan dan Penataan PKN Metropolitan Medan

a. Pengembangan jalan tol Binjai-Medan-Tanjung Morawa-Lubuk Pakam-Tebing Tinggi, Belmera, dan Tebing Tinggi –Parapat

(26)

pelayaran, dan armada pelayaran di Pelabuhan Belawan dan Sibolga

c. Intensifikasi pelayanan bandar udara Polonia

d. Pengembangan bandar udara Kuala Namu pengganti bandar udara Polonia

e. Pengembangan prasarana dan sarana perkotaan skala Provinsi dan regional di pusat pusat pengembangan kawasan andalan.

f. Mengembangkan jaringan arteri primer yang menghubungkan pusat-pusat pertumbuhan kawasan andalan, serta membangun jaringan transportasi kolektor dan feeder-road untuk menghubungkan pusat-pusat pertumbuhan kawasan andalan dengan wilayah penyangganya (hinterland)

Industri di Mebidangro a. Pengembangan infrastruktur bagi kawasan industri b. Penyediaan fasilitas dan utilitas bagi pengembangan

industri

c. Penyusunan rencana detail kawasan industri

d. Pengembangan akses dari ke sentra-sentra sumberdaya e. Pengembangan industri pengolahan

f. Pengembangan industri hilir yang terkait dengan industri hulu yang berkembang di Sumatera Utara

Sumber: RTRWP Sumatera Utara 2005 – 2011

B PROFIL MEBIDANGRO

B.1 Gambaran Umum Sumatera Utara 1. Secara Topografis

Berdasarkan topografinya, Sumatera Utara dibagi atas 3 (tiga) bagian yaitu bagian Timur dengan keadaan relatif datar, bagian tengah bergelombang sampai berbukit dan bagian Barat merupakan dataran bergelombang. Sumatera Utara dibagi dalam 3 (tiga) kelompok wilayah/kawasan yaitu

4. Kawasan Pantai Barat meliputi Kabupaten Nias, Kabupaten Nias Utara,

(27)

Kabupaten Tapanuli Tengah, Kabupaten Nias Selatan, Kota Padangsidimpuan, Kota Sibolga dan Kota Gunungsitoli.

5. Kawasan dataran tinggi meliputi Kabupaten Tapanuli Utara, Kabupaten

Toba Samosir, Kabupaten Simalungun, Kabupaten Dairi, Kabupaten Karo, Kabupaten Humbang Hasundutan, Kabupaten Pakpak Bharat, Kabupaten Samosir, dan Kota Pematangsiantar.

6. Kawasan Pantai Timur meliputi Kabupaten Labuhanbatu, Kabupaten Labuhanbatu Utara, Kabupaten Labuhanbatu Selatan, Kabupaten Asahan, Kabupaten Batu Bara, Kabupaten Deli Serdang, Kabupaten Langkat, Kabupaten Serdang Bedagai,Kabupaten Deli Serdang, Kota Tanjungbalai, Kota Tebing Tinggi, Kota Medan, dan Kota Binjai

Wilayah Pantai Timur yang merupakan dataran rendah seluas 24.921,99 km2 atau 34,77% dari luas wilayah Sumatera Utara adalah daerah yang subur, kelembaban tinggi dengan curah hujan relatif tinggi pula. Wilayah ini memiliki potensi ekonomi yang tinggi sehingga cenderung semakin padat karena arus migrasi dari wilayah Pantai Barat dan dataran tinggi. Banjir juga sering melanda wilayah tersebut akibat berkurangnya pelestarian hutan, erosi dan pendangkalan sungai. Pada musim kemarau terjadi pula kekurangan persediaan air disebabkan kondisi hutan yang kritis. Wilayah pesisir timur juga merupakan wilayah yang relatif padat konsentrasi penduduknya dibandingkan wilayah lainnya. Serta memiliki lahan yang luas dan berpotensial untuk dikembangkan.

(28)

kontur serta daerah yang struktur tanahnya labil. Beberapa danau, sungai, air terjun dan gunung berapi dijumpai di wilayah ini serta sebagian wilayahnya tercatat sebagai daerah gempa tektonik dan vulkanik.

2 Secara Batas Administrasi

Wilayah Sumatera Utara berada pada jalur perdagangan internasional, dekat dengan dua negara Asean, yaitu Malaysia dan Singapura serta diapit oleh 3 (tiga) provinsi, dengan batas sebagai berikut :

1. Sebelah Utara berbatasan dengan Provinsi Aceh 2. Sebelah Timur berbatasan dengan Selat Malaka

3. Sebelah Selatan berbatasan dengan Provinsi Riau dan Provinsi Sumatera

Barat

4. Sebelah Barat berbatasan dengan Samudera Hindia

B.2 Kependudukan 1. Jumlah Penduduk

Pada Tahun 2011 penduduk Sumatera Utara berjumlah 13.103.596 jiwa. Dan sekitar 10,32% tinggal di Medan-Binjai-Deli Serdang-Karo atau sekitar

4.495.155 jiwa. Laju pertumbuhan penduduk kabupaten terbesar terdapat pada Kabupaten Kabupaten Karo (3,72 %), Disusul oleh laju pertumbuhan penduduk Deli Serdang sebesar 3,35%, Medan 1,12%, dan Binjai laju pertumbuhan penduduk terendah 2,13% (lihat tabel 2.31).

(29)

pariwisata, perkebunan dan pertanian, limpahan penduduk kota utama di sekitarnya, seperti dari Kabupaten Karo.

Memusatnya jumlah penduduk Mebidang di Kota Medan mengakibatkan kepadatan di Kota Medan cukup tinggi dan berimplikasi pada tingginya harga lahan (tingginya permintaan akan lahan). Hal inilah yang menyebabkan kecilnya pertumbuhan di Kota Medan karena penduduk akan mencari harga lahan yang lebih rendah dan untuk itu memilih untuk tinggal di luar Kota Medan.

Tabel 5

Jumlah Penduduk Provinsi Sumatera Utara Berdasarkan Kabupaten/Kota

Kabupaten/Kota Jumlah Penduduk Laju

Pertumbuhan

2006 2007 2008 2009 2010

2004-2005

Rata-rata

1 Karo 342.555 351.368 360.880 370.619 360.960 1,25% 3,72%

2 Deli Serdang 1.634.115 1.686.366 1.738.431 1.788.351 1.790.431 3,00% 3,35%

3 Medan 2.067.288 2.083.156 2.102.105 2.121.053 2.097.610 1,27% 1,12%

4 Binjai 244.256 248.256 252.652 257.105 246.154 2,44% 2,13%

Sumber: Sumatera Utara dalam Angka 2011

Tabel 6

Perbandingan Jumlah Penduduk

Kab/Kota Jumlah Penduduk Tahun 2010 Persentase (%)

Medan 2.097.610 3,72%

Binjai 246.154 3,35%

Deli Serdang 1.790.431 1,12%

Karo 360.960 2,13%

Jlh Mebidangro 4.495.155 10,32%

Jlh Penduduk Sumut 13.103.596 jiwa

Sumber: Sumatera Utara dalam Angka 2011

2. Kepadatan Penduduk

(30)

kabupaten yang berpenghuni terbesar (di atas 5 % dari seluruh penduduk provinsi) dan berkepadatan tertinggi (di atas 200 jiwa/km2), seperti Kabupaten Deli Serdang. Tahun 2010 total luas wilayah Sumatera Utara yang terdiri dari 25 Kabupaten dan 8 Kota ialah sejumlah 71.680,68, dengan total jumlah penduduk 12.982.204 per jiwa, dan dengan total kepadatan penduduk 181 jiwa/km2.

Kawasan Mebidangro terdiri dari 52 kecamatan dari 4 kota/kabupaten dan memiliki persebaran penduduk yang cenderung memusat pada Kota Medan dengan jumlah penduduk pada tahun 2010 sejumlah 4.495,155 jiwa dengan total kepadatan penduduk sebanyak 11.526 jiwa/km2.

Tabel 7

Distribusi dan Kepadatan Penduduk Tahun 2010

No Kabupaten Luas

Sumber: Sumatera Utara dalam Angka, 2011

Kedekatan terhadap Kota Medan dan berkedudukan di wilayah timur menjadikan suatu kabupaten memiliki penduduk perkotaan yang semakin besar, seperti kabupaten Deli Serdang sedangkan berpenduduk perkotaan yang dominan, diikuti Kabupaten Karo.

Tabel 8

Distribusi Penduduk Perkotaan dan Pedesaan Tahun 2010 No Kabupaten/Kota Kota Desa Jumlah

(31)

3. Perkembangan Penggunaan Lahan

Luas kawasan wilayah kajian Mebidangro adalah 1.637.710 Ha mencakup 3 wilayah administratif yaitu Kota Medan, Kota Binjai, dan sebagian Kabupaten Deli Serdang, dan Kabupaten Karo. Penggunaan lahan berdasarkan interpretasi citra satelit menunjukkan bahwa sebagian besar lahan di wilayah kajian didominasi oleh perkebunan, pertanian, dan lahan terbangun. Perubahan guna lahan Mebidangro.

Gambar 1.

Citra Satelit Penggunaan Lahan

Sumber: dokumen RTR Mebidang

(32)

dan sekaligus menjadi tantangan untuk pengembangan wilayah kota yang lebih efisien kedepannya.

Penggunaan lahan Mebidang tahun 2006 terbagi atas 4 macam, antara lain Lahan yang digolongkan HGU, lahan berfungsi lindung, lahan urban, dan lahan lain-lain. Pengunaan lain-lain termasuk diantaranya adalah pertanian lahan kering, pertanian lahan basah, rawa, dan tubuh air.

Gambar 2

Penggunaan lahan Mebidangro

Keterangan gambar:

Merah : kawasan permukiman Hijau tua : hutan rawa, semak rawa Hijau muda : lahan perkebunan sawit Biru : waduk air

(33)

sisanya berupa hutan lindung sebesar 10,8%. Penggunaan lahan pada masing-masing kabupaten/kota Metropolitan Mebidang dapat diuraikan sebagai berikut :

Tabel 9 Penggunaan Lahan

Lahan Medan Binjai Deli

Serdang

Karo Total

HGU Luas 234,10 214,87 38.968,00 30.960,00 39.416,96

% 0,80 2,00 27,30 20,00 41,76

Lindung Luas 0,00 0,00 19.555,00 26.555,00 19.555,00

% 0,00 0,00 13,70 20,00 23,69

Urban Luas 19.642,30 2.759,49 20.880,00 16.061,53 43.281,79

% 70,90 26,20 14,60 13,00 36,90

Lain-lain Luas 7.830,48 7.549,02 63.476,00 634760 78.855,50

% 28,30 71,70 44,40 10,00 97,64

Luas Total 27.707,00 10.523,00 142.879,00 139.128,53 320.237,00

Sumber: Dokumen RTR Mebidangro

Terlihat bahwa penggunaan lahan terbesar adalah lahan lain-lain berupa pertanian lahan basah, pertanian lahan kering, rawa, dan tubuh air sebesar 43,54%. Kemudian penggunaan lahan peringkat berikutnya adalah penggunaan lahan urban dan HGU dengan jumlah yang hampir sama, yaitu masing-masing 23,9% dan 21,8%, dan sisanya berupa hutan lindung sebesar 10,8%. Penggunaan lahan pada masing-masing kabupaten/kota Metropolitan Mebidang dapat diuraikan sebagai berikut:

1. Kota Medan

(34)

diperlukan penyebaran kegiatan perkotaan ke wilayah lainnya untuk mengurangi pemusatan kegiatan perkotaan di Kota Medan.

2. Kota Binjai

Penggunaan lahan Kota Binjai didominasi oleh penggunaan lahan lain-lain (71,7%). Lahan berfungsi urban di Kota Binjai sebesar 26,2% dan terdapat pula lahan HGU, yang jumlahnya tidak besar (2%). Seperti Medan, Binjai juga tidak memiliki lahan berfungsi lindung. Sekalipun total luas lahan Binjai tidak besar, namun Kota Binjai memiliki potensi ketersediaan lahan di Metropolitan Mebidangro kedepannya. Potensi ini didukung arus komuter yang cukup besar antara Binjai-Medan.

3. Kabupaten Deli Serdang

(35)

4. Kabupaten Karo

Penggunaan lahan Kabupaten Deli Serdang didominasi oleh penggunaan lahan lain-lain (54,1%). Hal ini mengindikasikan Kabupaten Karo memiliki potensi ketersediaan lahan yang besar bagi pengembangan Mebidangro kedepannya. Namun di balik itu Karo memiliki banyak limitasi pengembangan, seperti keberadaan lahan berfungsi lindung (12,89%) serta lahan HGU hanya (20,00%) yang jumlahnya kecil dibandingkan dengan Deli Serdang (27,3%). Selain kawasan berfungsi lindung hanya (12,89) tetapi tetap dijaga kelestariannya dikarenakan Karo masuk kategori dataran tinggi yang mana menjadi kawasan resapan air bagi kawasan Binjai-Deli Serdang-Medan.

4. Kemampuan Lahan berdasarkan bentang alam, lahan tata air, bencana geologi, perkembangan penggunaan lahan.

4.1 Kemampuan Lahan Bentang Alam Mebidangro 1 Dataran – Rawa

(36)

umum aliran air permukaan lambat, air tanah bersifat payau hingga asin mendekati pantai

2. Perbukitan

Perbukitan tersebar meliputi daerah Bohorok, Gunung Meriah, Kabanjahe, Mutee, TG. Binganga, Laubaleng dan Mardinding. Terdapat bukit yang terisolir seperti pada daerah Gunung Meriah bagian timur laut. Potensi terdapat mata air panas, aliran air baik - sangat baik. Dengan kendala relatif agak sukar digali dan kemungkinan dapat terjadi longsoran, baik berupa tanah pelapukan ataupun batuannya yang bersifat lokal.

3. Dataran Tinggi - Pegunungan

Tersebar pada kawasan ini mulai dari bagian utara G. Bandhara ( 3011 m), G. Buluh (895 m), hingga bagian tenggara G. Tusamseragi (1390 m) yaitu DG. Sinabung, DK. Sibayak dan daerah Berastagi. berpotensi terdapat mata air, air permukaan baik dan mudah digali. Dapat terjadi banjir bandang, agak sukar digali, longsor pada erosi permukaan ataupun gerakan tanah pada lapisan tanah pelapukan dan batuan. Kabupaten Karo termasuk daerah dataran tinggi pegunungan.

4.2 Kemampuan Lahan Tata Air Mebidangro

Pembagian Satuan Tata air dapat didasarkan atas litologi dan topografi yang terdapat pada kawasan. Dimana peta ini dikelompokkan menjadi 5 (lima) satuan morfologi:

1. Sangat Tinggi

(37)

bergelombang.Memiliki debit air tanah 300 – 600 liter/menit dengan debit aman untuk air tanah bebas 30 – 60 liter/menit/sumur dan air tanah artesis memiliki debit aman 70 – 100 liter/menit/sumur.

Potensinya adalah air tanah dangkal, debit 5 – 10 liter/detik, bersifat tawar dan mudah digali. Sedangkan kelemahannya adalah mudah meresapkan limbah, dapat terjadi banjir dan air tanah bersifat payau pada daerah yang dekat dengan pantai.

2. Tinggi

Satuan ini menempati Daerah Pangkalan Susu, Pangkalan Brandan yang meluas ke bagian selatan, daerah sepanjang bantaran S. Lawas Alas dan pada daerah Belawan. Potensinya adalah air tanah dangkal (< 5 meter), bersifat tawar dan mudah digali. Sedangkan kelemahannya adalah mudah meresapkan limbah, dapat terjadi banjir dan air tanah bersifat payau pada daerah yang dekat dengan pantai.

3. Sedang

Satuan ini menempati bagian tengah kawasan yang mencakup daerah Selatan Binjai, Pancur Batu, Bangun Purba, Kaban Jahe dan Galang. Potensinya adalah air tanah baik bersifat tawar, debit sumur >5 liter/menit, terdapat mata air dan dapat meresapkan air hujan. Sedangkan kelemahannya adalah air tanah dalam dan mengandung mineral.

4. Rendah

(38)

tanah cukup baik dengan kualitas air tawar, sebagai daerah resapan air hujan. kelemahannya mineral tinggi, air tanah dalam.

4.3 Kemampuan Lahan Bencana Geologi Mebidangro

Berdasarkan kemungkinan terjadinya bencana alam geologi berupa gempa bumi, tsunami, abrasi tepi pantai Danau Toba dan gerakan tanah terhadap Daerah Medan –Binjai – Deli Serdang-Karo merupakan gabungan Peta Geologi, Peta bahaya goncangan gempa Bumi dan peta wilayah rawan bencana gempa bumi, maka wilayah Medan–Binjai–Deli Serdang – Karo dapat dikelompokkan menjadi tiga bencana geologi, yaitu : pertama, bencana geologi gempa bumi, kedua, bencana geologi gunung api, ketiga bencana geologi banjir bandang.

Berdasarkan kemungkinan terjadinya bencana alam geologinya, wilayah Mebidang dikelompokkan menjadi empat (4) Jenis Bencana Geologi, yaitu: Bencana Geologi Gempa Bumi, Gerakan Tanah, Letusan Gunung Api, dan Banjir Bandang.

a. Gempa bumi

Tersebar di sepanjang bagian utara Pulau Sumater dari daerah Lubuk Pakam Belawan, Pinai Kiri, Pangkalan Berandan tersebar di bagian selatan Galang dan Medan, daerah Binjai hingga Pulau Tiga bagian barat laut Sumatera, Tersebar di utara Danau Toba (Kabanjahe dan Berastagi).

b. Gunung Api

(39)

c. Banjir Bandang

Daerah kemungkinkan terjadinya Banjir Bandang berada pada pertemuan dua (2) cabang sungai, yaitu Singgamanik, Kutabangun, Bingai, Kampung Baru, Sebajadi, Sidorejo, Betengar Pasar, Namuukur, Durian Belang, Negerijahe, Batang Kuwis, Bandar Kwala dan Simpangkawat.

C. Struktur Perekonomian

1. Kontribusi PDRB Mebidangro terhadap Sumatera Utara

(40)

Tabel 10

Produk Domestik Regional Brutto Tahun 2006 – 2007

No Kabupaten/Kota

PDRB ATAS HARGA BERLAKU (Miliar Rupiah)

PDRB ATAS HARGA DASAR / KONSTAN

2000 (Miliar Rupiah)

2006 2007 2006 2007

1 Karo 3.978,80 4.483,32 2.729,61 2.869,74

2 Deli Serdang 21.459,07 26.053,71 11.598,33 12.364,17

3 Binjai 2.494,69 3.311,30 1.613,44 1.705,07

4 Medan 42.792,45 55.455,58 27.234,45 29.352,92

Total 70.725,01 89.303,91 43.175,83 46.291,9

Sumber: dokumen Rencana Pembangunan Jangka Pendek Daerah Provinsi Sumatera Utara 2009-2013

Tabel 11

Produk Domestik Regional Brutto 2006 – 2008

No Kab/Kota

PDRB ATAS HARGA BERLAKU (Miliar Rupiah)

PDRB ATAS HARGA DASAR / KONSTAN 2000 (Miliar Rupiah)

2006 2007 2008 2006 2007 2008

26.053,71 29.533,88 11.598,33 12.364,17 13.440,9

6

3 Binjai 2.494,69 3.311,30 3.626,82 1.613,44 1.705,07 1.866,20

4 Medan 42.792,4

5

55.455,58 63.879,81 27.234,45 29.352,92 32.245,6

5

Total 70.725,0

1

89.303,91 102.506, 89 43.175,83 46.291,9 50.600,0

9

Sumber: dokumen Rencana Pembangunan Jangka Pendek Daerah Provinsi Sumatera Utara 2009-2013

2 Struktur Ekonomi Provinsi Sumatera Utara

(41)

2028. Komposisi sektor ekonomi Provinsi Sumatera Utara dapat (dilihat pada Tabel 12 Struktur Ekonomi Mebidangro) dari tabel tersebut dapat dilihat bahwa pada tahun 2006, sebagian besar kabupaten di Sumatera Utara komposisi sektor ekonominya masih didominasi oleh sektor pertanian. Sedangkan untuk kota-kota di Sumatera Utara komposisi sektor ekonominya semuanya didominasi oleh sektor jasa. Hingga tahun 2029 terdapat beberapa kabupaten/kota yang mengalami perubahan struktur ekonomi dalam kurun waktu 20 tahun.

(42)

Tabel 12

Struktur Ekonomi Mebidangro

Kab/Kot a

Komposisi Sektor Ekonomi Tahun 2006 (eksisting)

(%)

Prediksi Komposisi Sektor Ekonomi Tahun 2018 Tahun 2023 Tahun 2028

Perta

Sumber: Dokumen RPJMD Provinsi Sumatera Utara 2009-2013

Tabel 13

Perubahan Struktur Ekonomi Dominan Mebidangro 2006-2028

No. Kabupaten/Kota Tahun 2006

1 Kab Karo Pertanian Pertanian Pertanian Pertanian

2 Kab Deli Serdang Industri Industri Industri Industri

3 Kota Medan Jasa Jasa Jasa Jasa

4 Kota Kota Binjai Jasa Jasa Jasa Jasa

Sumber: Dokumen RPJMD Provinsi Sumatera Utara 2009-2013

Berdasarkan data RPJMD Provinsi Sumatera Utara yang diperoleh menunjukkan secara umum perekonomian Provinsi Sumatera Utara pada periode 2002-2007 menunjukan keadaan terus membaik/meningkat, seperti sektor pertanian, listrik dan air minum, bangunan, perdagangan, dan sektor lainnya.

(43)

persentase yang relatif kecil. Seperti Kabupaten Karo sebesar 2,49%, Kota Binjai sebesar 1,81%.

3 Tenaga Kerja

(44)

Tabel 14

Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) dan Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Penduduk Umur 15 Tahun Ke atas

Kab/Kota TPAK (%) TPT (%)

2010 2011 2010 2011

Karo 85,47 75,75 1,55 4,46

Deli Serdang 69,96 70,24 9,02 7,69

Medan 65,00 67,11 13,11 9,97

Binjai 67,37 67,85 11,64 8,73

Jlh di Mebidangro 28,7% 28,0% 3,5% 3,0%

Jumlah di Sumut 77,10% 72,09% 7,43% 6,37%

Sumber: BPS-Survei Angkatan Kerja Nasional Agustus 2010 dan Agustus 2011 Perlu diperhatikan pula bahwa hanya kurang dari 5% penduduk Sumatera Utara yang memiliki latar belakang pendidikan perguruan tinggi (termasuk diploma 1), dan hanya kurang dari 2.5% yang memiliki latar belakang pendidikan kesarjanaan. Sementara itu, penduduk yang menamatkan SMA dan sederajat hanya mencapai kurang dari 30%, sementara sebanyak kurang lebih 65% hanya memiliki latar belakang pendidikan maksimum hingga SMP. Tabel 5.54 menunjukkan bahwa sebagian besar tenaga kerja di Metropolitan Mebidang terserap di sektor jasa, berbalikan dengan kondisi di provinsi Sumatera Utara yang sebagian besar tenaga kerjanya berkarakter pertanian.

Tabel 15

Angkatan Kerja Menurut Sektor Usaha Mebidangro 2007

DAERAH PERTANIAN INDUSTRI JASA

Kabupaten Deli Serdang 27.16 29.17 43.67

Kota Binjai 13.01 22.80 64.19

Kota Medan 3.86 23.40 72.74

Karo 8,6 10 20,01

Provinsi Sumatera Utara 52,63 23.05 55.36 Ket: Nilai dinyatakan dalam (%)

Sumber: Statistik BPS, Kabupaten/Kota Dalam Angka Tahun 2007

(45)

peranan sektor jasa dalam perekonomian di wilayah tersebut. Namun, dengan ketimpangan latar belakang pendidikan yang relatif rendah pada sebagian terbesar penduduk Sumatera Utara, akan menimbulkan masalah yang cukup besar bagi sektor industri dan jasa moderen untuk memperoleh tenaga kerja dengan tingkat keahlian yang memadai yang siap pakai.

D Sumber Daya Alam 1 Pertanian

(46)

persen dari luas panen produksi jagung di Sumatera Utara (lihat tabel 4.2 luas panen dan rata-rata produksi jagung).

Tabel Pertanian

Tabel 16

Luas Panen, Produksi dan Rata-Rata Produksi Padi Sawah

No Kabupaten Luas Panen

(ha)

Produksi (ton) Rata-rata Produksi Padi

Sumber: BPS Sumatera Utara SUDA 2012

Tabel 17

Luas Panen dan Rata-Rata Produksi Jagung Menurut Kabupaten/Kota

No Kabupaten Luas Panen

(ha)

Produksi (ton) Rata-rata Produksi Jagung

Sumber: BPS Sumatera Utara SUDA 2012

2 Perkebunan

(47)

sebesar 280 445,65 ton jika dibandingkan dengan produksi karet di wilayah Medan-Binjai-Deli Serdang-Karo hanya 5.560,64 atau hanya sekitar 1% dari luas seluruh Sumatera Utara (lihat tabel 4.3 luas tanaman dan produksi karet).

(48)

Tabel Perkebunan

Tabel 18

Luas Tanaman dan Produksi Karet

No Kabupaten/Kota Luas Tanaman (ha) Produksi (ton) Produktif Non Produktif

1

Sumber: BPS Sumatera Utara SUDA 2012

Tabel 19

Luas Tanaman dan Produksi Kelapa Sawit

No Kabupaten/Kota Luas Tanaman (ha) Produksi Sawit

Tandan Buah Segar (TBS)

Produktif Non Produktif

1

Jumlah 11.342,05 119,00 182.070 ton

Sumber: BPS Sumatera Utara SUDA 2012

Tabel 20

Luas Tanaman dan Produksi Coklat

No Kabupaten/Kota Luas Tanaman (ha) Produksi

(ton) Produktif Non Produktif

1

Sumber: BPS Sumatera Utara SUDA 2012

3 Kehutanan

Secara de jure, luas kawasan hutan di Provinsi Sumatera Utara adalah 52,52% dari luas daratan, namun secara de facto di lapangan keadaannya sebagian telah mengalami kerusakan sebagai akibat perambahan, penebangan liar (illegal logging) dan kebakaran hutan.

(49)

2.529.677,22 Ha, yang terdiri dari kawasan lindung seluas 1.378.747,04 Ha dan kawasan budidaya hutan seluas 1.150.930,18 Ha.

Luas dan fungsi kawasan hutan berdasarkan Surat Gubsu Nomor: 522/8939 tanggal 9 September 2011, tentang Usulan Revisi Kawasan Hutan Sumatera Utara, terdiri dari :

A. Fungsi Hutan dalam Kawasan Lindung (1.378.747,04 Ha)

Hutan Suaka Alam (HAS) : 457.696,30 Ha

Hutan Lindung (HL) : 921.050,74 Ha

B. Fungsi Hutan dalam Kawasan Budidaya (1.150.930,18 Ha)

Hutan Produksi Terbatas (HPT) : 498.327,63 Ha

Hutan Produksi Tetap (HP) : 542.007,80 Ha

Hutan Produksi Konversi (HPK) : 110.594,75 Ha

Sumber: dokumen Rencana Tata Ruang Wilayah Provsu 2010-2030

Berdasarkan tabel 21 Luas Kawasan Hutan Karo Menurut Fungsi di bawah ini, luas kawasan hutan yang dominan di Kabupaten Karo, sehingga berdasarkan Perpres No 62 Tahun 2011 menetapkan kabupaten Karo sebagai kawasan konservasi cagar alam, dan mengendalikan pemantapan kawasan hutan produksi untuk menjaga fungsi hidrogeologis daerah tangkapan air. Penunjukan Kawasan Hutan terkait Kabupaten Karo dan Metropolitan Mebidang dibedakan atas 3 klasifikasi, yaitu kawasan lindung, kawasan budidaya kehutanan, dan kawasan budidaya, dengan pembagian sebagai berikut:

1. Kawasan Lindung

(50)

- Hutan lindung : Tersebar memanjang di sebelah selatan kawasan Metropolitan Mebidang yang meliputi Kabupaten Karo bagian utara, Kabupaten Simalungun bagian tengah, sebagian Kabupaten Dairi

2. Kawasan Budidaya Kehutanan

Pertama, hutan negara bebas tersebar di sekitar kawasan lindung, kedua hutan produksi terbatas tersebar di sebelah selatan kabanjahe dan sebelah barat merek, ketiga hutan produksi tetap, keempat hutan produksi yang dapat dikonversi

3. Kawasan Budidaya

Kawasan ini merupakan areal penggunaan lain, yang tersebar di wilayah selain penggunaan kawsan lindung dan budidaya kehutanan, termasuk di dalamnya seluruh kawasan Mebidang dan Kabupaten Karo bagian tengah-selatan-timur.

Tabel 21

Luas Kawasan Hutan Karo menurut Fungsinya

Tahun Fungsi Hutan

Produksi Lindung Hutan

Konservasi

Kawasan Budidaya

2009 1.035 690,00 1.297.330,00 47. 070,00 52.760,00

2010 1.035.690,00 1.297.330,00 477.070,00 52.760,00

Sumber/: Dinas Kehutanan Provinsi Sumatera Utara

E. Infrastruktur 1 Jaringan Jalan

(51)

Panjang jalan di seluruh Sumatera Utara pada tahun 2010 mencapai 34.109,418 km, yang terbagi atas jalan negara 2.539,25 km, jalan provinsi 2.753,04 km dan jalan kabupaten/kota 28.817,12 km. Panjang jalan di seluruh Sumatera Utara pada tahun 2011 mencapai 34.125,305 km, yang terbagi atas jalan negara 2.998,627 km, jalan provinsi 3.048,500 km dan jalan kabupaten/kota 33.078,178 km.

Dilihat dari kepadatannya (Tabel 22 Kondisi Eksiting Jaringan Jalan Nasional) yaitu rasio panjang jalan terhadap luas wilayah, jaringan jalan nasional yang dibangun di pantai Timur Provinsi Sumatera Utara lebih tinggi dibandingkan dengan wilayah pantai Barat dan wilayah dataran tinggi di bagian tengah. Sementara itu, untuk kategori jalan provinsi, rasio di wilayah pantai Timur lebih rendah dibandingkan dengan wilayah pantai Barat Provinsi Sumatera Utara. Sedangkan jika dilihat dari kondisi jalan di Provinsi Sumatera Utara kondisi jalan yang rusak berat seluas 11.203,47km.

Tabel 22

Kondisi eksiting jaringan jalan nasional Tahun 2008

No JALAN LINTAS

PANJANG RUAS (KM)

MANTAP (KM) TIDAK MANTAP (KM)

BAIK SEDANG RUSAK RINGAN

RUSAK BERAT 1. Lintas Timur 484,12 139,14 203,08 183,15 3,75 2. Lintas

Tengah 487,25 49,42 76,04 148,70 213,09 3. Lintas Barat 441,63 51,58 115,40 43,65 231,00

4. Lintas

Diagonal 601,94 161,88 231,13 105,58 103,40 5. Metropolitan 83,05 17,95 62,55 2,55 0

Jumlah 2.098,05

419,97 688,20 438,63 551,24

1.108,17 989,87

(52)

Tabel 23

Kondisi Eksiting Jaringan Jalan Provinsi Dan Kabupaten/Kota Tahun 2008

No KONDISI JALAN PROVINSI (KM) KAB/ KOTA (KM)

1. Mantap 1.875,21 15.973,81

2. Tidak Mantap 877,20 11.203,47

T O T A L 2.752,41 27.177,28

Persentase Kerusakan 31,87 41,22

Sumber: Dinas Bina Marga Provinsi Sumatera Utara 2008

Sumber: Dinas Bina Marga Provinsi Sumatera Utara SUDA 2012 Tabel 24

Panjang Jalan Menurut Status dan Kabupaten/Kota (km) No Kabupaten/Kota Negara Provinsi Kab/kota Jumlah 1 Sumber: Dinas Bina Marga Provinsi Sumatera Utara 2011

Tabel 25

Panjang Jalan Menurut Kondisi Jalan (km)

No Kabupaten/Kota Baik Sedang Rusak Rusak

Sumber: SUDA 2012

41,5

19,32 24,55

15,98 2,65

Persentase Panjang Jalan Menurut Kondisi Jalan Baik

Sedang

(53)

Wilayah Medan-Binjai-Deli Serdang termasuk wilayah pantai Timur, hanya Kabupaten Karo saja yang masuk kategori wilayah dataran tinggi. Untuk wilayah Medan-Binjai-Deli Serdang-Karo panjang jalan menurut status jalan Negara, jalan Provinsi, dan jalan Kabupaten/kota total jumlahnya 8.544.805km. Sedangkan untuk rincian panjang jalan menurut status jalan Negara adalah sepanjang 429,8km, untuk status jalan Provinsi adalah 150,915km, dan status jalan Kabupaten/Kota dengan jumlah 6.410.995km.

Sedangkan untuk wilayah Medan-Binjai-Deli Serdang-Karo 355,317km ke dalam kondisi rusak berat, sedangkan panjang jalan 352,191km dalam kondisi rusak. Makin meningkatnya usaha pembangunan menuntut pula peningkatan pembangunan jalan untuk memudahkan mobilitas penduduk dan memperlancar lalu lintas barang dari satu daerah ke daerah lain.

(54)

minimnya peran sektor industri. Sehingga dengan demikian sarana jalan yang ada belum banyak memberikan arti bagi peningkatan pertumbuhan ekonomi wilayah. 2. Arus Komuter

Sebagai suatu wilayah metropolitan, Kota Medan menjadi wilayah yang memiliki aktivitas tinggi yang menarik mobilitas yang besar dari wilayah sekitarnya. Peran dan fungsinya yang sangat besar dalam perkembangan pembangunan wilayah hinterland-nya menyebabkan timbulnya daya tarik yang sangat besar dan pada akhirnya meningkatkan urbanisasi.

Fenomena yang dapat dilihat langsung adalah tingginya jumlah penglaju atau komuter dari wilayah sekitar Medan seperti Binjai dan Deli Serdang yang masuk ke Medan (pagi dan sore) sebesar ± 300.000–400.000 jiwa per hari. Jika tidak ditangani dengan baik, komuter ini akan menimbulkan permasalahan perkotaan termasuk transportasi, berupa kemacetan pagi dan sore hari terutama pada ruas jalan dari dan menuju Kota Medan. Oleh karena itu kebijakan transportasi Mebidang harus memperhatikan kelancaran pergerakan antar wilayah di kawasan Mebidang.

(55)

tersedianya lagi lahan atau pekerjaan yang bisa dikelola atau dikerjakan di daerah asal.

3. Sistem Transportasi

Transportasi darat, Kawasan Metropolitan Mebidang dilalui oleh jalan arteri primer untuk jalur regional, yaitu jalur Timur yang merupakan konsentrasi pergerakan terbesar dan merupakan muara pergerakan dari seluruh pusat kegiatan ekonomi di pantai Timur; Jalur Tengah, mulai dari Muara Sipongi-Nanggroe Aceh Darussalam melewati Medan, serta Jalur yang menghubungkan pusat-pusat pertumbuhan kawasan andalan Medan - Tebing Tinggi - Pematangsiantar – Perdagangan. Jaringan kereta api juga merupakan unsur yang penting dalam pergerakan di wilayah Mebidang, menghubungkan Binjai - Medan - Deli Serdang sebagai bagian dari jalur kereta api di Kabupaten Langkat.

Dalam konteks nasional, terdapat rencana untuk mengembangkan jalan tol di kawasan perkotaan Mebidang, yaitu pengembangan jalan tol antar kota yaitu tol Binjai-Medan dan Medan-Kuala Namu, serta jalan tol Dalam Kota yaitu tol Belmera (Belawan-Medan-Tanjung Morawa)

(56)

untuk memindahkan Bandara Polonia ke Kuala Namu sebagai pusat penyebaran primer berskala internasional untuk melengkapi fungsi Kawasan Perkotaan Mebidang sebagai pusat pelayanan primer.

Transportasi laut, di kawasan Mebidang terdapat Pelabuhan Belawan merupakan pintu gerbang transportasi laut di Sumatera Utara yang memegang peranan penting dalam pelaksanaan ekspor impor komoditi migas dan non migas dari dan ke Sumatera Utara. Oleh karena itu akan dikembangkan fungsinya sebagai inlet-outlet point utama bagi sistem pergerakan penumpang dan barang menuju dan dari wilayah Sumatera Utara. Yang harus diperhatikan adalah mengintegrasikan jaringan jalan dengan jalur untuk mengakomodasi pergerakan penumpang dan komoditi yang dihasilkan wilayah belakang, yang berorientasi ke pusat-pusat kegiatan industri dan yang menuju pelabuhan pengumpan lokal yang dikembangkan di sepanjang pantai Timur dan Barat Sumatera Utara.

4. Air Bersih

1. Sumber Air Bersih

(57)

dari air permukaan berupa air sungai, terutama sungai-sungai yang berada pada wilayahnya.

Penduduk Kota Medan dan Kota Binjai dalam kegiatan sehari-hari menggunakan air yang berasal dari air tanah dan sungai. Untuk Kota Binjai, sumber air bersih yang digunakan adalah Sungai Bingai selebar 25 m dan sumur bor yang digunakan untuk melayani perumahan yang tidak terkoneksi oleh Instalasi Pengolahan Air (IPA) antara lain Perumahan Brengam dan Arhaund.

Untuk Kabupaten Deli Serdang, sumber air bersih yang digunakan adalah mata air yang berlokasi pada unit bangunan purba, namun karena kondisi air tanah dan sumur dangkal di kawasan Deli Serdang memiliki kualitas yang kurang baik, maka digunakan juga air tanah dalam sebagai sumber air bersih.

Tabel 26 Sumber Air Bersih

Kab/Kota Sumber Air Produksi

Medan

Air Tanah 19.688.000 m3

Sungai 113.347.000 m3

Lainnya 903.000 m3

Jumlah 133.938.000 m3

Binjai

Sungai Bingai 3.488.680 m3

Sumur Bor 63.090 m3

Jumlah 3.551.770 m3

Deli Serdang

Sungai 2.970.000 m3

Mata air yang berlokasi di bangun purba

1.279.000 m3 Air tanah dalam, (kedalaman

200m)

Jumlah 4.249.000 m3

(58)

Total produksi air bersih yang bersumber dari sumber air bersih yang ada di Kota Medan sebesar 133.938.000 m3 dan sebagian besar dari total produksi berasal dari sungai. Hal yang sama terjadi pada Kota Binjai dan Kabupaten Deli Serdang, sumber air utama berasal dari air sungai yang masing-masing sebesar 3.488.680 m3 dan 2.970.000 m3.

Permasalahan yang dihadapi oleh sistem penyediaan air bersih di Kawasan Mebidang berupa buruknya kondisi air tanah akibat adanya intrusi air laut. Alternatif lain menggunakan air permukaan berupa air sungai, namun air sungai pada tahun 2003 dalam kondisi telah tercemar.

2 Permasalahan Air Bersih Kawasan Mebidangro antara lain :

a. Pengelolaan air bersih yang ada di Kawasan Mebidang belum dapat

melayani seluruh kawasan, Cakupan pelayanan baru 3% untuk Kabupaten Deli Serdang dan 22% dari masyarakat Kota Binjai, kapasitas terpasang 200 liter/detik seharusnya dapat melayani 59% penduduk.

b. Menurunnya kinerja teknik dari system (usia sumur yang sudah tua, rata-rata mengalami penurunan debit sampai dengan 25%, Ketidakstabilan sumber daya listrik, kelemahan manajemen operasi dan pemeliharaan aset di PDAM, sistem pelayanan air minum tidak terpelihara, tidak dapat diandalkan, Belum tersosialisasinya kepada masyarakat tentang sistem penyediaan air minum dan peran masyarakat, dan belum adanya konsep penanganan sektor air minum dan penyehatan PDAM)

(59)

d. Masyarakat tidak mau membayar air minum karena pelayanan PDAM yang

tidak dapat diandalkan.

5. Listrik

1 Kondisi Kelistrikan Sumatera Utara

Sebagai daerah yang berada diperbukitan, Sumatera Utara (Sumut) memiliki potensi energi alternatif air dan panas bumi (Pabum) yang berlimpah. Untuk potensi energi alternatif air dengan adanya Danau Toba dan energi panas bumi memiliki 7 wilayah dari 71 potensi pabum yang ada di tanah air. Namun dalam pemanfaatannya, ketersediaan potensi energi alternatif tersebut belum dilakukan secara maksimal.

Tabel 27

Potensi Energi Alternatif di Sumatera Utara

Panas Bumi Kapasitas (MW)

G. Sibayak Tanah Karo G. Sinabung Tanah Karo G. Sorik Merapi Tapsel G. Pusuk Buhit Samosir Sibualbuali Tapsel

Tenaga Air Kapasitas (MW)

(60)

Pelayanan listrik di Sumatera Utara ditangani oleh PLN distribusi Cabang Sumatera Utara yang memilki wilayah kerja meliputi Sumatera Utara, Aceh, Riau dan Sumatera Barat atau yang disebut menjadi PLN Eksploitasi Sumatera Utara. Pengoperasian unit PT PLN (Persero) membagi wilayah Sumatera menjadi 3 wilayah pengelolaan, yaitu pembangkit Sumatera Bagian Utara, pembangkitan Sumatera Selatan (Sumbagsel) serta penyaluran dan pusat pengaturan beban sumatera. Pembangkitan Sumbagut, dipisahkan dari fungsi penyaluran.

Kondisi ketenagalistrikan di Sumatera Utara Pada Tahun 2003 daya terpasang pembangkit listrik sebesar 1.250 MW, daya mampu sebesar 1.067 MW dan beban puncak 995 MW. Dari data tersebut Sumatera Utara hanya tersisa cadangan sebesar 112 MW atau ±10,5%. Cadangan listrik tersisa ini jauh dibawah cadangan aman seharusnya >30% dari daya mampu. Asumsi laju pertumbuhan beban puncak 7% pertahun. Kondisi ini semakin memprihatinkan setelah terjadi gempa bumi tanggal 28 Maret 2005, kapasitas pasokan energi listrik hanya tinggal 500 MW, sehingga terjadi giliran pemadaman listrik untuk semua wilayah di Sumatera Utara.

(61)

2 Kondisi Kelistrikan Mebidangro

Pada tahun 1995 terdapat empat lokasi pembangkit Listrik yang berada pada Mebidang:

• Paya Pasir (Gas, total daya 90,442)

• Titi Kuning (Diesel, total daya 24,846)

• Glugur (Gas dan Diesel, total daya 35,210) • Belawan (uap, total daya 65,000)

Sedangkan untuk transmisi dan lokasi gardu listrik terletak di Paya Pasir, Labuhan, Mabar, Glugur, Paya Geli, Binjai, Titi Kuning, Sei Rotan, Perbaungan, KIM, Tanjung Morawa, Namorambe, Lamhotma, Helvetia, Sei Denai, Jl.Listrik, Kuala Namu.

Pada tahun 2007, jumlah pelanggan listrik terbesar di Kawasan Mebidang berada di Kota Medan, dan berada pada golongan rumah tangga/domestik disusul oleh komersil. Artinya sebagian besar kebutuhan listrik di Mebidang digunakan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari masyarakat. Lebih lengkap dapat dilihat pada tabel.

(62)

Tabel 28

Pelanggan Listrik Mebidang Tahun 2007 Kabupaten/Kota Rumah

Tangga Komersil Industri

Publik/

Umum Jumlah

MEDAN

Jml pelanggan 346.824 26.376 1.521 8.426 383.147

Daya Tersambung 317.221 203.873 303.990 67.823 892.907

Jml MwH terjual 592.510 336.275 804.810 130.036 1.863.631

BINJAI

Jml pelanggan 46.032 2.508 79 927 49.546

Daya Tersambung 29.605 8.073 4.073 2.261 44.012

Jml MwH terjual 5.201 1.086 725 474 7.486

DELI SERDANG

Jml pelanggan 174.821 4.171 521 469 179.982

Daya Tersambung 101.635 12.826 103.603 4.090 222.154

Jml MwH terjual 193.911 20.887 236.843 16.315 467.956

Sumber : BPS Kabupaten/Kota di Mebidang, 2007

(63)

Tabel 29

Proyeksi Kebutuhan Listrik Uraian

Medan Binjai Deli Serdang

2016 2026 2016 2026 2016 2026

Jml Penduduk 2,220,589 2,376,031 293,546 361,062 1,881,845 2,473,102

KK 444,118 475,206 58,709 72,212 376,369 494,620

Rumah Tangga 199,853,040 213,842,753 26,419,167 32,495,576 169,366,055 222,579,200

Fasos-Fasum 49,963,260 53,460,688 6,604,792 8,123,894 42,341,514 55,644,800

Penerangan jalan 29,977,956 32,076,413 3,962,875 4,874,336 25,404,908 33,386,880

Jumlah 279,794,256 299,379,854 36,986,834 45,493,806 237,112,478 311,610,880

Sumber : Hasil Analisis

Kota Medan termasuk wilayah yang sering mengalami pemadaman listrik karena kekurangan pasokan energi listrik, tindak nyata dalam waktu dekat yang dapat dilakukan untuk mengatasi permasalahan tersebut adalah:

1. Membentuk jaring-jaring kelistrikan (sistem grid), diantara kecamatan yang mengalami surplus dan kecamatan yang mengalami defisit daya listrik

2. Melakukan pemadaman bergilir selama 1-2 jam/ hari untuk penghematan 3. Melakukan sosialisasi untuk pemadaman bergilir tersebut

4. Melakukan penghematan dari jam 17.00-22.00 malam seiring dengan imbauan PLN pusat

5. Memakai lampu rumah dengan daya rendah seperti penggunaan lampu

(64)

6. Drainase

Kawasan Mebidang memiliki wilayah yang rawan banjir. Banjir yang terjadi di Mebidang, khususnya Kota Medan bagian Utara dan Tengah disebabkan oleh dua hal, yaitu kondisi hidrologi, dan kondisi jaringan drainase :

A. Secara hidrologis, potensi bahaya erosi terbesar di Wilayah Perkotaan Mebidang adalah di Deli Serdang, kemudian Binjai, dan terendah di Medan. Banjir potensial terjadi mengingat aliran air yang lambat kearah muara karena rendahnya beda ketinggian serta presipitasi setempat. Neraca air menunjukkan bahwa surplus air di daerah hulu jauh lebih tinggi, dimana 50% presipitasi berubah menjadi aliran air permukaan. Sedangkan untuk tingkat erosivitas potensial di Kawasan Mebidang dan sekitarnya menujukkan angka yang lebih besar dibandingkan dengan nilai erosivitas aktual, terutama di daerah Deli Serdang.

B. Kondisi drainase khususnya sekunder dan tersier yang buruk, yang sudah ada baik yang lama maupun yang dibangun selama MUDP I dan I, sebagai berikut :

1. Terjadi penyempitan dimensi saluran karena sedimentasi lumpur dan sampah

2. Air hujan tidak memiliki ruang untuk meresap ke tanah karena semakin banyak lahan terbangun

(65)

1 Pola Jaringan Drainase

Pola jaringan drainase yang ada di kawasan Mebidang antara lain :

1. Pola drainase kawasan Medan dan sekitarnya: Sungai besar dengan pola

meander di muara sungai diikuti dengan dendritik ke arah perbukitan dengan bagian hulunya adalah dataran tinggi Berastagi (Komplek Sibanyak dan Sinabung) yang bermuara kearah Pantai Belawan, Pantai Percut, dan Pantai Labu sebagai hilirnya. Empat sistem sungai yang mengaliri Kota Medan yaitu pertama, sistem sungai badera-sungai belawan. Kedua, sistem sungai deli-babura, dengan anak sungai sikambing (anak sungai Sei Selayang dan Sei Putih) dan babura (anak sungai Sei Siput dan Sei Berkala). Ketiga, sistem sungai kera, dengan anak sungai parit emas dan parit martondi. Keempat, sistem sungai Percut dan Sei Tuan, dengan anak sungai buncong, pelangkah, dan Sei Percut Denai.

2. Pola drainase kawasan Binjai : pola meander dan setempat, ditemukan adanya “Danau Tapak Kuda” (axbow lake), selanjutnya ke arah hulu berupa pola dendriktik dengan aliran dari sekitar Bahorok menuju hilir di Pantai Kuala Langkat.

Gambar

Tabel 2
Tabel 3
Tabel 4 Program-Program Pengembangan Struktur Tata Ruang
Tabel 6 Perbandingan Jumlah Penduduk
+7

Referensi

Dokumen terkait

PEMERINTAH KABUPATEN ALOR BAGIAN LAYANAN PENGADAAN. KELOMPOK KERJA (POKJA)

Model hubungan Kiai-santri di Pesantren Daarul Fikri ada dua tipe: (1) pola hubungan guru dan murid adalah hubungan yang terjalin antara Kiai dan santri sebagaimana layaknya

[r]

Hasil penelitian menunjukkan bahwa se- makin tinggi tingkat konsentrasi ekstrak rim- pang kencur yang ditambahkan, semakin be- sar pula kemampuan daya hambat dan daya bunuh

1. Untuk dapat melihat model regresi linear berganda yang dapat digunakan untuk pemodelan IPM di Sumatera Utara berdasarkan variable-variabel yang mempengaruhinya.

Studi eksperimental ini mencoba meneliti sejauh mana pengaruh parameter proses yang terpilih terhadap adanya penyusutan pada produk pneumatics holder tersebut.. Diharapkan

dan interactions plot pada gambar 7 menunjukkan bahwa efisiensi maksimal yang dapat dicapai oleh pompa hydram adalah pada saat beban katup limbah 400 gram dan volume tabung 1300

penambahan sabut kelapa pada media tanam kelapa sawit dan frekuensi penyiraman. terhadap pertumbuhan kecambah kelapa sawit (Elais