• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kedudukan Sertipikat Hak Milik Atas Tanah yang Terdaftar Atas Nama Seorang Ahliwaris (Putusan Mahkamah Syar’iyah Nomor : 0220 PDT.G 2015 MS-TKN)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Kedudukan Sertipikat Hak Milik Atas Tanah yang Terdaftar Atas Nama Seorang Ahliwaris (Putusan Mahkamah Syar’iyah Nomor : 0220 PDT.G 2015 MS-TKN)"

Copied!
28
0
0

Teks penuh

(1)

A. Latar Belakang

Setiap orang yang meninggal dunia, harta peninggalannya menjadi hal yang

sifatnya wajib untuk diselesaikan. Umumnya dalam pembagian harta peninggalan

akan diselesaikan secara musyawarah, namun jika timbul sengketa antara ahli waris

yang satu dengan ahli waris lainnya, maka pembagian harta peninggalan itu baru

dapat diselesaikan melalui pengadilan, sungguhpun ada juga pendapat bahwa

penyelesaian harta peninggalan waris diselesaiakan dengan hukum agamannya,

misalnya hukum Faraidh menurut Islam.

Terhadap pembagian harta warisan secara hukum islam, Hasbi Ash-Siddieqy

mengemukakan hukum waris Islam adalah “suatu ilmu yang dengan dialah dapat kita

ketahui orang yang menerima pusaka dan orang yang tidak menerima pusaka, serta

kadar yang diterima tiap-tiap waris dan cara pembagiannya”.1

Selanjutnya dengan berpedoman pada hukum waris islam maka dapat

dipahami bahwa terdapat 3 (tiga) unsur dalam kewarisan islam, yakni:

1. Pewaris (Al-Muwarrist) 2. Ahli waris(warists)

3. Warisan(mauruts)

(2)

Pewaris merupakan seseorang yang telah meninggal dunia dan meninggalkan

sesuatu yang dapat beralih kepada keluarganya yang masih hidup. Dalam Kompilasi

Hukum Islam pada pasal 171 huruf b menjelaskan sebagai berikut:

Pewaris adalah orang yang pada saat meninggalnya atau yang dinyatakan

meninggal berdasarkan putusan Pengadilan, beragama Islam, meninggalkan ahli

waris dan harta peninggalan.

Adapun Meninggal dunia atau mati dapat dibedakan menjadi:2

1. Mati sejati (haqiqy) adalah kematian yang dapat disaksikan oleh panca indra.

2. Mati menurut putusan pengadilan (hukmy) adalah kematian yang disebabkan adanya putusan hakim, baik orangnya masih hidup maupun

sudah mati.

3. Mati menurut dugaan (taqdiry) adalah kematian yang didasarkan ada dugaan yang kuat bahwa yang bersangkutan telah mati.

Dengan meninggalnya seseorang (pewaris), maka terhadap harta yang

ditinggalkannya akan beralih kepada ahli waris yang masih hidup. Ahli waris

(warists) sendiri ialah orang yang berhak atas harta warisan yang ditinggalkan oleh orang yang meninggal.3

2H.R.Otje Salaman S. Mustofa Haffas,Hukum Waris Islam,(Bandung : PT. Rafika Aditama,

2006), Halaman, 5

(3)

Dalam Kompilasi Hukum Islam pada pasal 171 huruf c, menjelaskan bahwa:

“Ahli waris adalah orang yang pada saat meninggal dunia mempunyai hubungan

darah atau hubungan perkawinan dengan pewaris, beragama Islam dan tidak

terhalang karena hukum untuk menjadi ahli waris”.

Di samping adanya hubungan kekerabatan dan perkawinan itu, mereka baru

berhak menerima warisan secara hukum dengan terpenuhinya persyaratan sebagai

berikut:

1. Ahli waris itu masih hidup pada waktu meninggalnya pewaris.

2. Tidak ada hal-hal yang menghalangi secara hukum untuk menerima warisan.

3. Tidak terhijab atau tertutup secara penuh oleh ahli waris yang lebih dekat.4

Sedangkan pengertian warisan (mauruts) ialah sesuatu yang ditinggal oleh orang yang meninggal dunia, baik berupa benda bergerak maupun benda tak bergerak

warisan.5 Di dalam Kompilasi Hukum Islam 171 huruf e memberikan penjelasan

tentang pengertian harta warisan yaitu harta bawaan di tambah bagian dari harta

bersama, setelah digunakan untuk keperluan pewaris selama sakit sampai

meninggalnya, biaya pengurusan jenazah, pembayaran utang dan pemberian untuk

kerabat.

Terkait objek warisan, tanah adalah salah satu jenis warisan yang memiliki

nilai untuk dapat diwarisi. Tentunya untuk menjaga dan melindungi hak-hak atas

tanah tersebut, seyogyanya perlu didaftarkan dan dibuatkan sertifikat hak milik atas

(4)

tanah sebagai bukti kepemilikan yang sah, sehingga, bilamana terjadi prihal peralihan

warisan mengenai tanah kepada ahli waris dapat diselesaikan dengan mudah karena

objek warisan memilikihistory(sejarah) kebenaran kepemilikan keluarga pewaris. Jika merujuk Undang-Undang Pokok Agraria, ditemukan pengertian Tanah

merupakan karunia Tuhan Yang Maha Esa, atas dasar hak menguasai dari negara

maka menjadi kewajiban bagi pemerintah melaksanakan pendaftaran tanah di seluruh

Wilayah Republik indonesia menurut UUPA yang individualistik, komunalistik,

religius, selain bertujuan melindungi tanah juga mengatur hubungan hukum hak atas

tanah melalui penyerahan sertifikat sebagai tanda bukti hak atas tanah bagi

pemegangnya.6

Tanah merupakan salah satu sumber daya alami penghasil barang dan jasa,

yang merupakan kebutuhan yang hakiki dan berfungsi sangat essensial bagi

kehidupan dan penghidupan manusia, bahkan menentukan peradaban suatu

bangsa.7Kepastian hukum atas kepemilikan tanah akan dicapai apabila telah

dilakukan pendaftaran tanah, karena tujuan pendaftaran tanah adalah untuk

memberikan jaminan kepastian hukum dan perlindungan hukum kepada pemegang

hak atas tanah. baik kepastian mengenai subjeknya (yaitu apa haknya, siapa

pemiliknya, ada/tidak beban diatasnya) dan kepastian mengenai objeknya yaitu

letaknya, batas-batasnya dan luasnya, serta ada/tidak bangunan/tanaman di atasnya.8

6S. Chandra, Sertifikat Kepemilikan Hak Atas Tanah, (Jakarta : Penerbit Grasindo, 2005)

Halaman 1.

7Muchtar Wahid,Memaknai Kepastian Hukum Hak Milik Atas Tanah, (Jakarta: Republika,

(5)

Adapun produk akhir dari kegiatan pendaftaran tanah ialah berupa sertifikat

hak atas tanah, mempunyai banyak fungsi bagi pemiliknya, dan fungsinya itu tidak

dapat digantikan dengan benda lain. Sertifikat hak atas tanah berfungsi sebagai alat

pembuktian yang kuat. Inilah fungsi yang paling utama sebagaimana disebut dalam

Pasal 19 ayat (2) huruf c UUPA Nomor 5 Tahun 1960, seseorang atau badan hukum

akan mudah membuktikan dirinya sebagai pemegang hak atas suatu bidang tanah,

apabila telah jelas namanya tercantum dalam sertifikat itu.

Adanya sertifikat hak atas tanah membuktikan bahwa tanah yang

bersangkutan telah terdaftar pada kantor Agraria/Pertanahan. Data tentang tanah yang

bersangkutan secara lengkap telah tersimpan di Kantor Pertanahan, dan apabila

sewaktu-waktu diperlukan dengan mudah ditemukan. Data ini sangat penting untuk

perencanaan kegiatan pembangunan misalnya pengembangan kota, pemasangan

pipa-pipa irigasi, kabel telepon, penarikan pajak bumi dan bangunan.9

Sertifikat hak atas tanah berisi data fisik (keterangan tentang letak, batas, luas

bidang tanah serta bagian bangunan atau bangunan yang ada di atasnya bila dianggap

perlu) dan data yuridis (keterangan tentang status tanah dan bangunan yang didaftar,

pemegang hak atas tanah dan hak-hak pihak lain, serta beban-beban yang ada di

atasnya). Dengan memiliki sertifikat, maka kepastian hukum berkenaan dengan jenis

hak atas tanahnya, subyek hak dan obyek haknya menjadi nyata.

9Adrian Sutedi, Sertifikat Hak Atas Tanah, Cetakan I, ( Jakarta : Sinar Grafika, 2011),

(6)

Adapun sistem negatif yang telah dianut dalam pendaftaran tanah di

Indonesia, menjelaskan bahwa sertipikat tanah yang diterbitkan bukanlah merupakan

alat bukti yang tidak bisa diganggu gugat, justru berarti bahwa sertifikat itu bisa

dicabut dan dibatalkan apabila hukum menghendaki atau ada putusan dari pengadilan.

Oleh karena itu, tidak benar bila ada anggapan bahwa dengan memegang sertipikat

tanah berarti pemegang sertipikat tersebut adalah mutlak pemilik tanah dan ia pasti

akan menang suatu perkara karena sertifikat tanah adalah alat bukti satu-satunya yang

tidak tergoyahkan.

Jika kemudian timbul sengketa atas pembagian waris antara ahli waris

terhadap objek warisan maka Pasal 188 Kompilasi Hukum Islam menyebutkan para

ahli waris secara bersama-sama atau perseorangan dapat mengajukan permintaan

kepada ahli waris yang lain untuk melakukan pembagian harta warisan. Bila ada di

antara ahli waris yang tidak menyetujui permintaan itu, maka yang bersangkutan

dapat mengajukan gugatan melalui pengadilan agama untuk melakukan pembagian

warisan.

Penyelesaian masalah kewarisan selain melalui musyawarah juga merupakan

kewenangan pengadilan agama bagi orang yang beragama islam.. Hal ini ditegaskan

dalam pejelasaan umum Undang-Undang Nomor 3 tahun 2006 tentang peradilan

Agama dan perubahan kedua Undang-Undang 50 Tahun 2009 tentang peradilan

Agama. Pada pasal 1 ayat (1) Undang-Undang Nomor 7 tahun 1989 tentang peradilan

(7)

orang-orang yang beragama islam sehingga kewarisan merupakan kewenangan peradilan

agama yang dalam penyelesaiannya didasarkan pada hukum kewarisan islam.

Sebagaimana pada kasus putusan Mahamah Syar’iyah Takengon dalam

putusan nomor 0220/Pdt.G/2015/MS-Tkn, tanggal 11 Mei 2016 terjadi sengketa

mengenai kewarisan.. Pada kasus ini penggugat dan tergugat merupakan ahli waris

dari seorang pewaris bernama Almarhum Muhamad Sejuk (meninggal dunia pada

tahun 1969) dan Rafiah Inen Mustafa (meninggal tahun 1996) dengan objek gugatan

ialah tanah warisan berupa sawah yang terletak di Simpang Kemili, Kecamatan Silih

Nara, Kabupaten Aceh Tengah, seluas  8.463 M2. Adapun ahli waris yang

bersengketa tersebut ialah ialah:

1. Bantas Yani bin Muhammad Sejuk (anak pertama/Tergugat).

2. Abdullah bin Muhammad Sejuk (anak kedua/Penggugat I).

3. Arifin bin Muhammad Sejuk (anak ketiga/Penggugat II).

Permasalahan sengketa waris ini bermula ketika salah satu ahli waris yang

bernama Abdullah bin Muhammad Sejuk (anak kedua/Penggugat I) berinisiatif untuk

melakukan pendaftaran hak milik atas tanah orang tuanya(Rafiah Inen Mustafa),

kepada pihak Badan Pertanahan Nasional, mengingat tanah tersebut belum memiliki

sertipikat tanah sebagai landasan legalitas kepemilikan yang kuat.

Terkait nama yang akan dicantumkan sebagai pemilik sertipikat hak milik atas

tanah tersebut, setelah musyawarah antara ahli waris dan meminta izin kepada

(8)

yang diterbitkan/didaftarkan dibuat atas nama Bantas Yani bin Muhammad Sejuk

(anak pertama/Tergugat).

Setelah memenuhi persyaratan yang telah ditentukan pihak BPN, baik itu

syarat data fisik dan data yuridis serta tahapan-tahapan proses penerbitan, pihak BPN

kemudian menerbitkan sertifikat hak milik atas tanah dengan Sertipikat Hak Milik

Nomor 98 Tahun 1994 atas nama Bantas Yani terhadap sawah yang terletak di

Simpang Kemili, Kecamatan Silih Nara, Kabupaten Aceh Tengah, seluas8.463 M2.

Meskipun pada dasarnya tanah tersebut belum dibagi dikarenakan pewaris

masih hidup, para ahli waris telah memberikan kepercayaan kepada tergugat bahwa

jika kemudian hari Rafiah Inen Mustafa meninggal dunia, pihak tergugat selaku anak

pertama akan membagi harta warisan berupa tanah tersebut sesuai dengan porsinya

masing-masing.

Sehubungan dengan hal tersebut, permasalahan pun muncul ketika Rafiah

Inen Mustafa meninggal dunia (1996). Bila merujuk pada salah satu asas dalam

hukum kewarisan Islam yakni asas Ijbari artinya kalau sudah terbukti seorang pewaris

meninggal dunia dan meninggalkan ahli waris dan harta warisan, maka harta

warisannya harus segera dibagi kepada ahli warisnya menurut hak dan bagiannya

masing setelah ditunaikan hutang-hutang dan wasiatnya.

Pada saat itu penggugat II kemudian menyerahkan sertifikat tanah warisan

tersebut kepada tergugat, agar tanah itu dapat dibagi kepada ahli waris sesuai dengan

(9)

warisan dengan alasan tergugat mengklaim tanah tersebut adalah miliknya yang

diperoleh ketika ayahnya Almarhum Muhammad Sejuk masih hidup dan bukan

termasuk bagian tanah warisan dari Rafiah Inen Mustafa yang harus dibagi. Selain

itu, nama kepemilikan yang tercantum dalam sertifikat hak atas tanah tersebut ialah

atas nama tergugat bukan pewaris, sehingga menjadi alasan dasar bagi tergugat untuk

tetap bersikukuh menguasai dan menyatakan hak milik sepenuhnya atas tanah yang

digugat.

Proses penyelesaian sengketa waris baik ditingkat keluarga. desa hingga

kepolisian telah diupayakan semaksimal mungkin antara para ahli waris, akan tetapi

gagal, ahli waris kemudian mengambil jalan terakhir dan dianggap dapat memperoleh

keadilan secara hukum dengan mengajukan gugatan kepada tergugat melalui

pengadilan Mahkamah Syar’iyah Takengon.

Terkait dengan gugatan, ada beberapa pokok gugatan yang diajukan oleh

penggugat kepada pengadilan, yakni; Penetapan status tanah, Penetapan ahli waris

dan bagian warisan serta Menyatakan dan memerintahkan kepada turut Tergugat

untuk memecah Sertipikat No.98 tahun 1994 atas nama Bantas Yani kepada

Penggugat I dan Penggugat II.

Berdasarkan gugatan tersebut, diperoleh keterangan-keterangan di dalam

persidangan, terungkap bahwa, benar objek warisan gugatan oleh penggugat adalah

milik sempurna Almarhumah Rafiah Inen Mustafa dan belum difaraidhkan kepada

ahli waris. Mengenai pihak-pihak yang menjadi ahli waris dan berhak atas tanah

(10)

Mustafa)/Tergugat, Abdullah (penggugat I) dan Arifin (Penggugat II) dan ketiganya

tidak dipersalahakan karena ketiganya saling mewarisi antara pewaris dan ahli waris.

Selanjutnya berdasarkan keterangan dan alat alat bukti yang telah diperoleh di

Persidangan tersebut, maka pada amar putusannya Mahkamah Syar’iyah pun

mengabulkan gugatan penggugat dan menyatakan; Menetapkan harta warisan yang

disengketakan ialah benar harta (tirkah) milik Rafiah Inen Mustafa yang belum

dibagi, kemudian hakim menetapkan bagian masing-masing ahli waris sesuai

porsinya, serta menyatakan Sertifikat Hak Milik No. 98 Tahun 1994 yang dikeluarkan

oleh Kepala Kantor Pertanahan Nasional Kabupaten Aceh Tengah tanggal 14 Mai

1994 atas nama Bantasyani/Tergugat adalah cacat hukum tidak mempunyai kekuatan

hukum.

Bertitik tolak dari uraian tersebut di atas, maka menarik untuk diteliti

mengenai “Kedudukan sertipikat hak milik atas tanah yang terdaftar atas nama

seorang ahli waris”(Putusan Mahkamah Syar’iyah Nomor :

0220/Pdt.G/2015/MS-Tkn)”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian yang dikemukakan dalam latar belakang diatas maka

dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut :

1. Bagaimana kekuatan sertipikat sebagai alat pembuktian hak atas tanah yang

(11)

2. Bagaimana pertimbangan hukum hakim dalam putusan mahkamah syar’iyah

Nomor : 0220/Pdt.G/2015/MS-Tkn telah memenuhi keadilan kepada ahli

waris?

3. Bagaimana solusi hukum atas penyelesaian harta warisan dan adanya salah

satu ahli waris yang menghambat terlaksanannya pembagian warisan?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan permasalahan yang telah dikemukakan di atas maka tujuan yang

hendak dicapai dalam penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui kekuatan sertipikat sebagai alat pembuktian hak atas tanah

yang terdaftar atas nama seorang ahli waris.

2. Untuk mengetahui pertimbangan hukum hakim dalam putusan mahkamah

syar’iyah Nomor : 0220/Pdt.G/2015/MS-Tkn telah memenuhi keadilan kepada

ahli waris.

3. Untuk mengetahui solusi hukum atas penyelesaian harta warisan dan adanya

salah satu ahli waris yang menghambat terlaksanannya pembagian warisan.

D. Manfaat Penelitian

Tujuan penelitian dan manfaat penelitian merupakan satu rangkaian yang

hendak dicapai bersama, dengan demikian dari penelitian ini diharapkan dapat

memberikan manfaat sebagai berikut :

1. Secara teoritis,diharapkan penelitian ini dapat menambah bahan

(12)

mengenai kedudukan sertifikat hak milik atas tanah warisan yang belum

dibagi namun disertifikatkan kepada seorang ahli waris.

2. Secara praktis, diharapkan dapat mengembangkan pengetahuan masyarakat

dan memberikan pemahaman hukum tentang akibat hukum sertifikat hak

milik atas tanah warisan yang belum dibagi.

E. Keaslian Penelitian

Berdasarkan informasi pemeriksaan yang ada dan sepanjang penelusuran

kepustakaan yang ada di lingkungan Universitas Sumatra Utara, khususnya di

lingkungan Magister Kenotariatan dan Magister Ilmu Hukum, belum ada penelitan

sebelumnya yang berjudul“kedudukan sertifikat hak milik atas tanah yang terdaftar

atas nama seorang ahli waris” (Studi Putusan Nomor 0220/Pdt.G/2015/MS-Tkn)”

Akan tetapi ada penelitian yang menyangkut tentang pewarisan antara lain

penelitian yang dilakukan oleh:

1. Elyanju Sihombing, NIM; 002111034 dengan judul “Pendaftaran Peralihan

Hak Milik Atas Tanah Karena Pewarisan Menurut PP No.24 Tahun

1997(Penelitian di Kota P. Siantar)”.

Rumusan masalah;

a. Bagaimana pelaksanan peralihan hak milik atas tanah karena pewarisan

menurut PP No.24 Tahun 1997 di Kota P. Siantar ?

b. Faktor-faktor apakah yang menyebabkan pemegang hak milik atas tanah

(13)

c. Apa upaya yang dilakukan dalam mengatasi peralihan hak milik atas

tanah karena pewarisan menurut PP No.24 Tahun 1997?

2. Husni Adam, NIM 047011031, dengan judul ‘Perlindungan hukum yang

diberikan oleh peraturan pemerintah Nomor 24 tahun 1997 tentang

pendaftaran tanah kepada pemegang sertifikat hak atas tanah (studi kasus di

kantor pertanahan kota Medan ’.

Rumusan masalah;

a. Bagaimana prosedur pendaftaran tanah setelah diberlakukannya

peraturan pemerintah nomor 24 tahun 1997?

b. Sejauh mana kepastian hukum sertifikat hak milik atas tanah melindungi

pemegangnya sesuai dengan peraturan pemerintah nomor 24 tahun 1997?

c. Sejauh mana perlindungan hukum yang diberikan terhadap pemegang hak

milik atas tanah bedasarkan peraturan pemerintah nomor 24 tahun 1997

tentang pendaftaran tanah yang dilakukan di kota medan?

F. Kerangka Teori dan Kerangka Konsepsi

1. Kerangka Teori

Dalam penelitian harus disertai dengan pemikiran-pemikiran teoritis, teori

adalah untuk menerangkan dan menjelaskan gejala spesifik untuk proses tertentu.10

Kerangka teori adalah kerangka pemikiran atau butir-butir pendapat teori, tesis

mengenai suatu kasus atau permasalahan (Problem) yang menjadi bahan

10Soejono Soekarto,Pengantar Penelitian Hukum, (Jakarta:Universitas Indonesia Press,

(14)

perbandingan teoritis, sedangkan suatu kerangka teori bertujuan untuk menyajikan

cara-cara bagaimana mengorganisasi dan mengintrepetasi hasil-hasil penelitian dan

menhubungkan dengan hasil terdahulu.11

Selain itu, menurut M. Solly Lubis menyatakan konsep teori merupakan

kerangka pemikiran atau butir-butir pendapat, mengenai suatu kasus atau pun

permasalahan yang bagi si pembaca menjadi bahan perbandingan.12

Adapun teori yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah

a. Teori Keadilan

Teori keadilan. Adil, atau dalam bahasa arab biasa disebut Al-Adhlu, merupakan salah satu sifat yang harus dimiliki oleh manusia dalam rangka

menegakan kebenaran kepada siapapun tanpa terkecuali, walaupun akan merugikan

dirinya sendiri.13

Secara etimologis, Al-Adhlu bearti tidak berat sebelah, tidak memihak, atau menyamakan sesuatu dengan yang lain(Al-Musawah).Istilah lain dariAl-Aldladalah

Al-Qisth, Al- Mitsl (sama bagian, atau semisal).14

Secara terminologi, Al-Adhlu (adil) bearti “mempersamakan sesuatu dengan yang lain, baik dari segi nilai, maupun dari segi ukuran, sehingga sesuatu itu menjadi

tidak berat sebelah, dan menjadi tidak berbeda antara satu dengan yang lain.15

11Burhan Ashofa, Metode Penelitian Hukum, (Jakarta;Bhineka Cipta,1996), Hal: 19. 12M. Solly Lubis,Filsafat Ilmu Dan Penelitian, (Medan:Sofmedia, 2012), hal: 80.

13 Zamakhsyari, Teori-teori Hukum Islam Dalam Fiqh dan Ushul Fiiqh, Cetakan Kedua,

(Bandung : Citapustaka Media Perintis, 2015), Halaman. 95

14Ibid.

(15)

Berlaku adil sangat terkait berkaitan dengan hak dan kewajiban. Hak yang

dimiliki oleh seseorang, termasuk hak asasi harus diperlakukan secara adil. Hak dan

kewajiban terkait pula dengan amanah sementara amanah wajib diberikan kepada

yang berhak menerimanya. Oleh karena itu, hukum berdasarkan amanah harus

ditetapkan secara adil tanpa dibarengi rasa kebencian dan sifat negatif

lainnya.(Qur’an Surat An-nisa’ : 58, dan.Qur’an Surat. Al-Ma’idah : 8).

Selain itu, teori keadilan yang dikemukan oleh Aristoteles, keadilan akan

terjadi apabila kepada seseorang diberikan apa yang menjadi miliknya. Seseorang

dikatakan berlaku tidak adil apabila orang itu mengambil lebih dari bagian yang

semestinya. Orang yang tidak menghiraukan hukum juga adalah orang yang tidak

adil, karena semua hal yang didasarkan kepada hukum dapat dianggap sebagai adil.

Jadi, keadilan adalah penilaian dengan memberikan kepada siapapun sesuai dengan

apa yang menjadi haknya, yakni dengan bertindak proporsional dan tidak melanggar

hukum.16

Hal tersebut berarti, konsep keadilan diperlukan pada saat pengambilan

keputusan setelah lahir sengketa. Dalam hal ini, keadilan berarti merupakan suatu

hasil yang diperoleh melalui suatu putusan. Putusan yang dihasilkan tentulah

bersumber pada kaidah normatif hukum. Rumusan ini menjadi jelas apabila melihat

putusan pengadilan yang selalu berkepala Demi Keadilan Berdasarkan Ketuhanan

16 Dardji Darmodiharjo dan Shidarta, Pokok-Pokok Filsafat Hukum, Apa dan Bagaimana

(16)

Yang Maha Esa. Isi putusannya merupakan penerapan asas-asas hukum yang

dikaitkan dengan perkara yang diselesaikannya.17

Dalam pandangan Thomas Aquinas, suatu hukum disebut adil jika hukum

tersebut dapat berfungsi efektif dalam menjamin atau melindungi hak-hak subyek

yang diaturnya, termasuk yang diatur dalam hukum positif. Keadilan merupakan

“Kehendak yang kekal di antara satu orang dan sesamanya untuk memberikan segala

sesuatu yang menjadi haknya”. Definisi ini memberikan gambaran hubungan antara

“hak dan keadilan” hak yang dimiliki setiap manusia.18

Pada konteks hukum islam, mengenai perkara untuk belaku adil, telah

diterangkan dalam Al-Qur’an Surah An-Nahl ayat 90 yang artinya”sesungguhnya

Allah memerintahkan berlaku adil dan berbuat baiklah”. Dua puluh delapan kali kata

dalam Al-Qur’an, tidak satu pun yang dinisbahkan kepada Allah menjadi sifatnya. Ini

menunjukan keadilan Allah tidak mampu dan tidak boleh dinilai oleh manusia

sebagai pegangan dapat dikatakan bahwa definisi adil tidak keluar dari 4 (empat)

arti:19

1. Adil dalam arti sama, artinya tidak membedakan antara satu dengan yang

lainnya dimana Allah berfirman dalam Al-Qur’an Surah An-Nisa’ayat 58

yang artinya”Apabila kamu memutuskan perkara di antara manusia, maka

17Adrian Sutedi,Loc. Cit, hal 25.

18E. Sumaryono, Etika Hukum Relevansi Teori Hukum Kodrat Thomas Aquinas, Cetakan

kelima , (Yogyakarta : Kanisius, 2002), hal 255.

(17)

hendaklah memutuskannnya dengan adil. Ayat ini member petunjuk hakim

untuk menempatkan pihak-pihak yang bersengketa dalam posisi yang sama.

2. Adil artinya seimbang dalam arti proposional, dimana keadilan yang kedua ini

biasanya diperlukan pada hukum waris islam. Firman Allah megenai keadilan

dalam arti proposional terdapat dalam Al-Qur’an Surah Infithar ayat 6-7.

3. Adil dalam arti hak-hak individu, artinya setiap orang memiliki haknya

masing-masing atau disebut juga menempatkan sesuatu pada tempatnya. Hal

ini dapat dianalogikan sama dengan seseorang menempatkan seseorang pada

jabatan yang tepat. Hadist riwayat Muslim berbunyi yang artinya”apabila

diserahkan suatu urusan bukan pada ahlinya (yang profesional) tunggulah

kehancuran”.

4. Keadilan Allah yang keempat adalah keadilan Allah yang tidak mampu akal

manusia untuk memahaminnya. Keadilan Allah pada hakikatnya merupakan

rahmat dan kebaikannya. Firman Allah dalam Al-Qur’an Surah Al-Fussilat

ayat 46 yang artinya “dan manusia, tuhanmu tidak berlaku aniaya kepada

hamba hambanya. Persyaratan adil sangat menentukan besar atau tidaknya

dan sah atau batalnya suatu pelaksanaan hukum.

Setiap pelaku pelanggaran dari suatu hak atas tanah sebagai hak dapat

diberikan keleluasaan untuk menuntutnya terhadap para pelanggar melalui pengadilan

agar hak-haknya diberikan dengan menuntut penghukuman pelanggar dari haknya

untuk memenuhi kewajiban-kewajiban dipersenjatai dengan putusan hakim, dan

(18)

tersebut berdasarkan Undang- Undang. Dengan putusan hakim yang berisikan

penghukuman tentunya diperoleh kepastian hukum antara pihak-pihak yang

bersengketa harus selalu diberikan putusan yang adil.20

Pengadilan adalah jalan terakhir untuk meminta hak milik atas tanah guna

dikembalikan kepada pemilik tanah yang sebenarnya dan pengadilan memiliki

peranan untuk mewujudkan keadilan, maka penelitian ini tentu diperlukan adanya

teori keadilan.

Untuk itulah dalam menyelesaikan segala permasalahan hukum termasuk

sengketa tanah waris, peran pengadilan sangat penting untuk memberikan rasa adil

bagi para pihak yang berperkara

b. Teori Kepastian Hukum

Teori yang di gunakan dalam penelitian ini adalah teori kepastian hukum,

Menurut Soerjono Soekanto :

“Bagi kepastian hukum yang penting adalah peraturan dan dilaksanakan

peraturan itu sebagaimana yang di tentukan. Apakah peraturan itu harus adil

dan mempunyai kegunaan bagi masyarakat adalah diluar pengutamaan

kepastian hukum. Dengan tersedianya perangkat hukum yang tertulis, siapa

pun yang berkepentingan akan mudah mengetahui kemungkinan apa yang

tersedia baginya untuk menguasai dan menggunakan tanah yang

(19)

diperlukannya, bagaimana cara memperolehnya, hak-hak,kewajiban serta

larangan-larangan apa yang ada di dalam”.21

Ajaran kepastian hukum ini berasal dari ajaran Yuridis-Dogmatik yang

didasarkan pada aliran pemikiran positivistis di dunia hukum, yang cenderung

melihat hukum sebagai sesuatu yang otonom, yang mandiri, karena bagi penganut

pemikiran ini, hukum tak lain hanya kumpulan aturan.

Bagi penganut aliran ini, tujuan hukum tidak lain dari sekedar menjamin

terwujudnya kepastian hukum. Kepastian hukum itu diwujudkan oleh hukum dengan

sifatnya yang hanya membuat suatu aturan hukum yang bersifat umum. Sifat umum

dari aturan-aturan hukum membuktikan bahwa hukum tidak bertujuan untuk

mewujudkan keadilan atau kemanfaatan, melainkan semata-mata untuk kepastian.22

Jika dikaitkan teori kepastian hukum ini bahwa Kedudukan Sertifikat Hak

Milik Atas Tanah Warisan yang Belum Dibagi kepada Ahli Waris harus sesuai

dengan ketentuan yang telah diatur didalam Al-qur’an dah hadist serta kompilasi

hukum islam, selain itu mengenai sertifikat hak milik atas tanah seyogyanya sesuai

dengan ketentuan dari Undang-Undang pokok Keagrariaan dan Peraturan Pemerintah

Nomor 24 Tahun 1997 tentang pendaftaran Tanah dimana dalam penelitian tesis ini

objek perkara ialah mengenai tanah warisan, sehingga dalam hal ini menimbulkan

21Soerjono Soekanto, SuatuTinjauan Sosiologi Hukum Terhadap Masalah-Masalah

Sosial,(Bandung : Alumni, 1982), hal. 21.

22Achmad Ali,Menguak Tabir Hukum (Suatu Kajian Filosofis dan Sosiologis), (Jakarta :

(20)

sengketa tanah waris khususnya mengenai pembagian waris dan hak milik atas tanah

waris yang belum dibagi

2. Kerangka Konsepsi

Kerangka konseptual adalah penggambaran antara konsep-konsep yang

merupakan kumpulan dalam arti yang berkaitan dengan istilah yang akan diteliti dan

di uraikan dalam karya ilmiah.23Menurut Burhan Ashofa, suatu konsep merupakan

abstraksi mengenai suatu fenomena yang dirumuskan atas dasar generalisasi dari

jumlah karakteristik kejadian, keadaan, kelompok, atau individu tertentu.24

Pemakaian konsep terhadap istilah terutama dalam judul penelitian bukanlah

untuk keperluan, mengkomunikasikannya semata-mata dengan pihak lain. Sehingga

tidak menimbulkan salah tafsir tetapi juga demi menuntut penenliti sendiri didalam

menangani proses penelitian dimaksud.25 Oleh karena itu, didalam penelitian ini,

didefinisikan beberapa konsep dasar atau istilah, agar dalam pelaksanaanya diperoleh

hasil penelitian yang sesuai dengan tujuan yang telah ditentukan yaitu:

a. Waris adalah harta benda dan hak yang ditinggalkan oleh orang yang

meninggal untuk dibagikan kepada yang berhak menerimannya.26

b. Pewaris adalah orang yang pada saat meninggalnya dinyatakan meninggal

berdasarkan keputusan pengadilan (agama), beragama islam, meninggalkan

ahl waris dan harta peninggalan.27

23Zinuddin Ali, Metode Penelitian Hukum,(Jakarta: Sinar Grafika, 2009), hal. 96. 24Burhan Ashshofa,Loc.Cit.hal 19.

25Sanafiah Faisal, Format-Format Penelitian Sosisal,(Jakarta :PT. Raja Grafindo Persada,

(21)

c. Ahli waris adalah orang yang pada saat meninggal dunia(pewaris) mempunyai

hubungan darah atau hubungan perkawinan dengan pewaris, beragama islam

dan tidak terhalang karena hukum untuk menjadi ahli waris.28

d. Harta peninggalan adalah harta yang ditinggalkan oleh pewaris, baik yang

berupa benda yang menjadi miliknya maupun hak-haknya.29

e. Harta warisan adalah sejumlah harta milik orang meninggal dunia (pewaris)

setelah diambil sebagian hartaya tersebut untuk biaya biaya perawatan jika ia

menderita sakit sebelum meninggalnya penyelenggaraan jenazah, penuaian

wasiat harta jika ia berwasiat, pelunasaan segala utang-utang jika ia berutang

kepada orang lain sejumlah harta.30

f. Mahkamah syar’iyah adalah salah satu pengadilan khusus yang berdasarkan

syari’at Islam di Provinsi Aceh sebagai pengembanga dari pengadilan Agama.

Mahkamah Syar’iyah terdiri dari mahkamah Syar’iyah Provinsi dan

Mahkamah Syar’iyah (tingkat kabupaten dan kota). Kekuasaan dan wewenang

mahkamah Syar’iyah adalah kekuasaan dan kewenangan pengadilan agama

dan pengadilan tinggi agama ditambah dengan kekuasaan dan kewenangan

lain yang berkaitan dengan syariat Islam yang ditetapkan didalam qanun.

27Ibid 28Ibid

29Lihat pasal 171huruf d kompiasi hukum islam

30A. Sukis Samardi, Transendensi Keadilan Hukum Waris Islam Traspormatif,(Jakarta:PT.

(22)

g. Tanah dalam pengertian yuridis adalah permukaan bumi, sedangkan hak

atas tanah adalah hak atas sebagian tertentu permukaan bumi, yang

berbatas, berdimensi dua dengan ukuran panjang dan lebar.31

h. Pengertian sertipikat menurut UUPA Pasal 19 ayat (2) adalah surat tanda

bukti hak atas tanah yang berlaku sebagai alat pembuktian yang kuat.

Sertifikat sebagai surat bukti tanda hak, diterbitkan untuk kepentingan

pemegang hak yang bersangkutan, sesuai dengan data fisik yang ada

dalam surat ukur dan data yuridis yang telah didaftar dalam buku tanah.32

Sertipikat, menurut Pasal 13 Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun

1961, terdiri atas salinan buku tanah yang memuat data yuridis dan surat

ukur yang memuat fisik hak yang bersangkutan, yang dijilid menjadi satu

dalam suatu sampul dokumen. Pengertian sertifikat menurut Peraturan

Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997, adalah satu lembar dokumen sebagai

surat tanda bukti hak yang memuat data fisik dan data yuridis obyek yang

didaftar untuk hak atas tanah, hak pengelolaan, tanah wakaf, hak milik

atas satuan rumah susun dan hak tanggungan yang masing-masing

dibukukan dalam buku tanah.

i. Pengertian hak milik menurut Pasal 20 UUPA ialah hak turun temurun,

terkuat dan terpenuh yang dapat dipunyai orang atas tanah.

31Boedi Harsono,Hukum Agraria Indonesia : Sejarah Pembentukan Undang-Undang Pokok

(23)

j. Pengertian pembatalan hak atas tanah tercantum didalam Pasal 24 ayat (2)

Peraturan Menteri Agraria /KBPN Nomor 11 tahun 2016, yaitu:

“merupakan pembatalan terhadap hak atas tanah, tanda bukti hak dan

daftar umum lainnya yang berkaitan dengan hak tersebut.

G. Metode Penelitian

Secara Etimologi metode diartikan sebagai jalan atau cara melakukan atau

mengerjakan sesuatu, metode berasal dari bahasa yunani “Methodos” yang artinya “jalan menuju”, bagi kepentingan ilmu pengetahuan, metode merupakan titik awal

menuju proposisi-proposisi akhir dalam bidang pengetahuan tertentu.33

Penelitian hukum atau suatu kegiatan ilmiah didasarkan pada

metode,sistematika, dan pemikiran tertentu yang bertujuan untuk mempelajari satu

atau segala hukum dengan jalan menganalisanya. 34 Metodelogi yang dimaksud

berarti sesuai dengan metode atau cara tertentu, sistematis, berdasarkan suatu sistem

dan konsisten berarti tidak bertentangan dengan suatu kerangka tertentu.35

Melalui suatu penelitian terhadap data yang didapat dari suatu penelitian dapat

digunakan untuk memecah, memahami dan mengantisipasi permasalahan. Adapun

maksud dari memahami di sini yaitu memperjelas informasi atau masalah yang

sebelumnya tidak diketahui dan kemudian menjadi tahu. Sedangkan memecahkan

33Bahder Johan Nasution, Metode Penelitian Hukum , (Bandung :Mandar maju, 2008),

halaman 13.

34Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji,Penelitian Hukum Normatif, (Jakarta:Raja Grafindo,

Persada, 2001), Hal 42.

35Roni Hanitijo,Metode Penelitian Hukum dan Jurimetri, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 1988),

(24)

maksudnya meminimalkan atau menghilangan masalah sementara mengantisipasi

adalah agar tidak terjadi lagi masalah.

Suatu penelitian ilmiah, harus melalui rangkaian kegiatan penelitian yang

dimulai dari pengumpulan dat asampai pada analisis data dilakukan dengan

memperhatikan kaidah-kaidah ilmiah sebagai berikut :

1. Jenis dan Sifat Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode penelitian yuridis normatif, yakni suatu

penelitian yang dilakukan dengan cara meneliti bahan pustaka atau data sekunder

seperti peraturan perundang-undangan, teori hukum, pendapat para sarjana hukum

terkemuka,36dan putusan pengadilan.

Penelitian yuridis normatif atau penelitian hukum normatif dapat disebut juga

penelitian hukum doktrinal. Penelitian hukum doktrinal dikonsepkan sebagai apa

yang tertulis di dalam peraturan perundang-undangan (law in the books) atau hukum yang dikonsepkan sebagai kaidah atau norma yang merupakan patokan berperilaku

manusia dianggap pantas.37

Menurut Johnny Ibrahim, “oleh karena tipe penelitian yang digunakan adalah

tipe penelitian yuridis normatif, maka pendekatan yang digunakan adalah pendekatan

perundang-undangan (statue approach). Pendekatan tersebut melakukan pengkajian peraturan perundang-undangan yang berhubungan dengan tema sentral penelitian.

(25)

Selain itu juga dilakukan pendekatan lain yang diperlukan guna memperjelas analisis

ilmiah yang diperlukan dalam penelitian normatif”.38

Sumber data pada penelitian ini berupa bahan hukum yang diperoleh dari

studi kepustakaan (library research), peraturan perundang-undangan, buku-buku, jurnal-jurnal hukum, dan ensiklopedia yang diuraikan dan dihubungkan sedemikian

rupa sehingga disajikan dalam penulisan yang sistematis. Yuridis normatif atau

penelitian yang menganalisis hukum, baik yang tertulis dalam buku maupun hukum

yang diputuskan oleh hakim melalui proses pengadilan.39

Dalam penelitian ini menganalisa mengenai Putusan Mahkamah Syar’iyah.

Pendekatannya bersifat studi kasus (case approach) yaitu suatu studi terhadap kasus tertentu dari berbagai aspek hukum, dalam hal ini dilihat dari hukum islam, agrarian

dan hukum adat.40

2. Sumber Data

Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder

melalui studi dokumen-dokumen, untuk memperoleh data yang diambil dari bahan

kepustakaan, diantaranya adalah :

a. Bahan hukum primer, yaitu dokumen peraturan yang mengikat dan ditetapkan

oleh pihak yang berwenang.41Dalam tulisan ini diantaranya Undang-Undang

38Johnny Ibrahim, Teori & Metodologi Penelitian Hukum Normatif, (Jakarta : Bayumedia,

2007), hal.295.

39Bismar Nasution, Metode Penelitian Hukum Normatif dan Perbandingan Hukum, ( Makalah

Fakultas Hukum USU, tanggal 18 Februari 2003), hal.1.

40Peter Mahmud Marzuki,Pemilik Hukum(Jakarta : Kencana Pranada Media, 2010 ) hal. 134. 41Soedikno Mertokusumo, Mengenal Hukum (Suatu Pengantar), (Yogyakarta : Liberty,

(26)

Pokok Agraria Nomor 5 Tahun 1960 Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun

1997 tentang pendaftaran Tanah, Kompilasi Hukum Islam, hukum adat dan

peraturan perundang-undangan lain yang terkait.

b. Bahan hukum sekunder,42 yaitu bahan-bahan yang berkaitan dengan bahan

hukum primer dan dapat membantu menganalisis dan memahami dari bahan

hukum primer, misalnya buku-buku yang berkaitan dengan permasalahan, tulisan

para ahli, makalah, hasil-hasil seminar atau pertemuan ilmiah lainnya yang

relevan dengan peneltian ini.

c. Bahan hukum tersier,43yaitu bahan-bahan yang memberikan petunjuk maupun

penjelasan terhadap bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder. Bahan

yang digunakan dalam penelitian ini adalah kamus hukum, kamus bahasa

Indonesia, ensiklopedia hukum, situs di internet yang berkaitan dengan objek

penelitian.

Selain data sekunder sebagi sumber data utama, dalam penelitian ini juga

digunakan data primer sebagai data pendukung yang diperoleh dari wawancara

dengan pihak-pihak yang telah ditentukan sebagai informan atau narasumber.

3. Teknik Pengumpulan Data

Untuk mendapatkan data yang diperlukan, pengumpulan data yang dilakukan

melalui studi kepustakaan (library research), studi kepustakaan ini dilakukan untuk

(27)

mendapatkan atau mencari konsepsi-konsepsi, teori-teori, asas-asas dan hasil-hasil

pemikiran lainnya yang berkaitan erat dengan permasalahan penelitian.

4. Alat Pengumpulan Data

Alat pengumpulan data yang digunakan untuk mengumpulkan data yang

dipergunakan dalam penelitian ini dilakukan dengan mengadakan :

a. Studi dokumen yaitu dengan melakukan inventarisasi dan sistemasi literatur yang

berkaitan dengan permasalahan dalam penelitian ini.

b. Pedoman Wawancara, hasil wawancara yang diperoleh akan digunakan sebagai

data penunjang dalam penelitian. Data tersebut diperoleh dari pihak-pihak yang

telah ditentukan sebagai informan atau narasumber dari pihak yang terkait

sehingga diperoleh data yang diperlukan sebagai data pendukung dalam

penelitian tesis ini.

5. Analisa Data

Analisa data sangat diperlukan dalam suatu penelitian, hal ini berguna untuk

memberikan jawaban terhadap permasalahan yang diteliti.Analisis data dalam

penelitian ini menggunakan analisis data kualitatif.Penelitian dengan menggunakan

metode kualitatif bertolak dari asumsi tentang realitas atau fenomena sosial yang

bersifat unik dan kompleks.Padanya terdapat regularitas atau pola tertentu, namun

penuh dengan variasi (keragaman).44

44Burhan Bungin,Analisa Data Penelitian Kualitatif, Pemahaman Filosofis dan Metodologis

(28)

Selanjutnya, data sekunder yang diperoleh dari penelitian kepustakaan

(library research) dan data primer yang diperoleh dari penelitian lapangan (field research) kemudian disusun secara berurutan dan sistematis.Kemudian dianalisis dengan menggunakan metode kualitatif sehingga diperoleh gambaran secara

menyeluruh tentang gejala dan fakta yang terdapat dalam masalah analisis yuridis

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil pengembangan perangkat dan hasil uji coba maka dapat disimpulkan berikut : 1) Kelayakan perangkat pembelajaran fisika berbasis masalah yang

Kegiatan ini dilaksanakan melalui pelatihan dalam pengelolaan Website Desa untuk pemerintah desa dengan materi yang mencakup aspek- aspek konseptual dan teknis dari Website

Outlet dari stripper ini merupakan suatu liquid yang sudah mengandung sedikit atau bisa dikatakan bebas dari gas yang akan dipisahkan, sebagai contoh bila kita akan memisahkan

Hasil paired sampel t-test adalah p : 0,00 ( p <0,05) yang berarti Ho ditolak sehingga hipotesis II yang menyatakan Penambahan Core Stability Exercise pada intervensi

“ Entah kenapa, tiba-tiba Kugy merasa Noni bukanlah orang yang tepat untuk diajak bicara masalah ini, tidak dengan adanya proyek percomblangan yang sepertinya betul-betul diseriusi

Sebagai hasil yang dapat disimpulkan penulis dalam skripsi ini adalah Abdul Qahhar Mudzakkar yang tanah kelahiranya di Kabupaten Luwu yang juga pernah dijadikan

Keputusan konsumen untuk menginap tergolong tinggi, walaupun indikator tingkat prioritas Serrata Hotel sebagai pilihan menginap dan keinginan responden

Karakteristik pendidik yang membuat pendidikan menjadi efektif antara lain mempunyai selera humor, membuat kelas menjadi menarik, menguasai mata pelajaran, menerangkan dengan