• Tidak ada hasil yang ditemukan

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMAT

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMAT"

Copied!
93
0
0

Teks penuh

(1)

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA

MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE

TWO STAY-TWO STRAY (DUA TINGGAL – DUA BERTAMU)

PADA PESERTA DIDIK KELAS IV SDN 5 PANARUNG

PALANGKA RAYA

SKRIPSI

OLEH :

PRIYADI

NIM : 10. 23. 11558

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALANGKARAYA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

(2)
(3)

ABSTRAK

PRIYADI: upaya meningkatkan hasil belajar matematika melalui model pembelajaran kooperatif tipe two stay-two stray (dua tinggal – dua bertamu) pada peserta didik kelas IV SDN-5 Panarung Palangka Raya : Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Palangkaraya. Pembimbing: (1) Drs. Orhan. M.Pd, (2) Hj. Purna Haidawati, M.Pd

Kata Kunci: Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Two Stay-Two Stray

Penelitian ini bertujuan 1) Untuk mengetahui bagaimana aktivitas peserta didik selama proses pembelajaran matematika dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay-Two Stray (Dua Tinggal – Dua Bertamu) pada peserta didik kelas IV SDN 5 Panarung Palangka Raya. dan 2) Untuk mengetahui apakah ada peningkatan hasil belajar peserta didik pada pembelajaran matematika dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay-Two Stray (Dua Tnggal – Dua Bertamu) pada peserta didik kelas IV SDN 5 Panarung Palangka Raya.

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Dengan jumlah subyek penelitian 20 orang peserta didik yang sekaligus dijadikan sampel penelitian teknik pengumpulan data. Teknik analisis data didasarkan pada hasil siklus tiap proses pembelajaran.

Hasil penelitian menunjukan bahwa 1) Aktivitas peserta didik selama proses pembelajaran matematika lebih aktif dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe two stay-two stray pada peserta didik kelas IV SDN 5 Panarung Palangka Raya. Hal ini dibuktikan dengan hasil penilaian aktivitas peserta didik pada siklus I yaitu 38 meningkat menjadi 42 dan 2) Ada peningkatan hasil belajar peserta didik pada pembelajaran matematika dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe two stay-two stray pada peserta didik kelas IV SDN 5 Panarung Palangka Raya. Hal ini telihat dari data hasil belajar peserta didik, pada siklus I hasil belajar peserta didik yaitu 60% dan pada siklus II meningkat menjadi 100%.

(4)

ABSTRACT

PRIYADI : the effort of increasing Mathematic Learning Outcome Through Cooperative Two Stay-two stray Learners in Fourth Grade SDN-5 Panarung palangka Raya : Faculty of Teacher Training and Education Muhammadiyah University of Palangkaraya . supervisors : (1) Drs. Orhan, M.Pd, (2) Hj. Purna Haidawati, M.Pd.

Key words: Cooperative learning study type two stay-two stray.

The objective of this study is 1) to identify learners’ activity during mathematic learning process by using cooperative learning model type two stay-two stray type to learners in fourth grade Panarung Palangkaraya. 2) to find out whether there is learning out come enhancement in mathematic by using cooperative learning model type two stay-two stray type to learners in fourth grade Panarung Palangkaraya.

This is class action research, with subject 20 learners and treated as sample. Technique of data analysis based on the cycle result in each learning process. The result showed that 1) learners’ activity during learning process were more active by sung cooperative two stay-two stray type to learners in fourth grade Panarung Palangkaraya. It is proven based on the learners’ activity in cycle I with 38 increased to 42 and 2) there is learners’ learning outcome enhancement in mathematics by using two stay-two stray type to learners in fourth grade SDN-5 Panarung Palangkaraya. Based on the learning outcome data in cycle I learners learning outcome is 60% increased in cycle II be 100%.

(5)
(6)
(7)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atau Tuhan Yang Maha Esa, atas rahmat dan karunia yang telah dilimpahkan-Nya, sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik, Dalam kesempatan ini menyampaikan rasa terima kasih sedalam-dalamnya kepada berbagai pihak yang telah memberikan bantuan berupa arahan dan dorongan selama peneliti studi. Oleh karena itu peneliti menyampaikan terima kasih dan penghargaan yang terhormat :

1. Drs. H. Bulkani, M.Pd selaku Rektor Universitas Muhammadiyah Palangkaraya.

2. Drs. M. Fatchurahman, M.Pd, M.Psi selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan.

3. Diplan, M.Pd selaku Ketua Program Studi PGSD Universitas Muhammadiyah Palangkaraya beserta Staf.

4. Drs. Orhan, M.Pd selaku pembimbing I dan Hj. Purna Haidawati, M.Pd selaku pembimbing II, yang telah banyak membantu memberikan arahan dan bimbingan serta memberikan dorongan sehingga penulisan skripsi ini dapat selesai.

5. Kepala Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Kota Palangka Raya, Ibu Kepala Sekolah SDN-5 Panarung Palangka Raya, Guru dan peserta didik SDN-5 Panarrung Palangka Raya telah membantu selama penelitian

6. Teman-teman Mahasiswa Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Palangka Raya dan berbagai pihak yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu, yang telah memberikan dukungan moral sehingga penelitian selesai studi.

Semoga amal kebaikan dari berbagai pihak tersebut mendapat pahala yang berlipat ganda dari allah SWT, dan semoga karya ilmiah ini bermanfaat bagi siapa saja yang membacanya Amin.

Palangka Raya, 2014 Peneliti

PRIYADI

(8)

DAFTAR ISI

Halaman

LEMBAR PERNYATAAN ... i

LEMBAR ABSTRAK ... ii

LEMBAR ABSTRACT ... iii

LEMBAR PERSETUJUAN... iv

LEMBAR PERSETUJUAN DAN PENGESAHAN ... v

KATA PENGANTAR ... vi

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 6

C. Batasan Masalah... 7

D. Rumusan Masalah ... 7

E. Alternatif Pemecahan r5Masalah ... 8

F. Tujuan Penelitian ... 8

G. Manfaat Penelitian ... 9

BAB II. KAJIAN TEORI A. Analisis Teoretis... 10

1. Pembelajaran Matematika Di SD ... 10

2. Pengertian Hasil Belajar Matematika ... 12

3. Konsep Kelipatan Persekutuan Terkecil (KPK) dan Faktor Persekutuan Terbesar (FPB) dari Dua Bilangan ... 13

4. Model Pembelajaraan Kooperatif ... 16

a. Pengertian Model Pembelajaraan Kooperatif ... 16

b. Tujuan Pembelajaran Kooperatif ... 17

c. Unsur Penting dan Prinsip Utama Pembelajaran Kooperatif ... 18

5. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Two Stay-Two Stray ... 21

a. Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Two Stay-Two Stray ... 21

b. Langkah – langkah Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Two Stay-Two Stray ... 22

c. Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Two Stay-Two Stray ... 24

(9)

6. Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Two Stay-Two Stray terhadap Materi Kelipatan Persekutuan Terkecil (KPK) dan Faktor Persekutuan Terbesar (FPB) dari Dua

Bilangan ... 25

B. Penelitian Yang Relevan ... 26

C. Kerangka Berpikir ... 27

D. Hipotesis Tindakan... 29

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian ... 30

B. Jenis Penelitian ... 30

C. Kehadiran dan Peran Peneliti ... 32

D. Subjek Penelitian ... 33

E. Rancangan Penelitian ... 33

F. Tehnik Pengumpulan Data ... 40

G. Teknik Analisis Data ... 44

H. Indikator Keberhasilan Penelitan ... 45

I. Jadwal Penelitian ... 46

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN A. Deskripsi Data ... 47

1. Deskripsi Data Pra Tindakan ... 47

2. Deskripsi Data Siklus I ... 49

3. Deskripsi Data Siklus II ... 56

B. Pengujian Hipotesis Tindakan ... 61

1. Hasil Penelitian Pra Tindakan ... 61

2. Hasil Penelitian Siklus I ... 63

3. Hasil Penelitian Siklus II ... 67

C. Pembahasan Hasil Penelitian ... 70

a. Siklus I 1. Aktivitas Guru dan Peserta didik ... 70

2. Data Hasil Belajar ... 71

b. Siklus II 1. Aktivitas Guru dan Peserta didik ... 72

(10)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1. Langkah-langkah Model Pembelajaran Kooperatif ... 20

Tabel 2. Subjek Penelitian... 33

Tabel 3. Kisi-kisi Observasi Lembar Pengamatan Aktivitas Guru Pengelolaan Pembelajaran Matematika Dengan Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif tipe Two Stay-Two Stray ... 40

Tabel 4. Kisi-kisi Observasi Lembar Pengamatan Aktivitas Peserta Didik Pengelolaan Pembelajaran Matematika Dengan Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif tipe Two Stay – Two Stray ... 41

Tabel 5. Kisi-kisi Tes Awal (pre test)danTes Akhir (post test) ... 42

Tabel 6. Jadwal Pelaksanaan Penelitian ... 46

Tabel 7. Data pre test Sebelum Penelitian Kelas Dilaksanakan ... 47

Tabel 8. Data Observasi Guru Siklus I... 49

Tabel 9. Data Observasi Peserta Didik Siklus I ... 50

Tabel 10. Data Hasil Post Test Siklus I ... 52

Tabel 11. Data Observasi Guru Siklus II ... 55

Tabel 12. Data Observasi Peserta Didik Siklus II ... 56

Tabel 13. Data Hasil Post Test Siklus II ... 58

Tabel 14. Data Hasil Observasi Guru Siklus I ... 64

Tabel 15. Data Hasil Observasi Peserta Didik Siklus I ... 65

Tabel 16. Data Hasil Observasi Guru Siklus II ... 67

Tabel 17. Data Hasil Observasi Peserta Didik Siklus II ... 68

(11)

DAFTAR GAMBAR

Halaman Gambar 1. Struktur Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Two Stay

Two Stray ... 24 Gambar 2. Diagram siklus penelitian tindakan kelas ... 35 Gambar 3. Grafik aktivitas peserta didik selama pembelajaran

menggunakan alat model pembelajaran kooperatif tipe two

stay-two stray ... 74 Gambar 4. Grafik hasil belajar peserta didik selama pembelajaran

menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe two

stay-two stray ... 75

(12)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Lembar Validasi ... 81

Lampiran 2. Rencana Pelaksanaan ... 89

Lampiran 3. Observasi ... 120

Lampiran 4. Foto-foto Penelitian ... 136

Lampiran 5. Lembar Administrasi Penelitian ... 139

(13)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan suatu upaya pencerdasan, pendewasaan, kemandirian manusia yang dilakukan oleh perorangan, kelompok, dan lembaga. Sebagaimana yang tertuang dalam Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang tujuan Pendidikan Nasional yang berbunyi:

Pendidikan Nasional bertujuan mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan YME, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

Dengan adanya undang-undang tersebut, maka dari waktu ke waktu bidang pendidikan haruslah tetap menjadi prioritas dan menjadi orientasi untuk diusahakan perwujudan sarana dan prasarananya terutama untuk sekolah. Salah satu tugas pokok sekolah adalah menyiapkan peserta didik agar dapat mencapai perkembangannya secara optimal. Seorang peserta didik dikatakan telah mencapai perkembangannya secara optimal apabila peserta didik dapat memperoleh pendidikan dan prestasi belajar yang sesuai dengan bakat, kemampuan dan minat yang dimilikinya.

(14)

Pendidikan pada dasarnya adalah bagian yang penting dari beberapa sektor formal yang terdapat di Indonesia. Pendidikan formal adalah pendidikan yang diselenggarakan oleh lembaga dalam usaha pembangunan bangsa. Pendidikan yang demikian mencakup ruang lingkup yang amat luas, antara lain pengembangan mental dan pikiran yang mampu membangun pribadi manusia seutuhnya. Karena pendidikan dapat dimiliki oleh semua rakyat sesuai minat dan kemampuan individu, maka pendidikan adalah tanggung jawab masyarakat dan pemerintah.

(15)

Matematika merupakan wadah untuk belajar berpikir. Sebab, dalam belajar matematika membutuhkan kemampuan penalaran dan strategi pemecahan masalah. Kemampuan penalaran merupakan salah satu bentuk kemampuan berpikir yang sering ditemukan dalam berpikir memahami matematika baik masalah yang terdefinisi dengan jelas dan tidak terdefinisi dengan jelas. Dengan demikian, disadari atau tidak peserta didik yang benar-benar mempelajari matematika dengan sendirinya akan meningkatkan daya nalar dan kemampuannya dalam menyelesaikan masalah.

Berdasarkan observasi awal pada peserta didik kelas IV SDN-5 Panarung Palangka Raya pada saat mulainya PPL II (Praktek Pengenalan Lapangan). Peserta didik kurang tertarik pada materi yang sedang disampaikan oleh guru dan kurangnya interaksi antara guru dengan peserta didik. Pada saat mengikuti proses pembelajaran peserta didik masih banyak yang mengobrol dan tidak memperhatikan penjelasan guru saat guru mengajar, juga masih banyaknya peserta didik yang bermain-main bersama temannya saat proses pembelajaran berlangsung, Bahkan tidak sedikit peserta didik yang kurang minatnya dan enggan untuk belajar matematika.

(16)

Hal seperti inilah yang harus segera diatasi dan dihilangkan dari dalam diri peserta didik sedini mungkin. Bisa saja kesalahan terjadi bukan semata-mata karena masih rendahnya daya serap peserta didik terhadap materi dan tidak serius dalam belajar, akan tetapi ketidak tepatan guru dalam pola penyajian materi atau model pembelajaran yang digunakan kurang sesuai dengan materi yang diajarkan sehingga peserta didik tidak dapat menerima materi sepenuhnya. Hal inilah yang mendasari bahwa memilih model pembelajaran yang tepat sangat penting demi tercapainya hasil belajar yang optimal.

Dalam proses pembelajaran matematika berlangsung guru hanya menggunakan metode ceramah dan tanya jawab dimana guru masih dominan aktif dalam proses pembelajaran dan kurangnya keterlibatan peserta didik secara langsung dalam proses pembelajaran.

(17)

Atas dasar permasalahan di atas, perlu dilakukan suatu proses pembelajaran yang dapat menimbulkan minat dan keinginan peserta didik dalam mengikuti pembelajaran matematika pada materi pelajaran KPK dan FPB dari dua bilangan meningkat. Untuk memecahkan permasalahan tersebut peneliti menetapkan alternatif tindakan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran matematika serta dapat mendorong keterlibatan peserta didik dalam pembelajaran. Maka peneliti menggunakan model pembelajaran Kooperatif Tipe Two Stay – Two Stray (Dua Tinggal – Dua Bertamu).

Teknik pembelajaran ini dapat digunakan untuk semua mata pelajaran dan untuk semua tingkat anak didik. Teknik pembelajaran ini juga memberikan kebebasan kepada satu kelompok untuk bekerja sama dengan kelompok lain. Kombinasi hasil pemikiran dari kelompok lain akan membantu peserta didik menyelesaikan tugas kelompok yang diberikan oleh guru. Pembelajaran kooperatif teknik Two Stay-Two Stray (Dua Tinggal – Dua Bertamu) dipilih dalam penelitian ini karena melalui model pembelajaran tersebut dapat meningkatkan aktivitas peserta didik dan menciptakan suasana belajar yang menyenangkan.

(18)

peserta didik untuk berinteraksi dan belajar bersama-sama peserta didik yang berbeda latar belakangnya.

Model pembelajaran Kooperatif Tipe Two Stay – Two Stray (Dua Tinggal - Dua tamu) sangat efektif digunakan dalam proses belajar karena interaksi belajar antar peserta didik terus berlangsung selama tugas kelompok belum terselesaikan. Untuk itu penulis mengambil judul “Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Two Stay-Two Stray (Dua tinggal - Dua Bertamu) Pada Peserta Didik Kelas IV SDN 5 Panarung Palangka Raya”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, masalah-masalah diidentifikasikan sebagai berikut :

1. Pembelajaran matematika cenderung menggunakan metode ceramah dan tanya jawab.

2. Interaksi antara guru dengan peserta didik masih kurang.

3. Masih banyaknya peserta didik yang bermain-main bersama temannya saat proses pembelajaran berlangsung.

(19)

C. Batasan Masalah

Untuk menghindari salah penafsiran, maka peneliti memberikan batasan masalah sebagai berikut :

1. Materi yang akan dibahas dalam penelitian ini hanya pada materi pelajaran KPK dan FPB dari dua bilangan.

2. Model pembelajaran yang digunakan dalam penelitian adalah model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay-Two Stray (Dua Tinggal – Dua Bertamu).

3. Penelitian ini dilakukan pada peserta didik kelas IV di SDN 5 Panarung Palangka Raya Tahun Pelajaran 2014/2015.

D. Rumusan Masalah

Rumusan permasalahan dalam penelitian ini adalah :

1. Bagaimana aktivitas belajar peserta didik selama proses pembelajaran matematika dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe two stay-two stray pada peserta didik kelas IV SDN 5 Panarung Palangka Raya?

(20)

E. Alternatif Pemecahan Masalah

Adapun alternatif pemecahan masalah dalam penelitian ini adalah dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT) yaitu pembelajaran dengan cara membuat kelompok heterogen dan setiap siswa memiliki nomor tertentu dan model pembelajaran kooperatif tipe Two Sstay-Two Stray (Dua Tinggal – Dua Bertamu) dalam proses pembelajaran berlangsung.

Dari beberapa alternatif pemecahan masalah di atas, yang sesuai dengan masalah penelitian ini adalah dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay-Two Stray (Dua Tinggal – Dua Bertamu) karena diharapkan dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar peserta didik pada mata pelajaran matematika.

F. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui aktivitas peserta didik selama proses pembelajaran matematika dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay-Two Stray (Dua Tinggal – Dua Bertamu) pada peserta didik kelas IV SDN 5 Panarung Palangka Raya.

(21)

G. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Praktis

a. Bagi Kepala Sekolah

Dapat dijadikan sebagai bahan acuan supervisi untuk mengembangkan strategi pembelajaran dan dapat mengatasi masalah dalam pembelajaran khususnya dalam Mata Pelajaran Matematika pada materi pelajaran KPK dan FPB dari dua bilangan.

b. Bagi Guru

Sebagai salah satu pedoman bagi guru dalam memilih pendekatan khususnya dalam pelajaran Matematika untuk memilih model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay-Two Stray.

c. Bagi Peneliti Selanjutnya

(22)

BAB II KAJIAN TEORI

A. Analisis Teoretis

1. Pembelajaran Matematika Di SD

Dalam suatu proses pembelajaran, berhasil atau tidaknya pencapaian tujuan banyak dipengaruhi oleh bagaimana proses belajar yang dialami siswa. Oleh karena itu, kegiatan belajar merupakan kegiatan yang paling pokok. Beberapa pengertian tentang belajar sebagaimana yang dikutip dari beberapa tokoh, diantaranya:

1. Yamin (2008:120) belajar merupakan proses orang memperoleh kecakapan, keterampilan, dan sikap.

2. Gage (Yamin:2008) mendefinisikan belajar sebagai suatu proses dimana organisme berubah perilakunya di akibatkan pengalaman.

3. Ausubel (Yamin : 2008) menjelaskan belajar merupakan proses mengaitkan informasi baru pada konsep-konsep relevan yang terdapat dalam struktur kognitif seseorang. 4. Sutikno (Maryono:2009) menyatakan belajar merupakan

suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan yang baru sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.

Jadi dari definisi di atas mengandung arti bahwa belajar adalah perubahan tingkah laku seseorang akibat pengalaman yang ia dapatkan melalui pengamatan, pendengaran, membaca, dan meniru.

Menurut Ruseffendi (Heruman : 2008) :

Matematika adalah bahasa simbol ; ilmu deduktif yang tidak menerima pembuktian secara induktif ; ilmu tentang pola keteraturan, dan struktur yang terorganisasi, mulai dari unsur yang tidak didefinisikan, ke unsur yang didefinisikan, ke aksioma atau postulat, dan akhirnya ke dalil.

(23)

Menurut Herman Hudojo (Bulkiyah:2012) “belajar matematika akan lebih berhasil bila proses belajar baik, yaitu melibatkan intelektual peserta didik secara optimal”. Sedangkan menurut Soedjadi (Heruman:2008) “Hakikat matematika memiliki objek tujuan abstrak, bertumpu pada kesepakatan, dan pola fikir yang deduktif”.

Berdasarkan pengertian di atas belajar matematika adalah proses dalam diri peserta didik yang hasilnya berupa perubahan pengetahuan, sikap, keterampilan dan untuk menerapkan konsep-konsep, struktur dan pola dalam matematika sehingga menjadikan peserta didik berfikir logis, kreatif, sistematis dalam kehidupan sehari-hari.

Peserta didik Sekolah Dasar (SD) umurnya berkisar antara 6 atau 7, sampai 12 sampai 13 tahun. Menurut Piaget (Heruman : 2008) “mereka berada pada fase operasional konkret”. Kemampuan yang tampak pada fase ini adalah kemampuan dalam proses berfikir untuk mengoprasikan kaidah-kaidah logika, meskipun masih terikat dengan objek yang bersifat konkret.

(24)

Dalam matematika, setiap konsep yang abstrak yang baru dipahami peserta didik perlu segera diberi penguatan, agar mengendap dan bertahan lama dalam memori peserta didik, sehingga akan melekat dalam pola pikir dan pola tindakannya. Belajar matematika akan lebih berhasil bila mengarah pada pengembangan berfikir, pengembangan konsep atau ide-ide terdahulu yang dipersiapkan untuk mempelajari dan menguasai konsep baru.

Teori Belajar Skinner (Supardi 2004:3) untuk menguatkan pemahaman siswa tentang apa yang baru dipelajari, maka setelah terjadinya proses stimulus-respon yang antara lain berupaya tanya jawab dalam proses pengajaran harus dilanjutkan dengan memberikan penguatan antara lain berupa latihan soal-soal.

2. Pengertian Hasil Belajar Matematika

Menurut Sudjana (Bulkiyah :2012) “Hasil belajar adalah perubahan

tingkah laku yang timbul misalnya dari tidak tahu menjadi tahu”.

Perubahan yang terjadi dalam proses belajar adalah berkat pengalaman

atau praktek yang dilakukan dengan sengaja dan disadari atau dengan kata

lain bukan karena kebetulan. tingkat pencapaian hasil belajar oleh siswa

disebut hasil belajar. Menurut Gagne (Islamuddin Syam : 2013) “hasil

belajar merupakan kemampuan internal (kapabilitas) yang meliputi

pengetahuan, ketermpilan dan sikap yang telah menjadi milik pribadi

sesorang dan memungkinkan seseorang melakukan sesuatu”. Pendapat

(25)

2013) mengatakan bahwa “hasil belajar adalah pernyataan yang

menunjukkan tentang apa yang mungkin dikerjakan siswa sebagai hasil

dari kegiatan belajarnya”.

Hasil belajar ini diperoleh peserta didik setelah mengikuti proses belajar mengajar. Untuk mengetahui tingkat pencapaian hasil belajar peserta didik atau kemampuan peserta didik dalam suatu pokok bahasan guru biasanya mengadakan tes hasil belajar. Hasil belajar dinyatakan dalam bentuk skor yang diperoleh peserta didik setelah mengikuti suatu tes hasil belajar yang diadakan setelah selesai program pengajaran. Jadi, hasil belajar itu adalah hasil yang dicapai peserta didik sebagai bukti keberhasilan proses belajar mengajar yang dialami peserta didik dalam pengetahuan, keterampilan, sikap dan nilai.

Dengan demikian hasil belajar matematika adalah hasil yang dicapai peserta didik sebagai bukti keberhasilan proses belajar mengajar dalam bidang pengetahuan, ketrampilan, sikap dan nilai.

3. Konsep Kelipatan Persekutuan Terkecil (KPK) dan Faktor Persekutuan Terbesar (FPB) dari Dua Bilangan

a. Menentukan Kelipatan Persekutuan Terkecil (KPK) dari dua bilangan

Kelipatan suatu bilangan adalah bilangan-bilangan yang

merupakan hasil kali bilangan itu dengan bilangan asli. Cara yang

sudah biasa digunakan, yaitu dengan menggunakan langkah-langkah

berikut.

(26)

2) Tentukan kelipatan persekutuannya.

3) Tentukan bilangan terkecil pada kelipatan pesekutuan tersebut.

Bilangan kelipatan 2 = 2, 4, 6, 8, 10, 12, 14, 16, 18, 20, 22, 24, 26,....

Bilangan kelipatan 4 = 4, 8, 12, 16, 20, 24, 28, 32, 36, 40, ....

Bilangan-bilangan mana saja yang terdapat pada kelipatan 2 maupun

kelipatan 4?

Bilangan-bilangan yang sama terdapat pada kelipatan 2 maupun

kelipatan 4 adalah:4, 8, 12, 16, 20, 24, ....

Bilangan-bilangan 4, 8, 12, 16, 20, 24, ... Inilah yang disebut dengan

kelipatan persekutuan dari 2 dan 4.

Contoh Soal :

1. Tentukan KPK dari 2 dan 3!

Jawab:

Kelipatan dari 2 adalah 2, 4, 6, 8, 10, 12, 14, 16, 18, 20, 22, 24, 26,

. . .

Kelipatan dari 3 adalah 3, 6, 9, 12, 15, 18, 21, 24, 27, . . .

Kelipatan pesekutuan dari 2 dan 3 adalah 6, 12, 18, 24, . . .

Bilangan terkecil yang terdapat pada kelipatan persekutuan dari 2

dan 3 adalah 6.

Ini berarti KPK dari 2 dan 3 adalah 6.

(27)

Faktor suatu bilangan adalah sebuah bilangan yang dapat

membagi habis bilangan tersebut. Untuk menentukan faktor suatu

bilangan dapat ditempuh dengan cara mencari pasangan bilangan yang

apabila dikalikan hasilnya bilangan yang dicari faktornya.

Untuk mencari FPB dari dua bilangan yaitu dengan menggunakan

langkah-langkah berikut :

1) Tentukan faktor dari masing-masing bilangan

2) Tentukan faktor persekutuannya

3) Tentukan bilangan terbesar pada faktor pesekutuan tersebut

Perhatikan faktor dua bilangan berikut!

• Faktor-faktor bilangan 12 adalah 1, 2, 3, 4, 6, dan 12 • Faktor-faktor bilangan 18 adalah 1, 2, 3, 6, 9, dan 18

Ternyata di antara faktor-faktor 12 dan 18 ada faktor yang sama, yaitu

1, 2, 3, dan 6 (angka yang dicetak tebal). Bilangan-bilangan 1, 2, 3,

dan 6 inilah yang disebut dengan faktor persekutuan dari 12 dan 18.

Contoh Soal :

1. Tentukan FPB dari 8 dan 10!

Jawab:

Faktor dari 8 adalah 1, 2, 4, dan 8.

Faktor dari 10 adalah 1, 2, 5, dan 10

Faktor persekutuan dari 8 dan 10 adalah 1 dan 2.

Faktor persekutuan terbesar (FPB) dari 8 dan 10 adalah 2.

(28)

4. Model Pembelajaraan Kooperatif

a)Pengertian Model Pembelajaraan Kooperatif

Beberapa pendapat ahli tentang pengertian model pembelajaraan kooperatif sebagai berikut :

1. Suyatno (2009 :51) menyatakan bahwa “pembelajaran kooperatif adalah kegiatan pembelajaran dengan cara berkelompok untuk bekerja sama saling membantu mengkonstruksi konsep, menyelesaiakan persoalan atau inkuiri”.

2. Rusman (2011 : 202) mengatakan bahwa “pembelajaran kooperatif (cooperative learning) adalah Bentuk pembelajaran dengan cara siswa belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya terdiri dari empat sampai enam orang dengan struktur kelompok yang bersifat heterogen.”

3. Nurhadi (2004: 61) mengatakan bahwa “pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang secara sadar dan sistematis mengembangkan interaksi yang silih asah, silih asih, dan silih asuh antar sesama siswa sebagai latihan hidup di dalam masyarakat nyata”.

4. Menurut Rusman (2011:204) “Cooperative learning adalah teknik pengelompokan yang di dalamnya siswa bekerja terarah pada tujuan belajar bersama dalam kelompok kecil yang umumnya terdiri dari 4-5 orang.

5. Menurut Satrijono (2012 : 167) “metode pembelajaran gotong royong (Cooperative Learning) yaitu suatu pengajaran yang memberikan kesempatan kepada anak didik untuk bekerja sama dengan sesama siswa”.

6. Tom V. Savage (Rusman : 203) mengemukakan bahwa Cooperative learning adalah pendekatan yang menekankan kerja sama dalam kelompok.

7. Slavin (2009) pembelajaran kooperatif adalah metode atau model dimana siswa belajar bersama, saling menyumbangkan pikiran dan bertanggung jawab terhadap pencapaian hasil belajar individu dan kelompok.

8. Menurut Suprijono (2010:54) pembelajaran kooperatif adalah konsep yang lebih luas meliputi semua jenis kerja kelompok termasuk bentuk-bentuk yang lebih dipimpin oleh guru atau diarahkan oleh guru

(29)

bersama untuk memaksimalkan kegiatan belajarnya sendiri dan juga anggota yang lain. Idenya sangat sederhana. Anggota kelas diorganisasikan ke dalam kelompok-kelompok kecil setelah menerima pembelajaran dari guru. Kemudian, para peserta didik itu mengerjakan tugas sampai semua anggota kelompok berhasil memahaminya.

b)Tujuan Pembelajaran Kooperatif

Beberapa pendapat para ahli tentang tujuan dari pembelajaran

kooperatif sebagai berikut :

1. Johnson & Johnson (Trianto : 2011) menyatakan bahwa tujuan pokok belajar kooperatif adalah memaksimalkan belajar siswa untuk peningkatan prestasi akademik dan pemahaman baik secara individu maupun secara kelompok. 2. Zamroni (Trianto : 2011) mengemukakan bahwa manfaat

penerapan belajar kooperatif adalah dapat mengurangi kesenjangan pendidikan khususnya dalam wujud input pada level individual.

3. Ibrahim, dkk (Trianto : 2011) menyatakan tujuan-tujuan kooperatif dapat meningkatkan kinerja siswa dalam tugas-tugas akademik, penerimaan terhadap keragaman, dan pengembangan keterampilan social.

4. Ruger & David Johson (Sofnowandi : 2012) Tujuan pembelajaran kooperatif adalah membentuk semua anggota kelompok menjadi pribadi yang kuat. Tanggung jawab perseorangan adalah kunci untuk menjamin semua anggota yang diperkuat oleh kegiatan belajar bersama artinya, setelah mengikuti kelompok belajar bersama, anggota kelompok harus dapat menyelesaikan tugas yang sama. 5. Widyantini (2006) Tujuan pembelajaran kooperatif adalah

(30)

Para ahli telah menunjukan bahwa pembelajaran kooperatif

dapat meningkatkan kinerja peserta didik dalam tugas-tugas akademik,

unggul dalam membantu peserta didik menumbuhkan kemampuan

berfikir kritis. Pembelajaran kooperatif juga dapat memberikan

keuntungan baik pada peserta didik kelompok di bawah maupun

kelompok di atas yang bekerja bersama menyelesaikan tugas-tugas

akademik.

Dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif tersebut

memerlukan kerja sama antar peserta didik dan saling ketergantungan

dalam struktur pencapaian tugas, tujuan, pengahargaan. Keberhasilan

belajar tergantung dari keberhasilan masing-masing individu dalam

kelompok, di mana keberhasilan tersebut sangat berarti untuk

mencapai suatu tujuan yang positif dalam belajar kelompok.

c) Unsur Penting dan Prinsip Utama Pembelajaran Kooperatif

Menurut Jonhnson & Johnson dan Sutton (Trianto : 2011)

terdapat lima unsur penting dalam pembelajaran kooperatif, yaitu :

1. Saling ketergantungan yang bersifat positif anatara siswa. Dalam belajar kooperatif siswa merasa bahwa mereka sedang bekerja sama untuk mencapai satu tujuan dan terikat satu sama lain.

2. Interaksi antar siswa yang semakin meningkat. Belajar kooperatif akan meningkatkan interaksi antar siswa.

(31)

4. Keterampilan interpersonal dan kelompok kecil. Selain dituntut untuk belajar bagaimana berinteraksi dengan siswa lain dalam kelompoknya.

5. Proses kelompok. Belajar kooperatif tidak akan berlangsung tanpa proses kelompok.

Menurut Slavin (Trianto : 2011) prinsip utama dari belajar

kooperatif sebagai berikut :

1. Penghargaan kelompok, yang akan diberikan jika kelompok mencapai kinerja yang ditentukan.

2. Tanggung jawab individual, bermakna bahwa suksesnya kelompok tergantung pada belajar individual semua anggota kelompok.

3. Kesempatan yang sama untuk sukses, bermakna bahwa siswa telah membantu kelompok dengan cara meningkatkan belajar mereka sendiri. Hal ini memastikan bahwa siswa berkemampuan tinggi, sedang, dan rendah sama-sama tertantang untuk melakukan yang terbaik dan bahwa kontribusi semua anggota kelompok sangat bernilai.

Menurut Rusman (2011:212) prosedur pembelajaran kooperatif pada prinsipnya terdiri atas empat tahap, yaitu:

1. Penjelasan Materi, tahap ini merupakan tahapan penyampaian pokok-pokok materi pembelajaran sebelum siswa belajar dalam kelompok. Tujuan utama tahapan ini adalah pemahaman siswa terhadap pokok materi.

2. Belajar Kelompok, tahapan ini dilakukan setelah guru memberikan penjelasan materi, siswa bekerja dalam kelompok yang telah dibentuk sebelumnya.

3. Penilaian, penilaian dilakukan melalui tes atau kuis, yang dilakukan secara individu atau kelompok. Tes individu akan memberikan penilaian kemampuan individu, sedangkan kelompok akan memberikan penilaian kemampuan kelompoknya.

(32)

Menurut Rusman (2011:211) terdapat 6 langkah utama atau tahapan di dalam pelajaran yang menggunakan pembelajaran kooperatif.

Tabel 1

Langkah-langkah model pembelajaraan kooperatif

Tahap Tingkah Laku Guru

Tahap 1

Menyampaikan Tujuan dan Memotivasi peserta didik

Guru menyampaiakn tujuan pembelajaran yang akan dicapai pada kegiatan pembelajaran dan menekankan pentingnya topik yang akan dipelajari dan memotivasi peserta didik belajar. Tahap 2

Menyajikan informasi Guru menyajikan informasi atau materi kepada peserta didik dengan jalan demonstrasi atau melalui bahan bacaan.

Tahap 3

Mengorganisasikan peserta didik ke dalam kelompok-kelompok belajar

Guru menjelaskan kepada peserta didik bagaimana caranya memebentuk kelompok belajar dan membimbing setiap kelompok agar melakukan transisi secara efektif dan efisien.

Tahap 4

Membimbing kelompok bekerja dan belajar

Guru membimbing kelompok-kelompok belajar pada saat mereka mengerjakan tugas mereka.

Tahap 5

Evaluasi Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah dipelajari atau masing-masing kelompok mempresentasikan hasil kerjanya. Tahap 6

Memberikan penghargaan

Guru mencari cara-cara untuk menghargai baik upaya maupun hasil belajar individu dan kelompok.

Suprijono (Chanifah, dkk., 2012:3) membagi menjadi tiga belas macam yaitu:

(33)

5. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Two Stay-Two Stray

a. Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Two Stay-Two Stray

Menurut Suyatno (2009 : 66) “Pembelajaran kooperatif tipe Two Stay-Two Stray adalah dengan cara siswa berbagi pengetahuan dan pengalaman dengan kelompok lain”.

Menurut Isjoni model cooperative learning tipe two stay two stray adalah (2007: 79) :

Model cooperative learning tipe two stay two stray adalah teknik yang dikembangkan Spencer Kagan dan bisa digunakan dengan teknik kepala bernomor”. Teknik ini memberi kesempatan kepada siswa untuk membagikan hasil informasi dengan kelompok lain. Pembelajaran menggunakan model cooperative learning tipe two stay two stray dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar peserta didik.

(34)

belajar pada kelompok-kelompok kecil yang terdiri dari 4 orang peserta didik. Oleh karena itu, pada saat peserta didik belajar dalam kelompok akan berkembang suasana belajar yang terbuka dalam dimensi kesetaraan, karena pada saat itu akan terjadi proses belajar kolaboratif dalam hubungan pribadi yang saling membutuhkan. Teknik pembelajaran ini dapat digunakan untuk semua mata pelajaran dan untuk semua tingkat peserta didik. Teknik pembelajaran ini juga memberikan kebebasan kepada satu kelompok untuk bekerjasama dengan kelompok lain. Kombinasi hasil pemikiran dari kelompok lain akan membantu peserta didik menyelesaikan tugas kelompok yang diberikan oleh guru. Teknik Dua Tinggal Dua Bertamu sangat efektif digunakan dalam proses belajar karena interaksi belajar antar peserta didik terus berlangsung selama tugas kelompok belum terselesaikan dan teknik ini biasa digunakan dalam semua mata pelajaran dan untuk semua tingkatan usia peserta didik.

b. Langkah – langkah Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Two Stay-Two Stray

Menurut Suyatno (2009 : 66) langkah-langkah dari Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Two Stay-Two Stray adalah :

Kerja kelompok, dua siswa bertamu ke kelompok lain dan dua siswa lainnya tetap dikelompoknya untuk menerima dua orang siswa dari kelompok lain, kerja kelompok, kembali ke kelompok asal, kerja kelompok , dan laporan kelompok.

(35)

Tabel 2

Langkah-langkah model pembelajaraan kooperatif Tahap Langkah-Langkah Pembelajaran Tahap 1

Pembagian kelompok Guru membagi siswa dalam kelompok-kelompok yang setiap kelompoknya terdiri dari 4 sampai 5 siswa.

Tahap 2

Pemberian tugas Guru memberikan sub pokok bahasan tertentu atau tugas-tugas tertentu kepada setiap kelompok untuk dibahas bersama-sama dengan anggota kelompoknya masing-masing.

Tahap 3

Diskusi siswa mengerjakan tugas. Pada kegiatan ini siswa-siswa di dalam setiap kelompok bekerja sama untuk meyelesaikan tugas diberikan oleh guru.

Tahap 4 Tinggal atau Berpencar

Setelah kegiatan kelompok selesai mengerjakan tugas yang diberikan maka setiap kelompok menentukan 2 anggota yang akan stay (tinggal) dan 2 anggota

Tahap 5

Berbagi Pada langkah ini semua siswa akan berbagi apa yang telah mereka kerjakan untuk menyelesaikan tugas dari guru (catatan : siswa saling menjelaskan, presentasi, bertanya dan melakukan konfirmasi lalu mencatat apa-apa yang didapatnya dari kelompok lain). Dua anggota kelompok yang tinggal di dalam kelompok lain yang akan berkunjung ke kelompok mereka.

Tahap 6

Diskusi Kelompok Semua anggota kelompok kembali ke kelompok semula dan melaporkan apa yang mereka temukan dari kelompok lain.

Tahap 7

(36)

c. Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Two Stay-Two Stray

1. Kelebihan model pembelajaran kooperatif tipe two stay-two stray:

a) Dapat diterapkan pada semua kelas/tingkatan.

b) Belajar siswa lebih bernakna.

c) Lebih berorientasi pada keaktifan berfikir siswa.

d) Meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa

e) Memberikan kesempatan terhadap siswa untuk menentukan konsep sendiri dengan cara memecahkan masalah.

f) Memberikan kesempatan kepada siswa untuk menciptakan kreatifitas dalam melakukan komunikasi dengan teman

sekelompoknya.

g) Membiasakan siswa untuk terbuka terhadap teman.

h) Meningkatkan motivasi belajar siswa

Gambar 1

(37)

2. Kelemahan model pembelajaran kooperatif tipe two stay-two stray : 1) Membutuhkan waktu yang lama.

2) Peserta didik cenderung tidak mau belajar dalam kelompok, terutama yang tidak biasa belajar kelompok akan merasa asing dan

sulit untuk bekerja sama.

3) Bagi guru, memnbutuhkan persiapan (materi, dana dan tenaga).

4) Seperti kelompok biasa, siswa yang pandai menguasai jalannya diskusi untuk mengemukakan pendapatnya.

5) Guru cenderung kesulitan dalam mengelola kelas.

6. Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Two Stay-Two Stray Terhadap Materi Kelipatan Persekutuan Terkecil (KPK) dan Faktor Persekutuan Terbesar (FPB) dari Dua Bilangan

(38)

mengembangkan pengetahuan, nilai, sikap dan keterampilan lain yang ingin dikembangkan dalam pembelajaran. Hal ini dikarenakan setiap saat mereka akan melakukan diskusi, saling berbagi pengetahuan, pemahaman, kemampuan serta saling mengoreksi antar peserta didik dalam belajar. Tumbuhnya rasa saling ketergantungan positif di antara peserta didik ini akan menimbulkan rasa kebersamaan dan kesatuan tekat untuk sukses bersama dalam belajar, dalam hal ini peserta didik diberi kesempatan yang memadai untuk memperoleh informasi yang dibutuhkannya guna melengkapi dan memperkaya pengetahuan yang dimilikinya dari anggota kelompok belajar lainnya dan selain tentunya dari guru itu sendiri.

B. Penelitian Yang Relevan

Telah dilakukan sejumlah penelitian tentang penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe two stay-two stray diantaranya adalah

1. Penelitian yang dilakukan oleh Cici Indriyani (2011) dengan judul “Peningkatan Kualitas Pembelajaran IPS Dengan Model Pembelajaran Kooperatif Teknik Two Stay-Two Stray Pada Siswa Kelas IV SD Tambakaji 05 Kecamatan Ngaliyan Kota Semarang”. Dari hasil penelitian yang dilakukan Cici Indriyani dapat disimpulkan bahwa Penerapan model pembelajaran kooperatif teknik two stay-two stray pada mata pelajaran IPS dapat meningkatkan keterampilan guru dalam pembelajaran IPS.

(39)

“Model Cooperative Learning Tipe Two Stay Two Stray Pada Mata Pelajaran PKN SD Negeri 1 Metro Barat”.

Dari hasil penelitian disimpulkan bahwa penerapan model cooperative learning tipe two stay two stray pada mata pelajaran PKN dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa. Hal ini sesuai dengan hasil observasi mulai dari siklus I, II dan III terjadi peningkatan pada setiap siklusnya.

C. Kerangka Berfikir

Seperti telah dijelaskan dalam latar belakang masalah, metode pembelajaran sangat berperan penting dalam proses belajar mengajar. Masih banyak peserta didik yang kurang tertarik pada materi yang sedang disampaikan oleh guru, kurangnya interaksi antara guru dengan peserta didik. Pada saat mengikuti proses pembelajaran peserta didik masih banyak yang mengobrol dan tidak memperhatikan penjelasan guru saat guru mengajar, juga masih banyaknya peserta didik yang bermain-main bersama temannya saat proses pembelajaran berlangsung sehingga menyebabkan hasil belajar peserta didik pada materi pelajaran KPK dan FPB dari dua bilangan masih tergolong rendah.

(40)

stay two stray (dua tinggal-dua bertamu) yang akan diaplikasikan dalam pembelajaran pada materi pelajaran KPK dan FPB dari dua bilangan. Penggunaan model ini dalam pembelajaran KPK dan FPB dari dua bilangan dimaksudkan untuk memperbaiki kualitas pembelajaran, sehingga dengan demikian dapat diasumsikan bahwa model ini dapat mengatasi berbagi masalah tersebut di atas.

Matematika sendiri merupakan mata pelajaran yang masih dianggap sulit dipahami oleh peserta didik. Untuk itu agar pelaksanaan pembelajaran pada pokok bahasan KPK dan FPB dari dua bilangan dapat berjalan lancar dan mencapai hasil seperti apa yang diharapkan, maka perlu diciptakan proses belajar mengajar yang efektif. Salah satu caranya adalah dengan menggunakan model mengajar yang menarik dan menyenangkan bagi peserta didik dan juga membuat para peserta didik terus termotivasi untuk mengembangkan pengetahuannya secara aktif. Model pembelajaran kooperatif tipe two stay two stray (dua tinggal-dua bertamu) ini dalam aplikasinya akan membuat peseta didik belajar dengan aktif di kelas.

(41)

secara bergotong royong (kooperatif) dan akan menimbulkan suasana belajar nyaman, partisipatif dan menjadi lebih hidup, sehingga teknik pembelajaran ini dapat mendorong timbulnya gagasan yang lebih bermutu dan dapat meningkatkan kreativitas peserta didik.

Hal ini berbeda dengan ketika peserta didik diajar dengan menggunakan metode ceramah dimana dalam metode ini pihak yang aktif adalah guru dan peserta didik hanya sebagai pendengar yang bersifat pasif. Hal tersebut pada akhirnya akan menjadikan peserta didik kurang berpartisipasi secara aktif selama proses pembelajaran dan cenderung cepat bosan dengan materi yang disampaikan oleh guru.

D. Hipotesis Tindakan

Menurut Trealese (Diana Rahmawati, 2011 : 27) “Hipotesis sebagai suatu keterangan sementara dari suatu fakta yang dapat diamati” sedangkan menurut Kerlinger (Diana Rahmawati, 2011 : 27) menyatakan “Hipotesis adalah peryataan yang bersifat tekaan dari hubungan dua variabel atau lebih dari dua variabel”. Dalam suatu penelitian ada kalanya memerlukan hipotesis apabila membahas hubungan antara dua variabel atau lebih. Hal ini dilakukan untuk mengarahkan dan membimbing penelitian dalam merencanakan dan melaksanakan penelitian yang selanjutnya untuk menarik suatu kesimpulan.

(42)

3. Aktivitas peserta didik selama proses pembelajaran matematika lebih aktif dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe two stay-two stray pada peserta didik kelas IV SDN 5 Panarung Palangka Raya.

(43)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat Penelitian 1. Waktu Penelitian

Penelitian ini di lakukan pada bulan April-Desember Tahun Pelajaran 2014/2015.

2. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di SDN-5 Panarung Palangka Raya yang terletak di Jalan Jati Raya 2. Dengan subjek penelitian peserta didik kelas IV SDN- 5 Panarung Palangka Raya.

B. Jenis Penelitian

Jenis penelitian dalam penelitian ini adalah menggunakan metode Penelitian Tindakan Kelas (PTK).Menurut Sugiyono (2009:6) :

Metode penelitian pendidikan dapat diartikan sebagai cara ilmiah untuk mendapatkan data yang valid dengan tujuan dapat ditemukan, dikembangakan, dan dibuktikan, suatu pengetahuan tertentu sehinnga pada gilirannya dapat digunakan untuk memahami, memecahkan, dan mengantisipasi masalah dalam bidang pendidikan.

Metode Penelitian Tindakan Kelas (PTK) terdapat beberapa pengertianatau definisi dari penelitian tindakan kelas yaitu antara lain :

1. Menurut Wardhani (Hariyani,dkk:2013) menyatakan bahwa “penelitian tindakan kelas adalah penelitian yang dilakukan oleh guru di dalam kelasnya sendiri melalui refleksi diri, dengan tujuan untuk memperbaiki kinerjanya sebagai guru, sehingga hasil belajar siswa menjadi meningkat”.

2. Menurut Kunandar (2012 : 46) “penelitian tindakan kelas dapat juga diartikan suatu kegiatan ilmiah yang dilakukan oleh guru di kelasnya sendiri dengan jalan merancang, melaksanakan, mengamati, dan merefleksikan tindakan melalui beberapa siklus secara kolaboratif dan partisipatif yang bertujuan untukmemperbaiki atau meningkatkan mutu proses pembelajaran di kelasnya.

(44)

3. Sedangkan menurut Arikunto, dkk (2010 : 2) dikarenakan ada tiga kata yang membentuk pengertian tersebut, maka ada tiga pengertian yang dapat diterangkan, sebagai berikut:

a) Penelitian, menunjuk pada suatu kegiatan mencermati suatu objek dengan menggunakan cara dan aturan atau metodologi tertentu untuk memperoleh data atau informasi yang bermanfaat dalam meningkatkan mutu suatu hal yang menarik minat dan penting bagi peneliti.

b) Tindakan, menunjuk pada suatu kegiatan yang sengaja dilakukan dengan tujuan tertentu.

c) Kelas, kelas adalah tempat di mana terdapat sekelompok peserta didik yang dalam waktu bersamaan menerima pelejaran dari guru yang sama.

Penelitian tindakan kelas secara umum dilaksanakan untuk memecahkan pemasalahan-permasalahan yang terjadi didalam kelas sehingga proses pembelajaran dapat berjalan secara efektif. Disamping itu penelitian tindakan kelas dapat menumbuhkan sikap mandiri dan kritis guru terhadap situasi dan keadaan didalam kelas yang diajarnya. Adapun tujuan lain dari penelitian tindakan kelas menurut Sukanti dan Ani (Rahmawati) yaitu :

1. Memperbaiki mutu dan praktik pembelajaran yang dilaksanakan guru demi tercapainya tujuan pembelajaran.

2. Memperbaiki dan meningkatkan kinerja-kinerja pembelajaran yang dilaksanakan oleh guru.

3. Mengidentifikasi, menemukan solusi dan mengatasi masalah pembelajaran dikelas agar pembelajaran bermutu.

4. Meningkatkan dan memperkuat kemampuan guru dalam memecahkan masalah-masalah pembelajaran dan membuat keputusan yang tepat bagi siswa dan kelas yang diajarnya.

5. Mengeksplorasi dan membuahkan kreasi-kreasi dan inovasi-inovasi pembelajaran (misalnya pendekatan, strategi, metode, media pembelajaran).

6. Mencobakan gagasan, pikiran, kiat, cara dan strategi baru dalam pembelajaran untuk meningkatkan mutu pembelajaran selain kemampuan inovatif guru.

(45)

Santyasa (dalam Yuliana,2013 :46) mengemukakan karakteristik PTK yang sekaligus dapat membedakanya dengan penelitian formal adalah sebagai berikut:

1. PTK merupakan prosedur penelitian di kelas yang dirancang untuk menanggulangi masalah nyata yang dialami Guru berkaitan dengan siswa dikelas itu sendiri.

2. Metode PTK diterapkan secara kontektual, dalam arti bahwa variabel-variabel yang ditelaah selalu berkaitan dengan keadaan kelas itu sendiri.

3. PTK terarah pada suatu perbaikan atau peningkatan kualitas pembelajar, dalam arti bahwa hasil atau temuan PTK itu adalah pada diri Guru telah terjadi perubahan,perbaikan atau peningkatan sikap dan perbuatan.

4. PTK bersifat luas dan mudah diadaptasikan. Dengan demikian maka cocok digunakan dalam rangka pembaharuan dalam kegiatan kelas.

5. PTK banyak mengandalkan data yang diperoleh langsung atas repleksi diri penelitian.

6. PTK sedikitnya ada kesamaan dengan penelitian eksperimen dalam hal percobaan tindakan yang segera dilakukan dan ditelaah kembali efektivitasnya. Tetapi, PTK tidak secara ketat memperdulikan pengandalan variabel yang mungkin mempengaruhi hasil penelaahan.PTK bersifat situasional dan spisifik, yang pada umumnya dilakukan dalam bentuk studi kasus. Subyek penelitian sifatnya terbatas representative untuk memuaskan atau generalisasinya

C. Kehadiran dan Peran Peneliti

(46)

Dalam penelitian ini peneliti bertindak sebagai instrumen sekaligus pengumpul data.Instrument selain manusia (seperti lembar observasi dan angket) dapat pula digunakan.Tetapi fungsinya sebagai pendukung tugas peneliti sebagai instrumen.Oleh karena itu kehadiran peneliti mutlak.

D. Subjek Penelitian

Arikunto (2006 : 130), “Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian” Sugiyono (2013 : 80), “ Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau subjek yang mempunyai kualitas dan kemudian ditarik kesimpulan.

Adapun subjek penelitian yaitu seluruh peserta didik kelas IV SDN-5 Panarung Palangka Raya Tahun Pelajaran 2014/2015 dengan rincian :

Tabel 2 Subjek Penelitian Nama Sekolah /

Kelas

Banyak Subjek Penelitian

Jumlah Laki-laki Perempuan

SDN-5 Panarung

Palangka Raya/ IV 9 Orang 11Orang 20 Orang

Sumber : tata-tata usaha di SDN-5 Panarung P. Raya

E. Rancangan Penelitian

Menurut Arikunto, dkk (2010 :16) secara garis besar terdapat empat tahapan yang lazim dilalui dalam penelitian tindakan kelas, yaitu (1) perencanaan, (2) pelaksanaan, (3) pengamatan, dan (4) refleksi, dengan penjelasan sebagai berikut :

Tahap 1 : Menyusun perencanaan tindakan (planning)

(47)

Tahap 2 : Pelaksanaan Tindakan (Acting)

Tahap ke-2 dari penelitian tindakan adalah pelaksanaan yang merupakan implementasi atau penerapan isi rancangan, yaitu mengenakan tindakan kelas.

Tahap 3 : Pengamatan (Observing)

Tahap ke-3, yaitu kegiatan pengamatan yang dilakukan oleh pengamat.Pengamatan ini berfungsi untuk melihat dan mendokumentasikan pengaruh-pengaruh yang diakibatkan oleh tindakan dalam kelas. Hasil pengamatan ini merupakan dasar dilakukannya refleksi sehingga pengamatn yang dilakukan harus dapat menceritakan keadaan yang sesungguhnya.

Tahap 4 : Refleksi (Reflecting)

Tahap ke-4 ini merupakan kegiatan untuk mengemukakan kembali apa yang sudah dilakukan. Kegiatan refleksi merupakan kegiatan analisis, sintesis, interprensi, terhadap semua informasi yang diperoleh saat pelaksanaan tindakan. Dalam kegiatan penelitian ini peneliti mengkaji, memilih dan mempertimbangkan hasil-hasil atau dampak dari tindakan. Setiap informasi yang terkumpul perlu dipelajari teori atau hasil penelitian yang telah ada dan relevan.

Adapun menurut Edi Prajitno (Rahmawati) prosedur-prosedur yang akan dilaksanakan dalam PTK antara lain :

a. Perencanaan

Prosedur perencanaan mendeskripsikan tentang :

- rencana identifikasi permsalahan serta cara untuk memantapkan keadaan sebenarnya.

- Rencana Alternatif tindakan yang mungkin dilakukan dalam pembelajaran yang digunakan untuk mengubah, mengembangkan dan meningkatkan pembelajaran.

- Rencana penyediaan sarana dan media yang diperlukan dalam penelitian

b. Implementasi Tindakan

Mendeskripsikan langkah-langkah implementasi tindakan yang akan dilakukan yang meliputi strategi apa yang akan dilakukan, materi apa yang akan diajarkan atau dibahas.

c. Monitoring

Tahapan monitoring mendeskripsikan :

(48)

pelaksanaan tindakan dan siapa petugas yang yang melakukan monitoring.

d. Refleksi

Mendeskripsikan mengenai bagaimana melakukan refleksi terhadap implementasi tindakan berdasarkan hasil monitoring.

Untuk lebih jelasnya dapat dilihatbagan berikut:

Gambar 2

Diagram siklus penelitian tindakan kela. Sumber :(Kemmis dan Taggart 2010)

PERENCANAAN

Pellaksananaan Tindakan SIKLUS 1

Refleksi

Obsevasi

Perencanaan

Pelaksanaan Tindakan SIKLUS II

Refleksi

Observasi

Berhasil

Berhenti

Belum Berhasil

(49)

1. Siklus I

a) Perencanaan

Perencanaan pada tahap ini peneliti mengidentifikasi bagaimana menerapkan pembelajaran kooperatif tipe two stay-two straydalam pembelajaran matematika.

Perencanaan yang dilakukan yaitu:

1. Mengadakan diskusi bersama guru kelas IV SDN5 Panarung Palangka Raya tentang materi pelajaran KPK dan FPB dua bilangan dengan menerapkan pembelajaran kooperatif tipe two stay-two stray untuk kemudian menyusun skenario.

2. Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) untuk pembelajaran kooperatif tipe two stay-two stray.

3. Menyusun instrumen untuk pengumpulan data berupa tes dan format observasi.

b) Tindakan

Pelaksanaan tindakan di dalam kelas disesuaikan dengan langkah-langkah pembelajaran kooperatif tipe two stay-two stray yang diawali dengan pendahuluan, kegiatan inti, dan penutup.

1. Tahap Pendahuluan

a. Memberikan kegiatan pembukaan

(50)

Pada tahap ini guru mengatur dan mempersiapkan peserta didik untuk mengikuti pelajaran, guru memulai pelajaran dengan menjelaskan materi yang akan dibahas dan melakukan tanya jawab. Pertanyaan-pertanyaan yang diajukan guru berkenaan dengan materi yang akan dibahas. Hal ini dimaksudkan untuk mengaitkan pengetahuan yang dimiliki peserta didik dengan materi yang akan dibahas, kemudian guru menyampaikan kompetensi yang harus dicapai peserta didik. 2. Tahap Kegiatan Inti

a. Membagi peserta didik dalam kelompok-kelompok kecil yang beranggotakan 4 orang

b. Menjelaskan langkah-langkah pembelajaran padamateripelajaranKPK dan FPB dari dua bilangan dengan teknik Dua Tinggal Dua Bertamu.

c. Membagikan lembar kerja dan tugas pada setiap kelompok. d. Setelah selesai, dua peserta didik bertamu ke kelompok lain

untuk meminta info dan dua peserta didik tetap tinggal untuk membagikan hasil kerja dan informasi kepada tamu dari kelompok lain.

e. Setiap kelompok presentasi dari hasil temuan dari diskusi dengan kelompok lain.

(51)

3. Tahap Penutup

a. Refleksi untuk mengungkap apa yang telah dipelajari. b. Membuat rangkuman materi yang telah di presentasikan. c. Melaksanakan evaluasi.

d. Salam penutup.

Dalam hal ini kelompok yang presentasi adalah kelompok yang dipilih oleh guru. Setelah presentasi dari kelompok tersebut selesai, guru merefleksikan pembelajaran pada materi pelajaranKPK dan FPB dari dua bilangan dengan menggunakan teknik Dua Tinggal Dua Bertamu dan guru memberikan penguatan.

c) Observasi

Observasi dilakukan untuk mengetahui gambaran pelaksanaan pembelajaran pembelajaran selama ini, observasi pembelajaran dilakukan untuk mengetahui kemampuan peserta didik terhadap konsep matematika khususnya dalam materi pelajaranKPK dan FPB dari dua bilangan.

d) Refleksi

1) Pada tahap ini peneliti melakukan evaluasi tindakan dan melakukan pertemuan untuk membahas hasil.

(52)

2. Siklus II

Tahap siklus II akan tetap dilaksanakan apabila pada siklus I masih belum mencapai hasil yang diinginkan. Dalam kesempatan pada tahap siklus II ini kesempatan bagi peneliti untuk memperbaiki pada semua kegiatan pada saat proses pembelajaran sebelumnya, hingga dengan adanya perbaikan tersebut mampu mencapai hasil sesuai dengan indikator yang telah ditetapkan. Suatu PTK di anggap berhasil apabila mampu meningkatkan hasil belajar peserta didik dengan ketuntasan minimal Klasikal 85% dari materi yang dipelajaari dan apa bila siklus II masih belum bisa berhasil mencapai standar terebut, maka diharuskan untuk melanjutkan siklus selanjutnya.

Refleksi pada siklus II digunakan untuk melihat apakah hipotesis tindakan tercapai atau tidak. Dilihat dari indikator keberhasilan penelitian.

1) Peserta didik dinyatakan tuntas belajar jika telah mencapai tingkat pemahaman materi 65 yang ditunjukkan dengan perolehan nilai tes formatif ≥ 65dan secara klasikal minimal 85% peserta didik tuntas dalam belajar. Jika aspek aktivitas peserta didik bisa mencaai 14 x 3 = 42 maka peserta didik tuntas dalam belajar. Pada akhir siklus II, diharapkan.

(53)

F. Teknik Pengumpulan Data

Jenis data yang digunakanadalah data kualitatif dan data kuantitatif.Teknik pengumpulan data yang digunakandalam penelitian ini adalah observasi, dokumentasi, dan tes dancatatan lapangan.

1. Observasi, dilakukan untuk melihat aktivitas peserta didik dan guru selama pembelajaran.

Tabel 3 Kisi-kisi Observasi

Lembar Pengamatan Aktivitas Guru

Pengelolaan Pembelajaran Matematika Dengan Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif tipeTwo Stay – Two Stray

Pengamatan 1 2 3 4 Skor

A. Persiapan

1. Skenario pembelajaran/perencanaan pembelajaran 2. Penyiapan model pembelajaran kooperatif tipetwo

stay – two stray 3. Penampilan penyaji

B. Penyajian

PENDAHULUAN

1. Pemeriksaan kehadiran pesera didik 2. Pelaksanaan apersepsi

3. Pengungkapan tujuan pembelajaran

4. Pemberian motivasi pembelajaran yang menarik berkaitan dengan tujuan pembelajaran

5. Penjelasan alur pelaksanaan pembelajran KEGIATAN POKOK

6. Penerapan strategi pembelajaran

7. Pemanduan sajian materi pembelajaran (keterpaduan bahan)

8. Penggunaan model pembelajaran kooperatif tipetwo stay – two stray

9. Penerapan teknik bertanya

10. Pemberian pengalaman berbahasa kepada peserta didik

11. Pembahasan hasil kerja melibatkan keaktifan peserta didik

12. Pemberian bimbingan kepada peserta didik 13. Penggunaan bahasa penyaji

C. PENUTUP

(54)

14. Penggunaan sistem penilaian (tertulis/lisan) 15. Pemberian tindakan lanjut (perbaikan/pengayaan) Jumlah

Rata-rata

Tabel 4

Kisi-kisi Observasi

Lembar Pengamatan Aktivitas Peserta Didik

Pengelolaan Pembelajaran Matematika Dengan Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif tipeTwo Stay – Two Stray

Ciri perilaku Peserta Didik dalam Melaksanakan Kegiatan

Belajar 1 2 3 4 Skor

1. Mencari dan memberikan informasi

2. Bertanya kepada pendidik atau peserta didik yang lain 3. Mengajukan pendapat atau komentar kepada pendidik atau

kepada peserta didik yang lain

4. Penggunaan model pembelajaran kooperatif tipetwo stay – two stray

5. Mengerjakan tugas yang diberikan oleh pendidik 6. Memanfaatkan sumber belajar yang ada

7. Menilai dan memperbaiki pekerjaannya

8. Membuat simpulan sendiri tentang pembelajaran yang diterimanya

9. Dapat menjawab pertanyaan pendidik dengan tepat saat berlangsung PBM

10. Memberikan contoh dengan benar

11. Ada usaha dan motivasi untuk mempelajari bahan pelajaran atau simulasi yang diberikan oleh pendidik 12. Dapat bekerja sama dan berhubungan dengan peserta

didik lain

13. Menyenangkan dalam PBM

14. Dapat menjawab pertanyaan yang diberikan oleh pendidik pada akhir pembelajaran

Jumlah Rata-rata

(55)

No. 1 s/d 8 adalah ciri proses No. 9 s/d 14 adalah ciri hasil belajar

Keterangan Kriteria observasi: 4 = Sangat Baik

3 = Baik 2 = Cukup 1 = Kurang

Sumberkisi-kisiobservasi: muslich (2009:45)

2. Tes, merupakan suatu alat untuk mengukur dan mengetahui kemampuan belajar dari peserta didik dalam menerima materi pelajaran matematika. a. Tes awal (pre test)

Pre test dilakukan untuk mengetahui kemampuan awal peserta didik. b. Tes akhir (post test)

Post test yaitu tes yang dilakukan oleh peneliti untuk mengukur sejauh

mana peserta didik menerima materi yang telah disampaikan oleh peneliti.

Tabel 5

Kisi-kisi Tes Awal (pre test)danTes Akhir (post test)

Kompetensi

(56)

Instrument yang baik harus memiliki dua persyaratan penting, yaitu validitas.Menurut Budiyono (Mustafidah, 2009:5) mengatakan bahwa “Untuk menilai apakah suatu instrumen mempunyai validitas yang tinggi, yang biasanya dilakukan adalah melalui expert judgement (penilaian yang dilakukan oleh para pakar).”

Dalam penelitian ini butir soal tes awal dan tes akhir akan dinilai oleh dua orang validatoryang terdiri dari satu orang dosen dan satu orang guru mata pelajaran matematika. Soal dikatakan valid apabila hasil telah menyatakan dua orang validatormenyatakan bahwa soal tersebut dapat digunakan.

Suatu objek ukur yang hendak diungkap oleh suatu tes terlebih dahulu dibatasi kawasan perilakunya. Batasan yang dimaksud meliputi:

a. Materi

1) Rumusan butir tes sesuai dengan indikator.

2) Batasan jawaban atau ruang lingkup yang diuji sudah jelas. 3) Isi materi yang ditanyakan sesuai dengan pengukuran. 4) Isi materi yang ditanyakan sesuai dengan kurikulum SD b. Bahasa

1) Rumusan butir tes sudah menggunakan bahasa yang sederhana hingga komunikatif.

(57)

c. Konstruksi

1) Rumus butir tes sudah menggunakan kata Tanya atau perintah yang menuntut jawaban uraian atau jawaban singkat.Rumusan butir tes tidak menimbulkan penafsiran ganda.

G. Teknik Analisis Data

Analisis data dalam penelitian ini dimaksudkan untuk menjawab rumusan masalah. Adapun analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kuantitatif berasal dari hasil tes yang diberikan pada setiap akhir siklus kegiatan. Hal ini dilakukan untuk mengetahui peningkatan hasil belajar peserta didik pada pendekatan yang diterapkan. Adapun rumusan yang digunakan pada perhitungan data kuantitatif dalam penelitian ini dengan rumus :

a. Menyusun tabel frekuensi data kelompok

b. Menghitung nilai rata-rata (Mean) dengan rumus:

̅ =∑

Keterangan :

̅ = Nilai rata-rata hitung ∑ = Total nilai interval kelas ∑ = Frekuensi interval kelas

(58)

c. Menghitung persentase ketuntasan belajar peserta didik secara klasikal, dimana indikator ketuntasan belajar yang ditentukan yakni dengan rumus:

TB=∑s-60

N x 100%

Keterangan:

∑s = Jumlah peserta didik yang mendapat nilai sama dengan 60. N = Banyak peserta didik.

100% = Bilangan tetap (persentase)

TB = Ketuntasan belajar klasikal minimal 85%

Sumber :Suhardi R. (2012)

Adapun kriteria untuk skor pengamatan aktivitas pendidik dan peserta didik yang diperoleh peneliti pada lembar observasi adalah sebagai berikut:

Kurang Baik = 1 - 1,9 Cukup Baik = 2 - 2,9 Baik = 3 - 3,9 Sangat Baik = 4

H. Indikator Keberhasilan Penelitian

Untuk melihat tingkat keberhasilan dari penelitian ini dengan indikator keberhasilan penelitian sebagai berikut:

(59)

mengajukan pertanyaan, dan ketepatan waktu peserta didik dalam menyelesaikan tugas.

(60)

I. Jadwal Penelitian

Tabel 5

Jadwal Pelaksanaan Penelitian

No Ket. Apr Mei Jun-Agus Sep Okt Nov Des

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 Seminar

Proposal x

2 Revisi

Proposal x x

3 Bimbingan x x x x x x

4 Penelitian

lapangan x x

5 Menganalisis

Data x x

6 Penyusunan

Skripsi x x x x x

(61)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Data

Berdasarkan hasil Pre test bertujuan untuk mengetahui tingkat penguasaan peserta didik dalam materi yang akan dijadikan topik pembelajaran sebelum penelitian tindakan kelas dilaksanakan. Data hasil pre test tersebut disajikan pada tabel sebagai berikut:

Tabel. 7

Data Pre Test Sebelum Penelitian Tindakan Kelas Dilaksanakan

(62)

M (Rata – rata) = 54 20 1080

TB = 65x100%

n s

= 100%

20 6 x

= 30 % (Sangat Kurang Tercapai)

Berdasarkan hasil tabel pre test terlihat nilai hasil belajar peserta didik kelasIV SDN 5 panarung palangka rayadengan rata – rata 54 dan ketuntasan secara klasikal sebesar 30% termasuk dalam kriteria sangat kurang tercapai. Sehingga pada pre test dalam ketetapan tingkat ketercapaian keberhasilan pembelajaran belum memenuhi syarat ketuntasan belajar secara klasikal.

Data pre test di atas menunjukan tingkat kemampuan peserta didik sebelum penelitian tindakan kelas dilakukan sebagai berikut: 1) Dari 20 orang peserta didik, tidak ada peserta didik yang

memperoleh skor 90 – 100.

2) Dari 20orang peserta didik, tidak ada peserta didik yang memperoleh skor 80 – 89.

3) Dari 20 orang peserta didik, ada 2 orang peserta didik yang memperoleh skor 70 – 79.

Gambar

Tabel 1 Langkah-langkah model pembelajaraan kooperatif
Tabel 2 Langkah-langkah model pembelajaraan kooperatif
Gambar 1Struktur Model Pembelajaran Kooperatif Tipe   Two
Tabel 2 Subjek Penelitian
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dengan desain antarmuka yang konsisten akan memberikan manfaat yang baik pada website atau sistem informasi yang memiliki kategori yang sama dan dapat

unit link harus memberikan informasi yang jelas terhadap calon tertanggung. 5 Faktanya pelaksanaan investasi unit link memiliki perbedaan dengan orientasi kebutuhan

Kita dapat memperkirakan bahwa pada saat itu, Nazaret telah sedemikian rupa diabaikan sehingga tidak ada hal baik yang dapat diharapkan muncul dari mereka yang tinggal di

Minyak kelapa yang digunakan untuk menggoreng dapat mengalami reaksi oksidasi yang disebabkan oleh suhu tinggi (±175-180ºC) mengakibatkan kerusakan dengan menghasilkan

Adapun sistem program yang dibuat adalah software profile matching yang berfungsi sebagai alat bantu untuk mempercepat proses matching antara profil jabatan (soft

Dengan demikian, dapat ditarik kesimpulan bahwa peneliti menggunakan teori semiotika dari John Fiske untuk penelitian ini karena setiap level yang dipaparkan oleh

1) Aspek barang dan jasa. Kepuasan konsumen terhadap barang atau jasa dipengaruhi secara signifikan oleh penilaian konsumen terhadap fitur barang dan jasa. Emosi atau