• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tugas Semester 2 Hukum Wellyana

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Tugas Semester 2 Hukum Wellyana"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

Tentang Hukum Aborsi

Nama : Wellyana

Npm : 142070217

Kelas : A2 angkatan VI

(2)

BAB I

PENDAHULUAN

A.

Latar Belakang Masalah

Dimasa sekarang ini hamil di luar nikah sering terjadi. Hal ini dikarenakan anak-anak muda

jaman sekarang banyak yang menganut gaya hidup seks bebas. Pada awalnya para anak muda

tersebut hanya berpacaran biasa, akan tetapi setelah cukup lama berpacaran mereka melakukan

hubungan seksual. Ketika hubungan mereka membuahkan janin dalam kandungan, timbul

masalah karena mereka belum menikah dan kebanyakan masih harus menyelesaikan sekolah

atau kuliahnya. Ditambah adanya rasa takut ketahuan dan rasa malu apabila masalah kehamilan

itu ketahuan oleh orang tua dan orang lain, maka ditempuh aborsi untuk menghilangkan janin

yang tidak dikehendaki tersebut. Namun tidak jarang pula ada yang melakukan pernikahan

secepatnya agar janin yang dikandung tersebut mempunyai ayah.

Pengguguran kandungan juga sering dilakukan oleh para wanita yang menjadi korban perkosaan.

Alasan yang sering diajukan oleh para wanita yang diperkosa itu adalah bahwa mengandung

anak hasil perkosaan itu akan menambah derita batinnya karena melihat anak itu akan selalu

mengingatkannya akan peristiwa buruk tersebut. Namun demikian tidak selamanya

kejadian-kejadian pemicu seperti sudah terlalu banyak anak, kehamilan di luar nikah, dan korban

perkosaan tersebut membuat seorang wanita memilih untuk menggugurkan kandungannya. Ada

juga yang tetap mempertahankan kandungannya tersebut dengan alasan bahwa menggugurkan

kandungan tersebut merupakan perbuatan dosa sehingga dia memilih untuk tetap

(3)

Apapun alasan yang diajukan untuk menggugurkan kandungan, jika hal itu bukan disebabkan

alasan medis maka ibu dan orang yang membantu menggugurkan kandungannya akan dihukum

pidana. Hal ini dikarenakan hukum positif di Indonesia melarang dilakukannya aborsi. Akan

tetapi di lain pihak, jika kandungan itu tidak digugurkan akan menimbulkan masalah baru, yaitu

apabila anak tersebut terlahir dari keluarga miskin maka ia tidak akan mendapat penghidupan

yang layak, sedangkan apabila anak itu lahir tanpa ayah, ia akan dicemooh masyarakat sehingga

seumur hidup menanggung malu. Hal ini dikarenakan dalam budaya timur Indonesia, tidak dapat

menerima anak yang lahir di luar nikah. Alasan inilah yang kadang-kadang membuat perempuan

yang hamil di luar nikah nekat menggugurkan kandungannya.

Selain kenyataan yang langsung dijumpai di dalam masyarakat, banyak pula berita-berita aborsi

di surat kabar yang mengungkap kasus-kasus aborsi. Berita-berita tersebut memuat kasus aborsi

baik yang tertangkap pelakunya maupun yang hanya mendapatkan bekas aborsinya saja, antara

lain janin yang ditinggal begitu saja setelah selesai diaborsi.[1]

Aborsi pada umumnya adalah suatu fenomena yang ada pada masyarakat. Aborsi bisa dikatakan

sebagai kegiatan yang “tersembunyi” karena dalam praktiknya aborsi sering tidak terlihat

masyarakat, bahkan cenderung malah ditutup-tutupi oleh pelaku maupun oleh masyarakat,

bahkan mungkin oleh Negara. Hal ini karena dipengaruhi oleh hukum formal dan nilai-nilai

sosial, budaya, agama yang hidup dalam masyarakat. Kontroversi tentang aborsi tersebut dapat

dilihat dari segi perspektif legalistic-normatif maupun sosiologis-psikologis. Dalam kedua

perspektif tersebut memiliki implikasi yang berlainan. Akan tetapi, adanya klaim kebenaran

(truth claim) yang memposisikan pelaku aborsi sebagai delik pidana, dan harus dihukum.

Sementara disisi lain, komposisi sosiologispsikologis pelaku aborsi dianggap dipertimbangkan

(4)

menempatkan persoalan aborsi dari kacamata psikologis dan karenanya merupakan bagian dari

Hak Asasi Manusia (HAM).[2]

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana Pandangan Masyarakat tentang Aborsi ?

2. Bagaimana Pandangan Hukum tentang Aborsi ?

3. Kendala-kendala apa saja yang dihadapi dalam penegakan hukum Aborsi tersebut dan

bagaimana cara mengatasinya?

(5)

BAB II

PEMBAHASAN

A.

Pandangan Masyarakat tentang Aborsi

Aborsi dipandang sebagai tindakan yang tidak sesuai dengan norma dan etika budaya ketimuran,

karena budaya timur masih memegang kuat agamanya. Saat ini, masalah aborsi, dan, karenanya,

masalah anti-aborsi menjadi sangat penting terutama untuk berkembang dengan baik, masyarakat

pasca-industri. Jelas bahwa ini bukan masalah individu lagi tapi benar-benar masalah sosial

karena tidak hanya menyangkut kesehatan perempuan tetapi juga menghasilkan dampak serius

terhadap situasi demografis di seluruh negeri dan pada suasana psikologis dalam masyarakat

pada umumnya dan dalam keluarga pada khususnya. Tradisional, aborsi adalah titik argumen

serius bagi dan melawan fenomena ini di sebagian besar masyarakat. Sebagai aturan, sebagian

besar dari masyarakat adalah melawan aborsi tapi pada kondisi tertentu bahkan konservatif

setuju bahwa aborsi mungkin diperlukan atau bahkan tak terelakkan. Lagi pula, masyarakat harus

sangat berhati-hati mengatasi masalah cuaca untuk mendukung atau menolak sepenuhnya ide-ide

aborsi tapi pada saat yang sama perempuan harus memiliki pilihan dan kesempatan untuk aborsi.

Pertama-tama, akan sangat penting untuk merujuk kepada beberapa data statistik yang

membuktikan bahwa aborsi tidak dapat dilarang pointblank, khususnya di negara berkembang

dengan baik. Tapi perlu untuk menggaris bawahi bahwa aborsi bukanlah masalah perempuan

hanya itu masalah seluruh masyarakat. Untuk membuktikan pernyataan ini akan cukup untuk

menyebutkan bahwa lebih dari 1000 serangan kekerasan terhadap klinik aborsi dan dokter

(6)

berarti bahwa kelompok-kelompok sosial yang pasti sudah siap untuk mempertahankan

kepercayaan mereka antiaborsi bahkan oleh pelanggaran hukum.

Pada saat yang sama, aborsi dapat menyebabkan masalah dalam keluarga yang merupakan

bagian dari masyarakat. Faktanya adalah bahwa sangat penting bagi seorang wanita untuk

memiliki suasana yang mendukung dari bagian dari kerabat terdekat, yakni suami dan orangtua.

Spesialis sangat merekomendasikan mengambil keputusan aborsi oleh kedua pasangan yang

dapat membuat keluarga kuat sedangkan perselisihan dapat mengakibatkan perceraian. Tetapi

juga penting bahwa perempuan tidak dapat dipaksa untuk aborsi juga. Jadi peran keluarga dalam

mengambil keputusan tidak kurang penting dibandingkan pengaruh masyarakat atau keyakinan

pribadi.

Dengan mempertimbangkan semua tersebut di atas, perlu untuk mengatakan bahwa aborsi,

menjadi fenomena sosial, memiliki banyak lawan serta pendukung tetapi hanya sebagian kecil

yang cukup radikal dan siap untuk menyangkal titik pandang yang berlawanan. Sebagian besar

siap untuk menerima aborsi walaupun dalam kondisi tertentu. Ini berarti bahwa aborsi harus

disahkan tetapi pada saat yang sama harus diatur secara ketat agar tidak membahayakan

kesehatan wanita atau anak-anak mereka dalam kasus-kasus ketika aborsi mungkin yang dapat

dihindari.[3]

Kurangnya pengetahuan tentang pergaulan bebas tersebut yang akhirnya membuahkan sesuatu

yang tidak diinginkan. Masyarakat yang menganggap hal tersebut adalah sebagai aib yang harus

ditutupi tak segan melakukan tindakan abortus. Dalam keadaan seperti ini mereka rela

rnengeluarkan uang berjuta-juta rupiah bagi para dokter peralatan pendukung untuk

membuktikan kasus tindak pidana abortus provocatus asal bersedia melakukan tindakan

pengguguran kandungan. Dan bagi banyak masyarakat tindakan ini adalah tindakan yang paling

(7)

Pada hakekatnya keberadaan keluarga terdidik berbeda jauh dengan keluarga yang hidup

limpahankan materi. Akibat dari perbedaan yang demikian, peluang untuk melakukan aborsi bagi

anak darikeluarga berada tentu sangat besar. Akibat dari fenomena miring seperti ini, pandangan

masyarakat terhadap aborsi pun menjadi berbeda-beda. Bagi kalangan masrakat bawah secara

sadar memaknai bahwa penguguran kandungan sedari dini merupakan jalan pintas untuk

mengambil suatu pilihan hidup. Jalan final ini merupakan arah menuju kondisi yang lebih baik

untuk menghindarkan diri dari resiko serta ancaman setelah melakukan aborsi. Di kalangan

masyrakat menengah, aborsi dianggap sebagai sesuatu yang tabu. Hal itu bertentangan dengan

nilai budaya yang melekat pada kebiasaan normatif yang menganggap aborsi merupakan sesuatu

yang kejam.

Pandangan yang lain datang dari kaum elit yang menilai aborsi merupakan upaya

menyelamatkan kehidupan, khususnya dalam jangka panjang. Hanya saja, dalam pelaksanananya

memerlukan konsekwensi logis. Misalnya, anak yang lahir hanya menimbulkan konflik

dikeluarga yang berujung pada pemilihan jalan aborsi. [4]

B. Bagaimana Pandangan Hukum tentang Aborsi

Muhajir Darwin dari Pusat Penelitian Kependudukan UGM dalam Round Table Discussion, tentang Aborsi, Usia Kawin dan Pengaruhnya terhadapmFertilisasi yang diadakan BKKBN,

mengatakan:

(8)

Selanjutnya menurut Muhajir Darwin, bahwa angka kematian maternal di Indoonesia adalah

tertinggi di Asia yaitu sekitar 11% di antaranya karena pertolongan aborsi yang tidak aman.

Aborsi pada dasarnya adalah fenomena yang hidup dalam masyarakat Indonesia. Aborsi dapat

dikatakan sebagai fenomena “terselubung” karena praktik aborsi sering tidak tampil ke

permukaan, bahkan cenderung ditutupi oleh pelaku utaupun masyarakat, bahkan negara.

Ketertutupan ini antara lain dipengaruhi oleh hukum formal dan nilai-nilai sosial, budaya, agama

yang hidup dalam masyarakat serta politik. Pada intinya pasal-pasal tersebut menyatakan bahwa

tuntutan dikenakan bagi orang-orang yang melakukan aborsi ataupun orang-orang yang

membantu melakukan baik secara langsung maupun tidak langsung. Intinya hukum formal yang

mengatur masalah aborsi menyatakan bahwa pemerintah Indonesia menolak aborsi.

Pengecualian diberikan jika ada indikasi medis sebagaimana tercantum dalam Undang-Undang

Kesehatan Nomor 23 Tahun 1992 Pasal 15 dan Pasal 80. Selain itu, masalah aborsi juga terkait

dengan Sumpah Dokter Indonesia yang antara lain menyatakan bahwa dokter akan menghormati

setiap kehidupan

Di dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana mengenai abortus provocatus telah ditetapkan

secara cukup jelas, tetapi aturan yang tertulis tersebut tidak mengatur secara detail mengenai

sanksi yang diterima bagi pelaku abortus provocatus tersebut. Seperti yang dijelaskan pada pasal

(9)

Juga pada pasal 346 Kitab Undang-Undang Pidana disebutkan :

“Seseorang wanita yang dengan sengaja menyebabkan atau menyuruh orang lain menyebabkan gugurnya kandungan atau matinya janin yang berada dalam kandungannya, dipidana dengan pidana penjara selama-lamanya empat tahun”.

Demikian juga seperti yang disebutkan pada pasal 347 Kitab Undang-Undang Pidana

yakni :“Barang siapa, dengan sengaja menyebabkan gugurnya kandungan atau matinya janin yang berada dalam kandungan seorang wanita tanpa mendapat izin dari wanita itu sendiri, dipidana dengan pidana penjara selama-lamanya empat tahun”.

Dari ketiga pasal yang disebut di atas sudah jelas bahwa hukum yang mengatur masalah abortus

provocatus masih sangat lemah. Pada pasal-pasal tersebut hukuman yang dikenakan pada pelaku

abortus provocatus terkesan amat sangat ringan yaitu hanya empat tahun penjara dan atau denda

sekurang-kurangnya tiga ribu rupiah, pada hal ditinjau dari segi manapun perbuatan atau

tindakan abortus provocatus adalah tindakan penghilangan nyawa yang juga berarti adalah

tindakan pembunuhan, serta seolah olah ada kesan bahwa perbuatan atau tindakan abortus

provocatus adalah tindakan yang dibolehkan.

Kasus abortus provocatus ini juga diatur dalam pasal 348 Kitab Undang-Undang Hukum

Pidana :

“Barang siapa dengan sengaja menyebabkan gugurnya kandungan seorang wanita dengan ijin wanita itu sendiri, dipidana dengan pidana penjara selama-lamanya lima tahun enarn bulan”.

(10)

“Bahwa jika seorang dokter, bidan, juru obat membantu melakukan kejahatan yang tersebut dalam pasal 346 KUHP, ataupun melakukan atau membantu dalam salah satu kejahatan yang diterangkan dalam pasal 347 dan 348, maka hukuman yang ditentukan dalam pasal itu bisa ditambah dengan sepertiganya dan dapat dipecat dari jabatannya yang digunakan untuk melakukan kejahatan itu”.

Dalam pasal ini menerangkan bahwa jika si pelaku adalah seorang dokter, bidan, ataupun juru

obat, maka hukuman yang diperoleh hanya ditambah sepertiganya dan sanksi dipecat dari

jabatannya. Inipun juga terkesan amat ringan, bagaimana bisa kalau si pelaku nyata-nyata adalah

seorang dari petugas kesehatan melakukan tindakan ilegal hanya dihukum lima tahun lebih

sedikit, padahal seorang petugas kesehatan harusnya lebih tahu tindakan yang tidak didasari oleh

tindakan medis adalah tindakan yang melanggar hukum.

Dari sekian pasal-pasal yang mengatur tentang sanksi bagi pelaku abortus provocatus, rata-rata

hukuman yang mereka terima sangatlah ringan. Dari sinilah yang memicu semakin banyaknya

kasus abortus provocatus di kalangan masyarakat.

C.

Kendala-kendala yang dihadapi dalam penegakan hukum Aborsi dan cara

mengatasinya.

Kebijakan Aborsi di IndonesiaIndonesia termasuk salah satu negara yang menentang pelegalan

aborsi dalam konvensi-konvensi badan dunia PBB, satu kubu dengan negara-negara muslim

dunia ,sebagian negara Amerika Latin dan Vatikan.

Di Indonesia aborsi dianggap ilegal kecuali atas alasan medis untuk menyelamatkan nyawa sang

ibu. Oleh karena itulah praktek aborsi dapat dikenai pidana oleh negara. Fatwa lembaga

(11)

Tarjih Muhammadiyah tahun 1989 tentang aborsi yang menyatakan bahwa aborsi dengan alasan

medis diperbolehkan dan aborsi dengan alasan non medis diharamkan.

Akan tetapi bisakah Indonesia digolongkan dalam kubu pro live. Jawabnya bisa ya bisa tidak.

Walaupun kebijakan pemerintah Indonesia dengan melarang parktek aborsi condong ke kubu pro

live akan tetapi kebijakan lainnya justru mendorong terjadinya praktek aborsi. Diantaranya

larangan bagi siswa/i yang masih duduk di bangku sekolah dasar dan menengah untuk menikah.

Kebijakan inilah yang mendorong terjadinya praktek aborsi, siswi yang hamil akan dikeluarkan

dari sekolah dan dilarang untuk melanjutkan studynya, selain oleh karena tekanan orang tua,

masyarakat dan lingku-ngan. Karena itulah aborsi menjadi pilihan terbaik dari yang terburuk

yang bisa diambil oleh seorang remaja yang hamil di luar nikah.

Dari banyaknya penyebab permasalahan aborsi di atas, semua pihak dihadapkan pada adanya

pertentangan baik secara moral & kemasyarakatan di satu sisi maupun dengan secara agama &

hukum di lain sisi. Dari sisi moral & kemasyarakatan, sulit untuk membiarkan seorang ibu yang

harus merawat kehamilan yang tidak diinginkan terutama karena hasil pemerkosaan, hasil

hubungan seks komersial (dengan pekerja seks komersial) maupun ibu yang mengetahui bahwa

janin yang dikandungnya mempunyai cacat fisik yang berat. Anak yang dilahirkan dalam kondisi

& lingkungan seperti ini nantinya kemungkinan besar akan tersingkir dari kehidupan sosial

kemasyarakatan yang normal, kurang mendapat perlindungan & kasih sayang yang seharusnya

didapatkan oleh anak yang tumbuh & besar dalam lingkungan yang wajar, & tidak tertutup

kemungkinan akan menjadi sampah masyarakat.

Dalam menghadapi kasus kejahatan abortus provocatus kriminalis ini tidak semudah yang

dibayangkan. Sesuai dengan teori mungkin bisa diungkap dengan tepat dan cepat, serta secara

pasti, tetapi tidak demikian. Banyak sekali kendala-kendala yang mesti dihadapi. Kendala yang

(12)

tersebut yang akhirnya membuahkan sesuatu yang tidak diinginkan. Masyarakat yang

menganggap hal tersebut adalah sebagai aib yang harus ditutupi tak segan melakukan tindakan

abortus. Dalam keadaan seperti ini mereka rela rnengeluarkan uang berjuta-juta rupiah bagi para

dokter peralatan pendukung untuk membuktikan kasus kejahatan abortus provocatus kriminalis

asal bersedia melakukan tindakan pengguguran kandungan. Dan bagi banyak masyarakat

tindakan ini adalah tindakan yang paling benar untuk menutupi sebuah malu. Padahal dari

tindakan tersebut tidak sedikit yang harus kehilangan nyawa atau sedikitnya mereka mengalami

keadaan dimana rahim mereka rusak dan tidak akan dapat lagi memiliki anak. Kesadaran

rnasyarakat yang amat sangat diperlukan dalam menuntaskan masalah ini.

Disamping itu karena kasus ini bukan merupakan kasus delik aduan maka agak sulit untuk

menuntaskan kasus ini hingga keakarnya, karena mereka yang tahu dengan masalah ini enggan

untuk melaporkannya kepada pihak yang berwajib,

Kendala yang lain yang mungkin menjadi penyebab sulitnya mengungkap kasus abortus

provocatus kriminalis adalah pihak kepolisian sering sekali sulit mengidentifikasi hasil dari

barang bukti abortus provocatus kriminalis. Karena hasilhasil dari perbuatan tersebut sering

sudah hancur atau dibuang entah kemana.[5] Selain Undang-undang no. 36 tahun 2009 tentang

kesehatan memberi hak-hak dalam perlindungan bagi perempuan yang melakukan tindakan

aborsi akibat menjadi korban pemerkosaan itu, merasa memiliki hak hukum.

D. Solusi mengatasi maraknya kasus aborsi

Yang harus di perhatikan untuk mengatasi maraknya kasus aborsi di masa sekarang ini yaitu :

1. Dari pihak keluaga yang harusnya memperhatikan perkembangan seorang anak dalam

(13)

2. Tidak lepas juga peran sekolah dalam melakukan sosialisasi bagaimana agar para siswa

mengetahui bahaya dari pergaulan bebas yang menjurus ke sex bebas yang menyebabkan hamil

di luar nikah.

3. Menindak tegas oknum – oknum yang membuka serta menjalankan suatu praktet untuk

melakukan aborsi.[6]

Untuk kehamilan di luar nikah atau karena sudah kebanyakan anak dan kontrasepsi gagal perlu

dipirkirkan kembali karena masih banyak orang mendambakan anak. Sebaiknya kita jangan

mencari pemecahan masalah yang pendek atau singkat atau jalan pintas, tapi harus jauh

menyentuh dasar timbulnya masalah itu sendiri. Prinsip melegalkan abortus, sama seperti Prinsip

lokalisasi. Banyak celah yang justru akan dimanfaatkan untuk melakukanseks bebas. Karena

seks bebas sudah jadi realita sekarang ini, apalagi di kota-kota besar. Jika di data, orang-orang

yang ingin mengaborsi, berapa persen yang dikarenakan karena terlalu banyak anak,

dibandingkan karena hamil di luar nikah atau hamil dalam perselingkuhan, jauh lebih besar yang

karena di luar nikah daripada karena alasan ekonomi.[7]

Perempuan berhak dan harus melindungi diri mereka dari eksploitasi orang lain, termasuk

suaminya, agar tidak perlu abortus. Sebab abortus, oleh paramedis ataupun oleh dukun, legal

atau illegal, akan tetap menyakitkan buatwanita, lahir dan batin meskipun banyak yang.

menyangkalnya. Karena itu kita harusberupaya bagaimana caranya supaya tidak sampai

berurusan dengan hal yang akhirnya merusak diri sendiri. Karena ada laki-laki yang bisa seenak

melenggang pergi, dantidak peduli apa-apa meskipun pacarnya/istrinya sudah abortus dan

(14)

BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

Pada akhirnya, dapat kita katakan bahwa perilaku aborsi di kalangan remaja ini senantiasa terus

meningkat dan bervariasi untuk persebaran usianya. Hal ini tentu menjadi suatu keprihatinan

bagi kita semua yang ujung-ujungnya menjadi sebuah momok yang “mengerikan” bagi rupa

generasi muda penerus bangsa Indonesia di kemudian hari. Mau dibawa kemana masa depan

bangsa Indonesia jika kondisi para pemuda-pemudinya saat ini adalah mereka yang hidupnya

bebas tanpa kontrol yang signifikan dari berbagai pihak dan selanjutnya adalah penjajahan yang

terus menerus “abadi” di bumi Indonesia dalam bentuk bukan penjajahan fisik melainkan

penjajahan di bidang “mode”, “ekonomi”, “pendidikan”, “keilmuan”, hingga “akhlak dan

moralitas”. Perempuan berhak dan harus melindungi diri mereka dari eksploitasi orang lain,

termasuk suaminya, agar tidak perlu abortus. Sebab abortus, oleh paramedis ataupun oleh dukun,

legal atau illegal, akan tetap menyakitkan buatwanita, lahir dan batin meskipun banyak yang.

menyangkalnya. Karena itu kita harusberupaya bagaimana caranya supaya tidak sampai

berurusan dengan hal yang akhirnya merusak diri sendiri. Karena ada laki-laki yang bisa seenak

melenggang pergi, dantidak peduli apa-apa meskipun pacarnya/istrinya sudah abortus dan

mereka tidak bisa diapa-apakan, kecuali pemerkosa, yang jelas ada hukumnya.

(15)

[1] Soerjono Soekanto, dkk, Penelitian Hukum Normatif, Suatu Tinjauan Singkat, (Jakarta: Rajawali Pers, 1985), hal. 17.

[2]Dewi Indraswati, “Fenomena Kawin Muda dan Aborsi: Gambaran Kasus” dalam Hasyim, S, Menakar ‘Harga Perempuan”. (Jakarta: Mizan,1999), hal. 132.

[3]http://artiasofftiyani.blogspot.com/2013/12/makalah-aborsi-dalam-berbagai-aspek.html,

diakses 15-06-2014

[4]http://abdurrahim-syamsudin.blogspot.com/2007/10/aborsi-dalam-realitas-sosial.html.

[5] Sri, Helianty. Aborsi Sebagai Solusi. From : http/www.mediacare@yahoo.com,

[6]http://artikelhukum88.blogspot.com/2012/10/artikel-penelian-kasus-aborsi.html, diakses

tanggal 15-06-2014

[7] Sri, Helianty. Aborsi Sebagai Solusi. From : http/www.mediacare@yahoo.com,

Referensi

Dokumen terkait

Hal inilah yang membuat bahan ajar berbasis nilai-nilai karakter bangsa menjadi penting dan dibutuhkan, karena dengan adanya bahan ajar tersebut, diharapkan dapat

Hal ini sejalan dengan yang dikemukakan Tan (2004: 8) bahwa pengajuan masalah dalam PBL disajikan secara tidak terstruktur (ill structure) digunakan sebagai titik awal

Berdasarkan data analisa, hasil variabel penambahan sekam menyimpulkan semakin banyak penambahan sekam maka hasil asam sitrat yang dihasilkan semakin banyak Hal ini

Sebagai kaidah umum, biasanya semakin besar yang layak dan aman untuk kondisi tertentu adalah peralatan yang dapat menangani material dengan jumlah yang besar, yang

Hama yang telah dilaporkan terdapat pada tanaman jambu biji di berbagai negara antara lain lalat buah, kutu kebul, kutu putih, kutu perisai, kutu daun, kutu tempurung, Helopeltis

Dengan kata lain, sebagian besar produk (domestik) yang dihasilkan di wilayah Kota Bandung maupun produk (impor) yang didatangkan dari luar wilayah atau luar negeri akan digunakan

Interpretasi yang dilakukan berdasarkan analisis dampak tersebut diperoleh beberapa upaya yang harus dilakukan dalam mengurangi dampak lingkungan pada proses produksi

Alhamdulillahirobbil’alamin, puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan taufik dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan