PENTINGNYA PROFESSIONAL BIMBINGAN DAN KONSELING DALAM UPAYA PENCEGAHAN PERILAKU BULLYING DI SEKOLAH
Oleh Desita Nuryandari
Kata kekerasan sudah sangat sering kita dengar dalam kehidupan sehari-hari. Dengan banyaknya kekerasan yang terjadi di masyarakat, muncullah kekhawatiran bahwa kekerasan dapat dianggap wajar dalam keseharian kita. Hal yang terjadi di lapangan masih banyak terjadinya kekerasan anak terutama di lingkungan sekolah. Lingkungan sekolah yang
seharusnya menjadi tempat pembelajaran bagi anak, justru menjadi tempat yang menakutkan.
Beberapa kasus yang terjadi di salah satu sekolah menengah favorit di jakarta, detik.com mengungkap bahwa sedikitnya 68 siswa kelas 1 dari 9 kelas dipaksa ikut
‘penataran’ oleh kakak kelas tingkat 2 dan 3. 68 siswa tingkat 1 ini dibawa kakak kelasnya dari parkiran sekolah mereka ke daeran Bintaro, disana mereka dipaksa untuk push up, membuka baju, berlari, dan ada pula yang diminta suit dan yang kalah harus ditampar dengan keras. Penataran ini dilakukan selama 5 hari dari zuhur sampai ashar.
mmedia. Hal ini cenderung ditutupi oleh pihak sekolah karena takut sekolahnya akan mendapatkan reputasi buruk jika hal tersebut diketahui oleh publik.
Perilaku bullying ini dilakukan dengan banyak faktor yang melatarbelakanginya. Faktor tersebut dapat berasal dari dalam ataupun dari luar diri siswa tersebut. Salah satu faktor dari luar diri siswa antara lain lingkungan sekolah yang kurang baik dimana tindakan senioritas tidak pernah terselesaikan. Faktor dari dalam diri siswa antara lain, keinginan untuk mendapatkan pengakuan bahwa dirinya adalah yang berkuasa dan paling kuat, meningkatkan pamor dan popularitas, dan lain sebagainya.
Terkait dengan banyaknya kasus kekerasan yang terjadi di kalangan siswa, Argiati (2009) dalam penelitian yang dilakukan pada sebuah SMA di Lampung oleh Suci Cintya Dewi menungkapkan kritik atas peran guru bimbingan dan konseling yang dinilai belum optimal dalam berkomunikasi dengan siswa, yang mengakibatkan guru bimbingan dan konseling tidak dapat memberikan bimbingan dan solusi bagi siswa yang terlibat bullying dan bagaimana mengatasinya. Hal tersebut juga dapat disebabkan oleh kurangnya sosialisasi dan pengetahuan atas dampak dari perilaku bullying.
Selain itu, terdapat pula penelitian yang dilakukan oleh Sari (2004) dengan judul “upaya sekolah dalam mencegah dan menanggulangi kasus pemerasan serta perkelahian antar siswa”. Dalam penelitian ini Sari mengemukakan bahwa “peranan guru bimbingan dan konseling sama pentingnya dengan wali kelas karena setiap kasus penanganan yang paling tinggi terhadap siswa yang bermasalah adalah guru bimbingan dan konseling. Peranannya juga tidak hanya sebatas memberikan selebaran dan membacakan peraturan pada isswa yang bermaslaah pada khususnya tetapi juga mereka memberi pembinaan terhadap siswa selain itu siswa selalu diingatkan tentang konsekuensi yang akan didapat oleh mereka yang
melanggar.”
apa yang disebut sebagai unconditional positive regards, yaitu penerimaan tanpa syarat sehingga klien akan nyaman untuk terbuka dengan konselor. Kompetensi sosial,berupa kemampuan komunikasi dengan klien maupun dengan significant other klien (keluarga, teman) yang digunakan untuk mendapatkan tambahan data terkait klien. Dan yang terakhir adalah kompetensi professional, yaitu berupa keterampilan berkaitan dengan membangun hubungan (rapport), melakukan diagnosa, dan menggali informasi yang dibutuhkan melalui observasi dan wawancara.