PROFESI DAN HAKIKAT GURU
Diajukan dalam rangka memenuhi tugas pada mata kuliah
Pengembangan Profesi Guru (PP
G) Dosen Pengampu:Reksiana, MA.Pd.
Disusun Oleh Kelompok 1
Evi Maulida Sari (15311536)
Fajrotul Munawaroh (15311537)
Halimah Tusa’diyah
(15311540)
Pina Hapsari Hayuningtyas (15311518)
PRODI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI)
FAKULTAS TARBIYAH
INSTITUT ILMU AL-
QUR’AN
(IIQ) JAKARTA
KATA PENGANTAR
ِمْيِحَرلا ِنََْْرلا ِّّا ِمْسِب
ُةَكَرَ بَو ِّّا ُةََْْرَو ْمُكْيَلَع ُمَاَسلا
Syukur,Alhamdulillaah Segala Puji bagi Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya kepada kami,sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini. Sholawat serta salam tidak lupa kami tunjukkan kepada Baginda Rasulullaah SAW beserta keluarga serta para sahabatnya yang telah memperjuangkan agama Islam sampai saat ini.
Kemudian dari pada itu kami sadar bahwa di dalam makalah ini masih terdapat banyak kekurangan dan kekeliruan. Maka dari itu kami memohon agar sekiranya Ibu Dosen dan para pembaca memberikan kritikan atau masukan positif, sehingga makalah ini dapat lebih baik lagi untuk kedepannya.
Akhirnya kami tetap berharap agar makalah ini dapat menjadi salah satu dari amalan kami demi memenuhi tugas yang telah diberikan oleh pembimbing kami. Semoga dapat menjadi amalan atau ilmu yang bermanfaat bagi para pembaca.Aamiin yaa Robbal Alaamin.
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ... i
DAFTAR ISI... ii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1
B. Rumusan Masalah ... 2
C. Tujuan Masalah ... 2
BAB II PEMBAHASAN 1. Pengertian Profesi Guru ... 3
2. Ciri-ciri Profesi Guru ... 5
3. Hakikat Profesi Guru ... 7
4. Kedudukan dan Fungsi Profesi Guru ... 10
BAB III PENUTUP A. Kesimpulan ... 11
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Sudah menjadi pengetahuan umum bahwa pendidikan adalah suatu bentuk
investasi jangka panjang yang penting bagi seorang manusia. Pendidikan yang
berhasil akan menciptakan manusia yang pantas dan berkelayakan di masyarakat
serta tidak menyusahkan orang lain. Masyarakat yang paling terbelakang sampai
yang paling maju mengakui bahwa pendidikan atau guru merupakan satu diantara
dari sekian banyak unsur pembentuk utama calon anggota masyarakat. Namun,
wujud pengakuan itu berbeda-beda antara satu masyarakat dan masyarakat yang
lain. Sebagian mengakui pentingnya peranan guru itu dengan cara yang lebih
konkrit, sementara yang lain masih mengasingkan besarnya tanggung jawab
seorang guru, termasuk masyarakat yang sering menggaji guru lebih rendah
daripada yang sepantasnya. Demikian pula, sebagian orang tua kadang-kadang
merasa cemas ketika menyaksikan anak-anak mereka berangkat ke sekolah,
karena masih ragu akan kemampuan guru mereka. Di pihak lain, setelah beberapa
bulan pertama mengajar guru-guru pada umumnya sudah menyadari betapa besar
pengaruh terpendam yang mereka miliki terhadap pembinaan kepribadian peserta
didik.
Menjadi bagian dari profesi mengajar adalah tugas yang mulia. Seorang
guru memiliki pengaruh yang sangat kuat tehadap masyarakat secara keseluruhan.
Dalam membentuk pola pikir, guru memberi pengaruh pada berbagai segi
kehidupan dan membimbing pembelajaran untuk para calon pemimpin masa
depan. Sehingga, sangat penting bagi guru menjadi contoh panutan, baik di
sekolah maupun di masyarakat. Bagaimana seorang guru dinilai oleh orang-orang
di sekitarnya akana mempengaruhi apakah guru tersebut layak dengan profesinya
atau tidak. 1
1Emma S. McDonald dan Dyan M. Hersman, Guru dan kelas cemerlang!, (Jakarta: PT. Indeks,
B. Rumusan Masalah
1. Apakah Pengertian Profesi?
2. Apa Saja Ciri-Ciri Profesi?
3. Bagaimana Hakikat Profesi Guru?
4. Bagaimana Kedudukan dan Fungsi Profesi Guru?
C. Tujuan Pembahasan
1. Untuk Mengetahui Pengertian Profesi
2. Untuk Mengetahui Ciri-Ciri Profesi
3. Untuk Mengetahui Hakikat Profesi Guru
4. Untuk Menegetahui Kedudukan dan Fungsi Profesi Guru
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Profesi
Secara etimologi, istilah profesi berasal dari bahasa inggris yaitu
profession atau bahasa latin profecus yang artinya mengakui, adanya pengakuan,
menyatakan mampu, atau ahli dalam melakukan suatu pekerjaan. Adapun secara
terminologi, profesi berarti suatu pekerjaan yang mempersyaratkan pendidikan
tinggi bagi pelakunya yang ditekankan pada pekerjaan mental; yaitu adanya
persyaratan pengetahuan teoritis sebagai instrument untuk melakukan perbuatan
praktis, bukan pekerjaan manual.2
Profesi adalah suatu jabatan atau pekerjaan yang menuntut keahlian
tertentu. Artinya, jabatan profesional tidak bisa dilakukan atau dipegang oleh
sembarang orang yang tidak terlatih dan tidak disiapkan secara khusus untuk
melakukan pekerjaan tersebut. Melainkan melalui proses pendidikan dan
pelatihan yang disiapkan secara khusus untuk bidang yan diembannya. Misalnya,
seorang guru profesioanal yang memiliki kopetensi keguruan melalui pendididkan
guru seperti (S-1-PGSD, S-1 Kependidikan, AKTA Pendidikan) yang diperoleh
dari pendidikan khusus untuk bidang tersebut. Jadi, kompetensi guru tersebut
diperoleh melalui apa yang disebut profesionalisasi, yang dilakukan baik sebelum
seseorang menjalani profesi itu (pre service training atau pra-jabatan) maupun
setelah menjalani suat profesi (inservice training). Profesi dapat diartikan juga
sebagai suatu jabatan atau pekerjaan yang mensyaratkan pengetahuan dan
keterampilan khusus yang diperolehnya dari pendidikan akademis yang intensif.3
Menurut Martinis Yamin (2007) dikutip dalam buku Rusman berjudul
Belajar dan Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, profesi
mempunyai pengertian seseorang yang menekuni pekerjaan berdasarkan keahlian,
kemampuan, teknik dan prosedur berlandaskan intelektualitas. Adapun menurut
Jasin Muhammad (dalam Yunus Namsa, 2006), profesi adalah suatu lapangan
2
Rusman, Belajar dan Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, (Jakarta: Kencana, 2017), Cet. Ke 1
3
pekerjaan yang dalam melakukan tugasnya memerlukan teknik dan prosedur
ilmiah, memiliki dedikasi serta cara menyikapi lapangan pekerjaan yang
berorientasi pada pelayanan yang ahli. Pengertian profesi ini tersirat makna
bahwa di dalam suatu pekerjaan profesional diperlukan teknik serta prosedur yang
bertumpu pada landasan intelektual yang mengacu pada pelayanan yang ahli.4
Berdasarkan berbagai pendapat di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa
profesi adalah suatu bidang pekerjaan atau keahlian tertentu yang mensyaratkan
kompetensi intelektualitas, sikap dan keterampilan tertentu yang diperoleh
melalui proses pendidikan secara akademis yang intensif.
Profesi bukan hanya sekedar pekerjaan atau vocation, melainkan suatu
vokasi khusus yang mempunyai cirri-ciri expertis (keahlian), responsibility
(tanggung jawab) dan rasa kesejawatan. Berkaitan dengan profesi, ada beberapa
istilah yang hendaknya tidak dicampuradukkan, yaitu profesi, profesional,
profesionalisme, profesionalitas dan profesionalisasi.5
a. Profesi adalah suatu jabatan atau pekerjaan yang menuntut keahlian dari para
petugasnya. Artinya, pekerjaan yang disebut profesi itu tidak dapat dilakukan oleh
orang yang tidak terlatih dan tidak disiapkan secara khusus terlebih dahulu untuk
melakukan pekerjaan.
b. Profesional adalah pekerjaan atau kegiatan yang dilakukan oleh seseorang dan
menjadi sumber penghasilan kehidupan yang memerlukan keahlian atau
kecakapan yang memenuhi mutu atau norma tertentu serta memerlukan pendidikan profesi. Menurut Djam’an Satori Profesional menunjukk kepada dua hal. Pertama, orang yang menyandang suatu profesi; misalnya sebutan ‘Dia
seorang professional.’ Kedua, sifat penampilan seseorang dalam melakukan
pekerjaan yang sesuai dengan profesinya. dalam kegiatan sehari-hari seorang
profesional melakukan pekerjaan sesuai dengan bidang ilmu yang telah
dimilikinya, jadi tidak asal-asalan.6
4
Rusman, Belajar dan Pembelajaran ….. Hlm. 150
5 Mochammad Nursalim, Pengembangan Profesi Bimbingan dan Konseling, (Jakarta: Erlangga,
2015), Hlm. 12
c. Profesionalisme berasal dari kata profesi yang artinnya suatu bidang pekerjaan
yang ingin atau akan ditekuni oleh seseorang.7 Profesionalisme mengacu kepada
sikap para anggota suatu profesi terhadap profesinya serta derajat pengetahuan
dan keahlian yang mereka miliki dalam rangka melakukan pekerjaannya.8
d. Profesionalitas merujuk kepada kualitas para anggota atau petugas dalam suatu
profesi.9
e. Profesionalisasi menunjukan pada proses peningkatan kualifikasi maupun kualitas
atau kemmapuan para anggota atau petugas suatu profesi dalam memenuhi
criteria serta penampilan standar sebagai anggota suatu profesi. Profesionalisasi
pada dasarnya merupakan serangkaian proses pengembangan keprofesionalan,
baik dilakukan melalui pendidikan/latihan dalam jabatan (in-service training).
Oleh sebab itu, profesionalisasi merupakan proses yang berlangsung sepanjang
hayat, sejagat hayat dan tanpa henti. 10
B. Ciri-Ciri Profesi
Menurut Mukhtar Lutfi, ada delapan kriteria yang harus dipenuhi oleh
suatu pekerjaan agar dapat disebut sebagai profesi, yaitu:
1. Panggilan hidup yang sepenuh waktu
2. Pengetahuan dan kecakapan atau keahlian
3. Kebakuan yang universal
4. Pengabdian
5. Kecakapan diagnostik dan kompetensi aplikatif
6. Otonomi
7. Kode etik
8. Klien
Sedangkan Rochman Natawidjaja dikutip dalam buku Syafruddin Nurdin
berjudul Guru Profesional dan Implementasi kurikulum, mengemukakan beberapa
kriteria sebagai ciri suatu profesi, yaitu:
7
Rusman, Belajar dan Pembelajaran ….. Hlm. 149
8 Mochammad Nursalim, Pengembangan Profesi ….. Hlm. 12
9 Mochammad Nursalim, Pengembangan Profesi ….. hlm. 12
1. Ada standar untuk kerja yang baku dan jelas,
2. Ada lembaga pendidikan khusus yang menghasilkan pelakunya dengan
program dan jenjang pendidikan yang baku serta memiliki standar akademik
yang memadai dan yang bertanggung jawab tentang pengembangan ilmu
pengetahuan yang melandasi profesi,
3. Ada organisasiyang memadai para pelakunya untuk mempertahankan dan
memperjuangkan eksistensi dan kesejahteraannya,
4. Ada etika dan kode etik yang mengatur prilaku para pelakunya dalam
memperlakukan kliennya,
5. Ada sistem imbalan terhadap jasa layanannya yang adil dan baku,
6. Ada pengakuan masyarakat (profesional, penguasa dan awam) terhadap
pekerjaan itu sebagai suatu profesi.11
Adapun Chander di kutip dalam buku Mohammad Mustari berjudul
Manajemen Pendidikan, mengemukakan ciri-ciri profesi sebagai berikut:
1. Lebih meningkatkan layanan kemanusiaan melebihi kepentingan pribadi.
2. Masyarakat mengakui bahwa profesi itu status yang tinggi.
3. Praktik profesi itu didasarkan pada suatu penguasaan pengetahuan yang
khusus.
4. Profesi itu ditantang untuk memiliki keaktifan intelektual.
5. Hak untuk memiliki standar kualifikasi professional ditetapkan dan dijamin
oleh kelompok organisasi profesi.12
Sedangkan menurut More di kutip dalam buku Mohammad Mustari
berjudul Manajemen Pendidikan , ciri profesi adalah sebagai berikut:
1. Seorang profesional menggunakan waktu penuh untuk menjalankan
pekerjaannya.
2. Ia terikat oleh suatu panggilan hidup, dan dalam hal ini ia memperlakukan
pekerjaannya sebagai seperangkat norma kepatuhan dan perilaku.
11
Syafruddin Nurdin, Guru Profesional dan Implementasi kurikulum, (Jakarta: Quantum Teaching, 2005), Cet. 3, Hlm. 14-16
12 Mohammad Mustari, ManajemenPendidikan, (Jakarta: PT Raja GrafindoPersada, 2014) Cet.1,
3. Ia anggota organisasi profesional yang formal.
4. Menguasai pengetahuan yang berguna dan atas dasar latihan spesialisasi atau
pendidikan yang amat khusus.
5. Ia terikat oleh syarat-syarat kompetensi khusus.13
13
C. Hakikat Profesi Guru
Profesi guru masih dihadapkan kepada banyak permasalahan, karena
profesi guru merupakan suatu profesi yang sedang tumbuh, semua
permasalahannya masih relevan untuk dibicarakan, salah satu diantaranya profesi
harus melalui pendidikan keguruan. Hal ini sejalan dengan UU No. 14 Tahun
2005 Pasal 8 yang menyatakan guru wajib memiliki kualifikasi akademis,
kompetensi, sertifikasi pendidik, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki
kemampuan yang menunjang tercapainya tujuan pendidikan nasional. Kemudian
pasal 9 menyatakan kuaifikasi akademis sebagaimana dimaksud pasal 8 diperoleh
melalui pendidikan tinggi program sarjana atau program diploma empat.14
Ada 2 jenis bidang profesi. Pertama, profesi khusus; yaitu para
profesional yang melaksanakan profesi secara khusus untuk mendapatkan nafkah
atau penghasilan tertentu sebagai tujuan pokoknya. Misalnya, profesi di bidang
ekonomi, politik, hukum, kedokteran, pendidikan, teknik, humas dan sebagai jasa
konsultan. Kedua, profesi luhur; yaitu para profesional yang melaksanakan
profesinya, tidak lagi untuk mendapatkan nafkah sebagai tujuan utamanya,tetapi
sudah merupakan dedikasi atau sebagai jiwa pengabdiannya semata-mata.
Misalnya, kegiatan profesi di bidang keagamaan, pendidikan, sosial, budaya, dan
seni.15
Dalam dunia pendidikan, guru adalah faktor penting dan utama. Karena,
guru adalah orang yang bertanggung jawab terhadap perkembangan jasmanai dan
rohani peserta didik. Terutama di sekolah, guru berperan sangat penting untuk
mencapai kedewasaan peserta didik sehingga ia menjadi manusia yang paripurna
dan mengetahui tugas-tugasnya sebagai manusia.16 Guru adalah figur inspirator
dan motivator murid dalam mengukir masa depannya. Jika guru mampu menjadi
sumber inspirasi dan motivasi bagi anak didiknya, maka hal itu akan menjadi
kekuatan anak didik dalam mengejar cita-cita besarnya di masa depan.17
14 Mohammad Mustari, ManajemenPendidik……. Hlm.134
15
Rismawaty, Kepribadian dan Etika Profesi, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2008), Cet.1, Hlm.57
16 Kunandar, Guru Profesional,(Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2011), Hlm. 54
17Jamal Ma’mur Asmani, Tips menjadi guru inspiratif kreatif dan inofatif, (yogayakarta: Diva
Berikut ini merupkan peran guru dalam proses belajar mengajar:
1. Guru sebagai demonstrator
Melalui peranannya sebagai demonstrator, guru hendaknya senantiasa
menguasai bahan atau materi pelajaran yang akan diajarkannya serta
senantiasa mengembangkannya. Dalam arti untuk meningkatkan kemampuan
dalam hal ilmu yang dimilikinya, karena hal ini sangat menentukan hasil
belajar yang dicapai siswa. Salah satu yang harus diperhatikan guru, bahwa
guru sendiri adalah pelajar. Artinya bahwa guru harus terus menerus belajar.
Dengan cara demikian guru akan memperkaya dirinya dengan berbagai ilmu
pengetahuan sebagai bekal dalam melaksanakan tugasnya sebagai pengajar
dan demonstrator sehingga mampu memperagakan apa yang di ajarkan nya
secara didaktis. Maksudnya, apa yang di sampaikan oleh guru betul-betul
dimiliki oleh anak didik18
2. Guru sebagai pengelola kelas
Dalam peranannya sebagai pengelola kelas (learning manager), guru
hendaknya mampu mengelola kelas sebagai lingkungan belajar serta aspek
dari ingkungan sekolah yang perlu diorganisasi. Lingkungan ini diatur dan
diawasi agar kegiatan-kegiatan belajar terarah kepada tujuan-tujuan
pendidikan. Lingkungan yang baik adalah yang bersifat menantang dan
merangsang siswa untuk belajar, memberikan rasa aman dan kepuasan dalam
mencapai tujuan. Tujuan umum pengelolaan kelas ialah menyediakan dan
menggunakan fasilitas kelas untuk bermacam-macam kegiatan belajar
mengajar agar mencapai hasil yang baik. Sedangkan tujuan khususnya adalah
mengembangkan kemampuan siswa dalam menggunakan alat-alat belajar,
menyediakan kondisi-kondisi yang memungkinkan siswa bekerja dan belajar
serta membantu siswa memperoleh hasil yang diharapkan.19
18Moh. Uzer usman, Menjadi guru professional, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2011), Hlm. 9
3. Guru sebagai mediator dan fasilitator
Sebagai mediator, guru hendaknya memiiki pengetahuan dan pemahaman
yang cukup tentang media pendidikan. Karena, media pendidikan merupakan
alat komunikasi untuk lebih mengefektifkan proses belajar mengajar. Dengan
demikian media pendidikan merupakan dasar yang sangat diperlukan yang
bersifat melengkapi dan merupakan bagian dan integral demi berhasilnya
proses pendidikan dan pengajaran di sekolah. Guru tidak hanya cukup
memiliki pengetahuan tentang media pendidikan tetapi juga harus memiliki
keterampilan memilih dan menggunakan media itu dengan baik. Untuk itu
guru perlu mengalamai latihan-latihan praktek secara kontinu dan sistematis,
baik melalui pre-service maupun melalui inservice training. Memilih dan
menggunakan media pendidikan harus sesuai dengan tujuan, materi, metode,
evaluasi dan kemampuan guru serta minat dan kemampuan siswa.
Sebagai fasilitator guru hendaknya mampu mengusahakan sumber belajar
yang berguna serta dapat menunjang pencapaian tujuan dan proses belajar
mengajar, baik yang berupa narasumber, buku teks, majalah, atau surat
kabar.20 Sebagai fasilitator juga, guru bertugas memfasilitasi murid untuk
menemukan dan mengembangkan bakatnya. Menemukan bakat anak didik
bukan persoalan mudah, karena ia membutuhkan eksperimentasi maksimal,
latihan terus menerus dan evaluasi rutin.21
4. Guru sebagai evaluator
Setiap jenis pendidikan selama satu periode pasti akan diadakan evaluasi.
Artinya bahwa pada waktu-waktu tertentu selama satu periode, selalu
mengadakan penilaian terhadap hasil yang telah dicapai, baik oleh pihak
terdidik maupun oleh pendidik. Demikian pula dalam satu kali proses belajar
mengajar, guru hendaknya menjadi seorang evaluator yang baik. Kegiatan ini
dimaksudkan untuk mengetahui apakah tujuan yang telah dirumuskan itu
tercapai atau belum dan begitu juga dengan materi yang diajarkan apakah
20Moh. Uzer usman, Menjadi guru professional, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2011), Hlm. 11
21Jamal Ma’mur Asmani, Tips menjadi guru inspiratif kreatif dan inofatif, (yogayakarta: Diva
sudah cukup tepat. Sehingga, melalui kegiatan evaluasi atau penilaian semua
pertanyaan tersebut akan bisa dijawab.22
D. Kedudukan dan Fungsi Profesi Guru
Dalam Undang-Undang Republik Indonesia No. 14 Tahun 2005 Tentang
Guru dan Dosen menyatakan bahwa guru mempunyai fungsi, peran dan
kedudukan yang sangat strategis dalam pembangunan nasional dalam bidang
pendidikan. Pembangunan nasional dalam bidang pendidikan yang dimaksud
adalah upaya mencerdaskan kehidupan bangsa dan meningkatkan kualitas
manusia yang beriman, bertakwa dan berakhlak mulia serta menguasai ilmu
pengetahuan, tekhnologi dan seni dalam mewujudkan masyarakat yang maju, adil,
makmur dan beradab berdasarkan Pancasila dan UUD 1945. Sehingga, guru perlu
dikembangkan sebagai profesi yang bermartabat.23
Selanjutnya, dalam Undang-Undang Tentang Guru dan Dosen pada Bab II
pasal 2 ayat (1) juga menyatakan bahwa guru mempunyai kedudukan sebagai
tenaga profesional pada jenjang pendidikan dasar, pendidikan menengah dan
pendidikan anak usia dini pada jalur pendidikan formal yang diangkat sesuai
dengan peraturan perundang-undangan. Adapun pada ayat (2) menyatakan bahwa
pengakuan kedudukan guru sebagai tenaga profesional dibuktikan dengan
sertifikat pendidik. Kedudukan guru sebagai tenaga profesional tersebut,
berfungsi untuk meningkatkan martabat dan peran guru sebagai agen
pembelajaran juga berfungsi untuk meningkatkan mutu pendidikan nasional.
(pasal 4).24
22Jamal Ma’mur Asmani,
Tips menjadi guru inspiratif kreatif dan inofatif, (yogayakarta: Diva Press, 2010), Hlm. 11-12
23 Hasbullah, Dasar-dasar Ilmu Pendidikan, (Jakarta: Rajawali Press, 2015), Cet. 12, Hlm. 355
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari uraian makalah diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa:
1. Profesi adalah suatu bidang pekerjaan atau keahlian tertentu yang mensyaratkan
kompetensi intelektualitas, sikap dan keterampilan tertentu yang diperoleh
melalui proses pendidikan secara akademis yang intensif.
2. Ada standar untuk kerja yang baku dan jelas, Ada etika dan kode etik, Menguasai
pengetahuan yang berguna dan atas dasar latihan spesialisasi atau pendidikan
yang amat khusus, terikat oleh suatu panggilan hidup, dan dalam hal ini ia
memperlakukan pekerjaannya sebagai seperangkat norma kepatuhan dan perilaku
serta Ada pengakuan masyarakat (profesional, penguasa dan awam) terhadap
pekerjaan itu sebagai suatu profesi.
3. Sebagaimana dalam Undang-Undang Republik Indonesia No. 14 Tahun 2005
Tentang Guru dan Dosen menyatakan bahwa guru mempunyai fungsi, peran dan
kedudukan yang sangat strategis dalam pembangunan nasional dalam bidang
pendidikan.
4. Serta guru mempunyai hakikat sebagai demonstrator, pengelola kelas, mediator
DAFTAR PUSTAKA
Emma S. McDonald dan Dyan M. Hersman. Guru dan kelas cemerlang. Jakarta: PT.
Indeks, 2011 Cet.1
Hasbullah. Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
1996
Kunandar. Guru Profesional. Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2011
Ma’mur Asmani, jamal. Tips menjadi guru inspiratif kreatif dan inofatif. Yogyakarta:
Diva Press, 2010
Muchtarom Zuhairini. Sejarah Pendidikan Islam. Jakarta: Bumi Aksara. 1997
Mustari, Mohammad. ManajemenPendidikan. Jakarta: PT Raja GrafindoPersada. 2014
Cet.1
Nata, Abuddin. Sejarah Pendidikan Islam. Jakarta: Kencana. 2011
Nurdin, Syafruddin. Guru Profesional dan Implementasi kurikulum, Jakarta: Quantum
Teaching, 2005. Cet. 3
Nursalim, Mochammad. Pengembangan Profesi Bimbingan dan Konseling, Jakarta:
Erlangga, 2015
Rismawaty. Kepribadian dan Etika Profesi. Yogyakarta: Graha Ilmu, 2008. Cet.1
Rusman. Belajar dan Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, Jakarta:
Kencana, 2017. Cet. ke 1