• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengembangan Modul Matematika dengan Pen

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Pengembangan Modul Matematika dengan Pen"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

Pengembangan Modul Matematika

dengan Pendekatan

Saintifik

pada Materi Garis dan Sudut di Smp

Muhammadiyah 06 Dau

Ryan Nizar Zulfikar Magister Pendidikan Matematika Universitas Muhammadiyah Malang

E-mail : ryannizar93@yahoo.com

Abstrack: The purpose of this study is to develop teaching materials with scientific approach toward Mathematics learning in term of module and investigate the effectiveness of module which is developed based on the validity between experts and students’responses. The research design applied in this study are research method and development. The validity result of media and matter experts showed that the module is suitable to be applied in learning process. Then, the result of the test obtained 82.86% of average score which meets the category of very well. In summary, the development of Module with Scientific approach gained students’ responses and suitable to be implemented as media in learning process. Based on the result of this study, it could be concluded that the published results in journal is proper for references of module development caused more applicative and met several up-to-date aspect.

Keywords: scientific approach, mathematics module, students’ responses

Abstrak: Tujuan penelitian ini adalah untuk mengembangkan bahan ajar dengan pendekatan saintifik pada pembela-jaran matematika dalam bentuk modul dan mengetahui keefektifan modul yang dikembangkan berdasarkan kevalidan para ahli dan respon siswa dan siswi. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian dan pengembangan. Hasil validasi para ahli media dan materi, modul dinyatakan layak, untuk selanjutnya digunakan dalam pembelajaran. Hasil uji coba didapatkan skor rata-rata keseluruhan 82,86% yang artinya masuk dalam kategori sangat baik. Dengan demikian dapat disimpulkan pengembangan modul dengan pendekatan Saintifik ini mendapatkan respon yang baik dari siswa dan layak digunakan sebagai media dalam proses pembelajaran. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa hasil-hasil penelitian yang telah terpublikasikan di jurnal layak digunakan sebagai rujukan pengembangan modul karena lebih aplikatif dan memenuhi unsur kekinian.

Kata kunci: pendekatan saintifik, modul matematika, respon siswa.

Pendahuluan

Dunia pendidikan Indonesia saat ini sangat membutuhkan sosok pendidik yang mempunyai dedikasi yang tinggi dalam menjalankan tugas profesionalnya. Namun pada kenyataannya sebagian guru masih enggan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran, cenderung pada metode klasik (ceramah dan tanya jawab) dalam menyampaikan materi pembelajaran. Terbukti dengan pengkajian yang telah dilakukan oleh Tim PPPG Matematika Yogyakarta (2001) menghasilkan temuan bahwa 84% guru matematika SLTP masih sering menggunakan metode tanya jawab. Selain itu, 76% guru matematika SLTP juga masih sering menggunakan metode ceramah. Bahkan, setelah ceramah dan tanya jawab, sang guru kelihatannya juga terbiasa dengan menggunakan metode pemberian tugas. Hal ini terlihat 65% guru matematika SLTP juga biasa menggunakan metode pemberian tugas tersebut. Hal ini tentunya berdampak dengan tingkat kesulitan belajar siswa dalam menangkap materi yang disampaikan. belajar merupakan proses atau usaha yang dilakukan tiap individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku baik dalam bentuk pengetahuan, keterampilan maupun sikap dan nilai yang positif sebagai pengalaman yang telah dipelajari seumur hidup, sejak masih bayi (bahkan dalam kandungan) hingga liang lahat (Arsyad, 2011; Aunurrahman, 2010). Pembelajaran adalah suatu kondisi yang dengan sengaja diciptakan oleh guru guna membelajarkan siswa (Rusman, 2012). Menurut Syaiful (2010) mengartikan pembelajaran sebagai upaya penataan lingkungan yang memberi nuansa agar program belajar tumbuh dan berkembang secara optimal. Dari pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran adalah suatu upaya yang dilakukan oleh guru untuk menyampaikan ilmu pengetahuan, mengorganisir, dan menciptakan sistem lingkungan dengan berbagai metode sehingga siswa dapat melakukan kegiatan belajar secara efektif dan efisien serta dengan hasil yang optimal.

(2)

manusia yang berhubungan dengan ide, proses, dan penalaran (Suherman, 2003). Pembelajaran matematika pada umumnya adalah dimulai dengan menjelaskan definisi, contoh soal, dan latihan soal sehingga guru dapat memvariasikan pembelajaran matematika di kelas agar siswa mudah dalam memahami pelajaran matematika. Menurut Hosnan (2014) Pendekatan saintifik dimaksudkan untuk memberi pemahaman kepada peserta didik dalam mengenal, memahami berbagai materi menggunakan pendekatan ilmiah, bahwa informasi bisa berasala dari mana saja, kapan saja, tidak bergantung pada informasi searah dari guru. Oleh karena itu, kondisi pembelajaran yang diharapkan tercipta diarahkan untuk mendorong peserta didik dalam mencari tahu dari berbagai sumber melalui observasi, dan bukan hanya diberi tahu. Agar siswa dapat mengalami sendiri bagaimana menyelesaikan suatu permasalahan,maka siswa memerlukan kegiatan menyelesaikan maslah itu sendiri. Setelah melakukan rangkaian kegiatan tersebut, diharapkan siswa secara mandiri dapat menyelesaikan masalah lain dengan langkah yang sistematis agar diperoleh pemecahan masalah matematika yang tepat.

Menurut Prastowo (2011) dalam realitas pendidikan di lapangan, kita lihat banyak pendidikan yang masih menggunakan bahan ajar yang konvensional, yaitu bahan ajar yang siap pakai, tinggal beli, instan, serta tanpa upaya merencanakan, menyiapkan, dan menyusunnya sendiri. Dengan demikian, resikonya sangat dimungkinkan bahan ajar yang mereka pakai itu tidak kreatif, tidak menarik, monoton, dan tidak sesuai dengan kebutuhan peserta didik. Bentuk-bentuk bahan ajar konvensional biasanya seperti buku-buku teks pelajaran yang diperjualbelikan di toko-toko buku, buku sumbangan dari pemerintah, dan atau LKS yang dibeli melalui para penyalur yang sering datang ke sekolah-sekolah.

Menurut penelitian Jamaludin (2012) pengamat perbukuan dan direktur Yayasan Buku Cerdas Jakarta, ada lima kelemahan buku teks. Lima kelemahan tersebut yaitu bahasa, desain grafis, metodologi penulisan, dan strategi indexing, penggunaan referensi lama. Akibatnya, siswa sulit memahami buku yang dibacanya, kurang motivasi belajar siswa. Dengan kondisi pembelajaran yang demikian maka sulit diharapkan pencapaian tujuan pembelajaran secara optimal.

Penggunaan lembar kerja siswa (LKS) sebagai pendamping dalam pembelajaran matematika kurang dapat memenuhi kebutuhan siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran matematika yang optimal. Misalnya ketika siswa membutuhkan pengantar pemahaman materi yang memerlukan penalaran, LKS tidak menyediakan ilustrasi ataupun permasalahan dalam kehidupan sehari-hari. Penyajian materi LKS hanya berupa ringkasan materi yang tentunya tidak cukup sebagai referensi pembelajaran matematika, sedangkan siswa memerlukan pemaparan materi yang memungkinkan untuk mencapai tujuan pembelajaran.

Pengalaman belajar siswa dapat diperoleh tidak hanya dari kelas, siswa dapat belajar dari lingkungan sekitar kapanpun dan dimanapun ia berada. Tetapi belajar dengan fokus materi tertentu bisa didapatkan siswa dari buku pelajaran dengan fasilitas seorang pengajar/guru. Oleh karena itu perlu dibuat sumber belajar yang dapat menggabungkan materi dan pengajaran komunikatif untuk memberikan pengalaman belajar pada masing-masing siswa. Sumber belajar diharapkan dapat memenuhi kebutuhan belajar siswa dan dapat menyesuaikan dengan kecepatan pemahaman masing-masing siswa. Sumber belajar tersebut paling tidak memuat materi matematika tertentu, memuat kegiatan pembelajaran, lembar kerja siswa, dan pedoman guru untuk memanfaatkan sumber belajar tersebut dalam pembelajaran.

Solusi yang perlu dipertimbangkan adalah penggunaan bahan ajar modul dalam proses pembelajaran. Dengan sistem pembelajaran modul ini, siswa mendapat kesempatan lebih banyak untuk belajar sendiri, membaca uraian, dan petunjuk di dalam lembaran kegiatan, menjawab pertanyaanpertanyaan serta melaksanakan tugas-tugas yang harus diselesaiakan dalam setiap tugas. Modul merupakan suatu unit program pengajaran yang disusun dalam bentuk tertentu untuk keperluan belajar. Menurut makna istilah asalnya modul adalah alat ukur yang lengkap, merupakan unit yang dapat berfungsi secara mandiri, terpisah, tetapi dapat berfungsi sebagai kesatuan dari seluruh unit lainnya. Pada kenyataannya modul merupakan jenis kesatuan kegiatan belajar yang terencana, dirancang untuk membantu para siswa secara individual dalam mencapai tujuan belajarnya (Diknas, 2004).

(3)

pemakainya artinya penggunaan bahasa yang sederhana, mudah dimengerti serta penampilan gambar yang sesuai dengan selera peserta didik, itu merupakan salah satu bentuk User Friendly. Sesuai dengan masalah-masalah yang telah di jabarkan di atas, maka tujuan dari penelitian pengembangan ini adalah mengembangkan modul matematika dengan pendekatan saintifik sebagai bahan ajar pada materi pokok garis dan sudut di SMP Muhammadiah 06 Dau.

Metode Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif dan kuantitatif. Objek dalam penelitian ini adalah pengembangan modul dengan pendektan saintifik pada materi garis dan sudut.Sumber data adalah siswa kelas IX_C SMP Muhammmadiyah 06 Dau dan peneliti. Data diambil melalui validasi para ahli untuk mengetahui kevalidan suatu bahan ajar dan layak digunakan untuk uji coba di sekolah, respon siswa untuk mengetahui tingkat kemampuan individu siswa dalam proses pembelajaran matematika dengan menggunakan modul. Analisis data dilakukan dengan menghitung persentase nilai pada setiap indikator untuk mengetahui tingkat pencapaian kevalidan, respon siswa dalam proses pembelajaran dengan menggunakan bahan ajar modul.

Hasil Penelitian

Pada bagian ini akan diuraikan hasil penelitian yang terdiri dari hasil pengembangan modul, hasil analisis lembar penilaian (validasi ahli), serta hasil analisis angket respon siswa pada saat uji produk. Proses pengembangan modul dengan pendekatan saintifik ini terdiri dari 3 tahapan yaitu tahap pendahuluan, tahap pengembangan, dan tahap evaluasi.

Setelah dibuat media pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan maka selanjutnya yaitu memvalidasi produk. Validasi produk ini melibatkan 2 dosen dan satu guru mata pelejaran matematika SMP Muhammadiyah 06 Dau. Alat yang digunakan untuk validasi adalah lembar validasi.

Tabel 1 Hasil Uji Validasi Ahli Materi Dan Media

No Aspek Rata-rata tiap

Setelah dilakukan validasi modul, langkah selanjutnya adalah melakukan analisis terhadap hasil dari validasi masing-masing validator. Analisis dimulai dengan mencari rata-rata tiap sub-aspek dengan menjumlahkan hasil validasi dari kedua validator dan membaginya dengan banyaknya validator, menghitung rata-rata tiap aspek dengan menjumlah rata-rata sub-aspek tiap aspeknya dan membaginya dengan banyaknya sub-aspek tiap aspeknya. Dari hasil rata-rata tiap aspek kemudian menentukan kategori kevalidan dengan mencocokkan rata-rata persentase skor tiap aspek dengan kategori kevalidan yang ditetapkan. Lembar validasi ini dapat dilihat pada lampiran.

(4)

valid dan layak digunakan sebagai media pembelajaran. Dilihat dari aspek evaluasi dan umpan balik mendapatkan data bahwa hasil penelitian mendapat nilai rata-rata 3,33 karena nilai rata-rata ¿3,25 sehingga berada pada kategori sangat valid yang artinya dari aspek evaluasi dan umpan balik, media ini sangat valid dan sangat layak digunakan sebagai media pembelajaran.

Dari kelima aspek materi dan media yang dinilai oleh 3 validator, aspek umpan balik dan evaluasi yang mendapatkan rata-rata yang paling tinggi dibanding dengan aspek-aspek yang lainnya dan mendapatkan nilai yang sangat valid yaitu 3,33, karena modul dapat membantu guru dalam proses pembelajaran serta umpan balik dan evaluasi yang ada pada modul sangat membantu siswa dalam mengelolah perolehan belajarnya yang didapat dari proses belajar dengan menggunakan modul. Sedangkan untuk aspek bahasa mendapatkan nilai rata-rata yang paling rendah. Dalam hal bahasa yang digunakan masih belum membuat siswa dapat memhami maksud dan tujuan,dan simbol penulisan yang masih belum bagus. Media yang baik harus mampu untuk dimodifikasi sedemikian rupa bahasa dan syimbol matematika sehingga tampak lebih menarik, interkatif dan edukatif. Oleh karena itu media modul ini dapat dijadikan sarana dan alat bantu guru dalam proses pembelajaran. Dengan media yang menarik siswa akah lebih mudah untuk memahami dan menangkap pesan dan informasi yang disampaikan oleh guru dalam proses pembelajaran, sehinggan tujuan dari pembelajaran dapat tercapai lebih optimal.

Secara umum dapat disimpulkan bahwa dari penjelasan 5 aspek diatas maka secara keseluruhan hasil penilaian ahli media dan materi pada “modul matematika dengan pendekatan saintifik” dikatakan valid dengan rata-rata 3,03. Dengan demikian media pembelajaran ini sangat layak digunakan sebagai media pembelajaran.

Hasil analisis persentase angket respon siswa terhadap modul matematika dengan pendekatan saintifik yang dikembangkan dapat dilihat pada tabel 2 berikut ini. Uji coba produk dilakukan di SMP Muhammadiyah 06 Dau kelas IX-C dengan sampel 30 siswa. Uji coba produk ini dilakukan pada tanggal 8-10 oktober 2014. Pada tanggal 8 oktober peneliti melakukan uji coba produk di kelas dengan belajar sendiri dengan di dampingi oleh peneliti, pada saat uji coba sebelumnya siswa menggunakan modul sebagai media pembelajaran, peneliti menjelaskan sedikit petunjuk untuk mempelajari modul sehingga pembelajarannya dapat berjalan maksimal. Kemudian karna keterbatasan waktu yang dimiliki oleh peneliti maka dilanjutkan dirumah sebagai tugas mandiri sampai tanggal 9 oktober dan pada tanggal 10 oktober waktunya pengumpulan modul dan pengisian angket respon siswa. Pada saat uji coba siswa sangat antusias dengan media modul ini, mereka lebih mudah, lebih cepat dan lebih simpel dalam mempelajari garis dan sudut apalagi dengan menggunkan pendekatan saintifik siswa lebih senang mereka bisa belajar dengan contoh masalah-masalah dalam kehidupan sehari-hari dan bisa langsung membayangkannya dalam dunia nyata. Ketika siswa sudah menyelesaikan modul, masing-masing siswa diberikan angket untuk memberikan penilain terhadap media yang sudah mereka gunakan. peneliti memberikan angket siswa untuk mengetahui bagaimana respon siswa terhadap modul. Peneliti memberikan angket kepada siswa berisi 14 pertanyaan, setiap pertanyaan terdiri dari empat pilihan jawaban yaitu sangat setuju (SS), setuju (S), Kurang setuju (KS) dan tidak setuju (TS). Adapun aspek-aspek yang dijadikan acuan untuk angket respon siswa antara lain:materi pembelajaran, bahasa, tujuan pembelajaran. Data mengenai angket respon modul dianalisis dengan menghitung rata-rata skor untuk tiap aspek, menghitung persentase dari rata-rata skor tiap aspek, kemudian menentukan kategori respon siswa dengan mencocokkan rata-rata persentase skor tiap aspek menurut respon siswa sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan.

Tabel 2 Hasil Analisis Angket Respon Siswa pada Modul

No Kriteria

Persentase

rata-rata tiap aspek Keterangan

1. Materi pembelajaran 82,08% Sangat Baik

2. Bahasa 80,63% Baik

3. Tujuan pembelajaran 86,25% Sangat Baik

(5)

aspek yang memilik rata-rata hasil persentase yang paling kecil adalah aspek bahasa, ini artinya bahasa yang digunkan dalam modul ini belum bisa dipahami dan diserap oleh seluruh siswa secara maksimal. Data yang didapat dari uji coba yaitu kecilnya repson siswa untuk aspek bahasa dikarenakan sebagian dari siswa membaca soal dengan terburu-buru dan tidak memahami soal dengan teliti terlebih dahulu sebelum mengerjakannya. Siswa. Dalam pembuatan modul pembelajaran seorang guru perlu memperhatikan aspek-aspek perkembangan kognitif siswa, karena soal dan bahasa yang digunakan harus sesuai dengan perkembangan kognitif siswa sehingga soal mudah dipahami dan dikerjakan oleh siswa.

Secara umum dapat disimpulkan bahwa setiap aspek yang dinilai oleh siswa mendapat respon sangat baik dari siswa, maka modul yang dikembangkan dinyatakan sangat praktis, efektif dan efisien berdasarkan respon siswa kelas IX-C SMP Muhammadiyah 06 Dau dengan jumlah 30 siswa.

Simpulan

Berdasarkan proses pengembangan bahan ajar modul matematika dengan pendekatan saintifik di kelas IX-C SMP Muhammadiyah 06 Dau, maka dapat disimpulkan bahwa : Pengembangan bahan ajar modul ini terdiri dari 3 tahap, yaitu tahap pendahuluan, tahap pengembangan dan tahap evaluasi. Tahap pendahuluan terdiri dari tiga kegiatan yaitu studi literatur,studi lapang dan deskripsi awal. Tahap pengembangan yaitu difine, desaign, validasi modul , evaluasi dan perbaikan, serta bahan ajar modul. Pada tahap pengembangan ini dilakukan validasi oleh dua validator, validator yang ditunjuk oleh peneliti yaitu dua dosen matematika Universitas Muhammadiyah Malang dan satu guru SMP Muhammadiyah 06 Dau. Apabila hasil validasi modul dinyatakan belum valid maka harus dilakukan revisi terhadap modul. Namun, jika sudah dinyatakan valid maka moduldapat diujicobakan ke siswa kelas IX-C Muhammadiyah 06 Dau tahun ajaran 2014-2015. Dari 5 aspek kevalidan maka secara keseluruhan hasil penilaian media dan materi pada modul matematika dengan pendekatan saintifik dikatakan valid dengan rata-rata 3,02. Dengan demikian bahan ajar ini sangat layak digunakan sebagai media pembelajaran.

Hasil pengembangan modul dengan pendekatan saintifik dilihat dari repon siswa yaitu angket respon siswa menyebutkan bahwa didapat rata-rata 82,99% dan dapat dikategorikan mendapat respon sangat baik dari siswa. Karena rata-rata respon siswa sangat baik maka modul yang dikembangkan dapat dinyatakan berhasil berdasarkan respon siswa kelas IX-C SMP Muhammadiyah 06 Dau tahun ajaran 2014-2015 dengan jumlah siswa 30 siswa. Berdasarkan kriteria keberhasilan modul dilihat dari rata-rata persentase banyaknya siswa yang responnya sangat baik maka, media modul matematika dengan pendekatan saintifik dapat dikatakan berhasil.

Rujukan

Aunurrahman. (2010). Belajar dan Pembelajaran. Bandung : Penerbit Alfabeta Slameto. Arsyad, A. (2011). Media Pembelajaran. Jakarta: Rajawali Pers.

Asyhar, R. (2012) . Kreatif mengembangkan media pembelajaran. jakarta: ompleks megamall blok B22,25 & C15 Ciputat - Jakarta 15419.

Depertemen Pendidikan Nasional, (2008), Penulisan Modul. Direktorat Jendral PMPTK, Depdiknas,Jakarta. Hosnan, M. (2014). Pendekatan Saintifik dan Kontekstual Dalam Pembelajaran Abad 21.Bogor : Penerbit

Ghalia Indonesia, 2014.

Jamaludin, M. (2012). Perencanaan Pengajaran. Jakarta: Rineka Cipta... Baca Selengkapnya di : http://www.m-edukasi.web.id/2012/05/pelaksanaan-kegiatan-pembelajaran.html

Copyright www.m-edukasi.web.id Media Pendidikan Indonesia ( wktu di akses )

Prastowo, A. (2011). Panduan Kreatif Membuat Bahan Ajar Inovatif. Yogyakarta: Diva Press sampang Gg. Perkutut No.325-B .

Rusman. (2012). Belajar dan Pembelajaran Berbasis Komputer Mengembangkan Profesionalisme Guru Abad 21. Bandung: Alfabeta

Sugiyono, (2013). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung : Alfabeta.

Gambar

Tabel 1 Hasil Uji Validasi Ahli Materi Dan Media

Referensi

Dokumen terkait

Untuk  semua  kawan  yang  belum  disebutkan  dan  mungkin  terlalu  banyak  untuk  di  sebutkan  lagi.  Saya  ucapkan  terima  kasih  sebesar  besarnya 

Implementasi teknik pembelajaran kolaboratif dengan variasi media dapat meningkatkan hasil belajar IPS siswa kelas VIII D SMP Negeri 2 Kalijambe, baik dalam ranah kognitif

Dari hasil survey pada responden pengguna jaringan jalan tol JIUT untuk skenario dengan kenaikan tarif 10% pada saat jam sibuk memberikan dampak berkurangnya minat penggunaan

Dari tahun 1913 hingga 1925, Thailand mengeluarkan sejumlah undang-undang untuk membendung nasionalisme Cina dan memaksa orang Cina menjadi warga negara Thailand. Pada tahun

(i) Menyelesaikan masalah harian melibatkan operasi bergabung berkaitan isi padu cecair. KREATIVITI & INOVASI: mengaplikasikan ilmu matematik untuk mencari penyelesaian

We proposed an iris database for helping medical doc- tors in detecting colon disorder using image processing, however this database still need to be improved since the

PERBANDINGAN KEMAMPUAN LITERASI SAINS SISWA SMA PADA KONSEP SISTEM EKSKRESI MELALUI PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH DAN BERBASIS PROYEK. Universitas Pendidikan Indonesia

yang juga memiliki fungsi kerja yang sama dengan OTP yaitu menjumlah (xor) setiap karakter plainteks dengan kunci sehingga prinsip OTP dapat digunakan dalam