• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH KECERDASAN LOGIS MATEMATIS TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS VIII SMPN AUMAN TAHUN AJARAN 20162017 Institutional Repository of IAIN Tulungagung

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PENGARUH KECERDASAN LOGIS MATEMATIS TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS VIII SMPN AUMAN TAHUN AJARAN 20162017 Institutional Repository of IAIN Tulungagung"

Copied!
40
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Hakikat Matematika

Pada awalnya, matematika adalah ilmu hitung atau ilmu tentang

perhitungan angka-angka untuk menghitung berbagai benda ataupun yang

lainnya. Ini merupakan bentuk matematika sederhana yang dalam penggunaannya

dalam kehidupan sehari-hari sangat simpel. Misalnya, dalam skala yang kecil,

ilmu hitung ini digunakan oleh orang-orang zaman dahulu untuk menghitung

jumlah pasukan, menghitung jumlah barang atau uang yang harus ditukarkan saat

barter, menghitung hasil panen, dan lain sebagainya. Sedangkan dalam skala yang

lebih besar, ilmu hitung ini digunakan oleh orang-orang zaman dahulu untuk

mengukur ruang benda dan lainnya saat membuat rumah. Bahkan, dalam

membuat sebuah bangunan macam istana hingga candi, ilmu hitung ini (terutama

ilmu ukur) sangat mutlak digunakan.11

Matematika muncul pada saat dihadapinya masalah-masalah rumit yang

melibatkan kuantitas, struktur, ruang atau perubahan. Pada mulanya,

masalah-masalah itu dijumpai dalam aktivitas perdagangan untuk menghitung jumlah

barang dagangan dan harga atau uang yang hendak ditukarkan. Disusul kemudian,

masalah muncul dalam bidang pengukuran tanah, yakni saat seseorang melakukan

pengukuran tanah yang menjadi bagian miliknya diantara yang lainnya.

Selanjutnya, masalah muncul juga dalam bidang pelukisan, yakni saat seorang

11

(2)

mengukur luas dan lebar dari bidang lukisan, serta bagian-bagian gambar yang

hendak ditampilkan. Sampai akhirnya, masalah juga muncul pada pola-pola

penenunan saat seseorang menenun kain dan pencatatan waktu dalam berbagai

masalah kehidupan manusia.

Matematika sebagai ilmu hitung berkembang luas hingga tahun 3000 SM.

Ketika itu, orang Babilonia dan Mesir Kuno mulai menggunakan aritmatika,

aljabar, serta geometri untuk menghitung pajak dan urusan keuangan lainnya,

bangunan dan konstruksi, serta astronomi. Pengkajian matematika yang sistematis

di dalam kebenarannya sendiri dimulai pada zaman Yunani Kuno, yakni sekitar

600-300 SM. Sejak saat itu, matematika segera berkembang luas serta terdapat

interaksi yang bermanfaat antara matematika dan sains, yang menguntungkan

kedua belah pihak. Penemuan-penemuan matematika dibuat sepanjang sejarah dan

berlanjut hingga kini. Misalnya, beberapa ranah matematika ditemukan sebagai

metematika terapan, sehingga mereka digabungkan dengan tradisi-tradisi yang

bersesuaian di luar matematika dan menjadi disiplin yang memiliki hak tersendiri,

termasuk statistik, riset operasi, dan ilmu komputer.

Itulah sejarah dan dasar kegunaan ilmu matematika sebagai ilmu hitung.

Sebuah ilmu, ketika dipelajari, pasti memiliki esensi tertentu yang mendasari

mengapa kita mempelajarinya. Demikian halnya dengan matematika. Ilmu

matematika berkembang mulai dari operasi hitungan biasa, meningkat ke ilmu

aljabar, hingga perhitungan-perhitungan rumit kalkulus. Perkembangan

pembelajaran tersebut semestinya membuat kita lebih bisa memahami esensi

(3)

berpikir, penggunaan logika, dan perhitungan yang berbasis angka desimal hingga

ribuan angka ternyata membuat matematika menjadi ilmu yang abstrak.

Banyak pendapat dan cara pandang orang dalam memahami ilmu

matematika. Salah satu diantaranya ada yang memandang matematika sebagai

pelayan sekaligus raja dari ilmu-ilmu lain. Sebagai pelayan, matematika adalah

ilmu dasar yang mendasari dan melayani berbagai ilmu pengetahuan lain. Sejak

masa sebelum Masehi, misalnya zaman Mesir Kuno, cabang tertua dan termudah

dari matematika (aritmatika) sudah digunakan untuk membuat piramida,

menentukan waktu turun hujan, dan sebagainya.

Sedangkan sebagai raja, perkembangan matematika tak tergantung pada

ilmu-ilmu lain. Banyak cabang matematika yang dahulu biasa disebut matematika

murni, dikembangkan oleh beberapa matematikawan yang mencintai dan belajar

matematika hanya sebagai hobi tanpa mempedulikan fungsi serta manfaatnya

untuk ilmu-ilmu lain. Dengan perkembangan teknologi, banyak cabang

matematika murni yang ternyata dikemudian hari bisa diterapkan dalam berbagai

ilmu pengetahuan dan teknologi mutakhir. Jadi, tanpa disadari, ilmu matematika

sebagai ilmu dasar hitung, sesungguhnya telah mengalami perkembangan dan

pemanfaatan yang luas dalam kehidupan serta kebutuhan manusia sehari-hari.12

Dari fenomena tersebut, maka ilmu matematika sebagai ilmu hitung pada

dasarnya adalah ilmu yang memiliki fungsi luas dalam kehidupan sehari-hari. Saat

ini, baik orang yang bodoh maupun pandai secara akademik, tanpa sadar selalu

menggunakan ilmu matematika dalam kehidupan sehari-hari, meski dalam konsep

(4)

yang sangat sederhana. Dalam konsep sederhana ini bisa diartikan sebagai

pengejawantahan dari ilmu hitung. Maka, sesungguhnya setiap orang sangat dekat

dengan ilmu matematika, bahkan bisa menggunakannya dalam kehidupan

sehari-hari.

Oleh sebab itu, sebenarnya tidak ada alasan yang tepat jika ada anggapan

yang mengatakan bahwa matematika itu sulit. Sebab, matematika termasuk ilmu

yang membumi, dimana hampir selalu digunakan oleh setiap orang dalam

kehidupan sehari-hari tanpa pandang bulu, dari hitungan sederhana sampai

hitungan terapan pada bidang khusus lainnya. Jadi, kalau kita ingin membuat ilmu

matematika mudah dan dicintai oleh anak, maka semestinya kita kembalikan

matematika itu sebagai ilmu dasar hitungan dan memperkenalkan manfaat dari

ilmu matematika itu sendiri.

B. Belajar

Arti kata belajar di dalam buku Kamus Umum Bahasa Indonesia adalah

berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu. Perwujudan dari berusaha adalah

berupa kegiatan sehingga belajar merupakan suatu kegiatan.

Menurut beberapa ahli pengertian belajar yaitu:

1. H. C. Witherington

Belajar adalah suatu perubahan pada kepribadian ditandai adanya pola

sambutan baru yang dapat berupa suatu pengertian.

2. Arthur J. Gates

(5)

3. L.D. Crow dan A. Crow

Belajar adalah suatu proses aktif yang perlu dirangsang dan dibimbing ke arah

hasil-hasil yang diinginkan (dipertimbangkan).

4. Melvin H. Marx

Belajar adalah perubahan yang dialami secara relatif abadi dalam tingkah laku

sebelumnya. Dalam hal ini, sering atau biasa disebut praktik atau latihan.

5. R.S. Chauhan

Belajar adalah membawa perubahan-perubahan dalam tingkah laku organisme.

6. Nini Subini

Belajar merupakan suatu perubahan tingkah laku pada diri seseorang melalui

proses tertentu.13

Dari berbagai definisi belajar yang telah dikemukakan para ahli tersebut

dapat ditarik semacam kesimpulan bahwa pada hakikatnya belajar adalah proses

penguasaan sesuatu yang dipelajari. Penguasaan itu dapat berupa memahami,

merasakan dan dapat melakukan sesuatu. Banyak hal yang dapat mempengaruhi

proses belajar seseorang, baik dari dalam (internal), luar (eksternal), maupun

faktor kecenderungan belajar.

Yang dimaksud faktor internal adalah faktor yang ada dalam diri individu

yang sedang melakukan belajar. Faktor internal meliputi faktor fisiologis dan

psikologis. Faktor fisiologis meliputi kesehatan dan cacat tubuh. Faktor psikologis

meliputi intelegensi, bakat minat, kematangan, motif, kelelahan, dan perhatian.

13

(6)

Sedangkan faktor eksternal adalah faktor yang dipengaruhi oleh kondisi

lingkungan di sekitar yang meliputi keluarga, sekolah dan masyarakat.14

Sekolah merupakan tempat belajar setelah keluarga dan masyarakat

sekitar. Salah satu faktor yang mempengaruhi proses belajar anak di sekolah

adalah metode mengajar guru. Di sekolah guru merupakan orang yang mendidik

anak dalam segala hal. Guru dan cara mengajarnya merupakan faktor penting

dalam menentukan keberhasilan anak dalam belajar.15

Dalam kegiatan belajar mengajar, metode sangat diperlukan oleh guru

untuk mentransfer ilmu kepada siswa. Banyak sekali metode mengajar yang dapat

digunakan guru saat kegiatan belajar mengajar berlangsung. Metode-metode

tersebut dapat dipilih sesuai dengan tujuan belajar yang ingin dicapai.

C. Hasil Belajar

1. Hasil belajar menurut Gagne

Dalam mengajar, kita selalu sudah mengetahui tujuan yang harus

kita capai dalam mengajarkan suatu pokok bahasan. Untuk itu, kita

merumuskan Tujuan Instruksional Khusus, yang didasarkan pada

Taksonomi Bloom tentang tujuan-tujuan perilaku, yang meliputi tiga

domain: kognitif, afektif, dan psikomotorik. Gagne mengemukakan lima

macam hasil belajar, tiga diantaranya bersifat kognitif, satu bersifat afektif,

dan satu lagi bersifat psikomotorik.

Penampilan-penampilan yang dapat diamati sebagai hasil-hasil

belajar disebut kemampuan. Menurut Gagne, ada lima kemampuan.

14

Ibid., hal. 85 15

(7)

Ditinjau dari segi-segi yang diharapkan dari suatu pengajaran atau

instruksi, kemampuan itu perlu dibedakan karena kemampuan itu

memungkinkan berbagai macam penampilan manusia dan juga karena

kondisi-kondisi untuk memperoleh berbagai kemampuan itu berbeda.

Sebagai contoh misalnya, suatu pelajaran dalam sains dapat mempunyai

tujuan umum untuk memperoleh hasi-hasil belajar sebagai: (1)

memecahkan masalah-masalah tentang kecepatan, waktu, dan percepatan;

(2) menyusun eksperimen untuk meguji secara ilmiah suatu hipotesis; (3)

memberikan nilai-nilai pada kegiatan-kegiatan sains. Kemampuan pertama

disebut keterampilan intelektual karena keterampilan itu

merupakanpenampilan yang yang ditunjukkan oleh siswa tentang operasi

intelektual yang dapat dilakukannya. Kemampuan kedua meliputi

penggunaan strategi kognitif karena siswa perlu menunjukkan penampilan

yang kompleks dalam suatu situasi baru, dimana diberikan sedikit

bimbingan dalam memilih dan menerapkan aturan dan konsep yang telah

dipeljari sebelumnya. Nomor tiga berhubungan dengan sikap atau

mungkin sekumpulan sikap yang dapat ditunjukkan oleh perilaku yang

mencerminkan pilihan tindakan terhadap kegiatan-kegiatan sains. Nomor

empat pada hasil belajar Gagne ialah informasi verbal, dan yang terakhir

keterampilan motorik.

2. Pengertian Hasil Belajar Matematika

Hasil belajar dapat dijelaskan dengan memahami dua kata yang

(8)

menunjuk pada suatu perolehan akibat dilakukannya suatu aktivitas atau

proses yang mengakibatkan berubahnya input secara fungsional.16 Dan

belajar adalah aktivitas mental atau psikis yang berlangsung dalam

interaksi aktif dengan lingkungan yang menghasilkan

perubahan-perubahan dalam pengetahuan, keterampilan, dan sikap. Perubahan itu

diperoleh melalui usaha (bukan karena kematangan), menetap dalam

waktu yang relatif lama dan merupakan hasil pengalaman.17 Jadi hasil

belajar adalah perubahan perilaku yang terjadi setelah mengikuti proses

belajar mengajar sesuai dengan tujuan pendidikan.18

Hasil belajar atau achievement merupakan realisasi atau pemekaran

dari kecakapan-kecakapan potensial atau kapasitas yang dimiliki

seseorang. Penguasan hasil belajar oleh seseorang dilihat dari perilakunya,

baik perilaku dalam bentuk penguasaan pengetahuan, keterampilan berfikir

maupun keterampilan motorik. Hampir sebagian besar dari kegiatan atau

perilaku yang diperlihatkan seseorang merupakan hasil belajar. Di sekolah

hasil belajar ini dapat dilihat dari penguasaan siswa akan mata pelajaran

yang ditempuhnya. Tingkat penguasaan pelajaran atau hasil belajar dalam

mata pelajaran tersebut di sekolah dilambangkan dengan angka-angka atau

huruf, seperti angka 0 – 10 pada pendidikan dasar dan menengah dan huruf

A, B, C, D pada pendidikan tinggi.19

16

Purwanto, Evaluasi Hasil Belajar, (Yogyakarta: Pustaka Belajar, 2009), hal. 44 17

Ibid., hal. 39 18

Ibid., hal. 54 19

(9)

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa hasil belajar

matematika merupakan kemampuan yang diperoleh seseorang melalui

kegiatan belajar matematika. Hasil belajar matematika tersebut diukur

untuk mengetahui pencapaian tujuan pendidikan sehingga hasil belajar

matematika harus sesuai dengan tujuan pendidikan. Pengukuran dilakukan

agar pengambilan keputusan hasil belajar matematika dapat diambil secara

akurat.

3. Domain Hasil Belajar Matematika

Dalam pengembangan hasil belajar perlu dipahami domain yang

akan diukur sebelum menyusun alat ukur. Hasil belajar adalah perubahan

perilaku setelah melalui kegiatan belajar. Domain hasil belajar adalah

perilaku-perilaku kejiwaan yang akan diubah dalam proses pendidikan.

Perilaku kejiwaan itu dibagi dalam tiga domain, yaitu kognitif, afektif, dan

psikomotorik.20 Adapun penjelasan dari masing-masing domain tersebut

adalah sebagai berikut:

a. Hasil Belajar Kognitif

Hasil belajar kognitif adalah perubahan perilaku yang terjadi

dalam kawasan kognisi. Proses belajar yang melibatkan kognisi

meliputi kegiatan sejak dari penerimaan stimulus eksternal oleh sensori,

penyimpanan dan pengolahan dalam otak menjadi informasi hingga

pemanggilan kembali informasi ketika diperlukan untuk menyelesaikan

masalah. Kemampuan yang menimbulkan perubahan perilaku dalam

20

(10)

domain kognitif meliputi beberapa tingkat atau jenjang. Bloom

membagi dan menyusun secara hirarkis tingkat hasil belajar kognitif

mulai dari yang paling rendah dan sederhana yaitu hafalan samapi yang

paling tinggi dan kompleks yaitu evaluasi. Makin tinggi tingkat makin

kompleks dan penguasaan suatu tingkat mempersyaratkan penguasaan

tingkat sebelumnya. Adapun tingkatan dalam hasil belajar kognitif

adalah hafalan (C1), analisis (C4), sintesis (C5), dan evaluasi (C6).21

Dalam proses belajar kognitif perubahan yang terjadi pada peserta didik

terletak pada kemampuan berfikir.

b. Hasil Belajar Afektif

Hasil belajar afektif adalah internalisasi sikap yang menunjuk ke

arah pertumbuhan batiniah dan terjadi bila peserta didik menjadi sadar

tentang nilai yang diterima, kemudian mengambil sikap sehingga

menjadi bagian dari dirinya dalam membentuk nilai dan menentukan

tingkah laku.22 Krathwohl membagi hasil belajar afektif menjadi lima

tingkat yaitu penerimaan, partisipasi, penilaian, organisasi, dan

internalisasi. Hasil belajar afektif disusun secara hirarkis mulai dari

tingkat yang paling rendah dan sederhana hingga yang paling tinggi dan

kompleks.23 Dalam proses belajar kognitif perubahan yang terjadi pada

peserta didik terletak pada kemampuan merasakan.

21

Ibid., hal. 50 22

Zainal Arifin, Evaluasi Pembelajaran: Prinsip, Teknik, Prosedur, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2011), hal. 22

23

(11)

c. Hasil Belajar Psikomotorik

Hasil belajar psikomotorik adalah kemampuan peserta didik yang

berkaitan dengan gerakan tubuh atau bagian-bagiannya.24 Beberapa ahli

mengklasifikasikan dan menyusun hirarkis hasil belajar psikomotorik

dalam urutan mulai dari tingkat yang paling rendah dan sederhana

hingga yang paling tinggi dan kompleks. Hasil belajar tingkat yang

lebih tinggi hanya dapat dicapai apabila peserta didik telah menguasai

hasil belajar yang lebih rendah. Menurut Harrow hasil belajar

psikomotorik dapat diklasifikasikan menjadi enam yaitu gerakan

refleks, gerakan fundamental dasar, kemampuan perseptual,

kemampuan fisis, gerakan ketrampilan, dan komunikasi tanpa kata.25

Dalam proses belajar psikomotorik perubahan yang terjadi pada peserta

didik terletak pada kemampuan ketrampilan.

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa domain

hasil belajar matematika adalah perilaku-perilaku kejiwaan yang akan

diubah dalam proses pendidikan setelah melalui kegiatan belajar

matematika, baik dari segi pemahamannya terhadap materi atau bahan

pelajaran yang telah diberikan (aspek kognitif), maupun dari segi

penghayatan (aspek afektif), dan pengalamannya (aspek psikomotorik).

4. Penilaian Hasil Belajar Matematika

Untuk mengetahui hasil belajar peserta didik, maka dilakukan suatu

penilaian terhadap peserta didik. Penilaian adalah suatu proses atau

24

Arifin, Evaluasi Pembelajaran..., hal. 23 25

(12)

kegiatan yang sistematis dan berkesinambungan untuk mengumpulkan

informasi tentang proses dan hasul belajar peserta didik dalam rangka

membuat keputusan-keputusan berdasarkan kriteria dan pertimbangan

tertentu. Keputusan yang dimaksud adalah keputusan tentang peserta

didik, seperti nilai yang akan diberikan atau juga keputusan tentang

kenaikan kelas dan kelulusan.26

Adapun tujuan penilaian hasil belajar adalah:

a. Untuk mengetahui tingkat penguasaan peserta didik terhadap materi

yang diberikan.

b. Untuk mengetahui kecakapan, motivasi, bakat, minat, dan sikap peserta

didik terhadap program pembelajaran.

c. Untuk mengetahui tingakat kemajuan dan kesesuaian hasil belajar

peserta didik dengan standar kompetensi dan kompetensi dasar yang

telah ditetapkan.

d. Untuk mendiagnosis keunggulan dan kelemahan peserta didik dalam

mengikuti kegiatan pembelajaran. Keunggulan peserta didik dapat

dijadikan dasar bagi guru untuk memberikan pembinaan dan

pengembangan lebih lanjut, sedangkan kelemahannya dapat dijadikan

acuan untuk memberikan bantuan atau bimbingan.

e. Untuk seleksi, yaitu memilih dan menentukan peserta didik yang sesuai

dengan jenis pendidikan tertentu.

f. Untuk menentukan kenaikan kelas.

26

(13)

g. Untuk menempatkan peserta didik sesuai dengan potensi yang

dimilikinya.27

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa penilaian hasil

belajar matematika adalah kegiatan yang bertujuan untuk mengetahui

sejauh mana proses belajar dan pembelajaran matematika telah berjalan

secara efektif. Penilaian hasil belajar matematika biasanya menggunakan

tes. Pada hakikatnya tes adalah suatu alat yang berisi serangkaian tugas

yang harus dikerjakan atau soal-soal yang harus dijawab oleh peserta didik

untuk mengukur suatau aspek perilaku tertentu.28 Tes digunakan untuk

menentukan seberapa jauh pemahaman materi matematika yang telah

dipelajari.

Tes hasil belajar merupakan tes penguasaan, karena tes ini mengukur

penguasaan siswa terhadap materi yang diajarkan oleh guru atau dipelajari

oleh siswa. Tes diujikan setelah siswa memperoleh sejumlah materi

sebelumnya dan pengujian dilakukan untuk mengetahui penguasaan siswa

atas materi tersebut. Tes hasil belajar dilakukan untuk mengukur hasil

belajar yakni sejauh mana perubahan perilaku yang diinginkan dalam

tujuan pembelajaran telah dapat dicapai oleh para siswa. Dalam mengukur

hasil belajar, siswa didorong untuk menunjukkan penampilan

maksimalnya. Dari penampilan maksimal yang ditunjukkan dalam

27

Ibid., hal. 15 28

(14)

jawaban tes hasil belajar dapat diketahui penguasaan siswa terhadap materi

yang diajarkan dan dipelajari.29

Tes hasil belajar dapat dikelompokkan ke dalam beberapa kategori.

Menurut peranan fungsionalnya dalam pembelajaran, tes hasil belajar

dapat dibagi menjadi empat macam yaitu:30

a. Tes Formatif

Kata formatif berasal dari kata dalam bahasa Inggris “to form”

yang berarti membentuk. Tes formatif dimaksudkan sebagai tes yang

digunakan untuk mengetahui sejauh mana siswa telah terbentuk setelah

mengikuti proses belajar mengajar. Tes formatif dalam praktik

pembelajaran dikenal sebagai ulangan harian.

b. Tes Sumatif

Kata sumatif berasal dari kata dalam bahasa Inggris yaitu “sum”

yang artinya jumlah atau total. Tes sumatif dimaksudkan sebagai tes

yang digunakan untuk mengetahui penguasaan siswa atas semua jumlah

materi yang disampaikan dalam satuan waktu tertentu seperti catur

wulan atau semester. Dalam praktik pengajaran tes sumatif dikenal

sebagai ujian akhir semester atau catur wulan tergantung satuan waktu

yang digunakan untuk menyelesaikan materi.

c. Tes Diagnostik

Evaluasi hasil belajar mempunyai diagnostik. Tes hasil belajar

yang digunakan sebagai dasar untuk melakukan evaluasi diagnostik

29

Purwanto, Evaluasi Hasil Belajar..., hal. 66-67 30

(15)

adalah tes diagnostik. Dalam evaluasi diagnostik, tes hasil belajar

digunakan untuk mengidentifikasi siswa-siswa yang mengalami

masalah dan menelusuri jenis masalah yang dihadapi. Berdasarkan

pemahaman mengenai siswa bermasalah dan masalahnya maka guru

dapat mengusahakan pemecahan masalah yang tepat sesuai dengan

masalahnya.

d. Tes Penempatan

Tes penempatan (placement test) adalah pengumpulan data hasil

belajar yang diperlukan untuk menempatkan siswa dalam kelompok

siswa sesuai dengan minat dan bakatnya. Pengelompokan dilakukan

agar pemberian layanan pembelajaran dapat dilakukan sesuai minat

dan bakat siswa. Dalam praktik pembelajaran penempatan merupakan

hal yang banyak dilakukan.

5. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar Matematika

Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar matematika banyak

jenisnya. Menurut Slameto, faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar

adalah:31

a. Faktor Intern

Faktor intern adalah faktor yang ada dalam diri individu yang

sedang belajar. Faktor intern dibagi menjadi tiga faktor, yaitu faktor

31

(16)

jasmaniah, faktor psikologis dan faktor kelelahan. Adapun penjelasan

dari masing-masing faktor tersebut adalah sebagai berikut:

1) Faktor jasmaniah, terdiri atas faktor kesehatan dan cacat tubuh.

2) Faktor psikologi, terdiri atas inteligensi, perhatian, minat, bakat,

motivasi, kematangan, dan kesiapan.

3) Faktor kelelahan, terdiri atas kelelahan jasmani dan kelelahan rohani.

b. Faktor Ekstern

Faktor ekstern adalah faktor yang ada di luar individu. Faktor

ekstern dibagi menjadi tiga faktor, yaitu faktor keluarga, faktor sekolah,

dan faktor masyarakat. Adapun penjelasan dari masing-masing faktor

tersebut adalah sebagai berikut:

1) Faktor Keluarga, berupa cara orang tua mendidik, relasi antar

anggota keluarga, suasana rumah, keadaan ekonomi keluarga,

pengertian orang tua, dan latar belakang kebudayaan.

2) Faktor Sekolah, mencakup metode mengajar, kurikulum, relasi guru

dengan peserta didik, relasi peserta didik dengan peserta didik,

disiplin sekolah, alat pelajaran, waktu sekolah, standar pelajaran di

atas ukuran, keadaan gedung, metode belajar, dan tugas rumah.

3) Faktor Masyarakat, terdiri atas kegiatan peserta didik dalam

masyarakat, mass media, teman bergaul, dan bentuk kehidupan

(17)

D. Kecerdasan Logis Matematis

1. Pengertian Kecerdasan Logis Matematis

Kecerdasan logis matematis adalah kemampuan seseorang dalam

memecahkan masalah. Ia mampu memikirkan dan menyusun solusi (jalan

keluar) dengan urutan yang logis (masuk akal). Ia suka angka, urutan,

logika dan keteraturan. Ia mengerti pola hubungan, mampu melakukan

proses berpikir deduktif dan induktif. Proses berpikir deduktif artinya cara

berpikir dari hal-hal yang besar kepada hal-hal yang kecil. Sementara

proses berpikir induktif artinya cara berpikir dari hal-hal yang kecil kepada

hal-hal yang besar.32

Kecerdasan Logis Matematis adalah salah satu dari delapan jenis

kecerdasan manusia yang dikemukakan oleh Howard Gardner dalam

Aqilla Smart, seorang profesor psikologi di Harvard University dalam

teorinya tentang kecerdasan ganda (multiple intelligence) yang

dikembangkan selama lima belas tahun terakhir.33 Kecerdasan

logis-matematis adalah kemampuan seseorang dalam berpikir secara induktif

dan deduktif, berfikir menurut aturan logika, memahami dan menganalisis

pola angka-angka, serta memecahkan masalah dengan menggunakan

kemampuan berfikir.34

32

Indragiri A., Kecerdasan Optimal, (Jogjakarta: Starbooks, 2010), hal. 15 33

Aqila Smart, Hypnoparenting: Cara Cepat Mencerdaskan Anak Anda, (Jogjakarta: Starbooks, 2012), hal. 109

34

(18)

Menurut Buzan, kecerdasan logis-matematis merupakan kemampuan

otak untuk bermain sulap dengan “alfabet” angka-angka. Salah satu

kekeliruan yang sering dilakukan oleh banyak anak ketika mulai

mempelajari angka adalah mengira ada jutaaan, miliaran, bahkan tak

terhingga banyaknya angka yang harus mereka pelajari. Padahal

sebetulnya, hanya ada sepuluh angka yang harus dipelajari: 1, 2, 3, 4, 5, 6,

7, 8, 9, 0. Angka yang lain hanyalah kombinasi dari angka-angka ini. Jadi,

yang perlu dikerjakan siswa untuk memiliki kecerdasan logis-matematis

adalah memahami fakta ini, kemudian mempelajari beberapa operasi

perhitungan yang amat sederhana. Dan untuk memahami kecerdasan

logis-matematis siswa, ada banyak cara yang perlu dilakukan, antara lain:

a. Perkiraan yang tepat.

b. Belajarlah dari orang lain, angka-angka dalam kehidupan nyata.

c. Kalahkan kalkulator.

d. Kuasai teknik supermatematika.

e. Seringlah untuk menghafal.

f. Olahraga (senam otak) dan permainan otak.35

Anak yang memiliki kecerdasan logis-matematis yang tinggi

cenderung menyenangi kegiatan menganalisis dan mempelajari

sebab-akibat terjadi sesuatu. Ia menyenangi berfikir secara konseptual, misalnya

menyusun hipotesis, mengadakan kategorisasi dan klasifikasi terhadap apa

yang dihadapinya. Anak semacam ini cenderung menyukai aktivitas

35

(19)

berhitung dan memiliki kecepatan tinggi dalam menyelesaikan problem

matematika. Apabila kurang memahami, dia akan cenderung berusaha

untuk bertanya dan mencari jawaban atas hal yang kurang dipahami

tersebut. Peserta didik juga sangat menyukai berbagai permainan yang

banyak melibatkan kegiatan berfikir aktif, seperti catur dan bermain

teka-teki.36

Kecerdasan logis-matematis memiliki beberapa ciri, antara lain:

a. Menghitung problem aritmatika dengan cepat di luar kepala.

b. Suka mengajukan pertanyaan yang sifatnya analisis, misalnya mengapa

hujan turun?

c. Ahli dalam permainan catur, halma, dan sebagainya.

d. Mampu menjelaskan masalah secara logis.

e. Suka merancang eksperimen untuk membuktikan sesuatu.

f. Menghabiskan waktu dengan permainan logika seperti teka-teki,

berprestasi dalam matematika dan IPA.37

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa kecerdasan

logis-matematis adalah kemampuan seseorang dalam menghitung,

mengukur, menggunakan angka-angka, memecahkan soal-soal matematis,

berfikir secara induktif dan deduktif, serta membuat pola-pola dan

hubungan-hubungan yang logis dalam kehidupan sehari-hari.

Berkaitan dengan kecerdasan logis-matematis, Marie-Curie, Blaise

Pascal, B. J. Habibie, Isaac Newton, dan Aristoteles adalah orang-orang

36

Uno dan Kuadrat, Mengelola Kecerdasan..., hal. 11-12 37

(20)

yang dapat mewakili kecerdasan ini.38 Anak-anak yang memiliki kecerdasan logis-matematis berminat untuk menjadi ilmuwan, ahli

pemograman komputer, akuntan, insinyur, atau bahkan menjadi filsuf.39

2. Karakteristik Kecerdasan Logis-Matematis

Karakteristik individu yang memiliki kecerdasan logis-matematis

adalah sebagai berikut:

a. Merasakan objek yang ada di lingkungan serta fungsi-fungsi objek

tersebut.

b. Merasakan familiar dengan konsep kuantitas/nilai, waktu serta sebab

akibat.

c. Menunjukkan keahlian dengan logika untuk menyelesaikan masalah.

d. Mengajukan dan menguji hipotesis.

e. Mampu menggunakan bermacam keahlian dalam matematika.

f. Menikmati pengoperasian yang kompleks, seperti “calculus”, fisika,

program komputer atau metode penelitian.

g. Menggunakan teknologi untuk memecahkan masalah matematika.

h. Menunjukkan minat dalam berkarier sebagai akuntan, teknologi

komputer, ahli hukum, insinyur, dan ahli kimia.

i. Menciptakan model baru dalam ilmu pengetahuan dan matematika.40

38

Indragiri A., Kecerdasan Optimal: Cara Ampuh Memaksimalkan..., hal. 16 39

T. Safaria, Interpersonal Intelligence: Metode Pengembangan Kecerdasan Interpersonal Anak, (Yogyakarta: Amara Books, 2005), hal. 22

40

(21)

Dengan demikian anak yang mmemiliki kecerdasan logis-matematis

yang tinggi akan terampil dalam melakukan hitungan atau kuantifikasi,

mengemukakan proporsi atau hipotesis dan melakukan operasi matematis

yang kompleks.

3. Komponen Kecerdasan Logis-Matematis

Menurut Linda & Bruce Campbell penulis buku Teaching and

Learning Through Multiple Intelligences, kecerdasan logis-matematis

biasanya dikaitkan dengan otak yang melibatkan beberapa komponen,

yaitu perhitungan secara matematis, pemecahan masalah, pertimbangan

induktif (penjabaran ilmiah dari khusus ke umum), pertimbangan deduktif

(penjabaran ilmiah dari umum ke khusus), dan ketajaman pola-pola serta

hubungan-hubungan. Intinya anak bekerja dengan pola abstrak serta

mampu berfikir logis dan argumentatif.41 Adapun penjelasan dari

masing-masing komponen tersebut adalah sebagai berikut:

a. Perhitungan secara matematis

Perhitungan secara matematis adalah kemampuan dalam

melakukan perhitungan dasar bisa dalam hitungan biasa, logaritma,

akar kuadrat, dan lain sebagainya. Operasi perhitungan terdiri atas

pertambahan, pengurangan, perkalian dan pembagian. Ketrampilan

operasi bilangan atau berhitung sangat diperlukan dalam perhitungan

secara matematis ini.42

41

Masykur dan Fathani, Mathematical Intelligence..., hal. 153 42

(22)

b. Berfikir logis

Berfikir logis yaitu menyangkut kemampuan menjelaskan secara

logika, sebab-akibatnya serta sistematis.43 Anak mampu membuat

penalaran logis terhadap satu atau serangkaian persamaan angka-angka

yang ada. Dalam berfikir logis tidak hanya diperlukan ketrampilan

dalam operasi hitung, tapi juga pengetahuan dasar matematika sangat

dibutuhkan dan demikian penting. Anak harus memiliki pemahaman

yang kuat terhadap konsep-konsep matematika.44

c. Pemecahan masalah

Pemecahan masalah adalah kemampuan mencerna sebuah cerita

kemudian merumuskannya ke dalam persamaan matematika.

Kemampuan berfikir abstrak menjadi dasar utama dalam memecahkan

persoalan-persoalan matematika dalam bentuk cerita.45

d. Pertimbangan induktif dan pertimbangan deduktif

Pertimbangan induktif adalah kemampuan berfikir untuk menarik

suatu kesimpulan atau membuat suatu pernyataan baru yang bersifat

umum (general) berdasarkan pada beberapa pernyataan khusus yang

diketahui benar. Dan pertimbangan deduktif adalah kemampuan

43

M. Hariwijaya dan Sutan Surya, Adventures in Math: Tes IQ Matematika, (Jakarta Selatan: PT. Suka Buku, 2012), hal. 20

44

Prasetyono, 100% Jitu Jawab Tes Gambar dan..., hal. 190-191 45

(23)

berfikir yang menerapkan hal-hal yang umum terlebih dahulu untuk

seterusnya dihubungkan dalam bagian-bagian yang khusus.46

e. Ketajaman pola-pola serta hubungan-hubungan

Ketajaman pola-pola serta hubungan-hubungan adalah

kemampuan menganalisa deret urutan paling logis dan konsisten dari

angka-angka atau huruf-huruf yang saling berhubungan. Dalam hal ini

dituntut kejelian dalam mengamati dan mengalisis pola-pola perubahan

sehingga angka-angka atau huruf-huruf tersebut menjadi deret yang

utuh.47

Komponen-komponen dari kecerdasan logis-matematis di atas

peneliti gunakan sebagai indikator untuk mengembangkan instrumen

kecerdasan logis-matematis. Indikator tersebtu antara lain adalah

perhitungan secara matematis, pemecahan masalah, pertimbangan induktif

dan pertimbangan deduktif, dan ketajaman pola-poal serta

hubungan-hubungan.

4. Pendekatan untuk Merangsang Kecerdasan Logis-Matematis

Kecerdasan logis-matematis mencakup kemampuan dalam

penalaran, mengurutkan, berfikir dalam pola sebab-akibat, menciptakan

hipotesis, mencari keteraturan konseptual dan pola numerik, dan

pandangan hidupnya umumnya bersifat rasional. Beberapa pendekatan

46Ulul Azmi, “

Profil Kemampuan Penalaran Matematika dalam Menyelesaikan Masalah Matematika Ditinjau dari Kemampuan Matematika pada Materi Persamaan Garis Lurus Kelas VIII SMP YPM 4 Bohar Sidoarjo”, Skripsi (Surabaya: IAIN Sunan Ampel, 2013), hal. 12-14

47

(24)

yang dapat dilakukan untuk merangsang kecerdasan logis-matematis anak

adalah sebagai berikut:

a. Tempelkan poster-poster matematika, seperti perkalian, penjumlahan,

pengurangan, dan lain-lain.

b. Ajarkan kepadanya cara hitung yang menyenangkan dan mudah

dilakukan dimana saja, misalnya dengan jari.

c. Beri dia alat untuk menghitung seperti sempoa bila ia belum lancar

menghitung.

d. Belikan komik-komik matematika dan pelajaran lainnya untuk

mengatasi kelemahannya pada pelajaran lain.

e. Stimulasi dengan program komputer yang mengajarkan teknik

membaca logis.

f. Jika mempunyai waktu luang, ajak anak bermain permainan yang

menggunakan logika untuk menenangkannya, misalnya catur, teka-teki,

tebak-tebakan, dan lain-lain.48

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa untuk

merangsang serta mengoptimalkan kecerdasan loogis-matematis anak

perlu mengkondisikan otak anak agar siap menerima materi dengan situasi

dan cara pembelajaran yang menyenagkan, yaitu prinsip belajar dengan

mengoptimalkan otak kanan melalui permainan edukatif. Pembelajaran

yang dikemas melalui permainan edukatif akan merangsang kecerdasan

logis-matematis anak.

48

(25)

5. Manfaat Kecerdasan Logis-Matematis

Manfaat kecerdasan logis-matematis bagi anak adalah sebagai

berikut:

a. Membantu anak meningkatkan logika.

b. Memperkuat keterampilan berfikir dan mengingat.

c. Menemukan cara kerja pola dan hubungan.

d. Mengembangkan keterampilan memecahkan masalah.

e. Mengembangkan kemampuannya dalam mengelompokkan.

f. Mengerti akan nilai (harga) suatu angka atau bilangan.

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa kecerdasan

logis-matematis sangat penting. Dimana kecerdasan tersebut dapat

membantu anak dalam proses belajar mengajar. Kecerdasan menggunakan

logika dapat membantu seseorang dalam mengerjakan banyak hal mulai

dari matematika, ilmu pengetahuan komputer, mengacak kata dan

memecahkan berbagai masalah.

E. Pengaruh Kecerdasan Logis-Matematis terhadap Hasil Belajar

Matematika

Sekarang ini pendidikan sangatlah penting bagi kita semua. Karena

semakin maju zaman akan semakin maju pula tingkat pendidikan yang harus kita

capai. Pendidikan merupakan kunci bagi suatu bangsa untuk meningkatkan

kualitas sumberdaya manusia dan sekaligus kualitas bangsanya. Hasil belajar

(26)

apabila individu atau siswa memperoleh hasil belajar yang baik, begitu pula

apabila hasil belajar siswa rendah maka dapat dikatakan bahwa proses pendidikan

yang dilakukan belum berhasil. Kecerdasan atau inteligensi besar peranannya

dalam menentukan berhasil dan tidaknya seseorang mempelajari atau mengikuti

suatu program pendidikan. Orang yang lebih cerdas pada umumnya akan lebih

mampu belajar daripada orang yang kurang cerdas.

Pada dasarnya setiap anak memiliki kecerdasan yang berbeda-beda satu

sama lain. Salah satu kecerdasan yang pasti dimiliki oleh setiap anak adalah

kecerdasan logis-matematis. Akan tetapi, tingkat kecerdasannya berbeda-beda

karena perkembangannya tergantung oleh kondisi-kondisi anak.

Kecerdasan logis-matematis merupakan kemampuan untuk menggunakan

angka dengan baik dan penalaran dengan benar. Siswa dengan kecerdasan

logis-matematis yang tinggi cenderung menyenangi kegiatan menganalisis dan

mempelajari sebab-akibat terjadinya sesuatu. Ia menyenangi berfikir secara

konseptual, yaitu misalnya menyusun hipotesis, mengadakan kategorisasi dan

klasifikasi terhadap apa yang dihadapinya. Siswa semacam ini cenderung

menyukai aktivitas berhitung dan memiliki kecepatan tinggi dalam menyelesaikan

problem matematika. Apabila kurang memahami, mereka akan cenderung

berusaha untuk bertanya dan mencari jawaban atas hal yang kurang dipahami

tersebut.49

Siswa yang memiliki kecerdasan logis-matematis yang tinggi tidak akan

menemui banyak kesulitan apabila berhadapan dengan soal-soal matematika.

49

(27)

Sebagaimana disampaikan oleh May Lwin, dkk bahwa kecerdasan

logis-matematis adalah kemampuan untuk menangani bilangan dan perhitungan, pola,

serta pemikiran logis dan ilmiah. Dapat diartikan juga sebagai kemampuan

menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan kebutuhan matematika sebagai

solusinya. Anak dengan kemampuan ini akan senang dengan rumus dan pola-pola

abstrak.50

Berdasarkan uraian di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa kecerdasan

logis-matematis merupakan faktor yang penting untuk meraih hasil belajar

matematika yang baik di sekolah. Tingkat kecerdasan logis-matematis siswa yang

tinggi dapat membantu siswa untuk memperoleh hasil belajar matematika siswa

yang tinggi.

F. Lingkaran

1. Pengertian

Lingkaran adalah kumpulan titik-titik pada garis lengkung yang

mempunyai jarak yang sama terhadap suatu titik tertentu. Garis lengkung

tersebut kedua ujungnya saling bertemu membentuk daerah lingkaran

(luas lingkaran).51Jarak yang sama tersebut disebut jari-jari lingkaran dan

titik tertentu disebut pusat lingkaran.52

50Anwarbey, “Strategi Pembelajaran Matematika Berbasis Multiple Intelligences” dalam https://anwarbey.wordpress.com/2010/08/07/15/ diakses 26 April 2017

51

Heru Nugroho, Matematika SD dan MTs kelas VIII, (Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional, 2009), hal 121

52

(28)

Gambar 2.1 Lingkaran

2. Unsur-unsur Lingkaran

Ada beberapa bagian lingkaran yang termasuk dalam unsur-unsur

sebuah lingkaran di antaranya titik pusat, jari-jari, diameter, busur, tali

busur, tembereng, juring, dan apotema.53

Gambar 2.2 Lingkaran

a. Titik Pusat

Titik pusat lingkaran adalah titik yang terletak di tengah-tengah

lingkaran. Pada Gambar 6.3, titik O merupakan titik pusat lingkaran,

dengan demikian, lingkaran tersebut dinamakan lingkaran O.

b. Jari-jari (r)

Jari-jari lingkaran adalah garis dari titik pusat lingkaran ke lengkungan

lingkaran. Pada Gambar 6.3, jari-jari lingkaran ditunjukkan oleh garis

OA, OB, dan OC.

53

(29)

c. Diameter (d)

Diameter adalah garis lurus yang menghubungkan dua titik pada

lengkungan lingkaran dan melalui titik pusat. Garis AB pada lingkaran

O merupakan diameter lingkaran tersebut. Perhatikan bahwa AB = AO +

OB. Dengan kata lain, nilai diameter merupakan dua kali nilai

jari-jarinya, ditulis bahwa d = 2r.

d. Busur

Busur lingkaran merupakan garis lengkung yang terletak pada

lengkungan lingkaran dan menghubungkan dua titik sebarang di

lengkungan tersebut. Pada Gambar 6.3 garis lengkung AC, garis

lengkung CB, dan garis lengkung AB merupakan busur lingkaran O.

Busur terbagi menjadi dua, yaitu busur besar dan busur kecil.54

a) Busur kecil/pendek adalah busur AB yang panjangnya kurang dari

setengah keliling lingkaran.

b) Busur besar/panjang adalah busur AB yang lebih dari setengah

keliling lingkaran.

e. Tali Busur

Tali busur lingkaran adalah garis lurus dalam lingkaran yang

menghubungkan dua titik pada lengkungan lingkaran. Berbeda dengan

diameter, tali busur tidak melalui titik pusat lingkaran O. Tali busur

lingkaran tersebut ditunjukkan oleh garis lurus AC yang tidak melalui

titik pusat pada Gambar 6.3.

54

(30)

f. Tembereng

Tembereng adalah luas daerah dalam lingkaran yang dibatasi oleh busur

dan tali busur. Pada Gambar 6.3, tembereng ditunjukkan oleh daerah

yang diarsir dan dibatasi oleh busur AC dan tali busur AC.

g. Juring

Juring lingkaran adalah luas daerah dalam lingkaran yang dibatasi oleh

dua buah jari-jari lingkaran dan sebuah busur yang diapit oleh kedua

jari-jari lingkaran tersebut. Pada Gambar 6.3, juring lingkaran

ditunjukkan oleh daerah yang diarsir yang dibatasi oleh jari-jari OC dan

OB serta busur BC, dinamakan juring BOC.

h. Apotema

Pada sebuah lingkaran, apotema merupakan garis yang menghubungkan

titik pusat lingkaran dengan tali busur lingkaran tersebut. Garis yang

dibentuk bersifat tegak lurus dengan tali busur. Coba perhatikan

Gambar 6.3 secara seksama. Garis OE merupakan garis apotema pada

lingkaran O.

3. Keliling Lingkaran

Keliling lingkaran adalah jarak dari suatu titik pada lingkaran dalam

satu putaran hingga kembali ke titik semula.

Keliling =

(31)

= ( , dimana merupakan jari-jari lingkaran ).55

4. Luas Lingkaran

Luas lingkaran adalah daerah di dalam lingkaran yang dibatasi oleh

keliling lingkaran.56

Luas = ( merupakan jari-jari lingkaran).

Karena , maka rumus di atas dapat dinyatakan juga sebagai berikut.

Luas = =

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa untuk setiap lingkaran dengan

jari-jari dan atau , berlaku rumus:

Luas lingkaran = =

5. Garis Singgung

Garis singgung lingkaran adalah garis yang memotong suatu

lingkaran di satu titik dan berpotongan tegak lurus dengan jari-jari di titik

singgungnya.57

Gambar 2.3 Garis Singgung Lingkaran

Pada gambar 5.1 diatas tampak bahwa garis k tegak lurus dengan

jari-jari OA. Garis k adalah garis singgung lingkaran di titik A, sedangkan

55

Heru Nugroho, Matematika SD dan MTs..., hal. 123 56

Ibid., hal. 125 57

(32)

A disebut titik singgung lingkaran. Karena garis , hal ini berarti

sudut yang dibentuk kedua garis tersebut besarnya . Dengan demikian

secara umum dapat dikatakan bahwa setiap sudut yang dibentuk oleh garis

yang melalui titik pusat dan garis singgung lingkaran besarnya .

6. Garis Singgung Persekutuan Dalam Dua Lingkaran

Gambar 2.4 Garis Singgung Persekutuan Dalam Dua Lingkaran

Pada Gambar 7.20 di atas, dua buah lingkaran L1 dan L2 berpusat di

P dan Q, berjari-jari R dan r. Dari gambar tersebut diperoleh:

jari-jari lingkaran yang berpusat di P = R;

jari-jari lingkaran yang berpusat di Q = r;

panjang garis singgung persekutuan dalam adalah AB = d;

jarak titik pusat kedua lingkaran adalah PQ = p.

Jika garis AB digeser sejajar ke atas sejauh BQ maka diperoleh garis SQ.

Garis SQ sejajar AB, sehingga (sehadap).

Perhatikan segi empat ABQS.

Garis AB//SQ, AS//BQ, dan .

Jadi, segi empat ABQS merupakan persegi panjang dengan panjang AB =

(33)

Perhatikan bahwa siku-siku di titik S. Dengan menggunakan

teorema Pythagoras diperoleh

Karena panjang QS = AB, maka rumus panjang garis singgung

persekutuan dalam dua lingkaran (d) dengan jarak kedua titik pusat p,

jari-jari lingkaran besar R, dan jari-jari lingkaran kecil r adalah

7. Garis Singgung Persekutuan Dalam Dua Lingkaran

Gambar 2.5 Garis Singgung Luar Dalam Dua Lingkaran

Dari gambar tersebut diperoleh:

jari-jari lingkaran yang berpusat di P = R;

jari-jari lingkaran yang berpusat di Q = r;

panjang garis singgung persekutuan luar adalah AB = d;

jarak titik pusat kedua lingkaran adalah PQ = p.

Jika garis AB kita geser sejajar ke bawah sejauh BQ maka diperoleh garis

(34)

Garis AB sejajar SQ, sehingga (sehadap).

Perhatikan segi empat ABQS.

Garis AB//SQ, AS//BQ, dan .

siku-siku di S, sehingga berlaku

Karena QS = AB = d, maka rumus panjang garis singgung

persekutuan luar dua lingkaran (d) dengan jarak kedua titik pusat p,

jari-jari lingkaran besar R, dan jari-jari lingkaran kecil r adalah

G. Kajian Penelitian Terdahulu

1. Anissatuz Zahro’

Kajian penelitian terdahulu dalam penelitian ini adalah mengacu

pada penelitian sebelumnya dengan judul “Pengaruh Kecerdasan

Logis-Matematis Terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas VIII MTs

Aswaja Tunggangri Tahun Pelajaran 2014/2015” yang telah dilakukan

oleh Anissatuz Zahro’. Rumusan masalahnya adalah adakah pengaruh

kecerdasan logis-matematis terhadap hasil belajar matematika siswa kelas

VIII MTs Aswaja Tunggangri tahun pelajaran 2014/2015? Hasil penelitian

terdahulu menunjukkan Fhitung = 31,428 > Ftabel(5%) = 4,196. Sehingga

(35)

kecerdasan logis-matematis terhadap hasil belajar matematika siswa kelas

VIII MTs Aswaja Tunggangri tahun pelajaran 2014/2015.58 Persamaan

dan perbedaan penelitian ini dengan penelitian Anissatuz Zahro’ yaitu

sebagai berikut:

Tabel 2.1 Persamaan dan Perbedaan Penelitian Anissatuz Zahro’ dengan Penelitian Sekarang

No. Item Penelitian Terdahulu Penelitian Sekarang

1 Pendekatan

penelitian

Penelitian kuantitatif Penelitian kuantitatif

2 Jenis penelitian Asosiatif Kausal Korelasional

3

Tujuan Tujuannya untuk mengetahui

pengaruh kecerdasan logis

4 Variabel bebas Kecerdasan logis matematis Kecerdasan logis matematis

5 Variabel terikat Hasil belajar matematika Hasil belajar matematika

6 Populasi Siswa kelas VIII MTs

Kajian penelitian terdahulu dalam penelitian ini adalah mengacu

pada penelitian sebelumnya dengan judul “Pengaruh Kecerdasan Numerik

dan Kecerdasan Verbal Terhadap Prestasi Belajar Matematika Siswa Kelas

VII MTsN Bandung Tahun Ajaran 2012/2013” yang telah dilakukan oleh

Tri Handayani. Rumusan masalahnya adalah apakah kecerdasan numerik

berpengaruh terhadap prestasi belajar matematika siswa kelas VII MTsN

Bandung tahun ajaran 2012/2013?, apakah kecerdasan verbal berpengaruh

terhadap prestasi belajar matematika siswa kelas VII MTsN Bandung

(36)

tahun ajaran 2012/2013?, apakah kecerdasan numerik dan kecerdasan

verbal berpengaruh terhadap prestasi belajar matematika siswa kelas VII

MTsN Bandung tahun ajaran 2012/2013?, dan seberapa besar pengaruh

kecerdasan numerik dan kecerdasan verbal terhadap prestasi belajar

matematika siswa kelas VII MTsN Bandung tahun ajaran 2012/2013?.

Hasil penelitian terdahulu menunjukkan Fhitung = 71,82 > Ftabel(5%) = 3,25.

Sehingga dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh kecerdasan numerik dan

kecerdasan verbal terhadap prestasi belajar matematika siswa kelas VII

MTsN Bandung tahun ajaran 2012/2013, dan besarnya pengaruh tersebut

adalah 79% sedangkan sisanya 21% dipengaruhi oleh faktor lain.59

Persamaan dan perbedaan penelitian ini dengan penelitian Tri Handayani

yaitu sebagai berikut:

Tabel 2.2 Persamaan dan Perbedaan Penelitian Tri Handayani dengan Penelitian Sekarang

No. Item Penelitian Terdahulu Penelitian Sekarang

1 Pendekatan

penelitian

Penelitian kuantitatif Penelitian kuantitatif

2 Jenis penelitian Deskriptif survei Korelasional

3

Tujuan Salah satu tujuannya untuk

mengetahui pengaruh

4 Variabel bebas Kecerdasan numerik dan

kecerdasan verbal

Kecerdasan logis matematis

5 Variabel terikat Prestasi belajar matematika Hasil belajar matematika

6 Populasi Siswa kelas VII MTsN

(37)

3. Eka Zahrotun Ni’mah

Kajian penelitian terdahulu dalam penelitian ini adalah mengacu

pada penelitian sebelumnya dengan judul “Pengaruh Kecerdasan Logis

Matematis dan Motivasi Terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas

VII MTsN Langkapan Srengat Tahun Ajaran 2014/2015” yang telah

dilakukan oleh Eka Zahrotun Ni’mah. Rumusan masalahnya adalah

adakah pengaruh kecerdasan logis matematis terhadap hasil belajar

matematika siswa kelas VII MTsN Langkapan Srengat Tahun Ajaran

2014/2015?, adakah pengaruh motivasi terhadap hasil belajar matematika

siswa kelas VII MTsN Langkapan Srengat Tahun Ajaran 2014/2015?, dan

adakah pengaruh kecerdasan logis matematis dan motivasi terhadap hasil

belajar matematika siswa kelas VII MTsN Langkapan Srengat Tahun

Ajaran 2014/2015?. Hasil penelitian terdahulu menunjukkan Fhitung = 8,084

> Ftabel(5%) = 3,340. Sehingga dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh

kecerdasan logis matematis dan motivasi terhadap hasil belajar matematika

siswa kelas VII MTsN Langkapan Srengat Tahun Ajaran 2014/2015, dan

besarnya pengaruh tersebut terhadap hasil belajar sebesar 36,6%

sedangkan sisanya sebesar 63,4% dipengaruhi oleh variabel lain selain

kecerdasan logis matematis dan motivasi.60 Persamaan dan perbedaan

penelitian ini dengan penelitian Eka Zahrotun Ni’mah yaitu sebagai

berikut:

(38)

Tabel 2.1 Persamaan dan Perbedaan Penelitian Eka Zahrotun Ni’mah dengan Penelitian Sekarang

No. Item Penelitian Terdahulu Penelitian Sekarang

1 Pendekatan

penelitian

Penelitian kuantitatif Penelitian kuantitatif

2 Jenis penelitian Korelasional Korelasional

3

Tujuan Salah satu tujuannya untuk

mengetahui pengaruh

4 Variabel bebas Kecerdasan logis matematis

dan motivasi

Kecerdasan logis matematis

5 Variabel terikat Hasil belajar matematika Hasil belajar matematika

6 Populasi Siswa kelas VII MTsN

Kerangka berfikir dibuat untuk mempermudah mengetahui pengaruh

antara variabel. Pembahasan dalam kerangka berfikir ini menghubungkan antara

kecerdasan logis-matematis dengan hasil belajar matematika. Agar mudah dalam

memahami arah dan maksud dari penelitian ini, penulis jelaskan dengan bagan

(39)

Gambar 2.6 Bagan Pengaruh Kecerdasan Logis Matematis terhadap Hasil

Belajar Matematika

Pola hubungan dalam kerangka berfikir penelitian di atas dapat dijelaskan

sebagai berikut:

Setiap siswa atau individu pasti punya keinginan untuk memperoleh hasil

belajar yang lebih baik dalam hal ini adalah hasil belajar matematika. Untuk itu

dalam mencapai tujuan atau keinginan tersebut setelah peneliti amati ternyata ada Siswa Belajar

Faktor Intern

Kecerdasan Logis Matematis

1. Kemampuan menalar; 2. Berpikir logis;

3. Mengolah angka

4. Membuat pola hubungan; 5. Memahami keteraturan pola; 6. Kemampuan berhitung;

7. Kemampuan memecahkan masalah.

(40)

sebuah permasalahan yang perlu diperhatikan. Banyak faktor yang mempengaruhi

hasil belajar, salah satunya adalah kecerdasan logis-matematis yang dimiliki oleh

siswa itu sendiri. Seperti bagan yang telah peneliti gambarkan di atas, kecerdasan

logis-matematis berhubungan dengan hasil belajar matematika. Dalam belajar

matematika, kecerdasan logis matematis sangat berperan penting dalam

keberhasilannya. Kecerdasan logis matematis yang berkembang dengan baik

dalam diri siswa dapat membantu siswa dalam memahami konsep-konsep

matematika dan juga dapat membantu siswa dalam menyelesaikan soal

Gambar

Gambar 2.1 Lingkaran
Gambar 2.3 Garis Singgung Lingkaran
Gambar 2.4 Garis Singgung Persekutuan Dalam Dua Lingkaran
Gambar 2.5 Garis Singgung Luar Dalam Dua Lingkaran
+5

Referensi

Dokumen terkait

Kesimpulannya adalah kualitas keterlingkupan atau ketertutupan pada penggalan ini masih terasa kuat; keseluruhan bangunan dan detilnya serta kesinambungannya dengan

Waqaf berarti penetapan yang bersifat abadi, untuk memungut hasil dari barang yang di waqafkan guna kepentingan orang seorang atau yang bersifat keagamaan untuk tujuan amal.. •

ANALISIS KELAYAKAN BUKU TEKS KIMIA SMA/MA KELAS XII MATERI BENZENA DAN TURUNANNYA BERDASARKAN KRITERIA TAHAP SELEKSI DARI 4S TMD.. Universitas Pendidikan Indonesia

Penelitian pendahuluan dilaksanakan di laboratorium Teknik Lingkungan FTSP ITS yaitu melalui uji karakteristik bahan pengomposan. Parameter yang diuji terhadap bahan

tidak dibenarkan membuat pengguguran kod bidang dengan tujuan.. tambahan bidang berlainan selagi pembayaran permohonan terdahulu tidak dibuat. Syarikat hendaklah memastikan

Biaya pengeluaran untuk kehidupan sehari-hari berkisar 30-50 persen dari pendapatan

Mengingat pentingnya acara ini diminta kepada saudara hadir tepat waktu dan membawa berkas kelengkapan kualifikasi yang terdiri dari :..  Jaminan Penawaran dan Dukungan

Dalam rancangan implementasi protokol S/MIME pada layanan e-mail yang peneliti usulkan, telah ditentukan bahwa rancangan tersebut tidak akan mengubah konfigurasi mail