• Tidak ada hasil yang ditemukan

T1__Full text Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Analisis Strategi Marketing Public Relations dalam Corporate Image TRANS TV T1 Full text

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "T1__Full text Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Analisis Strategi Marketing Public Relations dalam Corporate Image TRANS TV T1 Full text"

Copied!
23
0
0

Teks penuh

(1)

Analisis Strategi

Marketing Public Relations

Dalam

Mempertahankan

Corporate Image

TRANS TV

Artikel Ilmiah

Diajukan kepada

Fakultas Teknologi Informasi

Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Komunikasi

Oleh Maria Zen Budiati

NIM : 602012009

PROGRAM STUDI PUBLIC RELATIONS

FAKULTAS TEKNOLOGI INFORMASI

UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA

SALATIGA

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

1. PENDAHULUAN

Televisi menjadi media yang selalu digunakan oleh banyak orang untuk menyebarkan informasi, sehingga muncul beberapa perusahaan pertelevisian yang sekarang ini semakin berkembang. PT Televisi Transformasi Indonesia atau TRANS TV merupakan salah satu perusahaan pertelevisian Nasional milik swasta di Indonesia. TRANS TV memperoleh izin siaran nasional pada Oktober 1998 setelah dinyatakan lulus dari uji kelayakan yang dilakukan tim antar departemen pemerintah, kemudian resmi siaran secara komersial pada 15 Desember 2001. Usahanya di bawah naungan Trans Corp yang dimiliki oleh CT Corp. Dikutip dari

detik.com, TRANS TV dinilai mampu menunjukan konsistensinya mempertahankan citra yang baik di mata publik. Hal tersebut diuji melalui sebuah survei independen yang dilakukan

oleh Frontier Consulting Group dalam pengukuran corporate image index score. TRANS TV

meraih Corporate Image Award secara berturut-turut mulai tahun 2011 sampai dengan 2015. Penghargaan ini diselenggarakan oleh majalah Bloomberg Business Week bersama dengan

Frontier Consulting Group.1

Bagi suatu perusahaan, faktor jangka panjang yang penting adalah mempertahankan reputasi baik. Proses dalam membangun reputasi perusahaan sebagai perusahaan baik merupakan kegiatan yang berkelanjutan hasil dari citra perusahaan, selain itu dibutuhkan koordinasi dari antar bagian dan divisi untuk mewujudkan reputasi yang baik. Reputasi menggambarkan intepretasi publik terhadap citra perusahaan dan prospek jangka panjang perusahaan. Pengelolaan dan pemeliharaan reputasi mengharuskan adanya komunikasi dan interaksi yang terjalin antara karyawan dan organisasi, konsumen, kelompok-kelompok masyarakat dan pihak-pihak lain. Keberhasilan perusahaan membangun citra terlihat pada

cara perusahaan berinteraksi dengan shareholder dan stakeholdernya. Banyaknya perusahaan

serupa akan memunculkan competitor yang membuat setiap perusahaan harus memiliki

strategi yang tepat untuk membangun corporate image dan mempertahankan reputasinya.

Dalam merancang strategi, perusahaan memerlukan sebuah Departemen Public Relations (PR) untuk mengelola komunikasi internal dan eksternal agar sejalan dengan tujuan utama perusahaan. Seperti yang diungkapkan oleh Beard (2004, 2-3), PR merupakan disiplin manajemen yang relatif baru berdasarkan bentuknya yang terorganisir dan terbina secara pasti. PR harus mampu mengambil dan mengelola reputasi organisasi melalui pola perilaku dan komunikasi yang dimilikinya. Fungsi manajemen PR yang baik akan turut menentukan keberhasilan atau kegagalan suatu perusahaan/organisasi.

PR di TRANS TV berada di Divisi Marketing Public Relations yang memiliki tugas

menganalisis, membuat, menyusun strategi Public Relations jangka panjang dan jangka

pendek yang mencakup Marketing Public Relations dan Marketing Off-Air, serta mendukung dan melaksanakan kebijakan perusahaan terkait area Marketing dan Public Relations agar berdampak pada keberhasilan pencapaian visi dan misi perusahaan.

Berdasarkan paparan di atas, peneliti ingin menganalisis strategi yang digunakan oleh Divisi Marketing Public Relations di TRANS TV untuk membangun dan mempertahankan

corporate image sehingga perusahaan tersebut memiliki reputasi baik dan meraih Corporate Image Award 2016 dari Frontier Consulting Group.

Penelitian ini diharapkan dapat memperluas kajian ilmu komunikasi yang berkaitan

dengan teori public relations dan corporate image management. Serta diharapkan dapat

menjadi literatur untuk penelitian yang relevan.

(7)

2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1.Penelitian Terdahulu

Terdapat sejumlah penelitian sebelumnya yang mengulas mengenai strategi Marketing

Public Relations dan Corporate Image, peneliti akan membahas dua penelitian terdahulu yang berkaitan. Pertama, merupakan penelitian yang dilakukan oleh Siti Khadijah (2012)

dengan judul “Strategi Publik Relations Dalam Membangun Citra Perusahaan (Studi Deskriptif Membangun Hubungan Baik Dengan Media Dalam Upaya Meningkatkan Citra Perusahaan).” Hasil yang diperoleh dari penelitian ini adalah Public Relations sering dikaitkan perannya dalam hubungan dengan media. Media merupakan penghubung

komunikasi dan informasi antara Public Relations kepada stakeholders baik internal dan

eksternal perusahaan. Melalui media relations citra positif perusahaan dapat dibangun.

Kedua, penelitian ini berjudul “Strategi Public Relations PT. Telkomsel Branch Manado Dalam Mempertahankan Citra Perusahaan.” Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Agnes Datuela (2013) didapatkan hasil bahwa strategi utama yang dilakukan PR PT.

Telkomsel branch Manado dalam mempertahankan citra di mata masyarakat ialah dengan

mengkoordinasi masalah yang ada dengan pihak Pusat (Jakarta) dan pihak area (Makassar),

karena Divisi Coordinate Communication (corcom) hanya ada di sana.

Menurut hasil dari dua penelitian di atas, disimpulkan bahwa peran Public Relations

sebagai penghubung komunikasi dan penyebar informasi kepada publiknya (internal dan eksternal) sangat penting dalam membangun dan mempertahankan citra positif perusahaan.

Dalam penelitian ini memiliki persamaan pembahasan terhadap dua penelitian tersebut,

yaitu mengenai strategi public relations dan corporate image. Sedangkan perbedaan

penelitian ini adalah peneliti akan membahas strategi public relations yang telah mengalami

perluasan peran menjadi marketing public relations dalam mempertahankan corporate image

instansi.

2.2.Penerapan Public Relations ke dalam Marketing

Menurut Soemirat dan Elvinaro (2008:99), idealnya bahwa antara public relations dan

marketing itu secara struktural sama-sama memiliki departemen (divisi) sendiri-sendiri. Tetapi secara fungsional kedua departemen bersatu untuk mencapai tujuan perusahaan.

Meskipun antara public relations dan marketing secara filosofis berbeda. Public Relations

bertujuan untuk membangun citra (kepada target publik) sedangkan marketing bertujuan

menjual produk (product selling) kepada target market. Perpaduan antara dua elemen penting

organisasi ini melahirkan konsep Marketing Public Relations (MPR) (Kriyantono, 2008:57).

Menurut Elvinaro Ardianto (2009:120-121), masuknya bidang Public Relations ke

dalam marketing, karena peningkatan kebutuhan dan minat konsumen, harga semakin

kompetitif, perlu memperluas distribusi, dan banyaknya promosi dari produk/jasa sejenis.

Public Relations dapat menjadi efektif menopang fungsi marketing, jika terlebih dahulu diperjelas dalam perencanaan marketing. Perencanaan harus matang dalam menentukan sasaran dan target perusahaan, yaitu dengan penerapan strategi dan taktik promosi untuk penjualan suatu produk. Karena itu, hubungan antara humas dan pemasaran harus sangat kuat. Sedangkan menurut Anggoro (2005:242), Humas dan kaitannya dengan pemasaran

sangat penting untuk membangun brand awareness (kesadaran produk), dan future market,

serta mendidik konsumen dan masyarakat mengenai manfaat produk atau jasa yang ditawarkan.

2.3.Pengertian Marketing Public Relations

Menurut Harris dalam Kriyantono (2008:58), Marketing Public Relations didefinisikan

(8)

konsumen. Menurut Kotler dan Keller (2007:279) Marketing Public Relations (MPR) dapat membangun kesadaran dengan menempatkan berita di media untuk menarik perhatian orang

pada suatu produk, jasa, orang, organisasi atau gagasan. Marketing Public Relations dapat

membangun kredibilitas dengan menyampaikan pesan dalam konteks editorial. Marketing

Public Relations dapat membantu untuk meningkatkan antusiasme tenaga penjualan dan

penyalur dengan cerita-cerita mengenai produk baru sebelum diluncurkan. Marketing Public

Relations dapat menurunkan biaya promosi karena Marketing Public Relations

menghabiskan biaya yang lebih rendah daripada surat langsung dan iklan media. 2.4.Peran Marketing Public Relations

Menurut Ardianto (2009:121) Marketing Public Relations ini adalah konsep Public

Relations yang berorientasi pemasaran. Sebelum dan sesudah marketing dijalankan, maka

perlu diakses dahulu atau dipelihara oleh Public Relations dengan melakukan pembentukan

citra (image building) suatu produk atau jasa yang positif. Bila citra perusahaan, produk atau

jasa sudah positif di mata konsumen, maka mempermudah upaya pemasaran publik untuk menjadi pelanggan.

Marketing Public Relations pada prinsipnya adalah merupakan suatu kegiatan yang terencana dan suatu usaha yang terus menerus untuk dapat memantapkan dan

mengembangkan itikad baik (good will) dan pengertian yang timbal balik (mutual

understanding) antara suatu organisasi dengan masyarakat. Marketing public relation (MPR)

penekanannya bukan pada selling (seperti pada kegiatan periklanan), namun peran pemberian

informasi, pendidikan dan upaya peningkatan pengertian lewat penambahan pengetahuan mengenai suatu produk/jasa/perusahaan akan lebih kuat dampaknya dan agar lebih lama diingat oleh konsumen, maka MPR merupakan suatu konsep yang lebih tinggi dan lengkap dari iklan yang biasa.

Menurut Anggoro (2005:243), ada tiga pendekatan strategis yang harus dilakukan terhadap humas dan pemasaran. Pertama, kedua fungsi itu harus diletakkan sebagai bagian dari keutuhan kelangsungan usaha. Kedua, kegiatannya difokuskan untuk meningkatkan

upaya awareness dan meningkatkan pembelian produk/jasa yang ditawarkan. Dan ketiga,

orientasinya harus difokuskan untuk menciptakan kepuasan konsumen dan dimanfaatkan

guna membentuk long term customer relationship.

2.5.Strategi Komunikasi dalam Marketing Public Relations

Menurut Hallahan (1988) yang dikutip dari Iriantara (2004:110) bahwa strategi komunikasi ini akan berkaitan dengan bagaimana mewujudkan gagasan sehingga bisa mencapai objektif yang ditetapkan. Dalam strategi ini biasanya dinyatakan apa yang akan dilakukan. Dalam menyusun strategi komunikasi ada beberapa hal yang mesti diperhatikan.

1. Khalayak. Tentukan khalayak mana yang akan dijangkau oleh kegiatan komunikasi

sejalan dengan objektif yang sudah ditetapkan. Dalam penyusunan strategi ini, penting untuk memprioritaskan publik organisasi. Namun, dengan tidak

melupakan publik intermediary (berpengaruh) yang akan membantu

(9)

2.6.Evaluasi Kinerja Marketing Public Relations

Harrison, Graham (2009) mengemukakan bahwa pengukuran komunikasi pemasaran beraneka ragam, termasuk hasil penjualan langsung dapat diatribusikan dengan kegiatan

komunikasi pemasaran, dibantu dengan kesadaran merek, brand image dan atribut, liputan

media, luasnya liputan media, sikap pelanggan, kehadiran pada pameran dagang dan acara, pembaca dari publikasi dan pengaruh dari perilaku pembelian, pertanyaan pelanggan dan keluhan kepada pusat layanan.

2.7.Pengertian Corporate Image

Konsep citra telah berkembang dan menjadi perhatian para marketer. Citra yang baik

dari suatu brand atau perusahaan akan mempunyai dampak yang menguntungkan, sedangkan

citra yang negatif akan merugikan. Citra yang baik berarti masyarakat/publik mempunyai

kesan positif terhadap suatu brand atau perusahaan, sedangkan citra yang kurang baik

mempunyai kesan yang negatif. Kotler & Fox mendefinisikan bahwa citra adalah jumlah dari keyakinan-keyakinan, gambaran-gambaran, dan kesan-kesan yang dipunyai seseorang pada suatu objek (Sutisna, 2002).

Setiap perusahaan mempunyai citra yang mempengaruhi pandangan publik tentang kualitas produk/jasa yang diberikan perusahaan, sejalan dengan pengalaman dan penilaian konsumen terhadap produk/jasa tersebut. Paul R. Smith menjelaskan secara khusus tentang citra perusahaan (Smith, 1995:332), citra perusahaan merupakan sekumpulan persepsi orang terhadap sebuah organisasi. Citra dalam persepsi terbentuk melalui indera penglihatan, suara, aroma, sentuhan, cita rasa, dan perasaan berdasarkan pengalaman memakai produk, pelayanan, lingkungan usaha maupun komunikasi perusahaan.

Selanjutnya Smith menguraikan bahwa citra perusahaan meliputi berbagai aktivitas perusahaan mulai dari kesan visual, logo, kop dokumen, stempel, poster dan proses keramahan pelayanan, tata letak kantor, pilihan warna dan corak seragam, karpet,

wallpaper, penyejuk ruangan, aroma kantor, desain interior hingga masalah yang langsung berkaitan dengan kualitas bisnis perusahaan baik barang maupun jasa.

Berdasarkan uraian diatas, bisa dikatakan bahwa corporate image adalah bagaimana suatu

perusahaan dipersepsikan dan dilihat oleh masyarakat atau publik, dalam hal ini konsumen,

pesaing, suplier, pemerintah dan masyarakat umum. Corporate image terbentuk dari kontak

dengan perusahaan tersebut dan dengan menginterpretasikan informasi mengenai perusahaan tersebut. Informasi-informasi ini dapat didapatkan dari program-program dan iklan-iklan dari perusahaan tersebut.

2.8.Pentingnya Corporate Image

Norris dalam Frank Jefkins (1996:71) tentang pentingnya citra bagi perusahaan menyebutkan bahwa sangat penting bagi perusahaan untuk memiliki kesan dan reputasi yang baik sama baiknya dengan nama baik seorang usahawan dan untuk alasan yang sama nama perusahaan sangat berkaitan dengan keputusan pembelian konsumen.

Citra perusahaan (corporate image) adalah pemberi bentuk dan dasar bagi langkah

perusahaan dalam membentuk citra merek. Jika citra perusahaan biasa-biasa saja (tidak baik

juga tidak buruk) maka tidak akan mempengaruhi citra merek (brand image). Sebaliknya jika

terdapat citra perusahaan, baik itu citra positif atau negatif maka akan memberi pengaruh

pada pembentukan brand image. Menurut Terence A. Shimp (2003), Corporate image yang

(10)

3. METODE PENELITIAN

Penelitian ini dilaksanakan di PT Televisi Transformasi Indonesia yang terletak di Jalan Kapten Tendean Kav. 12-14 A, Mampang, Jakarta Selatan. Sedangkan waktu penelitian dilakukan dari bulan Januari-April 2016. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskriptif. Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan metodologinya merupakan penelitian kualitatif.

Dalam penelitian ini, teknik pengambilan data yang dipakai adalah observasi, kuisioner, dan wawancara. Dalam memilih responden untuk mengisi kuisioner, peneliti menggunakan

sample secara acak menggunakan accidental sampling, yaitu memilih siapa saja yang kebetulan dijumpai dapat dijadikan sampel (Kriyantono, 2008:160). Sementara sumber informan untuk wawancara, peneliti memilih sendiri informan yang akan diwawancara

menggunakan purposive sampling. Purposive sampling memungkinkan peneliti untuk

menentukan sendiri informan yang menurutnya paling kompeten dan relevan untuk dimintai keterangan dan dapat memberikan gambaran yang kaya, sesuai dengan kebutuhan peneliti (Suharyanti, 2012:174). Sumber informan dan responden yang akan dilibatkan dalam penelitian memiliki kriteria-kriteria yang telah ditentukan:

1. Supervisor MPR Trans TV (Ichwan Murni)

2. Staff MPR Trans TV (Yola Utami, Gabriella F. Siregar, Danu Prakoso, dan

Markus Johanes)

3. 50 responden acak

Teknik analisa data dengan menggunakan model Miles dan Huberman, dimana terdapat tiga tahap yaitu reduksi data, penyajian data, dan verifikasi. Serta dilakukan triangulasi data.

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1.Profil TRANS TV

4.1.1. Lokasi dan Fasilitas

Gambar 4.1 Logo PT Televisi Transformasi Indonesia (TRANS TV)

Gedung TRANS TV2 dibangun dengan arsitektur neo klasik, terletak di atas tanah

seluas ± 2 hektar, berlokasi di Jalan Kapten Piere Tendean Kav. 12-14 A, Jakarta 12790, dan merupakan gedung pertama di Indonesia yang dirancang khusus bagi stasiun televisi. Gedung sembilan lantai ini ditanam kabel-kabel, termasuk kabel serat optik, sepanjang 1.300 meter guna mendukung sistem siaran digital yang digunakan TRANS TV.

Tiga studio yang digunakan untuk memproduksi program-program inhouse drama

maupun non drama terletak di lantai pertama. Studio tersebut adalah Studio 1 seluas 900 m2

dengan kursi penonton permanen sejumlah 365 buah, Studio 2 dengan luas 600 m2, dan

Studio 3 seluas 400 m2.

Di lantai dua terdapat Master Control Room (MCR) atau ruang kontrol utama sebagai

jantung operasi penyiaran TRANS TV yang dibangun dengan teknologi digital penuh.

Melalui teknologi tersebut maka MCR mampu beroperasi nyaris tanpa pita (tapeless

operation). Selain MCR, pada lantai ini juga terdapat ruang kontrol Studio 1, ruang kontrol

Studio 2, ruang edit, tape cassette library, ruang logistik, dan ruang wardrobe.

(11)

Lantai tiga merupakan markas besar divisi News TRANS TV serta bertempatnya satu

studio berteknologi Virtual Set yang menggunakan green screen untuk menunjang siaran

pemberitaan, yaitu Studio 5. Lantai bernuansa biru ini dirancang agar dapat beroperasi setiap hari selama 24 jam, sehingga dilengkapi dengan kamar-kamar tidur maupun kamar mandi yang terpisah bagi pria dan wanita.

4.1.2. Sejarah

TRANS TV memperoleh ijin siaran nasional pada Oktober 1998 setelah dinyatakan lulus dari uji kelayakan yang dilakukan tim antar departemen pemerintah, kemudian resmi siaran secara komersial pada 15 Desember 2001. Usahanya di bawah naungan TRANS CORP yang dimiliki oleh CT CORP.

TRANS TV mulai mengudara secara teknis selama beberapa jam per hari di wilayah Jakarta, Bogor, Tangerang, dan Bekasi pada 22 Oktober 2001. Kemudian pada 25 Oktober

2001 mulai menyiarkan program bertajuk Trans Tune-In serta siaran langsung upacara

peresmian Bandung Supermall, sekaligus memperluas jangkauan siaran TRANS TV hingga wilayah Bandung dan sekitarnya. Berkat perencanaan yang baik, TRANS TV dapat memperoleh alokasi frekuensi UHF yang rendah dibandingkan stasiun-stasiun televisi lain. Kanal frekuensi yang rendah tersebut memudahkan pemirsa mencari gelombang siaran TRANS TV. Sampai saat ini TRANS TV tetap konsisten memproduksi secara inhouse

maupun menayangkan program-program dengan citra “Trendsetter, Lifestyle, dan HBOnya

Indonesia” seperti Extravaganza, Ceriwis, Termehek-mehek, atau pun Bioskop TRANS TV yang menjadikan TRANS TV memiliki ciri khas tersendiri serta membedakannya dari stasiun-stasiun televisi lainnya.

4.1.3. Visi dan Misi 4.1.3.1. Visi :

Menjadi televisi terbaik di Indonesia maupun ASEAN, memberikan hasil usaha yang positif bagi stakeholders, menyampaikan program-program berkualitas, berperilaku berdasarkan nilai-nilai moral budaya kerja yang dapat diterima oleh stakeholders serta mitra kerja, dan memberikan kontribusi dalam meningkatkan kesejahteraan serta kecerdasan masyarakat.

4.1.3.2. Misi :

Wadah gagasan dan aspirasi masyarakat untuk mencerdaskan serta mensejahterakan bangsa, memperkuat persatuan dan menumbuhkan nilai-nilai demokrasi.

4.2.Analisis Proses Bisnis

4.2.1. Target Audience

Berdasarkan SES (Social Economic Status), TRANS TV membidik segmen pemirsa

kelas menengah atas atau dalam istilah pemasaran dikenal sebagai kelompok ABC. Kelompok A adalah target audience yang memiliki pengeluaran rumah tangga sebesar Rp 4.000.001,- ke atas per bulannya, kelompok B adalah target audience dengan pengeluaran Rp 2.500.001,- s/d Rp 4.000.000,- per bulannya, sedangkan kelompok C memiliki pengeluaran sesesar Rp 1.000.001,- s/d Rp 2.500.001,- per bulan.

4.2.2. Program Content

Pada dasarnya program TRANS TV menganut konsep general entertainment sehingga pemirsanya bisa menikmati berbagai tayangan hiburan drama maupun non drama serta tayangan berita.

a. Tahun I : 60% program asing, 40% program lokal.

(50% dari komposisi program lokal merupakan produksi TRANS TV)

b. Tahun II : 45% program asing, 55% program lokal.

c. Tahun III : 30% program asing, 70% program lokal.

(12)

Kemudian di tahun VI, yaitu 2007 sampai dengan saat ini TRANS TV telah menayangkan 85% program produksi sendiri (inhouse production) dan 15% program beli (lokal maupun asing).

4.3.Proses Komunikasi Marketing PR dengan Audiens

Model komunikasi yang diterapkan Marketing PR TRANS TV adalah Two Way

Asymmetric. Model ini memiliki tujuan untuk mempersuasif komunikan. Komunikasinya dua arah dengan efek-efek tak berimbang. Model ini digunakan untuk merencanakan suatu aktivitas dan memilih sasaran-sasaran, serta evaluatif, menemukan jika sasaran telah dicapai. Bisnis yang kompetitif dan perusahaan-perusahaan public relations merupakan tempat praktik utama di masa-masa sekarang (Gozali, 2005).

Gambar 4.2 Penjabaran Proses Komunikasi di TRANS TV dan audience

Dapat dikatakan bahwa pihak Marketing PR TRANS TV berperan sebagai sumber yang

memberikan pesan kepada audience/publik sebagai penerima. Setelah pesan diterima oleh

audience, pesan akan dikembalikan kepada pihak Marketing PR TRANS TV dengan

menyertakan feedback. Proses komunikasi akan berhenti setelah audience merespon pesan

yang dikirimkan oleh Marketing TRANS TV. Respon yang diberikan oleh audience dapat

diamati di media sosial TRANS TV. Media sosial yang aktif digunakan oleh MPR TRANS

TV adalah instagram, facebook, dan twitter. Sedangkan situs berbagi video yang paling

sering digunakan adalah youtube.

4.4.Perluasan Peran PR di TRANS TV

Public Relations bertujuan membangun persepsi publik hingga sesuai dengan kebijakan

manajemen. Menurut Wasesa (2006:71), perluasan peran dan fungsi Public Relations dapat

dilakukan dengan:

1. Perluasan untuk kepentingan internal perusahaan. PR bertanggung jawab membentuk

citra perusahaan di kalangan stakeholder internal.

2. Perluasan untuk kepentingan eksternal perusahaan. PR harus mendukung kinerja

manajemen dalam membangun relasi yang saling menguntungkan dengan stakeholder

eksternal. Melalui peran eksternal PR di Indonesia yang semakin berkembang, muncul tiga

perluasan bidang PR, yaittu financial PR, marketing PR, dan trade PR. Marketing PR fokus

pada upaya membangkitkan minat pihak ketiga agar mau menceritakan tentang kebaikan merek.

Tugas PR di TRANS TV lebih berfokus pada perluasan eksternal yaitu maintance

audience dan publik, sehingga untuk perluasan internal lebih terkait pada bagian audiens

(13)

Publik utama yang dijadikan sasaran oleh MPR untuk mengembangkan hubungan baik

adalah pemirsa dan penonton potensional. Publik yang berpengaruh, seperti pemerintah dan

kelompok masyarakat dan komunitas juga penting. Kegiatan MPR berkonsentrasi pada kerjasama antara perusahaan, rekanan bisnis perusahaan, dan komunitas. MPR di TRANS TV

memiliki kewenangan untuk merancang dan melakukan promosi program acara secara off air,

tentu dengan persetujuan dari Direktur Sales dan Marketing.

Kebutuhan manajemen public relations setiap perusahaan berbeda satu dengan yang

lain. Di TRANS TV, Departemen PR berada di bawah Sales dan Marketing. Peran PR di TRANS TV mengalami perluasan menjadi Marketing Public Relations (MPR). Marketing PR

adalah bagian dari public relations yang digunakan untuk tujuan marketing. MPR merupakan

cara mendekatkan kerenggangan antara Marketing dan PR untuk keuntungan konsumen

(audience), bisnis dan sosial. Marketing PR berkontribusi untuk mencapai tujuan komunikasi

brand (perusahaan) dan dengan keterlibatan lebih besar dalam proses marketing (Kitchen, 2014). Sedangkan tiap-tiap divisi mempunyai susunan struktur organisasi yang independent dipimpin oleh seorang direktur. Hal ini bertujuan untuk mempermudah pengawasan kepegawaian dan produksi pada tiap-tiap divisi.

4.5.Mempertahankan Corporate Image TRANS TV

4.5.1. Strategi Perencanaan Kegiatan PR

Dalam mempertahankan Corporate Image TRANS TV, Marketing Public Relations menggunakan strategi perencanaan PR sebagai pendekatan untuk melakukan perencanaan kegiatan. Menurut Ronald D. Smith (2013), terdapat empat bagian dalam perencanaan, yaitu

formative research, strategy, tactics, dan evaluative research. 1. Formative Research

Terdapat tiga tahap analisis pada bagian ini : a. Analyzing The Situation

PT Televisi Transformasi Indonesia (TRANS TV) adalah perusahaan yang menawarkan produk berupa jasa di bidang bisnis pertelevisian. TRANS TV berada dibawah

naungan TRANS Corp platform Media yang masih menjadi bagian dari CT Corp.

Gambar 4.3 Struktur Perusahaan CT CORP

(Sumber : http://www.ctcorpora.com/business-transcorpora.php)

TRANS TV merupakan stasiun tv pertama dari CT Corp yang sekarang menjadi salah

(14)

rumah produksi sendiri yang kuat dan kreatif sehingga menghasilkan program acara yang menjadi tolak ukur stasiun tv serupa.

b. Analyzing The Organization

Pada tahap ini teknik analisis yang digunakan adalah SWOT (Strength, Weakness,

Opportunity, Threat). Dalam menganalisis tahap ini, peneliti menggunakan elemen pendekatan internal dan eksternal.

1) Strength

TRANS TV memiliki image dan positioning yang semakin kuat sebagai TV

trendsetter, lifestyle, dan Box Office Movie Indonesia 2) Weakness

Kurangnya awareness audience pada program-program baru yang ditayangkan dan

banyak terdapat perubahan jadwal program 3) Opportunity

Program yang bervariasi dan memiliki keunikan menjadi daya tarik dan alternatif dari jenuhnya pemirsa terhadap tayangan sinetron

4) Threat

Kompetisi yang semakin ketat dalam industri pertelevisian nasional dan regulasi KPI yang multi tafsir

c. Analyzing Public

Karakter publik juga harus diperhatikan secara detail, karena pemahaman ini akan memudahkan untuk memilah audiens. Terdapat tiga pembagian audiens menurut Wasesa (2006: 212) :

1) Audiens Primer

Publik yang masuk dalam kategori ini merupakan mereka yang terlibat secara langsung

terhadap perusahaan, seperti stakeholder dan shareholder TRANS TV.

2) Audiens Sekunder

Mereka yang menjadi pemirsa yang menyaksikan program acara TRANS TV melalui media elektronik akan dikategorikan ke dalam audiens sekunder. Audiens ini secara tidak langsung akan membiasakan diri terhadap stereotip yang telah berkembang di masyarakat mengenai perusahaan.

3) Audiens Tersier

Audiens ini merupakan yang masih potensial untuk menjadi target market. Publik yang

menjadi target adalah orang-orang yang belum terlalu terpengaruh stereotip dari audiens primer dan sekunder, contohnya WNI di luar negri yang tentunya untuk menyaksikan

program acara TRANS TV menggunakan media online (streaming) dan orang yang memilih

tv berlangganan. 2. Strategy

a. Establishing Goals and Objectives

1) Goals : mempertahankan reputasi TRANS TV sebagai stasiun televisi yang

menjadi trendsetter stasiun tv serupa di Indonesia.

2) Objectives : meningkatkan rating program acara, mempersuasif publik untuk menyaksikan TRANS TV, membuat partnership dengan rekanan bisnis, mempertahankan dan meningkatkan loyalitas audiens.

b. Formulating Actions and Response Strategies

Marketing PR TRANS TV menggunakan strategi proaktif untuk mencapai goals dan

objectives.

1) Action :

 Partnership melalui bagian Event dan Community Development.

(15)

2) Communication :

 Penyebaran pesan informasi melalui bagian Social Media Content dan Publicity

c. Developing The Message Strategy

Pesan diinterpretasikan dalam konteks pengetahuan persuasi ini yang dihasilkan oleh kesadaran bahwa iklan adalah persuasif komunikasi. Menurut Salomon dan Englis dalam Baker (2008), persuasi pertemuan komersial dan media hiburan media, yang sering jatuh di bawah kategori komunikasi kabur. Konsumen terkena bentuk-bentuk komunikasi pemasaran tradisional (misalnya, iklan antara program) umumnya sadar maksud persuasif, dan kesadaran ini mungkin melawan dampak persuasif pesan ini.

Berdasarkan pengamatan, Marketing Public Relations bagian Media Sosial dan Publicity memiliki peran dalam pembuatan content informasi yang dapat mengajak dan

menarik audience untuk berpartisipasi pada kegiatan/acara melalui platform online.

3. Tactics

Selecting Communications Tactics and Implementing The Strategic Plan

Marketing Public Relations memiliki peranan dalam upaya mencapai tujuan yang

diantaranya adalah membangun brand awareness perusahaan, membangun kepercayaan

publik, mendorong minat ketertarikan publik, dan menekan biaya promosi. Brand

awareness adalah kesadaran publik untuk mengenali dan mengingat kembali sebuah merek. MPR pada dasarnya mencakup segala sesuatu yang mempengaruhi bagaimana

orang-orang memahami stasiun TV, citra (image) yang ingin diperlihatkan ke publik untuk

membentuk reputasi yang ingin ditampilkan oleh perusahaan melalui opini publik. Menurut

Wasesa (2006), dalam membangun image, TRANS TV menggunakan dua jenis aktivitas

untuk membentuk opini publik, yaitu : 1. Media Direct

a.Formal :

1) Press Conference : TRANS TV mengundang sejumlah media partner melalui media

relations untuk hadir dalam press conference mengenai suatu tema.

2) Press Release : TRANS TV mengirimkan release pers melalui media relations untuk dimuat oleh media partner (cetak dan radio).

3) Product Launching (Program Launching) : Kegiatan ini biasanya diselenggarakan setelah press conference untuk peluncuran program acara baru atau acara khusus.

b. Informal :

Media Gathering : mengundang media partner bergabung dalam forum semi formal, biasanya untuk menjelaskan beberpa isu yang berkaitan dengan perusahaan.

2. Media Indirect

a. Kunjungan Instansi : TRANS TV memberikan kesempatan pada instansi yang ingin

mengadakan kunjungan. Hal ini dilakukan untuk membina hubungan yang baik dengan instansi tersebut.

b. Seminar pihak ketiga : TRANS TV bekerjasama dengan beberapa brand untuk

menjadi sponsor ataupun narasumber dalam seminar yang berkaitan.

c. Event pihak ketiga : TRANS TV merancang event yang berksitsn dengan brand yang

bekerjasama dan perusahaan atau program acara. 4. Evaluative

Evaluating The Strategic Plan

Pada tahap evaluasi ini, peneliti menggunakan metode pengukuran tahap outcome jenis

(16)

Gambar 4.4 Hasil Survei Tanggapan Responden Terhadap TRANS TV

Berdasarkan hasil grafik diatas diketahui bahwa 98% responden berlatar pendidikan diatas jenjang SMA, yang bedampak pada kemampuan responden sebagai audiens dalam menangkap informasi yang diberikan dari MPR. Terdapat 74% responden berpendapat bahwa program acara yang disajikan TRANS TV baik, hal ini dapat membuktikan TRANS TV

sebagai trendsetter acara-acara yang berkualitas. Rentang waktu yang dihabiskan 48%

responden untuk menyaksikan acara di TRANS TV adalah pukul 19.00-21.00 WIB. Informasi mengenai ticketing audiens diperoleh melalui teman sebanyak 56%.

4.5.2. Konsep Strategi yang Digunakan Marketing Public Relations TRANS TV

Menurut observasi yang telah dilakukan, Marketing PR menggunakan konsep AIDA (Attention, Interest, Desire, Action). Konsep ini merupakan salah satu konsep strategi pemasaran yang bertujuan untuk memberi kepuasan pada konsumen dan memberi keuntungan pada perusahaan.

1. Attention

Di tahap perhatian (attention) komunikator melakukan strategi agar calon audiens

tertarik terhadap penawaran yang dilakukannya. Strategi yang digunakan untuk mendapatkan perhatian dari calon audiens, komunikator harus menampilkan sikap yang baik, tutur kata dan cara berpakaian yang menarik agar mendapatkan penilaian yang positif dari calon audiens. Proses tersebut bisa dikatakan sebagai proses awareness / kesadaran akan adanya produk yang disampaikan ke konsumen (Kotler dan Keller, 2009:178).

2. Interest

Tahap ini komunikator berusaha meningkatkan perhatian calon audiens menjadi minat dengan cara menciptakan suasana yang menyenangkan, mendengarkan, dan memahami

kebutuhan konsumen. Interest merupakan adanya minat yang menarik perhatian konsumen

akan pesan yang ditunjukkan. 3. Desire

Pada tahap ini komunikator harus dapat meyakinkan calon audiens dengan menjelaskan keuntungan yang akan didapat calon audiens. Dengan setelah adanya ketertarikan akan

menimbulkan hasrat, keinginan (desire) konsumen untuk membeli dan menggunakan produk

yang ditawarkan oleh komunikator tersebut. 4. Action

Pada tahap tindakan (action) komunikator memberikan keyakinan bahwa barang, jasa,

dan ide yang telah dibeli merupakan langkah tepat yang dapat memberikan keuntungan bagi komunikan/audiens.

4.5.3. Strategi Komunikasi Marketing Public Relations TRANS TV

IMC (Integrated Marketing Communication) sebagai konsep di mana suatu perusahaan

(17)

banyak untuk menyampaikan pesan yang jelas, konsisten, dan meyakinkan mengenai perusahaan dan produknya (Kotler dan Armstrong, 2001:138).

MPR dalam konsepsi IMC melakukan pekerjaan yang sangat luas dan beragam, tidak

hanya bertugas mengumpulkan opini publik saja, tetapi juga bertugas mengatur corporate

brand dan menjaga reputasinya.

Marketing PR TRANS TV memiliki beragam kegiatan yang mendukung promosi

program acara secara off air. Tentu untuk memberitahukan informasi mengenai program

acara tersebut membutuhkan cara komunikasi yang tepat kepada audience. Dalam menyusun

strategi komunikasi ada beberapa hal yang diperhatikan.

1. Khalayak. Target yang ditentukan oleh TRANS TV berdasarkan kategori usia,

seperti anak-anak, remaja, dan keluarga.

2. Tema. Tim Audience Development merencanakan progam-program off air

untuk sesuai program acara baru yang dibuat oleh produksi dan merancang program untuk acara yang bekerjasama dengan sponsor sesuai kriteria tema yang diinginkan klien.

3. Event dan Media. Event yang dilakukan oleh Marketing PR biasanya secara off

air dengan media penyebaran informasi melalui platformsocial media TRANS TV.

4.5.4. Strategi Marketing Public Relations Mempertahankan Corporate Image

TRANS TV

Dalam menjalankan strateginya, pendekatan marketing yang digunakan oleh Marketing

PR TRANS TV :

1. Content Marketing

Menurut Joe Pulizzi, pendiri Content Marketing Institute, content marketing adalah

pendekatan pemasaran strategis berfokus pada menciptakan dan mendistribusikan secara berharga, relevan, dan konten yang konsisten untuk menarik dan mempertahankan audiens,

dan pada akhirnya, untuk mendorong tindakan pelanggan yang menguntungkan.3 Marketing

PR TRANS TV menggunakan pendekatan ini untuk memberikan informasi kepada

followernya. Isi dari pesan/informasi itu terkait hari, tanggal, waktu, tempat, dan tema program acara yang akan diadakan. Bagian Social Media akan mengemas isi pesan tersebut sehingga menarik audiens untuk menyimak dan mengikuti acara.

2. Affinity Marketing

Affinity marketing adalah model bisnis yang dilakukan berdasarkan kemitraan.4 Sebuah metode penjualan produk dan jasa dengan menciptakan hubungan kerjasama dengan perusahaan dan brands yang sejeni atau relevan. TRANS TV dibawah naungan

TRANSMEDIA bermitra dengan beberapa perusahaan selain untuk keuntungan financial

tetapi juga memperoleh pemberitaan sehingga TRANS TV dan perusahaan tersebut mendapatkan reputasi yang baik di publik.

3. Event Marketing

Event marketing adalah sebuah bentuk promosi merek yang mengingat suatu merek dengan kegiatan kebudayaan, sosial, olahraga atau tipe kegiatan lainnya yang mengandung tingkat keterkaitan publik yang tinggi (Shimp, 2003).

Mendukung pendapat Shimp, menurut Kotler dan Keller (2007:205) perusahaan mensponsori kegiatan dan program- program yang dirancang untuk menciptakan interaksi setiap hari atau interaksi yang berkaitan dengan merek.

Pada intinya definisi dari event marketing adalah memberikan konsumen pengalaman

menarik yang berhubungan dengan suatu produk tertentu. TRANS TV sering menggelar

3 http://contentmarketinginstitute.com/getting-started/ diakses 3 November 2016

(18)

acara hiburan, seperti acara bertema musik, yang bekerjasama dengan brand tertentu sebagai

sponsorship. Acara ini mengajak audiens untuk hadir ikut serta memeriahkan. 4. Digital Marketing

Menurut Coviello, Milley, dan Marcolin (2001:26) digital marketing adalah

penggunaan internet dan penggunaan teknologi interaktif lain untuk membuat dan menghubungkan dialog antara perusahaan dan konsumen yang telah teridentifikasi. Marketing PR TRANS TV mengembangkan interaksi dengan audiens dengan memanfaatkan

platform online untuk berkomunikasi. Platform itu berupa media social, e-mail, dan

messenger.

Berdasarkan observasi yang dilakukan dalam penelitian ini, dihasilkan dimensi strategi

yang digunakan Marketing Public Relations TRANS TV mempertahankan corporate image :

1. Berpikir dari perspektif audiens.

Menempatkan diri dan mengubah cara pandang di posisi audiens, membuat MPR mengerti kebutuhan dan keinginan audiens serta cara tepat untuk mengkomunikasikannya.

2. Mengetahui batas-batas perusahaan.

Menyoroti kelebihan dan kelemahan yang dimiliki perusahaan dan membuatnya berbeda dari kompetitor. Menggunakan hal ini sebagai keuntungan pada program-program MPR yang akan direncanakan.

3. Membuat tranding melalui content social media

Menggunakan sebuah topik untuk membentuk tranding topik dan opini yang akan dibicarakan oleh publik secara positif.

4. Memperoleh ulasan pemberitaan dari pihak ketiga

Membentuk partnership dengan beberapa media melalui bagian media non tv dan media relations untuk bekerjasama dan mendapat timbal balik berupa brand awareness dan opini publik yang berdampak pada reputasi perusahaan yang baik.

5. Search engine optimization (SEO)

Menempatkan brand pada posisi pertama di kolom pencarian yang relevan dengan perusahaan akan meningkatkan reputasi yang baik bagi perusahaan.

6. Mengelola press kit.

Memberikan merchandise pada kolega yang relevan juga bisa sebagai bentuk promosi dan brand awareness.

7. Menjadi pelopor

Menjadi pelopor memiliki pengaruh yang besar sebagai tolak ukur kompetitor, terlebih

mampu menghasilkan program secara secara mandiri (in house production) yang orisinil

karya dari staff produksi.

8. Menumbuhkan kesadaran konsumen terhadap program baru yang ditampilkan

Mempersuasif penonton untuk menyaksikan program acara baru yang disiarkan.

9. Hadir di acara-acara yang relevan

Berpartisipasi pada acara-acara yang relevan akan memperoleh brand awareness dan

reputasi yang baik pada perusahaan.

Media yang digunakan untuk memaksimalkan strategi MPR TRANS TV :

1. Digital

a. Social Media

Di era digital, social media menjadi media yang penting dan utama digunakan hampir seluruh

(19)

Gambar 4.5 Media yang Digunakan oleh Marketing PR TRANS TV untuk Penyebaran Informasi

b. Mobile Content

Media mobile berupa telfon dan sms blast masih digunakan untuk memudahkan penyebaran

informasi tanpa terkendala jaringan internet yang terkadang kurang stabil. Terkadang, beberapa orang lebih memilih bertukar informasi atau sekadar menanyakan info melalui

messenger.

c. Web Content

Suatu perusahaan seharusnya memiliki website resmi untuk memudahkan konsumen

(audience) saat mencari informasi mengenai perusahaan tersebut. Selain content isi website,

yang perlu dipertimbangkan adalah desain website.

2. Konvensional

a. Terbitan : TRANS TV menggunakan media banner untuk mempromosikan program

acaranya. Banner akan diletakkan di depan studio saat program acara on air

berlangsung, banner juga diletakkan di dekat meja recepcionist. Ketika acara off air,

banner biasanya akan diletakkan di stand yang tersedia.

b. Acara-acara : MPR TRANS TV mengadakan acara-acara off air untuk

mempromosikan program acara terbarunya.

c. Pemberian dana sponsor : TRANS TV memberikan sponsorship pada kegiatan yang

dinilai sesuai dengan kriteria dan sejalan sengan tujuan perusahaan.

d. Berita : TRANS TV bekerjasama dengan beberapa media cetak untuk memuat

beberapa artikel mengenai program acara baru dan event yang dilakukan.

e. Ceramah : TRANS TV bekerjasama dengan beberapa perguruan tinggi di Indonesia

untuk mengadakan sejumlah seminar bertema jurnalistik.

f. Kegiatan Layanan Masyarakat : TRANS TV melakukan CSR melalui CT Foundation.

g. Media Identitas : TRANS TV memiliki identitas visual yang langsung dikenal

masyarakat. Identitas visual tersebut terdapat dalam logo perusahaan yang dimuat juga pada alat tulis, brosur, tanda, formulir bisnis, kartu nama, bangunan, seragam,

(20)

4.5.5. Evaluasi Strategi Marketing PR

Dalam mengevaluasi keberhasilan strategi MPR TRANS TV menggunakan metodologi

Media Content Analysis dan Survey. 1. Media Content Analysis

Gambar 4.6 Follower via Twitter dan Facebook

Pada chart follower Twitter TRANS TV mengalami peningkatan jumlah follower dari

bulan Januari – Maret 2016, disusul TRANS7 lalu SCTV. Sedangkan untuk follower di chart

Facebook, TRANS TV dan TRANS Corp berada di urutan ke-6 dan 7. Perbandingan jumlah

follower ini digunakan sebagai tolak ukur daya tarik content pesan yang disampaikan oleh

tim Social Media untuk mempengaruhi publik dan brand awareness audiences terhadap

TRANS TV. 2. Survey

Survei dari Frontier Consulting Group ini dilakukan pada empat kelompok responden, yaitu praktisi manajemen bisnis, pemegang saham/investor, wartawan selain infotainment, dan masyarakat. Kriteria responden dalam grup manajemen adalah mereka yang memiliki setidaknya di posisi manajer di perusahaan produk dan antara 30 sampai 65 tahun. Investor responden adalah mereka yang telah melakukan transaksi saham dalam satu tahun terakhir dan/atau saat ini berinvestasi dalam saham, kewajiban, atau sekuritas perusahaan tertentu. Rentang usia responden investor adalah 30 sampai 65 tahun. Responden wartawan adalah orang-orang yang memiliki profesi wartawan yang meliput ekonomi dan bisnis (tidak

termasuk wartawan infotainment/hiburan) di media massa, antara 25 sampai 65 tahun.

Sementara itu, untuk umum diambil dari masyarakat, berusia antara 25-65 dan memiliki keluarga yang menghabiskan minimal Rp 6 juta per bulan.

Ada 3670 responden dalam proyek ini. Metode survei yang digunakan adalah wawancara tatap muka, wawancara telepon dan survei online. Metode sampling untuk responden di dalam manajemen, pemegang saham/investor dan kelompok-kelompok

wartawan adalah sampling purposive, dan untuk responden umum adalah sampling acak

daerah multistage.

Wawancara telepon dilakukan untuk panel umum, manajemen dan investor. Metode pengambilan sampel adalah sampel acak dari database tiga panel. Survei ini dilakukan pada bulan Maret-April 2016. Jumlah responden untuk survei Corporate Image 2016 adalah 900 untuk panel umum, 1.165 untuk panel manajemen, 1.325 untuk panel investor, dan 280 untuk

panel wartawan.5

(21)

Gambar 4.7 Pemenang CIA Kategori Televisi Nasional 2010-2016

Bila dilihat dari hasil CII tahun 2010-2016, TRANS TV mengalami perubahan yang baik. Pada tahun dimulainya Corporate Image Award 2010, TRANS TV berada di posisi kedua dengan hasil CII 3.957. Di tahun 2011-2013, TRANS TV meraih posisi kedua dengan

predikat Excellent. Tetapi di tahun 2014-2016, TRANS TV meraih posisi pertama dengan

predikat Excellent.

Berdasarkan evaluasi metode diatas, hasil yang didapat adalah TRANS TV mampu

mempertahankan reputasi baik terhadap stakeholder, shareholder, audiens, dan publiknya.

Dengan adanya reputasi yang baik, TRANS TV dapat memperoleh kepercayaan dari masyarakat sebagai media pelopor program acara yang bernilai positif.

5. KESIMPULAN

TRANS TV merupakan perusahaan yang bergerak di bidang pertelevisian Nasional dan memiliki reputasi baik di mata publik. Dalam proses komunikasi Marketing Public Relations

(MPR) TRANS TV menggunakan two way assymmetric, dengan tujuan untuk mempersuasif

audiens.

Kebutuhan manajemen Public Relations tiap perusahaan berbeda, perluasan peran PR

di TRANS TV menjadi MPR yang lebih fokus pada maintance audience dan publik serta

penghubung antara Divisi Produksi dan penonton. Kendati berada dibawah Sales dan Marketing, Divisi MPR TRANS TV menggunakan strategi perencanaan PR dalam kegiatan program. Melalui konsep pemasaran AIDA MPR memberi kepuasan pada penonton dan memberi keuntungan pada perusahaan. Untuk mengkomunikasikan strateginya, MPR TRANS TV menggunakan strategi IMC untuk mengumpulkan opini publik, mengatur

corporate brand, dan menjaga reputasinya.

Dalam mempertahankan Corporate Image perusahaan, MPR menggunakan pendekatan

marketing, yaitu content marketing, affinity marketing, event marketing, dan digital

marketing. Langkah strategi MPR TRANS TV mempertahankan corporate image adalah

berpikir dari perspektif audiens, mengetahui batas-batas perusahaan, membuat feedback

melalui content social media, memperoleh ulasan pemberitaan dari pihak ketiga, search

engine optimization (SEO), mengelola press kit (merchandise), menjadi pelopor bagi perusahaan televisi lain, menumbuhkan kesadaran konsumen terhadap program baru yang ditampilkan, dan hadir di acara-acara yang relevan.

Untuk mengevaluasi strategi MPR TRANS TV menggunakan metode Media Content

Analysis dan Survey. Hasil yang diperoleh melalui media content analysis adalah follower

Twitter TRANS TV mengalami peningkatan jumlah follower dari bulan Januari – Maret

2016. Perbandingan jumlah follower ini digunakan sebagai tolak ukur daya tarik konten

(22)

awareness audiences terhadap TRANS TV. Melalui metode survey oleh Frontier Consulting Group, hasil CII di tahun 2014-2016, TRANS TV meraih posisi pertama dengan predikat Excellent. Berdasarkan hasil evaluasi yang didapat, TRANS TV mampu mempertahankan

reputasi baik terhadap stakeholder, shareholder, audiens, dan publiknya.

6. DAFTAR PUSTAKA

Anggoro, Linggar. 2005.Teori dan Profesi Kehumasan. Jakarta: Bumi Aksara.

Ardianto, Elvinaro. 2009. Public Relations Praktis. Edisi pertama. Jakarta: Widya Padjajaran. Baker, Michael and Susan Hart. 2008. The Marketing Book. Ed : 6th. London: Routledge. Beard, Mike. 2004. Manajemen Departemen Public Relations. Jakarta: Penerbit Erlangga. Coviello, N., Milley, R. and Marcolin, B. 2001. Understanding IT-Enabled Interactivity in

Contemporary Marketing. Journal of Interactive Marketing Vol.15 No. 4.

Datuela, Agnes. 2013. Strategi Public Relations PT. Telkomsel Branch Manado Dalam

Mempertahankan Citra Perusahaan. Journal “Acta Diurna” Vol. II No. I Th. 2013.

Gozali, Dodi M. 2005. Communication Measurement: Konsep dan Aplikasi. Pengukuran

Kinerja Public Relations. Bandung: Simbiosa Rekatama Media.

Harrison, G., Ray Donnelly, and Phil Megicks. 2009. CIM Coursebook: The Marketing Planning Process. London: Elsevier.

Iriantara, Yosal, 2004. Community Relations: Konsep, dan Aplikasinya, Cetakan Pertama.

Bandung : Penerbit Simbiosa Rekatama Media Group. Jefkins, Frank. 1996. Periklanan, Edisi 3. Jakarta: Erlangga.

Khadijah, Siti. 2012. Strategi Public Relations Dalam Membangun Citra Perusahaan (Studi

Deskriptif Membangun Hubungan Baik Dengan Media Dalam Upaya Meningkatkan

Citra Perusahaan). Fakultas Komunikasi, Sastra dan Bahasa Universitas Islam “45”

Bekasi.

Kitchen, Philip J. dan Patrick De Pelsmacker. 2014. Integrated Marketing Communications:

A Primer. London: Routledge.

Kotler, Philip dan Gary Armstrong. 2001. Prinsip-Prinsip Pemasaran Jilid 2. Jakarta: Penerbit Erlangga.

Kotler, Philip dan Kevin Lane Keller. 2007. Manajemen Pemasaran. Jakarta: Penerbit Indeks. Kotler, Philip, dan Kevin Lane Keller. 2009. Manajemen Pemasaran Jilid 2, Edisi ke-13.

Jakarta: Penerbit Erlangga.

Kriyantono, Rachmat, 2008. Teknik Praktis Riset Komunikasi: Disertai Contoh Praktis Riset Media, Public Relations, Advertishing, Komunikasi Organisasi, Komunikasi Pemasaran. Jakarta: Kencana Prenada Media.

Smith, Paul. R. 1995. Marketing Communication Intergrat. Approach 2nd Ed. London:

Kogan Page, London.

Smith, R. D. 2013. Strategic Planning for Public Relations (4th ed.). New York: Routledge. Soemirat, Soleh dan Elvinaro Ardianto. 2008. Dasar-Dasar Public Relations. Bandung:

PT.Remaja Rosdakarya.

Suharyanti, S. dan Achmad H. Sutawidjaya. 2012. Analisis Krisis Pada Organisasi Berdasarkan Model Anatomi Krisis dan Prespektif Public Relations. Journal Communication Spectrum Vol 2 No.2. Agustus 2012. Jakarta: FEIS UB.

Sutisna, 2002. Perilaku Konsumen dan Komunikasi Pemasaran. Bandung: Penerbit PT. Remaja Rosdakarya.

Shimp, Terence A. 2003. Periklanan Promosi Aspek Tambahan Komunikasi Terpadu. Jakarta: Erlangga.

Wasesa, Silih Agung. 2006. Strategi Public Relations. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

http://transtv.co.id diakses 5 September 2016

(23)

http://swa.co.id/swa/ceo-interview/masukan-customer-menjadi-bahan-inovasi-produk-asuransi-cigna diakses 3 November 2016

http://imacaward.com/about/research-methodology/ diakses 7 Oktober 2016

Gambar

Gambar 4.1 Logo PT Televisi Transformasi Indonesia (TRANS TV)
Gambar 4.2 Penjabaran Proses Komunikasi di TRANS TV dan  audience
Gambar 4.3 Struktur Perusahaan CT CORP http://www.ctcorpora.com/business-transcorpora.php
Gambar 4.4 Hasil Survei Tanggapan Responden Terhadap TRANS TV
+4

Referensi

Dokumen terkait

The results showed that there was a positive effect of the system quality, the importance of the system, and the usability of the system on users ’ satisfaction , but the

Menurut pengalaman masyarakat adat Pandumaan dan Sipituhuta bahwa pohon kemenyan hanya bisa hidup (tumbuh) dan menghasilkan.. 62 dengan baik jika berdampingan dengan pohon-pohon

Draft assessments for the following countries were subject to consultation: India, Lao People´s Democratic Republic, Republic of Korea, Ukraine.. Stakeholders submitted comments

Perencanaan pembelajaran yang dilakukan pada penelitian tindakan kelas ini dengan menerapakna pendekatan Realistic Mathematics Education (RME) dalam mata pelajaran

ANALISA FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEBERHASILAN PROYEK PNPM-MPD DI KECAMATAN SIPORA..

Yang dikutip adalah dari karya Sudargo Gautama dalam footnote nomor 17 (bukan 18). Hal ini juga berlaku dalam pemakaian Loc.Cit. apabila mengutip dari seorang pengarang

[r]

Sehingga makna pancasila dari ketetapan tersebut bahwa nilai-nilai yang tercamtum dalam ideologi pancasila menjadi cita-cita normatif bagi penyelenggaraan bernegara3. Pancasila