• Tidak ada hasil yang ditemukan

T1__Full text Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pemanfaatan Media Video untuk Pemahaman Konsep Berteman pada Tunagrahita Ringan: Studi di Sekolah Luar Biasa Negeri Salatiga T1 Full text

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "T1__Full text Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pemanfaatan Media Video untuk Pemahaman Konsep Berteman pada Tunagrahita Ringan: Studi di Sekolah Luar Biasa Negeri Salatiga T1 Full text"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

PEMANFAATAN MEDIA VIDEO UNTUK PEMAHAMAN

KONSEP BERTEMAN PADA TUNAGRAHITA RINGAN

(STUDI DI SEKOLAH LUAR BIASA NEGERI SALATIGA)

Artikel Ilmiah

Diajukan kepada Fakultas Teknologi Informasi

Untuk memperoleh Gelar Sarjana Komputer

Oleh: Supin Adiwijaya NIM: 702013028

Program Studi Pendidikan Teknik Informatika dan Komputer

Fakultas Teknologi Informasi

Universitas Kristen Satya Wacana

Salatiga

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

1

1. Pendahuluan

Pada Undang-undang Sisdiknas No. 20 Tahun 2003 menyatakan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara[1].

Untuk mencerdaskan kehidupan suatu bangsa, maka seluruh warga Negara atau anggota masyarakat berhak mendapatkan pendidikan yang layak, termasuk penyandang disabilitas. Undang-undang No. 4 tahun 1997 menegaskan bahwa penyandang cacat merupakan bagian masyarakat Indonesia yang juga memiliki kedudukan, hak, kewajiban, dan peran yang sama. Mereka juga mempunyai hak dan kesempatan yang sama dalam segala aspek kehidupan dan penghidupan. Pada pasal 6 dijelaskan bahwa setiap penyandang cacat berhak memperoleh : (1) pendidikan pada semua satuan, jalur, jenis dan jenjang pendidikan; (2) pekerjaan dan penghidupan yang layak sesuai jenis dan derajat kecacatan , pendidikan, dan kemampuannya; (3) perlakuan yang sama untuk berperan dalam pembangunan dan menikmati hasil-hasilnya; (4) aksesibilitas dalam rangka kemandiriannya; (5) rehabilitasi, bantuan sosial, dan pemeliharaan taraf kesejahteraan sosial; dan (6) hak yang sama untuk menumbuh kembangkan bakat, kemampuan, dan kehidupan sosialnya, terutama bagi penyandang cacat anak dalam lingkungan keluarga dan masyarakat [2].

Penyandang disabilitas yang dimaksud, adalah termasuk anak tunagrahita. Pendidikan bagi anak tunagrahita (Intellenctual Disabillity), bertujuan untuk mengembangkan potensi yang masih dimiliki secara optimum. Mereka diharapakan dapat hidup mandiri dan dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan dimana mereka berada, meningkatkan kemampuan berinteraksi dengan orang lain dan terlebih dapat mempunyai keterampilan khusus untuk mengatasi berbagai keterbatasanya [3]. Salah satu kemampuan sosial yang mereka harus miliki adalah kemampuan berteman dengan baik. Tunagrahita butuh dukungan sosial seperti perhatian kepedulian, penghargaan, rasa nyaman, ketenangan dan penerimaan dilingkungannya. Hal itu biasanya diterima dalam pergaulan dengan teman sebaya [4]. Sehingga diharapkan dengan kemampuan memahami bagaimana berteman yang baik, mereka dapat menyesusaikan diri dengan lingkungan di sekitar mereka.

(7)

2

baik mereka harus terus diajarkan secara khusus dan dilatih terus menerus, dan tidak bisa mengharapkan mereka akan paham sendiri tentang kemampuan berteman dan pergaulan, karena keterbatasan mereka.

Hasil wawacara dengan guru kelas mengatakan bahwa, untuk pembelajaran dikelas dan mengajarkan kemampuan serta berbagai keterampilan sosial tunagrahita guru belum banyak memakai media atau memanfaatkan teknologi. Karena guru melihat lebih optimal pembelajaran yang dilakukan dengan cara pendekatan percakapan sehari-hari atau intaksi langsung dengan memberi contoh yang ada dilingkungan sekitar. Sehingga kelas pembelajaran masih memakai metode ceramah dengan pemberian contoh dalam pembelajaran dan melalui percakapan dan pedekatan pribadi, hal ini dapat dipahami sebagai cara guru yang harus menyesuaikan kondisi belajar anak tunagrahita ringan yang berbeda secara individu. Suhaeri dan purwanto, dalam Zaenal Alimin mengatakan bahwa keadaan seperti ini terjadi karena adanya kesenjangan antara program pendidikan yang disediakan dengan kebutuhan anak. Namun berakibat pada adanya situasi belajar yang hanya mengedepankan aspek akademis Formal, dan agak sulit untuk memberi waktu secara optimal untuk memperhatikan dan memenuhi kondisi belajar individu anak tunagrahita yang berbeda [3].

Hasil Penelitian dari Nadya putri, mengatakan bahwa pemanfaatan teknologi seperti media elektronik video dalam pemebelajaran dapat meningkatkan pengenalan konsep anak tunagrahita terhadap alat musik daerah [5].Penelitian tentang pemanfaatan video ini untuk memperkenalkan pengetahuan yang berkaitan dengan benda-benda yang ada di sekitar seperti alat musik. Seperti yang dikatakan oleh Rusman, Kurniawan & Riyana, bahwa dunia pendidikan harus terus berupaya menyesuaikan diri dengan tuntutan global dimana perkembangan teknologi semakin pesat, dan meminta peningkatan mutu pendidikan lewat penyesuaian ini yaitu Penggunaan Teknologi informasi dan komunikasi juga dapat menjangkau pembelajaran bagi anak-anak tunagrahita ringan [6]. Karena prinsip-prinsip pembelajaran Pastinya diberlakukan, seperti adanya kurikulum, tujuan pembelajaran, metode media evaluasi. Anak Tunagrahita Ringan membutuhkan strategi dan metode pembelajaran khusus juga, dalam hal ini penggunaan teknlogi sepeerti video. Media video diharapkan dapat membantu pembelajaran bagi anak tunagrahita ringan karena video dapat diatur keras lemahnya suara dapat diputar berulang-ulang. Jika guru melihat kondisi mereka membutuhakan itu. Guru dapat memberhentikan video jika dibutuhkan sehingga dapat menekan bagian pentig dari pembelajaran [5].

(8)

3

2. Studi Pustaka Penelitian terdahulu

Penelitian sebelumnya yang terkait dengan penelitian ini yaitu dari Nadya Putri. berjudul: “Efektifitas Penggunaan Media Video Untuk Meningkatkan Pengenalan Alat Musik Daerah Pada Pembelajaran Ips Bagi Anak Tunagrahita Ringan Di Sdlb 20 Kota Solok” Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa Pelaksanaan Pengenalan Alat Musik Daerah Pada Pembelajaran Ips Bagi Anak Tunagrahita Ringan lebih mudah untuk mereka pahami [5].

Kemudian penelitian dari Gina E.P, Tentang pengembangan Media Video Mata pelajaran Keterampilan Menyulam, Untuk Siswa Tunagrahita Ringan Kelas XXI DI SMA Luar Biasa Negeri 1 Yogyakarta [4]. Pada penelitian sebelumnya pemakaian video dalam pembelajaran anak tunagrahita adalah untuk memperkenalkan benda yaitu alat musik daerah dan untuk tutorial keterampilan tangan yaitu menyulam. Mengacu pada penelitian sebelumnya tentang pemanfaatan video dalam pembelajaran, maka penelitian ini sekarang mau mengembangkan suatu penelitian tentang pemanfaatan video dalam pembelajaran khusus untuk melihat pemahaman anak tunagrahita, apakah video dapat membantu tunagrahita ringan untuk mampu memahami sebuah kemampuan sosial tentang berteman.

Tunagrahita ringan

Menurut AAMD (American Association on Mental Deficency) dalam Wulandari. mendenfisikan anak tunagrahita ringan adalah anak yang memiliki tingkat kecerdasan (IQ) mereka berkisar 51-70, dalam penyesuaian sosial maupun bergaul, mampu menyesuaikan diri pada lingkungan sosial yang lebih luas dan mampu melakukan pekerjaan setingkat semi terampil. Anak tunagrahita ringan adala anak yang memiliki tingkat kecerdasan paling tinggi diantara semua anak tunagrahita. Dengan angka kecerdasan tersebut, maka kapasitas belajar mereka terbatas terutama untuk hal-hal yang abstrak. Mereka kurang mampu memusatkan perhatian, mengikuti petunjuk, dan kurang mampu untuk menghindari diri dari bahaya. Mereka cepat lupa, cenderung pemalu, kurang kreatif dan inisiatif, perbendaharaan katanya terbatas, dan memerlukan tempo belajar yang relatif lama. [7] Kecerdasan berpikir seorang tunagrahita ringan paling tinggi SMA anak normal usia 12 tahun. Berdasarkan klasifikasi AAMD (American Association on Mental Deficency) maka tunagrahita ini bisa digolongkan sebagai berikut: Tunagrahita Ringan, Yaitu mereka yang termasuk dalam kelompok ini meskipun kecerdasannya dan adaptasi sosialnya terhambat namun mereka mempunyai kemampuan untuk berkembang dalam bidang pelajaran akademik, penyesuaian sosial, dan kemampuan berkerja. IQ anak tunagrahita ringan berkisar 51-70.

(9)

4

Dapat dikatakan bahwa tunagrahita ringan yaitu mereka termasuk dalam kelompok ini meskipun kecerdasannya dan adaptasi sosialnya terhambat namun mereka mempunyai kemampuan untuk berkembang dalam bidang pelajaran akademik, penyesuaian sosial, dan kemampuan berkerja. Dalam akademik mereka pada umumnya mampu mengikuti mata pelajaran tingkat sekolah SD, SLTPLB, dan SMALB maupun sekolah biasa dengan program khusus dengan sesuai dengan berat ringannya ketunagrahitaan yang disandangnya. Anak tunagrahita ringan merupakan individu yang utuh dan unik serta memiliki potensi yang dapat dikembangkan. Agar potensi anak tunagrahita dapat dikembangkan secara optimal, mereka memerlukan layanan khsuss. Anak tunagrahita memiliki intelegensi antara 70-50. Dampak dari ketunagrahitaan menyebabkan mereka megalami gangguan dalam bidang akademik, menyesuaikan diri dengan lingkungan mengalami gangguan bicara, bahasa serta emosi. Disamping itu anak tunagrahita ringan juga kurang terampil dalam memikirkan hal-hal yang abstrak, sehingga mereka memerlukan pembelajaran dengan hal-hal kongrit. Anak tunagrahita ringan banyak yang lancar tetapi kurang perbendaharaan kata-katanya. Mereka mengalami kesukaran berpikir abstrak, tetapi mereka masih dpat mengikuti pelajaran akademik di sekolah biasa maupun di sekolah khusus, pada umur 16 tahun baru mencapai kecerdasan yang sama dengan anak umur 12 tahun [5].

Karakteristik anak tunagrahita meliputi hal-hal berikut: 1) Mempunyai dasar fisiologis, sosial dan emosional sama seperti anak-anak yang tidak menyandang tunagrahita, 2) suka meniru perlakuan yang benar dari orang lain dalam upaya mengatasi kesalahan-kesalahan yang mungkin ia lakukan, 3) Mempunyai perilaku yang tidak dapat mengatur diri sendiri, 4) Mempunyai permaslahan berkaitan dengan perilaku sosial, 5) Mempunyai masalah berkaitan dengan karakteristik belajar, 6) Mempunyai masalah dalam bahasa dan pengucapan, 7) Mempunyai masalah dalam kesahatan fisik, 8) kurang mampu untuk berkomunikasi, 9) Mempunyai kelainan pada sensori dan gerak.

Anak tunagrahita ringan pada umumnya tampang atau kondisi fisiknya tidak berbeda dengan anak normal lainnya, mereka mempunyai IQ antara kisaran 51 s/d 70. Mereka juga termasuk kelompok mampu didik, mereka masih bias dididik (diajarkan)membaca, menulis dan berhitung, anak tunagrahita ringan biasannya bias menyelesaikan pendidiknya setingkat kelas IV SD Umum.

Karakteristik Anak Tuna Grahita Ringan, Menurut direktorat PSLB (Heri Purwanto, 2006:10) karakteristik atau ciri anak tuna grahita dapat dilihat dari segi:

Fisik (Penampilan) (a) Hampir sama dengan anak normal (b) Kematangan

motoric lambat (c) Koordinasi gerak kurang (d) Anak tunagrhita berat dapat dilihat Intelektual (a) Sulit mempelajari hal-hal akademik (b) Anak tunagrahita ringan, kemampuan belajarnya paling tinggi setaraf anak normal usia 12 tahun dengan IQ antara 50-70. Sosial dan Emosi (a) Bergaul dengan anak lebih muda (b) Suka mandiri (c) Mudah dipengaruhi (d) Kurang dinamis (e) Kurang pertimbangan/kontrol diri (f) Kurang konsentrasi (g) Tidak dapat memimpin dirinya maupun orang lain.

(10)

5

terlalu kecil/besar (2) Tidak dapat mengurus diri sendiri sesuai usia (3) Tidak/kurang sekali perhatiannya terhadap lingkungan (4) Koordinasi gerak kurang (gerakan sering tidak terkendali).

Video

Cheppy Riyana dalam Prihantoro, menyatakan bahwa media video pembelajaran adalah media atau alat bantu yang menyajikan audio dan visual yang berisi pesan-pesan pembelajaran baik yang berisi konsep, prinsip, prosedur, teori aplikasi pengetahuan untuk membantu pemahaman terhadap suatu materi pembelajaran [8].

Karakteristek Media Video Pembelajaran

Untuk menghasilkan media pembelajaran video yang mampu meningkatkan motivasi dan efektifitas penggunaanya media video perlu memperhatikan karakterisitik sebagai berikut: Video mampu memperbesar objek yang kecil / terlalu kecil yang tidak dapat /kurang dapat dilihat oleh mata telanjangVideo mampu memanipulasi tampilan gambar sesuai dengan tuntutan pesan yang ingin disampaikan.Video mampu membuat objek menjadi still picture artinya objek dapat disimpan dalam durasi tertentu, dalam keadaan diam[8].

Daya Tarik video mampu mempertahankan perhatian siswa lebih lama 1-2 jam untuk menyimak video dibandingkan hanya mendengarkan saja hanya mampu bertahan 25-30 menit. Video mampu menampilkan objek gambar dan informasi yang paling baru, hangat aktual, atau kekinian [8].

Pertemanan

Pertemanan adalah suatu tingkah laku yang dihasilkan dari dua orang atau lebih yang saling mendukung. Pertemanan dapat diartikan pula sebagai hubungan antara dua orang atau lebih yang memiliki unsur-unsur seperti kecenderungan untuk menginginkan apa yang terbaik bagi satu sama lain, simpati, empati, kejujuran dalam bersikap, dan saling pengertian (Irwan Kawi, 2010). Dengan berteman, seseorang dapat merasa lebih aman karena secara tidak langsung seorang teman akan melindungi temannya dari apapun yang dapat membahayakan temannya. Selain itu, sebuah pertemanan dapat dijadikan sebagai adanya hubungan untuk saling berbagi dalam suka ataupun duka, saling memberi dengan ikhlas, saling percaya, saling menghormati, dan saling menghargai.

Karakteristik Berteman

(11)

6

Dalam pertemanan harus dipelihara agar dapat bertahan, kesenangan, penerimaan, percaya, respek, saling membantu, menceritakan rahasia, pengertian, serta spontanitas.

Fungsi Pertemanan

Menurut Gottman dan Parker dalam Santrock (2003), mengatakan bahwa ada enam fungsi perteman yaitu ; (1) Berteman (Companionship), Berteman akan memberikan kesempatan kepada seseorang untuk menjalankan fungsi sebagai teman bagi individu lain ketika sama-sama melakukan suatu aktivitas (2) Stimulasi Kompetensi (Stimulation Competition) Pada dasarnya, berteman akan memberi rangsangan seseorang untuk mengembangkan potensi dirinya karena memperoleh kesempatan dalamsituasi sosial. Artinya melalui teman seseorang memperoleh informasi yang menarik, penting dan memicu potensi, bakat ataupun minat agar berkembang dengan baik.(3).Dukungan Fisik (Physicial Support)Dengan kehadiran fisik seseorang atau beberapa teman, akan menumbuhkan perasaan berarti (berharga) bagi seseorang yang sedang menghadapi suatu masalah.(4). Dukungan Ego Dengan berteman akan menyediakan perhatian dan dukungan ego bagi seseorang, apa yang dihadapi seseorang juga dirahasiakan, dipikirkan dan ditanggung oleh orang lain (temannya).(5). Perbandingan Sosial (Social Comparison) Berteman akan menyediakan kesempatan secara terbuka untuk mengungkapkan ekspresi, kompetensi, minat, bakat dan keahlian seseorang.(6). Intimasi/Afeksi (Intimacy/Affection) Tanda berteman adalah adanya ketulusan, kehangatan, dan keakraban satu sama lain. Masing-masing individu tidak ada maksud ataupun niat untuk menyakiti orang lain karena mereka saling percaya, menghargai dan menghormati keberadaan orang lain .

3. Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode deskriptif analitik dengan pedekatan kualitatif. Metode penelitian deskriptif dilaksanakan dengan mendeskripsikan dan menganalisis aspek-aspek karakteristik berteman yang dipahami dan dipraktekkan oleh anak tunagrahita ringan setelah mengikuti pembelajaran dengan memakai video. Aspek Karakteristik berteman yang dilihat adalah sebagai berikut: (1) senang menghabiskan waktu bersama teman; (perasaan senang dalam berteman) (2) (kemampuan penerimaan terhadap lingkungan); (3) (kemampuan mempercayai bantuan siapa yang membutuhkan); (4) (perasan dan kemampuan respek); (5) (kemampuan untuk melihat dan memberikan); (6) perasaan nyaman mnceritakan rahasia); (7) (kemampuan memahami dan mengerti keadaan orang lain); (8) Spontanitas (kemampuan untuk berupaya melakukan tindakan tanpa perintah dari siapapun). Hasil dari analisis empiris tersebut, kemudian dibahas dengan melihat teori tentang anak tunagrahita ringan dan manfaat video.

Alat pengumpul data, Alat pengumpul data yang digunakan penelitian ini

(12)

7

digunakan secara langsung terhadap kegiatan pergaulan anak tunagrahita ringan dan praktek pertemanan dengan memakai panduan observasi yaitu indikator karakteristik berteman. Setiap anak di amati pada saat bergaul di luar kelas. Pada kolom karakteristik berteman diberi pembagian apakah karakteristik ini pada tiap anak terlihat lemah, sedang, atau menonjol. Teknik wawancara digunakan untuk mendapatkan informasi yang lebih dalam tentang pemahaman dan perasaan anak tunagrahita ringan dalam berteman dan memilih teman, dengan panduan wawancara indikator karakterisktik berteman

Subjek penelitian Adapun yang dijadikan subjek penelitian siswa/anak

tunagrahita ringan kelas VI C berjumlah 7 orang yang bersekolah di SLB-C Salatiga.

Pelaksanaan Penelitian Keseluruhan kegiatan penelitian ini dilaksanakan dalam beberapa tahap kegiatan, yakni tahap orientasi, tahap ekplorasi, tahap wawancara, tahap triangulas.

Tahap orientasi sebagai pendahuluan penelitian dilakukan sebelum desain penelitian disusun. Pada tahap ini penulis Mengamati kemampuan berteman anak tunagrhita dilingkungannya mau disekolah, dan peneliti mendapat informasi data dari siswa yang bersanagkutan,Wawancara dengan orang tua siswa, wali kelas dan kepala sekolah.

Tahap eksplorasi dilaksanakan dari bulan Juli - Agustus 2017 pada tahap ini dilakukan penggalian informasi secara bertahap yang melinputi kegiatan berikut :

(a) Penyusunan instrumen, dengan mepersiapkan kisi-kisi guna meneyusun pedoman wawacara san observasi yang dapat dikembangkan pada waktu turun lapangan.

(b) Menentukan data yakni anak tunagrahita ringan yang menjadi responden, orang tua siswa, dan guru kelas.

(c) Melaksanakan pembelajaran dengan pemanfaatan video. (d) Melakukan observasi.

(e) Melaksanakan wawancara kepada anak.

Tahap triangulasi “Merupakan tahap pemeriksaan keabsahan data yang diperoleh dengan memanfaatkan sesuatu yang lain untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data” Teknik Analisis Data merupakan proses mencari dan mengatur secara sistemtis transkip wawacara, catatan lapangan, dan bahan lain yang dihimpun untuk menambah pemahaman mengenai bahan-bahan itu[9].

4. Hasil dan Pembahasan

(13)

8

Pembelajaran memakai kurikulum 2013 terutama yang mata pelajaran Olahraga, Agama dan Bahasa Jawa. Mulok yang diserahkan ke guru mata pelajaran. Untuk pelajaran tematik lainnya diserahkan ke guru masing-masing. Karena pada pelaksanaan kurikulum 2013 banyak pembelajaran tematik.

Pembelajaran yang dilangsungkan dengan langkah berikut : Guru memberikan salam dan doa sebelum pembelajaran dimulai. Memberitahukan tujuan pembelajaran. Melakukan refleksi bersama terhadap materi yang telah dibahas dan memberikan motivasi, melakukan pembelajaran dengan memakai video, menanyai respon anak terhadap tayangan video. Video yang ditayangkan adalah video animasi, respon anak terhadap video mereka cukup merasa senang, melihat tayangan video[17,18].

Gambar 1. Tampilan video 1

Gambar di atas adalah bagian dari tampilan video Cerita Anak Mandiri - Menolong Teman

(14)

9

Gambar 2 Tampilan video 2

Gambar di atas adalah tentang indahnya persahabatan (Menghitung Waktu).

(15)

10

dapat dikatakan bahwa besar dari karakteristik berteman mereka paham apa maksud dan arti berteman yang baik.

Berdasarkan data yang diperoleh dari observasi yang dilakukan berulangkali dapat dipaparkan hasil penelitian sebagai berikut : ada 3 anak merupakan orang yang suka berteman dengan teman sekelasnya dengan indikator yang menunjukkan sebagian besar berada di kategori sedang, namun hanya terbatas pada teman atau kelompok tertentu yang sama setiap hari. Sementara ada 2 anak memperlihatkan senang berteman, tapi dia kurang trampil mempraktikkan cara berteman dengan bekerja sama, lebih senang mencari kesenangan dan permainan sendiri jika ada dengan teman lain. Dan ada dua anak yang tidak senang berteman dalam berkelompok ataupun dikelas, dan lebih suka bermain atau beraktivitas sendiri. Ada yang mengatakan pernah mendapat perlakuan kurang baik dari teman lain sehingga lebih memilih bermain sendiri.

5. Pembahasan

Dari hasil pembelajaran dengan Video, dan mendengar respon anak tuna grahita tentang tayangan video, serta mengamati hasil penelitian melalui wawancara dan observasi yang beberapa kali dilakukan dapat dikatakan bahwa penayangan video dalam pembelajaran cukup disenangi sebagai alat hiburan bagi anak tuna grahita. Tetapi mereka sulit mengambil kesimpulan atau memahami jalan cerita di video sebagai sebuah konsep atau sebuah makna bagaimana berteman yang baik. Mereka hanya mampu menyebutkan beberapa benda dan mengingat sedikit hal yang ditayangkan di video. Hal ini sejalan dengan teori dari AAMD Anak tuna grahita sering lupa dan kurang mampu dalam memusatkan perhatian.

Pemahaman berteman pada mereka sudah terbentuk dari pembelajaran sebelum yang dikatakan oleh guru kelas lewat pendekatan percakapan setiap hari dan contoh langsung dari lingkungan sekitar. Bagaimana berteman lebih mereka pahami lewat pengalaman setiap hari, dan bahkan ada kesan mereka lebih percaya pada kehidupan berteman setiap hari. Hal ini dapat dipahami karena menurut teori tentang anak tuna grahita ringan bahwa mereka dengan kecerdasan terhambat sulit berpikir abstrak. Sehingga tayangan video hanya ditonton, namun mereka sulit mengambil makna dan memberi kesimpulan.

(16)

11

dukungan terhadap permasalahan, atau untuk mengungkapkan ekspresi, minat dan bakat. Sebab fungsi berteman sesuai dengan teori fungsi pertemanan Menurut Gottman dan Parker dalam Santrock (2003) tidak dialami sepenuhnya dalam pergaulan setiap hari.

Kondisi yang berbeda antara hasil wawancara dan observasi seperti diatas dapat dipahami karena kondisi anak tunagrahita adalah memiliki keterbatasan dalam perilaku sosial. Karakteristik media video yang sanggup mempertahankan perhatian siswa selama 1 – 2 jam, tidak dapat diberlakukan sepenuhnya pada anak tuna grahita ringan. Dari dua video yang ditayangkan dengan durasi yang sangat singkat, masing- maisng, 4 dan 9 menit tidak sepenuhnya membuat anak tuna grahita dapat memahami inti dan kesimpulan cerita.

6. Kesimpulan dan saran

(17)

12

[2] Kementrian Kesehatan RI, 2014, Situasi Penyandang Disabilitas.

Jakarta. Diakses dari :

https://media.neliti.com/media/publications/63430-ID-none.pdf. pada 24 November 2016. (12)

[3] Model Pembelajaran Anak Tunagrahita (Intellectual Disability) Melalui

Pendekatan Konseling. Diakses dari :

http://ejournal.upi.edu/index.php/jassi/article/viewFile/3988/2859. pada 22 Agustus 2017. (19)

[4] Gina E.P, 2015, Pengembangan Media Video Mata Pelajaran Keterampilan Menyulam Untuk Siswa Tunagrahita Ringan Kelas XXI DI

SMA Luar Biasa Negri 1 Yogyakarta.

http://eprints.uny.ac.id/20337/1/Gina%20Eka%20Putri%2010513241018 .pdf Diakses pada 28 November 2016.

[5] Nadya Putri, 2012. Efektifitas Penggunaan Media Video Untuk Meningkatkan Pengenalan Alat Musik Daerah Pada Pembelajaran Ips

Bagi Anak Tunagrahita Ringan Di Sdlb 20 Kota Solok. diakses dari:

http://ejournal.unp.ac.id/index.php/jupekhu/article/viewFile/858/715. pada 22 Agustus 2017.

[6] Rusman, Kurniawan, & Riyana, 2011, Pembelajaran Berbasis Teknologi

Informasi dan Komunikasi, Jakarta.

[7] Wulandari A, 2011, Penggunaan Game Petualangan Bola Dibumi Dalam Pembelajaran IPA Untuk Meningkatkan Prestasi Belajar IPA Pada Anak Tunagrahita Ringan Kelas IV Di SDLB Cangakan Filalial [10] Aini. K. 2013. Bentuk Dukungan Sosial Untuk Anak Autis Studi Kasus di

SMP Bhakti Terpadu Malang : Universitas Islam Negri Maulana Malik

Ibrahim, http://etheses.uin-malang.ac.id/1821/7/09410052_Bab_4.pdf.

Diakses pada 2 Juni 2017

[11] Ammar A. Muhamamd. http://eprints.uny.ac.id/13843/1/Skripsi%

20Arif%20Muhammad%20Ammar%20-%2009108241047.pdf. Diakses

(18)

13

[12] Amrih G. Agung. http://ejournal.utp.ac.id/index.php/JMSG/article/

download/484/463. Diakses pada 23 Mei 2016.

[13] Anak, A.K. 1995, Psikologi Perkembangan, Bandung : Mandar Maju, http://www.academia.edu/download/37346159/PSIKOLOGI_PERKEM BANGAN.pdf.Diakses pada 2 Juni 2016

[14] Andarini, T., Masykuri, M., & Sudarisman,S. 2013, Pembelajaran Biologi Menggunakan Pendekatan CTL (Contextual Teaching and Learning) Melalui Media Flipchart dan Video Ditinjau Dari

Kemampuan Verbal dan GayaBelajar.BIOEDUKASI,6(2),

http://www.jurnal.fkip.uns.ac.id/index.php/biologi/article/viewFile/5534/ 387\Diakses pada 2 Juni 2017

[15] Annisa, W. 2016, Penggunaan Media Film Animasi Untuk Meningkatkan Kemampuan Berbicara Anak Autis Kelas III SD di SLB

Reka Bhakti 1 Gamping:UniversitasNegeriYogyakarta, http://

eprints.uny.ac.id/40716/1/ANNISA%20WULANDARI_12103241019.p df.Diakses Pada 13 Juni 2017

[16] Bimbingan dan Konseling Dalam Pengembangan Bakat Anak Tunagrahita SLB C Negri 1 Yogyakarta, http://digilib.uinsby.ac.id/ 4085/5/Bab%202.pdf. Diakses pada 23 Mei 2017.

[17] Cerita Anak Mandiri - Menolong Teman

Diakses dari : https://www.youtube.com/watch?v= pOCK4DI-1VU pada 2 juni 2017

Gambar

Gambar 1. Tampilan video 1 Gambar di atas adalah bagian dari tampilan video Cerita Anak Mandiri -
Gambar di atas adalah tentang indahnya persahabatan (Menghitung Waktu).  Hasil wawancara dengan memakai panduan wawancara tentang

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil wawancara diperoleh bahwa kemampuan subjek laki- laki dalam menyelesaikan soal pemecahan masalah berbentuk kontekstual yaitu subjek laki-laki dengan

[r]

Skripsi dengan judul “Perbedaan Hasil Belajar Matematika Antara Pendekatan. Saintifik Model Discovery Learning dan Problem Based Learning Pada

(5) Penyusunan standar pelayanan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) dilakukan dengan pedoman tertentu yang diatur lebih lanjut dalam

Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara simultan variabel kepemimpinan dan kompensasi berpengaruh signifikan terhadap motivasi kerja pegawai Lembaga Penjaminan Mutu

Bahasa Indonesia yang memiliki peranan dalam perkembangan ekonomi, yaitu sebagai alat untuk membantu kelancaran komunikasi dalam bidang ekonomi dan membantu cara berfikir yang

dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lainnya tanpa ijin

Multimedia merupakan salah satu alat bantu yang dapat digunakan dalam suatu. proses pembelajaran, termasuk pembelajaran menyimak dalam