• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pemberian Bantuan Hukum Secara Cuma-cuma Kepada Anak Golongan Masyarakat Kurang Mampu Yang Berkonflik Dengan Hukum Dalam Peradilan Pidana Anak (Studi di Lembaga Bantuan Hukum Medan) Chapter III V

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pemberian Bantuan Hukum Secara Cuma-cuma Kepada Anak Golongan Masyarakat Kurang Mampu Yang Berkonflik Dengan Hukum Dalam Peradilan Pidana Anak (Studi di Lembaga Bantuan Hukum Medan) Chapter III V"

Copied!
54
0
0

Teks penuh

(1)

BAB III

PENGATURAN HUKUM TERHADAP ANAK YANG

BERKONFLIK DENGAN HUKUM

A. Perlindungan Hukum Terhadap Anak yang Berkonflik dengan Hukum

Perlindungan adalah pemberian jaminan atas keamanan, ketentraman, kesejahteraan dan kedamaian dari pelindung atas segala bahaya yang mengancam pihak yang dilindungi. Perlindungan hukum adalah hal perbuatan melindungi menurut hukum. Lili Rasjidi dan I.B. Wyasa Putra mengemukakan bahwa hukum dapat difungsikan tidak hanya mewujudkan kepastian, tetapi juga jaminan perlindungan dan keseimbangan yang sifatnya tidak sekedar adaptif dan fleksibel, namun juga perdiktif dan antisipatif. Sebagaimana dijelaskan oleh Sunaryati Hartono, dapat pula difungsikan untuk menciptakan keseimbangan baru antara kepentingan konsumen, para pengusaha, masyarakat dan pemerintah, oleh karena keseimbangan-keseimbangan lama telah mengalami perombakan dan perubahan. Hukum terutama dibutuhkan oleh mereka yang lemah dan belum kuat secara sosial, ekonomi dan politik.70

Perlindungan anak adalah segala usaha yang dilakukan untuk menciptakan kondisi agar setiap anak dapat melaksanakan hak dan kewajibannya demi perkembangan dan pertumbuhan anak secara wajar baik fisik, mental, dan sosial. Perlindungan anak merupakan perwujudan adanya keadilan dalam suatu masyarakat, dengan demikian perlindungan anak diusahakan dalam berbagai

70

(2)

bidang kehidupan bernegara dan bermasyarakat. Kegiatan perlindungan anak membawa akibat hukum, baik dalam kaitannya dengan hukum tertulis maupun hukum tidak tertulis. Hukum merupakan jaminan bagi kegiatan perlindungan anak. Arif Gosita mengemukakan bahwa kepastian hukum perlu diusahakan demi kelangsungan kegiatan perlindungan anak dan mencegah penyelewengan yang membawa akibat negatif yang tidak diinginkan dalam pelaksanaan perlindungan anak.71

Perlindungan anak tidak boleh dilakukan secara berlebihan dan memperhatikan dampaknya terhadap lingkungan maupun diri anak itu sendiri, sehingga usaha perlindungan yang dilakukan tidak berakibat negatif. Perlindungan anak dilaksanakan rasional, bertanggung jawab dan bermanfaat yang mencerminkan suatu usaha yang efektif dan efisien. Usaha perlindungan anak tidak boleh mengakibatkan matinya inisiatif, kreativitas, dan hal-hal lain yang menyebabkan ketergantungan kepada orang lain dan berperilaku tidak terkendali, sehingga anak tidak memiliki kemampuan dan kemauan menggunakan hak-haknya dan melaksanakan kewajiban-kewajibannya.72

Seorang delinkuen sangat membutuhkan adanya perlindungan hukum. Masalah perlindungan hukum bagi anak merupakan salah satu cara melindungi tunas bangsa dimasa depan. Perlindungan hukum terhadap anak menyangkut semua aturan hukum yang berlaku. Perlindungan ini perlu karena anak merupakan

71

Maidin Gultom, Op.Cit., Hal.33

72

(3)

bagian masyarakat yang mempunyai keterbatasan secara fisik dan mentalnya. Oleh karena itu, anak memerlukan perlindungan dan perawatan khusus.73

Perlindungan anak dapat dibedakan dalam 2 (dua) bagian yaitu Pertama,

perlindungan anak yang bersifat yuridis yang meliputi: perlindungan dalam bidang hukum publik dan dalam bidang hukum keperdataan. Kedua, Perlindungan anak yang bersifat non yuridis, meliputi: Perlindungan dalam bidang sosial, bidang kesehatan, bidang pendidikan.74

Di Indonesia pembicaraan mengenai perlindungan hukum pada tanggal 30 Mei 1977 dalam seminar perlindungan anak/remaja yang diadakan oleh Prayuana Pusat menghasilkan dua hal penting yang harus diperhatikan dalam perlindungan anak yaitu : 75

1. Segala daya upaya yang dilakukan secara sadar oleh setiap orang ataupun lembaga pemerintah dan swasta yang bertujuan mengusahakan pengamanan, penguasaan, dan pemenuhan kesejahteraan fisik, mental dan sosial anak dan remaja yang sesuai dengan kepentingan dan hak asasinya;

2. Segala daya upaya bersama yang dilakukan dengan sadar oleh perseorangan, keluarga, masyarakat, badan-badan pemerintah dan swasta untuk pengamanan, pengadaan dan pemenuhan kesejahteraan rohani dan jasmani anak yang berusia 0-21 tahun, tidak dan belum

(4)

Secara nasional perlindungan terhadap anak yang berhadapan dengan hukum diatur dalam perundang-undangan Republik Indonesia, yaitu :76

1. Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, pasal 34 tentang “Fakir miskin dan anak-anak terlantar dipelihara oleh negara”

2. Undang-undang No.4 tahun 1979 tentang Kesejahteraan Anak, menentukan :

a. Anak berhak atas kesejahteraan, perawatan, asuhan dan bimbingan berdasarkan kasih sayang, baik dalam keluarganya maupun didalam asuhan khusus untuk tumbuh dan berkembang dengan wajar dan mendapatkan perlindungan dari lingkungan hidup yang membahayakan atau menghambat pertumbuhan dan perkembangannya dengan wajar;

b. Usaha kesejahteraan anak dilakukan oleh pemerintah dan atau masyarakat.

3. Undang-undang No.5 tahun 1991 tentang Kejaksaan Republik Indonesia, antara lain menentukan bahwa :

a. Dalam menjalankan tugas dan wewenangnya, jaksa bertindak berdasarkan hukum dan mengindahkan norma-norma keagamaan, kesopanan dan kesusilaan, serta wajib menggali nilai kemanusiaan, hukum dan keadilan yang hidup dalam masyarakat; b. Jaksa harus jujur, adil dan berkelakuan tidak tercela, tidak

menerima secara langsung atau tidak langsung sesuatu pemberian dari siapapun.

4. Undang-undang No.3 tahun 1997 tentang Pengadilan Anak. Perlindungan dalam proses sistem peradilan pidana, yaitu:

a. Aparat penegak hukum yang khusus seperti penyidik anak, penuntut umum anak, hakim anak, hakim banding anak, dan hakim kasasi anak;

b. Pemeriksaan perkara anak dilakukan secara tertutup;

c. Pidana penjara, kurungan, denda yang akan dijatuhkan kepada anak nakal paling lama ½ (satu perdua) dari maksimum ancaman pidana penjara orang dewasa, jika tindak pidana yang diancam dengan hukuman mati, maka pidana penjara yang dijatuhkan paling lama 10 tahun;

d. Pengawasan tertinggi sidang anak Mahkamah Agung;

e. Putusan pengadilan mengenai perkara anak nakal yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap dapat dimohonkan peninjauan kembali oleh anak atau orang tua wali, orang tua asuh atau penasehat hukumnya kepada Mahkamah Agung sesuai Undang-undang yang berlaku;

76

(5)

f. Bentuk hukuman yang dapat dijatuhkan kepada anak nakal ialah hukuman pidana dan tindakan. Hukuman pidana ialah pidana pokok seperti pidana penjara, pidana kurungan, pidana denda atau pidana pengawasan, sedangkan pidana tambahan adalah perampasan barang tertentu atau pembayaran ganti rugi. Tindakan berupa: dikembalikan kepada orang tua, wali atau orang tua asuh, menyerahkan kepada negara untuk mengikuti pendidikan, pembinaan dan latihan kerja atau, menyerahkan kepada departemen sosial kemasyarakatan yang bergerak di bidang pendidikan, pembinaan, dan latihan kerja;

g. Pidana penjara dijatuhkan kepada anak nakal paling lama ½ dari maksimum pidana penjara bagi orang dewasa. Apabila tindak pidana yang dilakukan diancam dengan hukuman mati atau pidana seumur hidup, maka pidana yang dijatuhkan paling lama 10 tahun. Jika anak belum berusia 12 tahun melakukannya, maka kepadanya hanya dijatuhkan tindakan diantaranya mengembalikan kepada orang tua, wali atau orang tua asuh, menyerahkan kepada negara untuk mengikuti pendidikan, pembinaan, dan latihan kerja atau menyerahkan kepada departemen sosial, atau organisasi sosial kemasyarakatan yang bergerak dibidang pendidikan, pembinaan dan latihan kerja; h. Pemeriksaan tersangka anak harus dengan suasana kekeluargaan,

meminta pertimbangan/saran pembimbing kemasyarakatan dan ahli pendidikan, ahli kesehatan jiwa, ahli agama atau petugas kemasyarakatan lainnya. Selama proses berlangsung dihindarkan dari publikasi;

i. Penahanan boleh dilakukan dengan mempertimbangkan kepentingan anak dan masyarakat, tempat penahanan harus dipisahkan dari tempat tahanan dewasa dan selama dalam penahanan pihak kepolisian harus tetap menjamin kebutuhan jasmani, rohani dan sosial anak;

j. Anak yang ditangkap atau ditahan berhak mendapatkan bantuan hukum, dan hal itu harus diberitahukan oleh pejabat sejak awal anak tersebut ditangkap atau ditahan kepada orang tua tersangka wali atau orang tua asuhnya;

k. Anak didik pemasyarakatan harus dalam lembaga pemasyarakatan anak, selama dalam lembaga tersebut anak berhak memperoleh pendidikan dan latihan sesuai dengan bakat dan kemampuannya;

l. Pidana bersyarat dapat dijatuhkan oleh hakim apabila pidana penjara yang dijatuhkan paling lama 2 tahun dan dibimbing oleh Balai Pemasyarakatan dan berstatus sebagai klien pemasyarakatan.

(6)

a. Setiap orang berhak atas pengakuan, jaminan, perlindungan dan perlakuan hukum yang adil serta mendapat kepastian hukum dan perlakuan yang sama didepan hukum;

b. Setiap orang berhak atas perlindungan hak asasi manusia dan kebebasan dasar manusia, tanpa diskriminasi;

c. Setiap orang diakui sebagai manusia pribadi yang berhak menuntut dan memperoleh perlakuan serta perlindungan yang sama sesuai dengan martabat kemanusiaannya didepan hukum; d. Setiap orang berhak mendapat bantuan dan perlindungan yang

adil dari pengadilan yang objektif dan tidak berpihak;

e. Setiap orang yang termasuk kelompok yang rentan berhak memperoleh perlakuan dan perlindungan lebih berkenan dengan kekhususannya;

f. Setiap orang, tanpa diskriminasi, berhak memperoleh keadilan dengan mengajukan permohonan, pengaduan dan gugatan, baik dalam perkara pidana, perdata maupun administrasi serta diadili dengan proses peradilan yang bebas dan tidak memihak, sesuai dengan hukum acara yang menjamin pemeriksaan yang objektif oleh hakim yang jujur dan adil untuk memperoleh putusan yang adil dan benar;

g. Setiap orang yang ditangkap, ditahan dan dituntut karena disangka melakukan sesuatu tindak pidana berhak dianggap tidak bersalah sampai dibuktikan kesalahannya secara sah dalam suatu sidang pengadilan dan diberikan segala jaminan hukum yang diperlukan untuk pembelaannya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;

h. Setiap orang tidak boleh dituntut hukuman atau dijatuhi pidana, kecuali berdasarkan peraturan perundang-undangan yang sudah ada sebelum tindakan itu dilakukannya;

i. Setiap ada perubahan dalam peraturan perundang-undangan maka berlaku ketentuan yang paling menguntungkan bagi tersangka; j. Setiap orang yang diperiksa berhak mendapatkan bantuan hukum

sejak saat penyidikan sampai adanya putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap;

k. Setiap orang tidak dapat dituntut untuk kedua kalinya dalam perkara yang sama atas suatu perbuatan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap;

l. Tiada suatu pelanggaran atau kejahatan apapun diancam dengan hukuman berupa perampasan seluruh harta kekayaan milik yang bersalah;

m. Tidak seorang pun atas putusan pengadilan boleh dipidana penjara atau kurungan berdasarkan atas alasan ketidakmampuan untuk memenuhi suatu kewajiban dalam perjanjian utang-piutang; n. Setiap anak berhak untuk tidak dijadikan sasaran penganiayaan,

penyiksaan atau penjatuhan hukuman yang tidak manusiawi; o. Hukuman mati atau hukuman seumur hidup tidak dapat

(7)

p. Setiap anak berhak untuk tidak dirampas kebebasannya secara melawan hukum;

q. Penangkapan, penahanan atau pidana penjara anak dilakukan sesuai dengan hukum yang berlaku dan hanya dilaksanakan sebagai upaya terakhir;

r. Setiap anak yang dirampas kebebasannya berhak mendapatkan perlakuan secara manusiawi dan memperoleh pemenuhan kebutuhan untuk pengembangan pribadi sesuai dengan usianya kecuali demi kepentingannya;

s. Setian anak yang dirampas kebebasannya berhak memperoleh bantuan hukum atau bantuan lainnya secara efektif dalam setiap tahapan upaya hukum;

t. Setiap anak yang dirampas kebebasannya berhak untuk membela diri dan memperoleh keadilan;

u. Pengadilan anak dilaksanakan secara objektif dan tidak memihak dalam sidang yang tertutup.

6. Undang-undang No.2 tahun 2002 tentang Kepolisian, antara lain memuat ketentuan :

a. Dalam menyelenggarakan tugas dibidang proses pidana, kepolisian negara Republik Indonesia berwenang untuk melakukan penangkapan, penahanan, penggeledahan dan penyitaan, memanggil orang untuk didengar dan diperiksa sebagai tersangka atau saksi dan mengadakan penghentian penyidikan;

b. Tindakan penyelidikan dan penyidikan yang dilaksanakan jika memenuhi syarat sebagai berikut yaitu pertimbangan yang layak berdasarkan keadaan yang memaksa dan menghormati hak asasi manusia;

c. Dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya, pejabat kepolisian senantiasa bertindak berdasarkan norma hukum dan mengindahkan norma agama, kesopanan, kesusilaan serta menjunjung tinggi hak asasi manusia.

7. Undang-undang No.23 tahun 2002 tentang Perlindungan Anak. Menurut undang-undang No.23 tahun 2002 tentang perlindungan anak, yang dimaksud dengan perlindungan anak adalah segala kegiatan untuk menjamin dan melindungi anak dan hak-haknya agar dapat hidup, tumbuh, berkembang dan berpartisipasi secara optimal sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaan, serta mendapat perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi. Pihak yang memberikan perlindungan kepada anak adalah negara, pemerintah, masyarakat, keluarga dan orang tua. Berikut beberapa hak anak yang termuat dalam ketentuan undang-undang No.23 tahun 2002 tentang perlindungan anak, yaitu:

a. Setiap anak berhak mendapatkan perlindungan dari penganiayaan, penyiksaan atau penjatuhan hukuman yang tidak manusiawi; b. Setiap anah berhak untuk memperoleh kebebasan sesuai dengan

(8)

c. Penangkapan, penahanan atau tindakan pidana penjara terhadap anak hanya boleh dilakukan apabila tidak ada upaya terakhir lagi dan harus sesuai dengan hukum yang berlaku;

d. Anak yang terpaksa harus dipidana penjara tetap berhak untuk mendapatkan perlakuan secara manusiawi dan harus dipisahkan dari orang dewasa;

e. Anak yang terlibat tindak pidana berhak mendapatkan bantuan hukum untuk setiap tahapan upaya hukum yang berlaku;

f. Negara dan pemerintah berkewajiban dan bertanggung jawab menghormati dan menjamin hak asasi anak tanpa membedakan suku, agama, ras, golonga, jenis kelamin, etnik, budaya dan bahasa, status hukum anak, urutan kelahiran anak, dan kondisi fisik dan/atau mental;

g. Negara dan pemerintah berkewajiban dan bertanggung jawab memberikan dukungan dan prasarana dalam penyelenggaraan perlindungan anak, dan menjamin perlindungan, pemeliharaan dan kesejahteraan anak dan negara juga menjadi pengawas dalam penyelenggara perlindungan anak;

h. Perlindungan khusus bagi anak yang berhadapan dengan hukum merupakan kewajiban dan tanggung jawab pemerintah dan masyarakat. Perlindungan tersebut meliputi perlakuan secara manusiawi sesuai dengan martabat dan hak-hak anak, tersedianya petugas pendamping khusus anak, penjatuhan sanksi yang tepat sesuai dengan kepentingan terbaik buat anak, pemantauan dan pencatatan tentang perkembangan anak.

B. Bantuan Hukum terhadap Anak yang Berkonflik dengan Hukum

sebagai Bagian dari Perlindungan Hukum Terhadap Anak

(9)

tersangka/terdakwa, orang tuanya, walinya atau orang tua asuhnya mengenai hak memperoleh bantuan hukum itu. Setiap anak yang ditahan berhak berhubungan langsung dengan penasehat hukum dengan diawasi tanpa didengar oleh pejabat yang berwenang. Penasehat hukum wajib memperhatikan kepentingan anak dan kepentingan umum dalam memberikan bantuan hukum kepada anak serta berusaha agar suasana kekeluargaan tetap terpelihara dan peradilan berjalan lancar.77

Undang-undang No.3 tahun 1997 menentukan bantuan hukum sebagai “dapat” diberikan kepada anak, bukan sebagai kewajiban oleh negara. Hal ini

disebabkan pandangan yang meletakkan anak sama seperti dengan orang dewasa yang diadili dalam sistem peradilan orang dewasa. Disamping itu, dengan tidak adanya Pengadilan Anak (yang ada hanya sidang anak), maka dirasakan cukup beralasan apabila norma hukum dalam Undang-undang No.3 tahun 1997 mengenai bantuan hukum kepada anak hanya sekedar “dapat” bukan kewajiban.78

Beberapa argumentasi berikut ini bisa dikembangkan untuk memberikan bantuan hukum sebagai hak yang wajib diberikan antara lain : 79

Pertama, secara konseptual Pengadilan Anak diarahkan sebagai peradilan yang bukan biasa (not ordinary) seperti peradilan orang dewasa, tetapi peradilan yang memiliki kekhususan tertentu;

Kedua, sebagai peradilan yang bersifat khusus, maka Pengadilan Anak dilakukan dengan petugas dan penegak hukum yang khusus, baik penyidik, jaksa, hakim, pengacara/advokat, serta Petugas PK dan Pekerja Sosial (social worker). Jangan membayangkan bantuan hukum anak

77

Abintoro Prakoso, Op.Cit., hal.114

78

M.Nasir Djamil, Op.Cit., Hal.173

79

(10)

nakal sebagai bantuan hukum biasa, karena ada prinsip kekhususan aparatur dan petugas. Lagi pula, perbuatan pidana anak nakal (diasumsikan) bukan perbuatan yang ‘otentik’, dan karenanya anak nakal bukan pelaku ‘otentik’. Arah politik hukum amandemen Undang-undang No.3 tahun 1997 mesti mampu membedakan antara perbuatan anak nakal sebagai perbuatan yang ‘otentik’ dengan perbuatan yang hanya akibat saja dari keadaan dan peristiwa lain;

Ketiga, anak berkonflik dengan hukum adalah anak yang membutuhkan perlindungan khusus (Pasal 59 Undang-undang No.23 tahun 2002), sehingga perlindungan hukum dan hak-haknya berbeda dari/dengan pelaku kriminal dewasa;

Keempat, secara faktual, dari berbagai laporan banyak ditemukan kekerasan terhadap anak berkonflik dengan hukum, baik pada masa penyidikan, penuntutan, persidangan maupun pada masa menjalani hukuman. Dengan demikian, kekerasan menjadi bagian yang sulit dipisahkan dari anak yang berkonflik dengan hukum. Oleh karena itu, sebagai upaya maksimal melindungi anak dari kekerasan, maka sebagai media pencegahan kekerasan terhadap anak berkonflik dengan hukum, beralasan apabila pemberian bantuan hukum kepada anak menjadi suatu kewajiban, bukan hanya sekadar “dapat” diberikan kepada anak;

Kelima, landasan yuridis untuk memperkukuh argumentasi ini dapat berangkat dari Pasal 58 ayat (1) Undang-undang No.39 tahun 1999 yang menjamin anak berhak memperoleh perlindungan dari segala bentuk kekerasan fisik dan mental, penelantaran, perlakuan buruk, bahkan perlindungan anak dari kekerasan sudah merupakan hak konstitusional yang secara khusus dan eksplisit diatur dalam pasal 28B ayat (2) Undang-undang Dasar 1945 (amandemen).”

Berdasarkan argumentasi tersebut, dalam Undang-undang Sistem Peradilan Pidana Anak, advokasi bantuan hukum merupakan hak anak, hal ini ditegaskan dalam Pasal 3 huruf c yang berbunyi : “Setiap anak dalam proses

peradilan pidana berhak memperoleh bantuan hukum dan bantuan lain secara

efektif”.

(11)

hukum dan didampingi oleh Pembimbing Kemasyarakatan atau pendamping lain

sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan”.80

Ketentuan tersebut merupakan politik hukum legislator untuk bisa memberikan jaminan perlindungan terbaik bagi pelaksanaan hak-hak anak khususnya anak yang berkonflik dengan hukum.81 Keberadaan advokat atau pemberi bantuan hukum sangatlah diperlukan agar ada yang bisa mendampingi anak yang berkonflik dengan hukum, sehingga baik anak ataupun keluarganya dapat mengetahui hak-haknya serta dapat menjaga agar peradilan pidana anak berjalan dengan adil dan transparan. Masih rendahnya pengetahuan masyarakat akan hukum, membuat keberadaan advokat atau pemberi bantuan hukum sangatlah diperlukan.

Pemeriksaan harus berlangsung secara kekeluargaan artinya anak sejogyanya didampingi oleh penasehat hukumnya atau orang tua/wali/orang tua asuh. Dengan demikian dapat dijamin pemeriksaan akan berjalan dalam suasana kekeluargaan dan tanpa suatu paksaan terhadap anak. Selama jalannya proses peradilan, anak itu akan memiliki hak untuk diwakili oleh seseorang penasehat hukum atau untuk memohon bantuan hukum bebas biaya, dimana terdapat ketentuan untuk bantuan demikian dinegara ini.

Hal tersebut merujuk pada Undang-undang No.16 tahun 2011 tentang Bantuan Hukum, yang dimana pemberian bantua hukum adalah dengan cuma-cuma alias prodeo. Untuk itu, dalam mengimplementasikan Undang-undang

80

Ibid., Hal.175

81

(12)

Sistem Peradilan Pidana Anak, kewajiban adanya advokat atau pemberi bantuan hukum membuat pemerintah harus segera mampu merealisasikan Undang-undang No.16 tahun 2011 tentang Bantuan Hukum tersebut.

C. Hukum Acara Anak yang Berkonflik dengan Hukum dalam Peradilan

Pidana Anak

Hukum acara pidana sering disebut juga dengan hukum pidana formil. Menurut Lamintang, hukum pidana formal memuat peraturan perundang-undangan yang mengatur tentang bagaimana caranya hukum pidana yang sifatnya abstrak itu diberlakukan secara konkret.82 Sedangkan Soedarto mengatakan bahwa hukum pidana formal mengatur bagaimana dengan perantaraan alat-alat perlengkapannya melaksanakan haknya untuk mengenakan pidana.83 Dengan demikian dapat dilihat bahwa hukum acara peradilan anak adalah usaha supaya hukum pidana materiil anak dapat diberlakukan atau ditegakkan. Undang-undang No.11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak mengatur mengenai hukum acara peradilan pidana anak dalam Bab Iii dari Pasal 16 sampai dengan 62. Jumlahnya sebanyak 47 pasal yang mengatur mengenai hukum acara peradilan pidana anak.

Hukum acara peradilan pidana anak merupakan lex specialis dari hukum acara pidana umum yang mengacu pada Kitab Undang-undang Hukum Acara Pidana, maka ketentuan beracara dalam hukum acara pidana berlaku juga dalam

82

P.A.F. Lumintang, Dasar-dasar Hukum Pidana Indonesia (Bandung: Sinar Baru, 1984) Hal.10 dalam Buku Angger Sigit Pramukti dan Fuady Primaharsya, Sistem Peradilan Pidana Anak, (Jakarta : Pustaka Yustisia, 2015) Hal.73

83

(13)

acara peradilan pidana anak, kecuali ditentukan lain dalam Undang-undang No.11 tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak.

Sebagai bentuk pemberian jaminan perlindungan hak-hak anak, maka penyidik, penuntut umum, dan hakim wajib memberikan perlindungan khusus bagi anak yang diperiksa karena tindak pidana yang dilakukannya dalam situasi darurat serta perlindungan khusus dan dilaksanakan melalui penjatuhan sanksi tanpa pemberatan.84

Jaminan perlindungan hak-hak anak juga terdapat dalam pasal 18 yang menyebutkan bahwa dalam menangani perkara anak, anak korban, dan/atau anak saksi, pembimbing kemasyarakatan, pekerja sosial profesional dan tenga kesejahteraan sosial, penyidik, penuntut umum, hakim dan advokat atau pemberi bantuan hukum lainnya wajib memperhatikan kepentingan terbaik bagi anak dan mengusahakan suasana kekeluargaan tetap terpelihara.85 Dalam hal ini suasana kekeluargaan misalnya suasana yang membuat anak nyaman, ramah anak, serta tidak menimbulkan ketakutan dan tekanan. Selanjutnya pasal 19 juga menyebutkan bahwa segala yang berhubungan dengan identitas anak, anak korban, dan/atau anak saksi wajib dirahasiakan dalam pemberitaan dimedia cetak ataupun elektronik bahkan identitas sebagaimana dimaksud diatas meliputi nama anak, nama anak korban, nama saksi, nama orang tua, alamat, wajah, dan hal lain yang dapat mengungkapkan jati diri anak, anak korban, dan/atau anak saksi.

84

Pasal 17 Undang-undang No.11 tahun 2012

85

(14)

Apabila tindak pidana dilakukan oleh anak sebelum genap berumur 18 (delapan belas) tahun dan diajukan kesidang pengadilan dimana setelah anak yang bersangkutan melampaui batas umur 18 (delapan belas) tahun, tetapi belum mencapai umur 21 (dua puluh satu) tahun, akan tetap diajukan kesidang anak.

Pada pasal 21 ditentukan anak yang belum berumur 12 (dua belas) tahun melakukan atau diduga melakukan tindak pidana, Penyidik, Pembimbing Kemasyarakatan, dan Pekerja Sosial Profesional mengambil keputusan untuk:

1. Menyerahkannya kembali kepada orang tua/wali; atau

2. Mengikutsertakannya dalam program pendidikan, pembinaan dan pembimbingan di instansi pemerintah atau Lembaga Penyelenggaraan Kesejahteraan Sosial di instansi yang menangani bidang kesejahteraan sosial, baik di tingkat pusat maupun daerah, paling lama 6 (enam) bulan

Keputusan tersebut semuanya diserahkan kepengadilan untuk ditetapkan dalam waktu paling lama 3 (tiga) hari. Disamping itu, Bapas wajib melakukan evaluasi terhadap pelaksanaan program pendidikan, pembinaan, dan pembimbingan kepada anak. Dalam hal hasil evaluasi sebagaimana dimaksud pernyataan diatas, maka anak dinilai masih memerlukan pendidikan, pembinaan, dan pembimbingan lanjutan, masa pendidikan, pembinaan, dan pembimbingan dapat diperpanjang paling lama 6 (enam) bulan.

(15)

kepada Bapas secara berkala setiap bulan, serta ketentuan lebih lanjut mengenai syarat dan tata cara pengambilan keputusan serta program pendidikan, pembinaan dan pembimbingan.

Pada proses persidangan pasal 22 berbunyi “Penyidik, Penuntut Umum, Hakim, Pembimbing Kemasyarakatan, Advokat atau pemberi bantuan hukum

lainnya, dan petugas lain dalam memeriksa perkara anak, anak korban, dan/atau

anak saksi tidak memakai toga atau atribut kedinasan”. Perlakuan ini dimaksudkan agar anak tidak merasa takut dan seram menghadapi hakim, Penuntut Umum, Penyidik, Penasehat Hukum, Pembimbing Kemasyarakatan, dan petugas lainnya, sehingga dapat mengeluarkan perasaannya pada hakim mengapa ia melakukan suatu tindak pidana. Selain itu, juga berguna mewujudkan suasana kekeluargaan agar tidak menjadi peristiwa yang mengerikan bagi anak.86

Disetiap tingkat pemeriksaan, anak wajib diberikan bantuan hukum dan didampingi oleh Pembimbing Kemasyarakatan atau pendamping lain sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Bahkan, dalam setiap tingkat pemeriksaan, anak korban atau saksi wajib didampingi oleh orang tua dan/atau orang yang dipercaya oleh anak korban dan/atau anak saksi, atau pekerjaan sosial. Dalam hal orang tua sebagai tersangka dan/atau terdakwa perkara yang sedang diperiksa, ketentuan sebagaimana dimaksud diatas tidak berlaku bagi orang tua.

Selanjutnya, hukum acara peradilan pidana anak adalah sebagai berikut :

1. Penyidikan

86

(16)

Penyidikan adalah serangkaian tindakan penyidik dalam hal dan menurut cara yang diatur dalam undang-undang untuk mencari serta mengumpulkan bukti yang dengan bukti itu membuat terang tentang tindak pidana yang terjadi dan guna menemukan tersangkanya.87 Ini artinya bahwa penyidikan dalam perkara pidana anak adalah kegiatan penyidik anak untuk mencari dan menemukan suatu peristiwa yang dianggap atau diduga sebagai tindak pidana yang dilakukan anak.

Dalam pasal 26 Undang-undang Sistem Peradilan Pidana Anak, disebutkan :

a. Penyidikan terhadap perkara anak dilakukan oleh penyidik yang ditetapkan berdasarkan keputusan kepala kepolisian negara Republik Indonesia atau pejabat lain yang ditunjuk oleh Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia;

b. Pemeriksaan terhadap anak korban atau anak saksi dilakukan oleh penyidik;

c. Syarat untuk dapat ditetapkan sebagai Penyidik adalah sebagai berikut :

1) Telah berpengalaman sebagai penyidik;

2) Mempunyai minat, perhatian, dedikasi dan memahami masalah anak; dan

3) Telah mengikuti pelatihan teknis tentang peradilan anak.

Untuk melakukan penyidikan terhadap perkara anak, penyidik wajib meminta pertimbangan atau saran dari Pembimbing Kemasyarakatan setelah

87

(17)

tindak pidana dilaporkan atau diadukan. Dalam hal dianggap perlu, penyidik dapat meminta pertimbangan atau saran dari ahli pendidikan, psikolog, psikiater, tokoh agama, pekerja sosial profesional atau tenaga kesejahteraan sosial dan tenga ahli lainnya, bahkan dalah hal melakukan pemeriksaan terhadap anak korban dan anak saksi, penyidik wajib meminta laporan sosial dari pekerja sosial profesional atau tenaga kesejahteraan sosial setelah tindak pidana dilaporkan atau diadukan. Sehingga, hasil penelitian kemasyarakatan wajib diserahkan oleh Bapas kepada Penyidik dalam waktu paling lama 3 x 24 (tiga kali dua puluh empat) jam setelah permintaan penyidik diterima.

Pada prinsipnya, penyidik wajib mengupayakan diversi dalam waktu paling lama 7 (tujuh) hari setelah penyidikan dimulai. Dan proses diversi sebagaimana dimaksud diatas dilaksanakan paling lama 30 (tiga puluh) hari setelah dimulainya diversi. Dalam hal proses diversi berhasil mencapai kesepakatan, penyidik menyampaikan berita acara diversi beserta kesepakatan diversi kepada Ketua Pengadilan Negeri untuk dibuat penetapan. Apabila diversi gagal, Penyidik wajib melanjutkan penyidikan dan melimpahkan perkara ke Penuntut Umum dengan melampirkan berita acara diversi dan laporan penelitian kemasyarakatan.

2. Penangkapan dan Penahanan

(18)

pada landasan hukum yang sah berupa penangkapan dan penahana. Hal tersebut juga ada dalam hukum acara peradilan pidana anak.88

Penangkapan adalah suatu tindakan penyidik berupa pengekangan sementara waktu kebebasan tersangka atau terdakwa apabila terdapat cukup bukti guna kepentingan penyidikan atau penuntutan dan/atau peradilan dalam hal serta menurut cara yang diatur dalam undang-undang.89

Pasal 30 Undang-undang Sistem Peradilan Pidana Anak berbunyi :

a. Penangkapan terhadap anak dilakukan guna kepentingan penyidikan paling alam 24 (dua puluh empat) jam;

b. Anak yang ditangkap wajib ditempatkan dalam ruang pelayanan khusus Anak;

c. Dalam hal ruang pelayanan khusus Anak belum ada di wilayah yang bersangkutan, Anak dititipkan di Lembaga Penyelenggara Kesejahteraan Sosial90;

d. Penangkapan terhadap Anak wajib dilakukan secara manusiawi dengan memperhatikan kebutuhan sesuai dengan umurnya;

e. Biaya bagi setiap Anak yang ditempatkan di LPKS dibebankan pada anggaran kementerian yang menyelenggarakan urusan pemerintah di bidang sosial.

88

M. Nasir Djamil, Op.Cit., Hal.156

89

Pasal 1 angka 20 Kitab Undang-undang Hukum Acara Pidana

90

(19)

Disamping itu, dalam melaksanakan penyidikan, penyidik berkoordinasi dengan Penuntut Umum serta berkoordinasi sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya bahwa, dilakukan dalam waktu paling lama 1 x 24 (satu kali dua puluh empat) jam sejak dimulainya penyidikan.

Penahanan terhadap anak tidak boleh dilakukan dalam hal anak memperoleh jaminan dari orang tua/wali dan/atau lembaga bahwa anak tidak akan melarikan diri, tidak akan menghilangkan atau merusak barang bukti, dan/atau tidak akan mengulangi tindak pidana. Penahanan adalah penempatan tersangka atau terdakwa di tempat tertentu oleh penyidik atau penuntut umum atau hakim dengan penetapannya, dalam hal serta menurut cara yang diatur dalam undang-undang.91 Penahanan terhadap anak hanya dapat dilakukan dengan syarat sebagai berikut:

a. Anak telah berumur 14 (empat belas) tahun atau lebih; dan

b. Diduga melakukan tindak pidana dengan ancaman pidana penjara 7 (tujuh) tahun atau lebih.

Ketentuan ini menjadi hal baru sebagai bentuk pemberian batas usia anak yang dapat ditahan, mengingat usia dibawah 14 (empat belas) tahun yang masih rentan untuk bisa ditahan. Jaminan hak anak juga masih harus diberikan selama anak ditahan, berupa kebutuhan jasmani, rohani dan sosial anak harus tetap dipenuhi. Untuk melindungi keamanan anak, dapat dilakukan penempatan anak di LPKS.

91

(20)

Penahanan untuk kepentingan penyidikan dilakukan paling lama 7 (tujuh) hari, dan jangka waktu penahanan dimaksud atas permintaan penyidik dapat diperpanjang oleh Penuntut Umum paling lama 8 (delapan) hari. Apabila jangka waktu itu telah berakhir, anak wajib dikeluarkan demi hukum92, serta penahanan terhadap anak dilaksanakan di Lembaga Penempatan Anak Sementara. Dalam hal tidak terdapat LPAS, penahanan dapat dilakukan di LPKS setempat.

Dalam hal penahanan dilakukan untuk kepentingan penuntutan, penuntut umum dapat melakukan penahanan paling lama 5 (lima) hari. Jangka waktu penahanan sebagaimana permintaan Penuntut Umum dapat diperpanjang oleh hakim pengadilan negeri paling lama 5 (lima) hari, dan dalam hal jangka waktu dimaksud telah berakhir, anak wajib dikeluarkan demi hukum. Dalam hal penahanan dilakukan untuk kepentingan pemeriksaan di sidang pengadilan, hakim dapat melakukan penahanan paling lama 10 (sepuluh) hari. Jangka waktu permintaan hakim dapat diperpanjang oleh Ketua Pengadilan Negeri paling lama 15 (lima belas) hari. Apabila jangka waktu telah berakhir dan hakim belum memberikan putusan, anak wajib dikeluarkan demi hukum.

Penetapan pengadilan mengenai penyitaan barang bukti dalam perkara anak harus ditetapkan paling lama 2 (dua) hari. Dalam hal penahanan dilakukan untuk kepentingan pemeriksaan di tingkat banding, hakim banding dapat melakukan penahanan paling lama 10 (sepuluh) hari. Jangka waktu sebagaimana dimaksud penjelasan diatas permintaan hakim banding dapat diperpanjang oleh Ketua Pengadilan Tinggi paling lama 15 (lima belas) hari. Dalam hal jangka

92

(21)

waktu, apabila telah berakhir dan hakim banding belum memberikan putusan, anak wajib dikeluarkan demi hukum. Dalam hal penahanan terpaksa dilakukan untuk kepentingan pemeriksaan di tingkat kasasi, hakim kasasi dapat melakukan penahanan paling lama 15 (lima belas) hari.

Jangka waktu sebagaimana dimaksud diatas, permintaan hakim kasasi dapat diperpanjang oleh ketua Mahkamah Agung paling lama 20 (dua puluh) hari. Jika telah berakhir, hakim kasasi belum memberikan putusan, anak wajib dikeluarkan demi hukum.

Disamping itu, pejabat yang melakukan penangkapan atau penahanan wajib memberitahukan kepada anak dan orang tua/wali mengenai hak memperoleh bantuan hukum. Apabila pejabat tersebut tidak melaksanakan ketentuan sebagaimana dimaksud diatas, penangkapan atau penahanan terhadap anak batal demi hukum.

(22)

No

2 Perpanjangan oleh Penuntut Umum 8 hari 40 hari 3 Penahanan oleh Penuntut Umum 5 hari 20 hari 4 Perpanjangan oleh Hakim PN 5 hari 30 hari 5 Penahanan oleh Pengadilan Negeri 10 hari 30 hari 6 Perpanjangan oleh Ketua Pengadilan Negeri 15 hari 60 hari 7 Penahanan pada tingkat banding 10 hari 30 hari 8 Perpanjangan oleh ketua Pengadilan tinggi 15 hari 60 hari 9 Penahanan pada tingkat kasasi 15 hari 50 hari

10 Perpanjangan oleh Ketua Mahkamah Agung 20 hari 60 hari Total penahanan 110 hari 400 hari

3. Penuntutan

Penuntutan adalah tindakan penuntut umum untuk melimpahkan perkara pidana ke pengadilan negeri yang berwenang dalam hal dan menurut cara yang diatur dalam undang-undang dengan permintaan supaya diperiksa dan diputus oleh hakim di sidang pengadilan.95 Penuntutan dalam acara pidana anak mengandung pengertian tindakan Penuntut Umum Anak untuk melimpahkan

93

Sistem Peradilan Pidana Anak pada pasal 33-38

94

Kitab Undang-undang Hukum Acara Pidana pada pasal 20-28

95

(23)

perkara anak ke pengadilan anak dengan permintaan supaya diperiksa dan diputus oleh hakim anak dalam persidangan anak.

Pasal 41 menentukan bahwa Penuntut Umum ditetapkan berdasarkan Keputusan Jaksa Agung atau pejabat lain yang ditunjuk oleh Jaksa Agung. Syarat untuk dapat ditetapkan sebagai Penuntut Umum sebagaimana dimaksud diatas meliputi :

a. Telah berpengalaman sebagai Penuntut Umum;

b. Mempunyai minat, perhatian, dedikasi, dan memahami masalah anak; dan

c. Telah mengikuti pelatihan teknis tentang peradilan anak.

Apabila belum terdapat Penuntut Umum yang memenuhi persyaratan sebagaimana dimaksud, tugas penuntutan dilaksanakan oleh Penuntut Umum yang melakukan tugas penuntutan bagi tindak pidana yang dilakukan oleh orang dewasa.

(24)

4. Hakim Pengadilan Anak a. Hakim Tingkat Pertama

Hakim Pengadilan Anak, yaitu terhadap Hakim Tingkat Pertama, pemeriksaan di sidang pengadilan terhadap perkara anak dilakukan oleh hakim yang ditetapkan berdasarkan Keputusan Ketua Mahkamah Agung atau pejabat lain yang ditunjuk oleh Ketua Mahkamah Agung atas usul Ketua Pengadilan Negeri yang bersangkutan melalui Ketua Pengadilan Tinggi. Syarat untuk dapat ditetapkan sebagai hakim meliputi :

1) Telah berpengalaman sebagai hakim dalam lingkungan peradilan umum; 2) Mempunyai minat, perhatian, dedikasi, dan memahami masalah anak; dan 3) Telah mengikuti pelatihan teknis tentang peradilan anak.

Apabila belum ada hakim yang memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan diatas, maka tugas pemeriksaan di sidang anak dilaksanakan oleh hakim yang melakukan tugas pemeriksaan bagi tindak pidana yang dilakukan oleh orang dewasa. Disamping itu, hakim memeriksa dan memutus perkara anak dalam tingkat pertama dengan hakim tunggal, serta Ketua Pengadilan Negeri dapat menetapkan pemeriksaan perkara anak dengan hakim majelis dalam hal tindak pidana yang diancam dengan pidana penjara 7 (tujuh) tahun atau lebih atau sulit pembuktiannya bahkan didalam setiap persidangan Hakim dibantu oleh seseorang penitera atau panitera pengganti.

(25)

Begitu juga dengan hakim banding, dimana hakim banding ditetapkan berdasarkan keputusan Ketua Mahkamah Agung atas usul Ketua Pengadilan Tinggi yang bersangkutan. Hakim banding memeriksa dan memutus perkara anak dalam tingkat banding dengan hakim tunggal. Ketua Pengadilan Tinggi dapat menetapkan pemeriksaan perkara anak dengan hakim majelis dalam hal tindak pidana yang diancam dengan pidana penjara 7 (tujuh) tahun atau lebih atau sulit pembuktiannya serta didalam menjalankan tugasnya, hakim banding dibantu oleh seorang panitera atau seorang panitera pengganti.

c. Hakim Kasasi

Hakim kasasi ditetapkan berdasarkan keputusan Ketua Mahkamah Agung. Hakim Kasasi memeriksa dan memutus perkara anak dalam tingkat kasasi sebagai hakim tunggal. Ketua Mahkamah Agung dapat menetapkan pemeriksaan perkara anak dengan hakim majelis dalam hal tindak pidana yang diancam dengan pidana penjara 7 (tujuh) tahun atau lebih atau sulit pembuktiannya. Didalam menjalankan tugasnya, Hakim Kasasi dibantu oleh seorang panitera atau seorang panitera pengganti.

d. Hakim Peninjauan Kembali

(26)

5. Pemeriksaan di Sidang Pengadilan

Pada proses pemeriksaan di sidang pengadilan, ketua pengadilan wajib menetapkan hakim atau majelis hakim untuk menangani perkara anak paling lama 3 (tiga) hari setelah menerima berkas perkara dari Penuntut Umum. Hakim wajib mengupayakan diversi paling lama 7 (tujuh) hari setelah ditetapkan oleh Ketua Pengadilan Negeri sebagai hakim, sehingga diversindilaksanakan paling lama 30 (tiga puluh) hari. Pada prinsipnya, proses diversi dapat dilaksanakan diruang mediasi Pengadilan Negeri. Apabila proses diversi berhasil mencapai kesepakatan, hakim menyampaikan berita acara diversi beserta kesepakatan diversi kepada Ketua Pengadilan Negeri untuk dibuat penetapannya. Bahkan, apabila proses diversi tidak berhasil dilaksanakan, perkara dilanjutkan ke tahap persidangan.

(27)

hukum. Setelah hakim membuka persidangan dan menyatakan sidang tertutup untuk umum, anak dipanggil masuk beserta orang tua/wali, advokat atau pemberi bantuan hukum lainnya, dan Pembimbing Kemasyarakatan.

Persidangan perkara anak bersifat tertutup agar tercipta suasana tenang dan penuh dengan kekeluargaan, sehingga anak dapat mengutarakan segala peristiwa dan perasaannya secara terbuka dan jujur selama sidang berjalan.

Setelah surat dakwaan dibacakan, hakim memerintahkan Pembimbing Kemasyarakatan membacakan laporan hasil penelitian kemasyarakatan mengenai anak yang bersangkutan tanpa kehadiran anak, kecuali hakim berpendapat lain, laporan tersebut berisi tentang :

1) Data pribadi anak, keluarga, pendidikan, dan kehidupan sosial; 2) Latar belakang dilakukannya tindak pidana;

3) Keadaan korban dalam hal ada korban dalam tindak pidana terhadap tubuh dan nyawa;

4) Hal lain yang dianggap perlu; 5) Berita acara diversi; dan

6) Kesimpulan dan rekomendasi dari Pembimbing Kemasyarakatan.

(28)

di depan sidang pengadilan, hakim dapat memerintahkan anak korban dan/atau anak saksi didengar keterangannya :

1) Diluar sidang pengadilan melalui perekam elektronik yang dilakukan oleh Pembimbing Kemasyarakatan di daerah hukum setempat dengan dihadiri oleh penyidik atau Penuntut Umum dan advokat atau pemberi bantuan hukum lainnya; atau

2) Melalui pemeriksaan langsung jarak jauh dengan alat komunikasi audiovisual dengan didampingi oleh orang tua/wali, Pembimbing Kemasyarakatan atau pendamping lainnya.

Pada dasarnya, sidang anak dilanjutkan setelah anak diberitahukan mengenai keterangan yang telah diberikan oleh anak korban dan/atau anak saksi pada saat Anak berada diluar ruang sidang pengadilan. Maka, sebelum menjatuhkan putusan, hakim memberikan kesempatan kepada orang tua/wali dan/atau pendamping untuk mengemukakan hal yang bermanfaat bagi anak. Dalam hal tertentu anak korban diberi kesempatan oleh hakim untuk menyampaikan pendapat tentang perkara yang bersangkutan. Sehingga, hakim wajib mempertimbangkan laporan penelitian kemasyarakatan dari Pembimbing Kemasyarakatan sebelum menjatuhkan putusan perkara, serta dalam hal laporan penelitian kemasyarakatan sebagaimana dimaksud diatas tidak dipertimbangkan dalam putusan hakim, putusan batal demi hukum.

(29)
(30)

BAB IV

PEMBERIAN BANTUAN HUKUM SECARA CUMA-CUMA

OLEH LEMBAGA BANTUAN HUKUM MEDAN

A. Sejarah Singkat Berdirinya Lembaga Bantuan Hukum Medan

Sejarah berdirinya Lembaga Bantuan Hukum (selanjutnya disingkat LBH) Medan tidak lepas dari sejarah berdirinya Yayasan Lembaga Bantuan Hukum Indonesia (selanjutnya disingkat YLBHI) yang berkantor pusat di Jakarta. Yayasan Lembaga Bantuan Hukum Indonesia didirikan pada tanggal 26 Oktober 1970 atas inisiatif Dr.Adnan Buyung Nasution, S.H., yang didukung penuh oleh Ali Sadikin sebagai Gubernur Jakarta saat itu. Pendirian LBH di Jakarta diikuti dengan pendirian kantor-kantor cabang LBH di daerah seperti Banda Aceh, Medan, Palembang, Padang, Bandar Lampung, Bandung, Semarang, Surabaya, Yogyakarta, Bali, Makassar, Manado, Papua dan Pekanbaru. Saat ini YLBHI memiliki 15 kantor cabang LBH di 15 provinsi, dan 10 pos LBH di 10 Kabupaten.

(31)

ingin menyumbangkan tenaga, maka pada tanggal 28 Januari 1978 diresmikanlah LBH Medan dibawah pimpinan Mahjoedanil S.H. Pelantikannya sendiri dihadiri oleh pengurus DPP PERADIN, A.Rahman Saleh, S.H., dan Direktur LBH Jakarta, Adnan Buyung Nasution, S.H.

B. Struktur Keorganisasian LBH Medan Periode 2012-2015

Struktur keorganisasian LBH Medan Periode 2012-2015 adalah sebagai berikut:

Direktur : Surya Adinata, S.H.,M.Kn Wakil Direktur : M.Khaidir F.Harahap, S.H.,M.H Sekertaris : Reni Lorensa, S.H

Bendahara : Citra Sari Dewi

Ka.Informasi dan Dokumentasi : Rifian.K Koordinator Litigasi : Yurika N, S.H

Koordinator Non Litigasi : Anggun Rizal Pribadi, S.H Staf Khusus Volunteer : Ismail Hasan, S.H

Bagian Litigasi : Ismail Lubis, S.H dan Juliadi, S.H Bagian Non Litigasi : Jupenris Sidauruk, S.H dan Septian, S.H Kepala Pos Kisaran dan T.Balai : Hidayat, S.H

Kepala Pos Labuhan Batu : Ghufron Harahap, S.H

(32)

C. Nilai-nilai Dasar Organisasi LBH Medan

Nilai-nilai dasar organisasi Lembaga Bantuan Hukum Medan merupakan suatu alasan atau dasar untuk dibentuknya LBH Medan. Dapat juga dikatakan sebagai pegangan untuk LBH dalam menjalankan program-program dan kegiatan-kegiatan LBH Medan. Adapun nilai-nilai dasar organisasi LBH Medan adalah sebagai berikut :

1. Bahwa sesungguhnya hak untuk mendapatkan dan menikmati keadilan adalah hak setiap insan dan karena itu penegakannya, disatu pihak, harus terus diusahakan dalam suatu upaya berkesinambungan membangun suatu sistem masyarakat hukum yang beradab dan berperikemanusiaan secara demokratis, dan dilain pihak, setiap kendala yang menghalanginya harus dihapuskan; 2. Bahwa keadilan hukum adalah salah-satu pilar utama dari masyarakat hukum

dimaksud yang secara bersama-sama dengan keadilan ekonomi, keadilan politik, keadilan sosial dan keadilan (toleransi) budaya menopang dan membentuk keadilan struktural yang utuh saling melengkapi;

3. Bahwa karena keterkaitan secara struktural tersebut diatas, upaya penegakan keadilan hukum dan penghapusan kendala-kendalanya harus dilakukan berbarengan dan sejalan secara proporsional dan kontekstual dengan penegakan keadilan dan penghapusan kendala-kendala terkait dalam bidang-bidang ekonomi, politik, sosial dan budaya;

(33)

anugerah dari Tuhan Yang Maha Pengasih sehingga tidak seorangpun dapat merampas hak-hak yang melekat pada manusia sejak lahir itu;

5. Bahwa mengamalkan perbuatan yang baik dan mencegah perbuatan yang tercela adalah inti dari penegakan kebenaran dan hati nurani masyarakat dalam suatu tata-hubungan pergaulan sosial yang adil, dan karena itu, penyuaraan dan penegakan kebenaran dihadapan kekuasaan yang menyeleweng merupakan sikap dan perbuatan yang terpuji;

6. Bahwa pemberian bantuan hukum bukanlah sekedar sikap dan tindakan kedermawanan tetapi lebih dari itu merupakan bagian yang tak terpisahkan dari kerangka upaya pembebasan manusia indonesia dari setiap bentuk penindasan yang meniadakan rasa dan wujud kehadiran keadilan yang utuh, beradab dan berperikemanusiaan;

7. Bahwa kebhinekaan masyarakat dan bangsa Indonesia mengharuskan suatu pemberian bantuan hukum yang tidak membeda-bedakan agama, kepercayaan, keturunan, suku-bangsa, keyakinan politik maupun latar-belakang lainnya (prinsip imparsialitas), dan bahwa keadilan harus tetap ditegakkan walaupun berseberangan dengan kepentingan diri-sendiri, kerabat ataupun teman sejawat.

(34)

Anggaran Rumah Tangga (ADART) Lembaga Bantuan Hukum Medan. Ketentuan-ketentuan dalam perundang-undangan tersebut mengatur dan mengawasi kinerja para pemberi bantuan hukum gratis kepada masyarakat kurang mampu. Agar tidak melakukan penyelewengan atau penyimpangan terhadap tugas-tugasnya.

Dalam Undang-undang No.16 Tahun 2011 tentang Bantuan Hukum diatur tentang Larangan kepada pemberi bantuan hukum yang pada pasal 20 berbunyi : “Pemberi Bantuan Hukum dilarang menerima atau meminta

pembayaran dari penerima Bantuan Hukum dan/atau pihak lain yang terkait

dengan perkara yang sedang ditangani Pemberi Bantuan Hukum”.

Selanjutnya, pada pasal 21 diatur mengenai ketentuan pidana yang berbunyi : “Pemberi Bantuan Hukum yang terbukti menerima atau meminta

pembayaran dari Penerima Bantuan Hukum dan/atau pihak lain yang terkait

dengan perkara yang sedang ditangani sebagaimana dimaksud dalam pasal 20,

dipidana dengan pidana penjara paling lama 1 (satu) tahun atau denda paling

banyak Rp.50.000.000.000,00 (lima puluh juta rupiah)

(35)

D. Visi dan Misi LBH Medan

1. Visi

LBH bersama-sama dengan komponen-komponen masyarakat dan bangsa Indonesia yang lain berhasrat kuat dan akan berupaya sekuat tenaga agar di masa depan dapat :

a. Terwujudnya suatu sistem masyarakat hukum yang terbina di atas tatanan hubungan sosial yang adil dan beradab/berperikemanusiaan secara demokratis (A just, humane and democratic socio-legal system);

b. Terwujudnya suatu sistem hukum dan administrasi yang mampu menyediakan tata-cara (prosedur-prosedur) dan lembaga-lembaga melalui mana setiap pihak dapat memperoleh dan menikmati keadilan hukum (a fair and transparent institutionalized legal-administrative system);

c. Terwujudnya suatu sistem ekonomi, politik, dan budaya yang membuka akses bagi setiap pihak untuk turut menentukan setiap keputusan yang berkenaan dengan kepentingan mereka dan memastikan bahwa keseluruhan sistem itu tetap menghormati dan menjunjung tinggi HAM (An open political-economic system with a culture that fully respects human rights)

2. Misi

(36)

a. Menanamkan, menumbuhkan dan menyebar-luaskan nilai-nilai negara hukum yang berkeadilan, demokratis serta menjunjung tinggi Hak Asasi Manusia kepada seluruh lapisan masyarakat Indonesia tanpa terkecuali; b. Menanamkan, menumbuhkan sikap kemandirian serta memberdayakan

potensi lapisan masyarakat yang lemah dan miskin sedemikian rupa sehingga mereka mampu merumuskan, menyatakan, memperjuangkan serta mempertahankan hak-hak dan kepentingan mereka baik secara individual maupun secara kolektif;

c. Mengembangkan sistem, lembaga-lembaga serta instrumen-instrumen pendukung untuk meningkatkan efektifitas upaya-upaya pemenuhan hak-hak lapisan masyarakat yang lemah dan miskin;

d. Memelopori, mendorong, mendampingi dan mendukung program pembentukan hukum, penegakan keadilan hukum dan pembaharuan hukum nasional sesuai dengan Konstitusi yang berlaku dan Deklarasi Umum Hak Asasi Manusia (Universal Declaration of Human Rights) e. Memajukan dan mengembangkan program-program yang mengandung

dimensi keadilan dalam bidang politik, sosial-ekonomi, budaya dan jender, utamanya bagi lapisan masyarakat yang lemah dan miskin.

E. Fungsi LBH Medan

Adapun yang menjadi fungsi dari LBH Medan adalah sebagai berikut :

(37)

Ini sehubungan dengan kondisi sosial ekonomis yang dimana karena sebagian dari masyarakat Indonesia tergolong tidak mampu untuk menggunakan dan membayar jasa advokat, maka Lembaga Bantuan Hukum memberikan jasa-jasanya dengan cuma-cuma. Sebagai Paralelly, service dari Lembaga disini dapat diibaratkan sebagai klinik/puskesmas bagi orang-orang sakit yang tidak mampu pergi berobat ke Dokter.

2. Social Education

Ini sehubungan dengan kondisi sosial kultur, dimana Lembaga dengan suatu perencanaan yang matang dan sistematis serta metode kerja yang praktis harus memberikan penerangan-penerangan dan petunjuk-petunjuk untuk mendidik masyarakat agar lebih sadar dan mengerti hak-hak dan kewajiban-kewajibannya menurut hukum, sehingga dengan demikian sekaligus menumbuhkan dan mengembangkan kesadaran hukum masyarakat.

Social Education dibidang hukum ini adalah tidak mudah karena menyangkut mentalitas sikap dan nilai-nilai yang berlaku sekarang dalam masyarakat. Mentalitas takut, khawatir, segan, perasaan malu terhadap segala sesuatu yang berhubungan dengan hukum dan proses peradilan karena takut terbawa-bawa harus dirobah, menjadi keberanian dan kemauan untuk menyelesaikan segala sesuatu menurut jalan hukum.

(38)

labuhan batu utara, dan kabupaten labuhan batu. Posko paralegal ini bertugas untuk memberikan pendidikan hukum dan konsultasi hukum kepada masyarakat yang bertempat tinggal di wilayah kabupaten tersebut. Orang-orang dapat datang ke posko paralegal tersebut untuk mendapatkan pendidikan dan berkonsultasi tentang masalah-masalah yang dialaminya dan mendapatkan pencerahan dan langkah-langkah hukum apa yang dapat ditempuh. Akan tetapi, posko paralegal ini hanya memberikan pendidikan dan konsultasi hukum, untuk penanganan perkara posko paralegal ini belum berhak, karena penanganan perkara masih berada dalam tugas dan kewengan LBH Medan yang mencakup seluruh wilayah Sumatera Utara.

3. Perbaikan Tertib Hukum

Ini sehubungan dengan kondisi sosial politis, dimana peranan Lembaga Bantuan Hukum tidak hanya terbatas pada perbaikan-perbaikan dibidang peradilan pada umumnya dan profesi pembelaan khususnya, akan tetapi juga dapat melakukan pekerjaan-pekerjaan ombudsman selaku partisipasi masyarakat dalam bentuk kontrol dengan kritik-kritik dan saran-sarannya untuk memperbaiki kepincangan-kepincangan ataupun mengoreksi tindakan-tindakan penguasa yang merugikan masyarakat.

(39)

kepada penyelewengan-penyelewengan yang dilakukan oleh pihak penguasa dan pihak yang berwenang yang merugikan masyarakat.

4. Pembaharuan Hukum

Dari pengalaman-pengalaman praktis dalam melaksanakan fungsinya Lembaga menemukan banyak sekali peraturan-peraturan hukum yang sudah usang tidak memenuhi kebutuhan baru, bahkan kadang-kadang bertentangan atau menghambat perkembangan keadaan.

Berdasarkan pengalaman ini Lembaga dapat mempelopori usul-usul perobahan undang-undang (law reform) kearah pembaharuan hukum sesuai dengan atau untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan baru dalam masa pembangunan sekarang ini.

Usul-usul perobahan undang-undang ini tidak perlu dan tidak mungkin mencakup keseluruhan tata hukum, namun cukuplah dengan perobahan yang praktis dan urgent. Juga dalam hal ini lembaga dapat bekerja sama dengan fakultas-fakultas hukum dalam memikirkan usaha-usaha pembaharuan hukum.

5. Pembukaan Lapangan Pekerjaan (Labour Market)

(40)

kabupaten, maka banyak sekali dari tenaga-tenaga serjana-sarjana hukum ini dapat ditampung dan dimanfaatkan.

Dengan jalan ini bukan saja masalah pengangguran sarjana-sarjana hukum teratasi, malahan juga sekaligus mempercepat proses perbaikan dibidang peradilan, khususnya di bidang profesi Pembelaan.

6. Practical Training

Fungsi terakhir yang tidak kurang pentingnya bahkan diperlukan oleh lembaga dalam mendekatkan dirinya dan menjaga hubungan baik dengan centrum-centrum ilmu pengetahuan adalah kerjasama antara lembaga dengan fakultas-fakultas hukum setempat. Kerjasama ini dapat memberikan keuntungan kepada kedua belah pihak. Bagi fakultas-fakultas hukum, lembaga dapat dijadikan sebagai tempat latihan prakter para mahasiswa-mahasiwa hukum dalam rangka mempersiapkan dirinya menjadi sarjana hukum dimana para mahasiswa dapat menguji teori-teori yang dipelajari dengan kenyataan-kenyataan dan kebutuhan-kebutuhan dalam praktek dan dengan demikian sekaligus mendapat pengalaman. Bagi lembaga, kerjasama diharapkan akan membawa efek turut membantu menjaga idealisme lembaga, disamping memperoleh sumbangan-sumbangan pikiran dan saran-saran gagasan ilmiah juga memperoleh sumber dan partisipasi tenaga mahasiswa dari fakultas untuk perkembangan dan kemajuan lembaga.

(41)

F. Prosedur Pendaftaran Bantuan Hukum Cuma-cuma

Seseorang yang tersangkut perkara pidana yang tidak mampu untuk membayar biaya seorang pengacara profesional untuk membela perkaranya, dapat meminta bantuan LBH Medan yang dimana memberikan bantuan hukum secara cuma-cuma bagi masyarakat kurang mampu yang membutuhkan bantuan hukum. Akan tetapi, untuk memperoleh bantuan hukum secara cuma-cuma tersebut, ada syarat penting yang harus dipenuhi yaitu Surat Keterangan Tidak Mampu (SKTM) dari pejabat yang berwenang (Kelurahan). Selain itu, adapun prosedur yang harus dilalui untuk memperoleh bantuan hukum gratis dari LBH Medan adalah sebagai berikut :96

1. Registerasi di Meja Pendaftaran

Pada tahap registerasi di meja pendaftaran ini, seseorang yang menginginkan bantuan hukum secara cuma-cuma (selanjutnya disebut sebagai pemohon) tersebut harus mengisi form registrasi dengan mencantumkan identitas (nama, alamat, tempat/tanggal lahir, umur, jenis kelamin, dll yang ada dikertas form tersebut) setelah itu pihak LBH Medan mengkonfirmasi apakah data-data yang diisi oleh pemohon tersebut benar adanya dengan menanyakan langsung kepada si pemohon. Setelah itu, pemohon harus melengkapi berkas-berkas syarat, yaitu :

a. Fotocopy KTP;

b. Fotokopy Kartu Keluarga, dan;

96

(42)

c. Surat Keterangan Tidak Mampu (SKTM).

2. Tahap Konsultasi Hukum

Pada tahap konsultasi hukum ini, masyarakat (pemohon) diberi kesempatan untuk menceritakan kronologi kejadian dengan sebenar-benarnya yang telah terjadi. Pemohon diperingatkan untuk tidak membuat cerita palsu atau mengada-ngada agar pemberian bantuan hukum tersebut tidak sia-sia. Kronologi kejadian yang diceritakan, langsung diketik oleh pegawai LBH dan di print dan nantinya akan disatukan dalam satu berkas form pendaftaran administrasi pada tahap pertama. Setelah itu, pihak LBH akan memberikan masukan-masukan hukum terkait permasalahan hukum yang dihadapi oleh pemohon berikut langkah-langkah dan solusi kedepannya.

3. Tahap Konfirmasi Oleh Direktur LBH

(43)

G. Kendala-kendala yang dihadapi LBH Medan dalam Memberikan

Bantuan Hukum secara cuma-cuma

Pelaksanaan tugas, fungsi serta program kerja LBH Medan tidak selalu berjalan mulus. Ada saja kendala-kendala atau masalah-masalah yang dihadapi dalam memberikan bantuan hukum cuma-cuma kepada masyarakat kurang mampu. Adapun diantaranya adalah sebagai berikut:97

1. Cakupan Wilayah

LBH Medan merupakan suatu lembaga pemberian bantuan hukum yang memberikan bantuan hukum secara cuma-cuma kepada masyarakat kurang mampu dalam wilayah Sumatera Utara. Ada 33 Kabupaten/Kota yang menjadi tanggung jawab dari LBH Medan tersebut. Wilayah yang cukup luas ini membuat LBH Medan sedikit kewalahan dalam memberikan bantuan hukum kepada masyarakat. Dan juga pemberian bantuan hukum jadinya tidak menyeluruh keseluruh wilayah Sumatera Utara karena cakupannya yang cukup luas. Maunya LBH Medan membangun cabang-cabang disetiap kabupaten/kota untuk membantu kinerja dari LBH Medan itu sendiri. Dan pemberian bantuan hukum dapat menyeluruh di wilayah Sumatera Utara.

2. Jarak Tempuh

Karena cakupan LBH Medan yang begitu luas, jarak tempuh juga menjadi masalah yang tidak bisa dikesampingkan. Mengingat kendaraan yang digunakan para pemberi bantuan hukum yang bekerja di LBH Medan juga hanya

97

(44)

menggunakan sepeda motor, untuk menuju wilayah yang jarak tempuh sangat jauh menjadi sangat terasa dan mengalami kesulitan. Terkadang jika dalam menangani perkara disuatu wilayah yang membutuhkan beberapa pemberi bantuan hukum, maka dari pihak LBH Medan sendiri akan merental mobil dan itu juga membutuhkan biaya tambahan. Padahal, dalam memberikan bantuan hukum tersebut tidak medapatkan imbalan alias gratis.

3. Personil LBH Medan tidak sebanding dengan Pemohon/Klien

Banyaknya masyarakat yang memohonkan bantuan hukum secara cuma-cuma membuat LBH Medan kewalahan dalam mengurus perkara yang dikarenakan tidak sebanding dengan jumlah personil LBH Medan yang hanya 12 pengacara yang telah diambil sumpah yang ditempatkan di LBH Medan dan bebarapa sarjana hukum yang turut membantu dalam pekerjaan, 3 pengacara di pos kisaran dan 2 pengacara di pos labuhan batu.

Perbedaan yang besar ini yang membuat pemberian bantuan hukum secara cuma-cuma kepada masyarakat kurang mampu menjadi sedikit terhambat dan tidak dapat langsung semua masalah ditangani karena sedikitnya tenaga yang ada di LBH Medan sedangkan masalah-masalah yang harus ditangani oleh LBH Medan tersebut lumayan banyak.

4. Pemberian Keterangan yang tidak sesuai dengan fakta

(45)

menjadi cuma-cuma. Kebanyakan dari masyarakat pemohon bantuan hukum cuma-cuma pada saat konsultasi dan pemberian kronologi kejadian perkara tersebut mengarang cerita yang hanya akan menguntungkan pemohon tersebut yang dimana lain dari pada kenyataannya. Padahal pada saat tahap penyelidikan dan penyidikan dikantor polisi sampai tahap acara dipengadilan, si pemohon terbukti bersalah. Hal ini menyia-nyiakan pengorbanan para pemberi bantuan hukum LBH Medan, karena masih banyak lagi masyarakat lain yang benar-benar membutuhkan bantuan hukum tersebut.

(46)

5. Dana

Masalah dana merupakan masalah utama yang sangat dirasakan oleh Lembaga Bantuan Hukum Medan. Bagaimana tidak, lembaga tersebut memberikan bantuan hukum secara cuma-cuma dan tidak mengutip atau mengharapkan imbalan dana dari masyarakat yang diberi bantuan hukum secara cuma-cuma tersebut, karena memang itu yang menjadi tugas, fungsi dan tujuan dari lembaga tersebut. Jadi, bagaimana untuk uang administrasi, uang transportasi, uang makan dll ? itu yang menjadi masalah besarnya. Selama ini, dana yang diperoleh oleh LBH Medan adalah sebagai berikut :

a. Dana dari cross profit (Penghasilan Silang). LBH Medan bukan hanya menangani kasus terhadap masyarakat kurang mampu dalam bentuk pemberian bantuan hukum secara cuma-cuma saja. Akan tetapi, juga melayani masyarakat yang dapat membayar biaya seorang pengacara profesional dalam membela perkaranya. Imbalan dana inilah yang disisihkan ke kas LBH Medan sebagai dana untuk keperluan-keperluan yang dibutuhkan dalam pemberian bantuan hukum secara cuma-cuma kepada masyarakat yang kurang mampu. Inilah yang membuat LBH Medan dapat mandiri dan tidak tergantung dengan pihak-pihak manapun.

b. Donasi-donasi dari pihak-pihak ataupun perusahaan-perusahaan yang menyumbangkan dana ke LBH Medan tanpa adanya suatu keterikatan.

(47)

dana khusus untuk membantu LBH-LBH yang berada dibawah naungan YLBHI. Oleh karena itu LBH-LBH dituntut untuk bisa mandiri.

d. Bantuan dana dari pemerintah. Bantuan dana dari pemerintah ini ada setelah berlakunya Undang-undang Bantuan Hukum No.16 tahun 2011. Bantuan dana tersebut dalam bentuk reimbursement dana, yaitu pihak LBH Medan melakukan pemberian bantuan hukum cuma-cuma kepada masyarakat kurang mampu dengan dana LBH Medan itu sendiri. Setelah perkara tersebut sudah dijatuhi putusan dengan berkekuatan hukum tetap, maka dana-dana yang dikeluarkan LBH Medan dapat di klaim ke Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan Ham Medan. Akan tetapi, tidak semua kasus yang telah ditangani oleh LBH Medan dapat di klaim dananya. Kementerian Hukum dan Ham yang memutuskan bahwa apakah suatu perkara tersebut dapat diberikan dana. Pada saat penulis melakukan riset, penulis melihat langsung bahwa ada 6 perkara yang diajukan ke Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan Ham untuk diklaim, akan tetapi hanya 3 diantaranya yang dapat diklaim. Walaupun demikian, setidaknya pemerintah sudah memberikan perhatian dalam pemberian bantuan hukum secara cuma-cuma kepada masyarakat kurang mampu, walaupun tidak sepenuh hati.

H. Pemberian Bantuan Hukum Cuma-cuma Kepada Anak yang Berkonflik

dengan Hukum

(48)

Hanya saja, terhadap kasus anak itu lebih didahulukan dan diprioritaskan penyelesaiannya. Alasan kasus anak lebih didahulukan dan diprioritaskan adalah karena anak tersebut masih dalam tahap yang rentan dan labil dan membutuhkan perhatian lebih dan pemberian pendidikan yang baik. Jika kasus anak tersebut ditangani lama-lama, maka akan menggangu kondisi psikologi sianak, yang membuat sianak berpikiran negatif dan ketakutan. Oleh karena itu penanganan kasus anak harus diprioritaskan guna untuk menghindari hal-hal tersebut.

Dalam pemberian bantuan hukum secara cuma-cuma terhadap anak, LBH Medan juga melakukan kerjasama terhadap lembaga-lembaga yang juga berurusan terhadap kasus anak seperti Komisi Perlindungan Anak Indonesia di tingkat Daerah (KPAID) dan juga Pusat Kajian dan Perlindungan Anak (PKPA). Sebenarnya, yang tepat untuk mengani kasus anak adalah KPAID dan PKPA, akan tetapi menurut pengalaman dari LBH Medan itu sendiri, dikarenakan KPAID dan PKPA belum mempunyai pengacara tetap sendiri, maka oleh karena itu KPAID dan PKPA meminta bantuan LBH Medan untuk mendapatkan bantuan hukum secara cuma-cuma. Jadi LBH Medan yang maju untuk menangani kasus-kasus anak yang terjadi di Medan.98

Untuk kasus anak, LBH Medan lebih mengupayakan proses diversi dan restoratif justice agar tidak berkepanjangan sampai ke pengadilan. Diversi adalah suatu pengalihan penyelesaian kasus-kasus anak yang diduga melakukan tindak pidana tertentu dari proses pidana formal kepenyelesaian damai antara tersangka/terdakwa/pelaku tindak pidana dengan korban yang difasilitasi oleh

98

(49)

keluarga dan/atau masyarakat, pembimbing kemasyarakatan anak, polisi, jaksa atau hakim. Oleh karena itu tidak semua perkara anak yang berkonflik dengan hukum harus diselesaikan melalui jalur peradilan formal, dan memberikan alternartif bagi penyelesaian dengan pendekatan keadilan restoratif, maka atas perkara anak yang berkonflik dengan hukum dapat dilakukan diversi demi kepentingan terbaik anak dan dengan mempertimbangkan keadilan bagi korban. Akan tetapi, jika memang harus sampai kepengadilan, LBH Medan juga siap untuk mendampingi anak tersebut dalam setiap proses peradilan agar anak tersebut dijamin hak-haknya dan tidak ada terdapat penyelewengan kewenangan. Penyelewengan kewenangan ini pernah terjadi dalam kasus yang ditangani oleh LBH Medan, yaitu terhadap anak dari Ucok Hardin yang anaknya dipanggil oleh kepolisian langsung sebagai tersangka dalam kasus perkelahian. Hal ini sudah jelas menyalahi aturan, bahwa seharusnya anak tersebut dipanggil lebih dahulu sebagai saksi dulu, bukan langsung mencap si anak sebagai tersangka. Setelah kasus ditangani oleh LBH Medan, pada akhirnya kasus tersebut selesai dengan perdamaian di kantor polisi dan tidak sampai ke pengadilan.

(50)

terkait untuk bersama-sama mencari penyelesaian yang adil dengan menekankan pemulihan kembali pada keadaan semula dan bukan pembalasan.

Jadi intinya melakukan diversi dan keadilan restoratif adalah untuk menjauhkan anak dari pengadilan pidana formal yang akan menggangu psikologi si anak tersebut. Jelas dimuat dalam pasal 6 Undang-undang No.11 Tahun 2012, tujuan diversi adalah :

1. Mencapai perdamaian antara korban dan anak;

2. Menyelesaikan perkara Anak di luar proses peradilan; 3. Menghindarkan anak dari perampasan kemerdekaan; 4. Mendorong masyarakat untuk berpartisipasi; dan 5. Menanamkan rasa tanggung jawab kepada anak.

Mengingat hak anak yang jelas tercantum dalam Pasal 3 huruf c undang-undang Sistem Peradilan Pidana anak, yang berbunyi :”Setiap anak dalam proses

peradilan pidana berhak memperoleh bantuan hukum dan bantuan lain secara

(51)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan uraian-uraian tersebut diatas maka dapat ditarik beberapa kesimpulan, yaitu:

(52)

undang-undang bantuan hukum tersebut belum dirasakan oleh masyarakat yang berada dipelosok-pelosok tanah air.

2. Anak sebagai masyarakat biasa bisa tidak lepas dari hubungannya terhadap hukum. Terdapat 3 golongan anak yang berhubungan dengan hukum, yaitu : anak yang berkonflik dengan hukum, anak yang menjadi korban tindak pidana, dan anak yang menjadi saksi tindak pidana. Anak yang berkonflik dengan hukum tetap butuh perlindungan hukum. Perlindungan hukum yang dimaksud adalah perlindungan mengenai hak-hak anak agar tidak ditindas oleh para penegak hukum seperti pihak kepolisian, jaksa dan hakim. Untuk melindungi hak-hak anak tersebut, maka dibutuhkan seseorang pembela, dengan kata lain seorang advokat yang memberikan bantuan hukum. Jelas tertuang dalam pasal 51 dan 52 undang-undang pengadilan anak bahwa anak berhak mendapat bantuan hukum. Bantuan hukum yang diberikan adalah mendampingi anak didalam setiap proses peradilan pidana anak mulai dari sianak diperiksa di kepolisian sampai pada putusan yang berkekuatan hukum yang tetap.

(53)

pembaharuan hukum terhadap undang-undang yang tidak tapat bagi kehidupan masyarakat, membuka lapangan pekerjaan bagi para sarjana-sarjana hukum , dan melakukan pelatihan praktek kepada sarjana-sarjana-sarjana-sarjana hukum yang nantinya akan menjadi advokat profesional. Dalam memberikan bantuan hukum cuma-cuma kepada masyarakat kurang mampu, LBH Medan juga mempunyai beberapa kendala seperti cakupan wilayah yang cukup luas, jarak tempuh, personil yang sedikit, pemberian keterangan palsu oleh para pemohon, dan yang paling utama adalah masalah dana. Walaupun demikian, LBH Medan tetap melaksanakan tugas dan fungsinya semaksimal mungkin apalagi dalam memberikan bantuan hukum terhadap anak yang dimana lebih diprioritaskan agar sianak tersebut tidak terganggun psikologinya karena berurusan dengan pengadilan yang ribet.

B. Saran

Referensi

Dokumen terkait

Water delivery records of 1994 were used to analyse: (1) the structure of land tenure and irrigation management units, (2) the relationships between land tenure and water billing,

[r]

The current performance of the AlmudeÂvar district is poor: potential application efficiency has been estimated as 54% using simulation, and the irrigation time is close to 6 h per

• Sekilas argumen dan kesimpulan sangat meyakinkan, jika Anda sepakat bahwa semua politisi sudah menikah dan Senator Harris adalah politisi, maka sudah pasti Senator Harris

Anda seorang pebisnis agrobisnis yang hendak membeli air untuk mengisi air kolam ikan tawar anda dengan ukuran 15 meter  10 meter dengan kedalam air setinggi 120 cm.. Anda

QUANTUM HRM INTERNASIONAL Tidak Lulus data isian tenaga ahli tidak lengkap pada isian kualifikasi elektronik.. 14 PT Sumber Lestari

a blended learning approach between VR and reality that trains students in the tasks they will use t University and in the field,” says Dr Webber, from the School of Historical

Pasal 1 angka 6 UU Kehutanan menyatakan bahwa hutan adat adalah hutan negara yang berada dalam wilayah masyarakat hukum adat.. Pengaturan hutan adat ini menimbulkan banyak dampak