BAB II
KAJIAN TEORITIS
2.1 Perpustakaan Sekolah
2.1.1 Pengertian Perpustakaan Sekolah
Perpustakaan sekolah merupakan sarana yang ada disekolah guna
menunjang berlangsungnya proses belajar mengajar dan sebagai sumber
informasi, perpustakaan sekolah menjadi bagian penting dari tujuan pendidikan
dan berperan sebagai elemen penting dalam keberhasilan proses pendidikan dan
pembelajaran pengguna perpustakaan ini terbatas pada civitas akademika yaitu
guru, siswa dan karyawan sekolah.
Perpustakaan sekolah adalah suatu perpustakaan yang berada pada jenjang sekolah dasar sampai dengan sekolah lanjutan baik milik pemerintah (Negeri) maupun swasta yang melayani kebutuhan informasi siswanya, kebutuhan kurikulum dari guru dan staf; biasanya dikelola oleh pustakawan sekolah ataupun spesialis media (Hasugian, 2009:79).
Menurut pendapat Sutarno NS (2003:49), “Perpustakaan sekolah adalah
perpustakaan yang dikelola oleh sekolah dan berfungsi untuk sarana kegiatan
belajar mengajar, penelitian sederhana, menyediakan bahan bacaan guna
menambah ilmu pengetahuan, sekaligus rekreasi yang sehat disela-sela kegiatan
belajar”.
Sedangkan menurut Standar nasional Indonesia untuk Perpustakaan Sekolah (SNI 7329-2009) menyatakan bahwa:
Perpustakaan sekolah adalah satuan pendidikan formal di lingkungan pendidikan dasar dan menengah yang merupakan bagian integral dari kegiatan sekolah yang bersangkutan, dan merupakan pusat sumber belajar untuk mendukung tercapainya tujuan pendidikan sekolah yang bersangkutan.
Dalam Buku Pedoman Penyelenggaraan Perpustakaan Sekolah (2007:2),
“Perpustakaan sekolah adalah perpustakaan yang ada di lingkungan sekolah.
Diadakannya perpustakaan sekolah adalah untuk tujuan memenuhi kebutuhan
informasi bagi masyarakat di lingkungan sekolah yang bersangkutan, khususnya
Dari beberapa pendapat diatas penulis menyimpulkan bahwa perpustakaan
sekolah adalah perpustakaan yang dikelola dan terdapat di lingkungan sekolah
dengan tujuan membantu sekolah untuk mencapai tujuannya, dan berfungsi untuk
sarana kegiatan belajar mengajar, penelitian sederhana guna menambah ilmu
pengetahuan.
2.1.2 Peran Perpustakaan Sekolah
Menurut pendapat Sutarno (2006:68), peran perpustakaan sekolah
merupakan bagian dari tugas pokok yang harus dijalankan didalam perpustakaaan.
Oleh karena itu peran yang harus dijalankan itu ikut menetukan dan
mempengaruhi tercapainya visi, misi dan tujuan perpustakaan tersebut. Ada
beberapa peranan perpustakaan sekolah antara lain:
1. Perpustakaan berperan dalam menghimpun dan melestarikan koleksi bahan pustaka agar tetap dalam keadaan baik semua hasil karya manusia yang tak ternilai harganya.
2. Perpustakaan merupakan media atau jembatan yang berfungsi menghubungkan antara sumber informasi dan ilmu pengetahuan yang terkandung didalam koleksi perpustakaan dengan para pemakainya.
3. Melestarikan budaya bangsa berdasarkan menghimpun informasi, melestarikan informasi karena informasi yang tercetak dan non cetak itu hasil kreasi manusia atau hasil kebudayaan manusia.
4. Untuk memajukan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, yaitu perkembangan pengetahuan manusia dari hari ke hari atau dari masa ke masa akibat jasa perpustakaan.
5. Kancah studi, kancah penelitian dan ajang konsultasi disiplin ilmu, yaitu berdasarkan perpustakaan dan jasa perpustakaan , seseorang peserta didik dapat memilih manfaat untuk menambah ilmu pengetahuan.
6. Perpustakaan dapat berperan sebagai ukuran (barometer) atas kemajuan pengguna dilihat dari intensitas kunjungan dan pemakaian perpustakaan. 7. Perpustakaan dapat pula berperan sebagai fasilitator, mediator, dan
Bafdal, ibarahim (2001), Peranan perpustakaan yang paling utama adalah
memberi informasi dari berbagai disiplin ilmu. Peranan yang dapat dijalankan
oleh perpustakaan antara lain adalah :
1. Perpustakaan merupakan media atau jembatan yang menghubungkan antara sumber informasi dan ilmu pengetahuan yang terkandung didalam koleksi perpustakaan dengan para pemakainya
2. Sebagai sarana untuk menjalin dan mengembangkan komunikasi antara sesama pemakai dan antara penyelenggara perpustakaan dengan pengguna 3. Sebagai fasilitator, mediator, dan motivator bagi mereka yang ingin
mencari, memanfaatkan dan mengembangkan ilmu pengetahuan serta pengalamannya.
4. Menghimpun dan melestarikan koleksi bahan pustaka agar tetap dalam keadaan baik.
5. Sebagai ukuran (barometer) atas kemajuan pengguna dilihat dari intensitas kunjungan dan pemakaian perpustakaan.
6. Secara tidak langsung perpustkaan yang berfungsi dan dimanfaatkan dengan baik dapat ikut berperan dalam mengurangi dan mencegah kenakalan remaja.
7. Sebagai lembaga untuk mengembangkan minat baca, kebiasaan membaca, kegemaran membaca dan budaya baca melalui penyediaan berbagai bahan bacaan sesuai dengan keinginan dan kebutuhan pengguna.
Dalam pernik pustakawan (2009) menyatakan bahwa, “Peranan perpustakaan berhubungan dengan keberadaan, tugas dan fungsi perpustakaan. Peranan perpustakaan yang paling utama adalah memberi informasi dari berbagai ilmu dan disiplin ilmu. Peranan yang dijalankan oleh perpustakaan antara lain adalah sebagai sarana untuk menjalin dan mengembangkan komunikasi antara sesama pemakai dan antara penyelenggara perpustakaan dengan pengguna yang dilayani”.
2.1.3 Tujuan Perpustakaan Sekolah
Dalam Buku Pedoman Penyelenggaran Perpustakaan Sekolah (2007:3), tujuan didirikannya perpustakaan sekolah tidak terlepas dari tujuan
diselenggarkannya pendidikan sekolah secara keseluruhan, yaitu memberikan
bekal kemampuan dasar kepada peserta didik, Perpustakaan sekolah sebagai
bagian integral dari sekolah yang merupakan komponen utama pendidikan di
sekolah diharapkan dapat menunjang pencapaian tujuan, sejalan dengan hal
1. Mendorong dan mempercepat proses penguasaan teknik membaca para siswa
2. Membantu para siswa menulis kreatif dengan bimbingan guru dan pustakawan
3. Menumbuhkembangkan minat baca dan kebiasaan membaca para siswa 4. Menyediakan berbagai macam sumber informasi untuk kepentingan
pelaksanaan kurikulum
5. Mendorong, menggairahkan, memelihara dan memberi semangat membaca dan semangat belajar para siswa
6. Dengan membaca buku yang mengandung ilmu pengetahuan dan teknologi yang disediakan oleh perpustakaan, maka siswa akan dapat memperluas dan memperdalam serta memperkaya pengalaman belajar 7. Memberikan hiburan sehat untuk mengisi waktu senggang melalui
kegiatan membaca, khususnya buku-buku dan sumber bacaan lain yang bersifat kreatif dan ringan seperti fiksi, cerpen dan lainnya.
Pendapat lain dalam pedoman perpustakaan sekolah IFLA/UNESCO
(2006), menjelaskan dari tujuan perpustakaan sekolah adalah:
1. Mendukung dan memperluas sasaran pendidikan sebagaimana digariskan dalam misi dan kurikulum sekolah
2. Mengembangkan dan mempertahankan kelanjutan siswa dalam kebiasaan membaca dan belajar, serta menggunakan perpustakaan sepanjang hayat 3. Memberikan kesempatan untuk memperoleh pengalaman dan menciptakan
dan menggunakan informasi untuk pengetahuan pemahaman, dan daya pikir
4. Mengorganisasi aktivitas yang mendorong kesadaran serta kepekaan budaya dan sosial
5. Menyediakan akses ke sumber daya lokal, regional, nasional dan global dan kesempataan pembelajaran menyingkap ide, pengalaman dan opini yang beragam.
2.1.4 Fungsi Perpustakaan Sekolah
Menurut pendapat Yusuf (2007:4-6), perpustakaan sekolah mempunyai
empat fungsi umum yaitu:
1. Fungsi Edukatif
2. Fungsi Informatif
Perpustakaan menyediakan bahan pustaka yang memuat informasi tentang berbagai cabang ilmu pengetahuan yang bermutu dan uptodate yang disusun secara teratur dan sistematis, sehingga dapat memudahkan para petugas dan pemakai dalam mencari informasi yang di perlukannya
3. Fungsi Riset
Perpustakaan menyediakan bacaan yang dapat dijadikan sebagai sumber/obyek penelitian sederhana dalam berbagai bidang studi
4. Fungsi rekreatif
Perpustakaan diharapkan dapat mengembangkan minat rekreasi melalui berbagai bacaan dan pemanfaatan waktu senggang dan dapat menikmati rekreasi kultural dengan membaca dan mengakses berbagai sumber informasi hiburan seperti : novel, puisi dan sebagainya.
5. Fungsi Edukatif
Secara keseluruhan segala fasilitas dan sarana yang ada pada perpustakaan sekolah, terutama koleksi yang dikelolnya banyak membantu para siswa untuk belajar dan memperoleh kemampuan dasar dalam mentransfer konsep-konsep pengetahuan, sehingga dikemudian hari para siswa memiliki kemampuan untuk mengembangkan dirinya lebih lanjut
6. Fungsi Informatif
Perpustakaan menyediakan bahan pustaka yang memuat informasi tentang berbagai cabang ilmu pengetahuan yang bermutu dan uptodate yang disusun secara teratur dan sistematis, sehingga dapat memudahkan para petugas dan pemakai dalam mencari informasi yang di perlukannya
7. Fungsi Riset
Perpustakaan menyediakan bacaan yang dapat dijadikan sebagai sumber/obyek penelitian sederhana dalam berbagai bidang studi
8. Fungsi rekreatif
Perpustakaan diharapkan dapat mengembangkan minat rekreasi melalui berbagai bacaan dan pemanfaatan waktu senggang dan dapat menikmati rekreasi kultural dengan membaca dan mengakses berbagai sumber informasi hiburan seperti : novel, puisi dan sebagainya.
Menurut Millburga (2006: 61-62) menyatakan bahwa, fungsi dari
perpustakaan sekolah yaitu:
1. Membantu para siswa melaksanakan penelitian dan membantu menemukan keterangan-keterangan yang lebih luas dari pelajaran yang didapatnya di dalam kelas
2. Memupuk daya kritis pada siswa
3. Membiasakan siswa mencari informasi di perpustakaan 4. Membantu memperkembangkan kegemaran dan hobi siswa 5. Tempat untuk melestarikan kebudayaan
9. Membantu para siswa melaksanakan penelitian dan membantu menemukan keterangan-keterangan yang lebih luas dari pelajaran yang didapatnya di dalam kelas
10. Memupuk daya kritis pada siswa
11. Membiasakan siswa mencari informasi di perpustakaan 12. Membantu memperkembangkan kegemaran dan hobi siswa 13. Tempat untuk melestarikan kebudayaan
14. Sebagai pusat penerangan 15. Menjadi pusat dokumentasi 16. Sebagai tempat rekreasi
2.1.5 Hal-hal yang menghambat fungsi perpustakaan sekolah
Mustafa, Riyan (2012), ada beberapa hal yang sering menghambat fungsi
perpustakaan sekolah, antara lain:
1. Terbatasnya ruang perpustakaan dan juga letaknya yang kurang strategis 2. Keterbatasan bahan pustaka baik dalam hal jumlah, variasi maupun
kualitasnya
3. Terbatasnya jumlah petugas perpustakaan (pustakawan)
4. Kurangnya promosi penggunaan perpustakaan menyebabkan tidak banyak siswa yang mau memanfaatkan jasa layanan perpustakaan.
2.1.6 Tugas Perpustakaan Sekolah
Dalam buku Pedoman Penyelenggaraan Perpustakaan Sekolah (2007:7),
tugas perpustakaan sekolah adalah:
1. Menghimpun atau mengumpulkan, mendayagunakan, memelihara, dan membina secara terus-menerus bahan koleksi atau sumber informasi(bahan pustaka) dalam bentuk apa saja.
2. Mengolah sumber informasi seperti buku, majalah, surat kabar dan jenis koleksi lainnya dengan menggunakan sistem dan cara tertentu, sejak dari bahan-bahan tersebut datang ke perpustakaan sampai kepada siap untuk disajikan atau dilayankan kepada para penggunanya yaitu siswa dan guru dilingkungan sekolah yang bersangkutan.
3. Menyebarluaskan sumber informasi atau bahan-bahan pustaka kepada segenap anggota yang membutuhkannya sesuai dengan kepentingannya yang berbeda satu dengan yang lainnya.
Menurut Yuven (2010), menyatakan bahwa tugas perpustakaan sekolah
dapat dirinci sebagai berikut:
1. Sebagai pusat kegiatan belajar mengajar, perpustakaan sekolah berfungsi membantu program pendidikan pada umumnya, serta sesuai dengan tujuan kurikulum masing-masing danMengembangkan kemampuan anak menggunakan sumber informasi.
3. Mengembangkan minat, kemampuan dan kebiasaan membaca menuju kebiasaan belajar mandiri
4. Membantu anak mengembangkan bakat minat dan kegemaramannya 5. Membiasakan anak untuk mencari informasi di perpustakaan.
2.2 Pengertian Pengadaan Bahan Pustaka
Rangkaian kegiatan pengadaan bahan pustaka atau koleksi di perpustakaan
sekolah meliputi kegiatan pemilihan koleksi dan cara teknik pengadaannya. Dasar
dari pengadaan koleksi untuk perpustakaan sekolah adalah dengan memerhatikan
kebutuhan-kebutuhan pengguna perpustakaan yang bersangkutan. Setiap bahan
pustaka yang bakal diadakan oleh suatu perpustakaan biasanya dilakukan seleksi
terlebih dahulu, penyelesaian merupakan faktor yang penting maka diperlukan
suatu kemampuan dan keahlian serta pengalaman agar suatu perpustakaan selalu
berupaya untuk menyajikan informasi yang dapat memuaskan penggunanya.
Perpustakaan merupakan sarana pendukung kegiatan belajar mengajar
dimana kegiatan utama perpustakaan adalah menyebarkan informasi dan
pengetahuan, salah satu jenisnya adalah perpustakaan sekolah yang merupakan
suatu perpustakaan yang berada pada suatu lingkungan sekolah dan berfungsi
untuk membantu mencapai tujuan sekolah tersebut dengan koleksi-koleksi yang
dimiliki. Pada dasarnya perpustakan sekolah merupakan suatu unit. pelaksanaan
teknis yang merupakan bagian integral pada suatu perpustakaan sekolah. Tugas
pokok suatu perpustakaan adalah memberikan dan menyebarluaskan informasi
kepada pengguna. Untuk mengadakan tugas tersebut perpustakaan harus didukung
oleh koleksi yang lengkap, tepat dan sesuai dengan kebutuhan pengguna.
Pengadaan bahan pustaka adalah salah satu dari kegiatan pelayanan teknis
pada suatu perpustakaan dalam usaha untuk memberikan informasi yang
dibutuhkan oleh para pengguna sesuai dengan perkembangan zaman. Melalui
kegiatan pengadaan bahan pustaka tersebut, perpustakaan berusaha menghimpun
bahan pustaka yang akan dijadikan koleksi perpustakaan baik itu koleksi seperti
buku, majalah, jurnal, surat kabar, brosur dan koleksi non cetak seperti kaset,
audio visual, mikrofilm, mikrofis, piringan hitam,video kaset, CD-ROM dan
Menurut Sulistyo-Basuki (2001: 27), “Pengadaan bahan pustaka
merupakan konsep yang mengacu pada prosedur sesudah kegiatan pemilihan
untuk memperoleh dokumen, yang digunakan untuk mengembangkan dan
membina koleksi atau himpunan dokumen yang diperlukan untuk memenuhi
kebutuhan informasi serta mencapai sasaran unit informasi”.
Menurut Darmono (2001 : 57), “Pengadaan bahan pustaka merupakan
rangkaian dari kebijakan pengembangan koleksi perpustakaan. Semua kebijakan
pengembangan koleksi akhirnya akan bermuara pada kegiatan pengadaan bahan
pustaka”.
Sedangkan menurut Sutarno (2006 : 174), “Pengadaan atau akuisisi koleksi
bahan pustaka merupakan proses awal dalam mengisi perpustakaan dengan
sumber-sumber informasi”.
“Pengadaan bahan pustaka atau koleksi adalah proses menghimpun dan
menyeleksi bahan pustaka yang akan dijadikan koleksi, hendaknya koleksi harus
relevan dengan minat dan kebutuhan peminjam serta lengkap dan aktual”
(Sumantri, 2002 : 29)
Selain pendapat di atas Pangaribuan (2009 : 1) menjelaskan, “Pengadaan
bahan pustaka adalah salah satu kegiatan kerja dalam proses pengelolahan yang
harus ditangani secara baik dan terarah”.
Dari uraian beberapa pengertian pengadaan bahan pustaka yang
dikemukakan oleh para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa pengadaan bahan
pustaka adalah rangkain kegiatan untuk menghimpun dan menyeleksi bahan
pustaka yang sekaligus berdasarkan peraturan kebijakan pengadaan bahan pustaka
sehingga dapat memenuhi bahan pustaka yang diminati penggunanya.
2.3 Tujuan Pengadaan Bahan Pustaka
Tujuan Pengadaan bahan pustaka adalah sebagai upaya meningkatkan
daya akses pengguna terhadap bahan bacaan terbaru untuk menunjang proses
pembelajaran. Pengadaan bahan pustaka dimaksudkan agar koleksi perpustakaan
sesuai dengan kebutuhan pengguna. Kesesuaian diharapkan dapat meningkatkan
pemanfaatan koleksi perpustakaan. Koleksi perpustakaan harus terbina dari suatu
seleksi yang sistematis dan terarah disesuaikan dengan tujuan, rencana, anggaran
perpustakaan dapat dibina sebaik mungkin sehingga tujuan perpustakaan dapat
tercapai.
Perpustakaan Nasional RI (2002: 6) menyatakan bahwa program
pengembangan koleksi bertujuan:
1. Menetapkan kebijakan pada rencana pengadaan bahan pustaka. 2. Menetapkan metode yang sesuai dan terbaik untuk pengadaan
3. Mengadakan pemeriksaan langsung pada bahan pustaka yang dikembangkan.
4. Menetapkan skala prioritas pada bahan pustaka yang dikembangkan.
5. Mengadakan kerjasama antara perpustakaan pada pengadaan bahan pustaka pelayanan setiap unit perpustakaan
6. Melakukan evaluasi pada koleksi yang dimiliki perpustakaan.
2.4 Fungsi Pengadaan Bahan Pustaka
Fungsi pengadaan bahan pustaka adalah menghimpun dan menyediakan
bahan pustaka yang akan dijadikan koleksi perpustakaan. Bagian pengadaan
bahan pustaka juga mengusahakan agar buku-buku yang dibutuhkan ada didalam
koleksi yang disajikan.
Pengadaan bahan pustaka juga sangat memerlukan pembinaan bahan
pustaka atau koleksi. Pembinaan koleksi perpustakaan merupakan salah satu dari
kerja pelayanan teknis yang harus dilakukan perpustakaan dalam usahanya untuk
memberikan pelayanan informasi kepada pengguna. Untuk itu perlu disadari oleh
petugas, anggota staff, dan pengguna bahwa secara umum menjaga koleksi
perpustakaan menjadi tanggung jawab bersama.
2.5 Pengadaan Bahan Pustaka
Pengadaan koleksi adalah proses menghimpun bahan pustaka yang akan
dijadikan koleksi perpustakaan. Koleksi yang diadakan suatu perpustakaan
hendaknya relevan dengan minat dan kebutuhan, lengkap dan terbitan mutakhir
agar tidak mengecewakan pengguna yang dilayani. Pengadaan bahan pustaka
merupakan upaya meningkatkan kualitas dan kuantitas bahan pustaka, upaya
peningkatan kualitas bahan pustaka dilakukan dengan mengadakan bahan pustaka
yang belum dimiliki atau yang terbaru sesuai dengan perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi. Sebaliknya peningkatan kuantitas bahan pustaka
adalah upaya peningkatan jumlah bahan pustaka agar kebutuhan pengguna dapat
Dalam buku Pedoman Penyelenggaraan Perpustakaan Sekolah (2007:26),
Pengadaan bahan pustaka perpustakaan sekolah diadakan melalui:
1. Pembelian
2. Hadiah atau Sumbangan 3. Tukar menukar
4. Penggandaan atau Reproduksi
2.5.1 Pengadaan Bahan Pustaka Melalui Pembelian
Pengadaan bahan pustaka dengan cara pembelian adalah cara yang sangat
efektif dan dapat memenuhi kebutuhan pemakai, oleh sebab itu dibutuhkan
anggaran keuangan yang memadai sesuai dengan harga buku, dengan pembelian
pustakawan bisa memilih bahan pustaka yang diinginkan dan cocok untuk para
pengguna perpustakaan. Menurut Pangaribuan (2009 : 9), pembelian bahan
pustaka dapat dilakukan dengan cara antara lain:
1. Pembelian Buku Melalui Toko Buku
Pembelian buku secara langsung pada toko buku banyak dilakukan oleh perpustakaan yang memiliki jumlah dana pembelian relatif kecil, baik yang berasal dari sumber dana sendiri maupun dari sumber dana lain yang tidak mempunyai persyaratan pengadaan yang khusus. Kekurangan yang sering ditemukan dalam pembelian buku yang dilakukan melalui toko buku adalah bahwa tidak semua subjek atau judul buku yang dibutuhkan perpustakaan tersedia di toko buku. Disamping itu, tidak semua pesanan buku dari satu buku cenderung menerima pesanan dalam bentuk judul terbatas namun ekslempar daripada banyak judul dengan pemesanan rata-rata satu ekslempar. Keuntungan atau kemudahannya adalah dapat melakukan efisiensi atau penghematan dari segi biaya, waktu, dan tenaga. Cara pemesanan bahan pustaka / buku melalui toko buku yaitu:
a. Setelah diadakan verifikasi, petugas pengadaan mempersiapkan kartu pesanan yang dibuat dengan jumlah rangkap, misalnya dalam rangkap 3 dimana 2 rangkap disusun dalamdaftar pesanan dan 1 rangkap disisipkan dalam katalog. Kartu pesan yang disisipkan dalam katalog akan memudahkan pengecekan lembar permintaan.
b. Buat daftar pesanan yang memuat judul-judul pesanan yang diambil dari kartu-kartu pesanan diatas, disusun menurut abjad pengarang. Jika dana terbatas, tentukan prioritasnya.
c. Tentukan toko buku terlengkap yang ada di kota dimana perpustakaan
berada.
d. Daftar pesanan yang telah dibuat, diserahkan kepada petugas toko buku untuk mendapatkan layanan.
e. Lakukan pembayaran (dengan uang tunai atau cek), sebesar jumlah
f. Beritahu kepada pemesan, bahwa buku-buku yang dipesan telah datang.
g. Untuk judul buku yang tidak bisa dibeli dari toko tersebut, perlu
dicarikan pada toko lain yang berada pada kota tersebut.
2. Pembelian Melalui Penerbit
Pemesanan buku dapat juga dilakukan melalui penerbit, baik itu penerbit
dalam negeri atau luar negeri. Pemesanan buku secara langsung melalui
penerbit biasanya dilakukan jika judul-judul buku yang dibutuhkan
benar-benar dikeluarkan oleh penerbit tersebut.
Menurut Pangaribuan ( 2009 : 9), cara pemesanan buku melalui
penerbit yaitu:
a. Tentukan penerbit yang dapat melayani pesanan buku perpustakaan.
b. Buatlah daftar pesanan buku-buku yang dikelompokkan menurut penerbitnya.
c. Kirimkan daftar pesanan kepada penerbit yang dituju untuk diperiksa ketersediaan buku-buku tersebut dan harga satuannya. Kemudian penerbit akan mengirim “proforma invoice” yaitu daftar buku yang dilengkapi daftar harganya.
d. Setelah “invoice” Anda terima, periksa dana yang tersedia. Lakukan pembayaran, dapat dilakukan langsung (jika jarak perpustakaa dengan penerbit dekat), atau dapat dilakukan melalui bank jika lokasi penerbit jauh dari pemesannya.
e. Bukti pembayaran melalui bank harus Anda kirimkan ke penerbit disertai dengan surat pengantar dan “proforma invoice”.
f. Fotokopi dari bukti pembayaran melalui bank harus Anda simpan dengan baik agar Anda dapat membuktikan bahwa pembayaran telah Anda lakukan, jika hal ini diperlukan di kemudian hari. g. Melalui agen buku (jobber) baik dalam maupun luar negri
3. Pembelian Melalui Agen Buku
Agen buku memperoleh buku-buku dari penerbit dengan potongan
harga, dan menyimpannya dalam gudang yang besar, kemudian menjualnya
kepada toko buku dan perpustakaan. Agen buku memberika pelayanan yang
efisien dan cepat. Pustakawan dapat memesan buku dalam berbagai bentuk
cetakan. Agen buku yang besar memiliki buku-buku dari berbagai penerbit,
Menurut Pangaribuan (2009 : 10), langkah-langkah Pembelian dan
Pelangganan bahan perpustakaan adalah sebagai berikut:
1. Memeriksa dan melengkapi data bibliografi bahan perpustakaan yang diusulkan.
2. Mencocokkan usulan dengan bahan perpustakaan yang dimiliki melalui catalog perpustakaan atau pangkalan data perpustakaan.
3. Menerima atau menolak usulan.
4. Membuat daftar pesanan beberapa rangkap menurut kebutuhan. 5. Mengirimkan daftar pesanan.
6. Mengarsipkan satu rangkap daftar pesanan. 7. Membayar pesanan/langganan.
8. Menyusun laporan pembelian dan pelangganan.
Siregar (2002:32) Menjelaskan bahwa, dalam berlangganan perpustakaan
menghadapi beberapa kesulitan antara lain:
1. Jarak perpustakaan dengan penerbit jauh sehingga dibutuhkan waktu, tenaga dan biaya yang cukup banyak.
2. Masalah klaim. Perpustakaan sering menerima bahan pustaka tidak sesuai
dengan pesanan, sehingga dibutuhkan waktu cukup lama dan balasan klaim sering tidak terbalas.
3. Masalah biaya pengiriman yang cukup mahal sehingga pengiriman sering
terlambat.
4. Informasi tentang buku tersebut sulit didapatkan.
5. Harga buku cenderung naik tidak stabil sehingga perpustakaan sering berhenti berlangganan karena dana terbatas.
Disebutkan juga sebelum menentukan judul bahan pustaka yang akan dibeli
ada beberapa faktor yang harus diperhatikan antara lain :
1. Dana yang tersedia
2. Mengetahui bidang yang dicakup perpustakaan 3. Mengetahui minat, bidang para pengguna
4. Memperhatikan dan memeriksa judul-judul yang dilanggan perpustakaan.
2.5.2 Pengadaan Bahan Pustaka Melalui Hadiah
Berbeda dengan cara pemerolehan buku atau koleksi lain melalui
pembelian. Untuk memperoleh buku melalui sumbangan atau hadiah, bisa
dilakukan dengan berbagai cara yang biasa di jalankan perpustakaan. Misalnya
perpustakaan dengan aktif menghubungi tempat-tempat tertentu sambil
mengajukan permohonan untuk meminta bantuan bahan pustaka atau koleksi guna
Terkadang tanpa didahului dengan permintaan sumbangan seperti diatas,
ada beberapa lembaga atau perorangan yang menyumbangkan sejumlah buku
kepada perpustakaan.
Dalam pernik pustakawan (2009), cara-cara permintaan dan pemberian
hadiah dapat dilakukan dengan 2 cara:
1. Hadiah Atas Permintaan
Perpustakaan dapat mengajukan permintaan hadiah dalam perpustakaan kepada lembaga pemerintah atau swasta, lembaga ilmiah dalam negri atau luar negri. Permintaan ini dapat dilakukan dengan cara lisan atau tulisan. Permintaan dengan cara lisan hendaknya memanfaatkan kesempatan ini untuk memperoleh hadiah terutama bahan pustaka yang langka.
Prosedur perolehan hadiah atas permintaan yaitu:
a. Mempersiapkan daftar donatur yang akan diminta sumbangannya b. Perpustakaan menysun daftar bahan pustaka yang akan diajukan
kepada pihak lain, baik dalam negri maupun luar ngeri
c. Daftar permohonan dikirimkan kepada alamat yang dituju disertai surat pengantar
d. Apabila pihak donor telah mengirimkannya, petugas memeriksa kriiman tersebut dan dicocokkan dengan surat pengantarnya dan mengirimkan ucapan terima kasih
e. Selanjutnya bahan pustaka diproses seperti biasa, yaitu inventarisasi dan seterusnya.
2. Hadiah Tidak Atas Permintaan
Suatu lembaga atau perseorangan sering memberikan hadiah bahan pustaka kepaa suatu pepustakaan tanpa diminta. Hal ini dapat terjadi karena lembaga atau seseorang mempunyai bahan pustaka yang ingin dihadiahkan atau sengaja memberi hadiah atau bantuan pada perpustakaan tertentu.
Prosedur perolehan hadiah tidak atas permintaan yaitu:
a. Meneliti kiriman bahan perpustakaan hadiah dan mencocokkannya dengan surat pengantarnya
b. Memilih bahan perpustakaan hadiah yang dibutuhkan
c. Menyisihkan bahan perpustakaan hadiah yang tidak diperlukan.
2.5.3 Pengadaan Bahan Pustaka Melalui Pertukaran
Pemerolehan koleksi bisa juga dilakukan dengan menukarkan sejumlah
koleksi milik perpustakaan sekolah kepada perpustakaan lain yang
memungkinkan. Pertimbangan pertukaran ini terutama atas kenyamanan bahwa
koleksi yang dimilikinya berlebih atau kurang berguna bagi perpustakaan sendiri
Bahan pustaka yang diperoleh melalui tukar menukar mempunyai potensi
yang besar dalam pengembangan koleksi bahan pustaka suatu perpustakaan,
karena bahan pustaka tersebut benar-benar sesuai dengan kebutuhan pengguna.
Saleh (2007), pengadaan bahan pustaka melalui tukar menukar
mempunyai keunggulan yaitu:
a. Dapat memperoleh bahan pustaka tanpa membeli
b. Bahan pustaka ditukarkan kemungkinan sudah tidak ada lagi diperedaran sehingga perpustakaan dapat memilikinya
c. Koleksi yang kurang lengkap dapat dilengkapi
Sedangkan menurut Buku Pedoman Perpustakaan Perguruan Tinggi
(2004: 5), tukar menukar bahan pustaka dapat dilakukan dengan cara sebagai
berikut:
1. Mendaftar bahan perpustakaan yang akan dipertukarkan.
2. Mengirimkan daftar penawaran disertai persyaratan, misalnya biaya pengiriman,dan pengembalian.
3. Menerima kembali daftar penawaran yang sudah dipilih pemesan 4. Mencatat alamat pemesan.
5. Menyampaikan bahan perpustakaan yang dipilih oleh perpustakaan atau lembaga yang memesanya.
Menurut Basuki (2001 : 39), kegiatan tukar menukar bahan pustaka antar
perpustakaan mempunyai beberapa tujuan yaitu:
1. Untuk memperoleh buku-buku tertentu yang tidak dapat dibeli di toko buku atau tidak tersedia karna alasan lain. Sebagai contoh terutama buku-buku terbitanpemerintah, majalah-majalah dan lain-lainnya yang akan dikirim ke perpustakaanmelalui pertukaran.
2. Sistem pertukaran memberi jalan bagi perpustakaan untuk membuang buku-buku duplikat dan hadiah yang tidak sesuai.
3. Pertukaran mengembangkan kerjasama yang baik antar perpustakaan khususnya pada tingkat internasional. Kecuali untuk pertukaran bahan pustaka antarperpustakaan antar informal, banyak program-program pertukaran terbatas pada perpustakaan nasional, perpustakaan khusus dan perpustakaan research (penelitian) yang besar.
2.5.4 Penggandaan atau Reproduksi
Dalam Buku Pedoman Penyelenggaraan Perpustakaan Sekolah (2007:32),
“Perolehan dengan cara penggandaan atau reproduksi adalah kegiatan penyalinan
atau pembuatan kembali koleksi yang sudah rusak atau untuk tujuan menambah
koleksi yang ada. Penggandaan ini biasa dilakukan dengan foto copy, mensit atau
Kegiatan penggandaan dilakukan dengan tujuan untuk kepentingan
pelestarian dan pemerataan kesempatan penggunaan perpustakaan oleh para
siswa. Dan yang diprioritaskan penggandaannya adalah jenis koleksi yang
tergolong sangat penting dan langka atau jarang ditemui.
2.6 Kebijakan Pengadaan Bahan Pustaka
Kebijakan pengadaan bahan pustaka sangat diperlukan untuk mencapai
hasil yang memuaskan, dan juga mampu memenuhi keperluan pemakai secara
efektif dan efisien. Perpustakaan yang akan melakukan pengadaan bahan pustaka
harus memiliki kebijakan sendiri.
Menurut Yuni (2010), menyatakan ada beberapa kebijakan pengadaan bahan pustaka yaitu:
1. Anggaran, biasanya perpustakaan sudah memiliki anggran tetap untuk pengadaan bahan pustaka
2. Jenis pemakai dan kebutuhannya
3. Jumlah pustakawan, hal ini dikarenakan pengadaan yang terlalu banyak sedangkan jumlah pustakawan sedikit akan mempengaruhi bahan pustaka. 4. Bahasa
Sedangkan menurut Darmono (2001: 55), kebijakan pengadaan koleksi
Berfungsi sebagai pedoman, sarana komunikasi, dan perencanaan sebab kebijakan
tersebut:
1. Menjelaskan cakupan koleksi yang telah ada dan rencana pengembangan selanjutnya, agar diketahui oleh staf perpustakaan, pemakai, administrator, dan dewan pembina perpustakaan.
2. Memberi deskripsi yang sistis tentang strategi pengolahan dan pengembangan koleksi yang diterapkan di perpustakaan.
3. Menjadi pedoman bagi para pustakawan sehingga ketaatan dalam proses seleks dan seleksi terjamin, koleksi yang responsive dan seimbang terbentuk dan dana dimanfaatkan dengan sebijaksana mungkin
4. Menjadi standar tolok ukur untuk menilai sejauh mana sasaran pengembangan koleksi tercapai
5. Berfungsi sebagai sumber informasi dan paduan bagi staf yang baru mulai berpartisipasi dalam pengembangan koleksi.
6. Memperlancar koordinasi antar anggota staf pengadaan koleksi.
7. Memperlancar kerjasama antar perpustakaan dalam pengembangan koleksi 8. Membantu menjaga kontinuitas, khususnya apabila koleksi besar, serta
menjadi kerangka kerja yang memperlancar transisi dari pustakawan lama ke penggantinya.
9. Membantu pustakawan menghadapi pengadaan berkenaan dengan bahan yang telah diseleksi atau ditolak.
12.Menjadi sarana komunikasi, baik dengan masyarakat yang dilayani maupun pihak luar lain yang memerlukan informasi mengenai tujuan dan rencana pengadaan dan pengembangan koleksi.
Kebijakan pengadaan tergantung pada beberapa hal antara lain: anggaran,
tujuan dan prioritas dari organisasi, jenis pemakai dan kebutuhannya, hubungan
dengan perpustakaan lain atau dokumentasi lain, kekhususan, staf perpustakaan
dan bahasa. Maka pengadaan bahan pustaka akan dapat disesuaikan dengan
kebutuhan para penggunanya.
2.7 Inventarisasi Bahan Pustaka
Bahan pustaka yang ada di perpustakaan biasanya berasal dari pembelian,
sumbangan, hadiah atau tukar menukar. Sebelum bahan pustaka digunakan
terlebih dahulu didaftarkan dalam buku induk perpustakaan. Kegiatan pendaftaran
koleksi inilah yang disebut inventarisasi bahan pustaka.
2.7.1 Pengertian Inventarisasi Bahan Pustaka
Menurut Massofa (2008), “Inventarisasi koleksi adalah kegiatan
pencatatan setiap bahan pustaka ke dalam buku inventarisasi (buku induk) sebagai
tanda bukti pembendaharaan perpustakaan. Inventarisasi ini merupakan kegiatan
yang mencatat koleksi bahan pustaka sebagai bukti bahwa koleksi tersebut milik
perpustakaan yang bersangkutan. Dalam melakukan pencatatan ini harus
ditetapkan macam dan ukuran kolom-kolom dalam buku inventaris dan petunjuk
untuk mengisinya. Melaksanakan pemberian tanda hak milik perpustakaan
(dengan stempel atau cara lain) pada tiap bahan pustaka yang diterima, baik untuk
keperluan perpustakaan maupun yang diwajibkan oleh perguruan tinggi yang
bersangkutan”.
Inventarisasi merupakan salah satu kegiatan yang harus dikerjakan oleh
petugas di perpustakaan sebelum bahan pustaka diproses dibagian pengolahan.
Adapun tugas bagian inventarisasi adalah menetapkan dan melaksanakan
pencatatan menurut cara yang telah ditetapkan. Pada intinya, kegiatan
inventarisasi bahan pustaka itu adalah kegiatan pencatatan semua bahan pustaka
Dalam pernik pustakawan (2009),“Inventarisasi adalah kegiatan
pencatatan data bahan pustaka yang di terima, baik dalam bentuk buku, majalah,
bentuk mikro dan audio visual ke dalam buku inventaris (buku induk)”.
Menurut Massofa (2008), Inventarisasi adalah kegiatan pencatatan data-data fisik buku kealam sarana pencatatan, yang dapat berupa lembaran lepas, kartu maupun buku, dan sering disebut juga sebagai buku induk. Setiap ekslempar bahan pustaka mempunyai satu nomor induk. Adapun informasi lain yang perlu dicatat dalam buku induk adalah judul, pengarang, asal, nomor induk, bahasa, jumlah eksemplar, judul serta harga.
2.7.2 Jenis-jenis Inventarisasi
Menurut Massofa (2008), ada 3 jenis inventarisasi yang dirinci sebagai
berikut:
1. Inventarisasi Buku
Inventarisasi untuk buku diantaranya berfungsi sebagai daftar inventaris koleksi perpustakaan, mengetahui jumlah koleksi buku pada tahun tertentu, membantu mengetahui buku-buku yang hilang. Pencatatan buku selalu berdasarkan kronologis, yaitu menurut tanggal penerimaan, pembagian kolom-kolom buku induk disesuaikan dengan kebutuhan perpustakaan, hal ini berkaitan dengan informasi apa saja yang dibutuhkan oleh perpustakaan yang dapat diperoleh dari buku induk.
2. Inventarisasi Majalah
Majalah merupakan terbitan berseri yang diterbitkan secara periodic selama kurun waktu yang cukup lama untuk subjek tertentu. Pencatatan majalah dalam buku induk berguna untuk memastikan nomor-nomor majalah.
3. Inventarisasi Non Buku
Tata cara pencatatan nonbuku dalam buku induk pada prinsipnya sama dengan pencatatan buku, hanya berbeda dalam pembentukan nomor induk. Dalam hal ini nomor induk menjadi tempat penempatan bagi bahan non buku. Nomor induk dibentuk dari huruf yang diambil dari huruf pertama bahannya, ditambah dengan nomor urut.
2.7.3 Tujuan Inventarisasi Bahan pustaka
Rachman (2006), menjelaskan bahwa tujuan inventarisasi bahan pustaka
yaitu:
1. Mempermudah pustakwan dalam pengadaan bahan pustaka.
2. Memudahkan pustakawan untuk mengawasi terhadap koleksi yang dimiliki.
2.7.4 Tugas dan Wewenang Inventarisasi Bahan Pustaka
Dalam pernik pustakawan (2009), menjelaskan tugas dan wewenang
inventarisasi adalah :
1. menetapkan jenis dan jumlah buku inventaris yang diperlukan.
2. menetapkan macam dan ukuran kolom-kolom dalam buku inventaris serta petunjuk untuk mengisinya.
3. menetapkan dan melaksanakan pencatatan menurut cara yang telah ditentukan.
4. menetapkan jenis bahan pustaka dalam pemberian tanda kepemilikan perpustakaan dengan stempel tiap bahan pustaka yang diterima.
2.7.5 Kegiatan Inventarisasi Bahan Pustaka
Kegiatan inventarisasi terutama bertujuan agar perpustakaan dapat
mengontrol pemiliknya. Dengan inventarisasi perpustakaan dapat membuat
laporan, menyusun statistik dan mengetahui bahan pustaka yang sudah/belum
dimiliki.
Menurut Bafdal, Ibrahim (2001:46), kegiatan yang dilakukan dalam inventarisasi bahan pustaka adalah:
1. Memberi stempel pada buku.
Setiap bahan pustaka yang datang harus diperiksa. Dalam pemeriksaannya hendaknya diteliti nama pengarang, judul karangan, edisi, serta bentuk fisiknya. Setelah selesai diperiksa dan ternyata benar maka setiap bahan pustaka tersebut distempel dengan stempel inventaris perpustakaan.
2. Setiap bahan pustaka yang distempel dengan stempel perpustakaan sebagai tanda pengenal. Yang perlu distempel adalah halaman-halama tertentu, seperti halaman judul, daftar isi bab per bab. Hal ini tergantung kepada kebijakan pustakawannya masing-masing.
3. Buku-buku yang telah distempel perpustakaan, perlu juga distempel dengan stempel inventaris yang memuat kolom isian inventaris dan tanggal menginventaris. Biasanya stempel inventaris ini distempelkan dibalik halaman judul.
4. Mendaftar bahan pustaka
Tgl diterima:………
Asal dari :………
No. induk :………..
Tgl. Inventaris :………
MILIK PERPUSTAKAAN SMA NEGERI 1 PEUREULAK
Contoh kepemilikan dan cap inventarisasi
Tata laksana kerja inventarisasi bahan pustaka menurut Milburga (2000:
75), inventarisasi dilaksanakan dengan langkah-langkah sebagai berikut :
1. Mencatat buku/bahan pustaka satu persatu mulai dari penerimaan yang paling awal sampai dengan penerimaan yang paling akhir.
2. Mencatat mulai dari kolom nomor urut dengan angka nomor yang terkecil dilanjutkan dengan nomor urut seterusnya setiap kali menerima buku atau bahan pustaka baru.
3. Kolom tanggal diisi dengan tanggal saat pencatatan penerimaan bahan pustaka tersebut.
4. Kolom asal buku diisi dengan keterangan:
a. nama toko buku atau penerbit, bila buku-buku tersebut berasal dari pembelian.
b. Nama Perseorangan/badan atau instansi/lembaga, bila buku-buku itu berasal dari hadiah.
c. Nama perpustakaan, apabila buku-buku itu berasal dari pertukaran koleksi dari perpustakaan lain.
5. Kolom pengarang diisi dengan nama pengarang dengan buku yang dicatat. 6. Kolom judul diisi dengan judul buku yang sedang diinventarisasi.
7. Kolom jumlah eksemplar diisi keterangan jumlah eksemplar.
8. Kolom harga satuan diisi dengan harga setiap eksemplar buku, apabila buku itu berasal dari pembelian.
9. Kolom jumlah harga diisi jumlah harga dari keseluruhan jumlah eksemplar buku yang bersangkutan.
10.Kolom jenis buku diisi dengan jumlah eksemplar masing-masing jenis buku yang sedang diinventarisasi.
12.Kolom nomor inventarisasi diisi dengan nomor inventarisasi yang sudah ditentukan untuk setiap eksemplar buku.
13.Kolom nomor pustaka diisi dengan nomor pustaka berdasarkan isi buku menurut Dewey.
14. Kolom keterangan diisi dengan keterangan-keterangan mengenai keadaan buku yang diinventarisasi.
15.Setelah kolom inventarisasi hampir habis, sebelum ganti halaman dicatat rekapitulasi buku-buku yang telah dicatat dengan perincian tentang jumlah eksemplar, judul, harga seluruh buku yang dibeli, seperti tercatat pada halaman tersebut, jenis buku serta macam bahasanya dan lain-lain. Kemudian hasil rekapitulasi tersebut dipindahkan ke halaman berikutnya pada baris paling atas.
Menurut Pangaribuan (2009: 12-13), informasi yang dicantumkan pada
pencatatan buku induk adalah sebagai berikut:
1. Nomor urut.
2. Tanggal penerimaan yaitu : tanggal kapan buku tersebut diterima. Tanggal ini dicantumkan pada setiap ekslempar buku yang diinventarisasi
3. Pengarang, nama pengarang ditulis setelah dibalik terlebih dahulu sebagaimana dilakukan dalam pengatalogan.
4. Judul buku, yaitu judul buku secara keseluruhan namun jika terlalu panjang dapat dipotong tanpa mengurangi arti judul tersebut dengan menambah tiga titk (…)
5. Tempat terbit/penerbit, yaitu tempat kota dimana buku tersebut diterbitkan dan oleh penerbit mana (tulis nama penerbitnya), isi dapat dilihat pada halaman judul.
6. Asal/sumber perolehan. Dalam kolom ini dicatat dari mana buku berasal, apakah dari hasil pembelian, hadiah, tukar menukar dan sebagainya. 7. Bahasa yang dipakai: Indonesia/Inggris dan lain-lain.
8. Nomor inventarisasi/induk.
9. Golongan (nomor klasifikasi) kolom ini dicatat setelah buku diproses. 10.Keteranga mengenai keadaan buku.
Contoh buku induk/inventarisasi
Sumber: Pangaribuan (2009 : 13)
2.7.6 Inventarisasi Buku
Menurut Pamuntjak (2000:36), tata cara pencatatan buku induk yaitu terdiri dari:
1. Tanggal penerimaan 2. Nomor urut buku induk 3. Nama penulis
4. Judul buku 5. Tahun 6. Cetakan 7. Penerbit 8. Pengirim 9. Harga 10.Keterangan
Contoh: Buku Inventarisasi Bahan Pustaka
tanggal no pengarang judul tahun cetakan penerbit pengirim harga ket
Sumber : Pamuntjak, 2000:36
2.8 Jenis Bahan Pustaka
Bahan perpustakaan (Library Materials) biasa dikenal dengan istilah bahan
pustaka, sedangkan kumpulan bahan pustaka yang terdapat di perpustakaan
disebut dengan istilah koleksi perpustakaan. Semua istilah tersebut intinya adalah
ditujukan untuk sebuah karya hasil pemikiran manusia yang dituangkan dalam
berbagai bentuk media. Adanya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi,
semakin banyak informasi yang dibutuhkan serta semakin banyak pula berbagai
jenis bahan pustaka yang tersedia. Hal ini menuntut perpustakaan untuk dapat
mengembangkan koleksi sesuai dengan kebutuhan pengguna.
Menurut Massofa (2008), beberapa jenis bahan pustaka yang tercakup
dalam koleksi perpustakaan yaitu (1) karya cetak, (2) karya noncetak, (3) bentuk
2.8.1 Karya Cetak
Menurut Pangaribuan (2009 : 2), karya cetak adalah hasil pemikiran
manusia yang dituangkan dalam bentuk cetak, yaitu:
1. Buku
Buku atau dikenal juga dengan istilah monograf adalah bahan pustaka yang merupakan satu kesatuan utuh dan yang paling utama terdapat dalam koleksi perpustakaan. Berdasarkan standar UNESCO, tebal buku paling sedikit 49 halaman tidak termasuk kulit maupun jaket buku. Diantaranya adalah buku teks, buku rujukan, buku fiksi. Biasanya dilengkapi dengan nomor standar internasional, yaitu ISBN (International Standard Book Number)
2. Terbitan Berseri
Terbitan berseri adalah bahan pustaka yang direncanakan untuk diterbitkan terus-menerus dengan jangka waktu terbit tertentu. Untuk jenis terbitan erseri menggunakan nomor standar ISSN ( International Standard Serial Number).
Dalam buku perpustakaan sebagai ilmu (2009:12), menyatakan contoh terbitan berseri adalah:
a. Majalah, buletin, warta, journal, newsletter, warkat warta, laporan tahunan, bulanan, mingguan
b. Buku tahunan, Yearbook c. Serial
d. Seri monograf, Monograf berseri
2.8.2 Karya Noncetak
Menurut Hastuti (2012), menyatakan karya noncetak adalah bahan pustaka
yang informasinya disampaikan dalam bentuk suara, gambar, teks, dan juga
kombinasi dari bentuk-bentuk tersebut. Istilah lain dari karya ini adalah nonbooks
materials (bahan nonbuku), nonprint (bahan noncetak), dan audiovisual materials
(bahan pandang dengar). Karya non cetak terdiri dari beberapa jenis, diantaranya
adalah sebagai berikut:
1. Rekaman Suara
Karya ini dituangkan dalam bentuk piringan hitam, pita kaset, dan cakram (disk). Jika dilihat dari segi isi, diantaranya adalah rekaman musik, wawancara, seminar, ceramah, pelajaran bahasa inggris, dan sebagainya 2. Film (gambar hidup) dan Rekaman Video
3. Rekaman Video
Rekaman vidoe mencakup semua bentuk video, diantaranya yang berbentuk kaset, gulungan, cakram. Alat bantu yang digunakan adalah televisi, komputer, VCR (Video Casette Recorder).
4. Bahan Kartografi
Bahan kartografi adalah semua karya yang merupakan representasi dari bumi, matahari, bulan, planet-planet, dan badan-badan ruang angkasa lainnya. Bahan pustaka ini dapat berbentuk dua dimensi atau tiga dimensi. Misalnya peta ruang angkas, atlas, globe, foto udara, dan sebagainya. 5. Bahan Grafika
Bahan grafika adalah bahan pustaka yang harus diproyeksikan, misalnya: a. Filmstrip, yaitu selongsongan film yang memuat gambar dalam urutan
tertentu yang diproyeksikan satu persatu.
b. Slide, yaitu gambar dalam suatu media film atau bahan transparan lain yang harus dilihat dengan bantuan proyektor slide.
c. Transparansi, yaitu selembar bahan transparan yang berisi gambar dan dirancang untuk digunakan dengan overhead projector atau kotak sinar.
2.8.3 Bentuk Mikro
Menurut Siregar (2001:55) menyatakan bahwa, Bentuk mikro adalah
suatu istilah yang digunakan untuk menunjukkan semua bahan pustaka yang
menggunakan media film dan tidak dapat dibaca dengan mata biasa melainkan
harus memakai alat yang dinamakan microreader. Bahan pustaka ini digolongkan
tersendiri, tidak dimasukkan kedalam karya noncetak. Hal ini disebabkan
informasi yang tercakup di dalamnya meliputi bahan tercetak seperti majalah,
surat kabar, dan sebaginya. Bentuk mikro terdiri dari beberapa macam yaitu:
1. Mikrofilm, bentuk gulungan film yang berukuran 16 mm dan 35 mm 2. Mikrofis, bentuk mikro dalam lembaran film dengan ukuran 105 mm x
148 mm (standar) dan 75 mm x 125 mm.
3. Microopaque, bentuk mikro dimana informasinya dicetak kedalam kertas yang mengkilat tidak tembus cahaya berukuran sebesar mikrofis
4. Aperture card, satu lembar mikrofilm ukuran 35 mm yang ditempelkan pada lembaran kartu
5. Microfilm cartridge, bentuknya sama dengan mikrofilm ukuran 16 mm, namun selain ditempatkan pada satu kemasana film juga diberikan suatu tanda agar pada waktu membacanya dapat dilakukan secara otomatis 6. Microflm Jackets, bentuk mikrofilm yang dimasukkan kedalam kantong
Sedangkan menurut Pangaribuan (2009 : 3), “Bentuk mikro adalah suatu istilah yang digunakan untuki menunjukkan semua bahan pustaka yang menggunakan media film yang tidak dapat dibaca dengan mata biasa melainkan harus memakai alat yang dinamakan micro-reader. Bahan pustaka ini digolongkan tersendiri, tidak dimasukkan dalam bahan noncetak. Hal ini disebabkan informasi yang tercakup didalamnya meliputi bahan tercetak seperti majalah, surat kabar, dan sebagainya”.
2.8.4 Karya dalam Bentuk Elektronik
Sumber daya elektronik adalah informasi yang dituangkan dalam bentuk
buku atau jurnal elektronik yang biasa dikenal dengan istilah electronic collection.
Dengan adanya teknologi informasi, maka informasi dapat dituangkan dalam
media elektronik seperti pita magnetis dan cakram atau disc. Untuk membacanya
diperlukan perangkat keras seperti komputer, CD-ROM player, dan sebagainya.
Pangaribuan (2009:3), “Dalam perkembangan teknologi informasi, maka
informasi dapat dituangkan kedalam media elektronik seperti pita magnetic dan
cakram atau disk. Untuk membacanya diperlukan perangkat keras seperti
computer”.
2.9 Seleksi Bahan Pustaka
Seleksi bahan pustaka merupakan proses mengidentifikasi bahan pustaka
yang akan ditambahkan pada koleksi yang telah ada di perpustakaan. Seleksi
bahan pustaka merupakan kegiatan penting yang perlu dilakukan untuk
menyesuaikan koleksi dengan kebutuhan pengguna dan berhubungan dengan
mutu perpustakaan yang bersangkutan. Kegiatan seleksi bahan pustaka
merupakan kegiatan mengumpulkan semua sumber informasi literatur yang akan
dipergunakan dalam proses penyeleksian, pedoman penyeleksian dan penentuan
bahan pustaka yang akan diadakan.
Maunglib (2009), menjelaskan Semua bahan pustaka hendaknya dipilih
secara cermat, disesuaikan dengan standar kebutuhan pemakai perpustakaan
dalam suatu skala prioritas yang telah ditetapkan dan mencakup persyaratan
antara lain:
1. Isi buku
2. Bahasa yang digunakan 3. Ciri fisik buku
Menurut Massofa (2008), Pedoman dasar untuk melakukan seleksi yaitu: 1. Mengetahui berbagai jenis bahan pustaka yang ada di pasaran 2. Memahami tujuan dan fungsi perpustakaan tempat ia bekerja 3. Mengenal kebutuhan masyarakat yang dilayani
4. Mengenal prinsip-prinsip seleksi
5. Mengenal dan mampu menggunakan alat-alat bantu seleksi 6. Memahami berbagai kendala yang ada.
2.9.1 Prinsip Pemilihan Bahan Pustaka
Tujuan perpustakaan adalah menyebarkan informasi kepada pengguna.
Agar tujuan itu tercapai maka dalam kegiatan pemilihan koleksi bahan pustaka
perlu adanya prinsip-prinsip seleksi. Untuk meningkatkan mutu koleksi,
perpustakaan perlu memperhatikan prinsip-prinsip pemilihan bahan pustaka. Hal
ini dilakukan agar perpustakaan terhindar dari beberapa kekeliruan dalam
menentukan koleksinya.
Secara umum Pawit, Yusuf dalam buku Pedoman Penyelenggaran
Perpustakaan Sekolah (2007: 26) menjelaskan bahwa, prinsip pemilihan koleksi
untuk suatu perpustakaan sekolah adalah sebagai berikut:
1. Pemilihan koleksi perpustakaan sekolah disesuaikan dengan kebutuhan kurikulum yang berlaku disekolah
2. Pemilihan koleksi perpustakaan sekolah disesuaikan dengan daerah tempat perpustakaan sekolah tersebut berada
3. Pemilihan koleksi perpustakaan sekolah disesuaikan dengan sistem pendidikan secara nasional
4. Pemilihan koleksi perpustakaan sekolah disesuaikan dengan tingkat kemampuan membaca siswa usia sekolah
5. Pemilihan koleksi perpustakaan sekolah disesuaikan dengan sistem perpustakaan nasional
6. Pemilihan koleksi perpustakaan sekolah disesuaikan dengan dana yang tersedia.
Menurut Siregar (2002:80), prinsip-prinsip pemilihan bahan pustaka
ditetapkan sebagai upaya untuk menyesuaikan pemilihan bahan pustaka dengan
tujuan dan fungsi perpustakaan. Prinsip tersebut diperjelas sebagai berikut:
1. Relevansi atau kesesuaian
Bahan pustaka harus disesuaikan dengan fungsi dan tujuan perpustakaan dengan lembaga induknya.
2. Kesesuaian dengan kebutuhan pengguna
3. Kelengkapan
Pengadaan bahan pustaka hendaknya berpedoman kepada kelengkapan koleksi yang dibutuhkan oleh pemakai jasa perpustakaan, bukan berpedoman pada jumlah banyaknya eksemplar buku tetapi harus diperhatikan kualitas koleksi tersebut.
4. Kemutakhiran
Isi yang terdapat dalam bahan pustaka harus sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
5. Unsur kerja sama dengan pihak lain
Perpustakaan sebaiknya menjalin kerjasama dengan berbagai pihak seperti pakar ilmu pengetahuan pengguna dalam melaksanakan pemilihan bahan pustaka agar relevansi koleksi dengan kebutuhan pengguna dapat dipenuhi.
Sedangkan menurut Buku Pedoman Perpustakaan Perguruan Tinggi
(2004:13), prinsip-prinsip pemilihan bahan pustaka adalah sebagai berikut:
1. Pemilihan dilakukan dengan cermat oleh pihak yang berwenang memilih berdasarkan skala prioritas.
2. Pengadaan koleksi disesuaikan dengan program pendidikan yang dimiliki sekolah yang bersangkutan.
3. Bahan yang dipilih disesuaikan dengan kebutuhan pengguna yang terdiri dari Siswa dan guru.
4. Koleksi hendaknya lengkap, tidak saja buku ajar wajib, tetapi juga meliputi bahan-bahan yang berkaitan dengan program pendidikan.
5. Bahan yang diadakan diusahakan bersifat mutakhir sesuai dengn perkembangan ilmu pengetahuan.
Dengan terpenuhinya prinsip pemilihan bahan pustaka tersebut diatas
diharapkan bahwa koleksi perpustakaan dapat memenuhi kebutuhan pengguna
dan tercapainya tujuan perpustakaan.
2.9.2 Alat Bantu Seleksi bahan Pustaka
Untuk dapat memperoleh koleksi yang dibutuhkan perpustakaan, maka
perlu adanya alat bantu seleksi. Alat bantu seleksi bahan pustaka sangat
diperlukan dan dipergunakan untuk memudahkan pemilihan dan pengadaan
bahan pustaka
Menurut Milburga (2000: 74), alat bantu seleksi bahan pustaka tersebut
adalah :
1. Katalog penerbit dalam dan luar negri yang berisi 2. Judul, anak judul, judul paralel
3. Edisi, negara, bahasa, bentuk 4. Kota terbit, penerbit,Tahun terbit 5. Harga langganan
7. Bibliografi Nasional dan Internasional 8. Bibliografi khusus bidang ilmu
9. Daftar tambahan koleksi perpustakan lain 10.Tim, bagan buku, iklan dan lain-lain.
Menurut Massofa (2008), alat bantu seleksi bahan pustaka untuk
perpustakaan sekolah yaitu:
1. Katalog Penerbit 2. Bibliografi 3. Daftar Pustaka 4. Iklan atau brosur 5. Formulir Pemilihan
Menurut Yuven (2010), secara garis besar alat bantu seleksi bahan pustaka
dapat dibedakan menjadi 2 kelompok:
1. Alat Bantu Seleksi
Yaitu alat yang dapat emmbantu pustakawan untuk memutuskan apakah bahan pustaka diseleksi, karne informasi yang diberikan dalam alat tersebut tidak terbatas pada data bibliografi, tetapi juga mencakup keterangan mengenai isi bahan pustaka tersebut, dan keterangan lain yang dibutuhkan untuk mengambil keputusan. Informasi ini dapat diberikan dalam bentuk anotasi singkat saja, bisa berupa tinjauan dengan panjang yang bervariasi.
Contoh alat bantu seleksi antara lain:
a. Majalah tinjauan buku/bahan pustaka lain
b. Daftar judul untuk jenis perpustakaan tertentu, subjek tertentu, atau kelompok tertentu
c. Indeks
2. Alat Identifikasi dan Verifikasi
Yaitu alat bantu seleksi yang hanya mencantumkan data bibliografi bahan pustaka. Alat seperti ini dipakai untuk mengetahui judul yang telah terbit atau yang akan diterbitkan dalam bidang subjek tertentu, dari pengarang tertentu. Alat bantu ini dipakai untuk melakukan verifikasi apakah judul atau nama pengarang tepat, berapa harganya, terbitan berseri atau bahkan pandang dengar, masih ada dipasaran atau tidak.
Contoh alat indentifikasi dan verifikasi adalah: a. Katalog penerbit
b. Bibliografi
Menurut Darmono (2001:34), menyatakan alat bantu seleksi adalah sebagai
berikut:
1. Katalog Penerbit dari Berbagi Penerbit
Katalog penerbit berisi informasi buku-buku terbaru dari penerbit dalam dan luar negeri. Informasi yang dikandung biasanya berisi judul, pengarang, tahun terbit, jumlah halaman, harga buku dan sering pula menyertakan anotasi atau deskripsi cakupan isi.
2. Tinjauan Buku
Tinjauan buku biasanya dimuat pada majalah ilmiah, surat kabar serta majalah popular. Ini merupakan salah satu alat untuk mengevaluasi dan seleksi tulisan bagi tulisan orang-orang ternama.
3. Bibliografi Nasional Indonesia
Berisi informasi tentang terbitan seluruh Indonesia yang mencakup buku, laporan penelitian, bacaan anak-anak, terbitan pemerintah, laporan konferensi serta peta.
4. Daftar Buku IKAPI
Daftar ini merupakan katalog berbagai penerbit Indonesia yang tergabung dalam Ikatan Penerbit Indonesia (IKAPI). Katalog ini diterbitkan IKAPI dan isi dari daftar ini memuat judul, pengarang, jumlah halaman, ISBN, dan harga buku. Alat ini memuat informasi judul buku yang merupakan gabungan dari berbagai bidang pengetahuan.
5. Resensi
Adalah suatu uraian pembicaraan maupun penilaian terhadap suatu karya yang menyangkut bentuk fisik maupun isinya. Resensi dapat disampaikan pada media tatap muka, diskusi buku, media cetak (buku, majalah, dan surat kabar), media dengar (radio), maupun media pandang dengar atau televisi.
Melalui alat bantu yang dijelaskan diatas, pustakawan atau pengguna dapat
memilih bahan pustaka yang tepat sesuai dengan kebutuhan pengguna.
Pustakawan juga dapat mengikuti berbagai bibliografis dan memuat evaluasi atas
bahan pustaka yang dijadikan koleksi perpustakaan.
2.9.3 Pihak yang berwenang Melakukan Seleksi
Menurut Yuven, (2010), pihak-pihak yang berwenang untuk melakukan
pemilihan bahan pustaka adalah:
1. Pada perpustakaan sekolah, pihak yang berwenang melakukan pemilihan
bahan pustaka adalah kepala sekolah, dan wakil, guru, pelajar boleh saja memberikan saran.
2. Pada perpustakaan umum, pihak yang berwenang adalah dewan penasehat,
penyantun perpustakaan, dan tokoh masyarakat.
3. Pada perpustakaan perguruan tinggi, pihak yang berwenang melakukan
4. Pada perpustakaan khusus, pihak yang berwenang melakukan pemilihan adalah pimpinan institusi dimana perpustakaan tersebut bernaung.
Menurut Almah (2012:30), pihak yang berwenang melakukan seleksi bahan pustaka atau yang dapat bertindak sebagai selector mencakup:
1. Pustakawan.
2. Spesialis Subjeek termasuk guru/dosen.
3. Pemimpin organisasi induk atau pemimpin lembaga penaung perpustakaan. 4. Komisi perpustakaan.
5. Anggota lain.
Menurut Pangaribuan (2009:5), pihak yang berwenang melakukan
pemilihan bahan pustaka perlu memenuhi persyaratan sebagai berikut:
1. Mengetahui berbagai jenis bahan pustaka yang ada dipasaran 2. Memahami tujuan dan fungsi perpustakaan tempat ia bekerja 3. Mengenal kebutuhan masyarakat yang dilayani
4. Mengenal prinsip-prinsip seleksi
5. Mengenal dan mampu menggunakan alat-alat bantu seleksi 6. Memahami berbagai kendala yang ada.
Pada akhirnya, pustakawanlah yang berwenang apabila bahan pustaka
tersebut dipilih atau tidak, karena pustakawanlah yang mengetahui apakah bahan