BAB I PENDAHULUAN
1.1.
LATAR BELAKANG
Karsinoma endometrium adalah tumor ganas epitel primer di
endometrium, umumnya dengan diferensiasi glandular dan berpotensi mengenai
miometrium dan menyebar jauh.Karsinoma endometrium merupakan keganasan
ginekologi yang paling umum dan menempati urutan kedua setelah karsinoma
serviks. Angka kejadian karsinoma endometrium meningkat seiring
meningkatnya usia harapan hidup dan epidemi obesitas. Sebesar 95% kasus
terjadi pada wanita berusia lebih dari 40 tahun, terutama wanita yang memasuki
dekade ke-enam dan ke-tujuh (75-85%).1,2
Pada tahun 2012, sekitar 527.600 wanita didiagnosa dengan karsinoma
endometrium di seluruh dunia. Berdasarkan data Surveillance, Epidemiology,
and End Results Program (SEER), diperkirakan kasus baru karsinoma
endometrium di Amerika Serikat adalah 25,4 per 100.000 wanita per tahun
dengan angka kematian sebesar 4,5 per 100.000 wanita per tahun dan
diestimasi terdapat 60.050 kasus baru dengan 10.470 kematian pada tahun
2016.3,4Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Tulumang et al di
RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado periode 2013 – 2015 didapatkan 36 kasus
karsinoma endometrium. Kasus terbanyak dijumpai pada kelompok usia ≥ 51 tahun yaitu sebesar 66,7% sedangkan kasus paling sedikit pada kelompok usia
41 – 45 tahun sebesar 5,55%.1
Secara, klinis, histologi dan biologi, karsinoma endometrium terbagi
menjadi dua kategori, yaitu tipe I dan tipe II. Jenis karsinoma endometrium yang
paling banyak adalah tipe I. Tipe I karsinoma endometrium merupakan
(unopposed estrogen), low grade (well hingga moderately differentiated), berasal
dari hiperplasia endometrial atipikal dengan jenis histologi umumnya
endometrioid dan reseptor hormon positif. Karsinoma endometrium endometrioid
merupakan jenis yang paling banyak dijumpai, mencapai lebih dari 75-90% dari
seluruh kasus karsinoma endometrium. Tipe I dikaitkan dengan temuan
gejala-gejala klinis seperti obesitas, hipertensi, dan diabetes. Sedangkan pada tipe II
tidak dikaitkan dengan stimulasi estrogen tetapi dengan atrofi dimana tipe II
merupakan tumor diferensiasi buruk, dan mempunyai klinis yang lebih agresif.5,6
Wanita dengan karsinoma endometrium tipe I umumnya mengalami
paparan estrogen secara terus menerus. Beberapa faktor yang meningkatkan
resiko terjadinya karsinoma endometrium adalah usia, nuliparitas, infertilitas,
penggunaan estrogen dan tamoksifen dalam jangka panjang, obesitas (baik
pada premenopause maupun postmenopause), diabetes, dan predisposisi
genetik.7,8,9
Karsinogenesis endometrium diregulasi oleh estrogen dan di-down
-regulasi oleh progesteron.Estrogen bekerja di endometrium dengan mengikat
reseptornya sehingga menginduksi proliferasi mukosa. Reseptor estrogen
merupakan reseptor utama di endometrium, sedangkan progesteron bekerja
melalui reseptor progesteron (PR) untuk melawan efek tersebut dengan cara
menginduksi diferensiasi, memicu apoptosis, dan menghambat invasi.
Progesteron merupakan tumor supresor yang poten di endometrium, yang telah
diteliti untuk terapi hormon berbasis progestin untuk hiperplasia endometrium
dan karsinoma.10
Penanganan primer karsinoma endometrium adalah pembedahan
(histerektomi total dengan salfingoooforektomi bilateral ditambah dengan
dan stadium awal dengan resiko tinggi akan membutuhkan tindakan radiasi.
Bagaimanapun pemilihan terapi pada karsinoma endometrium dengan faktor
resiko masih merupakan kontroversial. Pertanyaannya, bagaimana menilai
pasien yang membutuhkan tindakan adjuvan. Terapi adjuvan ini juga
dipertimbangkan dengan menilai faktor prognostik. Beberapa faktor prognostik
pada karsinoma endometrium adalah stadium, jenis histologi, derajat
(diferensiasi) sel, Lymphovascular Space Involvement (LVSI), dan keterlibatan
ekstrauterin seperti kelenjar getah bening. Selain gambaran klinis atau patalogis
ada beberapa molekul biologis yang menjadi faktor prognostik, salah satunya
adalah reseptor hormon yaitu reseptor progesteron.8
Reseptor progesteron diekspresikan dalam dua bentuk isoform, yaitu
Progesterone Receptor A (PRA) dan ProgesteroneReceptor B (PRB) yang
berbeda dari komponen asam aminonya dan berfungsi sebagai ligand yang
teraktivasi oleh faktor transkripsi yang berbeda.11,12PRA dan PRB dikaitkan
dengan tumor dengan grade yang lebih rendah. Rasio dari PRA/PRB < 1
dilaporkan dengan disease-free survival dan angka ketahanan hidup yang lebih
pendek. Ekspresi Estrogen Receptor (ER) dan PR berhubungan dengan faktor
prognostik yang baik seperti stadium awal penyakit, kurangnya invasi
miometrium, diferensiasi sel yang baik, dan LVSI negatif.7,10,11,13
Hal tersebut didukung oleh hasil penelitian yang dilakukan oleh Kim et al
pada 315 pasien adenokarsinoma endometrioid menunjukkan bahwa tidak
adanya PRA dan PRB berhubungan dengan diferensiasi sel yang lebih buruk
dan jika rasio PRA/PRB < 1 berhubungan dengan disease-free survival dan
angka ketahanan hidup yang lebih pendek. Dengan kata lain, rasio PRA/PRB
dapat digunakan sebagai faktor prognosis dan menentukan respon terhadap
Menurut Kreizman-Shefer et al PR pada sel karsinoma endometrium
berkorelasi dengan diferensiasi sel, histologi, penyebaran ke adneksa, dan
rekurensi. Ekspresi PR menurun hingga negatif pada karsinoma endometrium.
Ekspresi PR semakin menurun dengan meningkatnya derajat histologi sel. Hal ini
disebabkan karena penurunan ekspresi E-chaderin dan peningkatan
Epithelial-to-Mesenchymal Transition (EMT). Adanya Estrogen Receptor-
α
(ERα),Estrogen Receptor-
β
(ERβ), PRA dan PRB juga berhubungan dengan responterapi.Ehrilch et al melaporkan adanya respon klinis terhadap pemberian
progesteron pada 175 pasien yang menunjukkan 72% positif dan 18%
negatif dengan peningkatan angka ketahanan hidup pada pasien dengan
PR-positif dibandingkan dengan PR-negatif. Rekurensi juga lebih banyak terjadi
pada pasien dengan PR-negatif.13,14
Oleh karena banyaknya hasil penelitian yang menyatakan hubungan
ekspresi reseptor hormon (progesteron) terhadap survival rate pasien karsinoma
endometrium, maka peneliti bermaksud untuk melihat hubungan ekspresi
reseptor progesteron dengan diferensiasi sel dan stadium kanker. Dalam jangka
panjang, hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai salah satu alternatif dalam
menentukan prognosis pasien karsinoma endometrium.
1.2.
RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah pada
penelitian ini adalah “Bagaimana hubungan ekspresi reseptor progesteron
dengan diferensiasi sel dan stadium karsinoma endometrium?”
Mengetahui hubungan ekspresi reseptor progesteron dengan diferensiasi
sel dan stadium karsinoma endometrium.
1.3.2. Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui ekspresi reseptor progesteron pada karsinoma
endometrium.
2. Untuk mengetahui hubungan ekspresi reseptor progesteron dengan
diferensiasi sel pada karsinoma endometrium.
3. Untuk mengetahui hubungan ekspresi reseptor progesteron dengan
stadium karsinoma endometrium.
1.4.
MANFAAT PENELITIAN
Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai langkah awal
dalam menentukan prognosis pasien karsinoma endometrium dan dapat
digunakan sebagai data dasar untuk pengembangan penelitian selanjutnya
khususnya di bidang onkologi-ginekologi di Departemen Obstetri dan Ginekologi