• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Definisi Hepatitis B - Karakteristik Penderita Hepatitis B Rawat Inap Di Rumah Sakit Putri Hijau Kesdam I/Bukit Barisan Medan Tahun 2010-2013

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Definisi Hepatitis B - Karakteristik Penderita Hepatitis B Rawat Inap Di Rumah Sakit Putri Hijau Kesdam I/Bukit Barisan Medan Tahun 2010-2013"

Copied!
26
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Definisi Hepatitis B1,3

Hepatitis B adalah infeksi virus yang menyerang hati dan dapat menyebabkan infeksi akut maupun kronis. Risiko kronisitas tergantung pada usia saat terjadi infeksi yaitu 90% pada bayi baru lahir, 20-50% pada anak 1-5 tahun, dan 1-10% anak diatas 5 tahun dan orang dewasa. Penderita infeksi kronis dapat menularkan penyakit seumur hidup. Setelah bertahun-tahun dapat mengakibatkan komplikasi seperti sirosis hati, kanker hati bahkan risiko kematian.

2.2. Anatomi dan Fungsi Hati 2.2.1. Anatomi Hati18,19,20

Hati adalah organ dalam terbesar di tubuh dengan berat 1.500 gr atau 2,5 % berat orang badan orang dewasa normal. Pada kondisi hidup berwarna merah tua karenakaya akan persediaan darah, terletak dibagian teratas dalam rongga abdomen sebelah kanan dibawah diafragma dan secara luas dilindungi iga-iga. Hati terbagi dalam dua belahan utama, lobus kiri dan lobus kanan yang dipisahkan oleh ligamen falsiformis. Permukaan atas berbentuk cembung dan terletak dibawah diafragma

sedangkan permukaan bawah tidak rata dan memperlihatkan lekukan, fisura transversus. Terdapat empat pembuluh darah yang menjelejahi seluruh hati, dua yang

(2)

Sedangkan, Arteri hepatika merupakan cabang dari arteri kuliaka yang kaya akan oksigen. Cabang-cabang pembuluh darah vena porta hepatika dan arteri hepatika mengalirkan darahnya ke sinusoid. Hematosit menyerap nutrien, oksigen, dan zat racun dari darah sinusoid. Didalam hematosit zat racun akan dinetralkan sedangkan nutrien akan ditimbun atau dibentuk zat baru, dimana zat tersebut akan disekresikan ke peredaran darah tubuh.

2.2.2. Fungsi Hati18

Seperti ukurannya yang besar, hati juga mempunyai peranan besar. Fungsi hati antara lain :

a. Membantu menjaga keseimbangan glukosa darah (metabolisme karbohidrat) Hati berperan dalam menstabilkan kadar gula darah dikendalikan oleh insulin. Selain itu, Hati juga dapat mengubah zat gizi lain seperti protein (asam amino tertentu) dan lemak menjadi glukosa.

b. Membantu metabolisme lemak

Hati berperan dalam membantu metabolisme lemak yaitu membuat, merombak kolesterol menjadi garam empedu dan membuat fosfolipid serta mengubah karbohidrat dan protein menjadi lemak untuk disimpan sebagai cadangan energi. c. Membantu metabolisme protein

Hati berperan dalam membantu metabolisme protein adalah sebagai tempat dalam menyusun asam amino menjadi protein yang sesuai dengan kebutuhan tubuh. d. Metabolisme vitamin dan mineral

(3)

kebutuhan tubuh selama 1-4 bulan. Hati juga berperan dalam mengatur keseimbangan zat besi.

e. Memproduksi dan mengeksresikan empedu

Empedu diproduksi hati secara terus-menerus untuk membantu pencernaan lemak. Komposisi empedu terdiri atas beberapa komponen yang mempunyai arti penting dalam tubuh yaitu garam empedu, bilirubin atau pigmen empedu, kolesterol, lesitin, asam lemak, garam-garam kalsium, protein dan air. Garam empedu mampu memecah lemak menjadi butiran halus sehingga mudah diserap usus.

f. Membersihkan darah untuk melawan infeksi (pertahanan tubuh)

Dalam hati terdapat sejumlah besar sel kufler yang dapat menyaring subtansi asing dan bibit penyakit yang ikut masuk lewat aliran darah sehingga membantu tubuh melawan infeksi.

g. Menetralisir zat-zat beracun dalam tubuh (detoksifikasi)

Zat-zat beracun baik yang berasal dari luar tubuh seperti dari bat maupun sisa metabolisme dari tubuh akan dinetralisir oleh enzim-enzim hati sehingga menjadi zat yang tidak aktif.

h. Pembentukan ureum

Hati menerima asam amino yang diabsorbsi darah. Didalam hati terjadi deaminasi oleh sel artinya nitrogen dipisahkan dari bagian asam amino dan amonia diubah menjadi menjadi ureum. Ureum dapat dikeluarkan dari darah oleh ginjal dan diekresikan kedalam urine.

(4)

membuat sebagian besar protein plasma, membersihkan bilirubin dari darah serta menghasilkan protombin dan fibrinogen yang diperlukan dalam pengumpalan darah.

2.3. Sejarah Hepatitis B23,24

Proses penemuan virus Hepatitis B diawali oleh Blumberg dan rekannya. Pada tahun 1965 yang melakukan penelitian untuk mencari antibodi yang timbul terhadap suatu lipoprotein. Mereka mendapatkan suatu antibodi pada dua orang penderita hemofilia yang sering mendapat tranfusi darah bereaksi dengan suatu antigen yang didapatkan dari seorang aborigin Australia. Pada waktu itu, ditemukan bahwa antigen tersebut didapati pada 20% penderita Hepatitis virus. Antigen ini dulu dinamakan antigen Australia dan sekarang menjadi HBsAg. Pada tahun 1970, Dane dkk. melihat untuk pertama kalinya dibawah mikroskop elektron partikel HBsAg dan partikel Virus Hepatitis B (HBV) yang kini dinamakan partikel Dane.

2.4. Etiologi Virus Hepatitis B2,5

Virus Hepatitis B termasuk hepadnavirus yang berukuran 42-nm double stranded, DNA virus terdiri atas 3 jenis antigen yaitu HBsAg, HBcAg dan HBeAg.

(5)

subdeterminan) dan r, yang menghasilkan 4 subtipe utama: adw, ayw, adr dan ayr. Penyebaran subtipe-subtipe ini bervariasi secara geografis, dikarenakan oleh perbedaanadeterminancommon antigen, perlindungan terhadap satu subtipe muncul untuk merangsang perlindungan terhadap subtipe yang lain dan tidak ada perbedaan manifestasi gejala klinis pada subtipe yang berbeda.

2.5. Patogenesis25

Virus masuk ke dalam tubuh manusia melalui aliran darah untuk mencapai sel hati. Didalam sel hati, virus memperbanyak diri melalui proses transkripsi-replikasi dengan bantuan sel hati. Inti virus mengalami proses replikasi dengan bantuan sel hati, sedangkan selaput virus dibantu oleh sitoplasma sel hati.

Respons sel tubuh manusia pada infeksi virus Hepatitis B dapat menyebabkan keadaan berikut:

a. Sebelum terjadi peradangan, sel hati masih berfungsi normal namun produksi virus berlangsung terus yang disebut dengan infeksi persisten (pasien tetap sehat dengan titer HbsAg yang tinggi)

b. Terjadi proses peradangan sel hati dan sintesis virus ditekan, yang disebut sebagai hepatitis akut

c. Terjadi proses peradangan yang berlebihan dan keadaan ini akan menyebabkan kerusakan sel hati yang disebut dengan hepatitis fulminan

(6)

Masa inkubasi biasanya berlangsung 45 – 180 hari, rata-rata 60-90 hari. Paling sedikit diperlukan waktu selama 2 minggu untuk bisa menentukan HbsAg dalam darah, dan jarang sekali sampai selama 6-9 bulan, perbedaan masa inkubasi tersebut dikaitkan dengan berbagai faktor antara lain jumlah virus, cara-cara penularan dan faktor pejamu.2

Perjalanan klinis HBV umumnya dibagi menjadi 4 stadium :38

a. Stadium pertama bersifat imun toleran. Pada neonatus, stadium ini dapat berlangsung beberapa dekade sedangkan pada orang dewasa dapat berlangsung hanya 2-4 minggu. Pada periode ini, replikasi virus dapat terus berlangsung walaupun serum SGPT hanya sedikit atau tidak meningkat serta tidak menimbulkan gejala klinis.

b. Stadium kedua mulai muncul respon imun dan berkembang. Hal ini akan mengakibatkan stimulasi sitokinin dan menyebabkan sitolisis hepatosit secara langsung dan terjadi inflamasi. Pada hepatitis akut, stadium ini merupakan periode simptomatik dan umumnya berlangsung 3-4 minggu. Pada hepatitis kronis stadium ini berlangsung selama 10 tahun atau lebih, yang kemudian berlanjut menjadi sirosis dan komplikasinya.

c. Stadium ketiga dimulai ketika pejamu mampu mempertahankan respons imunnya dan mampu mengeliminasi sel hepatosit yang terinfeksi sehingga sel yang terinfeksi menurun jumlahnya dan replikasi virus aktif berakhir.

(7)

2.6. Cara Penularan2,23,29

Bagian tubuh yang memungkinkan terjadinya penularan HBV antara lain darah dan produk darah, air ludah, cairan cerebrospinal, peritoneal, pleural, cairan pericardial dansynovial, cairan amniotik, semen, cairan vagina, cairan bagian tubuh lainnya yang berisi darah, organ dan jaringan tubuh yang terlepas. HBV dapat tahan hidup pada permukaan lingkungan paling sedikit selama 7 hari.

Cara penularan infeksi Virus Hepatitis B adalah :

2.6.1. Penularan Secara Vertikal

Penularan secara vertikal merupakan penularan HBV dari ibu yang menderita Hepatitis B akut atau pengidap Hepatitis B kronis kepada bayinya pada masa kehamilan atau sewaktu persalinan. Penularan dari ibu pengidap Hepatitis B kronis kepada bayinya merupakan salah satu penyebab tingginya jumlah penderita infeksi Hepatitis B. Sekitar 90% bayi terinfeksi HBV dari ibu yang mengidap Hepatitis B kronis. Bayi yang terinfeksi tersebut mungkin menderita Hepatitis akut atau terjadi infeksi yang menetap dan menjadi kronik. Angka penularan dari ibu yang postif HbsAg dengan HBeAg positif adalah lebih dari 70%, sedangkan angka penularan untuk ibu yang positif HBsAg dengan HBeAg negatif adalah kurang dari 10%.

2.6.2. Penularan Secara Horizontal

(8)

a. Kulit

Penularan ini terjadi jika bahan yang mengandung partikel virus Hepatitis B (HBsAg) masuk ke dalam kulit. Contohnya, kasus penularan terjadi akibat tranfusi darah yang mengandung HBsAg positif, hemodialisis (cuci darah) pada penderita gagal ginjal kronik, melalui alat suntik yang tidak steril, seperti penggunaan jarum suntik bekas, jarum akupuntur yang tidak steril, alat tatto atau alat cukur. Virus ini tidak bisa menembus pori-pori kulit, tetapi dapat masuk melalui kulit yang terluka atau mengalami kelainan dermatologik.

b. Selaput Lendir

Penularan dapat terjadi melalui mulut yaitu jika bahan yang mengandung virus mengenai selaput lendir mulut yang terluka. Selain itu,virus Hepatitis B dapat melalui selaput lendir alat kelamin (seksual) akibat hubungan seksual dengan pasangan yang mengandung HBsAg positif yang bersifat infeksius, baik dengan pasangan heteroseksual maupun homoseksual. Penularan seksual dari pria yang terinfeksi kepada wanita sekitar 3 kali lebih cepat daripada penularan pada wanita yang terinfeksi kepada pria. Hubungan seksual melalui anal baik penerima maupun pemberi mempunyai risiko sama terjadinya infeksi.

2.7. Gejala Klinis

(9)

Hepatitis B juga dapat menyebabkan infeksi hati kronis yang dapat berkembang menjadi sirosis hati bahkan kanker hati.3

2.8. Tipe Hepatitis B 2.8.1. Hepatitis B Akut

Perjalanan Hepatitis B akut terjadi dalam empat (4) tahap yang timbul sebagai akibat dari proses peradangan pada hati yaitu :7

a. Masa Inkubasi

Masa inkubasi biasanya berlangsung 45-180 hari, rata-rata 60-90 hari. Paling sedikit diperlukan waktu selama 2 minggu untuk bisa menentukan HBsAg dalam darah, dan jarang sekali sampai selama 6-9 bulan, perbedaan masa inkubasi tersebut dikaitkan dengan berbagai faktor antara lain jumlah virus, daya tahan tubuh host serta lamanya penderita terpapar.2

b. Fase Prodromal

(10)

c. Fase Ikterus

Fase ikterus yaitu fase dimana keadaan urine berwarna kuning pekat seperti air teh, sklera mata dan kulit juga berwarna kuning. Fase ini berlangsung selama 10-14 hari.22 Dengan timbulnya ikterus, keluhan-keluhan prodromal secara berangsur akan berkurang, kadang rasa malaise, anoreksia masih terus berlangsung, dan nyeri abdomen kanan atas bertambah. Untuk deteksi ikterus, sebaliknya dilihat pada sklera mata. Lama berlangsungnya ikterus dapat berkisar antara 1-6 minggu.26

d. Fase Penyembuhan

Selama masa penyembuhan gejala-gejala konstitusional menghilang, hepatomegali dan rasa nyerinya juga berkurang. Penyembuhan sempurna rata-rata berkisar 1-2 bulan, namun dapat mencapai 4-6 bulan.23

2.8.2. Hepatitis B Kronis

Hepatitis B kronis didefinisikan sebagai peradangan hati yang berlanjut lebih dari enam bulan sejak timbul keluhan dan gejala penyakit.26

Perjalanan Hepatitis B kronik dibagi menjadi tiga (3) fase penting yaitu : a. Fase Imunotoleransi

(11)

b. Fase Imunoaktif (Fase clearance)

Pada fase ini replikasi menurun, titer HBsAg rendah, HbeAg masih positif dan Anti-Hbe bisa positif atau masih negatif. Pemeriksaan biokimia menunjukkan gejala Hepatitis (kadar SGOT dan SGPT serum meningkat) akibat terjadinya penghancuran sel hati yang terinfeksi HBV oleh sel T-sitotoksik, sedangkan histologik menunjukkan tanda-tanda Hepatitis kronik aktif.28

c. Fase Residual

Pada fase ini sudah tidak ada tanda replikasi HBV. HBsAg positif titer rendah, HbeAg negatif dan Anti-Hbe positif. Biokimia normal atau bila ada berupa kadar albumin yang rendah. Histologik perubahan minimal, sirosis atau bahkan menjadi hepatoma. 28Pada fase ini tubuh berusaha menghancurkan virus dan menimbulkan pecahnya sel-sel hati yang terinfeksi HBV. Sekitar 70% dari individu tersebut akhirnya dapat menghilangkan sebagian besar partikel HBV tanpa ada kerusakan sel hati yang berarti.27

2.9. Kelompok Risiko Tinggi13

(12)

tingkat tinggi Hepatitis B, petugas kesehatan, seseorang dengan retardasi mentalserta anggota militer.27

2.10. Komplikasi

Komplikasi sebagai akibat progresi hepatitis B kronik diantaranya adalah :

a. Sirosis Hati

Sirosis merupakan komplikasi penyakit hati yang ditandai dengan menghilangnya sel-sel hati dan pembentukan jaringan ikat dalam hati yang ireversibel.36 Sirosis hati merupakan proses difus dari fibrosis berat disertai terbentuknya nodul regenerasi. Fibrosis adalah hasil dari proses fibrogenesis, yaitu proses pembentukan jaringan ikat (parut) yang terjadi akibat kerusakan jaringan hati. Dengan terus berlangsungnya kerusakan hati (kronisitas), jaringan fibrosis juga terus meluas hingga meliputi seluruh bagian hati. Sirosis hati akibat hepatitis B timbul akibat progresi hepatitis B kronik.1

b. Kanker Hati (Hepatoma)

(13)

2.11. Epidemiologi HBV 2.11.1. Distribusi Frekuensi

a. Menurut Orang

Penyakit Hepatitis B bisa terjadi pada semua kelompok umur dan jenis kelamin. Data-data menunjukkan bahwa bayi yang terinfeksi HBV sebelum usia 1 tahun mempunyai risiko kronisitas sampai 90%, sedangkan bila infeksi HBV terjadi pada usia antara 2-5 tahun risikonya menurun menjadi 50%, bahkan bila terjadi infeksi pada anak berusia diatas 5 tahun hanya berisiko 5-10% untuk terjadi kronisitas.32

(14)

dari 7.365 orang yang diperiksa, diperoleh 1.080 orang dengan HBsAg positif, didapati 673 pria (62,31%), sedangkan pada wanita sebanyak 407 orang (37,69%). Di Denpasar dari 2.179 orang yang diperiksa, diperoleh 217 orang dengan HBsAg positif, ditemukan pria dengan jumlah lebih banyak yaitu 168 orang (77,42%), sedangkan pada wanita 49 orang (22,58%).9

b. Menurut Tempat

Menurut WHO pola infeksi Virus Hepatitis B dibagi menjadi 3 daerah endemisitas, yaitu endemisitas tinggi, sedang dan rendah.33,11

(15)

melebihi 8%. Di Asia, prevalensi Hepatitis B di Indonesia menempati urutan ketiga.

b2. Negara dengan tingkat endemisitas sedang seperti di sekitar Laut Tengah, Asia Barat Daya dan sebagian wilayah di Indonesia.PrevalensiHBV 2-8%, populasi pernah terpapar HBV 10-60%.

b3. Negara dengan tingkat endemisitas rendah seperti Amerika Utara, Eropa Barat dan Utara, Australia, dan bagian dari Amerika Selatan.Prevalensi HBV<2% dan populasi yang pernah terpapar HBV 5-7%. Populasi yang terinfeksi lebih banyak pada kelompok dewasa. Penularan infeksi di negara dengan tingkat endemisitas rendah lebih disebabkan karena penularan horizontal.

c. Menurut Waktu

(16)

2.11.2. Determinan a. Umur

Tingginya angka prevalens Hepatitis B ini terkait dengan terjadinya infeksi HBV pada masa dini kehidupan. Sebagian besar pengidap HBV ini diduga mendapatkan infeksi HBV melalui transmisi vertikal, sedangkan sebagian lain melalui trasmisi horizontal karena kontak erat pada usia dini. Pada usia anak-anak 25% dengan Hepatitis B kronis dapat berkembang menjadi sirosis hati, sedangjan orang dewasa dengan Hepatitis B kronis kemngkinanya 15% untuk berkembang menjadi sirosis hati.5

b. Jenis Kelamin

Berbagai penelitian menujukkan bahwa penderita Hepatitis B lebih banyak pria daripada wanita. Hal ini karena perbedaan pola perilaku dan gaya hidup. Selain itu, faktor kesadaran untuk memeriksakan kesehatan pria jauh lebih rendah dibandingkan dengan wanita.16

c. Pekerjaan

(17)

Setiawan,2012 mengemukakan bahwa populasi yang bekerja di institusi kesehatan sangat berisiko terhadap virus Hepatitis B karena profesi mereka sangat erat kontak langsung dengan darah maupun sekret orang yang terinfeksi.30

d. Imunitas

Semua orang rentan terhadap infeksi Hepatitis B. Biasanya penyakit lebih ringan dan sering anicteric pada anak-anak, dan pada bayi biasanya asimtomatis. Kekebalan protektif terbentuk setelah terjadi infeksi apabila terbentuk antibodi terhadap HBsAg (anti-HBs) dan HBsAg negatif.2

e. Riwayat Penyakit

Seseorang dengan sindroma down, penyakit lymphoproliferative, infeksi HIV pasien dengan hemodialisis, yang selalu memerlukan transfusi darah dan penderita yang mendapat terapi. Orang-orang yang memiliki kelainan kekebalan seluler merupakan riwayat penyakit yang berisiko terinfeksi HBV dan lebih mudah menderita infeksi kronis.2

2.12. Pencegahan

Pencegahan dilakukan untuk menurunkan angka mobilitas dan mortilitas akibat infeksi virus Hepatitis B (HBV) yang meliputi pencegahan primordial, primer, sekunder dan tersier.

2.12.1. Pencegahan Primordial

(18)

penyakit.12Pencegahan ini ditujukan untuk semua orang. Pencegahan primordial yang dapat dilakukan adalah :7

a. Mengonsumsi makanan bergizi seimbang

b. Melakukan aktivitas fisik seperti olahraga dan istirahat yang cukup

c. Memberikan ASI pada bayi karena ASI mengandung antibodi untuk melawan penyakit

d. Meningkatkan hygine perorangan.

2.12.2. Pencegahan Primer

Pencegahan primer meliputi segala kegiatan yang dapat menghentikan kejadian suatu penyakit atau gangguan sebelum hal itu terjadiketika seseorang sudah terpapar faktor risiko.14

Pencegahan primer yang dapat dilakukan adalah :5

a. Melakukan upaya pendidikan kesehatan dan promosi kesehatan kepada masyarakat atau orang yang berisiko mengenai segala hal tentang Hepatitis B. b. Melakukan skrining bagi pendonor darah. Semua darah yang akan didonorkan

harus dilakukan pemeriksaan dengan teknik yang sensitif (RIA atau EIA) untuk melihat adanya HBsAg dalam darah donor. Selain itu, juga perlu dilakukan skrining ibu hamil yaitu pemeriksaan dilakukan pada awal dan pada trimester ketiga kehamilan, terutama pada ibu yang berisiko terinfeksi HBV c. Melakukan perlindungan khusus bagi tenaga kesehatan yang berisiko kontak

(19)

waktu kontak dengan darah dan cairan tubuh, cuci tangan sebelum dan sesudah kontak penderita pada tempat khusus, selain itu perlu melakukan skrining Hepatitis B yaitu dengan pemeriksaan HBsAg pada petugas kesehatan untuk menghindarkan kontak antar petugas kesehatan dengan penderita

d. Mencegah kontak mikrolesi seperti yang dapat terjadi melalui pemakaian sikat gigi dan sisir atau gigitan anak pengidap HBV

e. Pemberian imunisasi Hepatitis B untuk bayi, anak-anak, remaja maupun dewasa yang berisiko tinggi terinfeksi Virus Hepatitis B.

(20)

Jadwal tiga kali pemberian ini dapat bervariasi dengan beberapa panduan: a. Interval terpendek antara suntikan ke-1 dan ke-2 adalah 1 bulan,

antara suntikan ke-2 dan ke-3 adalah 2 bulan, tetapi suntikan ke-3 tidak boleh diberikan sebelum bayi berusia 6 bulan

b. Interval yang memperoleh imunisasi pada usia >2 bulan, jarak antara suntikan ke-1 dan ke-3 minimal 4 bulan

c. Pada bayi, imunisasi harus lengkap tiga kali paling lambat pada usia 18 bulan. Pada remaja, imunisasi dapat diberikan dengan jadwal 0,1,6, bulan atau 0,2,4 bulan

Efektivitas vaksin Hepatitis B dalam mencegah HBV lebih dari 95%. Memori sistem imun diperkirakan menetap sampai dengan 12 tahun pasca imunisasi. Vaksin rekombinan terbukti aman dan hanya 1-6% resipien yang mengalami efek samping bersifat lokal, ringan dan sementara.

f2. Imunisasi pasif

(21)

HBV. Bayi dari ibu pengidap HBV diberi HBIg secara intramuskular dengan dosis 100 U(0,5ml) dalam waktu 12 jam setelah lahir. Diberikan bersamaan dengan vaksin aktif HBV pada sisi tubuh yang berbeda.5 Beberapa penelitian menunjukkan bahwa vaksin Hepatitis B yang diberikan kepada bayi yang dilahirkan oleh ibu HBsAg positif segera setelah dilahirkan maka efektivitasnya mencapai 75 % dalam mencegah infeksi HBV. Sedangkan bila diberikan HBIg dan vaksin Hepatitis B maka efektivitasnya mencapai 85-90%.28

2.12.3.Pencegahan Sekunder

Pencegahan sekunder bertujuan untuk menghentikan perkembangan penyakit atau cedera menuju suatu perkembangan kearah kerusakan atau ketidakmampuan, sehingga dapat mencegah kondisi untuk berkembang, menyebar didalam populasi, dan dapat menghentikan atau memperlambat perkembangan penyakit, ketidakmampuan, gangguan atau kematian.14

Pencegahan sekunder inidapat dilakukan melalui: a. Pemeriksaan Laboratorium

Ada beberapa rangkaian pemeriksaan yang digunakan untuk mendiagnosa hepatitis B yaitu:6

(22)

Sedangkan jika pemeriksaan negatif berarti seseorang tidak memiliki virus Hepatitis B dalam darahnya. Jika HBsAg menetap selama>6 bulan maka infeksi dinyatakan kronis.

a2. Pemeriksaan anti-HBs untuk mendeteksi antibodi yang dihasilkan oleh tubuh sebagai respon terhadap antigen pada virus Hepatitis B. Jika pemeriksaan positif berarti seseorang telah dilindungi atau kebal dari virus Hepatitis B karena telah divaksinasi atau ia telah sembuh dari infeksi akut.

a3. Pemeriksaan anti-HBc untuk mendeteksi antibodi yang dihasilkan oleh tubuh sebagai respons terhadap bagian dari virus Hepatitis B yang disebut antigen inti. Hasil dari pemeriksaan ini seringkali tergantung pada hasil dari dua pemeriksaan lainnya yaitu pemeriksaan anti-HBs dan HBsAg. Pemeriksaan positif berarti seseorang saat ini terinfeksi dengan virus Hepatitis B atau pernah terinfeksi sebelumnya.

a4. Pemeriksaan IgM anti HBc dan anti HBc total. Pada infeksi HBV akut didapatkan IgM anti HBc positif. Pada infeksi HBV kronis anti HBc total positif atau meningkat.

a5. Pemeriksaan HBeAg untuk mendeteksi protein (HBeAg) yang ditemukan dalam darah selama infeksi virus Hepatitis B aktif. Pemeriksaan positif berarti seseorang memiliki virus tingkat tinggi dalam darahnya dan dapat dengan mudah menyebarkan virus ke orang lain. Pemeriksaan ini juga digunakan untuk memantau efektivitas pengobatan untuk Hepatitis B kronis.

(23)

antigen “e”. Pemeriksaan positif berarti seseorang terinfeksi virus Hepatitis B kronis tetapi berada pada risiko rendah untuk terkena masalah penyakit hati karena rendahnya tingkat virus Hepatitis B dalam darah.

a7. Pemeriksaan HBV DNA untuk mendeteksi seberapa besar HBV DNA dalam darah dan hasil replikasinya pada urin seseorang. Pemeriksaan positif berarti virus ini berkembang biak di dalam tubuh seseorang dan dapat menularkan virus kepada orang lain. Jika seseorang memiliki Hepatitis B infeksi virus kronis, kehadiran DNA virus berarti bahwa seseorang mengalami peningkatan risiko untuk kerusakan hati. Pemeriksaan ini juga digunakan untuk memantau efektivitas terapi obat untuk infeksi virus Hepatitis B kronis. a8. Faal Hati. SGPT (Serum Glutamic Pirivuc Transaminase) dan SGOT (Serum

Glutamic Oksalat Transaminase) merupakan tanda bahwa penyakit hepatitis B aktif dan memerlukan pengobatan anti virus. Pemeriksaan ini mutlak dilakukan, pada infeksi HBV akut baik SGPT maupun SGOT dapat meningkat puluhan hingga ratusan kali diatas nilai normal sedangkan pada infeksi HBV kronis umumnya hanya meningkat ringan dan persisten. Selain itu bisa juga dilakukan pemeriksaan albumin untuk menilai fungsi sintesis hati. Pada keadaan penyakit hati yang luas, maka terjadi penurunan kadar albumin.36

(24)

probe DNA dengan teknik hibridasi.28 Pemeriksaan laboratorium yang paling sering digunakan adalah metode ELISA.

Metode ELISA digunakan untuk mengetahui kerusakan pada hati melalui pemeriksaan enzimatik. Enzim adalah protein dan senyawa organik yang dihasilkan oleh sel hidup umumnya terdapat dalam sel. Apabila terjadi kerusakan sel dan peninggian permeabilitas membran sel, enzim akan banyak keluar ke ruangan ekstra sel, keadaan inilah yang membantu diagnosa dalam mengetahui kadar enzim tersebut dalam darah. Pemeriksaan enzim yang sering dilakukan untuk mengetahui kelainan hati adalah pemeriksaan SGPT dan SGOT. Penderita Hepatitis B juga mengalami peningkatan kadar bilirubin, kadar alkaline fosfat.

b. Pengobatan spesifik

(25)

c. Pemantauan berkala dilakukan setiap 6 bulan yaitu pemeriksaan HBsAg, HBeAg, SGOT, SGPT, alfa-fetoprotein, dan USG hati. Bila selama pemantauan HBsAg tetap positif tetapi SGOT/SGPT dalam batas normal. Kadar normal SGOT adalah 0-40 U/L dan kadar SGPT normal adalah 0-35 U/L (batas normal kadar SGOT dan SGPT bisa berbeda tiap laboratorium). Peningkatan kadar SGOT dan SGPT menandakan telah terjadi kerusakan hati bagi penderita Hepatitis B. Peningkatan >3kali menandakan kerusakan hati yang berat. Pemantauan berkala terus dilakukan setiap 6 bulan. Bila selama pemantauan HBsAg tetap positif dan SGOT/SGPT meningkat lebih 1,5 kali batas atas normal pada lebih dari 3 kali pemeriksaan berturut-turut dengan interval minimal 2 bulan perlu dipertimbangkan pemberian terapi antivirus. Pada anak yang mengalami hal tersebut perlu dilakukan biopsi hati. Biopsi perlu diulang untuk menilai respons terapi.5

2.12.4. Pencegahan Tersier

Pencegahan tersier mencakup pembatasan terhadap ketidakmampuan dengan menyediakan rehabilitasi saat penyakit, cedera atau ketidakmampuan sudah terjadi dan menimbulkan kerusakan.

Pencegahan tersier dapat dilakukan melalui:10,14

1. Olahraga bagi penderita Hepatitis B perlu untuk mempertahankan dan meningkatkan kebugaran tubuh dalam rangka menjaga atau memperbaiki kesehatan tubuhnya.

(26)

2.13. Kerangka Konsep

Berdasarkan latar belakang dan penelusuran pustaka di atas, maka kerangka

konsepdari penelitian ini digambarkan sebagai berikut :

KARAKTERISTIK PENDERITA HEPATITIS B

1. Sosiodemografi Umur

Jenis Kelamin Agama

Pekerjaan

Status Perkawinan Tempat Tinggal 2. Keadaan Medis Kadar Bilirubin Kadar SGOT Kadar SGPT Tipe Hepatitis B 3.Status Rawatan Lama Rawatan

Referensi

Dokumen terkait

MATA Bisa menyebabkan iritasi mata pada orang yang rentan.. Kulit Bisa menyebabkan iritasi kulit pada orang

Başlan­ gıçta samadhi sırf oluştan veya varoluştan ibaretmiş gibi gelebilir, fakat samadhi’ye eriştiğinizde siz de onun çok daha farklı olduğunu

KEDUA : Pedoman Pembibitan Sapi Perah Yang Baik (Good breeding practice) sebagaimana dimaksud pada diktum KESATU merupakan pedoman bagi pembibit sapi perah dalam menghasilkan

Kota Bandar Lampung sebagai Ibukota Propinsi Lampung sendiri telah menerapkan beberapa pelayanan melalui E-Government seperti LPSE Bandar Lampung dan juga

Penelitian bertujuan untuk mengetahui kemampuan mengingat konsep sistem gerak melalui peta konsep dalam bentuk leaflet pada siswa kelas VIII D SMPN 17 Banjarmasin,

Laporan Awal Dana Kampanye yang yang dilaporkan terhitung dari sejak pembukaan Rekening Khusus Dana Kampanye sampai dengan paling lambat 14 (empat belas) hari. sebelum hari

roaming wireless kemudian akan melakukan observasi untuk mengetahui Coverage Access Point pada wifi gedung A sampai gedung CXY, lalu setelah itu akan

Sebagian besar dari diare akut disebabkan oleh karena infeksi. Banyak dampak  Sebagian besar dari diare akut disebabkan oleh karena infeksi. Banyak dampak  yang dapat terjadi karena