• Tidak ada hasil yang ditemukan

LAPORAN KASUS Diare.docx

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "LAPORAN KASUS Diare.docx"

Copied!
39
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I BAB I

PENDAHULUAN PENDAHULUAN

Sejak tahun 1992, secara umum, penyakit menular merupakan sebab dari 37,2% Sejak tahun 1992, secara umum, penyakit menular merupakan sebab dari 37,2% kematian, diantaranya 9,8% tuberkulosa, 9,2% infeksi saluran nafas dan 7,5% diare. kematian, diantaranya 9,8% tuberkulosa, 9,2% infeksi saluran nafas dan 7,5% diare.  Namun

 Namun untuk untuk kelompok kelompok usia usia 11  –  –  4 tahun, diare merupakan penyebab kematian4 tahun, diare merupakan penyebab kematian terbanyak ( 23,2% ) sedangkan urutan kedua (18,2%) penyebab kematian karena infeksi terbanyak ( 23,2% ) sedangkan urutan kedua (18,2%) penyebab kematian karena infeksi saluran nafas. Dari data-data di atas menunjukan bahwa diare pada anak masih saluran nafas. Dari data-data di atas menunjukan bahwa diare pada anak masih merupakan masalah yang memerlukan penanganan yang komprehensif dan rasional. merupakan masalah yang memerlukan penanganan yang komprehensif dan rasional. Terapi yang rasional diharapkan akan memberikan hasil yang maksimal, oleh karena Terapi yang rasional diharapkan akan memberikan hasil yang maksimal, oleh karena efektif, efisien dan biaya yang memadai. Yang dimaksud terapi rasional adalah terapi efektif, efisien dan biaya yang memadai. Yang dimaksud terapi rasional adalah terapi yang: 1) tepat indikasi, 2) tepat obat, 3) tepat dosis, 4) tepat penderita, dan 5) waspada yang: 1) tepat indikasi, 2) tepat obat, 3) tepat dosis, 4) tepat penderita, dan 5) waspada terhadap efek samping obat.

terhadap efek samping obat.

Sebagian besar dari diare akut disebabkan oleh karena infeksi. Banyak dampak  Sebagian besar dari diare akut disebabkan oleh karena infeksi. Banyak dampak  yang dapat terjadi karena infeksi saluran cerna antara lain: pengeluaran toksin yang yang dapat terjadi karena infeksi saluran cerna antara lain: pengeluaran toksin yang dapat menimbulkan gangguan sekresi dan reabsorpsi cairan dan elektrolit dengan akibat dapat menimbulkan gangguan sekresi dan reabsorpsi cairan dan elektrolit dengan akibat dehidrasi, gangguan keseimbangan elektrolit dan gangguan keseimbangan asam basa. dehidrasi, gangguan keseimbangan elektrolit dan gangguan keseimbangan asam basa. Invasi dan destruksi pada sel epitel, penetrasi ke lamina propria serta kerusakan Invasi dan destruksi pada sel epitel, penetrasi ke lamina propria serta kerusakan mikrovili yang dapat menimbulkan keadaan maldigesti dan malabsorpsi. Dan bila tidak  mikrovili yang dapat menimbulkan keadaan maldigesti dan malabsorpsi. Dan bila tidak  mendapatkan penanganan yang adekuat pada akhirnya dapat mengalami invasi sistemik. mendapatkan penanganan yang adekuat pada akhirnya dapat mengalami invasi sistemik. Beberapa cara penanganan dengan menggunakan antibiotika yang spesifik dan Beberapa cara penanganan dengan menggunakan antibiotika yang spesifik dan antiparasit, pencegahan dengan vaksinasi serta pemakaian probiotik telah banyak  antiparasit, pencegahan dengan vaksinasi serta pemakaian probiotik telah banyak 

(2)

 Namun

 Namun secara secara umum umum penanganan penanganan diare diare akut akut ditujukan ditujukan untuk untuk mencegah/mencegah/ menanggulangi dehidrasi serta gangguan keseimbangan elektrolit dan asam basa, menanggulangi dehidrasi serta gangguan keseimbangan elektrolit dan asam basa, kemungkinan terjadinya intoleransi, mengobati kausa dari diare yang spesifik, kemungkinan terjadinya intoleransi, mengobati kausa dari diare yang spesifik, mencegah dan menanggulangi gangguan gizi serta mengobati penyakit penyerta. Untuk  mencegah dan menanggulangi gangguan gizi serta mengobati penyakit penyerta. Untuk  melaksanakan terapi diare secara secara komprehensif, efisien dan efektif harus melaksanakan terapi diare secara secara komprehensif, efisien dan efektif harus dilakukan secara rasional. Secara umum terapi rasional adalah terapi yang : 1) tepat dilakukan secara rasional. Secara umum terapi rasional adalah terapi yang : 1) tepat indikasi, 2) tepat dosis, 3) tepat penderita, 4) tepat obat, 5) waspada terhadap efek  indikasi, 2) tepat dosis, 3) tepat penderita, 4) tepat obat, 5) waspada terhadap efek  samping. Jadi penatalaksanaan terapi diare yang menyangkut berbagai aspek didasarkan samping. Jadi penatalaksanaan terapi diare yang menyangkut berbagai aspek didasarkan  pada terapi yang rasional yang mencakup kelima hal tersebut.

(3)

 Namun

 Namun secara secara umum umum penanganan penanganan diare diare akut akut ditujukan ditujukan untuk untuk mencegah/mencegah/ menanggulangi dehidrasi serta gangguan keseimbangan elektrolit dan asam basa, menanggulangi dehidrasi serta gangguan keseimbangan elektrolit dan asam basa, kemungkinan terjadinya intoleransi, mengobati kausa dari diare yang spesifik, kemungkinan terjadinya intoleransi, mengobati kausa dari diare yang spesifik, mencegah dan menanggulangi gangguan gizi serta mengobati penyakit penyerta. Untuk  mencegah dan menanggulangi gangguan gizi serta mengobati penyakit penyerta. Untuk  melaksanakan terapi diare secara secara komprehensif, efisien dan efektif harus melaksanakan terapi diare secara secara komprehensif, efisien dan efektif harus dilakukan secara rasional. Secara umum terapi rasional adalah terapi yang : 1) tepat dilakukan secara rasional. Secara umum terapi rasional adalah terapi yang : 1) tepat indikasi, 2) tepat dosis, 3) tepat penderita, 4) tepat obat, 5) waspada terhadap efek  indikasi, 2) tepat dosis, 3) tepat penderita, 4) tepat obat, 5) waspada terhadap efek  samping. Jadi penatalaksanaan terapi diare yang menyangkut berbagai aspek didasarkan samping. Jadi penatalaksanaan terapi diare yang menyangkut berbagai aspek didasarkan  pada terapi yang rasional yang mencakup kelima hal tersebut.

(4)

BAB II BAB II LAPORAN KASUS LAPORAN KASUS I. I. IDENTITASIDENTITAS

Pasien anak bernama Lutfi dengan jenis kelamin laki-laki lahir di Pasien anak bernama Lutfi dengan jenis kelamin laki-laki lahir di Arjawinangun pada tanggal 25 Juli 2010. Saat ini anak berumur 1 tahun 3 bulan. Arjawinangun pada tanggal 25 Juli 2010. Saat ini anak berumur 1 tahun 3 bulan. Anak masuk rumah sakit pada tanggal 25 November 2011, terdaftar dengan nomor  Anak masuk rumah sakit pada tanggal 25 November 2011, terdaftar dengan nomor  catatan medik 678845. Pasien adalah anak dari Tuan Hardi berumur 35 tahun. catatan medik 678845. Pasien adalah anak dari Tuan Hardi berumur 35 tahun. Pendidikan terakhir pada tingkat sekolah menengah atas. Bekerja sebagai Pendidikan terakhir pada tingkat sekolah menengah atas. Bekerja sebagai  perangkat desa

 perangkat desa di desa di desa Tangkil, Susukan, Tangkil, Susukan, kabupaten kabupaten Cirebon. Ibu Cirebon. Ibu pasien bpasien bernamaernama  Nyonya

 Nyonya Adiah Adiah berumur berumur 30 30 tahun. tahun. Pendidikan Pendidikan terakhir terakhir di di tingkat tingkat sekolahsekolah menengah atas. Ibu tidak bekerja.

menengah atas. Ibu tidak bekerja.

II.

II. ANAMNESISANAMNESIS

Alloanamnesis tanggal 2 November 2011 Alloanamnesis tanggal 2 November 2011

1.

1. Keluhan UtamaKeluhan Utama

mencret sejak dua hari sebelum masuk rumah sakit. mencret sejak dua hari sebelum masuk rumah sakit. 2.

2. Riwayat Penyakit SekarangRiwayat Penyakit Sekarang

Tiga hari sebelum masuk rumah sakit, pasien muntah-muntah. Tiga hari sebelum masuk rumah sakit, pasien muntah-muntah. Muntah empat sampai lima kali dalam satu hari. Pasien muntah setelah Muntah empat sampai lima kali dalam satu hari. Pasien muntah setelah makan atau minum. Menurut ibu pasien, jumlah muntah kurang lebih makan atau minum. Menurut ibu pasien, jumlah muntah kurang lebih setengah gelas belimbing. Kemudian pasien dibawa berobat ke bidan setengah gelas belimbing. Kemudian pasien dibawa berobat ke bidan

(5)

desa. Setelah mendapatkan pengobatan dari bidan, pasien mengalami  perbaikan.

Dua hari sebelum masuk rumah sakit, pasien mencret-mencret. Buang air besar cair terjadi lebih kurang tujuh kali dalam satu hari, terdapat ampas berwarna kekuningan, terdapat lendir sedikit, tidak  disertai darah, dan tidak berbau khas. Jumlah mencret tidak diketahui karena pasien menggunakan pampers. Menurut ibu pasien, perut pasien terlihat kembung. Selama mecret pasien selalu merasa haus. Ibu pasien merasa pasien sering menangis selama sakit. Kemudian pasien dibawa ke instalasi gawat darurat RSUD Arjawinangun.

Dua hari sebelum masuk rumah sakit, keluhan muntah-muntah sudah mengalami perbaikan. Namun pasien mengalami demam 3 hari sebelum masuk rumah sakit, tidak mengalami kejang, keluahan batuk dan  pilek tidak ada. Sejak sakit, ibu pasien mengatakan buang air kecil pasien

sedikit.

3. Riwayat Penyakit Dahulu

sebelumnya pasien tidak pernah mengalami sakit seperti ini. 4. Riwayat Pribadi

Selama masa kehamilan, ibu pasien rutin memeriksakan kondisi kehamilan ke bidan. Kunjungan ke bidan selama kehamilan lebih dari lima kali. Persalinan secara spontan. Usia kehamilan saat itu Sembilan  bulan, berat badan lahir 3000 gram, tetapi ibu tidak ingat berapa panjang

(6)

 badan lahir. Pasca persalinan, bayi langsung menangis, tidak ditemukan tanda-tanda asfiksia dan kelainan bawaan.

5. Riwayat Makanan

Menurut keterangan ibu, pada usia 0 sampai 6 bulan pasien diberi ASI sesuai keinginan bayi. Setelah mencapai usia 6 sampai 10 bulan, ibu memberikan ASI ditambah bubur susu 1 kali mangkuk kecil, nasi tim 1 kali mangkuk kecil. Memasuki usia 10 sampai 12 bulan, ibu memberikan ASI ditambah PASI berupa SGM 2 kali sebanyak 200 cc, nasi tim tiga kali, dan buah satu kali. Setelah usia 1 tahun sampai sekarang, ibu sudah tidak memberikan ASI dan diganti dengan PASI berupa SGM 2 kali sebanyak 200cc, ditambah menu keluarga berupa nasi 3 kali sebanyak 1  piring kecil, ditambah sayur, lauk yang terdiri dari satu potong ikan, atau daging, atau telur, atau ayam, atau tempe dengan porsi makan ¼ - ½  piring. Kadang-kadang pasien mengkonsumsi jajanan warung sesuai

keinginan anak.

6. Riwayat Perkembangan

Menurut keterangan ibu, pasien pada usia 3 bulan sudah mulai bisa mengoceh spontan dan mengangkat kepala. Pada usia 5 bulan pasien sudah dapat berbalik dari telungkup ke telentang tanpa bantuan. Pada usia 9 bulan pasien mulai merangkak dan belajar berdiri dengan cara  berpegang pada kursi atau meja. Pada usia 12 bulan pasien dapat berjalan

(7)

7. Riwayat Imunisasi

Anak mulai mendapat vaksinasi BCG sehari setelah lahir. Pada saat  pulang ke rumah pasien diberikan vaksinasi polio 1. Pada umur 2 bulan

anak mendapat vaksinasi DPT 1 dan Polio 2. Pada umur 4 bulan anak  mendapat DPT 2 dan Polio 3 dan pada umur 6 bulan anak mendapat vaksinasi DPT 3. Vaksinasi campak diberikan pada usia 9 bulan. Dari keterangan ibu pasien, anak mendapatkan vaksinasi lengkap.

III. PEMERIKSAAN FISIK  1. Pemeriksaan Umum

Pasien datang dengan keadaan umum tampak sakit sedang dan kesadaran kompos mentis, tanda vital pasien, nadi 134 x/menit, nadi teratur, dan isi cukup, suhu 37,80C, dan pernapasan 32 x / menit. Status gizi pada pasien ini dilihat dari berat badan 8,9 kg dan tinggi badan 70 cm, badan terlihat kurus, tidak tampak edema. Berdasarkan kurva CDC BB/U: 8,9 / 10,9 x 100% = 81,6%, TB/U : 70 / 79,4 x 100% = 88,1%, BB/TB: 8,9 / 10,9 x 100% = 81,6%. Kesimpulan status gizi pasien ini adalah gizi kurang. 2. Pemeriksaan Khusus

Kulit pasien berwarna sawo matang, turgor kulit baik, tidak  tampak ikterus, dan tidak ada petechiae. Bentuk kepala normal, rambut hitam, tidak mudah dicabut. Mata bentuk normal, palpebra inferior tidak  cekung, kedudukan bola mata dan alis mata simetris, konjungtiva tidak 

(8)

mm, refleks cahaya positif. Telinga bentuk normal, simetris kanan dan kiri, liang telinga luar lapang, dan tidak tampak serumen. Bentuk hidung simetris, deviasi septum tidak ada, sekret tidak ada. Mulut bentuk tidak  ada kelainan, bibir tampak kering, sianosis tidak ada, tidak ada tremor, tonsil T1-T1, faring tidak hiperemis, gusi tidak ada edema, insisivus I atas dan bawah sudah terlihat, tidak ada karies. Leher tidak ada kelainan, kelenjar getah bening tidak teraba membesar, trakea di tengah, tidak ada kaku kuduk. Pada pemeriksaan thoraks, didapatkan inspeksi bentuk dada normal, simetris keadaan statis dan dinamis, tidak terdapat retraksi sela iga dan suprasternal. Pada palpasi krepitasi (-), fraktur (-), massa (-). Pada perkusi terdengar sonor pada kedua lapang paru. Sedangkan pada auskultasi suara napas terdengar vesikuler, tanpa ronki, tanpa mengi. Pada pemeriksaan jantung, didapatkan inspeksi tidak tampak pulsasi iktus kordis. Pada palpasi teraba pulsasi iktus kordis. Pada perkusi terdengar redup, sedangkan pada auskultasi terdengar bunyi jantung I - II reguler, tidak ada bunyi jantung tambahan. Pada pemeriksaan abdomen, didapatkan inspeksi simetris datar, tidak tampak gambaran vena kolateral. Pada palpasi teraba supel, tidak ditemukan nyeri tekan, tidak  teraba adanya pembesaran hepar maupun lien. Pada perkusi terdengar  timpani di seluruh lapang abdomen. Pada auskultasi terdengar bising usus dalam frekuensi normal.

Pada pemeriksaan genitalia eksterna, tampak jenis kelamin pasien laki-laki, tidak ditemukan eritema perianal. Sedangkan pada pemeriksaan

(9)

ekstremitas akral teraba hangat, tidak ada deformitas, tidak ada edema, capillary refill time < 2 detik.

IV. PEMERIKSAAN PENUNJANG

Pada pemeriksaan laboratorium hematologi tanggal 2 November 2011 didapatkan kadar Leukosit 16.500 μl, Limfosit 7.400 μl , Monosit 2.800 μl, Granulosit 6.400 μl, Limfosit 44,6%, Monosit 16,7%, Granulosit 36,7%, Eritrosit 4.33 x 106 μl, Haemoglobin 9,9 g/dl, Hematokrit 30,2 %, MCV 69,7 μm3 ,MCH 22,9 pg, MCHC 32,8 g/dl, Trombosit 352 103/μl. Pemeriksaan feses rutin ditemukan warna kehijauan, konsistensi cair, lendir (-),darah (-), pus (-), amuba (-), telur  cacing (-), leukosit (-), eritrosit (-).

V. RESUME

Pasien anak laki-laki, usia 15 bulan, datang ke instalasi gawat darurat RSUD Arjawinangun pada tanggal 2 November 2011 dengan keluhan diare sejak  dua hari yang lalu, perut tampak kembung, tampak haus, demam, tidak ada kejang,  buang air kecil sedikit, riwayat muntah diakui.

Pada pemeriksaan fisik didapatkan kesadaran kompos mentis, nadi 134 kali per menit, respirasi 32 kali per menit, suhu aksila 37,8OC. Berat badan 8,9 kg,  panjang badan 70 cm. Pada pemeriksaan status gizi didapatkan kesan kurang.

Pada pemeriksaan khusus ditemukan ubun-ubun besar tidak cekung, kelopak mata tidak cekung, bibir tampak kering, tidak ada nyeri tekan abdomen,  bising usus positif normal, turgor kulit baik, Capillary Refill Time < 2 detik.

(10)

Pada pemeriksaan laboratorium ditemukan leukositosis, anemia mikrositik  hipokrom. Pada pemeriksaaan feses rutin warna kehijauan, lendir dan darah negatif.

VI. DIAGNOSIS KERJA

Diare akut et causa Suspect infeksi virus dengan dehidrasi ringan sedang VII. DIAGNOSIS BANDING

Diare akut et causa infeksi bakteri VIII. RENCANA PENATALAKSANAAN

1. Rencana pemeriksaan

Rencana pemeriksaan yang dipilih untuk membantu menegakkan diagnosis dan menyingkirkan diagnosis banding adalah pemeriksaan kultur feses. Pemeriksaan kadar elekrolit bertujuan untuk menilai apakah sudah terjadi gangguan elektrolit yang dapat menyebabkan terjadinya komplikasi.

2. Rencana Terapi

Terapi non medikamentosa pada kasus ini adalah pemberian diet lunak  1090 kal, edukasi kebersihan makanan dan pola makan anak. Terapi medikamentosa yang dipilih pada kasus ini, yaitu penggantian dan  pememenuhan kebutuhan cairan dengan pemberian Intravena berupa

KAEN 3B sebanyak 1600 cc/ hari dengan 16 tetes per menit menggunakan tetesan makro. Antibiotik yang dipilih adalah Sefotaxim 3 x 450 mg secara intravena. Analgetik dan antipiretik yang dipilih adalah

(11)

metamizole natrium 2 x 100 mg intravena. Pemberian Zinc 1 x 20 mg per  hari. Selain itu pasien juga diberi probiotik L – Bio 2 x 1 bungkus sehari.

IX. PROGNOSIS

Prognosis pada pasien ini pada quo ad vitam adalah bonam, untuk quo ad fungsionam adalah bonam, dan untuk quo ad sanationam adalah bonam.

(12)

X. PEMANTAUAN

Tanggal 2 November 2011

Pasien masih mencret 3 kali dalam satu hari, keluhan demam juga masih dirasakan. Pemeriksaan fisik didapatkan, keadaan umum pasien tampak sakit sedang dengan kesadaran kompos mentis. Pemeriksaan tanda-tanda vital ditemukan, nadi 130 kali per menit dengan pernapasan 28 kali per menit dan suhu aksila 37,8oC. pemeriksaan khusus didapatkan, kulit berwarna sawo matang, turgor kulit baik, tidak ditemukan adanya  petichiae, ikterik tidak ada. Bentuk  kepala normosefal, ubun-ubun besar datar. Konjungtiva tidak anemis, sklera tidak  ikterik, dan kelopak mata tidak cekung. Kelenjar getah bening leher tidak  membesar. Pemeriksaan paru-paru, inspeksi tampak bentuk normal, simetris dalam keadaan statis dan dinamis. Palpasi tidak ditemukan krepitasi, tidak teraba massa. Perkusi didapatkan sonor pada kedua lapang paru. Auskultasi terdengar  suara napas vesikuler, ronki tidak ada, mengi tidak ada. Pemeriksaan jantung pada inspeksi tidak tampak pulsasi iktus kordis, pada palpasi teraba pulsasi iktus kordis. Perkusi terdengar suara redup. Auskultasi bunyi jantung satu dan dua reguler, tidak terdengar suara murmur dan gallop. Pemeriksaan abdomen inspeksi simetris datar. palpasi teraba supel, tidak ada nyeri tekan. Perkusi terdengar suara timpani dan pada auskultasi terdengar bising usus normal. Genitalia eksterna laki-laki, tidak ada eritema perianal. Pada pemeriksaan ekstremitas akral teraba hangat, tidak ada deformitas, tidak ada edema.

Diagnosis kerja diare akut et causa suspect infeksi virus dengan dehidrasi ringan sedang.

(13)

Pasien ini diberikan IVFD KAEN 1B 1600 cc/hari dengan jumlah tetesan 16 tetes  per menit makro, antibiotik sefotaxim 3 x 450 mg secara intravena, Metamizole

natrium 2 x 100 mg intravena, Zink 1 x 20 mg, dan L-Bio 2 x 1 sachet.

Tanggal 3 November 2011

Pasien masih mencret 2 kali dalam satu hari, keluhan demam sudah tidak  ada. Pemeriksaan fisik didapatkan, keadaan umum pasien tampak sakit sedang dengan kesadaran kompos mentis. Pemeriksaan tanda-tanda vital ditemukan, nadi 132 kali per menit dengan pernapasan 26 kali per menit dan suhu aksila 37,3oC.  pemeriksaan khusus didapatkan, kulit berwarna sawo matang, turgor kulit baik,

tidak ditemukan adanya  petichiae, ikterik tidak ada. Bentuk kepala normosefal, ubun-ubun besar datar. Konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik, dan kelopak  mata tidak cekung. Kelenjar getah bening leher tidak membesar. Pemeriksaan  paru-paru, inspeksi tampak bentuk normal, simetris dalam keadaan statis dan dinamis. Palpasi tidak ditemukan krepitasi, tidak teraba massa. Perkusi didapatkan sonor pada kedua lapang paru. Auskultasi terdengar suara napas vesikuler, ronki tidak ada, mengi tidak ada. Pemeriksaan jantung pada inspeksi tidak tampak   pulsasi iktus kordis, pada palpasi teraba pulsasi iktus kordis. Perkusi terdengar  suara redup. Auskultasi bunyi jantung satu dan dua reguler, tidak terdengar suara murmur dan gallop. Pemeriksaan abdomen inspeksi simetris datar. palpasi teraba supel, tidak ada nyeri tekan. Perkusi terdengar suara timpani dan pada auskultasi terdengar bising usus normal. Genitalia eksterna laki-laki, tidak ada eritema

(14)

 perianal. Pada pemeriksaan ekstremitas akral teraba hangat, tidak ada deformitas, tidak ada edema.

Diagnosis kerja diare akut et causa Suspect infeksi virus dengan dehidrasi ringan. Pasien ini diberikan IVFD KAEN 1B 1400 cc/hari dengan jumlah tetesan 14 tetes  per menit makro, antibiotik sefotaxim 3 x 450 mg secara intravena, Metamizole

natrium 2 x 100 mg intravena, Zink 1 x 20 mg, dan L-Bio 2 x 1 bungkus.

Tanggal 4 November 2011

Pasien masih mencret 2 kali dalam satu hari, keluhan demam sudah tidak  ada. Pemeriksaan fisik didapatkan, keadaan umum pasien tampak sakit sedang dengan kesadaran kompos mentis. Pemeriksaan tanda-tanda vital ditemukan, nadi 128 kali per menit dengan pernapasan 27 kali per menit dan suhu aksila 37oC.  pemeriksaan khusus didapatkan, kulit berwarna sawo matang, turgor kulit baik,

tidak ditemukan adanya  petichiae, ikterik tidak ada. Bentuk kepala normosefal, ubun-ubun besar datar. Konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik, dan kelopak  mata tidak cekung. Kelenjar getah bening leher tidak membesar. Pemeriksaan  paru-paru, inspeksi tampak bentuk normal, simetris dalam keadaan statis dan dinamis. Palpasi tidak ditemukan krepitasi, tidak teraba massa. Perkusi didapatkan sonor pada kedua lapang paru. Auskultasi terdengar suara napas vesikuler, ronki tidak ada, mengi tidak ada. Pemeriksaan jantung pada inspeksi tidak tampak   pulsasi iktus kordis, pada palpasi teraba pulsasi iktus kordis. Perkusi terdengar  suara redup. Auskultasi bunyi jantung satu dan dua reguler, tidak terdengar suara murmur dan gallop. Pemeriksaan abdomen inspeksi simetris datar. palpasi teraba

(15)

supel, tidak ada nyeri tekan. Perkusi terdengar suara timpani dan pada auskultasi terdengar bising usus normal. Genitalia eksterna laki-laki, tidak ada eritema  perianal. Pada pemeriksaan ekstremitas akral teraba hangat, tidak ada deformitas,

tidak ada edema.

Diagnosis kerja diare akut et causa Suspect infeksi virus dengan dehidrasi ringan. Pasien ini diberikan IVFD KAEN 1B 1400 cc/hari dengan jumlah tetesan 14 tetes  per menit makro, antibiotik sefotaxim 3 x 450 mg secara intravena, Metamizole

(16)

BAB III

TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN 1, 6

Penyakit diare hingga kini masih merupakan salah satu penyakit utama  pada bayi dan anak di indonesia. Dari daftar urutan penyebab kunjungan Puskesmas / Balai pengobatan, diare hampir selalu termasuk dalam 3 penyebab utama bagi masyarakat berkunjung ke Puskesmas. Angka kesakitannya cukup tinggi setiap tahunnya. Prevalensi yang cukup tinggi dari penyakit yang dapat menular secara fekal - oral ini merupakan kombinasi dari sumber air yang tercemar, tidak adanya sarana MCK, higene perorangan dan lingkungan yang  buruk, kekurangan protein dan kalori yang menyebabkan turunnya daya tahan

tubuh. Bila tidak ditangani dengan baik, diare memungkinkan penderita mengalami dehidrasi ringan sampai berat, akibat hilangnya cairan tubuh dan terganggunya keseimbangan elektrolit dalam tubuh.

II. DEFINISI 1, 4, 6, 7, 9

Diare adalah buang air besar yang tidak normal atau bentuk tinja yang encer dengan frekuensi lebih banyak dari biasanya. Pada neonatus disebut diare  bila frekuensi buang air besar lebih dari 4 kali. Sedangkan pada bayi berumur 

lebih dari 1 bulan dan anak disebut menderita diare bila frekuensinya lebih dari 3 kali. Penyakit diare bisa sembuh sendiri (self limiting disease) dan hanya 10% yang berlanjut sampai 14 hari.

(17)

Berdasarkan patofisiologinya, diare dibagi menjadi diare akut dan diare kronis. Diare akut didefinisikan secara konsepsional sebagai suatu keadaan serangan diare tiba-tiba yang segera berangsur-angsur menyembuh pada seseorang yang sebelumnya sehat dari beberapa jam sampai 14 hari. Sedangkan Diare kronis adalah merupakan suatu keadaan bertambahnya kekerapan dan keenceran tinja yang dapat berlangsung berminggu-minggu atau berbulan-bulan baik secara terus menerus atau berulang, dapat berupa gejala fungsional atau akibat suatu penyakit  berat.

III. EPIDEMIOLOGI 1, 5, 6

Diare akut masih merupakan salah satu penyebab utama morbiditas dan mortalitas anak-anak di berbagai negara yang sedang berkembang, setiap tahun diperkirakan lebih dari satu milyar kasus diare didunia dengan 3,3 juta kasus kematian sebagai akibatnya. Di negara-negara berkembang diare masih merupakan penyebab penting kematian pada anak-anak. Kombinasi paparan lingkungan yang patogenik, diet yang tidak memadai, malnutrisi menunjang timbulnya kesakitan dan kematian karena diare. Misnadiarly menyebutkan bahwa diare masih saja menjadi masalah kesehatan di Indonesia, dapat terjadi pada anak-anak, dewasa turis atau wisatawan asing maupun domestik. Diare pada turis dan anak sekolah tentunya sangat erat kaitannya dengan pencemaran air dan makanan di restoran, kantin, maupun makanan yang dijajakan dijalanan. Sampai dengan tahun 1985 penyakit diare masih menempati urutan pertama dari kematian di

(18)

Indonesia terutama pada golongan bayi dan balita bahkan mencapai sekitar 350 ribu anak per tahun.

Pada tahun 1992 diare tidak lagi menempati urutan pertama dari penyebab kematian di Indonesia. Hal ini mungkin disebabkan karena perbaikan kesehatan lingkungan serta perorangan dan mungkin pula karena meningkatnya penggunaan oralit dalam penanganan diare akut oleh masyarakat. Penyakit diare, baik di rumah sakit maupun di masyarakat pada saat ini sudah dianggap tidak merupakan masalah lagi. Anggapan di perkuat dengan kenyataan bahwa penderita diare yang dirawat di rumah sakit dari tahun ke tahun selalu menurun terus demikian pula halnya di masyarakat mortalitas diare yang pada awal tahun 1970-an masih sebesar 40-50% pada tahun 1992 menurun menjadi 8%, sedangkan morbiditas diare dimasyarakat yang pada tahun 1970-an sebesar 430 per 1000 penduduk,  pada tahun 1992 menurun menjadi 195 per 1000 pendudu k.

Data Departemen Kesehatan RI, menyebutkan bahwa angka kesakitan diare di Indonesia saat ini adalah 230-330 per 1000 penduduk untuk semua golongan umur dan 1,6 – 2,2 episode diare setiap tahunnya untuk golongan umur   balita. Angka kematian diare golongan umur balita adalah sekitar 4 per 1000  balita. Di laboratorium ilmu kesehatan anak RSUD Dr.Soetomo pada tahun 1996 didapatkan 871 penderita diare yang dirawat dengan dehidrasi ringan 5%, dehidrasi sedang 7,1% dan dehidrasi berat 23%. Tahun 2000 terdapat 1160  penderita diare yang dirawat dengan 227 (19,56%) dehidrasi ringan, 668 (57,59%)

dehidrasi sedang, 116 (10%), dehidrasi berat 35 (3,01%) penderita yang meninggal karena dehidrasi. Diare ISPA dan penyakit-penyakit yang dapat

(19)

dicegah dengan imunisasi merupakan tiga penyebab utama kematian pada golongan umur balita. Penyakit ini ditularkan secara fekal-oral melalui makanan dan minuman yang tercemar, sumber air yang tercemar, kekurangan protein dan kalori sehingga daya tahan tubuh menurun. Berbagai faktor mempengaruhi kejadian diare diantaranya adalah faktor lingkungan, gizi, kependudukan,  pendidikan, keadaan sosial ekonomi dan perilaku masyarakat. Faktor lingkungan

yang dimaksud adalah kebersihan lingkungan dan perorangan seperti kebersihan  puting susu, kebersihan botol susu dan dot susu, maupun kebersihan air yang

digunakan untuk mengolah susu dan makanan. Faktor gizi misalnya adalah tidak  diberikannya makanan tambahan meskipun anak telah berusia 4-6 bulan, faktor   pendidikan yang utama adalah pengetahuan ibu tentang masalah kesehatan. Faktor 

kependudukan menunjukkan bahwa insiden diare lebih tinggi pada penduduk   perkotaan yang padat dan miskin atau kumuh. Sedangkan faktor perilaku orang

tua dan masyarakat misalnya adalah kebiasaan ibu yang tidak mencuci tangan sebelum menyiapkan makanan, setelah buang air besar atau membuang tinja anak. Semua faktor yang tersebut di atas terkait erat dengan faktor ekonomi masing-masing keluarga.

IV. ETIOLOGI 1, 6, 8, 10

Penyebab diare diantaranya adalah: 1. Faktor infeksi

(20)

i. Infeksi bakteri: Vibrio,  E.coli, Salmonella, Shigella, Campylobacter, Yersinia, Aeromonas dan sebagainya.

ii. Infeksi virus: Entero virus (Virus ECHO, Coxsackie, Poliomyelitis), Adenovirus, Rotavirus, Astrovirus dan lain-lain. iii. Infestasi parasit: Cacing (Ascaris, Trichiuris, Oxyuris,

Strongyloides), Protozoa ( Entamoeba histolycia, Giardia lamblia, Trichomonas hominis), jamur (Candida albicans).

 b. Infeksi parenteral yaitu infeksi di bagian tubuh lain di luar alat  pencernaan, seperti otitis media akut (OMA), tonsilofaringitis,  bronkopneumonia, ensefalitis dan sebagainya. Keadaan ini terutama

terdapat pada bayi dan anak berumur dibawah 2 tahun. 2. Faktor malabsorbsi

a. Malabsorbsi karbohidrat: disakarida (intoleransi laktosa, maltosa dan sukrosa), monosakarida (intoleransi glukosa, fruktosa dan galaktosa). Pada bayi dan anak yang terpenting dan tersering ialah intoleransi laktosa.

 b. Malabsorbsi lemak  c. Malabsorbsi protein

3. Faktor makanan : makanan basi, beracun, alergi terhadap makanan

4. Faktor psikologis: rasa takut dan cemas. Walaupun jarang, dapat menimbulkan diare terutama pada anak yang lebih besar.

(21)

V. PATOGENESIS 1, 8, 9

Mekanisme dasar yang menyebabkan timbulnya diare adalah : 1. Diare Osmotik 

Terjadi akibat peningkatan tekanan onkotik intraluminal yang diakibatkan oleh cairan yang tidak dapat diserap, sehingga terjadi  peningkatan volume cairan dalam saluran pencernaan (usus halus);  biasanya dapat dikurangi dengan berpuasa, perbedaan tekanan osmolar 

tinja > 40. Disebabkan oleh : defisiensi disakaridase, insufisiensi pankreas,  pertumbuhan koloni bakteri yang meningkat pesat, intake laktulosa atau

sorbitol dan tropical sprue. 2. Diare Sekretorik 

Sekresi ion yang aktif menyebabkan hilangnya cairan obligat; diare yang terjadi biasanya memiliki ciri-ciri BAB yang cair, tidak terpengaruh dengan berpuasa, adanya peningkatan Na+ dan K+ dalam tinja. Disebabkan oleh infeksi virus (rotavirus), infeksi bakteri (kolera,  Entamoeba coli enterotoksigenik,  Escherichia coli, Staphilococcus aureus), protozoa (Giardia, Isospora, Cryptosporidium (kelainan yang  berhubungan dengan AIDS (termasuk mikobakteri), obat-obatan (teofilin,

kolkisin, prostaglandin, diurektik). 3. Diare Eksudatif 

Inflamasi, nekrosis dan kerusakan mukosa dari koloni saluran  pencernaan adalah akibat dari pelepasan prostoglandia oleh sel-sel

(22)

sel PMN (Poli Morfonuklear) dan darah dalam jumlah yang banyak (Gross  Blood ). Penyebab mekanisme ini yaitu : infeksi bakteri (Campilobakter, Salmonella, Shigella, Yersinia, E. coli) : parasit ( Entamoeba histolytica),  penyakit crohn, iskemik intestinal.

4. Diare akibat Gangguan Motilitas Intestinal

Gangguan dari kontrol dan koordinasi intestinal untuk melakukan motilitas menyebabkan diare; dengan ciri-ciri BAB pada kasus diare ini memiliki rentang waktu yang teratur, atau disertai dengan konstipasi. Penyebabnya berupa penyakit Diabetes Melitus (DM), insufisiensi adrenal, hipertiroid, penyakit vaskular kolagen, antibiotik (eritromisin).

5. Diare akibat Berkurangnya Permukaan Absorpsi

Terjadi biasanya akibat tindakan manipulasi bedah (reseksi usus yang luas) sehingga menyebabkan kurangnya permukaan absorpsi untuk lemak  dan karbohidrat, cairan dan elektrolit; dapat pula terjadi spontan karena fistula enteroenterik.

Patogenesis diare akut

1. Masuknya jasad renik yang masih hidup ke dalam usus halus setelah  berhasil melewati rintangan asam lambung

2. Jasad renik tersebut berkembang biak (multiplikasi) di dalam usus halus 3. Oleh jasad renik, dikeluarkan toksin diaregenik 

4. Akibat toksin tersebut terjadi hipersekresi yang selanjutnya akan menimbulkan diare

(23)

VI. PATOFISIOLOGI 1, 8

Akibat dari terjadinya diare akut maupun kronik adalah : 1. Kehilangan cairan ( Dehidrasi )

Gejala dehidrasi akan terlihat jika tubuh kehilangan cairan sebanyak 4-5% berat badan. Tanda-tanda dehidrasi yaitu: rasa haus, menurunnya turgor  kulit, mata cekung, pada bayi ubun-ubun besar (UUB) cekung, oliguria kemudian anuria, hipotensi, takikardi dan menurunnya kesadaran. Bila kekurangan cairan mencapai 10% atau lebih, penderita akan jatuh ke dalam dehidrasi berat dan bila berlanjut dapat terjadi s yok dan kematian.

2. Gangguan keseimbangan asam - basa (asidosis metabolik) Asidosis metabolik terjadi karena :

a. Hilangnya Natrium bikarbonat bersama tinja

 b. Terjadi penimbunan asam laktat karena anoksia jaringan

c. Adanya ketosis kelaparan. Karena metabolisme lemak tidak sempurna sehingga benda keton tertimbun dalam tubuh

d. Produk metabolisme yang bersifat asam meningkat karena tidak dapat dikeluarkan oleh ginjal (terjadi oligouria/anuria)

e. Pemindahan ion Natrium dari cairan ekstraseluler ke dalam cairan intraseluler 

3. Hipoglikemia

Hipoglikemia terjadi karena penyimpanan glikogen dalam hati terganggu dan adanya gangguan absorbsi glukosa (jarang terjadi). Gejala

(24)

anak-anak. Gejalanya dapat berupa: lemas, apatis, peka rangsang, tremor,  berkeringat, pucat, syok, kejang, sampai koma. Hipoglikemia perlu dipikirkan apabila terjadi kejang secara tiba-tiba tanpa adanya demam atau penyakit  penyerta yang lain.

4. Gangguan Gizi

Sewaktu anak menderita diare, sering terjadi gangguan dengan akibat terjadinya penurunan berat badan dalam waktu singkat.

5. Gangguan Sirkulasi

Renjatan hipovolemik akibat gangguan sirkulasi darah, dapat terjadi akibat diare dengan/ tanpa muntah. Renjatan ini akan mengakibatkan perfusi  jaringan berkurang dan terjadi hipoksia, asidosis bertambah berat, perdarahan dalam otak, kesadaran menurun (soporokoma) dan ini akan berakibat pada kematian jika penderita tidak segera ditolong.

VII. MANIFESTASI KLINIS 1, 4, 6, 7, 8

Mula-mula bayi dan anak menjadi cengeng, gelisah, suhu tubuh biasanya meningkat, nafsu makan berkurang atau tidak ada, kemudian timbul diare. Tinja cair dan mungkin disertai lendir dan atau darah. Warna tinja makin lama berubah menjadi kehijau-hijauan karena tercampur dengan empedu. Anus dan daerah sekitarnya lecet krena seringnya defekasi dan tinja makin lama makin asam sebagai akibat makin banyaknya asam laktat, yang berasal dari laktosa yang tidak  dapat diabsorbsi usus selama diare. Gejala muntah dapat terjadi sebelum atau sesudah diare dan dapat disebabkan oleh lambung yang turut meradang atau akibat

(25)

gangguan keseimbangan asam-basa dan elektrolit. Bila penderita telah kehilangan  banyak cairan dan elektrolit, maka gejala dehidrasi mulai tampak. Berat badan turun, turgor kulit berkurang, mata dan ubun-ubun besar menjadi cekung, selaput lendir bibir dan mulut serta kulit tampak kering. Berdasarkan banyaknya cairan yang hilang dapat dibagi menjadi dehidrasi ringan, sedang dan berat, sedangkan  berdasarkan tonisitas plasma dapat dibagi menjadi dehidrasi hipotonik, isotonik 

dan hipertonik. Jumlah dan konsistensi feses berkaitan dengan prognosis episode diare. Frekuensi buang air besar yang lebih dari delapan kali per hari merupakan faktor risiko terjadinya dehidrasi. Muntah pada penderita diare bisa mendahului timbulnya diare sampai 48 jam, tetapi gejala muntah juga menghilang lebih cepat 12-48 jam setelah diare timbul. Muntah-muntah yang hebat dan berulang-ulang akan menyebabkan hilangnya H dan Cl yang manifestasi sebagai alkalosis metabolik yang dapat menyebabkan Cardiac arrest . Frekuensi muntah lebih dari dua kali per hari merupakan faktor risiko terjadinya dehidrasi.

Patofisiologi Yang Mendasari Manifestasi Klinik Dehidrasi Dehidrasi disebabkan :

1. Intake kurang

a. Minuman kurang  b. Anoreksia

c. Hipodipsi karena fungsi hipotalamus terganggu 2. Pengeluaran meningkat

(26)

 b.  Non osmotik : diabetes insipidus defisiensi ADH, penyakit ginjal kronis c. Kehilangan natrium : Na losing nephropathy, pemakaian diuretika

d. Kehilangan melalui saluran pencernaan : diare, ileostomi, muntah, fistula Gejala dehidrasi :

1. Menurut kehilangan berat badan

a. Tidak ada dehidrasi, bila terjadi penurunan berat badan 2.%  b. Dehidrasi ringan, bila terjadi penurunan berat badan 2. - 5%

c. Dehidrasi sedang, bila terjadi penurunan berat badan 5-10% d. Dehidrasi berat, bila terjadi penurunan berat badan 10% 2. Menurut Skor Maurice King (1974)

Bagian tubuh yang diperiksa

Nilai untuk gejala yang ditemukan

0 1 2

Keadaan umum Sehat Gelisah, lekas marah,

apatis, mengantuk  (lungkai)

Mengigau, koma/ syok 

Turgor kulit  Normal Sedikit kurang Sangat kurang

Mata  Normal Sedikit kurang Sangat kurang

Ubun-ubun  Normal Sedikit kurang Sangat cekung

Mulut  Normal Kering Kering dan sianosis

Denyut nadi < 120 x/ menit 120-140 x/menit >140 x/menit

Catatan :

a. Untuk menentukan kekenyalan kulit, kulit perut dijepit antara ibu jari dan telunjuk selama 30-60 detik, kemudian di lepas.

1 detik : turgor agak kurang (dehidrasi ringan) 1-2 detik : turgor kurang (dehidrasi sedang) 2 detik : turgor sangat kurang (dehidrasi berat)

 b. Berdasarkan skor yang terdapat pada seorang penderita dapat ditentukan derajat dehidrasinya :

(27)

Jika mendapati nilai 3-6 : dehidrasi sedang Jika mendapat nilai 7-12 : dehdirasi berat

(nilai/gejala tersebut adalah gejala/nilai yang terlihat pada dehidrasi istotonik dan hipotonik dan keadaan dehidrasi yang paling banyak  terdapat, masing-masing 77,8% dan 9,5%).

c. Pada anak-anak dengan ubun-ubun besar sudah menutup, nilai untuk  ubun-ubun besar diganti dengan banyaknya/frekuensi kencing.

3. Menurut WHO

Klasifikasi Tanda-tanda atau gejala

Dehidrasi Berat Terdapat dua atau lebih dari tanda di bawah ini:

 Letargis/ tidak sadar   Mata cekung

 Tidak bisa minum atau malas minum  Cubitan kulit perut kembali sangat lambat

Dehidrasi ringan/sedang

Terdapat dua atau lebih tanda di bawah ini:

 Rewel, gelisah  Mata cekung

 Minum dengan lahap, haus  Cubitan kulit kembali lambat

Tanpa dehidrasi Tidak terdapat cukup tanda untuk diklasifikasikan sebagai dehidrasi ringan atau berat

4. Menurut tonisitas darah/banyak sedikitnya natrium yang hilang, dehidrasi dapat dibagi atas :

a. Dehidrasi isotonik 

Bila kadar Na dalam plasma antara 131-150 mEq/L  b. Dehidrasi hipotonik 

(28)

Klinis Dehidrasi

Kehilangan cairan tubuh (air) (volume deficit ) 1. Kehilangan turgor kulit

2. Denyut nadi lemah/tiada 3. Tekanan darah rendah 4. Takikardia

5. Mata cekung

6. Ubun-ubun besar cekung 7. Suara parau

8. Kulit dingin

9. Sianosis (jari-jari)

10. Bibir, mulut, selaput lendir kering 11. Oliguri, anuria-uraemia

12. Haus

13. Air mata (-)

14. Kesadaran menurun

Kehilangan elektrolit-elektrolit tubuh (electrolytes and other deficits) 1. Defisiensi bikarbonat/asidosis

a. Muntah-muntah

 b. Pernafasan cepat dan dalam c. Cardiac reserve menurun d. Defisiensi kalium intrasel

(29)

2. Defisiensi Kalium

a. Kelemahan otot-otot

 b. Ileus paralitik (distensi abdomen) c. Cardiac arrhytmia-cardiac arrest 

3. Hipoglikemia (sering terjadi pada anak-anak  malnourished  dan bayi-bayi kecil) Simtomatik, gejala klinis dan sifat tinja penderita diare akut karena infeksi usus.

VIII. KOMPLIKASI 1, 2

Kehilangan cairan dan elektrolit secara mendadak, dapat mengakibatkan beberapa komplikasi diantaranya :

1. Dehidrasi (ringan, sedang, berat, hipotonik, isotonik, atau hipertonik) 2. Renjatan hipovolemik 

3. Hipokalemia, dengan gejala meteorismus, hipotoni otot, lemah,  bradikardia, perubahan pada ECG

4. Hipoglikemia

5. Intoleransi Laktosa sekunder, sebagai akibat defisiensi enzim Laktase karena kekurangan vili mukosa usus halus kejang, terutama pada dehidrasi hipertonik Malnutrisi energi protein, karena selain diare dan muntah,  penderita juga mengalami kelaparan

(30)

IX. PEMERIKSAAN PENUNJANG 1, 4, 8

Pemeriksaan laboratorium penting dalam menegakkan diagnosis (kausal) yang tepat sehingga pengobatan yang tepat dapat diberikan. Pemeriksaan yang perlu dilakukan adalah:

1. Pemeriksaan tinja

a. Makroskopis dan mikroskopis

b.  pH dan kadar gula dalam tinja dengan kertas lakmus dan tablet clinitest, bila diduga terdapat intoleransi gula

c. Biakan kuman dan uji resistensi (bila perlu) d. Analisa telur, parasit dan Antigen Giardia 2. Pemeriksaan darah

a. Darah lengkap

b.  pH, cadangan akali dan elektrolit untuk menentukan keseimbangan asam basa (lebih tepat dengan ASTRUP)

c. Kadar uerum-kreatinin untuk mengetahui fungsi ginjal 3. Duodenal intubation

Untuk mengetahui kuman penyebab secara kuantitatif dan kualitatif (terutama  pada diare kronik)

4. Lain-lain

a.  Rotavirus stool enzyme immunoassay test 

Pada sebagian besar kasus tanpa dehidrasi atau dengan dehidrasi ringan tidak diperlukan pemeriksaan penunjang. Pada dehidrasi berat perlu dilakukan pemeriksaan elektrolit serum, nitrogen urea, kadar gula

(31)

darah sewaktu dan AGD. Pemeriksaan virologik dan mikrobiologik   perlu dilakukan hanya bila hasilnya dapat digunakan untuk mengganti

tatalaksana.

Diagnosis Intoleransi Glukosa

1. Pemeriksaan reducing substance

Clinitest  yang digunakan untuk pemeriksaan urin dapat dipakai juga untuk   pemeriksaan adanya gula dalam tinja. Spesimen tinja yang berair harus

secepatnya diperiksa. Dalam 24 gelas tabung  Ames diteteskan 10 tetes air, kemudian 5 tetes cairan tinja. Tambahakan 1 tablet clinitest. Baca sesudah 60 detik dan cocokan dengan warna standar. Biru berarti gula negatif, kuning tua  berarti positif sekali (++++ atau 2%). Antara biru dan kuning terdapat variasi warna hijau kekuning-kuningan yang menunjukkan + (1/2 %), ++ (3/4 %), +++ (1%). Lebih dari . % berarti abnormal.

2. Pemeriksaan pH tinja

3. Bila terdapat intoleransi gula, pH cairan tinja hampir selalu <6 dan biasanya di  bawah 5,5. Sebagai pemeriksaan penyaring, dilakukan pemeriksaan pH dalam

kombinasi dengan clinitest .

X. PENATALAKSANAAN 2, 3, 4, 5

Dalam garis besarnya pengobatan diare dapat dibagi dalam : 1. Pengobatan kausal

(32)

4. Pengobatan dietetik  1. Pengobatan kausal

Pengobatan yang tepat terhadap kausa diare diberikan setelah kita mengetahui  penyebabnya yang pasti. Jika kausa diare ini penyakit parenteral, diberikan antibiotik sistemik. Jika tidak terdapat infeksi parenteral, sebenarnya dapat ditemukan bakteri pathogen. Karena pemeriksaan untuk menemukan bakteri ini kadang-kadang sulit atau hasil pemeriksaan datang terlambat, antibiotika dapat diberikan dengan memperhatikan umur penderita, perjalanan penyakit, sifat tinja dan sebagainya. Pada penderita diare antibiotika hanya boleh diberikan kalau: a. Ditemukan bakteri patogen pada pemeriksaan mikroskopik dan/atau biakan b. Pada pemeriksaan makroskopik dan/atau mikroskopik ditemukan darah pada

tinja

c. Secara klinis terdapat tanda-tanda yang menyokong infeksi enteral d. Di daerah endemik kolera (diberi tetrasiklin)

e. Pada neonatus jika diduga terjadi infeksi nosokomial 2. Pengobatan Simptomatik 

a. Obat-obat anti diare: Obat-obat yang berkhasiat menghentikan diare secara cepat seperti antispasmodic/spasmolitik atau opium (papaverin, ekstraktum Belladona, loperamid, kodein, dan sebagainya) justru akan memperburuk  keadaan karena akan menyebabkan terkumpulnya cairan di lumen usus dan akan menyebabkan terjadinya perlipatgandaan (overgrowth) baktri, gangguan digesti dan absorpsi. Obat-obat ini hanya berkhasiat untuk  menghentikan peristaltik saja, tetapi justru akibatnya sangat berbahaya

(33)

karena baik si pemberi obat maupun penderita akan terkelabui. Diarenya terlihat tidak ada lagi tetapi perut akan bertambah kembung dan dehidrasi  bertambah berat yang akhirnya dapat berakibat fatal untuk penderita.

b.  Adsorbents : Obat-obat adsorbents seperti kaolin, pektin, charcoal  (norit, tabonal), bismuth subbikarbonat dan sebagainya, telah dibuktikan tidak ada manfaatnya.

c. Stimulan : obat-obat stimulans seperti adrenalin, nikotinamide dan sebagainya tidak akan memperbaiki renjatan atau dehidrasi karena penyebab dehidrasi ini adalah karena kehilangan cairan (hipovolemik syok) sehingga  pengobatan yang paling tepat adalah pemberian cairan secepatnya.

d. Antilemetik : Obat antilemetik seperti chlorpromazine (largectil) terbukti selain mencegah muntah juga dapat mengurangi sekresi dan kehilangan cairan bersama tinja. Pemberian dalam dosis adekuat (sampai dengan 1 mg/kgBB/hari) kiranya cukup bermanfaat.

e. Antipiretik : Obat antipiretik seperti preparat salisilat (asetosal, aspirin) dalam dosis rendah (25 mg/tahun/kali) ternyata selain berguna untuk  menurunkan panas yang terjadi sebagai akibat dehidrasi atau panas karena infeksi penyerta, juga mengurangi sekresi cairan yang keluar bersama tinja. 3. Pengobatan cairan

Diare cair membutuhkan penggantian cairan dan elektrolit tanpa melihat etiologinya. Tujuan terapi rehidrasi untuk mengoreksi kekurangan cairan dan elektrolit secara cepat (terapi rehidrasi) kemudian mengganti cairan yang hilang

(34)

yang perlu diberikan kepada penderita diare, harus diperhatikan hal-hal sebagai  berikut :

a. Jumlah cairan :

Jumlah cairan yang harus diberikan sama dengan :

1. Jumlah cairan yang telah hilang melalui diare dan/atau muntah ( Previous water losses =PWL) ditambah dengan

2. Banyaknya cairan yang hilang melalui keringat, urin dan pernapasan ( Normal water losses = NWL) ditambah dengan

3. Banyaknya cairan yang hilang melalui tinja dan muntah yang masih terus berlangsung (Concomitant water losses = CWL)

Jumlah ini tergantung pada derajat dehidrasi serta berat badan masing-masing anak atau golongan umur.

(35)

BAB IV PEMBAHASAN

1. Klinis

Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan  pemeriksaan penunjang. Dari anamnesis diperoleh informasi, yaitu:

a. Keluhan utama berupa mencret/ diare dengan frekuensi lebih dari 7 kali dalam satu hari dan buang air besar dengan konsistensi cair, dengan  berdasarkan pengertian dari WHO bahwa diare akut merupakan buan g air   besar cair dengan frekuensi lebih dari 3 kali per hari, atau lebih.

 b. Pada anamnesis ditemukan tanda-tanda dehidrasi ringan sedang, yaitu  pasien merasa haus dan selalu menetek pada ibu, pasien selalu menangis, dan buang air kecil yang sedikit. Berdasarkan kriteria WHO tanda-tanda tersebut memenuhi.

Pada pemeriksaan fisik diperoleh informasi, yaitu:

a. Turgor kulit cukup baik, kelopak mata tidak cekung, bibir tampak  kering, dan capillary refill time < 2 detik. Berdasarkan kriteria WHO tanda-tanda di atas memenuhi. Menurut skor maurice king pada  pasien ini diperoleh skor 3 yang mendukung kearah dehidrasi ringan

sedang.

(36)

2. Epidemiologi

Pasien adalah anak berumur 1 tahun 3 bulan merupakan usia yang rentan untuk terjadi diare akut. Menurut data Departemen Kesehatan Republik  Indonesia, menyebutkan bahwa angka kesakitan diare di Indonesia saat ini adalah 230-330 per 1000 penduduk untuk semua golongan umur dan 1,6 – 2,2 episode diare setiap tahunnya untuk golongan umur balita. Angka kematian diare golongan umur balita adalah sekitar 4 per 1000 balita. Di laboratorium ilmu kesehatan anak RSUD Dr. Soetomo pada tahun 1996 didapatkan 871 penderita diare yang dirawat dengan dehidrasi ringan 5%, dehidrasi sedang 7,1% dan dehidrasi berat 23%. Tahun 2000 terdapat 1160 penderita diare yang dirawat dengan 227 (19,56%) dehidrasi ringan, 668 (57,59%) dehidrasi sedang, 116 (10%), dehidrasi berat 35 (3,01%) penderita yang meninggal karena dehidrasi. Dari data tersebut menunjukkan ada kesesuaian antara usia pasien dengan usia kejadian diare pada balita dan anak di Indonesia.

3. Etiologi

Pada kasus ini penegakan diagnosis kerja berdasarkan teori yang mengatakan pada usia balita dan anak-anak terutama usia di bawah 2 tahun faktor infeksi terutama infeksi oleh virus merupakan penyebab tersering dari kejadian diare akut baik secara enteral maupun parenteral. Malabsorbsi dapat merupakan faktor lain yang menyebabkan diare akut namun kejadian diare pda malabsorpsi terjadi pada awal-awal kehidupan bayi dan selalu ditandai kondisi atopi di keluarga.

(37)

4. Derajat

Kejadian diare akut dapat diikuti oleh kondisi dehidrasi. Pada kasus ini diagnosis kerja adalah diare akut dengan dehidrasi ringan sedang. Dasar   penegakan diagnosis kerja ini merujuk pada skor Maurice King maupun kriteria

WHO yang pada akhirnya dari kriteria yang ada menunjukkan ke arah dehidrasi ringan sedang.

5. Terapi

Pada kasus diare akut dengan dehidrasi ringan sedang yang kemungkinan disebabkan oleh virus tetap diberikan terapi antibiotik dalam hali ini dipilih Cefotaxime dengan dosis 3 x 450 mg secara intavena. Pada kasus diare akut yang disebabkan oleh infeksi virus, penggunaan antibiotik tidak memiliki arti penting  bahkan hal ini dapat menyebabkan resistensi terhadap antibiotik dan pada umumnya diare akibat infeksi virus dapat sembuh dengan sendiri. Jadi seharusnya tidak diberikan antibiotik selain tujuan yang tidak tepat juga perlu dipikirkan dari segi biaya antibiotik bukan termasuk obat murah.

6. Komplikasi

Pada kasus ini pencegahan atau penangan komplikasi seperti hipoglikemia, hiponatremia, dan hipokalemia diatasi dengan pemberian infus cairan KAEN 3B dengan tujuan agar anak tidak jatuh dalam kondisi gangguan elektrolit meskipun pemeriksaan elektrolit belum dilakukan. Hal ini dilakukan untuk mencegah kehilangan elektrolit dari diare dan muntah yang terjadi.

(38)

7. Prognosis

Angka kesakitan dan kematian pada diare akut dengan dehidrasi ringan sedang dapat dikatakan tidak terlalu tinggi jika dibandingkan dengan diare akut dengan dehidrasi berat. Angka kekambuhan bergantung pada tingkat higiene  pasien dimana peran orang tua dalam mengawasi pola makan dan kebersihan makanan anak sangat berpengaruh. Pada kasus ini prognosis secara vitam dan fungsionam adalah bonam.

(39)

BAB V KESIMPULAN

Diare adalah buang air besar yang tidak normal atau bentuk tinja yang encer  dengan frekuensi lebih banyak dari biasanya. Pada neonatus disebut diare bila frekuensi  buang air besar lebih dari 4 kali. Sedangkan pada bayi berumur lebih dari 1 bulan dan

anak disebut menderita diare bila frekuensinya lebih dari 3 kali. Penyakit diare bisa sembuh sendiri (self limiting disease) dan hanya 10% yang berlanjut sampai 14 hari.

Penyebab diare diantaranya adalah Infeksi enteral maupun parenteral yangdiakibatkan oleh bakteri maupun virus. Pada kebanyakan kasus diare akut pada anak-anak penyebab utama adalah infeksi virus yang bersifat  self limiting disease. Selain infeksi, penyebab terjadinya diare akut pada anak adalah intoleransi laktosa dimana enzim laktase tidak diproduksi.

Pada kasus ini penyebab utama terjadinya diare adalah infeksi virus yang ditandai dengan peningkatan limfosit pada pemeriksaan darah rutin, tidak ditemukannya  bakteri pada pemeriksaan feses rutin dan tidak adanya ditemukan darah dan lendir yang merupakan petanda adanya infeksi bakteri. Oleh karena penyebab diare akut pada pasien ini adalah virus maka pemberian antibiotik pada kasus ini tidak tepat.

Referensi

Dokumen terkait

Zulhanif Nazar, Sp.OG (K) dr.. #ateriil, $aitu #engatur tentang hubungan hu&#34;u# antara 'arganegara dan negara. tentun$a ingin #en2ari &#34;eadilan bagi dirin$a.. Seluruh

Masukkan hanger dan film dalam larutan developer untuk proses pengembangan film dengan waktu yang telah ditentukan, sambil diagitasi ( agitasi naik t urun).. Selesai waktu

Pertama; percaya kepada yang ghaib:Orang-orang yang beriman kepada yang ghaib merupakan hakekat keimanan yaitu kepercayaan yang sempurna dengan apa-apa yang

2 Partai Politik Peserta Pemilu menyusun LPPDK yang memuat pembukuan seluruh penerimaan sumbangan dan pengeluaran Dana Kampanye dalam bentuk uang, barang,

Hal ini dilakukan dengan sebuah tujuan yakni untuk dapat menetapkan strategi komunikasi pemasaran yang tepat sehingga perusahaan dapat menghantarkan nilai kepada pelanggan,

Dengan ungkapan lain, pemahaman yang mendalam atas realita dan pertimbangan atas perubahan sosial, adalah penting untuk menghin- dari kekeliruan dalam berfatwa.. Pertimbangan

Pengenalan jarum dan kateter khusus yang digunakan untuk blok saraf regional dilakukan di akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20 dan tehnik terbaru yang lebih canggih

Aturan dasar pematrian adalah : Bidang pematrian harus bersih (bersifat logam murni) agar patri dapat merambat dengan baik, bahan pelumer dan kekuatan sambungan patri, suhu yang