• Tidak ada hasil yang ditemukan

Gangguan Bunyi Ujaran Bahasa Indonesia pada Penderita Stroke (Afasia Broca) Kajian Neurolinguistik

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Gangguan Bunyi Ujaran Bahasa Indonesia pada Penderita Stroke (Afasia Broca) Kajian Neurolinguistik"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Bunyi ujaran adalah bunyi yang dihasilkan alat ucap manusia baik berupa

huruf, kata dan bahasa. Bunyi bahasa yang dihasilkan penderita khususnya

mengalami stroke (Afasia Broca) dapat dianalisis dalam cabang ilmu lingusitik

salah satunya adalah di bidang fonologi. Fonologi merupakan salah satu bidang

linguistik yang mengkaji bunyi-bunyi bahasa secara umum. Ada dua kajian

fonologi, yaitu fonetik dan fonemik. Fonetik adalah cabang ilmu yang mengkaji

bagaimana bunyi-bunyi bahasa direalisasikan atau dilafalkan, sedangkan fonemik

adalah kesatuan bunyi terkecil suatu bahasa yang membedakan makna. Penelitian

ini berada pada rangkaian fonetik. Fonetik itu sendiri dibagi tiga macam, yaitu

fonetik artikulatoris, fonetik akustik, dan fonetik auditoris. Dari ketiga jenis

fonetik di atas yang lebih berkaitan dalam penelitian ini adalah fonetik

artikulatoris, karena fonetik artikulatoris ini mempelajari bagaimana mekanisme

alat-alat bicara manusia bekerja dalam menghasilkan bunyi bahasa. Bunyi-bunyi

ujar dapat dikaji oleh cabang linguistik yang disebut fonologi.

Bunyi-bunyi ujar dapat dipelajari dari dua sudut pandang, yaitu fonetik

dan fonemik. Fonetik adalah bagian fonologi yang mempelajari cara

menghasilkan bunyi bahasa atau bagaimana suatu bunyi bahasa diproduksi alat

ucap manusia. Sedangkan fonemik adalah unsur bahasa terkecil yang merupakan

bagian dari struktur kata dan sekaligus berfungsi untuk membedakan makna

(2)

Pada dasarnya bunyi ujaran terbagi dua yaitu bunyi vokal dan konsonan.

Bunyi vokal meliputi bunyi [ a, i, u, o, e,

], sedangkan bunyi konsonan meliputi

bunyi [ b, c, d, f, g, h, j, k, l, m, n, p, q, r, s, t, v, w, x, y, z ].

Manusia normal pada umumnya mampu menghasilkan bunyi ujaran

dengan baik tanpa ada kendala sedikitpun, tetapi berbanding terbalik pada seorang

yang mengalami gangguan berbahasa akibat terserang stroke. Baik bahasa

maupun ujaran yang dihasilkan penderita stroke sangat buruk akibat gangguan

syaraf-syaraf tertentu pada otak, sehingga komunikasi penderita menjadi tidak

lancar.

Manusia dapat saling berkomunikasi dan berintektasi dengan berbagai

macam cara. Salah satunya adalah dengan menggunakan bahasa. Bahasa

merupakan sistem lambang bunyi yang arbitrer yang digunakan oleh kelompok

sosial untuk bekerjasama, berkomunikasi dan mengidentifikasikan diri (Chaer

2007:32). Bahasa adalah alat komunikasi antaranggota masyarakat, berupa

lambang bunyi suara yang dihasilkan oleh alat ucap manusia (Keraf 1984:16).

Bahasa juga bisa digunakan manusia untuk mengungkapkan ide, gagasan,

maksud, dan tujuan kepada orang lain. Manusia sangat membutuhkan bahasa

karena bahasa banyak memberikan fungsi dan manfaat bagi setiap manusia

melahiri otaknya.

Otak manusia memegang peranan penting dalam kehidupan manusia,

disamping memeroses bahasa dan berpikir otak jugalah yang mengontrol anggota

gerak badan manusia karena otak merupakan pusat terpenting dalam tubuh

(3)

sebuah masalah yaitu ketidakmampuan dalam berujar dan memahami. Oleh sebab

itu, kita harus menjaga otak dengan sebaik mungkin.

Orang-orang yang mengalami gangguan berbahasa disebut afasia. Afasia

merupakan gangguan bahasa, yaitu gangguan pemahaman atau gangguan

pengucapan bahasa (produksi bahasa). Afasia didefinisikan sebagai penyakit

gangguan berbahasa akibat medan korteks bagian kiri otak yang membawahi

pemahaman atau produksi bahasa tersebut rusak akibatnya bahasa dan

pemahamannya terganggu. Penyebab utama afasia ialah gangguan pembuluh

darah pada otak sehingga menyebabkan stroke (Simanjuntak 2009:257).

Pada umumnya terdapat dua jenis afasia yang sering di jumpai. Jenis

Afasia tersebut adalah Afasia Broca dan Afasia Wernicke. Afasia Broca adalah

gangguan produksi ujaran yang terjadi akibat kerusakan pada hemisfer kiri otak.

Gangguan yang ditandai pada penderita Afasia Broca adalah berkurangnya jumlah

ujaran, gangguan artikulasi, lamban, dan kesulitan yang luar biasa dalam

mengucapkan bunyi ujaran (Simanjuntak 2009:258).

Afasia Wernicke adalah gangguan pemahaman berbahasa yang disebabkan

oleh rusaknya Medan Wernicke yang berfungsi menganalisis pemahaman bahasa

manusia. Pada penderita Afasia Wernicke, penderita dapat mengujarkan

bunyi-bunyi bahasa dengan lancar, tetapi penderita tidak dapat memahami bunyi-bunyi-bunyi-bunyi

bahasa yang diucapkannya. Biasanya bunyi yang diucapkan penderita tidak

mengandung arti atau tidak mengandung informasi (Simanjuntak 2009:258).

Apabila terjadi gangguan pada Medan Broca produksi ucapan akan rusak

(4)

Wernicke penderita dapat berbicara dengan lancar tetapi pemahaman bahasanya

terganggu (Simanjuntak 2009:243).

Medan Broca dan Medan wernicke mempunyai fungsi berbeda, namun

keduanya saling bekerjasama dalam pemerosesan bahasa. Medan Broca berfungsi

untuk produksi ujaran maupun kalimat, sedangkan Medan Wernicke berfungsi

untuk pemahaman bahasa. Fasikulus arcuate merupakan syaraf yang

menghubungkan antara Medan Broca dengan Medan Wernicke.

Stroke adalah gangguan fungsi syaraf yang terjadi mendadak akibat

pasokan darah ke bagian otak terhambat sehingga peredaran darah ke otak

terganggu. Kurangnya aliran darah dan oksigen menyebabkan serangkaian reaksi

biokimia, yang dapat merusak atau mematikan sel-sel syaraf di otak yang

menyebabkan kelumpuhan anggota gerak, gangguan berbicara, dan penurunan

kesadaran.

Stroke dapat terjadi kapan saja dan menyerang siapa saja tanpa

memandang statusnya. Stroke terjadi secara tiba-tiba tanpa diketahui, stroke

timbul akibat syaraf otak sudah mengalami gangguan. Apabila stroke sudah

menyerang, penderita yang mengalaminya akan sulit menghasilkan bahasa atau

bahasanya dapat terganggu.

Neurolinguistik merupakan salah satu ilmu yang mengkaji gangguan

berbahasa. Neurolinguistik merupakan gabungan dari “neurologi“ dan

“linguistik”. Neurologi mengkaji proses-proses yang berlaku di syaraf otak pada

waktu berbahasa dan berpikir, sedangkan linguistik mengkaji struktur bahasa dan

(5)

Neurolinguistik adalah ilmu baru yang wujudnya merupakan hasil kerja

sama di antara neurologi, (ilmu yang mengkaji syaraf-syaraf otak), dan linguistik

ilmu yang mengkaji struktur bahasa. Kerjasama ini muncul karena ternyata

pemerolehan bahasa dan kerusakan bahasa (penyakit bertutur), seperti afasia,

gagap , autisme termasuk bidang kajian kedua disiplin ini. Jadi, neurolinguistik

sebagai ilmu baru, mengkaji struktur bahasa, kelahiran bahasa, pemerolehan

bahasa, pengajaran bahasa, dan mekanisme sereberum atau struktur otak yang

mendasari bahasa (Simanjuntak 2009:1).

Menurut Luria (dalam Simanjuntak 2009:189), tugas utama

neurolinguistik adalah untuk menerapkan data-data klinis penyakit bertutur

(Afasia) untuk memaparkan mekanisme dan neurofisiologi yang mendasari

penyakit bertutur, agar dapat merumuskan sebuah pandangan yang menyeluruh

mengenai patologi bahasa dan ucapan.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka masalah yang akan dibahas di

dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimanakah gangguan bunyi ujaran bahasa Indonesia yang dihasilkan oleh

penderita stroke pada waktu berbicara?

2. Bunyi apa sajakah yang selalu terganggu dalam ujaran penderita stroke

(6)

1.3 Batasan Masalah

Sebuah penelitian sangat membutuhkan batasan masalah agar penelitian

terarah dan tidak terlalu luas sehingga tujuan penelitian ini dapat tercapai dengan

baik. Maka objek penelitian ini dibatasi pada penderita Afasia Broca bukan Afasia

Wernicke. Afasia Broca merupakan gangguan berbahasa yang mengalami

gangguan syaraf otak sebelah kiri sehingga dapat mengakibatkan gangguan pada

bunyi ujaran. Bunyi ujaran dalam penelitian ini meliputi bunyi ujaran vokal dan

konsonan saja tidak termasuk diftong dan kosakata. Penelitian ini difokuskan pada

bunyi ujaran bahasa Indonesia yang diujarkan penderita Stroke khususnya yang

mengalamai gangguan berbahasa Afasia Broca saja.

1.4Tujuan dan Manfaat penelitian 1.4.1 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan utama dalam penelitian ini adalah

1. Mendeskripsikan gangguan bunyi ujaran bahasa Indonesia yang dihasilkan

pada penderita stroke (Afasia Broca).

2. Mendeskripsikan bunyi ujaran apa saja yang selalu terganggu yang diucapkan

penderita stroke (Afasia Broca).

1.4.2 Manfaat Penelitian 1.4.2.1Manfaat Teoretis

1. Bagi ilmu linguistik, diharapkan dapat memberikan sumbangan informasi atau

referensi tambahan dalam penelitian ilmu neurolinguistik lainnya.

2. Hasil penelitian ini dapat dijadikan data bagi penelitian lebih lanjut.

(7)

1. Mengetahui pentingnya ilmu neurolinguistik dalam mengkaji gangguan

berbahasa.

2. Sebagai sumbangan penelitian bagi masyarakat yang berada di sekitarnya dan

khususnya kepada keluarga penderita supaya lebih memahami bahasa

Indonesia yang diujarkan penderita stroke ketika berujar.

3. Sebagai sumbangan ilmu pengetahuan tentang gangguan berbahasa di Rumah

Referensi

Dokumen terkait

Ahamdulillah segala puji syukur penulis panjatkan kehadiran Allah SWT atas rahmat dan hidayat-Nya, serta do’a restu dan dukungan dari berbagai pihak yang senantiasa

 Guru bertanya jawab tentang hal-hal yang belum diketahui siswa  Guru bersama siswa bertanya jawab meluruskan kesalahan.. pemahaman, memberikan penguatan dan

[r]

[r]

Menghargai berbagai peninggalan dan tokoh sejarah yang berskala nasional pada masa Hindu-Budha dan Islam, keragaman kenampakan alam dan suku bangsa serta kegiatan ekonomi di

[r]

Penelitian lebih lanjut terhadap kelompok masyarakat dengan budaya yang berbe- da dan masyarakat yang tidak memiliki kemam- puan membaca dan menulis perlu dilakukan untuk

Besarnya pengaruh model pembelajaran tipe numbered heads together (NHT) berbasis masalah kontekstual terhadap hasil belajar matematika siswa kelas VIII MTsN Sumberejo