1
Universitas Sumatera Utara BAB 1
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Era globalisasi yang dicirikan oleh pesatnya perdagangan, industri
pengolahan pangan, jasa dan informasi akan mengubah gaya hidup dan pola
konsumsi makan masyarakat, terutama di perkotaan. Melalui rekayasa ilmu
pengetahuan dan teknologi maka selera terhadap produk teknologi pangan tidak
lagi bersifat lokal, tetapi menjadi global. Dalam waktu relatif singka t telah
diperkenalkan selera makanan gaya fast food maupun health food yang populer di
Amerika dan Eropa. Budaya makan telah berubah menjadi tinggi lemak jenuh dan
gula, rendah serat, dan rendah zat gizi mikro (Hardinsyah & Pranadji, 2010).
Menurut yang disampaikan dalam Widyakarya Nasional (1994) yang
diacu dalam Heryanti (2009) menyatakan meningkatnya daya beli masyarakat,
pendidikan, dan teknologi kesehatan mengakibatkan menurunnya penyakit infeksi,
menurunnya angka kematian dan meningkatnya usia harapan hidup disertai
dengan kemakmuran dan kemudahan hidup yang menimbulkan gaya hidup
sedentaris (sedentary lifestyle) yang mengakibatkan menurunnya aktivitas fisik
sehingga merubah pola kebiasaan hidup termasuk pola makan masyarakat.
Perubahan gaya hidup ini termasuk dalam pemilihan makanan yang serba
praktis, yaitu makanan cepat saji (fast food) yang kandungan gizinya tidak
seimbang. Makanan cepat saji (fast food) seperti fried chicken dan french fries,
sudah menjadi jenis makanan yang biasa dikonsumsi pada waktu makan siang
atau makan malam remaja di enam kota besar di Indonesia seperti di Jakarta,
Bandung, Semarang, Yogyakarta, Surabaya, dan Denpasar. Menurut penelitian
tersebut 15-20% dari 471 remaja di Jakarta mengonsumsi fried chicken dan
burger sebagai makan siang dan 1-6% mengonsumsi hotdog, pizza dan spaghetti
2
dilakukan oleh Adawiyah (2007) di Lampung, sebagian frekuensi remaja dalam
mengonsumsi makanan cepat saji di restoran waralaba berkisar antara 1-10 kali
dalam sebulan. Di kota besar banyak ditemukan konsumen yang memilih menu
makanan cepat saji, karena keterbatasan waktu maupun fasilitas untuk
menyiapkan makanannya sendiri. Selain itu pada kalangan tertentu mengonsumsi
makanan cepat saji juga menjadi bagian dari gaya hidup.
Menurut data dari PT Fast Food Indonesia Tbk sebagai pemegang hak
waralaba tunggal untuk salah satu merek restauran fast food di Indonesia, pada
akhir 2011, Perseroan mengoperasikan total 421 gerai, yang tersebar di 32 dari 33
propinsi, di lebih dari 95 kota-kota di seluruh Indonesia, dan mempekerjakan
sekitar 16.365 karyawan dengan hasil penjualan lebih dari Rp3,317 triliun
2013).
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Khomsiyah (1998)
dalam Pratiwi (2011), menunjukkan bahwa yang mengunjungi restoran makanan
cepat saji rata-rata masih berpendidikan SMP dan SMU dan berasal dari keluarga
ekonomi menengah ke atas. Frekuensi remaja dalam mengonsumsi makanan cepat
saji rata-rata 1-2 kali seminggu. Jenis makanan cepat saji yang sering dikonsumsi
adalah fried chicken dan french fries. Jenis minuman yang dikonsumsi adalah soft
drink. Sebagian besar remaja berstatus gizi obese dan overweight, selain itu
kebanyakan responden ternyata memiliki kebiasaan makan lebih pada saat sedih
daripada saat senang.
Dalam Pratiwi (2011), pada penelitian yang dilakukan oleh “Health
Education Authority”, usia 15-34 tahun adalah konsumen terbanyak yang memilih
menu fast food. Walaupun di Indonesia belum ada data pasti, keadaan tersebut
dapat dipakai sebagai cermin dalam tatanan masyarakat kita, bahwa rentang usia
tersebut adalah golongan pelajar dan pekerja muda (Rumawas, 2006). Penelitian
3
Universitas Sumatera Utara WHO tersebut juga menemukan fakta, 50 persen dari remaja yang mengalami
obesitas ternyata pengonsumsi setia makanan cepat saji.
Dalam penelitian Rouhani (2012) pada 140 murid perempuan berumur
11-13 tahun di kota Isfahan, Iran, menunjukkan bahwa ada hubungan positif antara
indeks massa tubuh (IMT) dan lingkar pinggang dengan konsumsi fast food.
Mereka yang dengan kuartil terbesar dari asupan (intake) fast food memiliki IMT
dan lingkar pinggang yang lebih besar. Tetapi belum didapati penelitian mengenai
bagaimana gambaran indeks massa tubuh ini pada remaja usia 15-17 tahun di
Kota Medan, Indonesia, yang mengonsumsi makanan cepat saji, sehingga pada
penelitian ini, peneliti akan lebih menyoroti pada bagaimanakah gambaran indeks
massa tubuh (IMT) remaja usia 15-17 tahun yang mengkonsumsi makanan cepat
saji (fast food) di SMA Yayasan Pendidikan Shafiyyatul Amaliyyah Medan.
Adapun alasan peneliti dalam pemilihan lokasi ini adalah didukung oleh
para siswa yang rata-rata bersosial-ekonomi menengah ke atas, serta letak dari
SMA Yayasan Pendidikan Shafiyyatul Amaliyyah Medan yang strategis berada di
pusat kota Medan dan di sekitar lingkungan sekolah banyak dijumpai penjual
makanan cepat saji seperti pizza, burger, roti bakar, dan restoran makanan cepat
saji (fast food) lainnya. Hal inilah yang mendukung para siswa untuk cenderung
mengonsumsi makanan berlebih.
1.2. Rumusan Masalah
Dengan memperhatikan latar belakang masalah di atas, maka yang
menjadi rumusan masalah penelitian ini adalah: Bagaimana gambaran indeks
massa tubuh (IMT) remaja usia 15-17 tahun yang mengkonsumsi makanan cepat
saji (fast food) pola barat di SMA Yayasan Pendidikan Shafiyyatul Amaliyyah
4
1.3.Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum
Mengetahui gambaran indeks massa tubuh (IMT) remaja usia 15-17 tahun
yang mengkonsumsi makanan cepat saji (fast food) pola barat di SMA Yayasan
Pendidikan Shafiyyatul Amaliyyah Medan.
1.3.2. Tujuan Khusus
Yang menjadi tujuan khusus pada penelitian ini adalah:
1. Mengetahui frekuensi konsumsi makanan cepat saji (fast food) pola barat
pada remaja usia 15-17 tahun di SMA Yayasan Pendidikan Shafiyyatul
Amaliyyah Medan.
2. Mengetahui kebiasaan konsumsi makanan cepat saji (fast food) pola barat
pada remaja usia 15-17 tahun di SMA Yayasan Pendidikan Shafiyyatul
Amaliyyah Medan.
3. Mengetahui jenis makanan cepat saji (fast food) pola barat yang sering
dikonsumsi oleh remaja usia 15-17 tahun di SMA Yayasan Pendidikan
Shafiyyatul Amaliyyah Medan.
1.4. Manfaat Penelitian 1. Bagi Remaja
Memberikan informasi mengenai gambaran indeks massa tubuh remaja
yang mengonsumsi makanan cepat saji (fast food) pola barat dan
dampaknya bagi kesehatan.
2. Bagi Institusi dan Sekolah
Memberikan informasi bagi Dinas Kesehatan dan pihak sekolah tentang
permasalahan pola konsumsi makanan cepat saji pada remaja, sehingga
dapat dijadikan masukan untuk peningkatan kualitas dalam pola makan
remaja, terutama dalam pengadaan makanan sehat dan bergizi di kantin
sekolah.
3. Bagi Peneliti
Sebagai bahan kepustakaan bagi peneliti lain yang akan meneliti tentang