• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengrauh Sosial Ekonomi Keluarga Terhadap Kenakalan Remaja di Desa Karang Rejo Kecamatan Gunung Maligas Kabupaten Simalungun

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Pengrauh Sosial Ekonomi Keluarga Terhadap Kenakalan Remaja di Desa Karang Rejo Kecamatan Gunung Maligas Kabupaten Simalungun"

Copied!
151
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH SOSIAL EKONOMI KELUARGA TERHADAP

KENAKALAN REMAJA DI DESA KARANG REJO

KECAMATAN GUNUNG MALIGAS KABUPATEN

SIMALUNGUN

SKRIPSI

OLEH :

110902080

ADELINA PUSPITA DEVI

DEPARTEMEN ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(2)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK DEPARTEMEN ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL

Nama : Adelina Puspita Devi Nim : 110902080

ABSTRAK

Pengrauh Sosial Ekonomi Keluarga Terhadap Kenakalan Remaja di Desa Karang Rejo Kecamatan Gunung Maligas Kabupaten Simalungun

Sosial ekonomi keluarga merupakan segala sesuatu yang berkaitan dengan pemenuhan kebutuhan masyarakat, antara lain dalam sandang, pangan, perumahan, pendidikan, kesehatan dan lain-lain. Kenakalan remaja adalah suatu perbuatan yang melanggar norma, aturan, atau hukum dalam masyarakat yang dilakukan pada usia remaja atau transisi, masa anak-anak ke dewasa, yang meliputi semua perilaku menyimpang dari norma-norma hukum pidana yang dilakukan remaja.

Skripsi ini terdiri dari 6 bab 124 halaman. Tipe penelitian ini adalah penelitian kualitatif dan kuantitatif. Penelitian kualitatif merupakan penelitian yang menghasilkan data deskriptif, sedangkan penelitian kuantitatif penelitian yang menggunakan model matematis dengan format ekspalanasi yang bertujuan untuk menguji hipotesis secara menyeluruh tentang sejauh mana pengaruh sosial ekonomi keluarga terhadap kenakalan remaja. Sementara itu, teknik pengumpulan data menggunakan teknik Korelasi Product Moment. Jumlah populasi dalam penelitian ini ialah 342 remaja yang berusia 11-19 tahun. Teknin penarikan sampel yang digunakan dalam penelitian ini ialah teknik penarikan sampel acak sederhana.

Berdasarkan hasil analisis data diperoleh kesimpulan bahwa ada pengaruh sosial ekonomi keluarga terhadap kenakalan remja di Desa Karang Rejo Kecamatan Gunung Maligas Kabupaten Simalungun. Adapun koefisien korelasi (r_xy) = 0,61, hasil ini menunjukkan hubungan positif yang mantap dengan taraf signifikan 5% ( taraf kepercayaan 95%) yaitu 0,339. Hal ini menunjukkan bahwa hipotesa alternatif (Ha) “ada pengaruh sosial ekonomi keluarga terhadapa kenakalan remaja” dapat diterima, sedangkan hipotesa nol (Ho) yang mengatakan “tidak ada pengaruh sosial ekonomi keluarga terhadap kenakalan remaja “tidak dapat diterima (ditolak)”.

(3)

UNIVERSITY OF NORTH SUMATERA

FACULTY OF SOCIAL AND POLITICAL SCIENCE DEPARTEMENT OF SOCIAL WELFARE SCIENCE

Name : Adelina Puspita Devi Nim : 110902080

ABSTRACT

The Influence of Familiy Social Economy To Juvenile Delinquency In Karang Rejo Village Gunung Maligas Subdistrict Simalungun

Social Economy is everything that relating with needs of the public, like in food-clothing, housing, education, health, and others. Juvenile Delinquency is actions that violate the norms, regulation, or law in public that do in age of adolescence or transition, child into adult it all deviant behavior from law criminal norms that actions by adolescent.

This minithesis consists of 6 chpater 124 pages. The type of research is qualitative and quantitave research. Quatlitative research is research that generates descriptive data, whereas quantitative research is using mathematichs model with explanation format that purpose to the test of hypothesis thorughly about the extent of the influence of family to social economy to juvenile delinquency. Meanwhile, data of accumulation technique use Korelasi Product Moment. The population of the research are 342 adolescent of 11-19 age, and sample technique is simple random sampling technique.

Based on result data analyze retrieved conclusion that “there influence family social economy to juvinile delinquency in Karang Rejo Village Gunung Maligas Subdistrict Simalungun Regency. The result koefisien korelasi (r_xy) = 0,61, this result showed positive connection was steady with significant degree 5% is 0,339. The thing showed that alternative Hypothesis (Ha) “there influence family social economy ti juvinile “accaptable”, meanwhile Nol Hypothesis (Ho) said” there is no influence family social economy to juvinile delinquency “not accaptable” (rejected).

(4)

Kata Pengantar

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala limpahan kasih sayang, nikmat, karunia, dan anugerah yang telah menyertai, membimbing, dan memberikan kemampuan serta kekuatan kepada penulis sehingga mampu menyelesaikan skripsi ini. Shalawat beriring salam juga persembahkan kepada Nabi Muhammad SAW sebagai panutan bagi seluruh umat Muslim dalam menjalani sebuah bentuk kehidupan di dunia serta di akhirat kelak.

Dalam proses penyusunan skripsi ini, penulis banyak menerima bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Baharuddin, M.Si, selaku Dekan Fisip USU.

2. Ibu Hairani Siregas, S.Sos, M.SP selaku Ketua Departemen Ilmu Kesejahteraan Sosial

3. Ibu Prof. Dr. Risnawaty Sinulingga, M.Th selaku dosen pembimbing penulis yang telah bersedia membimbing penulis menyelesaikan skripsi ini.

4. Seluruh Dosen Departemen Ilmu Kesejahteraan Sosial dan Pegawai Administrasi FISIP USU.

Selanjutnya, skripsi ini ingin penulis dedikasikan kepada orang-orang terdekat, yang telah banyak membantu memberikan dukungan serat semangat kepada penulis selama masa perkuliahan sampai dengan selesainya penulisan skripsi ini. Penulis mendedikasikan skripsi ini kepada:

(5)

2. Abang saya, Harno Habibi dan adik-adik saya Bambang Tri Hartoyo dan Ramadhan Mahendra yang telah memberikan semangat dan dukungan untuk penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

3. Teman-teman terbaik selama perkuliahan, Indra Fauzi Hasibuan, Pipin Kesuma, Adistilia Pradita, Siti Mahyardani Nasution, Diella Almira Nasution, Dina Rahmiana, Muhammad Iqbal, Poniman, Ammar Yusuf Naution, dan Fajar Hasibuan.

4. Temana-teman Ilmu Kesejahteraan Sosial Stambuk 2011 yang tidak bisa penulis sebutkan namanya satu per satu.

5. Penulis juga mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada orang-orang yang tidak bisa disebutkan satu per satu. Semoga dukungan yang diberikan kelak menjadi hal yang bermanfaat dan menambah motivasi bagi penulis.

Semoga Allah SWT senantiasa memberikan hidayah dan limpahan rahmat dan karunia-Nya dan membalas segala kebaikan dengan yang lebih baik lagi. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih memerlukan kritik dan saran yang sidatnya membangun, untuk itu diharapkan masukannya. Penulis berharap semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat kepada semua pihak, terutama bagi kemajuan Ilmu Kesejahteraan Sosial ke depannya.

Medan, April 2015 Penulis

(6)

DAFTAR ISI

BAB I : PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang ... 1

1.2.Perumusan Masalah ... 10

1.3. Tujuan Penelitian ... 10

1.4. Manfaat Penelitian ... 10

1.5. Sistematika Penulisan ... 11

BAB II : TINJAUN PUSTAKA 2.1. Pengertian Sosial Ekonomi ... 12

2.2. Keluarga dan Sosial Ekonomi Keluarga ... 13

2.2.1. Pengertian Keluarga ... 13

2.2.2. Fungsi Keluarga ... 15

2.2.3. Konsep Sosial Ekonomi Keluarga ... 19

2.3. Remaja ... 23

2.3.1. Pengertian Remaja ... 23

2.3.2. Ciri-ciri Remaja ... 24

2.3.3. Tugas-tugas Perkembangan Masa Remaja ... 27

2.4. Kenakalan Remaja ... 31

2.4.1. Pengertian Kenakalan Remaja ... 31

2.4.2. Wujud Perilaku Kenakalan Remaja ... 32

2.4.3.Faktor-faktor Kenakalan Remaja ... 35

(7)

2.5. Kerangka Pemikirian ... 42

2.6. Hipotesa ... 46

2.7. Defenisi Konsep dan Defenisi Operasional ... 46

2.7.1. Defenisi Konsep ... 46

2.7.2. Defenisi Operasional ... 47

BAB III : METODE PENELITIAN 3.1. Tipe Penelitian ... 50

3.2. Lokasi Penelitian ... 50

3.3. Populasi dan Sampel ... 50

3.3.1. Populasi ... 50

3.3.2. Sampel... 51

3.4. Teknik Pengumpulan Data ... 52

3.5. Teknik Analisa Data ... 53

BAB IV : DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN 4. Gambaran Umum Desa Karang Rejo ... 54

4.1. Keadaan Penduduk ... 54

4.1.1. Jumlah Penduduk ... 54

4.1.2. Komposisi Penduduk Berdasarkan Kelompok Usia ... 55

4.1.3. Komposisi Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin ... 56

4.1.4. Komposisi Penduduk Berdasarkan Agama ... 57

4.1.5. Komposisi Penduduk Berdasarkan Pendidikan ... 58

4.1.6. Komposisi Penduduk Berdasarkan Suku Agama ... 59

(8)

4.2. Sarana dan Prasarana ... 61

4.2.1. Sarana Pendidikan ... 61

4.2.2. Sarana Tempat Ibadah ... 62

4.2.3. Prasarana Pemerintah Desa ... 63

4.2.4. Prasarana Kesehatan ... 63

4.3. Pemerintahan Desa Karang Rejo ... 64

BAB V : ANALISIS DATA 5.1. Pengantar ... 66

5.2. Karakteristik Umum ... 67

5.2.1. Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 67

5.2.2. Responden Berdasarkan Usia ... 67

5.2.3. Responden Berdasarkan Etnis/suku ... 68

5.2.4. Responden Berdasarkan Agama ... 69

5.2.5. Responden Berdasarkan Kegiatan ... 70

5.3. Tingkat Sosial Ekonomi Keluarga Responden (Variabel Bebas) ... 71

5.3.1. Pendidikan Ayah ... 71

5.3.2. Pekerjaan Ayah ... 72

5.3.3. Penghasilan Ayah... 73

5.3.4. Pendidikan Ibu ... 74

5.3.5. Pekerjaan Ibu ... 75

5.3.6. Penghasilan Ibu ... 76

5.3.7. Penghasilan Orang tua Dalam Memenuhi Kebutuhan ... 77

5.3.8. Lokasi Ayah Bekerja ... 78

5.3.9. Lokasi Ibu Bekerja ... 79

(9)

5.3.11. Hubungan Suasana Dalam Keluarga ... 81

5.3.12. Anggota Keluarga yang Menjadi Panutan ... 82

5.3.13. Anggota Keluarga yang Terdekat ... 83

5.3.14. Mengisi Waktu Luang Bersama Keluarga ... 84

5.3.15. Melakukan Makan Malam Bersama ... 85

5.3.16. Rekreasi Bersama Keluarga ... 86

5.3.17. Pergi Berekreasi ... 87

5.3.18. Memukul/menempeleng ... 88

5.3.19. Mengusir dari Rumah ... 89

5.3.20. Tuntutan Bekerja di Luar Waktu Sekolah ... 90

5.3.21. Uang Saku yang Diberikan Per Bulan ... 91

5.3.22. Cukup/tidalnya Uang Saku yang Diberikan Untuk Ditabung 92

5.4. Kenakalan Remaja 5.4.1. Berbohong ... 93

5.4.2. Membolos Sekolah... 94

5.4.3. Membuat Surat Ijin Palsu... 95

5.4.4. Berbicara di Kelas Ketika Guru Menerangkan Pelajaran ... 96

5.4.5. Menyontek di Saat Ujian ... 97

5.4.6. Mencoret-coret Tembok Sekolah ... 98

5.4.7. Berkelahi ... 99

5.4.8. Tawuran Pelajar ... 100

5.4.9. Menonton Video Porno ... 101

5.4.10. Melakukan Hubungan Seks ... 102

5.4.11. Mengkonsumsi Narkoba ... 103

(10)

5.4.13. Merokok di Sembarang Tempat... 105

5.4.14. Mencuri di Rumah ... 106

5.4.15. Mencuri di Luar Rumah ... 107

5.4.16. Merusak Barang Milik Orang Lain ... 108

5.4.17. Melakukan Pemerasan ... 109

5.4.18. Kebut-kebutan di Jalan ... 110

5.4.19. Melanggar Rambu-rambu Lalu Lintas ... 111

5.4.20. Membantah Orang Tua ... 112

5.4.21. Meninggalkan Rumah Tanpa Ijin ... 113

5.4.22. Memaki Orang Saat Berbicara ... 114

5.4.23. Mencemooh Seseorang ... 115

5.4.24. Melakukan Perjudian ... 116

5.4.25. Membunuh Seseorang ... 117

5.4.26. Frekuensi Melakukan Kejahatan... 118

5.4.27. Berurusan dengan Petugas Kepolisian ... 119

5.5. Uji Hipotesis ... 120

BAB VI : PENUTUP 6.1. Kesimpulan ... 122

6.2. Saran ... 123

(11)

1 DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Komposisi Penduduk Berdasarkan Kelompok Usia ... 55

Tabel 4.2 Komposisi Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin ... 56

Tabel 4.3 Komposisi Penduduk Berdasarkan Agama ... 57

Tabel 4.4 Komposisi Penduduk Berdasarkan Pendidikan ... 58

Tabel 4.5 Komposisi Penduduk Berdasarkan Suku Bangsa ... 59

Tabel 4.6 Komposisi Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian . 60 Tabel 4.7 Sarana Pendidikan di Desa Karang Rejo ... 61

Tabel 4.8 Sarana Tempat Ibadah ... 62

Tabel 4.9 Prasarana Pemerintahan Desa Karang Rejo ... 63

Tabel 4.10 Prasarana Kesehatan ... 64

Tabel 5.1 Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 67

Tabel 5.2 Distribusi Responden Berdasarkan Usia ... 67

Tabel 5.3 Distribusi Responden Berdasarkan Suku ... 68

Tabel 5.4 Distribusi Responden Berdasarkan Agama ... 69

Tabel 5.5 Distribusi Responden Berdasarkan Kegiatan ... 70

Tabel 5.6 Distribusi Responden Berdasarkan Pendidikan Ayah ... 71

Tabel 5.7 Distribusi Responden Berdasarkan Pekerjaan Ayah ... 72

Tabel 5.8 Distribusi Responden Berdasarkan Penghasilan Ayah .. 73

Tabel 5.9 Distribusi Responden Berdasarkan Pendidikan Ibu ... 74

Tabel 5.10 Distribusi Responden Berdasarkan Pekerjaan Ibu ... 75

(12)

2 Tabel 5.12 Distribusi Responden Berdasarkan Penghasilan Orang

Tua Dalam Memenuhi Kebutuhan ... 77

Tabel 5.13 Distribusi Responden Berdasarkan Lokasi Ayah Bekerja 78

Tabel 5.14 Distribusi Responden Berdasarkan Lokasi Ibu Bekerja 79

Tabel 5.15 Distribusi Responden Berdasarlan Komunikasi dalam

Keluarga ... 80

Tabel 5.16 Distribusi Responden Berdasarkan Hubungan Suasana

dalam Keluarga ... 81

Tabel 5.17 Distribusi Responden Berdasarkan Anggota Keluarga

yang Menjadi Panutan ... 82

Tabel 5.18 Distribusi Responden Berdasarkan Anggota Keluarga

Yang Terdekat ... 83

Tabel 5.19 Distribusi Responden Berdasarkan Mengisi Waktu Luang

Bersama Keluarga ... 84

Tabel 5.20 Distribusi Responden Berdasarkan Makan Malam

Bersama ... 85

Tabel 5.21 Distribusi Responden Berdasarkan Rekreasi Bersama

Keluarga ... 86

Tabel 5.22 Distribusi Responden Berdasarkan Pergi Berekreasi .... 87

Tabel 5.23 Distribusi Responden Berdasarkan Pernah atau Tidak

Dipukul oleh Orang Tua ... 88

Tabel 5.24 Distribusi Responden Berdasarkan Pernah atau Tidaknya

Diusir dari Rumah ... 89

Tabel 5.25 Distribusi Responden Berdasarkan Tuntutsn Bekerja di

(13)

3 Tabel 5.26 Distribusi Responden Berdasarkan Uang Saku yang

Diberikan Per Bulan ... 91

Tabel 5.27 Distribusi Responden Berdasarkan Cukup/tidaknya

Uang Saku Yang Diberikan Per Bulan Untuk Ditabung 92

Tabel 5.28 Distribusi Responden Berdasarkan Melakukan

Kebohongan ... 93

Tabel 5.29 Distribusi Responden Berdasarkan Membolos Sekolah 94

Tabel 5.30 Distribusi Responden Berdasarkan Membuat Surat

IjinPalsu ... 95

Tabel 5.31 Distribusi Responden Berdasarkan Berbicara di Kelas

Ketika Guru Sedang Menerangkan Pelajaran ... 96

Tabel 5.32 Distribusi Responden Berdasarkan Menyontek Saat

Ujian ... 97

Tabel 5.33 Distribusi Responden Berdasarkan Mencoret Tembok

Sekolah ... 98

Tabel 5.34 Distribusi Responden Berdasarkan Melakukan

Perkelahian ... 99

Tabel 5.35 Distribusi Responden Berdasarkan Tawuran Pelajar ... 100

Tabel 5.36 Distribusi Responden Berdasarkan Menonton Video

Porno ... 101

Tabel 5.37 Distribusi Responden Berdasarkan Melakukan Hubungan

Seks ... 102

Tabel 5.38 Distribusi Responden Berdasarkan Mengkonsumsi

Narkoba ... 103

(14)

4 Keras ... 104

Tabel 5.40 Distribusi Responden Berdasarkan Merokok di Sembarang

Tempat ... 105

Tabel 5.41 Distribusi Responden Berdasarkan Mencuri di Rumah 106

Tabel 5.42 Distribusi Responden Berdasarkan Mencuri di Luar

Rumah ... 107

Tabel 5.43 Distribusi Responden Berdasarkan Merusak Barang Milik

Orang Lain ... 108

Tabel 5.44 Distribusi Responden Berdasarkan Melakukan

Pemerasan ... 109

Tabel 5.45 Distribusi Responden Berdasarkan Kebut-kebutan

di Jalan ... 110

Tabel 5.46 Distribusi Responden Berdasarkan Melanggar rambu-rambu

lalu lint ... 111

Tabel 5.47 Distribusi Responden Berdasarkan Membantah

Orang Tua ... 112

Tabel 5.48 Distribusi Responden Berdasarkan Meninggalkan Rumah

Tanpa Ijin Orang Tua ... 113

Tabel 5.49 Distribusi Responden Berdasarkan Memaki-maki Orang

Lain Saat Berbicara ... 114

Tabel 5.50 Distribusi Responden Berdasarkan Mencemooh

Seseorang ... 115

Tabel 5.51 Distribusi Responden Berdasarkan Melakukan

Perjudian ... 116

(15)

5 Seseorang ... 117

Tabel 5.53 Distribusi Responden Berdasarkan Frekuensi Melakukan

Kejahatan ... 118

Tabel 5.54 Distribusi Responden Berdasarkan Berurusan dengan Tugas

(16)

6 DAFTAR BAGAN

Bagan 2.1 Bagan Alir Pemikiran... 44

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Kuesioner Penelitian

Lampiran 2 Surat Keputusan (SK) Komisi Pembimbing Skripsi Lampiran 3 Berita Seminar Proposal

Lampiran 4 Surat Ijin Penelitian di Desa Karang Rejo Kecamatan Gunung Maligas Kabupaten Simalungun

(17)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK DEPARTEMEN ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL

Nama : Adelina Puspita Devi Nim : 110902080

ABSTRAK

Pengrauh Sosial Ekonomi Keluarga Terhadap Kenakalan Remaja di Desa Karang Rejo Kecamatan Gunung Maligas Kabupaten Simalungun

Sosial ekonomi keluarga merupakan segala sesuatu yang berkaitan dengan pemenuhan kebutuhan masyarakat, antara lain dalam sandang, pangan, perumahan, pendidikan, kesehatan dan lain-lain. Kenakalan remaja adalah suatu perbuatan yang melanggar norma, aturan, atau hukum dalam masyarakat yang dilakukan pada usia remaja atau transisi, masa anak-anak ke dewasa, yang meliputi semua perilaku menyimpang dari norma-norma hukum pidana yang dilakukan remaja.

Skripsi ini terdiri dari 6 bab 124 halaman. Tipe penelitian ini adalah penelitian kualitatif dan kuantitatif. Penelitian kualitatif merupakan penelitian yang menghasilkan data deskriptif, sedangkan penelitian kuantitatif penelitian yang menggunakan model matematis dengan format ekspalanasi yang bertujuan untuk menguji hipotesis secara menyeluruh tentang sejauh mana pengaruh sosial ekonomi keluarga terhadap kenakalan remaja. Sementara itu, teknik pengumpulan data menggunakan teknik Korelasi Product Moment. Jumlah populasi dalam penelitian ini ialah 342 remaja yang berusia 11-19 tahun. Teknin penarikan sampel yang digunakan dalam penelitian ini ialah teknik penarikan sampel acak sederhana.

Berdasarkan hasil analisis data diperoleh kesimpulan bahwa ada pengaruh sosial ekonomi keluarga terhadap kenakalan remja di Desa Karang Rejo Kecamatan Gunung Maligas Kabupaten Simalungun. Adapun koefisien korelasi (r_xy) = 0,61, hasil ini menunjukkan hubungan positif yang mantap dengan taraf signifikan 5% ( taraf kepercayaan 95%) yaitu 0,339. Hal ini menunjukkan bahwa hipotesa alternatif (Ha) “ada pengaruh sosial ekonomi keluarga terhadapa kenakalan remaja” dapat diterima, sedangkan hipotesa nol (Ho) yang mengatakan “tidak ada pengaruh sosial ekonomi keluarga terhadap kenakalan remaja “tidak dapat diterima (ditolak)”.

(18)

UNIVERSITY OF NORTH SUMATERA

FACULTY OF SOCIAL AND POLITICAL SCIENCE DEPARTEMENT OF SOCIAL WELFARE SCIENCE

Name : Adelina Puspita Devi Nim : 110902080

ABSTRACT

The Influence of Familiy Social Economy To Juvenile Delinquency In Karang Rejo Village Gunung Maligas Subdistrict Simalungun

Social Economy is everything that relating with needs of the public, like in food-clothing, housing, education, health, and others. Juvenile Delinquency is actions that violate the norms, regulation, or law in public that do in age of adolescence or transition, child into adult it all deviant behavior from law criminal norms that actions by adolescent.

This minithesis consists of 6 chpater 124 pages. The type of research is qualitative and quantitave research. Quatlitative research is research that generates descriptive data, whereas quantitative research is using mathematichs model with explanation format that purpose to the test of hypothesis thorughly about the extent of the influence of family to social economy to juvenile delinquency. Meanwhile, data of accumulation technique use Korelasi Product Moment. The population of the research are 342 adolescent of 11-19 age, and sample technique is simple random sampling technique.

Based on result data analyze retrieved conclusion that “there influence family social economy to juvinile delinquency in Karang Rejo Village Gunung Maligas Subdistrict Simalungun Regency. The result koefisien korelasi (r_xy) = 0,61, this result showed positive connection was steady with significant degree 5% is 0,339. The thing showed that alternative Hypothesis (Ha) “there influence family social economy ti juvinile “accaptable”, meanwhile Nol Hypothesis (Ho) said” there is no influence family social economy to juvinile delinquency “not accaptable” (rejected).

(19)

7 PENDAHALUAN

1.1.Latar Belakang Masalah

Akhir-akhir ini kenakalan remaja di masyarakat semakin meningkat.Kenakalan remaja tersebut meliputi perbuatan-perbuatan yang sering menimbulkan keresahan di lingkungan masyarakat,sekolah maupun keluarga. Contoh yang sangat sederhana dalam hal ini antara lain pencurian oleh remaja,perkelahian di kalangan anak didik yang kerap kali berkembang menjadi perkelahian antar-sekolah,mengganggu wanita di jalan yang pelakunya anak remaja. Demikian juga sikap anak yang memusuhi orang tua dan sanak saudaranya,atau perbuatan-perbuatan lain yang tercela seperti menghisap ganja,mengedarkan pornografis dan coret-coret tembok pagar yang tidak pada tempatnya.

Maraknya kasus kenakalan remaja di kalangan masyarakat yang membuat masyarakat resah seperti geng motor.Mereka sudah tidak merasa bahwa perbuatan itu sangat tidak terpuji dan bisa mengganggu ketenangan masyarakat. Sebaliknya mereka merasa bangga jika masyarakat takut. Adanya rasa bangga bagi anggota geng motor yang mampu merobohkan lawan, merusak harta benda. Tindak kejahatan yang dilakukan sebagian besar perampasan barang berharga milik korban, seperti uang, Handpone, dompet, hingga motor. Dalam aksinya, mereka tak segan-segan menganiaya korban,merampok, merusak fasilitas umum, merupakan musibah bagi masyarakat tanggal 17 Januari 2015 pukul 17:20 WIB).

(20)

8

tersebut tidak dijatuhi hukuman dikarenakan usia yang masih di bawah umur dan mendapatkan pelayanan sosial (metro.sindonews.com. Diakses pada tanggal pada tanggal 17 Januari 2015 pukul 19:10).

Kapolda Metro Jaya Irjen Putut Bayu Ajiseno mengatakan bahwa terjadi peningkatankenakalan remaja sebanyak 11 kasus atau 36.66% di tahun 2012. Total kasus kenakalan remaja yang terjadi selama 2012 mencapai 41 kasus, sementara pada tahun 2011 hanya 30 kasus Januari 2015 pukul 20:45 WIB).

Data yang dihimpun oleh Komnas Anak menunjukkan, jumlah tawuran pelajar sudah memperlihatkan kenaikan pada enam bulan pertama tahun 2012. Hingga bulan Juni, sudah terjadi 139 tawuran kasus tawuran di wilayah Jakarta. Sebanyak 12 kasus menyebabkan kematian. Sementara pada 2011, ada 339 kasus tawuran menyebabkan 82 anak meninggal dunia. Berdasarkan data kasus tawuran pelajar 2012 di wilayah hukum Polda Metro Jaya, sudah terjadi puluhan kasus tawuran pelajar yang menimbulkan korban luka dan meninggal dunia Diakses pada tanggal 17 Januari 2015 pukul 21:00 WIB).

(21)

9

Selain seks bebas, kasus aborsi juga sangat menonjol. Sebuah laporan yang diliris Antara (16/02/09), kasus aborsi di Indonesia setiap tahunnya mencapai 2,3 juta dan 30 persen pelakunya masih remaja. Data dari Luh Putu Ikwa Widani dari LSM Kita Sayang Remaja, lembaga ini meneliti di 9 kota besar dan menemukan angka kehamilan yang tidak diinginkan atau KTD pada remaja meningkat menjadi 150-200 ribu kasus per tahunnya.Sebuah survei yang dilakukan di 33 provinsi pada pertengahan tahun 2008 melaporkan bahwa 63 persen remaja di Indonesia sekolah SMP dan SMA sudah melakukan hubungan seksual di luar nikah dan 21 persen diantaranya melakukan kasus aborsi. Secara umum survei itu mengindikasikan bahwa pergaulan remaja di Indonesia makin mengkhawatirkan

Selajutnya, kasus penylahgunaan narkoba. Di kalangan remaja, sangat banyak kasus tentang penyalahgunaan narkoba.Berdasarkan hasil survei Badan Narkoba Nasional (BNN) Tahun 2005 terhadap 13.710 responden di kalangan pelajar dan mahasiswa menunjukkan penyalahgunaan narkoba usia termuda 7 tahun dan rata-rata pada usia 10 tahun. Survei dari BNN ini memperkuat hasil penelitian Prof. Dr. Dadang Hawari pada tahun 1991 yangmenyatakan bahwa 97% pemakai narkoba yang ada selama tahun 2005, 28% pelakunya adalah remaja usia 17-24 tahun

(22)

10

Pada tahun 2007 sebanyak 2.255 kasus dengan 2.789 tersangka, tahun 2008 sebanyak 2.525 kasus dengan 3.287 tersangka. Hingga September 2009 lalu, terdapat 2.048 kasus dengan 2.650 tersangka. Tahun 2007 misalnya, tersangka kasus narkoba yang dilakukan oleh PNS/TNI/Polri sebanyak 49 kasus, swasta sebanyak 2.142, mahasiswa 52 kasus dan pelajar 17 kasus. Jumlah tersebut meningkat tajam pada tahun 2008, di mana tersangka kasus narkoba yang menyangkut PNS/TNI/Polri sebanyak 216 kasus, swasta sebanyak 2.517 kasus, mahasiswa 44 kasus dan pelajar 31 kasus. Berdasarkan jenjang pendidikan, pengguna narkoba yang terbanyak adalah remaja dengan jenjang pendidikan SMA sebanyak2.586 kasus, SLTP 555 kasus, SD

85 kasus dan Perguruan Tinggi 61 kasus

tanggal 18 Januari 2015 pukul 22.10 WIB).

Menurut Data Biro Statistik Universitas Gajah Mada (UGM) Yogyakarta, 5 provinsi di Indonesia yang memiliki angka kenakalan remaja yang tinggi adalah Provinsi Sumatera Utara, DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur

Selama tahun 2014, tercatat 324 kasus kenakalan remaja. Dengan rincian, Januari 50 kasus, Februari 25 kasus, Maret 10 Kasus , April 38 kasus, Mei nihil, Juni 109 kasus, Juli nihil Agustus 92 kasus. “Rata-rata kasus judi, bolos serta tawuran,” ujarnya. Tahun lalu, angka kenakalan remaja mencapai 529 kasus pukul 16 : 55 WIB).

(23)

11

kejahatan ini antara lain pencurian, perampokan, pemerkosaan, alkoholisme, penyalahgunaan obat-obatan terlarang dan lain-lain. Seperti yang terlihat di kota-kota besar, dimana perkelahian antar pelajar misalnya menjadi trend yang banyak menimbulkan korban. Pencurian, perampokan, mempergunakan obat-obatan terlarang bagi sebagian remaja sudah merupakan hal yang tidak asing lagi (http:// 2015 pukul 19 : 15).

Anak-anak remaja yang melakukan kejahatan itu pada umumnya kurang melakukan kontrol diri, atau justru menyalahgunakan kontrol diri tersebut, dan suka menegakkan standar tingkah laku sendiri, disamping meremehkan keberadaan orang. Kejahatan yang mereka lakukan pada umumya disertai unsur-unsur mental dengan motif-motif subyektif, yaitu untuk mencapai satu obyek tertentu dengan disertai kekerasan dan agresi (Sudarsono, 2004 : 17).

Minddendorf mengemukakan pendapatnya pada salah satu karangan Kartini Kartono menyatakan bahwa ada kenaikan jumlah kenalakan remaja dalam kualitas dan peningkatan dalam kegerangan serta kebengisannya yang lebih banyak dilakukan dalam aksi-aksi kelompok daripada tindak kejahatan individual. Fakta kemudian menunjukkan bahwa semua tipe kejahatan remaja itu semakin bertambah jumlahnya dengan semakin lajunya perkembangan industrialisasi dan urbanisasi. Di kota-kota industri dan kota besar yang cepat berkembang secara fisik, terjadi kasus kejahatan yang jauh lebih banyak daripada dalam masyarakat primitif atau di desa-desa. Di Indonesia masalah kenakalan remaja telah mencaapai tingkat yang cukup meresahkan masyarakat (Mindedendorf, dalam Kartono, 1992 : 3).

(24)

12

penyebab kenakalan remaja dapat berupa faktor internal dan faktor eksternal. Adapun faktor internal meliputi kepribadian, jenis kelamin dan kedudukan dalam keluarga. Sedangkan faktor eksternal yang dibedakan antara interpersonal

environment dan cultural environment. Secara khusus, faktor interpersonal

environement meliputi disharmonisai keluarga, perlindungan yang berlebihan,

pendidikan yang kurang baik. Adapun cultural environment melputi lingkungan sekolah, media komunikasi massa, dan disorganisasi sosial.

Keadaan sosial ekonomi keluarga berpengaruh terhadap perkembangan anak-anak, apabila kita perhatikan bahwa dengan adanya perekonomian yang cukup, lingkungan material yang dihadapi anak di dalam keluarganya itu lebih luas, ia mendapatkan kesempatan yang lebih luas untuk mengembangkan bermacam-macam kecakapan yang tidak dapat ia kembangkan apabila tidak ada prasarananya. Hubungan orang tua dalam status sosial ekonomi serba cukup dan kurang mengalami tekanan-tekanan fundamental seperti dalam memperoleh nafkah hidupnya yang memadai. Orang tuanya dapat mencurahkan perhatian yang lebih mendalam pada pendidikan anak-anaknya apabila ia tidak dibebani dengan masalah-masalah kebutuhan primer kehidupan manusia (Gerungan, 2009 : 46).

(25)

13

Kartono mengemukakan bahwa jumlah kenakalan remaja paling banyak adalah terkonsentrasi pada kelas ekonomi rendah yang menghuni daerah perkampungan miskin di tengah kota. Perbandingan jumlah delinkuensi di antara daerah perkampungan miskin yang rawan dengan daerah yang memiliki banyak privelege diperkirakan 50:1 (Kartono, 1992 : 6).

Pengaruh sosial dan kultural memainkan peranan besar dalam menentukan tingkah laku delinkuen pada anak-anak remaja. Mereka sangat terpengaruh oleh stimuli sosial yang jahat, sehingga anak menjadi delinkuen. Stimuli sosial yang buruk itu antara lain:lingkungan sosial ekonomi rendah dengan banyak kaum pekerja tidak terlatih, daerah slum, kawasan perumahan baru yang transisional dengan banyak kasus defisiensi mental, cacat mental dan jasmaniah, alkoholisme dan daerah-daerah rawan sarang para penjahat, dan lain-lain (Kartono, 1992 : 4).

Di kalangan kelas menengah dan tinggi dalam masyarakat modern sekarang pada dekade terakhir ini anak mudanya yang hidup sejahtera dan makmur banyak yang ikut-ikutan menajadi delinkuen, khususnya hal ini terdapat di negara-negara yang sejahtera dan teknis maju. Mereka banyak menjadi delinkuen disebabkan faktor kejemuan dan kejenuhan. Kemewahan dan kemakmuran membuat anak tadi menjadi terlalu manja, lemah secara mental,bosan karena terlalu lama menganggur, , tidak mampu memanfaatkan waktu kosong dengan perbuatan yang bermanfaat, dan terlalu enak hidup santai, maka dalam iklim subkultur makmur santai tadi anak-anak remaja ini menjadi agresif dan memberontak, lalu berusaha mencari kompensasi bagi kehampaan jiwa dengan melakukan perbuatan delinkuen jahat yang hebat (Gunarsa, 2003 : 108).

(26)

14

luang ini mereka banyak menyibukkan diri dengan kegiatan iseng, kebut-kebutan di jalan raya, mabuk-mabukan dan menggunakan bermacam-macam obat bius. Di tengah gang ini para remaja bisa mendapatkan kompensasi bagi kekecewaannya, bahkan memperoleh kepuasaan substitut dari kawan sebaya. Mereka merasa mendapatkan bantuan materiil, dukungan moral, status sosial dan perlindungan dari anggota kelompoknya. Dalam kondisi sedemikian ini, anak-anak remaja itu mendapatkan keberanian untuk ‘’bereksperimen’’ dalam bentuk tindak kriminal dan pada akhirnya mereka benar-benar menjadi kriminal (Sudarsono, 2004 : 26).

Dari hasil penelitiannya di Amerika, Mc. Donald mengatakan bahwa anak laki-laki dari tingkat sosial ekonomi rendah banyak terlibat dalam tindakan kejahatan dibandingkan golongan lain terutama mengenai tindakan pidana yang berhubungan dengan tidakan merusak dan kekerasan (Mc.Donald dalam Dariyo, 2004 : 73).

Sedangkan menurut (Santrock, 2007 : 290) kenakalan remaja lebih banyak terjadi pada golongan sosial ekonomi yang lebih rendah. Sementara itu, orangtua yang sibuk mencari nafkahuntuk memenuhi kebutuhan ekonomi tidak sempat memberikan bimbingan dan melakukan pengawasan terhadap perilaku putra-putrinya, sehingga remaja cenderung dibiarkan menemukan dan belajar sendiri serta mencari pengalaman sendiri. Tuntutan kehidupan yang keras menjadikan remaja-remaja kelas sosial ekonomi rendah menjadi agresif.

Menurut Cristed Pernama Barus dengan studi kasusnya Sosial Ekonomi Keluarga Dan Hubunganya Dengan Kenakalan Remaja Di Desa Lantasan Baru Kecamatan Patumbak Kabupaten Deli Serdang bahwa kenakalan tidak hanya dilakukan oleh remaja yang berasal dari golongan sosial ekonomi rendah ataupun sosial ekonomi tinggi. Remaja yang berasal dari golongan sosial ekonomi sedang

(27)

15

(Jurnal.usu.ac.id/idex.php/ws/article. Diakses pada tanggal 18 Februari 2015 pukul 21 :43).

Berdasarkan uraian di atas tampaknya kenakalan remaja sangat berkaitan dengan keadaan sosial ekonomi keluarga. Remaja merupakan generasi penerus bangsa yang dituntut untuk lebih inovatif dan kreatif serta penuh dedikasi. Di tangan merekalah ditentukan maju atau mundurnya kehidupan bangsa.Untuk itu penulis tertarik mengangkat masalah kenakalan remaja di Desa Karang Rejo Kecamatan Gunung Maligas Kabupaten Simalungun.Alasan penulis memilih lokasi ini karena Desa Karang Rejo merupakan daerah suburban,yaitu daerah yang terletak di antara kota dan urban, atau daerah yang terletak di antara kota dan desa, jadi daerah tersebut merupakan daerah transisi sehingga masyarakat khususnya remaja Desa Karang Rejo mengikuti pola kehidupan sosial masyarakat kota. Dimana masyarakat daerah tersebut dominan memiliki tingkat sosial ekonomi yang rendah namun perilaku remajanya mengikuti gaya hidup masyarakat kota yang terbiasa dengan pola hidup mewah.

Untuk itu penulis akan melaksanakan penelitian dengan judul “Pengaruh Sosial Ekonomi Keluarga Terhadap Kenakalan Remaja di Desa Karang Rejo

Kecamatan Gunung Maligas Kabupaten Simalungun”.

(28)

16

Berdasarkan latar belakang masalah penelitian yang telah diuraikan sebelumnya, peneliti membatasi masalah penelitian yaitu remaja dengan sosial ekonomi rendah. Adapun masalah peneletian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:’’Apakah Sosial Ekonomi Keluarga Berpengaruh Terhadap Kenakalan Remaja di Desa Karang Rejo Kecamatan Gunung Maligas Kabupaten Simalungun?’’

1.3. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui bentuk-bentuk kenakalan remaja

2. Untuk mengetahui latar belakang sosial ekonomi keluarga pelaku kenakalan remaja di Desa Karang Rejo Kecamatan Gunung Maligas Kabupaten Simalungun

3. Untuk mengetahui bagaimana sosial ekonomi keluarga mempengaruhi kenakalan remaja di Desa Karang Rejo Kecamatan Gunung Maligas Kabupaten Simalungun.

1.4. Manfaat Penelitian

1. Dapat digunakan untuk lebih mendalami pengaruh yang disebabkan sosial ekonomi keluarga terhadap kenalan remaja

2. Menjadi referensi dalam rangka pemahaman perilaku remaja

(29)

17 1.5. Sistematika Penulisan

BAB I : PENDAHULUAN

Berisikan latar belakang masalah,perumusan masalah,tujuan dan manfaat penelitian serta sistematika penulisan .

BAB II : TINJAUN PUSTAKA

Berisikan uraian konsep dan teori-teori yang berkaitan dengan masalah yang diteliti,kerangka pemikiran,hoptesa,defenisi konsep dan defenisi operasional.

BAB III : METODE PENELITIAN

Berisikan tipe penelitian,lokasi penelitian,populasi dan sampel penelitian,teknik pengumpulan data dan teknik analisis data.

BAB IV : DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

Berisikan penguraian tentang sejarah geografis dan gambaran umum lokasi penelitian yang berhubungan dengan masalah objek yang diteliti.

BAB V : ANALISA DATA

Berisikan tentang uraian data yang diperoleh dari pengumpulan data penelitian yaitu melalui observasi,kuisioner,dan wawancara.

BAB VI : PENUTUP

(30)

18 BAB II

TINAJUAN PUSTAKA

2.1. Pengertian Sosial Ekonomi

Kata sosial berasal dari kata ‘’socious’’ yang artinya kawan (teman). Dalam hal ini arti kawan bukan terbatas sebagai teman sepermainan, teman sekelas, teman sekampung dan sebagaianya.Yang dimaksud kawan disini adalah mereka (orang-orang) yang ada di sekitar kita, yakini yang tinggal dalam satu lingkungan tertentu dan mempunyai sifat yang saling mempengaruhi (Wahyuni,1986 :60).

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata sosial berarti segala seuatu yang berkenaan dengan masyarakat (KBBI,2002 : 1454). Sedangkan kata sosial menurut Departemen Sosial adalah segala sesuatu yang dipakai sebagai acuan dalam berinterkasi antar manusia dalam konteks masyarakat atau komuniti, sebagai acuan berarti sosial bersifat abstrak yang berisi simbol-simbol berkaitan dengan pemahaman terhadap lingkungan, dan berfungsi untuk mengatur tindakan-tindakan yang dimunculkan oleh individu-individu sebagai anggota suatu masyarakat. Sehingga dengan demikian,sosial haruslah mencakup lebih dari seorang individu yang terkait pada satu kesatuan interaksi,karena lebih dari seorang individu yang saling berfungsi satu dengan lainnya (http:www.depsos.go.id/).

(31)

19

Jadi dapat dikatakan bahwa ekonomi bertalian dengan proses pemenuhan keperluan hidup manusia sehari-hari (http://id.wikipedia.org/Ilmu_ekonomi).

Menurut istilah dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, ekonomi berarti segala sesuatu tentang azas-azas produksi, distribusi dan pemakaian barang-barang serta kekayaan (seperti perdagangan,hal keuangan, dan perindustrian) (KBBI,2002 : 379).

Dari beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa sosial ekonomi diartikan sebagai suatu keadaan atau kedudukan yang diatur secara sosial dan menetapkan seseorang dalam posisi tertentu dalam struktur masyarakat sebagai segala segala sesuatu yang berkaitan dengan pemenuhan kebutuhan masyarakat, antara lain dalam sandang, pangan, perumahan, pendidikan, kesehatan dan lain-lain.Kehidupan sosial ekonomi harus di pandang sebagai sistem (sistem sosial), yaitu keseluruhan bagian bagian atau unsur-unsur yang saling berhubungan dalam satu kesatuan.

2.2. Keluarga dan Sosial Ekonomi Keluarga

2.2.1. Pengertian Keluarga

(32)

20

sosial yang tetap, maka dengan sendirinya orang tua mempunyai peranan yang penting terhadap proses sosialisasi anak (Sunarto, 2004 : 92).

Pada hakikatnya, keluarga merupakan hubungan seketurunan maupun tambahan yang di atur melalui kehidupan perkawinan bersama searah dengan keturunannya yang merupakan satuan khusus. Keluarga pada dasarnya merupakan suatu kelompok yang terbentuk dari suatu hubungan seks yang tetap (Su’adah,2005:22).

Bugges dan Locke juga mengemukakan terdapatnya 4 karakteristik keluarga yang terdapat pada semua keluarga,yaitu:

1. Keluarga adalah susunan orang-orang yang disatukan oleh ikatan-ikatan perkawinan, darah,atau adopsi.Pertalian antara suami dan isteri adalah perkawinan dan hubungan antara orang tua dan anak biasanya adalah darah,dan kadangkala adopsi.

2. Anggota-anggota keluarga ditandai dengan hidup bersama di bawah satu atap dan merupakan susunan satu rumah tangga atau jika mereka bertempat tinggal,rumah tangga tersebut menjadi rumah mereka.

3. Keluarga merupakan kesatuan dari orang-orang yang berinteraksi dan berkomunikasi yang menciptakan peranan-peranan sosial bagi si suami dan isteri,ayah dan ibu,putra-putri,saudara laki-laki dan saudara perempuan.Peranan-peranan tersebut dibatasi oleh masyarakat,tetapi masing-masing keluarga diperkuat oleh kekuatan melalui sentimen-sentimen,yang sebahagian merupakan tradisi dan sebahagian lagi emosional,yang menghasilkan pengalaman.

(33)

21

kompleks masing-masing keluarga mempunyai ciri-ciri yang berlainan dengan keluarga lainnya (Bugges dan Locke, dalam Suhendi, 2001 : 32)

2.2.2. Sosial Ekonomi Keluarga

Kehidupan sosial ekonomi harus dipandang sebagai yaitu satu keseluruhan bagian-bagian atau unsur-unsur yang saling berhubungan dalam suatu kesatuan.Interaksi ini pertama sekali pada keluarga dimana ada terjadi hubungan ayah,ibu dan anak. Dengan adanya interaksi antara anggota keluarga maka akan muncul hubungan dengan msayarakat luas. Terdapat perbedaan interaksi pada masyarakat yang bertempat tinggal di desa dan di kota, tentu saja ini dipengaruhi oleh lingkungan sekitar. Hal inilah yang mempengaruhi gaya hidup seseorang.

Untuk melihat kedudukan dalam sosial ekonomi keluarga, dapat dilihat dari pekerjaan, penghasilan, dan pendidikan.

a. Pekerjaan

Pekerjaan akan menentukan status sosial ekonomi karena dari bekerja segala kebutuhan akan dapat terpenuhi. Pekerjaaan tidak hanya mempunyai nilai ekonomi namun usaha manusia untuk mendapatkan kepuasan dan mendapatkan imbalan atau upah, berupa barang dan jasa akan terpenuhi kebutuhan hidupnya.

(34)

22

mengkonsumsi barang dan jasa hasil pembangunan dengan demikian menjadi lebih jelas, barang siapa yang mempunyai produktif, maka ia telah nyata berpartisipasi secara nyata dan aktif dalam pembangunan

b. Pendapatan

Pendapatan akan mempengaruhi status sosial seseorang, terutama akan ditemui dalam masyarakat yang materialis dan tradisional yang menghargai status sosial ekonomi yang tinggi terhadap kekayaan. Christopher dalam Sumardi (2004) mendefinisikan pendapatan berdasarkan kamus ekonomi adalah uang yang diterima oleh seseorang dalam bentuk gaji, upah sewa, bunga, laba dan lain sebagainya.

Keluarga dengan pendapatan yang lebih tinggi dapat mengumpulkan kekayaan dan tidak hanya fokus pada pemenuhan kebutuhan pokok (tersier) tetapi pemenuhan kebutuhan sekunder dan tersier sambil dapat mengkonsumsi dan menikmati kemewahan. Sedangkan keluarga dengan pendapatan yang rendah hanya bisa memenuhi kebutuhan pokoknya (tersier), bahkan mereka terkandang meminjam uang dengan orang lain untuk memenuhi kebutuhan pokoknya.

c. Pendidikan

Pendidikan sangatlah penting peranannya dalam kehidupan bermasyarakat. Dengan memiliki pendidikan yang cukup maka seseorang akan mengetahui mana yang baik dan mana yang dapat menjadikan seseorang menjadi berguna baik untuk dirinya sendiri maupun untuk orang lain yang membutuhkannya.

(35)

23

pendidikan sebagai berikut. Pendidikan menurut Soekanto (2003): “Pendidikan merupakan suatu alat yang akan membina dan mendorong seseorang untuk berfikir secara rasional maupun logis, dapat meningkatkan kesadaran untuk menggunakan waktu sebaik-baiknya (seefektif dan seefisien mungkin) dengan menyerap banyak pengalaman mengenai keahlian dan keterampilan sehingga menjadi cepat tanggap terhadap gejala-gejala sosial yang terjadi”. Sedangkan menurut Kartono dalam Sardiman (2002) “Pendidikan adalah segala perbuatan yang etis, kreatif, sistematis dan intensional dibantu oleh metode dan teknik ilmiah diarahkan pada pencapaian tujuan pendidikan tertentu”

Berdasarkan dari pekerjaan, pendapatan, pendidikan, maka masyarakat dapat digolongkan kedalam kedudukan sosial ekonomi rendah, sedang, dan tinggi.

1. Golongan masyarakat berpenghasilan rendah

Golongan masyarakat berpenghasilan rendah yaitu masyarakat yang menerima pendapatan lebih rendah dari keperluan untuk memenuhi tingkat hidup yang minimal. Untuk memenuhi tingkat hidup yang minimal, mereka perlu mendapatkan pinjaman dari orang lain. Karena tuntutan kehidupan yang keras, kehidupan remajanya menjadi agresif. Sementara itu, orangtua yang sibuk mencari nafkah untuk memenuhi kebutuhan ekonomi tidak sempat memberikan bimbingan dan melakukan pengawasan terhadap perilaku putra-putrinya,sehingga remaja cenderung dibiarkan menemukan dan belajar sendiri serta mencari pengalaman sendiri.

(36)

24

Golongan masyarakat bepenghasilan sedang yaitu pendapatan yang hanya cukup untuk memenuhhi kebutuhan pokok dan tidak dapat menabung.

3. Golongan masyarakat bepenghasilan tinggi

Golongan masyarakat berpenghasilan tinggi yaitu selain dapat memenuhi kebutuhan pokok, juga sebagian dari pendapatannya itu dapat ditabungkan dan digunakan untuk kebutuhan yang lain. Remaja dalam golongan ini sering berada dalam kemewahan yang berlebihan. Remaja dengan mudahnya mendapatkan segala sesuatu, membuatnya kuarang menghargai dan menganggap sepele, yang dapat menciptkan kehidupan berfoya-foya, sehingga anak dapat terjerumus dalam lingkungan anti-sosial (Tan dalam Koentjaraningrat, 1981 : 35).

Berdasarkan penggolongannya, BPS membedakan pendapatan masyarakat menjadi 4 golongan yaitu :

1) Golongan pendapatan sangat tinggi adalah jika pendapatan rata-rata lebih dari Rp. 3.500.000,00 per bulan

2) Golongan pendapatan tinggi adalah jika pendapatan rata-rata antara Rp. 2.500.000,00 s/d Rp. 3.500.000,00 per bulan

3) Golongan pendapatan sedang adalah jika pendapatan rata-rata dibawh antara Rp. 1.500.000 s/d Rp. 2.500.000,00 per bulan

(37)

25 2.2.3. Peranan dan Fungsi Keluarga

Pada dasarnya keluarga mempunyai fungsi-fungsi pokok yaitu fungsi yang sulit dirubah dan digantikan oleh orang lain. Sedangkan fungsi-fungsi lain atau fungsi-fungsi sosial, relatif lebih mudah berubah atau mengalami perubahan.

Fungsi-fungsi pokok tersebut antara lain: 1. Fungsi biologik

Keluarga merupakan tempat lahirnya anak-anak, fungsi biologik orang tuan ialah melahirkan anak. Fungsi ini merupakan dasar kelangsungan hidup masyarakat. Namun fungsi ini pun juga mengalami perubahan, karena keluarga sekarang cenderung kepada jumlah anak yang sedikit. Kecenderungan kepada jumlah anak yang lebih sedikit ini dipengaruhi oleh faktor-faktor:

a. Perubahan tempat tinggal keluarga dari desa ke kota b. Makin sulitnya fasilitas perumahan

c. Banyaknya anak dipandang sebagai hambatan untuk mencapai sukses material keluarga

d. Banyaknya anak dipandang sebagai hambatan untuk tercapainya kemesraan keluarga

e. Meningkatnya taraf pendidikan wanita berakibat berkurangnya fertilitanya

f. Berubahnya dorongan dari agama agar keluarga mempunyai banyak anak g. Makin banyaknya ibu-ibu yang bekerja di luar rumah

(38)

26

2. Fungsi afeksi

Dalam keluarga terjadi hubungan sosial yang penuh dengan kemesraan dan afeksi. Hubungan afeksi ini tumbuh sebagai akibat hubungan cinta kasih yang menjadi dasar perkawinan. Dari hubungan cinta kasih ini lahirlah hubungan persaudaraan, persahabatan, kebiasaan, identifikasi, perasaan pandangan dan nilai-nilai. Dasar cinta kasih dan hubungan afeksi ini merupakan faktor penting bagi perkembangan anak. Dalam masyarakat yang semakin impersonal, sekuler,dan asing , pribadi sangat membutuhkan hubungan afeksi seperti yang terdapat dalam keluarga, suasana afeksi itu tidak dalam institusi sosial yang lain.

3. Fungsi sosialisasi

Fungsi sosialisasi ini menunjuk peranan keluarga dalam membentuk kepribadian anak. Melalui interaksi sosial dalam keluarga itu anak mempelajari pola-pola tingkah laku, sikap, keyakinan, cita-cita, dan nilai-nilai dalam masyarakat dalam rangka pekembangan kepribadiannya (Khairuddin,1970 : 48).

Sementara itu, Horton dan Hunt,(dalam Sunarto, 2004 : 66) mengemukakan fungsi dari keluarga yaitu :

1. Keluarga berfungsi untuk mengatur penyaluran dorongan seks. Tidak ada masyarakat yang memperbolehkan hubungan seks sebebas-bebasnya anatara siapa saja dalam masyarakat.

2. Reproduksi dalam pengembangan keturunan pun selalu dibatasi dengan aturan yang menempatkan kegiatan ini dalam keluarga.

(39)

27

4. Keluarga mempunyai fungsi afeksi, dimana keluarga memberikan cinta kasih pada seorang anak. Berbagai studi telah memperlihatkan bahwa seorang anak yang tidak menerima cinta kasih dapat berkembang menjadi penyimpang,menderita gangguan kesehatan dan dapat meninggal.

5. Keluarga memberikan status pada seorang anak, bukan hanya status yang diperoleh seperti status yang terikat dengan jenis kelamin, urutan kelahiran dan hubungan kekerabatan tetapi juga di dalamnya termasuk status status yang diperoleh orang tua yaitu status dalam suatu kelas ekonomi tertentu. 6. Keluarga memberikan perlindungan pada anggotanya, baik perlindungan fisik

maupun perlindungan yang bersifat kejiwaan.

Dari beberapa penyajian tentang fungsi keluarga, dapat disimpulkan bahwa fungsi keluarga erat kaitannya dengan perilaku remaja, dimana seorang anak yang mendapat perhatian dan kasih sayang dari keluarga akan memiliki pola perilaku yang lebih baik. Sebaliknya, anak yang tidak menerima cinta dan kasih sayang orang tua dapat berkembang menjadi anak yang memilki pola perilaku menyimpang. Anak akan merasa kesepian, menjadi pendiam, bingung, cemas, gelisah dan sulit dalam proses pembentukan perilaku anak. Akibatnya sikap perilaku anak lebih cenderung anarkis dan mengarah ke tindakan juvenile deliquency dalam segala hal, terutama dalam pergaulan, bersosialisasi dengan masyarakat dan bahkan menjalin hubungan dengan keluarga.

(40)

28

yang tidak sempurna tersebut akan menjadi salah satu faktor penyebab kenakalan remaja.

Peranan keluarga dalam memberikan pendidikan seks pada anak sangatlah penting untuk mengurangi atau mencegah penyalahgunaan seks, khususnya untuk mencegah dampak-dampak negatif yang tidak diharapkan seperti kehamilan yang tidak direncanakan, penyakit menular seksual, depresi dan perasaan berdosa.Keluarga menjadi faktor penting dalam menanamkan dasar kepribadian seseorang setelah dewasa. Jadi gambaran kepribadian yang terlihat dan diperlihatkan seorang remaja, banyak ditentukan oleh keadaan dan proses-proses yang ada dan terjadi sebelumnya.

2.3. Remaja

2.3.1. Pengertian Remaja

Istilah adolescence sesungguhnya memiliki arti yang luas yang mencakup kematangan mental, emosional, sosial, dan fisik . Remaja adalah suatu usia di mana individu menjadi terintegrasi ke dalam masyarakat dewasa, suatu usia dimana anak tidak merasa bahwa dirinya berada di tingkat orang yang lebih tua melainkan merasakan hal sama, atau paling tidak sejajar (Hurlock, dalam Ali, 2004 : 22).

(41)

29

Mappiare (1982), juga menjelaskan bahwa masa remaja berlangsung antara umur 12 tahun sampai dengan 21 tahun bagi wanita dan 13 tahun sampai dengan 22 tahun bagi pria. Rentang usia remaja ini dapat dibagi menjadi dua bagian,yaitu usia 12/13 tahun sampai dengan 17/18 tahun sampai dengan 21/22 tahun adalah remaja akhir (Mappiare, dalam Ali, 2004 : 18)

Sedangkan menurut Anna Freud (1990), berpendapat bahwa pada masa remaja terjadi proses perkembangan meliputi perubahan-perubahan yang berhubungan dengan perkembangan psikoseksual, dan juga terjadi perubahan dalam hubungan dengan orang tua dan cita-cita mereka, dimana pembentukan cita-cita merupakan proses pembentukan orientasi masa depan ( Freud, dalam Jahja, 2011 : 220)

Berdasarkan pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa remaja adalah tahap kehidupan ketika seseorang berumur belasan tahun. Pada masa remaja manusia tidak dapat disebut suda adalah masa peralihan manusia dari anak-anak menuju dewasa yang berjalan antara umur 11 tahun sampai 21 tahun.

2.3.2. Ciri-ciri Masa Remaja

(42)

30

1. Kegelisahan : kedaan yang tidak tenang menguasai diri si remaja. Mereka mempunyai banyak macam keinginan yang tidak selalu dapat dipenuhi. Di satu pihak ingin mencari pengalaman, karena diperlukan untuk menambah pengetahuan dan keluwesan dalam tingkah laku. Di pihak lain mereka merasa diri belum mampu melakukan berbagai hal.

2. Pertentangan : pertentangan-pertentangan yang terjadi di dalam diri mereka juga menimbulkan kebingungan baik bagi diri mereka sendiri maupun orang lain.

3. Berkeinginan besar mencoba segala hal yang belum di ketahuinya. Mereka ingin mengetahui macam-macam hal melalui usaha-usaha yang dilakukan dalam berbagai bidang.

4. Keinginan mencoba seringpula diarahkan pada diri sendiri maupun terhadap orang lain. Keinginan mencoba ini tidak hanya dalam bidang obat-obatan akan tetapi meliputi juga segala hal yang berhubungan dengan fungsi-fungsi kebutuhannya.

5. Keinginan menjelajah ke alam sekitar pada remaja lebih luas. Bukan hanya lingkungan dekatnya saja yang ingin diselidiki,bahkan lingkungan yang lebih luas lagi.

6. Mengkhayal dan berfantasi

Khayalan dan fantasi dapat bersifat positif, sebagai suatu penghematan untuk daya kreatifiktasnya yang tidak memerlukan biaya. Sebagaian besar kreatifitas dan eksperimen dilakukan dalam alam fantasinya, tanpa biaya, hanya perlu adanya perlengkapan daya kreatifitas yang positif.

(43)

31

kenyataannya belum mampu hidup terlepas dari keluarga,maupun dari keinginan menjelajah alam, menggali misteri yang ada dalam lingkungan alam tetapi terbatasnya biaya, materi serta kesanggupan remaja. Keadaan ini menyebabkan para remaja merasa diri tak berdaya dalam suasana dan situasi yang justru dikuasai segalan keinginan untuk bertindak, berbuat dan bereksplorasi.

Sedangkan menurut Jahja (2011 : 235), pada masa remaja terjadi perubahan yang cepat baik secara fisik, maupun psikologis. Adapun ciri-ciri masa remaja sebagai berikut:

1. Pengingkatan emosional yang terjadi secara cepat pada masa remaja awal yang dikenal sebagai masa stromdan stress. Peningkatan emosional ini merupakan hasil dari perubahan fisik terutama hormon yang terjadi pada masa remaja. Dari segi kondisi sosial, peningkatan emosi ini merupakan tanda bahwa remaja berada dalam kondisi baru yang berbeda dari masa sebelumnya. Pada masa ini banyak tuntutan dan tekanan yang ditujukan pada remaja, misalnya mereka diharapkan untuk tidak bertingkah laku seperti anak-anak, mereka harus lebih mandiri, dan bertanggung jawab.

2. Perubahan yang cepat secara fisik yang juga disertai kematangan seksual. Terkadang perubahan ini membuat remaja merasa tidak yakin akan diri dan kemampuan mereka sendiri. Perubahan fisik yang terjadi secara cepat, baik perubahan internal seperti sistem sirkulasi, pencernaan, dan sistem respirasi maupun perubahan eksternal seperti tinggi badan, berat badan, dan proporsi tubuh sangat berpengaruh terhadap konsep diri remaja.

(44)

32

dari masa kanak-kanak digantikan dengan hal menarik yang baru dan lebih matang. Hal ini juga dikarenakan adanya tanggung jawab yang lebih besar pada masa remaja, maka diharapkan untuk dapat mengarahkan ketertarikan mereka pada hal-hal yang penting.

4. Perubahan nilai, di mana apa yang mereka anggap penting pada masa kanak-kanak menjadi kurang penting karena telah mendekati dewasa.

5. Kebanyakan remaja bersikap ambivalen dalam menghadapi perubahan yang terjadi. Di satu sisi mereka menginginkan kebebasan, tetapi di sisi lain mereka takut akan tanggung jawab yang menyertai kebebasan ini, serta meragukan kemampuan mereka sendiri untuk memikul tanggung jawab ini.

Berdasarkan penjelesan di atas dapat disimpulkan bahwa remaja memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

1. Perubahan Perkembangan fisik. Perubahan fisik yang terjadi secara cepat, baik perubahan internal maupun perubahan eksternal.

2. Peningkatan emosional. Peningkatan emosional ini merupakan hasil dari perubahan fisik terutama hormon yang terjadi pada masa remaja.

3. Remaja sebagai usia bermasalah, pada periode ini masalah yang sering muncul disebabkan oleh pertumbuhan dan perkembangan seksual yang normal.

(45)

33 2.3.3. Tugas-tugas Perkembangan Remaja

Semua tugas perkembangan pada masa remaja diputuskan pada penanggulangan sikap dan pola perilaku yang kekanak-kanakan dan mengadakan persiapan untuk menghadapi masa dewasa. Tugas perkembangan pada masa remaja menuntut perubahan besar dalam sikap dan pola perilaku. Akibatnya, hanya sedikit remaja yang diharapkan mampu menguasai tugas-tugas tersebut pada masa awal remaja, apalagi mereka yang matangnya terlambat. Kebanyakan remaja memberikan kesan kepada masyarakat, bahwa mereka sudah hampir dewasa. Mereka mulai berpakaian dan bertingkah laku seperti orang dewasa, ada juga yang mulai merokok , minum-minuman keras, menggunakan obat-obatan terlarang dan terlibat dalam perilaku seks bebas. Mereka menganggap bahwa perilaku ini akan memberikan citra yang mereka inginkan (Hurlock, dalam Ali 2004 : 22).

Masa remaja merupakan suatu masa belajar yang luas meliputi bidang intellegentif, sosial maupun lain-lain yang berhubungan dengan kepribadiaanya. Tugas-tugas perkembangan remaja, menurut Havighurst (dalam Dariyo 2004 : 78), ada beberapa, yaitu sebagai berikut:

a. Menyesuaikan diri dengan fisiologis-psikologis

Diketahui bahwa perubahan fisiologis yang dialami oleh individu,mempengaruhi pola perilakunya. Di satu sisi, ia harus dapat memenuhi kebutuhan dorongan bilogis (seksual), namun bila dipengaruhi hal itu pasti akan melanggar norma-norma sosial, padahal dari sisi penampilan fisik,remaja sudah seperti orang dewasa.

b. Belajar bersosialisasi sebagai laki-laki maupun wanita

(46)

34

menghargai dan menghormati antara satu dengan yang lainnya, tanpa menimbulkan efek samping yang negatif.

c. Memperoleh kebebasan secara emosional dari orang tua dan orang dewasa lain.

Ketika sudah menginjak remaja, individu memiliki hubungan pergaulan yang lebih luas dibandingkan dengan masa anak-anak sebelumnya yaitu selain dari teman-teman tetangga, teman sekolah, tetapi juga dari orang dewasa lainnya. Hal ini menunjukkan bahwa individu remaja tidak lagi bergantung pada orang tua.

d. Remaja bertugas untuk menjadi warga negara yang bertanggung jawab

Untuk dapat mewujudkan tugas ini, umumnya remaja berusaha mempersiapkan diri dengan menempuh pendidikan formal maupun non-formal agar memiliki taraf ilmu pengetahuan, keterampilan/keahlian yang profesional.

e. Memperoleh kemandirian dan kepastian secara ekonomis

Tujuan utama individu melakukan persiapan diri dengan mengusai ilmu dan keahlian tersebut, ialah untuk dapat bekerja sesuai dengan bidang keahlian dan memperoleh penghasilan yang layak sehingga dapat menghidupi diri sendiri maupun keluarganya nanti.

Sedangkan menurut Hurlock (dalam Ali 2004 : 22) tugas-tugas perkembangan remaja yaitu :

1. Mampu menerima keadaan fisiknya;

2. Mampu menerima dan memahami peran seks usia dewasa;

(47)

35

4. Mencapai kemandirian emosional; 5. Mencapai kemandirian ekonomi;

6. Mengembangkan konsep dan keterampilan intelektual yang sangat diperlukan untuk melakukan peran sebagai anggota masyarakat;

7. Memahami dan menginternalisasikan nilai-nilai orang dewasa dan orang tua 8. Mengembangkan perilaku tanggung jawab sosial yang diperlukan untuk

memasuki dunia dewasa;

9. Mempersipakan diri untuk memasuki perkawinan;

10.Memahami dan mempersiapkan berbagai tanggung jawab kehidupan keluarga Dari beberapa penjelasan di atas mengenai tugas-tugas perkembangan masa remaja, maka dapat disimpulkan bahwa tugas-tugas perkembangan masa remaja sebagai berikut:

1. Mencari kemandirian emosional dari orang tua atau figur-figur yang mempunyai otoritas.

2. Mengembangkan keterampilan komunikasi interpersonal dan belajar bergaul dengan teman sebaya atau orang lain, baik secara individual maupun kelompok.

3. Pemantapan minat-minat heteroseksual, dalam hal ini remaja harus bisa menerima identitas seksualnya sebagai pria atau wanita.

(48)

36 2.4. Kenakalan Remaja

2.4.1. Pengertian Kenakalan Remaja

Kenakalan remaja atau sering disebut dengan istilah juvenile berasal dari bahasa latin juvenilis, yang artinya anak-anak, anak muda, ciri kharakteristik pada masa muda, sifat-sifat khas pada periode remaja, sedangkan delinquent berasal dari bahasa latin “dlinquere” yang berarti terabaikan, mengabaikan, yang kemudian diperluas artinya menjadi jahat, nakal, anti sosial, kriminal, pelanggar aturan, pembuat ribut, pengacau peneror, drujana dan lain sebagainya (Kartono, 1992 :3).

Menurut Drs.Bimo Walgito merumuskan arti juvenile delinquency yaitu : tiap perbuatan,jika perbuatan tersebut dilakukan oleh orang dewasa, maka perbuatan itu merupakan kejahatan, jadi merupakan perbuatan yang melawan hukum, yang dilakukan oleh anak, khususnya anak remaja (Walgito, dalam Sudarsono, 2004 : 11).

Dalam bukunya Kartini Kartono, mengatakan remaja yang nakal itu disebut pula sebagai anak cacat sosial. Mereka menderita cacat mental disebabkan oleh pengaruh sosial yang ada di tengah masyarakat, anatara lain dikarenakan tingkat sosial ekonomi keluarga mereka rendah, remaja tersebut mendapat perlakuan diskriminasi dari lingkungan. Maka ia mencoba untuk melakukan perlawanan dengan cara mereka sendiri yang terkadang salah, sehingga perilaku mereka dinilai masyarakat sebagai suatu kelainan dan disebut “kenakalan” (Kartono, 1992 : 93).

(49)

37 2.4.2. Wujud Perilaku Kenakalan Remaja

Jensen (dalam Sarwono, 1997 : 200) mengemukakan bahwa bentuk kenakalan remaja dibagi menjadi empat kelompok yaitu:

1. Kenakalan yang menimbulkan korban fisik pada orang lain seperti, perkelahian, perkosaan, perampokan, pembunuhan, dan lain-lain.

2. Kenakalan yang menimbulkan korban materi, seperti perusakan, pencurian, pencopetan, pemerasan, dan lain-lain.

3. Kenakalan sosial yang tidak menimbulkan korban di pihak orang lain seperti, pelacuran, penyalahgunaan obat.

4. Kenakalan yang melawan status,misalnya mengingkari status anak sebagai pelajar dengan cara membolos,mengingkari status orang tua atau membantah perintah orang tua dan sebagainya.

Sementara itu (Gunarsa, 2003 : 20) membagi kenakalan remaja menjadi dua kelompok yaitu :

1. Kenakalan yang bersifat a-moral dan a-sosial dan tidak teratur dalam undang-undang sehingga tidak dapat atau sulit digolongkan pelanggaran hukukm, yaitu:

a. Membohong, memutar-balikkan kenyataan dengan tujuan menipu orang atau menutup kesalahan.

b. Membolos,pergi meninggalkan sekolah tanpa sepengetahuan pihak sekolah.

c. Kabur, meninggalkan rumah tanpa ijin orangtua atau menentang keinginan orang tua.

(50)

38

e. Memiliki dan membawa benda yang membahayakan orang lain, sehingga mudah terangsang untuk mempergunakannya.Misalnya pisau, pistol, krakeling, pisau silet dan lain sebagainya.

f. Bergaul dengan teman yang memberi pengaruh buruk, sehingga mudah timbul tindakan-tindakan yang kurang bertanggung jawab (a-moral dan a-sosial).

g. Membaca buku-buku cabul dan kebiasaan mempergunakan bahasa yang tidak sopan, tidak senonoh seolah-olah menggambarkan kurang perhatian dan pendidikan dari orang dewasa.

h. Secara berkelompok makan di rumah makan, tanpa membayar atau naik bis tanpa membeli karcis.

i. Turut dalam pelacuran atau melacurkan diri baik dengan tujuan kesulitan ekonomis maupun tujuan lainnya.

j. Berpakaian tindak pantas dan minum-minuman keras atau mengisap ganja sehingga merusak dirinya maupun orang lain.

2. Kenakalan yang bersifat melanggar hukum dengan penyelesaian sesuai dengan undang-undang dan hukum yang berlaku sama dengan perbuatan melanggar hukum bilamana dilakukan oleh orang dewasa yaitu :

a. Perjudian dan segala macam bentuk perjudian yang mempergunakan uang

b. Pencurian dengan kekerasan maupun tanpa kekerasan : pencopetan, perampasan, penjambretan.

(51)

39

e. Pelangaran tata susila, menjual gambar-gambar porno dan film porno, serta pemerkosaan

f. Pemalsuan uang dan pemalsuan surat-surat kertas resmi

g. Tindakan-tindakan anti sosial : perbuatan yang merugikan milik orang lain

h. Percobaan pembunuhan

i. Menyebabkan kematian orang,turut tersangkut dalam pembunuhan j. Pembunuhan

k. Pengguguran kandungan

l. Penganiayaan berat yang mengakibatkan kematian seseorang.

Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa wujud perilaku remaja antara lain sebagai berikut:

1. Berbohong

2. Membolos sekolah

3. Melihat, membaca, dan menonton film porno 4. Seks bebas

5. Minum-minuman keras 6. Penyalahgunaan narkoba 7. Mencuri

8. Membunuh

(52)

40 2.4.3. Faktor-faktor Penyebab Kenakalan Remaja

Menurut Graham (dalam Sarwono, 1997 : 199) faktor-faktor penyebab kenakalan remaja dibagi menjadi dua golongan yaitu:

1. Faktor lingkungan:

a. Malnutrasi (kekurangan gizi) b. Kemiskinan di kota-kota besar

c. Gangguan lingkungan (polusi, kecelakaan lalu-lintas, bencana alam, dan lain-lain)

d. Migrasi (urbanisasi,pengungsian karena pengaruh)

e. Faktor sekolah (kesalahan mendidik, faktor kurikulum, dan lain-lain) f. Keluarga yang tercerai berai (perceraian, perpisahan yang terlalu

lama, dan lain-lain)

g. Gangguan dalam pengasuhan oleh keluarga ( kematian orang tua, orang tua sakit berat atau cacat,hubungan antar anggota keluarga tidak harmonis,orang tua sakit jiwa,kesulitan dalam pengasuhan karena pengangguran, kesulitan keuangan dan tempat tinggal tidak memenuhi syarat,dan lain-lain).

2. Faktor pribadi :

a. Faktor bakat yang mempengaruhi temperamen (menjadi pemarah,hiperaktif, dan lain-lain)

b. Cacat tubuh

(53)

41

Sedangkan menurut Turner dan Helms (dalam Dariyo, 2004 : 89), Faktor-faktor kenakalan remaja antara lain sebagai berikut:

1. Kondisi Keluarga yang Berantakan (Broken Home)

Kondisi keluarga yang berantakan merupakan cerminan adanya ketidakharmonisan antar individu (suami-istri,atau orang tua-anak) dalam lembaga rumah tangga. Hubungan suami istri yang tidak sejalan yakni ditandai dengan pertengkaran, percekcokan maupun konflik terus-menerus sehinga menyebabkan ketidakbahagiaan perkawinan.

Selama terjadi pertengkaran, anak-anak akan melihat, mengamati, dan memahami tidak adanya kedamaian, ketentraman,kerukunan hubungan antara kedua orang tua mereka. Kondisi ini membuat anak tidak merasakan perhatian,kehangatan kasih sayang, ketentraman, maupun kenyamanan dan lingkungan keluarganya. Akibatnya mereka melarikan diri untuk mencari kasih-sayang dan perhatian dari pihak lain,dengan cara melakukan kenakalan-kenakalan di luar rumah.

2. Kurangya Perhatian dan Kasih-Sayang dari Orang Tua

(54)

42

kalau hubungan suami-istri tersebut, sebagai orang tua, selalu bertengkar dan tidak menemukan kedamaian rumah tangga, maka anak-anak cenderung tidak betah tinggal dirumah. Akibatnya, mereka pun dapat melarikan diri dengan cara melakukan pergaulan bebas.Tentu hal ini cenderung memiliki dampak buru bagi perkembangan pribadi dan perilaku anak.

3. Status Sosial Ekonomi Orang Tua Rendah

Kehidupan ekonomi yang terbatas atau kurang,menyebabkan orang tua tidak mampu memberikan pemenuhan kebutuhan-kebutuhan makanan yang bergizi,kesehatan, pendidikan, dan sarana penunjangnya, dan bahkan orang tuan pun kurang optimal dalam memberikan perhatian kasih sayang pada anak. Hal ini dapat terjadi karena seluruh waktu dan perhatiannya, cenderung tercurah untuk bekerja agar dapat meningkatkan taraf hidup keluarganya.Dengan tidak tersedianya kebutuhan ekonomi yang cukup, anak-anak tidak mampu menyelesaikan jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Rendahnya pendidikan ini, menyebabkan ia harus menerima nasib dengan bekerja ala kadarnya.Bahkan tidak menutup kemungkinan, sebagian dari mereka ada yang tidak mampu menyelesaikan sekolahnya. Dengan demikian mereka menjadi pengangguran.Tiadanya pekerjaan yang baik, akan menyebabkan mereka dapat membentuk kelompok pengangguran dan mungkin mereka menyalurkan energinya untuk melakukan hal-hal yang melanggar norma masyarakat.

4. Penerapan Disiplin Keluarga yang Tidak Tepat

(55)

43

tetapi, sifat kepatuhan itu semu dan sementara. Mereka cenderung akan melakukan tindakan-tindakan yang negatif, sebagai pelarian maupun protes terhadap orang tuanya.Misalnya dengan melakukan tindakan anarkhis, melawan hukum, terlibat kenakalan, antisosial dan sebagainya.

2.4.4. Kenakalan Remaja Sebagai Masalah Sosial

Juvenile delinkquency (kenakalan remaja) bukan hanya merupakan perbuatan anak yang melawan hukum semata akan tetapi juga termasuk di dalamnya perbuatan yang melanggar norma masyarakat. Dewasa ini sering terjadi seorang anak digolongkan sebagai delinkuen jika pada anak tersebut nampak adanya kecenderungan-kecenderungan anti sosial yang sangat memuncak sehingga perbuatan-perbuatan tersebut menimbulkan gangguan-gangguan terhadap keamanan, ketenteraman dan ketertiban masyarakat, misalnya pencurian, pembunuhan, penganiayaan, pemerasan, penipuan,penggelapan dan gelandangan serta perbuatan-perbuatan lain yang dilakukan oleh anak remaja yang meresahkan masyarakat (Sudarsono, 2004 : 112).

(56)

44

sosial, tetapi lebih dari itu, perilaku menyimpang karena tidakmemperoleh sanksi sosial kemudian dianggap sebagai yang biasa dan wajar.

Masalah sosial perilaku menyimpang dalam tulisan tentang “Kenakalan Remaja” bisamelalui pendekatan individual dan pendekatan sistem. Dalam pendekatan individualmelalui pandangan sosialisasi. Berdasarkan pandangan sosialisasi, perilaku akandiidentifikasi sebagai masalah sosial apabila ia tidak berhasil dalam melewati belajarsosial (sosialisasi). Tentang perilaku disorder di kalangan anak dan remaja perilaku menyimpang juga dapat dilihat sebagaiperwujudan dari konteks sosial. Perilaku disorder tidak dapat dilihat secara sederhanasebagai tindakan yang tidak layak, melainkan lebih dari itu harus dilihat sebagai hasilinteraksi dari transaksi yang tidak benar antara seseorang dengan lingkungan sosialnya.Ketidak berhasilan belajar sosial atau “kesalahan” dalam berinteraksi dari transaksisosial tersebut dapat termanifestasikan dalam beberapa hal (Kauffman, 1989 :6).

Gambar

Tabel 4.1
Tabel 4.3
Tabel 4.4
Tabel 4.5
+7

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian menunjukkan bahwa mikoriza indigenous dan non indigenous tidak berpengaruh terhadap masa inkubasi dan persentase tanaman terserang penyakit blas pada varietas padi

Judul skripsi ini adalah “ PERSAUDARAAN SEJATI SUSTER MISI FRANSISKANES SANTO ANTONIUS DALAM TERANG SPIRITUALITAS SANTO FRANSISKUS ASISI ”. Judul ini dipilih berdasarkan

Selanjutnya adalah pengujian flyback converter, dalam hal ini converter yang diusulkan diuji menggunakan mode buck, dikarenakan hasil pengujian karakteristik dari

[r]

Tahapan selanjutnya, dalam rangka mengajukan proses izin operasional tetap, sesuai dengan alur dan standar kebijakan yang berlaku, pada hari Selasa, 6 Desember 2014 RS

Kapasitas jangkauan media massa online amat luas (meliputi local, nasional, dan internasional), jumlah halaman web lebih beragam, dapat menampung naskah/ tulisan dalam jumlah

Hasil analisis data pengaruh perendaman ekstrak daun salam terhadap Indeks Kuning Telur (IKT), Lemak Telur (LT), dan Susut Bobot Telur (SB) pada telur itik yang disimpan

Tahapan pertama, penyusunan perencanaan pengembangan desa yang antara lain disusun berdasarkan profil desa yang memiliki rentang waktu pelaksanaan lima tahun lain disusun