• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pertumbuhan dan Produksi Dua Varietas Kacang Tanah (Arachis hypogea L.) Terhadap Waktu Aplikasi Pupuk Kandang Sapi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pertumbuhan dan Produksi Dua Varietas Kacang Tanah (Arachis hypogea L.) Terhadap Waktu Aplikasi Pupuk Kandang Sapi"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

TINJAUAN PUSTAKA

Kacang Tanah (Arachis hyogea L.) Botani Tanaman

Sistematika kacang tanah (Arachis hypogea L.) menurut Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Permasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi adalah sebagai berikut: Kingdom: Plantae; Divisi: Spermatophyta; Sub Divisi: Angiospermae; Kelas: Dicotyledoneae; Ordo: Leguminales; Famili: Papilionaceae; Genus: Arachis;

Spesies: Arachis hypogea L.

Di Asia, kacang tanah mula-mula ditanam di India dan Cina dan di Indonesia diperkirakan di tanam sejak akhir abad ke-15 dan dikenal banyak nama daerahnya yaitu kacang una, kacang jebroi, kacang bandung, kacang kole, kacang tuban dan kacang banggala. Nama international kacang tanah disebut peanut dan groundnut, morfologinya tersusun atas organ akar, batang, daun, bunga, buah dan biji (Trustinah dkk., 2007).

(2)

Kacang tanah memiliki sistem perakaran tunggang dengan akar primer yang panjang dan akar-akar lateral memanjang ke samping. Pada perakaran kacang tanah terdapat bintil akar yang berisi bakteri-bakteri penambat N2 dari

udara (Tajima, et al., 2008). Kacang tanah merupakan tanaman semusim dengan sistem perakaran adalah akar tunggang dan akar lateral. Pertumbuhan dan perkembangan kacang tanah sangat dipengaruhi oleh faktor genetik dan lingkungan. Faktor lingkungan seperti keadaan tanah dan iklim serta cara bercocok tanam tidak selalu berada pada kondisi optimum bagi pertumbuhan tanaman sehingga seringkali tanaman tidak mampu berkembang sesuai dengan potensi genetik yang dimiliki. Kendala faktor lingkungan produksi dapat berupa kendala fisik dan kimia seperti kekeringan, suhu tinggi, keracunan dan kekurangan hara serta kendala biologi seperti hama, penyakit dan gulma (Nugrahaeni dan Kasno, 1992).

Batang tanaman kacang tanah tidak berkayu dan berbulu halus, ada yang tumbuh menjalar dan ada yang tegak. Batang tanaman kacang tanah memiliki panjang 50-120 cm, tumbuh tegak pada awalnya, tetapi kemudian tumbuh menyamping memiliki cabang dengan bunga yang terdapat pada pangkal batang atau cabang. Cabang lateral memiliki panjang 80-100 cm, batang semi silindris dengan rambut-rambut halus 1.5-2 mm pada batang terdapat ruas (internodes) dengan panjang ±4cm (Krapovickas, et al., 2007).

(3)

berada di dalam tanah. Buah berisi sesuai varietas, kulit tipis ada yang berwarna putih dan ada yang merah serta biji berkeping dua (Pajow, dkk. 2006).

Kacang tanah memiliki bunga berbentuk kupu-kupu, berwarna kuning, bertangkai panjang, dan tumbuh di ketiak daun. Bunga muncul setelah tanaman berumur 4-6 minggu. Bunga menyerbuk sendiri self polination pada pagi hari atau pada malam hari. Bunga tumbuh pada seluruh cabang dan setiap ruas dapat membentuk bunga. Umumnya hanya sekitar 15-20% bunga mampu membentuk polong, tetapi memungkinkan menghasilkan 200 polong per tanaman (Jones, 2007).

Jumlah polong isi dan jumlah polong hampa dipengaruhi secara nyata oleh pemupukan kalium. Hal ini karena kalium berperan penting dalam pembentukan buah pada jenis kacang-kacangan. Kekurangan kalium akan menyebabkan gagalnya pengisian polong kacang tanah atau terbentuknya polong hampa (Haridi dan Zulhidiani, 2009).

Biji matang memiliki dormansi singkat atau tidak dorman sama sekali dan penundaan panen dapat berakibat biji berkecambah di dalam polong. Biji yang ditanam tidak menunjukan perkecambahan epigeal atau hipogeal, tetapi kotiledon terdorong ke permukaan tanah oleh hipokotil dan tetap pada permukaan tanah (Rubatzky dan Yamaguchi, 1998).

Syarat Tumbuh

Iklim

(4)

keadaan yang cukup lembab dan cukup udara, sehingga kuncup buah dapat menembus tanah dengan baik dan pembentukan polong dapat berjalan secara leluasa, sedangkan pada saat buah kacang tanah menjelang tua, tanah harus diupayakan menjadi kering (Wijaya, 2011).

Kelembaban udara untuk tanaman kacang tanah berkisar antara 65-75 %. Adanya curah hujan yang tinggi akan meningkatkan kelembaban terlalu tinggi di sekitar pertanaman. Penyinaran sinar matahari secara penuh amat dibutuhkan bagi tanaman kacang tanah, terutama kesuburan daun dan perkembangan besarnya kacang. Adanya curah hujan yang tinggi akan meningkatkan kelembaban terlalu tinggi di sekitar pertanaman. Penyinaran sinar matahari secara penuh amat dibutuhkan bagi tanaman kacang tanah, terutama untuk kesuburan daun dan perkembangan besarnya kacang (Prihatman, 2000).

(5)

Tanah

Persyaratan mengenai tanah yang cocok bagi tumbuhnya kacang tidaklah istimewa. Syarat yang terpenting bahwa keadaan tanah tidak terlalu kurus dan padat. Kondisi tanah yang mutlak diperlukan adalah tanah yang gembur. Tanah yang gembur ini mempermudah ketika masa penanaman, pemeliharaan tanaman, dan pasca panen berlangsung. Kacang tanah menghendaki tanah lempung berpasir dan kaya akan bahan organik serta tanah gembur mampu mempercepat perkecambahan biji. Pemberian mulsa pada permukaan tanah dapat meningkatkan kelembaban dan menjaga suhu tanah. pH yang dikehendaki kacang tanah berkisar antara 6,0 – 6,5 (Beddes and Drost, 2010).

Derajat keasaman tanah yang sesuai untuk budidaya kacang tanah adalah pH antara 6,0 – 6,5. Kekurangan air akan menyebabkan tanaman kurus, kerdil, layu dan akhirnya mati. Air yang diperlukan tanaman berasal dari mata air atau sumber air yang ada disekitar lokasi penanaman. Tanah berdrainase dan beraerasi baik atau lahan yang tidak terlalu becek dan tidak terlalu kering, baik bagi pertumbuhan kacang tanah (Prihatman, 2000).

Kacang tanah tumbuh terbaik di tanah yang gembur, bertekstur longar dan juga tersedia kalsium, kalium dan fosfor. Tanah harus baik aerasinya dan mengandung bahan organik. Tanah liat berat yang cenderung memiliki permukaan keras tidak cocok karena polong akan sulit terbentuk. Kacang tumbuh baik di tanah sedikit asam dengan pH 6,0 – 6,5 tetapi dengan pH 5,5 – 7,0 masih bisa tumbuh. Tanah salin tidak cocok untuk kacang tanah karena kacang memiliki garam yang sangat rendah (http://www.newgmc.com/gmc_docs, 2014)

(6)

Pertumbuhan dan Perkembangan Tanaman Kacang Tanah

(7)

panen tanaman dapat ditingkatkan dengan cara meningkatkan berat kering total yang dihasilkan atau dengan meningkatkan proporsi hasil panen ekonomis (indeks panen) (Gardner, dkk., 1991).

(8)

Varietas Kacang Tanah

Varietas kacang tanah sangat berpengaruh terhadap produksi tanaman kacang tanah. Salah satu faktor yang menentukan kualitas bahan tanaman seperti biji adalah jumlah substrat seperti karbohidrat yang tersedia bagi metabolisme yang mendukung pertumbuhan awal tanaman. Hal ini menjadikan ukuran atau bobot bahan tanam (biji) sering digunakan sebagai tolak ukur untuk mendapatkan bahan tanam yang seragam (Sitompul dan Guritno, 1995). Menurut Sitompul dan Guritno (1995) dalam Ali (2004), menyatakan bahwa berat 100 biji merupakan salah satu parameter pengamatan yang erat hubungannya dengan produksi yang dicapai. Bila berat 100 biji tinggi maka semakin banyak pula hasil yang akan diperoleh. Namun semua itu sebagian masih dipengaruhi oleh genotipe dan varietas tanaman itu sendiri.

(9)

Menurut Sumarno (1996) adanya masalah sosial yang dihadapi petani yaitu penanaman varietas lokal secara terus menerus akibat keterbatasan modal disertai tidak adanya program bantuan dan bimbingan teknis yang ditangani oleh pemerintah. Pengembangan kacang tanah merupakan salah satu usaha untuk mencukupi pangan dan peningkatan pendapatan serta kesejahteraan petani (Zuraida dan Qomariah, 2007). Selanjutnya menurut Arsana (2007) menyatakan bahwa peluang peningkatan produksi kacang tanah dalam negeri masih terbuka lebar, baik melalui peningkatan produktivitas maupun perluasan areal.

Menurut Rustinah, dkk. (2007) mengatakan dengan meluasnya penggunaan varietas unggul dan intensifnya pemanfaatan lahan akan memperbesar peluang tersingkirnya varietas lokal. Keragaman pertumbuhan tanaman dapat disebabkan oleh beragamnya kualitas varietas yang ditanam dan tingkat kesuburan tanahnya dan penggunaan varietas yang berbeda akan menunjukkan respon yang berbeda pula terhadap perlakuan yang diberikan (Erythrina, dkk., 2008).

Varietas Hypoma 2 merupakan hasil persilangan tunggal antara varietas lokal Lamongan dengan varietas Tuban. Varietas unggul ini mempunyai daya adaptasi umum yang baik, terutama di lingkungan dengan curah hujan terbatas atau pada kondisi kekeringan pada fase generatif (Balai Pengelola Alih Teknologi Pertanian).

(10)

mencapai 1,7 Ton/Ha biji bersih. Untuk ummur panen: 90 – 95 hari (www.bpatp.litbang.pertanian.go.id).

Meskipun selama periode 1950-2012 telah dilepas sebanyak 34 varietas

unggul kacang tanah, ternyata penggunaannya masih rendah di tingkat petani. Sebagian besar dari varietas unggul tersebut mempunyai daya hasil di atas 2 t/ha dan memiliki sifat unggul lainnya seperti umur yang lebih genjah dan toleran terhadap cekaman biotik dan abiotik (Balitkabi 2012). Area panen kacang tanah dewasa ini relatif masih didominasi oleh varietas lokal, sedangkan varietas unggul yang populer di kalangan petani pun masih didominasi oleh varietas unggul lama, seperti Gajah dan Kelinci yang masing-masing dilepas pada tahun 1950 dan 1987 (Ditjentan 2012).

(11)

komoditas ini. Apalagi kacang tanah termasuk komoditas yang daya tumbuhnya cepat menurun, sedangkan minat petani untuk menggunakan benih berkualitas dan pengelolaan tanaman yang optimal masih tergolong rendah. Selain itu, petani kacang tanah biasanya hanya sekali membeli benih baru. Untuk pertanaman selanjutnya, mereka menggunakan benih dari pertanaman sebelumnya.

Varietas-varietas kacang tanah unggul yang dibudidayakan para petani biasanya bertipe tegak dan berumur pendek (genjah). Varietas unggul kacang tanah ditandai dengan karakteristik sebagai berikut: a) Daya hasil tinggi, b) Umur pendek (genjah) antara 85-90 hari, c) Hasilnya stabil, d) Tahan terhadap penyakit utama (karat dan bercak daun), e) Toleran terhadap kekeringan atau tanah becek. Varietas kacang tanah di Indonesia yang terkenal, yaitu: a) Kacang Brul, berumur pendek (3-4 bulan), b) Kacang Cina, berumur panjang (6-8 bulan), c) Kacang Holle, merupakan tipe campuran hasil persilangan antara varietas-varietas yang ada (Deputi IPTEK MIG Corp).

Pupuk Kandang Sapi

Pemupukan adalah pemberian pupuk untuk menambah persediaan unsur hara yang dibutuhkan tanaman dalam meningkatkan produksi dan mutu hasil tanaman yang dihasilkan. Aplikasi pupuk (pemupukan) sangat penting karena memperkaya tanah sehingga unsur-unsur hara makro dan mikro yang dibutuhkan tanaman dapat tersedia dan dimanfaatkan oleh tanaman untuk menjalankan proses pertumbuhan dan perkembangannya (Samekto, 2006).

(12)

kandang tidak hanya mengandung unsur makro seperti nitrogen (N), fosfat (P) dan kalium (K), namun pupuk kandang juga mengandung unsur mikro seperti kalsium (Ca), magnesium (Mg), dan mangan (Mn) yang dibutuhkan tanaman serta berperan dalam memelihara keseimbangan hara dalam tanah, karena pupuk kandang berpengaruh untuk jangka waktu yang lama dan merupakan gudang makanan bagi tanaman.

Pupuk kandang dapat digolongkan ke dalam pupuk organik yang memiliki kelebihan. Beberapa kelebihan pupuk kandang sehingga sangat disukai para petani seperti, memperbaiki struktur dan tekstur tanah, menaikkan daya serap tanah terhadap air, menaikkan kondisi kehidupan di dalam tanah dan sebagai sumber zat makanan bagi tanaman. Pada umumnya para petani menggunakan pupuk kandang dalam budidaya tanaman (Wiryanta, 2003). Ditambahkan oleh Soepardi (1983) bahwa pemberian pupuk kandang juga merupakan salah satu cara untuk mencegah kehilangan unsur hara dari pencucian, dimana pupuk kandang akan bertindak sebagai pengabsorbsi kation yang dapat diambil tanaman.

(13)

Di antara jenis pukan, pukan sapilah yang mempunyai kadar serat yang tinggi seperti selulosa, hal ini terbukti dari hasil pengukuran parameter C/N rasio yang cukup tinggi >40. Tingginya kadar C dalam pukan sapi menghambat penggunaan langsung ke lahan pertanian karena akan menekan pertumbuhan tanaman utama. Penekanan pertumbuhan terjadi karena mikroba dekomposer akan menggunakan N yang tersedia untuk mendekomposisi bahan organik tersebut sehingga tanaman utama akan kekurangan N. Untuk memaksimalkan penggunaan pukan sapi harus dilakukan pengomposan agar menjadi kompos pukan sapi dengan rasio C/N di bawah 20 (Hartatik dan Widowati, 2010).

Atmojo (2007) melaporkan bahwa kotoran sapi padat mengandung 1,1-1,5 % N, 0,5 % P, dan 0,9 % K. Kotoran sapi berbentuk cairnya mengandung hara 1 % N, 0,50 % P, dan 1,50 % K. Namun apabila pupuk kandang ini digunakan untuk pemupukan, ketersediaanya hara dalam tanah yang bisa digunakan tanaman sangat bervariasi, yang tergantung oleh faktor: (a) sumber dan komposisi pupuk kandang, (b) cara dan waktu aplikasi, (c) jenis tanah dan iklimnya, dan (d) sistem pertaniannya.

(14)

pada perlakuan M12D3 (22,5 ton/ha pada masa inkubasi 12 minggu), yaitu 34,169 g/plot meningkat 52,02% dibandingkan dengan kontrolnya.

Pupuk kandang sapi merupakan pupuk padat yang banyak mengandung air dan lendir sehingga menjadi berkerak dan keras bila terpengaruh udara. Selanjutnya air tanah dan udara yang akan melapukkan pupuk tersebut menjadi sukar untuk menembusnya. Dalam keadaan demikian peranan jasad renik untuk mengubah bahan-bahan yang terkandung dalam pupuk menjadi zat-zat hara yang tersedia dalam tanah mengalami hambatan dan perubahannya berlangsung secara perlahan. Pada perubahan ini kurang sekali terbentuk panas, dan keadaan ini mencirikan bahwa pupuk kandang sapi merupakan pupuk dingin, sehingga pemakaian atau pembenamannya ke dalam tanah dilakukan tiga atau empat minggu sebelum masa tanam (Sutedjo dan Kartasapoetra, 2011).

Menurut Anang (2011) pupuk kandang yang digunakan petani merupakan campuran dari kotoran padatan, air kencing, amparan dan sisa pakan. Komposisi amparan sangat mempengaruhi mutu dan harga terutama pada pupuk kandang unggas, sebab makin anyak bahan amparan mengakibatkan bahan padatan kotoran unggas makin sedikit. Agromedia (2007) menambahkan bahwa salah satu hasil sampingan dari peternakan adalah kotoran ternak. kotoran ternak juga memiliki nilai ekonomis karena dapat dijadikan pupuk kandang. Namun, pupuk kandang perlu diuraikan terlebih dahulu agar unsur haranya siap untuk diserap oleh tanaman. Pupuk kandang yang masih mentah akan mengakibatkan tanaman mati, karena suhunya yang panas dapat membakar akar tanaman.

(15)

Referensi

Dokumen terkait

KESIMPULAN Hasil penelitian menunjukkan bahwaTerdapat interaksi antara pemberian dosis pupuk kandang sapi dengan kedua varietas tanaman kacang tanah ini pada semua parameter

Perlakuan dosis pupuk kandang sapi berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman, umur berbunga, jumlah ginofor, jumlah cabang utama primer, jumlah polong berisi per

Pengaruh Pemberian Pupuk Kalium dan Pupuk Kandang Sapi Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Kacang Tanah (Arachis hypogaea L.).. Dibimbing oleh Ibu SUSANA

PENGARUH DOSIS PUPUK NPK DAN KOMBINASI PUPUK KANDANG SAPI DAN MIKROORGANISME LOKAL TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN KACANG TANAH Arachis Hypogaea L SKRIPSI Sebagai Salah

Pada parameter berat polong dengan perlakuan 8 kg pupuk kandang sapi per bedengan memberikan hasil yang lebih baik dibandingkan dengan perlakuan tanpa pupuk kandang sapi

Menurut Robentus 2012, Pupuk kandang sapi dianggap sebagai pupuk lengkap karena mempunyai fungsi yang lengkap yaitu menyediakan unsur hara bagi tanaman dengan kandungan zat hara yang

PENGARUH PEMBERIAN PUPUK KANDANG SAPI DAN MIKROORGANISME LOKAL MOL BONGGOL PISANG TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN KACANG TANAH Arachis hypogaea L.. SKRIPSI Sebagai Salah

Pupuk kandang sapi dianggap sebagai pupuk lengkap karena mempunyai fungsi yang kompleks yaitu menyediakan unsur hara bagi tanaman dengan kandungan zat hara yang lengkap, kemudian