BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Air merupakan sumber daya alam yang diperlukan untuk hajat hidup orang
banyak, bahkan oleh mahluk hidup. Oleh karena itu, sumber daya air harus dilindungi agar tetap dapat dimanfaatkan baik oleh manusia serta makhluk hidup
yang lain. Pemanfaatan air untuk berbagai kepentingan harus dilakukan secara bijaksana, dengan memperhitungkan kepentingan generasi sekarang maupun generasi mendatang. Aspek penghematan dan pelestarian sumber daya air harus
ditanamkan pada segenap pengguna air.
Saat ini, masalah utama yang dihadapi oleh sumber daya air meliputi
kualitas air yang sudah tidak mampu memenuhi kebutuhan yang terus meningkat dan kualitas air untuk keperluan domestik yang semakin menurun. Kegiatan industri, domestik, dan kegiatan lain yang berdampak negatif terhadap sumber
daya air, antara lain menyebabkan penurunan kualitas air. Kondisi ini dapat menimbulkan gangguan, kerusakan, dan bahaya bagi semua makhluk hidup yang
bergantung pada sumber daya air. Oleh karena itu, diperlukan pengelolaan dan perlindungan sumber daya air secara seksama.
Pada saat ini, Indonesia telah memiliki Peraturan Pemerintah No.20 tahun
1990 tentang Pengendalian Pencemaran Air dan Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 51 tahun 1995 tentang Baku Mutu Limbah Cair bagi
sumber daya air dan sumber daya alam lainnya, dalam rangka pengendalian dampak lingkungan (Effendi, 2003).
Kualitas air ditentukan oleh banyak faktor, yaitu zat yang terlarut, zat yang tersuspensi dan makhluk hidup, khususnya jasad renik, didalam air. Air murni, yang tidak mengandung zat yang terlarut, tidak baik untuk kehidupan kita.
Sebaliknya zat yang telarut ada yang bersifat racun. Apabila zat yang terlarut, zat yang tersuspensi dan makhluk hidup dalam air membuat kualitas air menjadi tidak
sesuai untuk kehidupan kita, air itu disebut tercemar (Soemarwoto, 1984).
Perkembangan ekonomi di Indonesia menitik beratkan pada pembangunan sektor industri. Disatu sisi, pembangunan akan meningkatkan kualitas hidup
manusia dengan meningkatnya pendapatan masyarakat. Disisi lain, pembangunan juga bisa menurunkan kesehatan masyarakat dikarenakan pencemaran yang
berasal dari limbah industri dan rumah tangga. Pesatnya pembangunan dan penggunaan berbagai bahan baku logam bisa berdampak negatif, yaitu munculnya kasus pencemaran yang melebihi batas sehingga mengakibatkan kerugian dan
meresahkan masyarakat yang tinggal disekitar industri tersebut. Hal ini terjadi karena sangat besarnya resiko terpaparnya logam berat maupun logam transisi
yang bersifat toksik dalam dosis atau konsentrasi tertentu.
Di Indonesia, pencemaran logam berat cenderung meningkat sejalan dengan meningkatnya proses industrialisasi. Pencemaran logam berat dalam
lingkungan bisa menimbulkan bahaya bagi kesehatan, baik pada manusia, hewan, tanaman, maupun lingkungan. Logam berat dapat menimbukan efek gangguan
Pada saat ini dikenal sebutan B3 yaitu Bahan Berbahaya Beracun. Bahan Berbahaya Beracun (B3) adalah setiap bahan yang karena sifat atau konsenterasi,
jumlahnya, baik secara langsung maupun tidak langsung, dapat mencemarkan dan/atau merusakkan lingkungan hidup, kesehatan, kelangsungan hidup manusia serta mahluk hidup lain (Pasal 1 (17) UU No. 23 1997). Zat kimia B3 dapat
berupa senyawa logam (anorganik) atau senyawa organik, sehingga dapat diklasifikasikan sebagai B3 biologis, B3 logam dan B3 organik. Beberapa logam
berbahaya diantaranya yaitu kromium (Cr), zink (Zn). dan selenium (Se). Logam-logam ini selain berbahaya tetapi juga terdapat dalam jumlah yang sangat kecil dialam. Dimana menurut Peraturan Pemerintah No. 82 Tanggal 14 Desember
2001 baku mutu logam kromium, zink, dan selenium pada air badan air masing-masing adalah 0,05 mg/L; 0,05 mg/L dan 0,01 mg/L.
Logam kromium murni tidak perna ditemukan, tetapi biasanya sudah berbentuk persenyawaan padat atau mineral dengan unsur-unsur lain. Kromium terdapat di alam dalam bentuk batuan. Pencemaran logam kromium di lingkungan
bisa berasal dari kegiatan industri baja, tekstil, penyamakan, pencelupan, fotografi, zat pewarna, bahan peledak, korek api, pembakaran, dan mobilisasi
bahan bakar. Logam kromium adalah bahan kimia yang bersifat bioakumulatif dan toksik yang tinggi serta tidak mampu terurai didalam lingkungan dan akhirnya diakumulasi di dalam tubuh manusia melalui rantai makanan. Pb-Cr
yang digunakan untuk memberikan warna hijau, kuning, dan merah yang bisa menyebabkan kerusakan sistem saraf pusat , kanker paru, dan iritasi kulit, serta
Semetara itu untuk logam Selenium, dimana selenium adalah bahan kimia semilogam. Selenium pada jumlah kecil merupakan unsur essensial bagi tubuh,
tetapi dalam jumlah besar bersifat toksisitas, toksisitas selenium ditentukan oleh bentuk senyawa selenium, kelarutan selenium, jalur paparan, dan jenis senyawa selenium. Toksisitas kronis pada manusia menunjukan gejala gigi pucat, rusak dan
busuk, kekeringan kulit, kerusakan hati dan empedu anemia, iritasi mukosa, dan sakit pinggang.
Untuk logam zink, logam zink adalah logam yang memiliki karakteristik cukup reaktif. Konsumsi logam berlebih mampu mengakibatkan defiiensi mineral lain. Konsumsi zink sebesar 2 g atau lebih akan mengakibatkan mual, muntah,
dan demam. Orang yang mengkonsumsi lebih dari 12 g Unsur zink lebih dari 2 hari terbukti mengalami hematologi, hati, dan ginjal. Gejala toksisitas akut bisa
berupa sakit lambung, diare, mual dan muntah (Widowati, 2008).
ICP merupakan pengembangan dari alat Spektrofotometer Serapan Atom (SSA). Penggunaan metode Inductively Coupled Plasma (ICP) untuk menganalisa
sampel logam kromium, zink, dan selenium pada air badan air dikarena metode ini sudah jauh lebih mudah. Kelebihan alat ini adalah dapat menentukan lebih dari
80 unsur, sangat selektif dan dapat digunakan untuk mengukur beberapa unsur sekaligus dalam sekali pengukuran, suhunya sangat tinggi dan waktu eksitasinya lebih lama sehingga ionisasi lebih sempurna. Namun tetap saja alat ini memiliki
kekurangan dalam pengerjaannya yaitu kurang sensitif terhadap pengukuran unsur yang memiliki panjang gelombang dibawah 200 nm dan tidak ada ionisasi antar
1.2Permasalahan
Dari uraian latar belakang maka yang menjadi permasalahan adalah
apakah kadar logam kromium, zink, dan selenium yang terdapat pada air sungai Denai masih memenuhi persyaratan dan standart yang telah ditetapkan menurut Peraturan Pemerintah No. 82 Tahun 2001.
1. 3 Tujuan
Untuk mengetahui kadar logam kromium, zink, selenium yang terdapat
pada air sungai Denai, apakah masih memenuhi syarat baku mutu air yag telah ditetapkan menurut Peraturan Pemerintah No. 82 Tahun 2001.
1.4 Manfaat
Dapat memberikan informasi tentang kadar logam kromium, zink, dan selenium yang terdapat pada air sungai Denai yang memenuhi syarat baku mutu