MITOS & FAKTA MENGAJAR MATEMATIKA PADA ANAK
PONDASI UNTUK PEMBELAJARAN MATEMATIKA 1
Dosen Pembimbing :
Nur Fadli Hazhar Fachrial,S.T. M.Pd
Mata kuliah :
Pembelajaran Matematika 1
Disusun Oleh :
Inayatul maula
(178610035)
STKIP ARRAHMANIYAH
Prodi Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Semester 2
Tahun Pelajaran 2017/2018
Dikalangan Masyarakat sekarang, banyak orang yang mengatakan Mitos-mitos dalam proses pembelajaran matematika.
Adapun 6 Mitos dan faktanya yang terjadi saat mengajarkan matematika pada Anak:
1. Mitos yang pertama :Sebagian orang berfikiran Bahwa mengajarkan Matematika Pada setiap anak itu berbeda-beda ada yang pandai Matematika dan ada pula yang tidak Pandai matematika , tapi Faktanya tidak ada perbedaan yang signifikan dalam hal jenis kelamin. Biasanya orang berfikiran anak laki-laki lebih pandai matematika dari pada perempuan padahal itu salah, seorang guru tidak boleh membeda-bedakan setiap murid yang di ajarkan karena semua mempunyai hak yang sama. Justru perbedaan itu muncul siring dengan kematangan individu itu sendiri dalam menyerap pelajaran matematika.
2. Mitos yang kedua : sebagian orang berfikir bahwa Belajar Matematika itu akan menimbulkan kecemasan. tapi faktanya , kecemasan saat belajar matematika itu jika nilai matematika seorang anak itu rendah. begitu juga sebaliknya, jika seorang anak mendapatkan nilai yang tinggi pasti anak itu akan merasa senang bukan merasa cemas, oleh karena itu sebagai seorang guru sebaiknya jangan memberi nilai yang minimum pada anak karena itu bisa meningkatkan rasa cemas dan menurunkan rasa percaya diri pada anak tersebut.
3. Mitos yang ketiga: sebagai guru harus menggunakan buku teks super canggih untuk mengajari anak-anak belajar matematika. Tapi faktanya, buku teks yang syuper canggih itu hanyalah berisikan kurikulum yang sudah disempurnakan namun tidak ada yang dapat menggantikan posisi guru sebagai pendamping anak-anak ketika belajar mtk. Bagi seorang guru pengunaan buku teks itu hanyalah bantuan kecil, guru matematika yang cerdas itu adalah guru yang menggunakan buku teks yang sangat minim sekali saat mendampingi anak-anak belajar matematika.
4. Mitos yang keempat : sebagaian orang berfikiran bahwa penggunaan kalkulator tidak dapat dipergunakan oleh anak-anak alam belajar matematika. Faktanya, penggunaan kalkulator sebagai alat belajar itu tepat Karena kalkulator memberikan jawaban yang diharapkan setelah anak-anak memahami konsep-konsep dasarnya, dan juga dampak penggunaan kalkulator pada anak dalam belajar matematika secara positif bisa meningkatkan rasa percaya diri dalam pembelajaran matematika.
bantu peraga dalam kehidupan nyata yang bervariasi sangat bermakna bagi si anak dalam mengekspresikan konsep-konsep dasar matematika.
6. Mitos keenam : sebagian orang berfikiran bahwa tidak cukup waktu untuk mengerjakan tugas atau latihan matematika didalam kelas. Faktanya, Memberikan tugas adalah perbuatan yang terbaik diberikan guru kepada anak dengan tugas . tugas itu adalah bukti dimana guru bisa mengukur progres anak yang telah memahami konsep-konsep pembelajaran matematika yang dipelajari di dalam kelas.
PONDASI UNTUK PEMBELAJARAN MATEMATIKA 1
Pondasi untuk pemeblajaran matemati di usia 3-8 tahun sangatlah pentinguntuk tujuan agar hasil akhir belajar anak memiliki kompetensi, pemahaman, dan mampu menyelesaikan
permasalahan yang baik. Pondasi tersebut antara lain: 1. Kesuksesan adalah milik setiap anak
Sebagai guru kita harus berlaku adil, dalam arti kita sebagai guru tidak boleh membedakan satu murid dengan yang lainya karena semua murid mempunyai hak untuk sukses. Seorang guru harus mendampingi anak-anak dalam pembelajaran matematika dan memberi pelajaran yang menyeluruh untuk anak-anak
1. Memberikan pelayanan pendampingan pada anak
Anak-anak dalam pembelajaran matematika harus di dampingi secara ekslusif dikarenakan kemampuan anak-anak itu tidak secara langsung terlihat apabila tidak ada pendampingan yang ekslusif oleh guru, dan juga kemampuan anak-anak itu bervariasi dari sisi latar belakang keluarga, lingkungan dan faktor eksternal lainnya. Oleh karena itu anak-anak tidak boleh dibiarkan begitu saja tanpa pengawasan seorang guru dalam belajar matematika.
2. Mengenali dan mengembangkan bakat anak-anak istimewa
Anak-ank yang memiliki bakat istimewa tampak terlihat ketika si anak ini merasabosan saat mengerjakan soal matematika yang monoton. Perhatian istimewa wajib diberikan kepada anak-anak yang memiliki bakat istimewa dengan strategi mengajar yang berbeda. 3. Memahami anak-anak dengan kemampuan belajar yang kurang
Sebagai seorang guru haruslah mengetahui karakteristik dan kemampuan anak-anak yang di didiknya, dengan hal itu seorang guru yang menemukan anak yang kemampuan belajarnya kurang, bisa diberi perhatian yang lebih dibandingkan anak normal. Anak-anak dengan kemampuan belajar matematikanya kurang lebih cenderung disebabkan pembelajaran matematikanya yang kurang bukan karena si anaknya.
4. Mengatasi anak-anak berkebutuhan khusus