• Tidak ada hasil yang ditemukan

Sejarah Negara Kamboja dengan Thailand tahun

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Sejarah Negara Kamboja dengan Thailand tahun"

Copied!
38
0
0

Teks penuh

(1)

Tugas Kelompok Sejarah Asia Tenggara

Materi : Negara Kamboja

OLEH KELOMPOK 6 GENAP (B)

1. Liah Rutama 1343033004

2. M. Fadlan 1313033050

3. Murdiati 1313033056

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH

JURUSAN PENDIDIKAN IPS

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG

(2)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami hanturkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, yang atas berkat rahmat-Nya maka kami dapat menyelesaikan penyusunan tugas kelompok yang berjudul “Negara Kamboja”.

Penulisan ini merupakan salah satu tugas dari mata kuliah Sejarah Asia Tenggara yang dibimbing oleh Bapak Drs. Maskun, M.H. dan Bapak Marzius Insani, S.Pd.

Dalam penulisan tugas kelompok ini, kami mengakui bahwa masih banyak memiliki kekurangan dalam teknis penulisan maupun materi. Untuk itu kami mengharapkan kritik dan saran dari semua pihak demi menyempurnakan pembuatan tugas kelompok ini. Semoga tugas kelompok ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Bandar Lampung, Maret 2015

(3)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... iii

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 1

1.3 Tujuan ... 2

BAB II PEMBAHASAN 2.1 Profil Negara Kamboja ... 3

2.1.1 Bendera Negara Kamboja ... 5

2.1.2 Lambang Negara Kamboja... 5

2.1.3 Sumber Daya Alam... 6

2.2 Sejarah Kamboja ... 7

2.3 Kebudayaan Negara Kamboja ... 9

2.4 Pemerintahan dan Politik Kamboja ... 11

2.4.1 Peran Asean dalam Penyelesaian Masalah Kamboja ... 24

2.4.2 Hubungan Kamboja dengan Indonesia... 27

2.5 Kehidupan Sosial Kamboja ... 28

2.6 Perekonomian Kamboja ... 29

BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan ... 31

3.2 Saran... 32

LAMPIRAN

(4)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kamboja merupakan sebuah negara monarki konstitusional di Asia Tenggara, dan merupakan penerus dari Kekaisaran Khmer. Kamboja berbatasan dengan Thailand (barat), Laos (utara), Vietnam (timur), dan Teluk Thailand (selatan). Negara ini dilewati oleh Sungai Mekong dan Danau Tonle Sap.

Kamboja yang mempunyai nama lain Kampuchea (bahasa Khmer), Cambodge (bahasa Perancis), Cambodia (bahasa Inggris), merupakan suatunegara yang terletak di Semenanjung Indocina bagian barat daya. Pada masa pra kolonial, Kamboja merupakan suatu kerajaan yang besardengan wilayah yang membentang dari laut Cina Selatan sampai perbatasan Birma, tetapi sekarang Kamboja hanyalah sebuah negara kecil di Asia Tenggara dengan luas sekitar 181.035 kilometer persegi.

Lima puluh persen dari wilayah tersebut berupa hutan belantara yang masih perawan sehingga sangat bermanfaat bagi tempat persembunyian para gerilyawan dari pengejaran pihak lawan.

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana profil Negara Kamboja? 2. Bagaimana sejarah Kamboja?

(5)

4. Bagaimana keadaan politik dan pemerintahan Kamboja? 5. Bagaimana kehidupan sosial masyarakat Kamboja?

6. Bagimana perekenomian dari Negara Kamboja? 1.3 Tujuan

1. Mengetahui profil dari Kamboja. 2. Mengetahui sejarah Negara Kamboja.

3. Untuk mengetahui kebudayaan yang ada di Kamboja.

(6)

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Profil Negara Kamboja

Profil Negara Kamboja

Nama Resmi Kingdom of Cambodia

Bentuk Negara Kerajaan Konstitusional

(7)

Tahun Merdeka 1953

Kamboja dibagi menjadi 20 Provinsi & 4 Kota praja. Daerah Kamboja kemudian dibagi menjadi Distrik, komunion . distrik besar,dan kepulauan.

Letak Astronomis Negara Kamboja terletak antara 10

o LU-14o LU dan

102,5o BT-107,5o BT

Letak Geografis

Kamboja berbatasan dengan Thailand di sebelah Barat, Laos di Utara, Vietnam di Timur, dan Teluk Thailand di Selatan. Sungai Mekong dan Danau

diperlukan untuk budidaya tanaman padi. Pada saat musim hujan, Danau Tonle Sap yang merupakan danau terbesar di Kamboja meluas hingga sekitar 8 kali ukuran saat musim kemarau.

(8)

2.1.1 Bendera Negara Kamboja

Bendera Nasional: Terdiri dari tiga segi panjang melintang yang sejajar, di tengahnya adalah segi panjang agak lebar warna merah, di atas dan bawahnya adalah segi panjang warna biru. Warna merah melambangkan keberuntungan dan kegembiraan, warna biru lambang terang dan kebebasan. Di bagian tengah jalur warna merah terdapat gambar Angkor Watt putih dengan pinggiran emas. Angkor Watt adalah bangunan Buddha yang tersohor, melambangkan sejarah Kamboja yang panjang dan budayanya yang tua.

(9)

Pedang raja di dalam gambar berbentuk belah ketupat berada di atas sebuah baki, melambangkan supremasi kekuasaan raja, lalu atap berbentuk payung lima susun dikawal oleh singa di kedua sisinya dalam budaya adat Kamboja, angka lima melambangkan kesempurnaan dan keberuntungan, daun palem di kedua sisi melambangkan kemenangan. Pita di bagian dasar tertulis "Raja Kerajaan Kamboja" dalam bahasa Kamboja. Seluruh gambar melambangkan Kerajaan Kamboja di bawah pimpinan raja adalah sebuah negara kesatuan, utuh, bersatu dan bahagia.

2.1.3 Sumber Daya Alam

Kamboja merupakan salah satu negara yang memiliki komoditas utama seperti pakaian, kayu, karet, beras, ikan, tembakau dan alas kaki. Kamboja memiliki hutan kayu yang paling berharga dan penghasil permata yang paling produktif di dunia (kecuali berlian). Kamboja, sebagian besar wilayahnya merupakan daratan yang subur karena di sana terdapat salah satu sungai terbesar di Asia, yaitu Sungai Mekong.

(10)

Pertanian padi merupakan tanaman utama, penanamannya terutama di sekitar Tonselap, istimewa dekat Battambang. Disepanjang sebelah menyebelah hilir Mekong dan di selatan Kompong Cham pada umumnya penghasilan padi rendah, namun demikian masih terdapat kelebihan padi utnuk diekspor karena penduduknya tidak banyak.

Getah merupakan tanaman ladang yang paling penting dan juga sebagai bahan ekspor utama bagi negeri ini. Daerah penanamannya di sepanjang bukit Cardamon dan di tanah tinggi Annam dekat Kompong Cham. Lada hitam termasuk penting, terutama diusahakan orang Cina dan merupakan bahan ekspor. Daerah penanamannya di pegunungan Gajah dekat Kampot. Tanaman lain yang diusahakan merupakan tanaman kering seperti tembakau, kapas, kacang tanah, jagung, kapuk, tebu dan lain-lain. Tanaman ini terutama terdapat di tanah pamah sepanjang Mekong dan Tonselap, sedangkan Jute di sekitar Battambang untuk membuat goni, beras dan tikar kasar.

Perikanan merupakan kegiatan kedua besarnya di negara ini, kebanyakn para petani menjadi nelayan pada musim kering. Daerah perikanan terpenting ialah Tonselap yang menghasilkan 50% dari jumlah tangkapan ikan di Khmer. Daerah perikanan lainnya meliputi kawasan pinggir laut di sepanjang Mekong dan cabang-cabangnya di sawah padi dan paya-paya. Sebagian besar hasil tangkapan ikan di negara ini telah dijadikan bahan ekspor.

Bahan galian (pertambangan) kurang penitng, karena jumlahnya kecil, hanya fosfat dan biji besi yang ditambang dalam jumlah besar. Biji besi terdapat dekat Phnom Penh dan posfat dekat Kampot dan Battambang.

2.2 Sejarah Negara Kamboja

(11)

Kekuasaan dua negara ini runtuh ketika Kerajaan Khmer dibangun dan berkuasa

Pada tahun 1432, Khmer dikuasai oleh Kerajaan Thai. Dewan Kerajaan Khmer memindahkan ibukota dari Angkor ke Lovek, dimana Kerajaan mendapat keuntungan besar karena Lovek adalah bandar pelabuhan. Pertahanan Khmer di Lovek akhirnya bisa dikuasai oleh Thai dan Vietnam, dan juga berakibat pada hilangnya sebagian besar daerah Khmer. Peristiwa ini terjadi pada tahun 1594. Selama 3 abad berikutnya, Khmer dikuasai oleh Raja-raja dari Thai dan Vietnam secara bergilir.

Pada tahun 1863, Raja Norodom, yang dilantik oleh Thai, mencari perlindungan kepada Perancis. Pada tahun 1867, Raja Norodom menandatangani perjanjian dengan pihak Perancis yang isinya memberikan hak kontrol provinsi Battambang dan Siem Reap yang menjadi bagian Thai. Akhirnya, kedua daerah ini diberikan pada Kamboja pada tahun 1906 pada perjanjian perbatasan oleh Perancis dan Thai.

(12)

meraih kemerdekaan pada tahun 1953 melalui Persetujuan Jenewa setelah penjajahan Jepang pada 1940-an, akhirnya Kamboja meraih kemerdekaannya dari Perancis pada 9 November1953. Kamboja menjadi sebuah kerajaan konstitusional dibawah kepemimpinan Raja Norodom Sihanouk.

Pada saat Perang Vietnam tahun 1960-an, Kerajaan Kamboja memilih untuk netral. Hal ini tidak dibiarkan oleh petinggi militer, yaitu Jendral Lon Nol dan Pangeran Sirik Matak yang merupakan aliansi pro-AS untuk menyingkirkan Norodom Sihanouk dari kekuasaannya. Dari Beijing, Norodom Sihanouk memutuskan untuk beraliansi dengan gerombolan Khmer Merah, yang bertujuan untuk menguasai kembali tahtanya yang direbut oleh Lon Nol. Hal inilah yang memicu perang saudara timbul di Kamboja.

Khmer Merah akhirnya menguasai daerah ini pada tahun 1975, dan mengubah format Kerajaan menjadi sebuah Republik Demokratik Kamboja yang dipimpin oleh Pol Pot. Mereka dengan segera memindahkan masyarakat perkotaan ke wilayah pedesaan untuk dipekerjakan di pertanian kolektif. Pemerintah yang baru ini menginginkan hasil pertanian yang sama dengan yang terjadi pada abad 11. Mereka menolak pengobatan Barat yang berakibat rakyat Kamboja kelaparan dan tidak ada obat sama sekali di Kamboja.

Pada November 1978, Vietnam menyerbu RD Kamboja untuk menghentikan genosidabesar-besaran yang terjadi di Kamboja. Akhirnya, pada tahun 1989, perdamaian mulai digencarkan antara kedua pihak yang bertikai ini di Paris. PBB memberi mandat untuk mengadakan gencatan senjata antara pihak Norodom Sihanouk dan Lon Nol.

Sekarang, Kamboja mulai berkembang berkat bantuan dari banyak pihak asing setelah perang, walaupun kestabilan negara ini kembali tergoncang setelah sebuah kudeta yang gagal terjadi pada tahun 1997.

2.3 Kebudayaan Negara Kamboja

(13)

pada pahatan timbul Angkor Wat. Bagaimanapun, saat Khmer Merah memerintah di Kamboja dari tahun 1975 hingga 1979, banyak seni Khmer yang dilarang dan dihancurkan, termasuk kuil-kuil. Banyak juga penari, penyanyi, dan artis yang dibunuh.

Sekarang Kamboja dengan bantuan dari negara-negara asing, mencoba untuk menghidupkan kembali seni dan budaya tradisionalnya. Saat ini pertunjukan seni tradisional seperti tarian Apsara, paling banyak diadakan oleh organisasi swasta, seperti hotel dan restoran.

Tari Tradisional Kamboja (Robam)

Tari Tradisional Kamboja (Robam) Ratusan tahun yang lalu, Robam (tari) Apsara ditampilkan hanya untuk Kerajaan Khmer, walaupun setelah itu tarian ini juga ditampilkan untuk perayaan khusus Kerajaan, seperti perayaan setelah menang dari perang. Akan tetapi sebuah serangan yang dilakukan Kerajaan Siamese (sekarang Thailand) pada abad ke-15 berimbas ke Robam Apsara. Serangan tersebut memaksa Kerajaan Khmer untuk memindahkan ibu kota mereka ke Phnom Penh dan sejak itu tarian ini pun hanya dipertunjukkan secara terbatas hanya di kalangan istana. Saat ini Tari Apsara dapat ditonton di hotel dan restoran di Phnom Penh.

Buong Suong

Sejarawan mempercayai Buong Suong adalah tarian Khmer yang paling kuno. Tarian dibawakan satu kali, di bawah perintah Kerajaan untuk meminta hujan pada dewa-dewa selama musim kering dan berkah untuk rakyat Kerajaan Khmer.

Robam Trot (Tari “Troddi”)

(14)

Troddi) memiliki arti membuang ketidakberuntungan di tahun lalu dan mengharapkan kehidupan yang lebih baik di Tahun Baru. Kadang tarian ini juga dibawakan untuk meminta hujan selama musim kemarau. Penari biasanya terdiri dari 16 orang, baik pria dan wanita.

Musik Tradisional Kamboja

Seperti tarian-tarian tradisional, beberapa instrumen musik tradisional Kamboja juga terlihat pada dinding-dinding kuil di era Angkorian, yang digambarkan pada relief timbul. Beberapa instrumen musik tradisional mereka sangat mirip dengan alat musik tradisional Jawa, seperti “gamelan” Jawa. Di antara musik tradisional Khmer, seperti Pinpeat, Mohori, Phleng Kar (musik perkawinan Khmer), dan

Phleng Arak (lebih sering dimainkan untuk memberi penghormatan pada leluhur

mereka)

Pinpeat

“Pi” mengacu pada alat musik dari buluh dan ‘peat’ mengacu pada alat musik perkusi. Pinpeat biasanya dimainkan untuk mengiringi penari tradisional Khmer, dan juga selama acara keagamaan. Saat mengiringi penari Khmer, Pinpeat merupakan cara berinteraksi antara musisi, penari, dan vokalis.

Mohori

Pada dahulu kala Mohori dipentaskan di Kerajaan Istana, sama seperti Pinpeat walaupun terkadang dimainkan juga di beberapa desa. Walaupun instrumen musik yang digunakan mirip dengan Pinpeat, instrumen utama Mohori terdiri dari dua jenis Roneat dan dua jenis Tro (biola Khmer).

2.4 Pemerintahan dan Politik Kamboja

(15)

pemerintahan Kamboja dimulai sejak tahun 1863 hingga 1953, pada saat Kamboja memperoleh kemerdekaannya. Sejak memperoleh kemerdekaannya, Kamboja mengalami banyak konflik internal. Salah satu manifestasi dari konflik tersebut adalah banyaknya pergantian rezim yang terjadi dalam jangka waktu yang tergolong sempit. Pergantian rezim ini turut dibarengi oleh penggantian nama Kamboja sebagai sebuah negara.Tercatat enam kali pergantian nama (rezim) Kamboja.

Masing-masing nama memberikan keunikan tersendiri terhadap bagaimana sistem pemerintahan di Kamboja berjalan. Keunikan tersebut salah satunya tidak terlepas dari peran dan kekuasaan tokoh-tokoh penting pada masing-masing rezim, misalnya Norodom Sihanouk (1953-1970), Lon Nol (1970-1975), Khmer Merah-Pol Pot (1975-1979), dan Hun Sen (1989-sekarang).

Masa Pemerintahan Norodom Sihanouk

Kamboja merupakan salah satu negara yang terletak di kawasan Asia Tenggara dan termasuk rumpun bangsa Indo-Cina. Seperti bangsa-bangsa lain di Asia yang mengalami masa penjajahan Barat, Kamboja mengalami penjajahan Prancis sejak tahun 1863.

Perlawanan rakyat Kamboja, dibawah pimpinan Raja Norodom Sihanouk, memperoleh kemerdekaannya pada tanggal 9 November 1953. Sihanouk ingin membangun Kamboja yang modern. Dalam mengerahkan dukungan politiknya, ia mendirikan front nasional yang bernama Gangkum Reastr Niyum (popular Socialist Community). Ia berhasil menekan oposisi konservatif dan radikal kiri seperti Partai Komunis Khmer yang dikenal dengan sebutan “Khmer Merah”.

(16)

menyerang Vietnam Selatan. Norodom Sihanouk pun menolak bantuan ekonomi yang akan diberikan Amerika Serikat. Sikap Sihanouk membuat pihak oposisi dan kaum pedagang Kamboja mengkritik tindakannya.

Pada tahun 1970, ketika Sihanouk pergi berobat ke luar negeri kesempatan itu dimanfaatkan oleh birokrat sipil dan pejabat militer untuk menjatuhkan rezimnya. Perdana Menteri Letnan Jenderal Lon Nol dan Pangeran Sisowath Sirik Matak yang pro-Amerika Serikat memimpin pemberontakan pada tanggal 18 Maret 1970. Mereka berhasil mendirikan Republik Khmer dengan Letnan Jenderal Lon Nol sebagaai presidennya pada tanggal 9 oktober 1970. Lon Nol termasuk golongan anti komunis. Ia menuntut penarikan pasukan Vietnam Utara dari Kamboja Timur. Bahkan, ia mengizinkan Amerika Serikat dan Vietnam Selatan untuk membersihkan Kamboja dari penduduk Vietnam Utara pada April 1970.

Sejak tergulingnya Sihanouk, Kamboja terus dirundung kemelut yang berkepanjangan. Di satu sisi Vietnam Utara mendukung Khmer Merah untuk menggulingkan Letnan Jenderal Lon Nol (Republik Khmer). Di sisi lain, Vietnam Selatan memberi dukungan kepada Letnan Jenderal Lon Nol. Sementara itu, Norodom Sihanouk mendirikan Royal Government of Nation Union of Combodia

ditempat pengasingannya (Cina). Organisasi ini mendapat dukungan Cina dan Vietnam Utara.

Masa Pemerintahan Lon Nol

(17)

Masa Pemerintahan Khmer Merah-Pol Pot

Pada tahun 1975 hingga 1979 merupakan masa-masa kelam bagi rakyat Kamboja ketika pemerintahan dikuasai Pol Pot dibawah rezim Khmer Merah. Khmer Merah menduduki tampuk kekuasaan setelah berhasil menggulingkan Republik Khmer Lon Nol pada 17 April 1975. Jatuhnya rezim Lon Nol memberikan secercah harapan baru bagi penduduk Kamboja untuk mencapai kedamaian setelah terjebak dalam perang saudara sejak 1967. Namun kenyataannya, rezim Pol Pot dengan kebijakannya justru menambah panjang penderitaan rakyat.

Khmer Merah (Bahasa Perancis: Khmer Rouge) adalah cabang militer Partai Komunis Kampuchea (nama Kamboja kala itu). Pada tahun 1960-an dan 1970-an, Khmer Merah melakukan perang gerilya melawan rezim Shihanouk dan Marsekal Lon Nol. Pada 17 April 1975, Khmer Merah yang dipimpin oleh Pol Pot berhasil menggulingkan kekuasaan dan menjadi pemimpin Kamboja.

Hanya dalam beberapa hari saja, rezim baru ini telah menghukum mati sejumlah besar rakyat Kamboja yang tadinya bergabung dengan rezim Lon Nol. Penduduk Phnom Phen dan juga penduduk di provinsi lain terpaksa keluar dari kota dan pindah ke daerah-daerah penampungan. Phnom Phen menjadi kota mati. Seluruh perekonomian di seluruh negeri berubah di bawah garis keras komunis, Uang hilang dari peredaran. Akibat dari semua itu adalah terjadinya kelaparan dan wabah penyakit di daerah tersebut.

Selama 44 bulan berikutnya, jutaan orang Kamboja menjadi korban teror dari Khmer Merah. Para pengungsi yang berhasil lari ke Thailand menceritakan kekejaman kelompok ini yang antara lain menghukum mati anak-anak hanya karena mereka tidak lahir dari keluarga petani. Selain itu orang-orang keturunan Vietnam dan Cina juga turut diteror dan dibunuh. Siapa saja yang disangka sebagai orang yang berpendidikan, atau menjadi angota dari keluarga pedagang pasti dibunuh dengan cara dipukul sampai mati, bukan dengan ditembak dengan dalih untuk menghemat amunisi.

(18)

Masa empat tahun Pol Pot dan Khmer Merahnya berkuasa di Kamboja, adalah masa yang membuat seluruh dunia geger. Khmer Merah berupaya mentransformasi Kamboja menjadi sebuah negara Maois dengan konsep agrarianisme. Rezim Khmer juga menyatakan, tahun kedatangan mereka sebagai "Tahun Nol" (Year Zero). Mata uang, dihapuskan. Pelayanan pos, dihentikan. Kamboja diputus hubungannya dengan luar negeri. Hukum korban yang dieksekusi adalah para intelektual dari Phnom Penh, yang di antaranya adalah: mantan Menteri Informasi Hou Nim, profesor ilmu hukum Phorng Ton, serta sembilan warga Barat termasuk David Lioy Scott dari Australia. Sebelum dibunuh, sebagian besar mereka didokumentasikan dan diinterogasi di kamp penyiksaan Tuol Sleng.

Penjara S-21 atau Tuol Sleng adalah organ rezim Khmer Merah yang paling rahasia. Pada 1962, penjara S-21 merupakan sebuah gedung SMA bernama Ponhea Yat. Semasa pemerintahan Lon Nol, nama sekolah diubah menjadi Tuol Svay Prey High School.

(19)

disetrum. Kepedihan terutama dirasakan kaum perempuan karena kerap diperkosa saat diinterogasi.

Setelah diinterogasi selama 2-4 bulan, mereka akan dieksekusi di Choeung Ek. Sejumlah tahanan politik yang dinilai penting ditahan untuk diinterogasi sekitar 6-7 bulan, lalu dieksekusi.

 Dampak Dari Kebijakan Pemerintahan Pol Pot

(20)

Intervensi Vietnam

Di tengah-tengah suasana dalam negeri yang kacau akibat kerja paksa dan pembantaian massa terhadap penduduk Kamboja, muncullah tokoh Heng Samrin dan Hun Sen. Kedua tokoh tersebut secara terang-terangan menentang garis kebijakan Pol Pot dan Khieu Samphan. Sebagai wujud penentangan terhadap garis kebijakan Pol Pot tersebut, Heng Samrin dan Hun Sen berusaha mengadakan kudeta meskipun pada akhirnya mengalami kegagalan. Setelah gagal mengadakan kudeta dan pemerintahan terus mengadakan pengejaran terhadap kelompoknya, akhirnya Heng Samrin dan Hun Sen beserta kelompoknya melarikan diri ke Vietnam guna mencari suaka politik.

Di samping mencari suaka politik Heng Samrin dan Hun Sen juga berusaha mengadakan konsolidasi dengan Vietnam guna menghentikan kekuasaan diktator Pol Pot. Sementara itu, pertentangan antara Vietnam dengan Khmer Merah semakin tajam dan tidak terjembatani. Masalahnya adalah kecenderungan kuat bahwa Khmer Merah berkiblat kepada RRC. Bahkan RRC merupakan negara donatur utama bagi Kamboja terutama dalam bidang perdagangan dan militer. Hal ini dapat dilihat dari banyaknya penasihat-penasihat militer RRC yang berada di Kamboja (Jackson, 1985: 169).

(21)

disebabkan setelah memperoleh kemerdekaan, Kamboja justru memusuhi Vietnam dan berkiblat ke Peking. Kekecewaan Vietnam semakin bertambah ketika pada tahun 1977 kamboja melakukan pelanggaran yaitu memasuki Vietnam tanpa ijin di daerah perbatasan dengan alasan melakukan pengejaran terhadap pasukan pemberontak.

Tindakan tentara Kamboja tersebut jelas mendapat perlawanan dari tentara Vietnam sehingga perang di perbatasan tidak dapat dihindari (Kirdi Dipoyudo, 1983: 55). Perang perbatasan terus berlangsung dan semakin memanas. Vietnam yang sejak bulan Januari 1978 sudah mengelar pasukannya lengkap dengan pesenjataan modern bantuan Uni Soviet termasuk tank, alteleri, pesawat,dan helikopter secara perlahan-lahan sudah menguasai daerah perbatasan kedua negara. Bahkan di sebelah selatan pasukan Vietnam sudah mengasai kota Takeo yang terletak 70 kilometer selatan kota Phnom Penh, dan di sebelah utara pasukan Vietnam mereka sudah menyusup jauh ke dalam wilayah Kamboja di propinsi Prey Veng.

Menanggapi serangan pasukan Vietnam tersebut, Kamboja juga telah menurunkan setengah dari jumlah pasukan daratnya yaitu sekitar 80.000 personil ke wilayah perbatasan guna menahan pasukan Vietnam. Pasukan Kamboja yang menahan gerak maju pasukan Vietnam diorganisir sesuai dengan sistem yang digunakan tentara RRC.

(22)

pasukanpasukan Vietnam ditarik mundur dari wilayah Kamboja. Bahkan menurut siaran radio Phnom Penh, Kamboja menuduh Vietnam melakukan agresi karena alasan ekonomi dalam negeri yang kacau dan persediaan beras yang tidak mencukupi (Kompas, 4 Januari 1978).

Perang di daerah perbatasan yang berlangsung sejak bulan Januari 1978 belum juga menunjukkan tanda-tanda akan berakhir, bahkan perang semakin karena Vietnam terus menambah jumlah pasukannya. Pada akhir bulan Desember1978 sekitar 120.000 sampai 150.000 pasukan Vietnam sudah berada di Kamboja. Dengan dukungan sejumlah tank, kendaraan lapis baja, dan pesawat tempur buatan Uni Soviet, pasukan pemberontak KNUFNS bersama tentara Vietnam melancarkan serangan besar-besaran ke sejumlah wilayah di Kamboja terutama di daerah basis pertahanan Khmer Merah (Ovy Ndouk, 1981: 418).

Setelah bertempur selama beberapa hari akhirnya pada tanggal 7 Januari 1979 pasukan pemberontak KNUFNS yang dibantu tentara Vietnam berhasil merebut kota Phnom Penh dari tangan Pol Pot. Menurut siaran radio Moskow, segera setelah berhasil merebut kota Phnom Penh, tentara pemberontak KNUFNS mengibarkan bendera kebangsaannya yang berwarna merah dengan bintang kuning di berbagai gedung pemerintahan ibukota (Tempo, 13 Januari 1979: 7).

(23)

pertahanannya di Propinsi Yunan dan Quangsi, dua propinsi yang merupakan perbatasan Vietnam dengan RRC, yaitudengan menempatkan sejumlah pesawat tempur M-19 dan pesawat pembomIlyushin-28.

Sementara itu, munculnya pemerintahan Heng Samrin dan Hun-Sen banyak mendapat simpati dari rakyat. Sebagian rakyat setuju dan bahkan mendukung gerakan invasi yang dilakukan Vietnam tersebut, dengan alasan bahwa Vietnam dianggap sebagai dewa penyelamat bagi kehidupan rakyat Kamboja dari kekuasaan Khmer Merah.

Sehubungan dengan hal tersebut maka pemerintah Heng Samrin berusaha keras mengembalikan kepercayaan dan harga diri rakyat Kamboja yang tertindas selama pemerintahan Pol Pot. Untuk memulihkan pada kondisi normal dan stabil maka pemerintahan baru tersebut mulai mengadakan serangkaian kegiatan yang berupa pembangunan di segala sektor guna membangkitkan semangat dan gairah rakyat Kamboja dalam membangun kembali perekonomiannya.

Namun usaha-usaha yang dilakukkan pemerintahan baru Phnom Penh tersebut banyak mengalami kegagalan, terutama dalam memperoleh pengakuan dan reputasi dari dunia internasional. Hal ini disebakan karena tindakan invasi yang dilakukan Vietnam tidak dibenarkan dalam hukum internasional. Selain dari dunia internasional, kecaman juga datang dari para petinggi ASEAN yang berbuntut dengan dikeluarkan komunike bersama antara Mentari Luar Negeri ASEAN.

(24)

menyerukan ditariknya semua pasukan asing dari Kamboja (Muchtar E. Harahap dan M. Abriyanto, 1990:

Upaya Penyelesaian Konflik Kebijakan Pemerintahan Pol Pot

a. Militer

Pada awalnya rakyat Kamboja melakukan perlawanan-peralawanan kecil yang dengan mudah dapat diatasi oleh pemerintah. Tokoh-tokoh pemerintah, tentara, tokoh Khmer Merah yang telah dikecewakan maupun disingkirkan oleh pemerintahan Pol Pot kemudian bersatu. Dengan bantuan negara lain yang mempunyai kepentingan politik di Kamboja, akhirnya menjadi suatu perlawanan yang besar dan sulit untuk ditanggulangi oleh pemerintahan Pol Pot.

Pol Pot pada masa pemerintahannya berhasil menguasai Partai Komunis Kamboja dengan menyingkirkan lawan-lawan politiknya. Yang disingkirkan olehnya pendukung Sihanouk, kelompok Barat Daya, dan tokoh-tokoh wilayah Timur. Sekelompok kecil anggota wilayah Timur yang lolos dari pembunuhan itu salah satunya adalah Heng Samrin. Walau bukan merupakan tokoh Partai Komunis Kamboja, Heng Samrin adalah seorang tokoh anti Pol Pot yang militan.

(25)

dan bekerjasama dengan Vietnam, pada saat itu Heng Samrin sudah menjabat sebagai Wakil Kepala Staf Militer Kamboja Timur.

Pada Bulan April 1978 di Kompong Cham timur laut Kamboja, Heng Samrin bersama Hun Sen dan pasukannya melakukan penyerangan terhadap tentara pemerintah sebagai bentuk pertentangan. Usaha kudeta yang dilakukan Heng Samrin dan Hun Sen pada waktu itu mengalami kegagalan. Pemerintah terus mengadakan penumpasan serta pengejaran terhadap tokoh maupun orang sipil yang dianggap terlibat gerakan makar. Hal ini membuat Heng Samrin dan Hun Sen harus melarikan diri ke Vietnam untuk mendapat suaka politik. Vietnam menampung dan mendukung para pelarian politik Kamboja untuk tetap berjuang.

Vietnam sendiri mempunyai dendam terhadap pemerintahan Pol Pot. Selain itu Vietnam juga memiliki ambisi untuk menguasai Kamboja. Pemerintahan Pol Pot pada puncak kekuasaannya mendepak Vietnam dan Uni Soviet dari Kamboja. Pol Pot tidak pernah mengakui dalam upaya menjatuhkan rezim Lon Nol dan lebih dekat dengan Cina.

Pemerintah Pol Pot terlibat pertempuran dengan tentara Vietnam di perbatasan Vietnam. Vietnam mengambil peluang dengan adanya perpecahan dalam tubuh Partai Komunis Kamboja. Salah satu anggota Komite Sentral Kamboja dan memegang posisi Wakil Kepala Staf Wilayah Militer Kamboja Timur, Heng Samrin ternyata tertarik untuk bekerjasama dengan Vietnam.

(26)

lebih wakil dari berbagai golongan rakyat Kamboja yang memberontak memutuskan untuk bergabung dengan membentuk suatu gerakan pembebasan yang disebut “Front Persatuan Nasional Kamboja untuk Keselamatan Nasional” atau “ Front Persatuan Penyelamatan Rakyat Kamboja” yang selanjutnya dinamakan Kampuchea National United Front for National Salvation (KNUFNS).

KNUFNS ini merumuskan dan mengesahkan tujuan revolusi Kamboja yaitu:

Membangkitkan seluruh semangat rakyat Kamboja untuk bangkit dan berjuang menumbangkan pemerintahan diktator Pol Pot demi terbinanya negeri Kamboja yang damai, merdeka, demokratis, netral, dan non blok menuju sosialisme.

Membubarkan parlemen, menyelenggarakan pemilu bagi parlemen baru dan mengorganisasikan kembali kekuatan demokratis rakyat di segala tingkat.

Membentuk sel-sel KNUFNS untuk menggalang dukungan rakyat dan mendirikan Tentara Nasional Kamboja untuk mengganyang pemerintahan Pol Pot dan Ieng Sary.

Melancarkan politik perdamaian, persahabatan, dan non blok terhadap semua negara tanpa memandang sistem politik dan sosialnya.

(27)

Memulihkan hubungan persahabatan, kerjasama, dan rukun tetangga dengan negara-negara Asia lainnya, serta ikut berusaha membina Asia Tenggara sabagai kawasan damai, merdeka, bebas, netral, stabil, dan makmur.

Tidak akan ikut persekutuan militer manapun dan tidak memperkenankan negara manapun membuka pangkalan militer atau mengirim persenjataan militer ke Kamboja.

Menuju Perdamaian

Pada tahun 1982, Tiga kelompok (faksi) yang masih bertahan di Kamboja yaitu Khmer Merah, dan Front kemerdekaan nasional, netral, kedamaian dan kerja sama Kamboja (FUNCINPEC) pimpinan Pangeran Sihanouk, serta Front nasional kebebasan orang-orang Khmer yang dipimpin oleh perdana menteri yang terdahulu yaitu Son Sann, membentuk koalisi yang bertujuan untuk memaksa keluar tentara Vietnam. Tahun 1989, tentara Vietnam akhirnya mundur dari Kamboja.

Tahun 1992, PBB (UNTAC), mengambil alih sementara pemerintahan negara ini. Tahun berikutnya, PBB menggelar pemilu demokratis yang dimenangkan oleh FUNCINPEC. Faksi ini kemudian membentuk pemerintahan koalisi bersama Partai Rakyat Kamboja (CPP) pimpinan Hun Sen.

Sekarang, Kamboja telah berkembang pesat berkat bantuan dari negara-negara asing. Negara ini bahkan telah menggelar persidangan terhadap seorang mantan pemimpin Khmer Merah atas dakwaan melakukan kejahatan terhadap kemanusiaan. Rakyat di kota dan desa juga telah hidup tenang walaupun dihantui bahaya ranjau darat yang masih banyak bertebaran di seluruh penjuru negeri.

(28)

Upaya menuju penyelesaian politik yang menyeluruh dimulai pada tahap regional, di mana dalam menyikapi konflik Kamboja, ASEAN meletakan dasar pemikirannya atas dua hal yaitu, dinamika politik, ekonomi, dan sosial dalam tubuh ASEAN sendiri, dan tingkat encaman eksternal serta situasi regional ataupun internasional yang dapat berpengaruh terhadap persepsi ASEAN dalam penyelesaian masalah tersebut.

Pada tingkat regional, dimulai sejak masa jatuhnya rezim pemerintaan Pangeran Sihanouk di tahun 1970, para Menteri Luar Negeri ASEAN telah mencoba untuk membahas secara intensif konflik yang mulai marak di Kamboja. Negara-negara yang tergabung dalam forum ASEAN ini berupaya untuk mencapai suatu kesepakatan bersama agar dapat merumuskan formulasi yang tepat, sehingga pada mulanya organisasi ini dapat berfungsi sebagai mediator untuk mendamaikan pihak-pihak yang bertikai pada saat itu. Negara-negara menginginkan agar seyogyanya setiap pihak dapat bekerja sama dalam mencegah semakin luasnya konflik yang melanda Kamboja sebagai penghormatan atas Piagam PBB dan juga Konferensi Jenewa tahun 1954 mengenai kawasan Indochina demi menciptakan suasana yang kondusif di Kamboja.

Terhitung sejak dibentuknya CGDK sebagai koalisi pemerintahan pada tahun 1982, negara-negara ASEAN secara aktif mendukung resolusi PBB yang mengakui CGDK sebagai badan pemerintah yang sah di Kamboja, dan untuk itu memiliki legitimasi dan hak untuk duduk di Majelis Umum PBB sebagai wakil Kamboja. ASEAN melalui para Menlunya pada tanggal 21 September 1983 mengeluarkan keputusan bersama terhadap upaya rekonsiliasi di Indochina dengan penarikan keluar pasukan Vietnam dari Kamboja dengan batas waktu yang ditentukan.

(29)

ditegaskan pada serangkaian pertemuan Menlu ASEAN berikutnya yaitu di Jakarta pada November 1983, di Kuala Lumpur pada bulan Desember 1983 dan kembali di Jakarta pada bulan Januari 1984.

Bagi ASEAN sendiri, upaya ini dilandaskan pada konsep Zone of Peace, Freedom

and Neutrality (ZOPFAN) yang dicanangkan pada tahun 1971. ZOPFAN

menjamin perdamaian, keamanan serta kedaulatan bersama negara-negara di kawasan Asia Tenggara yang netral dan bebas dari campur tangan pihak luar. Di tingkat global, seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, pada tahun 1981, PBB menggelar Konferensi Internasional untuk Kampuchea (ICK) yang walaupun dinilai tidak terlalu berhasil, namun konferensi ini telah membangun suatu pondasi prakarsa untuk secara konsensus mengupayakan solusi yang komprehensif untuk memelihara perdamaian dan keamanan dunia.

Gagasan pembicaraan intensif antara ASEAN dan pihak-pihak yang bertikai di Kamboja yaitu CGDK dan pemerintahan Heng Samrin di Phnom Penh pada perkembangannya kurang mendapat dukungan dan menemui jalan buntu, baik secara kolektif dari negara-negara ASEAN, maupun dari pihak CGDK dan Vietnam sendiri. Tidak lama setelah itu, tepatnya pada bulan September 1985, Sihanouk mengusulkan suatu Cocktail Party yang dapat mengakomodir pihak-pihak yang bersengketa di Kamboja beserta negara-negara yang terkait untuk dapat membicarakan penyelesaian masalah Kamboja.

(30)

Pertemuan yang dikenal dengan Jakarta Informal Meeting I (JIM I) ini menampilkan terobosan untuk pertama kalinya, di mana pihak-pihak yang secara langsung terlibat di dalam konflik, yaitu keempat faksi, kedua tetangga Indochina dan enam negara ASEAN bertemu untuk mendiskusikan elemen-elemen mekanisme penyelesaian awal. Sekalipun pembicaraan antar faksi berjalan cukup alot karena masing-masing bersikeras mempertahankan posisinya, namun hasil dari pertemuan ini dinilai cukup efektif untuk menyepakati persepsi dan kesepahaman bersama sehingga beberapa rekomendasi dapat dilahirkan dengan penekanan pada pemisahan dua isu yaitu berkaitan dengan invasi Vietnam, Vietnam untuk menarik mundur pasukannya dari Kamboja sebagai itikad baik penyelesaian konflik, kesepahaman mengenai pentingnya pencegahan berkuasanya kembali rezim Pol Pot yang telah mengakibatkan penderitaan bagi rakyat Kamboja, pembentukan kelompok kerja guna membahas elemen-elemen dasar dari konflik itu sendiri dan menyusun usulan-usulan sebegai bahan masukan bagi pertemuan selanjutnya.

Dalam rangka menindaklanjuti JIM I, pada tanggal 16-18 Februari 1989 digelar JIM II yang turut dihadiri oleh negara-negara peserta JIM I. Pada pertemuan ini dapat disepakati berbagai kemajuan yang bersifat teknis sebagai tindak lanjut dan penyeragaman persepsi dari hasil pertemuan pertama. Beberapa hasil yang menonjol diantaranya adalah penarikan seluruh pasukan Vietnam yang harus segera dilakukan dengan batas waktu 30 September 1989 sebagai bagian dari kerangka penyelesaian politik yang menyeluruh. Kemudian dibahas pula mengenai himbauan penghentian keterlibatan pihak asing termasuk dukungan militer dan persenjataan terhadap masing-masing pihak yang bertikai di Kamboja.

(31)

2.4.2 Hubungan Kamboja dengan Indonesia

Hubungan diplomatic Indonesia dengan Kamboja telah terjalin sejak tahun 1957, kedua negara menandatangani Perjanjian Persahabatan di Jakarta pada 13 Februari 1959. Dalam kurun waktu Januari-Mei 2008, total nilai perdagangan Indonesia dan Kamboja mencapai 67,51 juta dolar AS dengan surplus bagi Indonesia sebesar 66,35 juta dolar AS.

Nilai perdagangan tersebut naik sebesar 20 persen dari total perdagangan dalam periode yang sama di tahun 2007 (56,02 juta dolar AS) dengan surplus sebesar 54,67 juta dolar AS bagi Indonesia. Hubungan kerja sama antara Kamboja dengan Indonesia dalam ASEAN salah satunya adalah ditandatanganinya persetujuan bebas visa bagi pemegang paspor biasa untuk kedua negara.

2.5 Kehidupan Sosial Kamboja

Kamboja merupakan negara yang berpenduduk nomor dua terkecil di Asia Tenggara dengan jumlah penduduk sekitar 10 juta jiwa. Mayoritas negara-negara lainnya di Asia Tenggara memiliki jumlah penduduk yang jauh lebih banyak daripada Kamboja.

(32)

Bahasa resmi penduduk Kamboja adalah bahasa Khmer. Bahasa lain yang digunakan adalah bahasa Prancis, sebagian besar penduduk beragama Buddha. Sebagian besar penghidupan penduduknya di sektor pertanian. Hasil pertanian di Kamboja adalah beras, jagung, merica, tembakau, kapas, gula aren, dan lain sebagainya. Sedangkan hasil tambangnya adalah besi, tembaga, mangan, dan emas. Hasil industri Kamboja adalah tekstil, kertas, plywood, dan minyak.

Mata pencaharian sebagian besar penduduk Kamboja bertani, buruh, dan mencari ikan. Penghasilan rata-rata masyarakat Kamboja, di luar Phnom Penh, $20 atau 82.000 Riel (mata uang Kamboja), setara dengan Rp 190.000 per bulan. Namun, di desa dan kampung-kampung, masyarakat amat menggemari transaksi berdasarkan sistem pengukuran baru, yang digunakan oleh organisasi-organisasi internasional seperti Bank Dunia.

Perekonomian Kamboja sempat turun pada masa Republik Demokratik berkuasa. Tapi, pada tahun 1990-an, Kamboja menunjukkan kemajuan ekonomi yang membanggakan. Pendapatan perkapita Kamboja meningkat drastis, namun peningkatan ini tergolong rendah bila dibandingkan dengan negara - negara lain di kawasan ASEAN. PDB bertumbuh 5.0% pada tahun 2000 dan 6.3 % pada tahun 2001. Agrikultur masih menjadi andalan utama kehidupan ekonomi masyarakat terutama bagi masyarakat desa, selain itu bidang pariwisata dan tekstil juga menjadi bidang andalan dalam perekonomian di Kamboja.

(33)

menjadi 0.1%. Pertumbuhan ekonomi yang tinggi telah menurunkan tingkat kemiskinan dari 47% pada tahun 1994 menjadi sekitar 30% pada tahun 2009. Dengan demikian Kamboja telah berhasil menurunkan tingkat kemiskinan sebesar 1% setiap tahunnya. GDP per kapita meningkat dari US$ 247 pada tahun 1994 menjadi US$ 693 (2009) dan diprediksikan sebesar US$735 (2010).

Produk utama sektor pertanian Kamboja adalah padi. Pemerintah Kamboja telah berhasil meningkatkan kapasitas produksi padi sebanyak 2,6 ton per hektar selama tahun 2005-2008. Pada tahun 2008, Kamboja berhasil memproduksi 7,17 juta ton padi. Pada tahun 2009 Kamboja dapat memproduksi 8 juta ton beras.

Pemerintah Kamboja akan terus mendorong peningkatan produktivitas tanaman dari 2,6 ton per hektar menjadi 3 ton per hektar. Pemerintah juga akan melakukan diversifikasi pangan dengan mendorong peningkatan produksi maizena, kacang-kacangan, singkong, kentang, sayur-sayuran, soya bean dan tebu.

Guna mendukung trend peningkatan sektor pertanian, pada bulan April 2010, PM Hun Sen mencanangkan kebijakan pertanian baru yang dimaksudkan untuk meningkatkan produktivitas pertanian khususnya padi, antara lain dengan meniadakan lisensi ekspor untuk beras serta berbagai insentif investasi bagi sektor pertanian.

(34)

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Kamboja yang mempunyai nama lain Kampuchea (bahasa Khmer), Cambodge

(bahasa Perancis), Cambodia (bahasa Inggris), merupakan suatu negara yang terletak di Semenanjung Indocina bagian barat daya. Secara geografis, Negara yang mempunyai luas wilayah 181.035 kilometer ini terletak diantara 10-150 LU dan 102-1070 BT.

Di sebelah barat berbatasan dengan Thailand, di sebelahtimur berbatasan dengan Vietnam, di sebelah utara berbatasan dengan Laos, dan di sebelah selatan berbatasan dengan Teluk Siam. Dari segi etnik, wilayah Kamboja dihuni oleh keturunan bangsa Khmer, Etnis Cina, Vietnam, Champa,dan Suku Leon.

(35)

tahun 1863 sampai dengan 1953, sebagai daerah dari Koloni Indochina. Kamboja Perancis merupakan bagian dari kolonial potektorat Kekaisaran Perancis di Asia Tenggara. Didirikan pada tahun 1863 ketika Raja KambojaNorodom meminta Perancis agar Kamboja dijadikan sebagai protektoratnya. Pada tahun 1946,

Kamboja diberikan pemerintahan sendiri oleh Uni Perancis dan statusnya sebagai protektorat dihapus pada tahun 1949. Kamboja kemudian meraih kemerdekaan pada tahun 1953 melalui Persetujuan Jenewa setelah penjajahan Jepang pada 1940-an, akhirnya Kamboja meraih kemerdekaannya dari Perancis pada 9 November1953. Situasi politik Kamboja sebelum pemerintahan Pol Pot selalu diwarnai dengan pergeseran kekuasan yang ilegal atau disebut kudeta.

Peristiwa pergeseran kekuasan dari Pangeran Sihanouk ke Jenderal Lon Nol didukung oleh Amerika Serikat. Pemerintahan Lon Nol yang mempunyai kebijakan membasmi gerakan komunis Kamboja, dibantu Amerika Serikat yang juga mempunyai kepentingan mencegah meluasnya paham komunis di Indocina. Khmer Merah dan pendukung Sihanouk yang dibantu Cina dan Vietnam untuk menarik simpati rakyat menggeser pemerintahan Lon Nol.

Phnom penh jatuh ke tangan Khmer merah pada tanggal 17 April 1975. Pol Pot menjadi pemimpin Kamboja yang mempunyai kebijakan yang sangat ekstrim dan mengakibatkan jutaan rakyat Kamboja meninggal dunia. Hadirnya Vietnam, yang ikut campur terhadap urusan dalam negeri Kamboja. Karena konflik yang berkepanjangan ini, berbagai simpati dating dari negara-negara lain untuk berperan dalam upaya penyelesaian konflik yang terjadi, misalnya: JIM I, JIM II,.

3.2 Saran

(36)

mungkin diusahakan dengan cara diplomatik, salah satunya dengan cara musyawarah guna menghindari jatuhnya korban dan kerugian lain yang lebih besar.

LAMPIRAN

(37)

DAFTAR PUSTAKA

Wikipedia. 2015. Kamboja. (Online) Tersedia:

http://id.wikipedia.org/wiki/Kamboja (diakses 14 Maret 2015 17:00 wib)

Santoso, Imam. 2013. Kamboja Geografi Asia Tenggara. (Online) Tersedia:

http://imam2992.blogspot.com/2013/10/kamboja-geografi-asia-tenggara_5721.html (diakses 14 Maret 2015 17:24 wib)

Sujatmoko, Ivan. 2012. Penyelesaian Masalah Kamboja. (Online) Tersedia: http://pendidikan4sejarah.blogspot.com/2011/03/penyelesaian-masalah-kamboja.html (diakses 15 Maret 2015 20:10 wib)

Justnan. 2012. Kamboja. (Online) Tersedia:

(38)

Erawardani, Laura. Kamboja. (Online) Tersedia: http://lauraerawardani.blogspot.com/2013/10/kamboja.html (diakses 16 Maret 21:45 wib)

Referensi

Dokumen terkait

Aliran fluida ke atas dengan kecepatan tertentu dan tetap, sehingga untuk butiran dengan ukuran atau densitas tertentu terbawa ke atas, ukuran atau densitas yang lebih besar

Perdagangan melalui jaringan elektronik yang berkenaan dengan transaksi antara perusahaan-perusahaan yang tidak melibatkan pemakai akhir Contoh Amazon dgn supplier (penerbit

Oleh karena itu hubungan kerjasama dapat berjalan hingga saat ini dan menyebabkan kemudahan dalam pengembangan kerjasama.Selama tiga periode, kerjasama sister city

Struktur populasi monyet ekor panjang pada kawasan TWA Pangandaran adalah sebanyak 195 individu dengan komposisi 23 jantan dewasa, 57 betina dewasa, 19 jantan remaja, 16

Dengan demikian, cerita II Samuel 5:1-5 yang mengatakan bahwa ada semacam perjanjian atau kesepakatan antara Daud dan suku-suku di Israel- yang ditulis oleh

14/06/2016 Salinan informasi nilai hasil SBMPTN 2014, a.n Julian Hadi Prasetyo, Departemen Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas

Sedangkan berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada lansia di keluarga yaitu di Kelurahan Tuah Karya Kecamatan Tampan bahwa lansia yang memiliki kualitas

c. Fasilitas belajar sekolah merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi kelancaran dan keberhasilan proses belajar siswa. Fasilitas belajar sekolah yang memadai