• Tidak ada hasil yang ditemukan

GLOBALISASI SEBAGAI PENDORONG PROSES DEM

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "GLOBALISASI SEBAGAI PENDORONG PROSES DEM"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

TUGAS UAS

GLOBALISASI SEBAGAI PENDORONG PROSES

DEMOKRASI DI INDONESIA

Dosen Pengampu : Ahmad Murabak Munir, S.Ip, M.A.

OLEH :

Wisudawan Firdaus Mujahidin E.

PROGRAM STUDI HUBUNGAN INTERNASIONAL

UNIVERSITAS MATARAM

(2)

GLOBALISASI SEBAGAI PENDORONG PROSES DEMOKRASI DI

INDONESIA

A.

Pendahuluan

Globalisasi dan ruang lingkupnya telah menjadi salah satu topik pembicaraan yang menghiasi perdebatan-perdebatan mutakhir dalam jaga raya negara-negara di dunia. Pada era modern sekarang ini globalisasi merupakan konsep yang dapat dikatakan paling berpengaruh dalam pergumulan bangsa negara. Hampir semua sisi kehidupan masyarakat terkena dampak dari konsep tersebut, baik dari perilaku sosial, kesejahteraan, dinamika politik, dll.

Hubungan globalisasi dan demokrasi memunculkan perdebatan bertuju pada dua permasalahan yang bertolak belakang. Pendapat pertama mengatakan bahwa globalisasi mengancam demokrasi. Sebaliknya, pendapat kedua menyatakan bahwa globalisasi mengembangkan demokrasi. Untuk mengukur hal itu tergantung pada seberapa besar pengaruh yang diberikan globalisasi kepada demokrasi. Globalisasi akan dianggap sebagai pendorong atau penghambat demokrasi tergantung pada apakah globalisasi mendorong terciptanya otonomi dan kesetaraan yang lebih luas diantara individu-individu dan masyarakat tatanan kehidupan bernegara.

Sejak era tahun 1980-an, Konsep globalisasi mulai banyak dibicarakan yang menimbulkan dampak besar terhadap seluruh dimensi kehidupan manusia. Dalam konteks politik dinegara-negara berkembang, globalisasi telah mengubah suatu kekuasaan politik dinegara-negara modern dan warga negara. Beberapa ilmuan seperti Anthony Giddens, David Held, Francis Fukuyama menyatakan bahwa globalisasi pasar bebas akan mendorong demokratisasi politik. Sistem demokrasi dalam sejarahnya mencatat kemenangan historis atas sistem lainnya dalam menjalankan roda pemerintahan. Globalisasi dan kesejahteraan negara merupakan faktor yang mernberi warna dalam mendorong demokratisasi dewasa ini.

(3)

meningkatkan hak-hak individu. Olehnya itu, demokrasi akan berkembang lebih baik jika menganut paham kebebasan dalam bernegara. Sehingga dengan pandangan ini, globalisasi memberikan harapan bahwa demokrasi akan dapat bersinergi pasitif dengan kapitalisme sebagai ekses-ekses dari globalisasi dalam lingkup kesejahteraan negara bangsa.

Globalisasi diyakini sebagai pendorong gelombang demokratisasi dunia sekarang ini khususnya di era multidimensi, meskipun di sisi lain terdapat pandangan bahwa dampak ekonomi-politik dari globalisasi justru mengancam masa depan demokrasi. Terjadinya dinamika dalam struktur ekonomi-politik global negara-negara berkembang tidak lepas dari pengaruh globalisasi. Pengaruh globalisasi ini berdampak pada negara-negara bahwa, negara tidak lagi menjadi aktor tunggal dalam ekonomi-politik internasional. Perannya telah digantikan oleh aktor-aktor baru yang bernaung di bawah bendera lembaga-lembaga internasional, perusahaan-perusahaan multinasional, maupun negara-negara yang menganut paham sistem keterbukaan.

Perubahan-perubahan besar yang terjadi dengan menguatnya globalisasi dan kapitalisme membawa pergeseran penting bagi gelombang “demokratisasi” di seluruh dunia menegaskan bahwa demokrasi adalah the only game in town. Menjadikan demokrasi sebagai sebuah agenda baru bagi setiap negara berkembang, hari ini dan di masa depan. Menyikapi perkembangan nasional dan internasional yang semakin dinamis, Indonesia sebagai negara yang berdaulat tidak bisa terus berdiam diri tanpa melakukan sesuatu. Pengaruh utama gobalisasi adalah meningkatnya arus informasi, uang dan barang melalui perusahaan multinasional. perubahan dan pembaharuan. Tantangan yang dihadapi bangsa dan negara semakin berat, karena perkembangan dunia yang semakin men-global telah menempatkan negara-negara di dunia menjadi semakin dekat dan nyaris tanpa batas. Kenyataan demikian, bagi negara-negara dunia ketiga, tidak terkecuali Indonesia, bukan saja merupakan tantangan tapi juga ancaman dan peluang yang besar, tidak bisa menghindar atau bahkan berkelit sekalipun. Artinya senang atau tidak senang, mau tidak mau harus berhadapan dengan masyarakat global.

(4)

B. KERANGKA KONSEPTUAL

Struktur ekonomi politik global sekarang ini telah mengalami banyak perubahan. Dimana dalam konteks ini yang menjadi aktor tunggal dalam ekonomi politik Internasional tidak lagi Negara bangsa melainkan lembaga-lembaga internasional dan negara-negara kawasan. saat ini diperlukan suatu definisi baru mengenai demokrasi, hal ini dikarenakan konsep demokrasi seperti adanya lembaga-lembaga perwakilan, pemilihan umum yang bebas dan adil, serta partisipasi warga negara, pada dasarnya ditujukan dalam kerangka negara teritorial yang berdaulat sehingga ketika struktur ekonomi politik internasional mengalami perubahan, menurut garis pemikiran kaum globalis, menilai bahwa demokrasi konvensional tidak lagi memadai. Dengan adanya kebebasan, mendorong lembaga-lembaga internasional yang sangat berpengaruh seperti WTO, IMF, dan Bank Dunia di luar negara bangsa untuk mempengaruhi negara-negara dibelahan dunia. Bahkan, dalam kasus tertentu, lembaga-lembaga ini mempunyai kekuatan pemaksa yang sangat kuat terutama bagi negara-negara yang mengalami krisis ekonomi.

Globalisasi merupakan era dimana proses transformasi informasi antara negara di dunia yang dimana bertujuan dalam mewujudkan penyatuan negara-negara dunia dalam ruang lingkup yang tanpa batas. Globalisasi dimaknai sebagai suatu proses di mana antar individu, antar kelompok, dan antar negara saling berinteraksi, bergantung, terkait, dan memengaruhi satu sama lain yang melintasi batas negara. Era globalisasi juga menandai tak terbatasnya suatu negara atau lembaga internasional untuk melakukan semacam ekspansi ekonomi, sosial budaya, pendidikan, dan perdagangan terhadap suatu negara. Keterkaitan dan ketergantungan antar bangsa dan antar manusia di seluruh dunia merupakan bagian dari inti globalisasi.

Sebagian pihak sering menggunakan istilah globalisasi yang dikaitkan dengan berkurangnya peran negara atau batas-batas negara. Globalisasi dapat dipahami sebagai perubahan-perubahan dalam mencakup semua bidang terutama bidang ekonomi dan sosial yang berkombinasi dengan pembentukan kesalinghubungan regional dan global yang unik, yang lebih ekstensif dan intensif dibandingkan dengan periode sebelumnya, yang menantang dan membentuk kembali komunitas politik, dan secara spesifik, negara modern (David Held, 1995).

(5)

dinilai berdasarkan tingkat extensity, intensity, velocity, dan dampaknya yang membawa aliran-aliran transkontinental atau interregional dan jaringan aktivitas, interaksi, dan penggunaan kekuasaan (David Held, 1995).

Di tingkatan global, perubahan sistem politik yang menyusul bersamaan dengan tumbuhnya kesalinghubungan di antara negara dan masyarakat serta semakin meningkatnya intensitas jaringan internasional memerlukan suatu pengujian kembali atas teori politik dalam bentuk dan ruang lingkup yang sama fundamentalnya, seperti perubahan yang menghasilkan inovasi konseptual dan institusional negara modern itu sendiri. Karena itu, penting kiranya dikemukakan suatu gagasan baru yang dapat digunakan untuk menjelaskan transformasi sosial politik yang tengah berlangsung, terutama kaitannya dengan kedaulatan negara demokrasi modern. Meskipun pandangan kaum skeptis mengatakan bahwa globalisasi tidak menghancurkan sama sekali tetapi hanya menguranginya saja kedaulatan negara nasional sebagaimana diyakini kaum hiperglobalis, namun yang jadi persoalan adalah globalisasi telah mengartikulasikan kewajiban dan kekuasaan negara bangsa dalam suatu cara yang kompleks, yang melibatkan perkembangan ke arah menyebarnya kekuasaan dunia dan diiringi oleh menyebarnya otoritas dan bentuk-bentuk pengaturan yang kompleks (Budi Winarno, 2012).

Pemahaman tentang demokrasi sebagai sebuah kemestian sebagai sistem untuk mencapai kesejahteraan dalam cita-cita bangsa negara, maka menjadi penting untuk memahami bagaimana cara menuju demokrasi tersebut. Beberapa pandangan menilai bahwa demokrasi dikembangkan melalui modernisasi yang dikembangkan melalui transisi yang memperkenalkan jalan linier dari non-demokrasi menuju demokrasi. Ada pula yang sepakat bahwa demokrasi dibentuk dengan adanya perubahan struktur dan kelembagaaan politik. Demokrasi di nilai tidak berjalan atau dianggap gagal ketika pembangunan berhadapan dengan kegagalan pembangunan kesejahteraan masyarakat. Pembangunan yang ditunjukkan oleh pertumbuhan ekonomi yang tinggi memang menjadi penyeimbang berdirinya negara-negara yang demoktaris dengan jaminan kesejahteraan yang diberikan, maka rakyat tidak mempermasalahkan apakah negara itu menjadi demokratis atau tidak.

(6)

luas atau sebaliknya, globalisasi menjadi ancaman bagi demokrasi apabila mengakibatkan kesenjangan, baik sosial maupun ekonomi yang luas diantara individu dan masyarakat.

Dalam pandangan Held, menurut (Budi Winarno, 2012) prinsip otonomi dalam konsep globalisasi merupakan salah satu inti proyek demokrasi. Pandangan mengenai negara legal demokratis adalah dasar untuk memecahkan ketegangan yang muncul antara gagasan negara modern dan gagasan demokrasi. Dalam konteks itu, demokrasi merupakan suatu konsepsi hubungan legal demokratis yang disesuaikan secara tepat dengan dunia bangsa-bangsa yang terjerat dalam jaringan proses regional dan global. Prinsif otonomi mengandung pengertian kemampuan manusia untuk melakukan pertimbangan secara sadar diri, melakukan perenungan diri, dan melakukan penentuan diri. Otonomi mencakup kemampuan untuk berunding, mempertimbangkan, memilih, dan melakukan tindakan yang berbeda baik dalam kehidupan pribadi maupun kehidupan publik dengan memahami kebaikan demokrasi atau kebaikan umum (Held 1995, 146). Terdapat dua gagasan pokok di dalam Prinsip otonom. Pertama, rakyat ideal dan seharusnya memegang sendiri peranan dalam penentuan diri. Kedua, pemerintahan demokratis harus menjadi pemerintahan yang terbatas, yaitu pemerintahan yang menjunjung tinggi kekuasaan yang dibatasi secara resmi.

Saat ini globalisasi memiliki pengaruh yang kuat terhadap perkembangan proses demokrasi. Globalisasi akan mereduksi angka kemiskinan, sehingga kesejahteraan akan tercapai. Dengan tercapainya kesejahteraan, maka demokratisasi akan dengan mudah hadir karena kemunculan kaum-kaum kelas menengah ke dalam pemerintahan. Karena seperti penjelasan sebelumnya semakin sejahtera masyarakat maka demokratisasi akan ada dengan sendirinya. Pernyataan inilah yang menjadikan banyaknya pandangan positif yang muncul antara globalisasi dan demokrasi itu sendiri. Pertautan globalisasi dalam tatanan politik bangsa yang sementara berkembang melahirkan sistem demokrasi Liberal.

(7)

kesempurnaan model kapitalisme liberal yang disebut-sebut akan ditiru banyak negara didunia ini. Fukuyama menemukan indikasi bahwa demokrasi liberal telah menjinakkan insting kekerasan mereka dan telah melembagakan norma-norma yang dapat memelihara ketenangan hubungan antara satu dengan yang lain (Burchill & Linklater 1996). Dalam pandangan kaum liberal, sistem demokrasi liberal ini mampu menciptakan perdamaian karena menurut beberapa tokoh liberal seperti Scumpeter, peperangan yang kerap terjadi lebih pada akibat adanya pemerintahan yang bersifat otoriter dan penguasa yang sewenang-wenang.

Pengakuan terhadap hak-hak warga negara, baik sebagai individu ataupun masyarakat merupakan penekanan dari ajaran Demokrasi Liberal. Oleh karenanya lebih bertujuan menjaga tingkat represetansi warga negara dan melindunginya dari tindakan kelompok atau negara lain. Secara umum, liberalisme mencita-citakan suatu masyarakat yang bebas, dicirikan oleh kebebasan berpikir bagi para individu. Paham liberalisme dipahami, dimana labih jauh bicara mengenai kebebasan, yang baik gagasan tentang negara konstitusional yang dilandaskan pada kedaulatan hukum dalam demokrasi, perlindungan atas hak milik pribadi dalam praktek kapitalisme modern, serta perlindungan atas kebebasan individu melalui gagasan besar tentang

civil liberties kesemuanya adalah bagian dari pola kebajikan umum.

(8)

Munculnya pasar global dan telah mempengaruhi struktur dan legitimasi pemerintah dalam mendorong kebijakan-kebijakan setiap negara. Demikian juga sebab lainnya yang mencakup semakin meluasnya penyebaran demokratisasi, yang berkaitan erat dengan pengaruh tradisi dan adat istiadat yang tumpang tindih. Daya tarik demokrasi menurutnya bukanlah sepenuhnya dan bukan terutama muncul dari kemenangan institusi demokrasi liberal atas institusi-institusi lain, tetapi dari kekuatan-kekuatan yang lebih dalam yang membentuk kembali masyarakat global termasuk tuntutan atas otonomi individual dan muncuknya masyarakat yang lebih reflektif. Isunya bukanlah peran pemerintah yang lebih besar atau lebih kecil, tetapi pengakuan bahwa pemerintahan harus menyesuaikan diri dengan lingkungan baru abad global, dan bahwa otoritas, termasuk legitimasi negara, harus diperbaharui secara aktif.

Bagi demokrasi, globalisasi akan menyumbangkan proses demokratisasi. Perkembangan sistem keterbukaan dalam mencapai kesejahteraan telah mendorong kemunculan ide dan gerakan demokrasi. Dalam situasi semacam ini proses demokratisasi akan berlangsung. Dengan efek dari globalisasi membuat negara-negara otoriter akan menghadapi tantangan berat dan mau tidak mau mereka harus membuka diri bagi proses demokrasi politik. Usaha yang perlu dilakukan di era globalisasi sekarang ini adalah bagaimana melakukan demokratisasi atas demokrasi. Ini akan mengambil bentuk yang berbeda-beda dalam berbagai negara, tergantung pada latar belakang masing-masing.

Untuk melihat hubungan antara globalisasi dan demokrasi diera sekarang ini, ada tiga aliran pemikiran yang berkembang (Petras dan Veltmeyer 2002). Kelompok pertama adalah mereka yang melihat bahwa kapitalisme “bertentangan” dengan demokrasi. Mereka berpendapat bahwa “muatan demokratis” demokrasi kapitalis adalah produk dari gerakan-gerakan rakyat dan perjuangan kelas, bukannya elemen integral dari ekspansi hubungan-hubungan pasar. Oleh karena itu, menurut pandangan ini, hasil gabungan antara kapitalisme dan demokrasi tampak sebagai sebuah perkembangan kontradiktif yang ditopang oleh equilibrium politik di mana kekuatan-kekuatan demokrasi harus selalu waspada terhadap kecenderungan otoritarianisme yang inheren dalam kekuasaan kapitalis.

(9)

dipandang sebagai proses-proses yang saling memperkuat, atau yang satu dianggap sebagai penciptaan prakondisi-prakondisi untuk yang lainnya; liberalisasi ekonomi yang membesarkan kekuatan-kekuatan perkembangan ekonomi untuk menciptakan kondisi-kondisi bagi demokrasi atau sebaliknya liberalisasi politik dan demokrasi menciptakan kondisi bagi pembangunan ekonomi (Sorensen, 2003).

Globalisasi (pasar bebas) akan memperbanyak pilihan-pilihan dalan tata pengelolahan negara. Dimana akan menumbuh kembangkan individualisme dan memajukan pluralisme sosial masyarakat dalam kontestasi menujuh kesejahteraan yang dimana merupakan bagian yang penting bagi perkembangan demokrasi. Karena itu, sebuah sistem politik yang demokratis dianggap sebagai sarana yang sangat diperlukan untuk menyelamatkan kondisi-kondisi kapitalisme yang dipandang sebagai bentuk paling efektif dan efisien dalam pembangunan ekonomi. Menurut Petras dan Veltmeyer, baik pandangan kubu pertama maupun aliran pemikiran kelompok kedua, telah mendominasi perdebatan politik dan ekonomi sejak tahun 1960-an (Petras dan Veltmeyer 2002, 194). Dinamika demokrasi sekarang ini dalam konfigurasi ekonomi, politik, sosial, dan budaya telah mengalami perubahan akibat perkembangan globalisasi. Kekuasaan ekonomi politik telah bergeser dari yang berpusat pada negara ke berbagai institusi regional, global, dan masyarakat.

C. PEMBAHASAN

Indonesia kini tengah berada pada suatu proses memasuki pasar bebas. Secara ekonomi, negara Indonesia mempunyai ketergantungan pada perdagangan, produksi dan finansial internasional. Oleh karena itu Negara Indonesia rentan terhadap tekanan internasional atau globalisasi. Globalisasi ekonomi telah mendorong integrasi ekonomi global yang didorong oleh aliran uang dan informasi pada satu sisi, dan perdagangan dan investasi pada sisi yang lain.

(10)

pilihan barang yang lebih banyak. Selain itu, konsumen juga dapat menikmati barang yang lebih baik dengan harga yang lebih rendah.

Selain itu globalisasi ekonomi memiliki hubungan erat dengan Multinasionalisasi produksi

dan ancaman perusahaan-perusahaan multinasional yang dapat memindahkan lokasi produksi mereka dari satu negara ke negara lain dalam rangka mencari keuntungan terbesar. Dampak multinasionalisasi produksi ini adalah pada bidang biaya produksi dan pemerintahan intervensionis. Pemerintah Indonesia harus menerapkan kebijakan pasar bebas jika mereka ingin berkompetisi dalam perebutan investasi dan penyediaan tenaga kerja oleh perusahaan-perusahaan multinasional.

Seperti telah disinggung di awal globalisasi ekonomi juga berdampak pada integrasi pasar finansial global., integrasi pasar finansial global ini telah mengurangi sedemikian rupa otonomi ekonomi nasional mengingat aliran uang ini tidak dapat dikontrol oleh kekuatan negara manapun, bahkan oleh negara superpower sekalipun. Perdagangan luar negeri yang lebih bebas memungkinkan setiap negara memperoleh pasar yang jauh lebih luas dari pasar dalam negeri. Semakin terbukanya pasar untuk produk-produk ekspor, dengan catatan produk ekspor Indonesia mampu bersaing di pasar internasional. Hal ini membuka kesempatan bagi pengusaha di Indonesia untuk melahirkan produk-produk berkualitas, kreatif, dan dibutuhkan oleh pasar dunia.

Globalisasi juga berdampak pada tingkat melajunya serangan liberalisasi perdagangan dan investasi oleh negara maju ke negara berkembang termasuk Indonesia. Penanaman modal asing dan bantuan luar negeri merupakan peran utama dalam melaksanakan pembangunan ekonomi dan juga menentukan laju pertumbuhan ekonomi nasional. Melalui pembangunan industry-industri oleh penanaman modal, khususnya modal asing, perbaikan sarana prasarana dengan menggunakan bantuan luar negeri merupakan keterkaitan yang tidak terbantahkan adanya peran yang dilakukan oleh modal asing dan bantuan luar negeri demi mencapai tingkat pertumbuhan ekonomi yang memuaskan sehingga dapat mewujudkan kesejahteraan pada setiap masyarakat.

(11)

dikuasi oleh orang-orang tertentu atau elit-elit tertentu, sehingga mengakibatkan ada sebagian orang yang memiliki kekayaan lebih. Orang-orang yang mempunyai kekayaan lebih memiliki peluang besar dalam mempengaruhi proses politik. Ketidaksetaraan ekonomi pada akhirnya menciptakan ketidaksetaraan politik yang membelok dari prinsip dasar demokrasi yang menjunjung tinggi hak-hak rakyat.

Sebuah contoh kasus di Indonesia, dapat diindikasikan melalui banyaknya praktek korupsi yang dilakukan oleh para pejabat-pejabat negara atau elit-elit politik. Korupsi dalam hal ini sebagai indikator bahwa pemilik modal atau orang-orang yang mempunyai kekayaan lebih, mempunyai kekuasaan untuk menyetir kepentingan mereka di pemerintahan. Korupsi menjadi salah satu cara bagi pemilik modal ataupun penguasa untuk melancarkan aksinya seperti melakukan penyuapan. Salah satunya, penyuapan yang dilakukan untuk mendapatkan kursi di pemerintahan. Seperti kasus Gubernur Banten Ratu Atut Chosiyah yang tersandung kasus korupsi mengenai sengketa Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) di Kabupaten Lebak yang melibatkan mantan ketua Mahkamah Konstitusi (MK) Akil Mochtar (BBC, 2013). Kasus suap yang dilakukan Ratu Atut untuk memenangkan sengketa salah satu calon Kepala Daerah di Kabupaten Lebak dilakukan karena dilatar belakang Ratu Atut sendiri merupakan anak dari pengusaha di Banten dengan bisnis usahanya menyebar di daerah-daerah yang berada di Banten, tentu mempermudah akses Ratu Atut dalam melakukan transaksi penyuapan karena memiliki modal yang besar. Sehingga pada kasus tersebut yang sebenarnya penyelesaian kasus dilakukan secara domokratis sesuai hukum dan ketentuan yang berlaku, menjadi dimenangkan oleh salah satu pihak yang mempunyai akses materil. Kejadian itu menggambarkan bahwa sebenarnya orang-orang yang mempunyai kekayaan lebih atau yang mengusai pasar memberi peluang besar kepada mereka untuk dapat duduk di kursi pemerintahan melalui jalan yang tidak demokratis.

(12)

Sasaran yang banyak dibidik oleh TNCs maupun MNC merupakan negara-negara berkembang karena secara ekonomi memerlukan modal investasi asing untuk menaikan perekonomian negara tersebut. Selain itu, di negara berkembang menyediakan banyak buruh dengan upah yang rendah, serta pasar yang menjanjikan bagi TNCs maupun MNC. Komersialisasi melalui TNCs maupun MNC dicontohkan seperti munculnya global brand diantaranya, McDonald, Nike, Unilever, Carrefour, Citibank, Calex atau Freeport dan Coca-Cola. Perusahaan-perusahaan asing tersebut lebih mendominasi di pasar lokal Indonesia sendiri dibandingkan dengan perusahaan lokal. Strategi yang digunakan oleh perusahaan-perusahaan tersebut ialah menjalankan strategi lokal yang disesuaikan oleh tingkat kemampuan pasar di daerah lokal yang tetap mengutamakan kualitas produk. Oleh karena itu, perusahaan-perusahaan lokal akan sulit bersaing dengan perusahaan-perusahaan asing yang mangakibatkan ketimpangan ekonomi tidak dapat dihindari. Kapitalisme yang sesungguhnya dimainkan oleh korporasi-korporasi asing telah memberikan ancaman tersendiri pada negara-negara yang ditumpanginya.

Globalisasi (pasar bebas) dan demokrasi merupakan sebuah simbiosis mutualisme. Pasar bebas yang merupakan ajaran kapitalisme akan dapat memberikan keuntungan jika didalamnya tumbuh adanya demokrasi. Isu demokrasi telah menumbuhkan kesadaran-kesadaran dan desakan untuk membangun pemerintahan yang baik (good governance) berupa : pelaksannan demokrasi dan penghormatan hak asasi manusia, perlindungan lingkungan hidup, dan pemberantasan korupsi untuk mewujudkan pemerintahan yang baik. Dengan demikian Indonesia dapat mengambil sisi manfaat globalisasi bahwa globalisasi mempercepat proses demokratisasi.

(13)

David Harvey (2007) mengungkapkan konsep Accumulation by dispossession melalui empat poin yakni Privatization and commodification, financialization, the management and manipulation of crises dan state redistribution. Konsep tersebut menjelaskan bagaimana praktek neoliberalisme dalam globalisasi yang dinilai tidak dapat mengentas kemiskinan. Pertama ialah privatisasi dan komodifikasi yang memiliki tujuan utama untuk membuka ladang baru bagi akumulasi modal. Privatisasi dan komodasi yang dimaksud adalah sebuah proses pengalihan aset publik seperti fasilitas umum dari pemerintah ke pihak swasta. Selanjutnya ialah finansialisasi yakni ketika fokus utama dalam pereknomian adalah finansial, adanya deregulasi dalam sistem keuangan memungkinkan aktivitas redistribusi melalui spekulasi bahkan berbagai modus lainnya. Ketiga yakni adanya penciptaan krisis, manajemen, dan manipulasi pada perekonomian dunia telah berkembang menjadi seni redistribusi deliberatif kekayaan dari negara-negara miskin untuk negara maju. Bantuan IMF bagi negara berkembang dinilai hanya upaya ‘pemerasan’ bukannya membantu memulihkan perekonomian. Terakhir yakni state redistribution yakni adanya pengalihan uang publik untuk keuntungan perusahaan yakni melalui adanya pajak, privatisasi, dan pengalihan aset. Keempat poin tersebut menunjukan bahwa praktek neolberalisme hanya menguntungkan pihak elit.

Beberapa fakta mengenai ketidakmampuan neoliberalisme dan globalisasi dalam memajukan perekonomian dikemukakan oleh David Harvey (2007). Pendapatan pertumbuhan agregrat global pada tahun 1960 berada pada posisi 3.5% dan bahkan hanya turun menjadi 2,4% pada tahun 1970. Namun tingkat pertumbuhan selanjutnya dari 1,4% dan 1,1% untuk tahun 1980 dan 1990 (dan tingkat yang nyaris menyentuh 1% sejak tahun 2000) menunjukkan bahwa neoliberalisasi secara luas telah gagal untuk merangsang pertumbuhan di seluruh dunia. Selain itu,selama tahun 1990an, pendapatan perkapita Rusia menurun sebesar 3,5 persen per tahun, kondisi yang sama juga dialami oleh Ukraina yang membuat penduduk jatuh ke dalam kemiskinan. Di negara-negara Amerika Latin neoliberalisasi mengalami stagnansi dan diperburuk dengan keruntuhan ekonomi yang dialami oleh Argentina (Hervey, 2007). Contoh-contoh tersebut merupakan sebuah gambaran nyata bahwa neoliberalisasi dalam globalisasi tidak dapat mengentas kemiskinan.

(14)

processes, things, and social relations, that a price can be put on them, and that they can be traded subject to legal contract (Harvey, 2007). Segala sesuatu dapat menjadi sebuah komoditas dari budaya sampai dengan seksualitas. Komodifikasi telah merugikan banyak pihak kususnya bagi kaum pekerja, seperti buruh wanita di Cina yang dianggap sebagai sebuah komoditi dan diperlakukan semena-mena dalam bekerja demi meningkatkan keuntungan perusahaan. Komodifikasi membuat peran pekerja semakin tidak dihargai (Hervey, 2007), bahkan masih banyak pekerja khususnya di negara berkembang yang belum mendapatkan fasilitas dan hak-hak yang layak bagi seorang pekerja. Adanya komodifikasi juga menunjukan bahwa globalisasi menyebabkan adanya ketimpangan ekonomi dalam masyarakat.

Globalisasi memang berperan dalam memajukan ekonomi terutama karena peran teknologi dan media yang memudahkan kegiatan ekonomi, Namun, tidak untuk mengentas kemiskinan dan mengatasi ketimpangan ekonomi. Adanya globalisasi yang dapat membuka jalur perdagangan bebas serta privatisasi, financialisasi, lembaga IMF, World Bank dan berbagai konsep lainnya yang diusung neoliberalis nytanya hanya berlaku bagi negara maju, dan belum dapat mengentas masalah-masalah ekonomi yang ada di negara Berkembang. Sebagai contoh yakni perekonomian meksiko. Walaupun Meksiko bergabung pada perdagangan bebas North American Free Trade Area (NAFTA), pembukaan ekonomi Meksiko melalui NAFTA malah berdampak negatif (Stiglitz, 2006). Dampak negative tersebut salah satunya dalam lapangan pekerjaan yang dapat menurunkan kemampuan perekonomian. Meksiko kehilangan separuh dari lapangan pekerjaan dari tahun 1988 sampai 1994 sebagai imbas dari kebijakan privatisasi. Sampai dengan tahun 2000 jumlah perusahaan negara mengalami penurunan luar biasa menjadi hanya 200 perusahaan dari 1.100 perusahaan di tahun 1982 (Stiglitz, 2006). Bahkan, NAFTA membuat Meksiko lebih bergantung pada Amerika Serikat, yang berarti bahwa ketika ekonomi AS buruk, begitu pula Meksiko (Stiglitz, 2006). Hal demikian menunjukan bahwa Peran NAFTA hanya akan memperburuk masalah ekonomi Meksiko, kebijakan yang dilaksanakan tidak dapat menyentuh hal-hal detail dalam sebuah perekonomian negara berkembang.

(15)

krisis dalam hal pendapatan dan kesejahteraan semakin merosot. Bagi demokrasi, kemiskinan dan kesenjangan dalam pendapatan akan mengurangi derajat kesetaraan politik dan otonomi warga negara. Dengan demikian, globalisasi neoliberal lebih cenderung menciptakan krisis bagi demokrasi dibandingkan dengan mendorong ke arah penciptaan demokrasi yang luas dan stabil.

Globalisasi juga telah membuka peluang bagi munculnya kekuasaan transnasional dalam bentuk perusahaan-perusahaan transnasional seperti MNC yang beroperasi lintas batas negara. Kekuasaan korporasi ini melebihi kekuatan yang dimiliki beberapa negara nasional. Mereka mampu memengaruhi keputusan-keputusan politik negara sehingga demokrasi tidak lagi diorientasikan untuk kepentingan warga negara, tetapi demi kepentingan korporasi.

Meluasnya kemiskinan dan ketimpangan dalam distribusi pendapatan baik di dalam maupun antarwarga negara sebagai akibat globalisasi neoliberal telah membuat demokrasi dalam krisis. Meskipun demikian, ini tidak berarti bahwa globalisasi tidak mempunyai sumbangan apapun bagi demokrasi. Setidaknya, globalisasi informasi telah mendorong menyebarnya ide-ide tentang demokrasi ke seluruh dunia. Sementara itu, daya tahan rezim-rezim otoriter yang menindas juga akan diuji oleh banyak tekanan internasional sebagai akibat globalisasi informasi. Demikian juga dengan kekuatan-kekuatan nonpemerintah yang kini mulai terlibat aktif dalam mendorong demokrasi politik. Mereka mempunyai jaringan di seluruh dunia guna saling menguatkan satu dengan lainnya. Konferensi dan seminar antargerakan demokrasi di seluruh dunia telah banyak dilakukan dan menjadi inspirasi bagi gerakan demokrasi di negara-negara otoriter. Sementara bagi negara-negara demokrasi, yang diperlukan adalah pendalaman demokratisasi itu sendiri. (Budi Winarno, 2012).

(16)

D. SIMPULAN

Bagi demokrasi, globalisasi akan menyumbangkan dua sisi sekaligus, yakni mendorong proses demokratisasi dan sekaligus menciptakan krisis. Ketimpangan dan menguatnya kekuatan korporasi telah menciptakan ketidaksetaraan politik, dan karenanya menciptakan krisis demokrasi. Sementara itu, perkembangan teknologi komunikasi telah mendorong kemunculan ide dan gerakan demokrasi transnasional, dan dalam situasi semacam ini proses demokratisasi akan berlangsung. Negara-negara otoriter akan menghadapi tantangan berat dari globalisasi informasi, dan mau tidak mau mereka harus membuka diri bagi proses demokrasi politik.

Indonesia kini tengah berada pada suatu proses memasuki pasar bebas. Perdagangan luar negeri yang lebih bebas memungkinkan Indonesia memperoleh pasar yang jauh lebih luas dari pasar dalam negeri. Semakin terbukanya pasar untuk produk-produk ekspor, dengan catatan produk ekspor Indonesia mampu bersaing di pasar internasional. Hal ini membuka kesempatan bagi pengusaha di Indonesia untuk melahirkan produk-produk berkualitas, kreatif, dan dibutuhkan oleh pasar dunia. Namun juga berdampak negative bagi perusahaan-perusahaan lokal yang akan sulit bersaing dengan perusahaan-perusahaan asing yang mangakibatkan ketimpangan ekonomi tidak dapat dihindari. Kapitalisme yang sesungguhnya dimainkan oleh korporasi-korporasi asing telah memberikan ancaman tersendiri pada negara-negara yang ditumpanginya.

Disini terdapat dua kemungkinan, bahwa demokrasi akan menjadi nyata dalam negara jika negara mempunyai filter yang kuat sehingga demokrasi yang masuk akan semakin memperkuat tatanan demokrasi internal negara. Akan tetapi di sisi lain, demokrasi yang masif dapat mengaburkan otoritas negara ketika negara menyerahkan dominasi pengaruh kebijakannya kepada institusi transnasional ataupun supranasional sehingga peran negara dalam membuat kebijakan dan mengatur regulasi akan tersamarkan dengan keberadaan kedua institusi tersebut.

(17)
(18)

DAFTAR PUSTAKA

David Held : 1995. Demokrasi dan Tatanan Global : Standford: Standfor UP (DH)

Winarno, Budi, 2012, Jurnal, Globalisasi dan Masa Depan Demokrasi, Yogyakarta

Sorensen, Georg. 2003, Demokrasi dan Demokratisasi: Proses dan Prospek dalam Dunia yang Berubah. Yogyakarta: Pustaka Pelajar dan CCSS.

Fakih, Mansour. 2002, Runtuhnya Teori Pembangunan dan Globalisasi, Yogyakart : Pustaka Pelajar.

Harvey, David. 2007. Neoliberalism on Trial dalam A Brief History of Neoliberalism p.152-183. Oxford: Oxford University Press

Stiglitz, Joseph E. 2006. Chapter 3: making Trade Fair dalam Making Globalization Work. New York : W. W. Norton & Company

Petras, James dan Henry Veltmeyer, 2002. Imperialisme Abad 21. Yogyakarta: Kreasi Wacana. Burchill, S & Andrew Linklater. 1996. “Teori-Teori Hubungan Internasional”. Bandung: Nusamedia

Jackson, R & Sorensen, G. (1999). Introduction to International Relations, Oxford University Press

Held, David, 2001. ”Globalization, Cosmopolitanism, and Democracy: An Interview, IDEES of the Centre d'Estudis de Temes Contemporanis, Generalitat de Catalunya, dalam http://www.polity.co.uk/global/ held.htms

BBC, 17 Desember, 2013, Ratut Dinyatakan Tersangka Korupsi, diakses dalam

Referensi

Dokumen terkait

Jika terjadi kondisi sakit atau kecelakaan, pekerja mendapatkan manfaat sebesar Rp 300.000 (maksimum untuk satu klaim per orang dan per manfaat per tahun). Manfaat/ tunjangan

Sementara sampai dengan tahun 2014, Penyelian Mitra Tani (PMT) yang merupakan pendamping yang telah direkrut sebanyak 1528 orang, Tujuan PUAP adalah; (1)

Pancasila sebagai dasar filsafat negara Indonesia pada hakikatnya adalah sebagaimana nilai- nilainya yang bersifat fundamental menjadi suatu sumber dari segala sumber hukum dalam

health/primary care organizations or societies such as World Health Organization (WHO), World Organization of Family Doctors (WONCA), European Forum for Primary Care, European

 Mencoba memecahkan masalah dengan tenang dan berfikir dengan cerdas  Memperbaiki diri sendiri dari kesalahan yang telah berlalu.  Belajar mengatur dir,i dsb MUHAMMAD ILHAM

Hasil optimum tablet ibuprofen yang diperoleh dengan program optimasi Design Expert yaitu formula dengan konsentrasi amilum kulit pisang pada konsentrasi 3,08%,

The major features and forcing of anomalous January rainfall in Brunei Darussalam based on three periods of interest (January 2009, 2011 and 2014) during which

memahami materi tersebut. Sedangkan pada kelas kontrol dalam pembelajaran masih memakai metode ceramah sehingga siswa merasa bosan dalam mengikti pelajaran masih ada