K u m p u la n A r t ike l G e r a k-G e r ik S e ja r a h
bebasnya ber seliw er an di Kali Kr ukut. Per
ahu-per ahu itu biasanya membaw a
kebutuhan-kebutuhan dar i ar ah selatan ke utar a (Batavia
Kota), dan sebaliknya dar i ar ah kota ke pedalaman. Or ang Betaw i banyak yang
menjadi tukang dayung per ahu per ahu saat i tu. Bangunan- bangunan Cina ter ekam
menyatu dengan sungai, pasalnya kala itu banyak elite Cina dan Er opa membangun
gedung dan r umah di tepi sungai, par it, dan kanal. M er eka ser ing ber kunjung
atau biasa disebut ‘kanal’ dan mer eka ber i nama sebagai “ Gr achten ” . VOC hendak
membuat Batavia seper ti kota- kota di neger inya yang mempunyai banyak kanal.
Batavia akhir nya digelar i sebagai “ Venesia dar i Timur ” . Sungai dan kanal ini
mer eka jadikan sar ana utama angkutan bar ang dagangan. Di zaman itu mer eka
menjadikan tr anspor tasi air di sungai maupun kanal sebagai “ Jalan Tol” hingga
muncul istilah nama “ Tanah Ser eal” ar tinya angkutan yang lew at di sungai / kanal
ini har us membayar biaya tol “ Se- Real” , satu Real. Kanal- kanal yang dibangun
sebagai sodetan sungai diber i nama- nama Belanda seper ti Gr oonegr ach,
Leew egr ach, ataupun Tyser gr ach dan banyak lagi. Puluhan kanal yang dibangun
K u m p u la n A r t ike l G e r a k-G e r ik S e ja r a h
No. 01/ J uli- GGS/ 2017
2017
yang jadi jal an r aya dan bahkan pekar angan r umah w ar ga ; tidak mengher ankan
jika banjir selalu ter us jadi momok yang menghantui Jakar ta hampir setiap tahun.
5. Penutup
Kota Jakar ta ter nyata memiliki sejar ah kaya nan panjang ber abad- abad silam.
Identitas- identitas ter tentu memang cukup banyak yang ber saing di dalamnya
untuk sebuah otor itas ; sebut saja dar i ker ajaan Sunda yang Hindu, ker ajaan
Demak- Cir ebon- Banten yang mew akili keislaman setelah masa Hindu, ada juga
or ang- or ang Por tugis yang ber sekutu dengan Sunda ser ta ketur unan mer eka yang
disebut sebagai or ang M ar dijker , ditambah l agi dengan or ang- or ang Belanda sejak
zaman VOC dilanjutkan dengan Hindia Bel anda dan sempat menghadapi invasi
Inggr is, tak ketinggalan or ang- or ang Cina yang telah lama ber inter aksi dengan
identitas- identitas itu, singkatnya
adalah sebuah kenyataan tentang
per temuan kesemuanya untuk saling
mempelajar i. Tiada dapat dipungkir i
bahw a per tempur an yang meminta
ker ingat, dar ah, nyaw a, bahkan
har ta ser ta kehor matan ada saja
mew ar nai dinamika per temuan yang
tak seter usnya baik. Kini Jakar ta
adalah milik selur uh bangsa
Indonesia sebagai ibukota negar a plur al yang mer deka, selama kita enggan melihat
sejar ah sebagai pelajar an dar i kekayaan per istiw a, jangan her an jika pr edikat
K u m p u la n A r t ike l G e r a k-G e r ik S e ja r a h
No. 01/ J uli- GGS/ 2017
2017
Tulisan ini diolah dar i sumber :
Br osur Unit Pengelola M useum Kebahar ian Jakar ta Dinas Par iw isata dan Kebudayaan Pr ovinsi DKI Jakar ta tahun 2015.
M ajalah Alkisah No. 16 / 10- 23 Agustus 2009.
Shahab, Alw i, “ Venesia dar i Timur di China Tow n” , dalam Koran Republika 28 November 2009. Tim, Buku Petunjuk M useum Kebahar ian Jakar ta, Jakar ta : Unit Pengelola M useum Kebahar ian
K u m p u la n A r t ike l G e r a k-G e r ik S e ja r a h
No. 01/ J uli- GGS/ 2017
2017
Bahaya Sikap Nrimo dan Jumud : Pemikiran Al- Afghani dan Abduh dari “Barat
Islam”
1. Tentang Diksi “Barat” dan Kemajuan
Saat kita melihat ber bagai tontonan di l ayar televisi pasti kita ser ing
mendengar sebuah kata yaitu “ Bar at” , kata yang akan mer ujuk kepada negar
a-negar a maju dan moder n yang ber ada di benua Er opa ser ta Amer ika. Kata “ Bar at”
ini dipakai juga dalam beber apa kesempatan per bincangan ilmiah utamanya dalam
konteks politik dan kebudayaan – sebagai pembeda dar i penunjukan ar ah mata
angin geogr afis. Ter angnya kata ini bisa digunakan dalam ber bagai konteks, tidak
jar ang kata “ Bar at” adalah identifikasi r as yang seder hananya diar tikan sebagai
ber ambut pir ang, kulit putih, tubuh tinggi, dan hidung yang mancung. Di bangku
sekolah sekalipun, kata ini ber ar ti sebuah pembeda atas tujuan pendidikan
Indonesia yang katanya menginginkan anak didiknya menjadi “ M anusia
Seutuhnya” yaitu manusia moder n dengan kelengkapan kemampuan intelektual,
emosional, dan spir itual. Seor ang gur u bisa mengingatkan mur idnya dengan
mengatakan, “ Tir u or ang “ Bar at” , mer eka itu ter masuk masyar akat yang r ajin
membaca,” ya itulah sebuah contoh dar i lekatnya diksi ini kepada kemajuan,
ucapan gur u itu tak ubahnya seper ti apa yang disampaikan seor ang pembaw a ber ita
di televisi yang ber kata, “ Negar a- negar a Bar at saat ini sedang memper timbangkan
tindakan yang diambil kepada Ir ak atas pr oyek “ senjata pemusnah massal” yang
sedang dikembangkan oleh Rezim Saddam,” meski tak per nah ter bukti adanya
K u m p u la n A r t ike l G e r a k-G e r ik S e ja r a h
No. 01/ J uli- GGS/ 2017
2017
kata “ Bar at” bukanlah mer ujuk kepada negar a- negar a Er opa saja. M uslim Indonesia
contohnya, secar a khusus ialah M uslim M adur a saat mer eka ber bincang tentang
keper gian mer eka ke Tanah Suci Har amayn (M ekkah dan M adina), or ang M adur a
akan ber kata, “ Sengkok Entar a ka Bhar a’ (Saya mau per gi ke “ Bar at” ) “ , bukan
Cuma dalam masalah per gi haji dan Umr oh, penulis per nah mendengar seor ang
teman yang mengantar saudar anya untuk menjadi TKI ke Saudi Ar abia ber kata
kepada si saudar a yang akan dilepasnya beker ja itu, “ Enga’, mon l a sukses e dissa
jha’ kalopae ker eme pesse 10.000, pesse Bhar a’ tape...(Ingat, kalau sudah sukses
disana (Saudi) jangan lupa kir im uang 10.000, uang “ Bar at” (M ata Uang Saudi)
tapi...) “ . Demikianlah, bahkan untuk menyebut keper gian seseor ang ke negar
a-negar a lain Timur Tengah, diksi “ Bar at” ser ing dipilih oleh Umat Islam M adur a. Ini
dapat digar isbaw ahi tentang bagaimana maksud dar i gagasan lokal M adur a itu
mempunyai indikasi atas kemajuan yang hampir sama diidentikkan kepada negar a
K u m p u la n A r t ike l G e r a k-G e r ik S e ja r a h
No. 01/ J uli- GGS/ 2017
2017
M akna dar i kemajuan “ Bar at” Islam yang sebenar nya secar a intr insik budaya
M adur a itu ada, ialah suatu yang dapat dibuktikan dalam sejar ah Islam di tempat
“ Bar at” yang dimaksud. Kemajuan itu tidak hanya sekadar seper ti pada masalah
spir itualitas naik Haji dan nilai mata uang saja, tapi kemajuan itu adalah kesadar an
bar u yang baik dimana pemikir an akan diar ahkan untuk mancapai kemajuan.
Untuk itu “ Bar at Islam” dengan kesan kemajuannya sangat cocok diber ikan kepada
w ilayah Timur Tengah. M eski saat ini w ilayah itu sedang kacau bal au, tapi
hakikatnya tetap saja memiliki or ang- or ang hebat yang sejak lama telah
mencetuskan gagasannya meski banyak beber apa hal yang mana kaum M uslim
sekar ang ini tahu akan pemikir an mer eka tapi tidak sanggup mew ujudkan gagasan
itu kar ena ber bagai kendala. M er eka adalah par a pembahar u Islam. Pembahar u
bukan ber ar ti membuat- buat ajar an bar u dengan menambahi atau mengur angi,
tapi pembahar uan ialah dimaksud untuk melur uskan beber apa hal yang telah
menyimpang dan membunuh kr eatifitas kaum M uslimin. Or ang- or ang itu adalah,
Jamaluddin Al- Afghani, dan M uhammad Abduh. M er eka akan ber bicar a tentang
dua masalah yang ter jadi ditengah Umat Islam yang menghalangi kemajuan : Nr imo
dan Jumud.
2. Jamaluddin Al- Afghani
Jamaluddin Al- Afghani adalah seor ang pemi mpin pembahar uan Islam yang
tempat tinggal dan aktivitasnya ber pindah dar i satu negar a Islam ke negar a Islam
yang lain. Jamaluddin lahir di Afghanistan pada tahun 1839 dan meninggal dunia
pada tahin 1897. Pemikir an pembahar uannya ber dasar atas keyakinan bahw a Islam
adalah agama yang sesuai untuk semua bangsa, semua zaman dan keadaan. Kalau
K u m p u la n A r t ike l G e r a k-G e r ik S e ja r a h
No. 01/ J uli- GGS/ 2017
2017
masa Nabi (lebih dar i sepuluh abad silam) pastinya tidak mungkin kar ena akan
mengungkung kebebasan dan kemajuan manusia. Pemur nian yang ia yakini ialah
seper ti yang diatas, yakni dengan melakukan penafsir an atas apa yang ter jadi di
masa kini dengan ber dasar kan kepada dua sumber utama itu. Kemundur an umat
Islam menur utnya bukanlah kar ena agama Islamnya, apalagi dengan kesan bahw a
Islam tidak sesuai dengan zaman dan tuntutannya, sebaliknya bagi Al- Afghani,
kemundur an itu ter jadi kar ena par a pengikut Islam telah meninggalkan nilai sejati
Islam dan malah hanya bangga dengan ajar an yang sebenar nya tidak ada (asing)
dalam Islam. Ajar an Islam yang sebenar - benar nya lur us itu telah ter tinggal
sedemikian r upa atau hanya dalam dustur di atas ker tas saja. Sebagian dar i ajar
an-ajar an yang menyesatkan Islam dan “ Asing” itu datang dar i or ang- or ang yang ingin
menyesatkan or ang- or ang lainnya.
Sebagian dar i ajar an- ajar an asing itu
dibaw a oleh or ang- or ang yang ber pur a- pur a
suci, sebagian lagi ajar an itu hanya
ber landaskan kepada hadits- hadits palsu, atau
bahkan hanya dar i keper cayaan adat yang tak
ada muatannya dalam Islam, sehingga umat
memper sulit keadaannya sendir i dalam
ber agama. Salah satu contoh ialah dalam
masalah keyakinan atas Qadha’ dan Qadar
umpamanya, telah dir ubah menjadi Paham
Fatalisme, sehingga Umat Islam menjadi statis
dan tidak maju kar ena mer eka takut kepada
“ Takdir ” , setiap kemalangan mer eka katakan
bahw a itu “ Takdir ” , padahal ar ti sebenar nya
dar i Qadha’ dan Qadar adalah bahw a segala sesuatu ter jadi menur ut ketentuang
sebab kepada musabab / akibat. Contoh nyata adalah saat seseor ang mengalami
K u m p u la n A r t ike l G e r a k-G e r ik S e ja r a h
No. 01/ J uli- GGS/ 2017
2017
sehar usnya manusia itu mempelajar i dahul u apa penyebab kemalangan yang ia
ter ima sembar i ia juga sadar bahw asannya Allah- lah yang M aha M engatur , kar ena
usaha manusia tetap tak akan bisa menyaingi kebesar an- Nya. Kemauan manusia
adalah salah satu faktor dar i r antai sebab- musabab itu, di masa lalu keyakinan
kepada Qadha’ dan Qadar yang benar dan tidak salah kapr ah telah membaw a
kemajuan akan keber anian dan kesabar an dalam jiw a Umat Islam untuk
menghadapi segala macam tantangan, bahaya, dan kesulitan. Kar ena per caya
kepada Qadha dan Qadar itu akan menumbuhkan sifat dinamis dan kemajuan
dalam membangun per adaban tinggi nan mulia.
Kemundur an Islam lainnya adalah kesalahpahaman / kesalahar tian atas
makna hadits yang mengatakan bahw a Umat Islam akan menghadapi kemundur an
di akhir zaman. Salah pengar tian ini telah menciptakan umat yang enggan
mengubah nasib mer eka. Adapun kemundur an- kemundur an yang lebih lanjut,
contohnya dalam bidang politik, adalah per pecahan diantar a Umat, pemer intahan
yang ber bentuk ker ajaan (Absolutisme), menyer ahkan kepemimpinan kepada
or ang- or ang yang tidak dapat diper cayai, mengabaikan masalah- masalah
per tahanan militer , dan menyer ahkan pemer intahan dan administr asi negar a
kepada or ang- or ang yang tidak kapabel atau malah member ikannya kepada pihak
asing. Lemahnya r asa per saudar aan Islam juga mer upakan sebab bagi kemundur an
Umat Islam. Tali temali per saudar aan Islam mulai ter putus, bukan di kalangan
aw am saja, tapi juga di kalangan Ulama. M isalanya saja, Ulama Tur ki tidak kenal
(akur ) lagi pada Ulama Hijaz, Ulama India tidak mempunyai hubungan dengan
par a Ulama Afghanistan. Per saudar aan antar a Raja- Raja atau Sultan Islam bahkan
K u m p u la n A r t ike l G e r a k-G e r ik S e ja r a h
No. 01/ J uli- GGS/ 2017
2017
Islam pasti . akan mencapai kemajuan kembali. Cor ak pemer intahan yang otokr asi
har us dir ubah kepada bentuk “ Demokr asi Islam” yakni “ M usyaw ar ah.”
Kepala negar a har us mengadakan Syur a dengan par a pemimpin- pemimpin
masar akat yang banyak memiliki pengalaman. Pengetahuan manusia secar a
individual ter batas sekali. Islam dalam pendapat Al- Afghani menghendaki
pemer intahan “ Republik” (Jumhur iyyah)yang didalamnya ter dapat kebebasan
ber pendapat dan kew ajiban akan ketundukan penguasa kepada Undang- Undang
Dasar . Paling penting dan diatas segalanya adalah kesatuan diantar a Umat Islam
har us diper juangkan kembali, inilah ar ti sebenar nya dar i kata “ Kaffah”
(menyelur uh), kar ena dengan menyelur uhnya kesadar an itu maka ker jasama antar
-umat Islam dapat mew ujudkan kembali “ Tamaddun” (per adaban) yang ber jaya.
3. M uhammad Abduh
Syaikh M uhammad Abduh lahir pada tahun 1849 di Ghar biyah, M esir . Pada
usia 13 tahun ia telah hafal Al- Qur an dan lalu ia menamatkan pendidikan di
Univer sitas Al- Azhar (lulus 1876) dengan mendapat Ijazah “ Alimiyyah.” Dalam
K u m p u la n A r t ike l G e r a k-G e r ik S e ja r a h
No. 01/ J uli- GGS/ 2017
2017
Tafsir , Hukum Islam, Bahasa- Sastr a Ar ab, Logika / M anthiq, Ilmu Kalam, Filsafat
dan Kajian M asalah Kemasyar akatan. Ia adalah ulama besar , penulis kenamaan dan
pendidik yang ber hasil, pembahar u M esir moder n yang ber ger ak di dalam lapangan
kehidupan nyata kemasyar akatan, seor ang pembela
Islam yang gigih, ia juga w ar taw an yang tajam pena dan
luas ker tasnya, seor ang hakim yang ber pandangan jauh
ke depan, pemimpin sekaligus politikus ulung, dan yang
paling diigat adalah sebagai seor ang M ufti atau jabatan
keagamaan ter tinggi di M esir . Hla itu dapat digambar kan
secar a menyelur uh bahw a M uhammad Abduh sungguh
luar biasa, bakatnya meliputi hampir selur uh bidang
kehidupan dan aktivitas- aktivitasnya mempengar uhin
banyak neeger i- neger i Islam. Dia menolak ser
angan-ser angan sar jana Bar at (Er opa) kepada Isl am dengan
menunjukkan bahw a tak ada kontr adiksi antar a Akal
dan Islam, malah baginya, Akal mer upakan anak kunci
keimanan akan Tuhan dan ber dampak kepada kesadar an