185
BAB 7
DINAMIKA KRATON PASCA BERLAKUNYA
UU NO. 13 TAHUN2012
Era Baru Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat mewarnai pasca berlakunya UU No 13 tahun 2012. Mandat Undang Undang Keistimewaan DIY pada Lima Urusan Keistimewaan DIY yakni Urusan Tata Cara Pengisian Jabatan, kedudukan, tugas dan wewenang Gubernur dan Wakil Gubernur, Kelembagaan, Kebudayaan, Pertanahan dan Tata Ruang ini bersinggungan dengan Kraton dan berdampak pada dinamika perkembangan Kelembagaan Kraton.
Kelembagaan baru yang dibentuk pasca berlakunya UU No 13 tahun 2012 adalah, pertama Lembaga Parampara Manggala: merupakan Lembaga komunikasi antara Sultan dengan para manggala Kraton. Lembaga ini kesehariannya berkantor di Kepatihan, kantor Gubernur DIY. Sembilan pakar dan atau tokoh masyarakat terkait bidang Keistimewaan (Tata Cara Pengisian Jabatan, kedudukan, tugas dan wewenang Gubernur dan Wakil Gubernur, Kelembagaan, Kebudayaan, Pertanahan dan Tata Ruang). Mereka bekerja untuk Sultan, melakukan kajian dan kemudian memerika saran profesional kepada Sultan dalam mengawal Keistimewaan DIY.
186
Ketiga, Lembaga Adhyaksa dengan dua lembaga operasionalnya Lembaga Adhyaksa Pratyaksa: memiliki tugas melakukan pengawasan terhadap seluruh kegiatan secara umum kraton, berkaitan dengan kedisiplinan, hukum dan tata tertib berkaitan pengamanan personil maupun material. Lembaga Adhyaksa Kahartakan: Melakukan pengawasan terhadap seluruh kegiatan pengadaan barang dan jasa serta keuangan. Kedua lembaga ini memiliki tugas melaporkan seluruh kegiatan langsung kepada Sultan bertahta. Pada tepas ini formasi auditor keuangan diisi oleh 3 orang yang memiliki kapasitas dan kopetenmsi serta berpengalaman dalam bidang audit keuangan. Ini merupakan dampak positif pasca berlakunya UU No 13 tahun 2012. Kraton menerima Dana Keistimewaan Yogyakarta dan semua kegiatan menyangkut keuangan harus dipertanggung jawabkan sesuai aturan yang berlaku di Pemerintahan NKRI.
Keempat, berbenahnya Kantor Sekretariat Negara Kraton (Kawedanan Hageng Panitrapura). Kawedanan Hageng (Departemen) ini menambah tiga Tepas (Kantor) baru yang berada di bawah Kawedanan Hageng Panitrapura, adalah Tepas Tandha Yekti (Pusat Informasi Data), Tepas Purwo Aji Laksana (Tata Kelola Administrasi Kraton) dan Tepas Witardana (Bidang Sosial).
Keberadaan Tepas Tandha Yekti (Pusat Informasi Data) tidak lepas dari peran Sultan Hamengku Buwono X dan putri keempatnya GKR Hayu, Ide Sultan bertahta ini menurut Pengageng II Tepas Tandha Yekti KHP Yudahadiningrat (Romo Noer) merupakan angan angan Sultan sejak tahun 20131, yang disambut GKR Hayu lulusan
1 Romo (merupakan sebutan bagi Individu yang dituakan, dihormati karena
187
Pasca Sarjana Program Studi IT Amerika. Meski bertempat tinggal di Washington mengikuti suaminya yang bekerja di salah satu badan PBB, Gusti Hayu merancang dan memfasilitasi Romo Noer pada terwujudnya Tepas Tandha Yekti. Tepas ini selain diawaki oleh Abdi Dalem lama (berusia diatas 50 tahun dan berpendidikan SMA), juga dikuatkan jajaran Abdi Dalem muda lulusan sarjana. Adalah Sapto Sarjana Ekonomi lulusan UGM, dengan nama pemberian kraton sebagai Abdi Dalem Punokawan Wedono Raharjo Guritno; Bimo sarjana Arsitektur lulusan UGM dengan nama pemberian kraton sebagai Abdi Dalem Wedono Punokawan Bimo Guritno. Para Abdi Dalem muda ini membawa pada suasana modern di kraton. Tepas yang semula tidak mengenal server, sekarang ramah server. Operasional Tepas Tandha Yekti didukung oleh 30 para kaum muda, para sarjana yang direkrut tepas inisesuai dengan kebutuhan masing masing program milik tepas ini. Seperti Aya, sarjana Ilmu Komunikasi Universitas Atmajaya, sejak April 2017 bergabung di Tepas Tandha Yekti dengan spesifikasi tugas menyusun Artikel bagi website Kraton, situs resmi milik kraton. Aya bukan Abdi Dalem Punokawan, ia direkrut tepas ini untuk memperkuat Tepas Tandha Yekti.
Kelima, Tepas baru pasca berlakunya UUNo 13 tahun 2012 adalah Tepas Purwo Aji Laksana (Tata Kelola Administrasi Kraton). Tepas ini sebagai pusat administrasi dan tata laksana yang melayani Sultan dan Permaisuri, meliputi tugas tugas kerumah tanggaan, protokoler, fasilitas transportasi/kendaraan dan keamanan Sultan dan Permaisuri. Pembentukan tepas ini merupakan manifestasi Era Baru Kraton. Semula tugas tata kelola administrasi kraton melekat pada KH Panitrapura. Tepas ini memiliki 40 Abdi Dalem guna mendukung kegiatan – kegiatan Tepas Purwa Aji Laksana.
188
saudara putri Sultan). Tepas ini juga memiliki tugas melayani kegiatan kegiatan-kegiatan hajad Sultan.
Era Baru Kraton ditandai dengan penambahan kelembagaan dalam wujud Lembaga dan Tepas/Kantor ini membawa pada perubahan Struktur Tata Pemerintahan Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat, Bagan Struktur Tata Pemerintahan Era Baru Kraton dapat dilihat pada lampiran.
Perubahan Regulasi
Mandat Undang Undang Keistimewaan DIY pada lima urusan keistimewaan DIY ini suka tidak suka membawa pada dinamika perubahan regulasi menyangkut tata kelola pemerintahan kraton maupun birokrasinya. Pertama, Urusan Tata Cara Pengisian Jabatan, kedudukan, tugas dan wewenang Gubernur dan Wakil Gubernur. Instrumen hukum bagi pelaksanaan urusan ini mengacu pada Perdais (Peraturan Daerah Istimewa) yang dibuat atas persetujuan bersama DPRD DIY dan Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta. Pada urusan Urusan Tata Cara Pengisian Jabatan, kedudukan, tugas dan wewenang Gubernur dan Wakil Gubernur, Kawedanan Hageng Panitrapura menjadi lembaga yang berwenang sepenuhnya melaksanakan mandat ini.
Kedua, perubahan regulasi menyangkut urusan bidang Kelembagaan. Guna menyikapi pemenuhan kebutuhan sesuai mandat undang undang keistimewaan, maka perubahan tidak hanya menyangkut aspek pembentukan lembaga baru, namun juga regulasi sebagai kelengkapan operasinalisasi lembaga baru yang dibentuk sebagai penyesuaiannya.
189
dan membawa dampak pada keberadaan regulasi di Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat. Produk-produk hukum yang terbit pasca berlakunya Undang Undang Keistimewaan DIY seperti pada tabel 7.1 diyakini menjadi dasar munculnya regulasi regulasi baru di ranah Tata Pemerintahan Kraton Ngayogyakarta sebagai pada tabel berikut:
Tabel: 7.1 Produk Hukum Pasca Berlakunya UU No 13 tahun 2012
No Produk Hukum Substansi
1. Perdais No 1 tahun 2015 Kewenangan Dalam Urusan
Keistimewaan(Urusan Tata Cara Pengisian Jabatan, kedudukan, tugas dan wewenang
Gubernur dan Wakil Gubernur,
Kelembagaan, Kebudayaan, Pertanahan dan Tata Ruang
1. Pergub No 112 Tahun
2014
Pemanfaatan Tanah Desa
2. Perda DIY No 4/2012 Pelestarian Warisan Budaya dan Cagar
Budaya
Sumber: Diolah dari berbagai sumber
Perdais No 1 Tahun 2015 khususnya urusan Pengisian Tata Cara Pengisian Jabatan, kedudukan, tugas dan wewenang Gubernur dan Wakil Gubernur, memunculkan regulasi baru di Kawedanan Hageng Panitrapura. Pengageng I Kawedanan Hageng Panitrapura ditetapkan sebagai pejabat berwenang mengajukan calon Gubernur dan Wakil Gubernur DIY.
Pada urusan Kelembagaan, seperti diuraikan pada 7.1. tentang Perubahan Kelembagaan dan Struktur Pemerintahan Kraton terbentuknya enam lebaga dan atau tepas/ kantor pada Tata Pemerintahan Kraton membawa pada terbentuknya berbagai regulasi baru mengikuti kebutuhan masing masing lembaga/ tepas (kantor) tersebut.
190
bahwa penetapan Kraton sebagai Badan Hukum yang dapat menjadi subyek hak milik atas tanah mengakibatkan adanya perubahan status lembaga Kraton menjadi Badan Hukum yang setara dengan Badan Hukum privat. Konsekuensi dari perubahan tersebut mengakibatkan adanya perubahan pengelolaan tanah Kasultanan dan timbulnya beban kewajiban dan tanggung jawab yang harus dipenuhi oleh lembaga Kraton dalam rangka pengelolaan tanah Kraton. Dan ini memaksa kraton membuat regulasi baru sebagai penyesuaian atas berubahnya Kraton dari semula Lembaga Adat semata menjadi Badan Hukum.
Perubahan Struktur Pemerintahan Kraton
Kedudukan Kraton Kasultanan Ngayogyakarta Hadiningrat, pasca terbentuknya Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2012 sebatas lembaga adat. Kewenangan politis Kraton sebatas pemilihan gubernur melalui Sultan yang menjabat sebagai Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta, sesuai Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2012 tentang Keistimewaan Daerah Istimewa Yogyakarta. Sebagai lembaga adat tugas dan kewenangan Kraton adalah memelihara, menjaga, melestarikan kebudayaan di Yogyakarta. Namun, Kratontetap memiliki hak dan kewajiban untuk ikut dalam menyusun Perdais (Peraturan Daerah Istimewa).
191 Bagan 7.1 Struktur Pemerintahan Kraton Sebelum Berlakunya UU No. 13
Tahun 2012
Ngarsa Dalem Sampeyan Dalem Ingkang Sinuwun Kangjeng Sultan Hamengku Buwono Senopati Ing Ngalaga Ngabdurrahman Sayidin Panatagama Khalifatullah
Ingkang Jumeneng Kaping X Ing Karaton Ngayogyakarta Hadiningrat
192
Bagan 7.2 Struktur Pemerintahan Kraton Pasca Berlakunya UU No. 13 Tahun 2012
Ngarsa Dalem Sampeyan Dalem Ingkang Sinuwun Kangjeng Sultan Hamengku Buwono Senopati Ing Ngalaga Ngabdurrahman Sayidin Panatagama Khalifatullah
Ingkang Jumeneng Kaping X Ing Karaton Ngayogyakarta Hadiningrat
193
Dapat dilihat dari bagan diatas bahwa terlihat perbedaan struktur pemerintahan lama dan baru diantaranya adanya penambahan struktur baru yaitu Kelembagaan baru yang dibentuk pasca berlakunya UU No 13 tahun 2012 adalah, pertama Lembaga Parampara Manggala: merupakan Lembaga komunikasi antara Sultan dengan para manggala Kraton. Lembaga ini kesehariannya berkantor di Kepatihan, kantor Gubernur DIY. Sembilan pakar dan atau tokoh masyarakat terkait bidang Keistimewaan (Tata Cara Pengisian Jabatan, kedudukan, tugas dan wewenang Gubernur dan Wakil Gubernur, Kelembagaan, Kebudayaan, Pertanahan dan Tata Ruang). Mereka bekerja untuk Sultan, melakukan kajian dan kemudian memerika saran profesional kepada Sultan dalam mengawal Keistimewaan DIY.
Kedua, Lembaga Pandite Aji. Lembaga ini memiki tugas dan wewenang melakukan penelitian dan pengembangan Kraton. Pandite Aji terdiri dari Pakar di bidang Hukum, Agama, Adat dan Budaya, Bidang Politik, Ekonomi dan Sosial, serta Bidang Pertanahan. Lembaga ini berada dan berkantr di Kraton. Pada era sebelum berlakunya UU NO 13 tahun 2012, Kraton belum memiliki lembaga ini. Pasca berlakunya UU No 13 tahun 2012, Kraton melakukan penyesuaian dan diharapkan keberadaan lembaga baru ini memperkuat Kraton dalam pelaksanaan Keistimewaan DIY.
194
menyangkut keuangan harus dipertanggung jawabkan sesuai aturan yang berlaku di Pemerintahan NKRI.
Keempat, berbenahnya Kantor Sekretariat Negara Kraton (Kawedanan Hageng Panitrapura). Kawedanan Hageng (Departemen) ini menambah tiga Tepas (Kantor) baru yang berada dibawah Kawedanan Hageng Panitrapura, adalah Tepas Tandha Yekti (Pusat Informasi Data), Tepas Purwo Aji Laksana(Tata Kelola Administrasi Kraton) dan Tepas Witardana (Bidang Sosial).
Gambar 7.1 Romo Noer dan Abdi Dalem Tepas Tanda Yekti
Keberadaan Tepas Tandha Yekti (Pusat Informasi Data) tidak lepas dari peran Sultan Hamengku Buwono X dan putri keempatnya GKR Hayu, Ide Sultan bertahta ini menurut Pengageng II Tepas Tandha Yekti KHP Yudahadiningrat (Romo Noer) merupakan angan angan Sultan sejak tahun 20132, yang disambut GKR Hayu lulusan
Pasca Sarjana Program Studi IT Amerika. Meski bertempat tinggal di
2 Romo (merupakan sebutan bagi Individu yang dituakan, dihormati karena
195
Washington mengikuti suaminya yang bekerja di salah satu badan PBB, Gusti Hayu merancang dan memfasilitasi Romo Noer pada terwujudnya Tepas Tandha Yekti. Tepas ini selain diawaki oleh Abdi Dalem lama (berusia diatas 50 tahun dan berpendidikan SMA), juga dikuatkan jajaran Abdi Dalem muda lulusan sarjana. Adalah Sapto Sarjana Ekonomi lulusan UGM, dengan nama pemberian kraton sebagai Abdi Dalem Punokawan Wedono Raharjo Guritno; Bimo sarjana Arsitektur lulusan UGM dengan nama pemberian kraton sebagai Abdi Dalem Wedono Punokawan Bimo Guritno. Para Abdi Dalem muda ini membawa pada suasana modern di kraton. Tepas yang semula tidak mengenal server, sekarang ramah server. Operasional Tepas Tandha Yekti didukung oleh 30 para kaum muda, para sarjana yang direkrut tepas inisesuai dengan kebutuhan masing masing program milik tepas ini. Seperti Aya, sarjana Ilmu Komunikasi Universitas Atmajaya, sejak April 2017 bergabung di Tepas Tandha Yekti dengan spesifikasi tugas menyusun Artikel bagi website Kraton, situs resmi milik kraton. Aya bukan Abdi Dalem Punokawan, ia direkrut tepas ini untuk memperkuat Tepas Tandha Yekti.
196
Kelima, Tepas baru pasca berlakunya UUNo 13 tahun 2012 adalah Tepas Purwo Aji Laksana (Tata Kelola Administrasi Kraton). Tepas ini sebagai pusat administrasi dan tata laksana yang melayani Sultan dan Permaisuri, meliputi tugas tugas kerumah tanggaan, protokoler, fasilitas transportasi/kendaraan dan keamanan Sultan dan Permaisuri. Pembentukan tepas ini merupakan manifestasi Era Baru Kraton. Semula tugas tata kelola administrasi kraton melekat pada KH Panitrapura. Tepas ini memiliki 40 Abdi Dalem guna mendukung kegiatan-kegiatan Tepas Purwa Aji Laksana.
Keenam, penambahan Tepas Sriwandawa. Tepas ini memiliki 8 Abdi Dalem memiliki tugas merawat dan mengelola data Trah, merawat Pusaka-Pusaka Kraton, melayani kegiatan Kalurahan Pangeran (pangeran/sederek dalemkakung saudara laki laki Sultan), Kalurahan Keputren (garwa/istri pangeran, putri Sultan yang belum menikah), Kalurahan Putri (para putri Sultan yang sudah menikah dan saudara putri Sultan). Tepas ini juga memiliki tugas melayani kegiatan kegiatan-kegiatan hajad Sultan.
Era Baru Kraton ditandai dengan penambahan kelembagaan dalam wujud Lembaga dan Tepas/Kantor ini membawa pada perubahan Struktur Tata Pemerintahan Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat.
Sri palimbangan sebagai dewan penasehat kraton namun masa pemerintahan kraton sultan bertahta belum berfungsi sebagaimana mestinya sehingga tata rakit paprentahan Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat secara keseluruhan tidak berjalan dengan baik. Diduga dominasi kekuasaan sultan bertahta menjadikan selama ini sri palimbangan belum difungsikan sebagaimana telah ditetapkan dalam tata rakite paprintahan Kraton. Saat ini dewan Sri Palimbangan sebatas bermakna simbolis dan tidak berfungsi sebagaimana mestinya.
Perubahan Perubahan Habitus/ Kebiasaan
197
Yogyakarta adalah koordinasi dan tidak bersifat struktural namun lebih pada hubungan fungsional. Selain pembentukan Perdais, koordinasi Kraton dan pemerintahan daerah juga terjalin dalam urusan pengisian jabatan Gubernur.
Hal tersebut nampak dalam proses perekruitan Abdi dalem seperti penjelasan dibawah ini :
Bagan 7.1. Sistem Perekruitan Abdi Dalem Pasca Berlakunya UU 12 Tahun 2012
Terjadi pergeseran kebiasaan/habitus Tata Cara Rekrutmen Abdi Dalem. Kebiasaan yang berlaku selama ini di Kraton, calon Abdi Dalem datang dan mendaftarkan diri ke Kraton. Proses ini diikuti dengan serangkaian test atau uji kelayakan calon Abdi Dalem, meliputi penguasaan bahasa Jawa, Pengetahuan tentang Sejarah Kraton dan Perilaku (Sopan Santun/Unggah Ungguh). Saat ini Sultan memberlakukan aturan baru, Sultan berhak merekrut Abdi Dalem bagi
Abdi dalem
Sebelum adanya UU 12 Tahun 2012
1. Abdi Dalem mendapatkan honor dari kraton/kekucah
dalem adalah pemberian
raja/sultan.
2.Rekrutmen Abdi Dalem :
calon Abdi Dalem datang dan
mendaftarkan diri ke
Kraton.Proses ini diikuti dengan serangkaian testatau uji kelayakan calon Abdi Dalem
Pasca adanya UU 12 Tahun 2012
1. Abdi Dalem mendapatkan honor dari kraton/ kekucah dalem adalah pemberian raja/sultan.
2. Abdi Dalem mendapatkan honor dari pemerintah melalui Dana Keistimewaan.
3.Rekrutmen Abdi Dalem:
Sultan berhak merekrut Abdi Dalem bagi Individu yang dirasa memberi manfaat pada kepentingan Kraton.
198
Individu yang dirasa memberi manfaat pada kepentingan Kraton. Dan perubahan lainnya adalah persyaratan Abdi Dalem Keprajan, yang semula Abdi Dalem Keprajan terdiri dari aparat pemerintah(PNS), TNI/ABRI. Namun sekarang Abdi Dalem Keprajan berasal dari berbagai kalangan seperti BUMN, Swasta dan sebagainya.
Fenomena Patroen Client terlihat pada relasi Abdi Dalem Keprajan (Abdi Dalem aparat pemerintah( Pegawai Negeri Sipil). Pada Tradisi Hari Raya Idul Fitri semua Abdi Dalem melakukan Upacara Sowan Sungkem Sultan. Para Abdi Dalem wajib berbusana Jawa Lengkap (Beskap, Kain Jarik dan Blangkon), dengan Laku Dodok (berjalan dalam posisi jongkok), kemudian diawali dengan menyembah (mempertautkan dua telapak tangan didepan hidung), dan kemudian Sungkem (mencium) lutut Sultan3. Fenomena relasi antara Gubernur
dalam sisi modernitasnya dan Sultan pada Sisi Kulturalnya dengan Bupati dan Walikota di lingkungan pemerintahan DIY unik dan bernuansa penundukan relasi formal antara Sultan dan Abdi Dalemnya.
Himbauan bagi PNS untuk menjadi Abdi Dalem pernah dilakukan Abdi Dalem Kraton bernama Tri Harjun Ismaji bergelar KPH(Kanjeng Pangeran Haryo) Kepala Dinas Prasarana Wilayah DIY melalui Surat Edaran No 800/3945/2009. Berisi Himbauan agar para birokrat dilingkungan Pemda DIY menjadi Abdi Dalem Keprajan Kraton dalam Rangka Berpartisipasi Secara Aktif Mempertahankan dan Melestarikan Kebudayaan Tradisionil Jawa. Semua pimpinan SKPD diharuskan memberi suri tauladan dengan menjadi Abdi Dalem Keprajan Kraton. Kedekatan Tri Harjun dengan Sultan membawanya pada kedudukan sebagai Sekda DIY .
Tren peningkatan peminat PNS menjadi Abdi Dalem Keprajan terlihat sejak periode tahun 2010(156 orang) dan 2011 (204 orang), angka ini turun pada tahun 2012 (75 orang) dan meningkat lagi pada tahun 2013 (283), turun lagi pada tahun 2014 (117). Angka peminat
3 Mencium lutut Sultan sebagai simbolisasai para bawahan dan kawula mengikuti
199
menjadi Abdi Dalem Keprajan terus meningkat pada tahun 2015 (141 orang), tahun 2016 (169 orang).
Pada Upacara Wisuda Abdi Dalem Keprajan tahun 2012 terdapat nama para pejabat di lingkungan DIY seperti Bupati Bantul Sri Surya Widati bergelar Nyai KRT Suryawati. Bupati Sleman Sri Purnomo bergelar KMT Purnomo Pradipto. Kepala Kejaksaan Tinggi DIY M Ali Muthohar bergelar KMT Nitiwidhyaksa. Kepala Kanwil Pajak DIY Jangkung Sujarwadi bergelar KMT Wasita Pranadipura. Wisuda Abdi Dalem Keprajan pada periode tahun 2014 terlihat para pejabat di lingkungan DIY seperti: Kakanwil BPN DIY Arie Yuwirin bergelar Nyi R. Riya Kismanggalawati. Walikota Yogyakarta Haryadi Sayuti bergelar KMT Kusumodipuro. Bupati Kulon Progo Hasto Wardoyo bergelar Hasta Husadadipura.
200
Diharapkan UU 13 tahun 2012 merupakan landasan hukum bagi terciptanya peningkatan kesejahteraan masyarakat Yogyakarta berjalan beriringan mempertahankan Kraton lestari sebagai inti budaya dan kestabilan pemerintahan DIY.
Perubahan Kesejahteraan Abdi Dalem
Dengan disahkannya Undang-Undang Keistimewaan No.13 Tahun 2012 berdampak pada Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat. Mekanisme pelaksanaan yang ada dalam UU No.13 Tahun 2012 kemudian dijabarkan dan diatur melalui Peraturan Daerah Istimewa (Perdais) No.1 Tahun 2013. Pemerintah memberikan dana (hibah) untuk membantu melestarikan kebudayaan DIY, salah satunya adalah meningkatnya kesejahteraan Abdi Dalem Punokawan.
Abdi Dalem Punokawan yang telah memiliki serat kekancingan mendapatkan honor dari Danais. Pemberian honor disesuaikan oleh pangkat atau kalenggahan abdi dalem. Selama ini setiap akhir bulan tanggal 28, abdi dalem mendapatkan kekucah dalem. Besaran kekucah dalem sangatlah kecil dan sebenarnya bukan merupakan gaji Abdi Dalem, tradisi lama, kekucah dalem adalah pemberian raja/sultan. Pengabdian kawula alit kepada raja/sultannya tanpa pamrih ekonomi.
201
Pada tahun 2013 dan 2014, Dana Keistimewaan untuk Kraton sepenuhnya dikelola oleh Dinas Kebudayaan DIY, namun sejak tahun 2015 Dana Keistimewaan dikelola pihak Kraton Ngayogyakarta4. Pada
tahun 2016, Pemda DIY mendapatkan Danais sebesar Rp 547 miliar, sementara pihak kraton menganggarkan dana untuk berbagai kegiatan dan honor abdi dalem sebesar Rp 19.295.000.000. Dari dana tersebut, sebesar Rp 12 miliar dialokasikan untuk Honor Abdi Dalem Punokawan dan sebesar Rp 393.120.000 dialokasikan untuk jaminan kesehatan abdi dalem.
Dana Keistimewaan DIY, membawa pada peningkatan kesejahteraan Abdi Dalem dalam wujud Pemberian seperangkat Busana Kerja lengkap setiap tahun untuk Abdi Dalem. Seperangkat Busana Kerja Abdi Dalem Laki-laki berupa Blangkon (penutup kepala), Pakaian Peranakan (Lurik Biru) dan Kain Batik (jarik). Sedangkan Abdi Dalem Perempuan mendapatkan Kain Kebaya Hitam dan Kain Batik (jarik).
Peningkatan Fasilitas Kerja di tepas (kantor) seperti adanya penambahan komputer, Kipas Angin (Fan), Dispenser Air Minum, dan penyelenggaraan Olah Raga Panahan. Peningkatan kesejahteraan juga dalam wujud penerimaan honor berasal dari Danais (Dana Keistimewaan).
Kesejahteraan Abdi Dalem dalam wujud penambahan penerimaan uang berasal dari Dana Keistimewaan DIY mengikuti kepangkatan Abdi Dalem seperti terlihat pada tabel berikut
4 Konsekuensi atas pengelolaan Dana Keistimewaan oleh Kraton, dilakukan revitalisasi
202
Tabel : 7.2. Honor Bulanan Abdi Dalem Punokawan Sebelum dan Pasca UU No 13 Tahun 2012
No Pangkat
Sebelum UU No 13/2012 (kekucah dalem)
Pasca UU No 13/2012 (kekucah dalem dan honor
dari Danais)
1 Pangeran Sentana Rp 135.000 Rp 135.000+Rp 660.000
2 Bupati Nayaka Rp 128.000 Rp 128.000+ Rp 631.000
3 Bupati Kliwon Rp 125.000 Rp 125.000+Rp 612.000
4 Bupati Rp 90.000 Rp 90.000+Rp 582.500
5 Bupati Anom Rp 80.000 Rp 80.000+Rp 552.000
6 Riyo Bupati Anom Rp 60.000 Rp 60.000+Rp 512.000
7 Wedana Rp 40.000 Rp 40.000+Rp 495.000
8 Penewu Rp 40.000 Rp 39.000+Rp 453.750
9 Lurah Rp 39.000 Rp 39.000+Rp 437.500
10 Bekel Sepuh Rp 37.500 Rp 37.500+Rp 400.000
11 Bekel Enom Rp 35.000 Rp 35.000+Rp 335.000
12 Jajar Rp 10.000 Rp 10.000+Rp 291.500
Sumber: Analisis Data Tepas Dwarapura, 2017
Perbedaan proses penerimaan uang kekucah dalem dan Honor Abdi Dalem berasal dari Danais, Kekucah dalem diambil oleh Abdi Dalem di Tepas Danartapura Kraton, sedangkan Honor berasal dari Danais diambil di Bank Pembangunan Daerah DIY. Peraturan ini berlaku pada Abdi Dalem Punokawan maupun Darah Dalem (saudara kandung) Sultan, seperti penuturan GBRAy Murdho Kusumo.