• Tidak ada hasil yang ditemukan

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Dinamika Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat dalam Bingkai Keistimewaan DIY

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Dinamika Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat dalam Bingkai Keistimewaan DIY"

Copied!
23
0
0

Teks penuh

(1)

Lampiran 1

1.1 Strategi Pengumpulan Data

Sub Bab Sumber Data Teknik

4.1. Kraton dan Suksesi Raja

- Jurnal, electronic library UGM sosek Sleman, Bantul, Kota Jogya

(2)

Sub Bab Sumber Data Teknik

Pelestarian Kekuasaan Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat 6.1. Pelestarian udaya

Kraton

6.1.1. Rananh Seni Tari 6.1.2. Ranah Seni

Dinamika Kraton Ngayogyakarta Pasca Berlakunya UU No 13 tahun 2012 7.1. Perubahan

Eksistensi Kraton di Era Baru Pasca UU Berlakunya UU 13 Tahun 2012 8.1 Era Baru Kraton

(3)

1.2 Daftar Pertanyaan

1.

Pernah mendengar tentang Sabda Raja yang dikeluarkan Sultan

HB X?

a.

Pernah b. Tidak pernah

2.

Keluarnya Sabda Raja tersebut dapat merubah

Paugeran

Kraton Ngayogyakarta Hadiningratn yang sudah berlaku

ratusan tahun

Apakah bapak ibu/saudara tahu apa itu Paugeran?

a.

Tahu

b Tidak Tahu

Jika menjawab Tahu, pengerian istilah Paugeran adalah:

a. Aturan / kebijakan yang dibuat kraton turun temurun dan

tidak boleh dirubah

b. Aturan / kebijakan yang dibuat kraton turun temurun dan

bisa dirubah oleh Raja/sultan yang sedang bertahta

3.

Setujukah jika Paugeran kraton berubah ?

a.

Setuju b. Tidak setuju

Mengapa?...

...

(4)

jika menjawab setuju alasannya apa?

a. Hak yang sama untuk laki laki dan perempuan untuk

bertahta menjadi sultan

b. Perempuan juga memiliki kemampuan untuk menjadi

sultan

c. Kebutuhan jaman /modernitas

Jika tidak setuju alasannya apa?

a.

Laki2 lebih mampu menjadi sultan daripada perempuan

b.

Budaya patriarchat/pemimpin adalah laki2

c.

Lainnya...

5.

Setujukan anda jika suatu saat Gubernur DIY adalah

Perempuan?

a.

Setuju b. Tidak setuju

Jika setuju alasannya apa?

a.Hak yang sama untuk laki laki dan perempuan

b. Perempuan memiliki kemampuan untuk menjadi gubernur

c. Kebutuhan jaman /modernitas

Jika tidak setuju alasannya mengapa?

a.

Laki2 lebih mampu menjadi gubernur daripada perempuan

b.

Budaya patriarchat/pemimpin adalah laki2

c.

Lainnya...

6.

Sebenarnya apa yang diinginkan rakyat dari kepemimpinan

seorang Sultan di Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat ?

a. Pengayoman

b. Ketenteraman

c. Kesejahteraan

d. Keadilan

e. Kemakmuran masyarakat Kraton

(5)

7.

Sebenarnya apa yang diinginkan rakyat dari kepemimpinan

seorang Gubernur DIY ?

a. Pengayoman

b. Ketenteraman

c. Kesejahteraan

d. Keadilan

e. Kemakmuran masyarakat DIY

(6)

DAFTAR PERTANYAAN

PENGGIAT UUK NO 13/2102

Nama

:...

memiliki pengikut pemahaman masing2

a.

Perubahan nilai2 budaya kraton jogya yang telah hidup

ratusan tahun khususnya ruh Islam : Pemimpin adalah

laki2

...

...

b.

Sultan mengeluarkan Sabda Raja tanpa musyawarah

dan mufakat

...

...

c.

Implementasi/Pelaksanaan UUK 13/2012

...

...

2.

Guna menyelesaikan permasalahan tersebut upaya apa

yang sebaiknya dilakukan demi lestarinya Kebesaran

Kraton Jogya dan Ayem Tenteramnya dari segi sosial

budaya dan ekonomi masyarakat DIY?

(7)

DAFTAR PERTANYAAN

1.

Bagaimana

pelaksanaan

pemerintahan

di

Kraton

Ngayogyakarta Hadiningrat? Apakah sesuai dengan tata

pemerintahan Kraton yang ada selama ini ?

a.

Kelembagaan:

b.

SDM : Kuantitas dan kualitas:

c.

Teknologi Informasi:

d.

Lainnya:

...

...

2.

Bagaimana Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat dapat bertahan

dan eksis hingga saat ini meski modernitas terus berjalan

dikehidupan masyarakat dunia?

a.

Cara ngrembakaaken Budaya?

...

b.

Pendanaan?

(8)

Kuantitas:...

...

c.Teknologi Informasi:...

...

4.

Apa saja kesulitan Kraton dalam menyongsong perubahan2

cepat yang harus dihadapi berkaitan dengan berlakunya UU no

13/2012 terkait

a. Tata Ruang :

...

...

b. Pertanahan :

...

...

c. Budaya :

...

...

d.Lainnya:

(9)

Lampiran II Dokumen Pendukung

2.1 Surat Pernyataan Yusuf Ronodipuro

Kepada Yang Terhormat Sri Sultan Hamengku Buwino X di Yogyakarta Hadiningrat

Dengan Hormat

Bersama ini saya memberitahukan bahwa saya telah dihubungi oleh Saudara Ujiwir Mohamad yang saya kenal baik, yang menyarankan agar saya menuliskan dan menyampaikan kepada Bapak suatu peristiwa dalam sejarah perjoangan mempertahankan kemerdekaan yang saya saksikan mengenai kejadian yang menyangkut diri pribadi Almarhum Sri Sultan Hamengkubuwono IX kurang lebih 43 tahun yang lalu.

Kisah kejadian itu pernah saya coba menulisnya atas permintaan Almarhum Bapak Mr.Mohamad Roem untuk dimuat dalam buku kenang-kenangan memperingati Hari Ulang Tahun yang ke-70 Almarhum Sri Sultan : “TAHTA UNTUK RAKYAT”.

Setelah selesai saya ketik sepanjang 2 halaman, saya pelihatkan kepada Sri Sultan dengan maksud agar beliau berkenan memriksanya untuk dikoreksi bilamana ada kesalahan atau kekurangannya. Setelah beliau baca beberapa kali, sambil senyum beliau lipat tulisan saya tersebut dan dimasukkan saku baju safari sambil berkata :“Tidak usah saja”.

Adapun kisah kejadiannya adalah sebagai berikut :

Setelah tentara Belanda tanpa diketahui lebih dulu oleh Pemerintah R.I tanggal 19 Desember 1948 menyerbu daerah Republik dan berhasil menduduki ibukota Yogyakarta, berikut menawan Presiden Sukarno. Wakil Presiden Mohamad Hatta dan lain-lain pemimpin RI dan kemudian mengasingkan mereka ke Drastagi (Bung Karno, H. Agus Salim, Sutan Syahrir) dan ke Bangka (Bung Hatta, Mr.Ali Sastroamidjojo, Mr.Moh.Roem, dll. ) pada tanggal 20 Januari 1949 Perdana Menteri India Pandit Jawaharlal Nehru mengundang 19 Pemimpin Negara-Negara Asia berkonperensi di New Delhi untuk merundingkan dan menentukan sikap bersama serta mengambil langkah-langkah terhadap pemerintah Belanda.

(10)

1. Kedua pihak untuk “cease fire”;

2. Pemerintah Belanda supaya membebaskan pemimpin-pemimpin R.I yang ditawan dan emngembalikan mereka ke Yogya;

3. Tentara Belanda supaya ditarik mundur keluar dari daerah R.I; 4. Kedua pihak mulai lagi perundingan.

Pada tanggal 14 April 1949 di Hotel dos Indes dimulai perundingan pendahuluan anatara Delegasi R.I yang dipimpin oleh Mr.Moh.Roem dan Delegasi Belanda yang dipimpin oleh Dr.J.H. Van Royen.

Dalam rangka memperlancar jalannya perundingan, pada tanggal 24 April 1949 Bung Hatta atas undnagan “Komisi Tiga Negara” datang di Jakarta dari Bangka.Disusul oleh kedatangan Sri Sultan dan Merle Cocliran untuk melaporkan mengenai perkembangan perundingan kepada Presiden Sukarno.Saya yang waktu itu menjadi Staf Delegasi R.I (bertugas sebagai

Liaison Officer) menyertai mereka ke Bangka.

Setelah bertemu dengan Presiden Sukarno, Cochran hari itu juga terbang kembali ke Jakarta dan mengirimkan pesawatnya kembali ke Bangka untuk menjemput Sri Sultan.Sri Sultan tinggal di Bangka (Menumbing) selama 3 hari.

Pada hari terakhir keberadaan Sri Sultan di Bangsa, setelah selesai “sarapan pagi” yang dihadiri oleh semua yang diasingkan di Bangka, Sri Sultan berdiri dan meminta kesempatan untuk berbicara.Suasana ramai dengan gelak ketawa dengan macam-macam obrolan mendadak menjadi hening, semua terdiam.

Kata-kata yang diucapkan oleh Sri Sultan pendek saja :“Saya ingin menyampaikan sepatah-dua patah kata. Tidak lama lagi kita akan kembali ke Yogya. Tetapi kita tidak punya apa-apa.Ini tidak banyak, sekedar untuk bisa mulai lagi”.

Sambil mengucapkan kata-kata terakhir ini, Sri Sultan menyerahkan selembar Cheque “Javasche Bank” kepada Bung Karno. Pada cheque tersebut tertera jumlah F.6.000.000, --(enam juta gulden).

(11)

Waktu itu Mr.Ali Sastroamidjojo, Ir.Juanda, Dr. Leimena sudah ada di Jakarta dengan Mr.Moh Roem mengikuti perundingan dengan Belanda sebagai anggota Delegasi R.I.

Tanggal 1 Mei 1949 jam 11.00 siang saya menyertai Sri Sultan kembali ke Jakarta dengan pesawat “Beechcraft” KTN.

Tanggal 7 Mei 1949 di Hotel des Indes, Jakarta, dengan disaksikan oleh “Komisi Tiga negara” (United Nations Commission for Indonesia) ditandatangani “Roem-Royen Statement”.

Menurut keterangan yang saya peroleh setelah kejadian di Bangka itu, cheque yang diserahkan Sri Sultan kepada Presiden Sukarno itu adalah “asset” pribadi Sri Sultan yang disimpan di Javasche Bank semoenjak jaman Pemerintahan Belanda. Waktu Belanda dalam Aksi Militer ke-2 menduduki Yogya, “asset” tersebut “di-cairkan” untuk merayu Sri Sultan agar mau memihak Belanda, bersamaan dengan tawaran Belanda agar Sri Sultan bersedia mengepalai wilayah Kerajaan Mataram dulu, hal mana oleh Sri Sultan dengan tegas ditolaknya semua.

Keterangan diatas dibenarkan oleh Almarhum Pangeran Bintoro sewaktu saya berkesempata menanyakan kepada beliau.

Dengan demikian tulisan catatan ini saya serahkan kepada Bapak dan mudah-mudahan ada gunanya.Sumonggo.

Hormat saya, M.Jusuf Ronodipuro.

(12)

Lampiran 2.3. Surat Sultan HB X ke Mahkamah Konstitusi

Perihal : Keterangan Tambahan Lampiran : 1 (satu) Berkas

Kepada Yang Terhomat,

Ketua Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia Jalan Medan Merdeka Barat Nomor 6

Jakarta Pusat

Kami, Sri Sultan Hamengku Buwono X selaku Gubernur sekaligus juga selaku Sultan Bertahta menyadari posisi kami tidak untuk melakukan perdebatan/menanggapi keterangan ahli atau pihak lainnya yang muncul pada Sidang Ketujuh Pengujian Undang Undang No 13 Tahun 2012 tentang Keistimewaan Daerah Istimewa Yogyakarta pada tanggal 30 Januari 2017. Namun ada beberapa hal yang perlu kami sampaikan terkait Paugeran dan Sultan bertahta.

Seperti keterangan kami sebelumnya bahwa urusan pergantian kekuasaan adalah urusan internal Karaton Ngayogyakarta Hadiningrat. Sabda Raja, Sabda Tama maupun Dawuh Raja sesungguhnya adalah paugeran. Oleh karenanya sumber tertinggi paugeran berada ditangan Sultan bertahta. Hal ini adalah hukum keistimewaan yang dimiliki Yogyakarta dan tentunya akan selalu diharmonisasi dengan perubahan zaman dan UUD 1945.

Oleh karenanya kami menegaskan pemimpin Kasultanan Ngayogyakarta dimensi utamanya adalah berdasarkan laku dan lakon serta Wahyu Allah bukanlah jenis kelamin laki-laki atau perempuan. Bisa saja seorang berharap sebagai penerus selanjutnya namun ketika hal tersebut tidak berdasarkan laku, lakon dan wahyu Allah, maka akan berdampak fatal, takhta tersebut pasti tak akan melekat kepadanya. Bagaimanapun Raja bukan semata takhta namun sesungguhnya adalah personifikasi nilai, nilai luhur tertinggi dan hal tersebut tak mengenal harus laki-lai atau harus perempuan.

(13)

Marang sopo wae kang kaparingan kalenggahan, manut karo Raja sing maringi kalenggahan.

(Barang siapa yang sudah diberikan jabatan harus mengikuti perintah Raja yang memberikan jabatan);

Sing gelem lan ngrumangsani bagian saka alam lan gelem nyawiji karo alam, kuwi sing pantes diparingi lan diparengake ngleksanaake dhawuh lan isa diugemi yaiku: - pangucape isa diugemi -ngrumangsani sopo to sejatine -ngugemi asal usule. - kang gumelar iki wis ono kang noto. Dumadi onolir gumanti ora kepareng dirusuhi.

(Siapa saja yang merasa bagian dari alam dan mau menjadi satu dengan alam, dialah yang layak diberi dan diperbolehkan melaksanakan perintah dan bisa dipercaya. Ucapannya harus bisa dipercaya, tahu siapa jati dirinya, menghayati asal-usulnya. Bagian ini sudah ada yang mengatur. Bila ada pergantian, tidak boleh diganggu);

Sing disebut tedak turun kraton, sopo wae lanang utowo wedok, durung mesti diparengake ngleksanaake dhawuh kalenggahan. Kang kadhawuhake wis tinitik. Dadi yen ono kang omong babagan kalenggahan Nata Nagari Mataram, sopo wae, luwih-luwih pengageng pangembating projo ora diparengake, lir e kleru utowo luput.

(Siapa saja yang menjadi keturunan keraton, laki atau perempuan, belum tentu dianugerahi kewenangan kerajaan. Yang diberi wewenang sudah ditunjuk. Jadi, tidak ada yang diperbolehkan membahas atau membicarakan soal takhta Mataram, terlebih-lebih para pejabat istana, khawatir terjadi kekeliruan);

Anane sabdatama, kanggo ancer-ancer parembagan opo wae, uga paugeran kraton, semana uga negara, gunakake undang-undang.

(14)

Sabda Tama sebagai hukum keistimewaan sudah jelas tidak ada diskriminasi terhadap laki-laki atau perempuan untuk pengisian takhta Kasultanan, sama kedudukannya dalam hukum dan pemerintahan.

Jika ada keterangan bahwa Sultan itu laki-laki lalu diterjemahkan sebagai kata “istri” dalam pasal 18 huruf m dalam Undang Undang Keistimewaan Daerah Istimewa Yogyakarta dalam frasa “antara lain riwayat pendidikan, pekerjaan, saudara kandung, istri dan anak”, maka hal tersebut merupakan pendapat/kesimpulan bersangkutan.

Sultan memang laki-laki dalam konteks Sultan Hamengku Buwono I hingga X, namun bukan berarti pemangku takhta selanjutnya mutlak laki-laki hingga akhir zaman. Sangat terbuka kemungkinan perempuan bergelar Ratu atau sebutan lainnya memangku takhta Kasultanan. Hal ini bukan hanya karena perjalanan sejarah internal keistimewaan yang terus bergerak ke depan, namun juga karena UUD 1945 adalah bagian yang harus dijunjung, diakui dan dihormati oleh Kasultanan.

Demikian keterangan ini kami sampaikan, sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari keterangan sebelumnya pada tanggal 17 November 2016. Jika dikemudian hari ada keterangan lain yang perlu kami sampaikan, maka kami akan memberikan keterangan selanjutnya.

Jakarta, 31 Januari 2017 Hormat Kami,

(15)

Lampiran III Dokumentasi Penelitian

Foto 1. Stiker produksi KIPER, salah satu bentuk Fund Rising

(16)

Foto 3. Demonstrasi dgn bambu runcing (senjata para pahlawan kemerdekaan RI) oleh LSM Geram dan Paguyuban Ismoyo

Foto 4. Sukiman tahun 2009 (kiri) dan Sukiman tahun 2017 (kanan) Ketua Paguyuban Semar Sembogo, pejuang penetapan dan UUK DIY No. 13

(17)

Foto 5. Baliho Sabda Raja 10 Mei 2012 di depan Kantor Pos Yogyakarta

Foto 6. Perwakilan Paguyuban Kepala Dukuh se-DIY

(18)

Foto 7. Kelompok Kontra Sultan bertahta di depan Gedung MK Jakarta

(19)

Foto 9. Peneliti mengikuti Safari Jumat di Masjid Pathok Negoro

(20)

Foto 11. Undangan Sarasehan Safari Jumatan Kelompok PMI

(21)

Foto 13. Kegiatan Akademisi UIN terkait Sabda Raja dan Sultan Perempuan

(22)

Foto 15. Sertifikat/Partisara Peserta Sekolah Abdi Dalem

(23)

Foto 17. Website Kraton Yogyakarta (http://kratonjogja.id/)

Foto 18. Peneliti dan Gusti Murdho Kusumo cucu HB VIII dari garwo

ampil pertama KRAy Pintoko Purnomo

Foto 19. Pangeran Jatiningrat (Romo Tirun) cucu HB VIII dari garwo ampil

Referensi

Dokumen terkait

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian hukum normatif karena hendak meneliti norma-norma hukum internasional dan hukum nasional yang

atau wadah dimana mereka dapat mengekplorasi diri mereka serta mendapat aktualisasi diri kepada masyarakat, mereka rela mengeluarkan banyak uang demi bisa

KEVIN EFRIANDHANI: Respons Pertumbuhan Bibit Kelapa Sawit ( Elaeis guineensis Jacq. ) Pada Berbagai Komposisi Media Tanam dan Pemberian Limbah Cair Pabrik Kelapa

BPBI merupakan dokumen yang dibuat oleh Bagian Produksi untuk mencatat. bahan baku yang diperlukan dan diberikan ke Bagian

KEVIN EFRIANDHANI: Respons Pertumbuhan Bibit Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq. ) Pada Berbagai Komposisi Media Tanam dan Pemberian Limbah Cair Pabrik Kelapa

bidang Non Woven yang merupakan inti dari berbagai jenis industri, mulai dari. pertambangan, hingga konstruksi, pertanian, manufaktur, dan

Dari hasil analisis tentang pembingkaian berita yang dilakukan media massa Majalah Gatra edisi khusus pemberitaan tiga tahun pemerintahan Jokowi-Jk edisi 19-25

Bahan organik yang dihasilkan oleh pabrik kelapa sawit, yang selama ini masih sering dianggap sebagai limbah sebenarnya merupakan sumber hara yang potensial bagi tanaman,