BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia tengah melakukan pembangunan di segala bidang dengan
menggunakan berbagai peraturan-peraturan yang diformalisasikan untuk
melindungi masyarakat sekaligus memberikan ruang yang bebas bagi iklim
investasi, ditandai dengan dikeluarkannya Undang-undang Republik Indonesia
Nomor 18 tahun 1999 tentang Jasa Konstruksi (selanjutnya disebut UU Jasa
Kontruksi) yang berpengaruh pada penerapannya baik di tingkat provinsi bahkan
tingkat kabupaten/kota, sesuai dengan paham negara kesejahteraan yang dianut
oleh Indonesia, fungsi utama pemerintah bukan sekedar pemberi ketertiban dan
keamanan, melainkan sebagai penyelenggara kesejahteraan umum dan keadilan
sosial yang mana dapat dicapai melalui usaha-usaha pembangunan. Artinya,
pemerintah mempunyai tanggung jawab dalam pengadaan dan pelaksanaan
pembangunan infrastruktur.1 Bentuk kegiatan pembangunan infrastruktur yang
dilaksanakan adalah seperti pembangunan proyek-proyek sarana dan prasarana,
rehabilitasi jalan, jembatan, pelabuhan, irigasi, perumahan, perkantoran dan
sebagainya.2
Tebing Tinggi sebagai salah satu Kabupaten/Kota yang ada di Sumatera
Utara yang mempunyai potensi alam dan pertanian yang cukup baik. Salah satu
1
Nanik Trihastuti, Hukum Kontrak Karya, Setara Press, Malang, 2013, hal. 22 2
sektor pendukung untuk sektor pertanian yang ada di Kota Tebing Tinggi adalah
adanya dukungan infrastruktur yang berupa sistem irigasi yang menunjang.
Ketersediaan sistem irigasi yang ada di Kota Tebingi Tinggi sangat diperlukan
sebagai urat nadi pemberdayaan pertanian di Kota Tebing Tinggi. Peran
pemerintah dalam upaya pengelolaan sistem irigasi yang ada di Kota Tebing
Tinggi ini pada dasarnya sesuai dengan tujuan pelaksanaan otonomi daerah yaitu
peningkatan kesejahteraan masyarakat. Dalam rangka pelaksanaan perannya
tersebut Pemerintah Daerah Kota Tebing Tinggi melaksanakan rehabilitasi sistem
irigasi yang ada di daerah Kota Tebing Tinggi.
Pelaksanaan pembangunan insfrastruktur pemerintah ini, disamping
melibatkan berbagai pihak selain pihak pemerintah, namun juga melibatkan
masyarakat atau pihak swasta. Pemerintah bertindak sebagai pemberi pekerjaan
(bouwheer), dan pihak swasta sebagai pemborong (annemer). Oleh karena itu,
masing-masing pihak memiliki hubungan hukum yang akan dituangkan dalam
bentuk perjanjian terstulis yang dikenal dengan perjanjian pemborongan
pekerjaan. Pelaksanaan perjanjian pemborongan, dijumpai beberapa masalah
dalam sebuah kontrak.
Sebuah perjanjian pemborongan sampai saat ini belum mencapai predikat
adil dan sejahtera bagi kedua belah pihak, karena dalam perjanjian pemborongan
yang dilakukan dengan pemerintah di dalam kontrak tidak ada kebebasan
berkontrak dari para pihak, karena perjanjian telah ditentukan oleh pemerintah
dalam bentuk perjanjian standar. Langkah rehabilitasi sistem irigasi yang
meningkatkan potensi pertanian yang ada di Kota Tebing Tinggi. Maka dari itu,
diperlukan adanya perlindungan hukum yang mengatur hubungan hukum antara
Pengguna Jasa dengan Penyedia Jasa (Perencana Konstruksi, Pelaksana
Konstruksi dan Pengawas Konstruksi) dalam penyelenggaraan jasa konstruksi.
Mengingat adanya berbagai kerusakan yang ada di beberapa daerah di Kota
Tebing Tinggi, maka Pemerintah Daerah Kota Tebing Tinggi dengan CV. Raut
Agung Group melakukan kerjasama untuk melakukan rehabilitasi irigasi yang ada
di daerah Kota Tebing Tinggi yang disebut dengan Perjanjian Kerjasama.
Contoh kasus pada Proyek pemborongan yang dilaksanakan oleh
pemerintah dilaksanakan dengan cara memborongkan pekerjaan tersebut kepada
pihak swasta, karena tidak dapat dilaksanakan oleh pemiliknya sendiri. Dalam
rangka pemberian pekerjaan ini, diperlukan hubungan kerja yang menyangkut
tentang hukum yaitu perjanjian Perjanjian kerja erat kaitannya dengan tanggung
jawab para pihak dalam pelaksanaan pekerjaan ini. Dari segi hukum perjanjian
pemborongan pekerjaan harus tunduk kepada aturan-aturan hukum perjanjian
yang diatur dalam KUHPerdata Buku III dan peraturan-peraturan lainnya seperti
Keputusan Presiden Nomor 80 Tahun 2003 (Keppres No. 80/ 2003) jo Peraturan
Presiden Nomor 32 Tahun 2005 (Perpres No. 32/2005) untuk mencegah
terjadinya sengketa dikemudian hari, karena adanya kesalahpahaman antara pihak
pemberi pekerjaan dengan pihak yang melakukan pekerjaan. Maka kegiatan yang
demikian lazimnya dituangkan dalam bentuk perjanjian pemborongan kerja, yang
mana dalam hal ini Dinas Pekerjaan Umum KIMPRASWIL Kabupaten Toba
sedangkan CV. Bagas Belantara (CV. Bagas) bertindak sebagai pihak yang
menerima pemborongan kerja (Annemer) untuk pekerjaan Peningkatan Saluran
Irigasi Bondar Sitoman Sosor Pandan sepanjang 75m. Pelaksanaan proyek
pemborongan ini, para pihak yang terlibat tidak boleh mengabaikan akta
perjanjian. Pemborong dalam melaksanakan pekerjaannya harus selalu berpatokan
pada isi perjanjian yang telah disepakati bersama antara pemborong dengan yang
memborongkan, karena apabila terjadi penyimpangan dapat dijadikan alasan
untuk menyatakan telah terjadi wanprestasi, danisi perjanjian harus
memperhatikan asas keadilan dan keseimbangan.
Pasal 1313 (Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (selanjutnya disebut
KUHPerdata) dinyatakan perjanjian adalah satu perbuatan dengan mana satu
orang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap satu orang lain atau lebih yang
melahirkan bukti tentang adanya hak dan kewajiban. Perjanjian kerjasama
termasuk perjanjian perkumpulan, yaitu suatu kesepakatan dalam melakukan
kerjasama untuk mencapai tujuan yang bersifat non-ekonomis, dengan bentuk dan
cara meletakkan anggaran dasar.3 Hubungan antara para pihak dalam perjanjian
kerjasama adalah hubungan timbal-balik karena adanya perjanjian, yaitu suatu
hubungan saling memberi dan menerima. Pasal 1314 ayat (1) KUH Perdata
dinyatakan bahwa suatu persetujuan dapat diadakan dengan percuma, yaitu
menurut ayat (2) pihak yang memberikan hasil kepada pihak lain, sedang ia
sendiri tidak menerima hasil, kemudian menurut Pasal 1314 ayat (3) KUH Perdata
3
dinyatakan bahwa masing-masing ada kewajiban menyerahkan hal sesuatu, untuk
melakukan suatu perbuatan.4
Pelaksanaan kontrak kerjasama antara pemerintah Kota Tebing Tinggi
dengan CV. Raut Agung Group Dengan Dinas Pekerjaan Umum Kota Tebing
Tinggi, selamanya berjalan baik, namun ditemukan beberapa kendala-kendala
dalam pelaksanaan perjanjian kontrak kerja tersebut berjalan kurang sesuai
dengan tujuan. Sesuai dengan hasil wawancara pra penelitian kepada pimpinan
CV. Raut Agung Group dapat diketahui bahwa dalam pelaksanaan perjanjian
kontrak kerja dalam kegiatnnya mengalami kendala.5 Hambatan yang terjadi
dalam perjanjian kerjasama karena ada salah satu pihak yang kurang memenuhi
syarat dan melalaikan kewajiban-kewajiban yang harus dipenuhi. Kurangnya
persyaratan dan melalaikan kewajiban membuat pelaksanaan perjanjian kontrak
kerja kurang berjalan lancar. Untuk itu, perlu penanganan secepatnya sehingga
tujuan dari perjanjian kontrak kerja berjalan sesuai tujuan yang telah ditetapkan.
Empat syarat dalam suatu perjanjian diatur oleh Pasal 1320 KUHPerdata,
dinyatakan bahwa:6
1. Adanya kesepakatan dari kedua belah pihak.
2. Adanya kecakapan dari pihak-pihak untuk membuat perikatan. .
3. Adanya suatu hal tertentu.
4. Adanya suatu sebab yang tidak dilarang oleh undang-undang.
4
Wirjono Prodjodikoro, Asas-asas Hukum Perjanjian, Mandar Maju, Jakarta, 2000, hal. 9
5
Hasil wawancara dengan H. Abdul Rahman Siahaan, selaku Direktur CV. Raut Agung Group, tanggal 2 Februari 2016
6
Syarat pertama (sepakat dua belah pihak) dan syarat kedua kecakapan
untuk membuat perikatan merupakan syarat subjektif dalam perjanjian, karena
apabila syarat (1) dan (2) tersebut tidak dipenuhi maka perjanjian dapat
dibatalkan. Syarat ketiga (syarat hal tertentu/objek) dan syarat keempat (suatu
sebab yang halal) tersebut tidak dipenuhi maka perjanjian tersebut batal demi
hukum yang berarti perjanjian tersebut dianggap tidak pernah ada karena syarat
tersebut merupakan syarat yang objektif. Untuk syarat (1) dan (2) dari pihak yang
tidak cakap dapat meminta pembatalan perjanjian.
Keempat syarat dalam perjanjian tersebut harus ada dan tidak ada
unsur-unsur lain yang dapat merugikan salah satu pihak. Apabila ada unsur-unsur lain yang
menyertai dalam perjanjian dan merugikan salah satu pihak, maka perjanjian
tersebut dinyatakan batal. Ini dengan Pasal 1321 KUH Perdata dinyatakan, bahwa
“Apabila dalam perjanjian itu adanya unsur penipuan, maka perjanjian itu batal”.7
Suatu perjanjian tidak terlepas dari kontrak dan menganut asas kebebasan
berkontrak. Asas kebebasan berkontrak mengartikan bahwa para pihak bebas
mengadakan perjanjian apa saja dengan berbagai bentuk, dengan ketentuan
kontrak yang dibuat tidak boleh bertentangan dengan Undang-undang, kesusilaan
dan ketertiban umum.
Asas kebebasan berkontrak ini dapat disimpulkan berdasarkan pada Pasal
1338 KUH Perdata, dinyatakan bahwa segala perjanjian yang dibuat secara sah
berlaku sebagai Undang-undang bagi mereka yang membuatnya. Pasal ini
7
dimaksudkan sebagai pernyataan bahwa setiap perjanjian bersifat “mengikat”
kedua belah pihak, disertai adanya asas kebebasan berkontrak.
Sebagai suatu rencana manusia, tentunya tidak semua dari rencana tersebut
tercapai sesuai dengan apa yang di rencanakan. Demikian juga dengan rencana
pembangunan suatu proyek yang dituangkan dalam kontrak tentu tidak selamanya
tercapai. Banyak hal yang dipengaruhi oleh kehendak manusia atau di luar
kehendak manusia, yang mempengaruhi jalannya suatu kontrak yang dapat
menyebabkan rencana tersebut dapat diubah di tengah jalan atau kemudian
bahkan rencana tersebut batal sama sekali. Selain itu dalam pelaksanaannya, tidak
tertutup kemungkinan adanya keterlambatan maupun kelalaian dari salah satu
pihak wanprestasi, baik secara sengaja maupun karena keadaan memaksa (force
majeur/overmacht). Dalam keadaan demikian berlakulah ketentuan-ketentuan
yang wajib dipenuhi yang timbul akibat wanprestasi, yaitu kemungkinan
pemutusan perjanjian, penggantian kerugian atau pemenuhan kewajiban.8
Wanprestasi dapat berupa debitur sama sekali tidak memenuhi prestasi, terlambat
memenuhi prestasi, debitur tidak sempurna memenuhi prestasi.
Pemborong tidak dapat menyelesaikan pekerjaan menurut waktu yang
ditetapkan atau menyerahkan pekerjaan dengan tidak baik, sehingga harus
dilakukan penambahan waktu pekerjaan, maka atas persetujuan/kesepakatan
antara kedua belah pihak yang melakukan perjanjian, yang tertuang dalam isi
perjanjian tersebut, adalah dengan memberikan ganti kerugian maupun
denda/sanksi.
8
Kesepakatan kedua belah pihak dalam perjanjian inilah yang kemudian
menjadi latar belakang penulisan skripsi ini, yang sebelumnya telah diuraikan
secara umum bahwa setiap ketentuan dalam KUH Perdata agar diartikan sebagai
pedoman dalam kaitannya terhadap ketentuan lain yang terdapat dalam hukum
perdata dengan tidak mengartikannya secara individual atau parsial.
Berdasarkan latar belakang di atas penulis merasa tertarik menulis dalam
bentuk skripsi dengan judul tinjauan hukum pelaksanaan perjanjian kontrak kerja
pembangunan irigasi dengan CV. Raut Agung Group dengan Dinas Pekerjaan
Umum Kota Tebing Tinggi.
B. Permasalahan
Berdasarkan latar belakang di atas maka rumusan masalah dalam
penelitian ini adalah
1. Bagaimanakah pengaturan hukum pelaksanaan perjanjian kontrak kerja
pembangunan irigasi antara CV. Raut Agung Group dan Dinas Pekerjaan
Umum Kota Tebing Tinggi?
2. Apakah faktor penyebab terjadinya kendala dalam pelaksanaan perjanjian
kontrak kerja pembangunan irigasi antara CV. Raut Agung Group dan Dinas
Pekerjaan Umum Kota Tebing Tinggi?
3. Bagaimanakah penyelesaian sengketa jika terjadi perselisihan dalam
Pelaksanaan Perjanjian Kontrak Kerja Pembangunan Irigasi antara CV. Raut
C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dari penulisan ini adalah:
1. Untuk mengetahui pengaturan hukum pelaksanaan perjanjian kontrak kerja
pembangunan irigasi dengan CV. Raut Agung Group dan Dinas Pekerjaan
Umum Kota Tebing Tinggi.
2. Untuk mengetahui Apakah faktor penyebeb terjadinya kendala dalam
pelaksanaan perjanjian kontrak kerja pembangunan irigasi dan CV. Raut
Agung Group dengan Dinas Pekerjaan Umum Kota Tebing Tinggi.
3. Untuk mengetahui penyelesaian sengketa jika terjadi perselisihan dalam
pelaksanaan perjanjian kontrak kerja pembangunan irigasi dan CV. Raut
Agung Group dengan Dinas Pekerjaan Umum Kota Tebing Tinggi.
D. Manfaat Penulisan
Manfaat penulisan skripsi ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik
secara teoritis maupun secara praktis.
1. Secara teoritis
Penelitian ini dapat bermanfaat untuk mengetahui dan mengembangkan
tentang pelaksanaan perjanjian kontrak kerja pembangunan irigasi dengan CV.
Raut Agung Group dan Dinas Pekerjaan Umum Kota Tebing Tinggi.
2. Secara praktis
Sebagai sumbangan pemikiran dan menjadi masukan bagi para pihak yang
berkepentingan yaitu CV. Raut Agung Group dan Dinas Pekerjaan Umum
E. Metode Penelitian
1. Jenis penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini pendekatan yuridis
normatif dan penelitian yuridis empiris. Penelitian yuridis normatif adalah metode
penelitian yang mengacu pada norma-norma hukum yang terdapat dalam
peraturan perundang-undangan.9 Penelitian ini juga menggunakan pendekatan
yuridis empiris, yaitu penelitian yang menitikberatkan perilaku individu atau
masyarakat dalam kaitannya dengan hukum.10
Sifat dalam penelitian dalam skripsi ini deskriptif analitis. Penelitian yang
bersifat deskriptif analitis merupakan suatu penelitian yang menggambarkan,
menelaah, menjelaskan, dan menganalisis peraturan hukum.11 Dengan
menggunakan sifat deskriptif ini, maka peraturan hukum dalam penelitian ini
dapat dengan tepat digambarkan dan dianalisis sesuai dengan tujuan penelitian ini.
Pendekatan masalah mengacu pada peraturan perundang-undangan yang berlaku
(Statute Approach)12 terhadap pelaksanaan perjanjian kontrak kerja pembangunan
irigasi dengan CV. Raut Agung Group dengan Dinas Pekerjaan Umum Kota
Tebing Tinggi serta data empiris lapangan yang terjadi dilapangan.
2. Sumber data
Penelitian ini menitik beratkan pada penggunaan data sekunder sebagai
penyalur kelengkapan data. Data sekunder merupakan data yang diperoleh secara
9
Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif: Suatu Tinjauan Singkat, RajaGrafindo Persada, Jakarta, 2009, hal 1.
10
Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum, Kencana Prenada Media, Jakarta, 2010, hal 87.
11
Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, Op. Cit., hal 10. 12
tidak langsung dari sumber aslinya. Data primer yaitu data yang diperoleh secara
langsung dari objek yang diteliti melalui wawancara. Data sekunder yaitu data
yang diperoleh secara tidak langsung dari objek yang diteliti, antara lain;
buku-buku literatur, laporan penelitian, tulisan para ahli, peraturan perundang-undangan
yang berkaitan dengan objek yang diteliti. Dalam penelitian ini yang merupakan
penelitian yuridis normatif, sebagai bahan dasar penelitiannya, menggunakan data
sekunder, yakni bahan-bahan yang diperoleh dari bahan pustaka lazimnya. Data
sekunder yang digunakan sebagai bahan dasar penelitian ini terdiri atas:
a. Bahan hukum primer
Bahan hukum primer, yaitu bahan hukum yang terdiri dari aturan hukum
yang terdapat pada peraturan perundang-undangan atau berbagai perangkat
hukum, seperti Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945, Kitab
Undang-Undang Hukum Perdata, dalam penelitian semacam ini, hukum
ditempatkan sebagai terikat dan faktor-faktor non-hukum yang mempengaruhi
hukum dipandang sebagai variabel bebas dan peraturan lainnya.13 Selain itu, hasil
wawancara yang didapatkan melalui studi lapangan CV. Raut Agung Group
menjadi bahan hukum primer yang membantu dalam mengkaji masalah dalam
penelitian ini.14 Wawancara dilakukan dengan H. Abdul Rahman Siahaan, selaku
Direktur CV. Raut Agung Group.
b. Bahan hukum sekunder
Bahan hukum sekunder adalah bahan hukum yang diperoleh dari buku
teks, jurnal-jurnal, karya ilmiah, pendapat sarjana, dan hasil-hasil penelitian, karya
13
Ibid 14
ilmiah, jurnal, tesis dan bahan lainnya yang dapat dan berfungsi untuk
memberikan penjelasan lebih lanjut atas bahan hukum primer.15
c. Bahan hukum tersier
Bahan hukum tersier memberikan petunjuk/penjelasan bermakna terhadap
bahan hukum primer dan sekunder seperti kamus hukum, internet dan
ensiklopedia.16
3. Pengumpulan data
Data sekunder yang dipergunakan dalam penelitian ini sebagai bahan dasar
penelitian dikumpulkan dengan menggunakan studi dokumen (documents study)
atau studi kepustakaan (library research) sebagai alat pengumpul data.17 Studi
dokumen tersebut merupakan penelitian bahan hukum primer, yaitu peraturan
peraturan perundangan-undangan yang berkaitan dengan pelaksanaan perjanjian
kontrak kerja pembangunan irigasi dengan CV. Raut Agung Group dengan Dinas
Pekerjaan Umum Kota Tebing Tinggi. Selain studi dokumen, penulis juga
menggunakan studi lapangan (field research) melalui alat wawancara sebagai alat
pengumpul data guna mendapat data primer sehingga mampu untuk mendukung
dan menguatkan bahan hukum primer yang telah dipedomani sebelumnya.
4. Analisis data
Analisa data adalah pengolahan data yang diperoleh baik dari penelitian
pustaka maupun penelitian lapangan. Data primer yang didapat dari lapangan
terlebih dahulu diteliti kelengkapannya dan kejelasannya untuk diklarifikasi serta
dilakukan penyusunan secara sistematis serta konsisten untuk memudahkan
15
Ibid. 16
Ibid. 17
melakukan analisis. Data primer inipun terlebih dahulu diedit untuk menyeleksi
data yang paling relevan dengan perumusan permasalahan yang ada dalam
penelitian ini.
Data sekunder yang didapat dari kepustakaan dipilih serta dihimpun secara
sistematis sehingga dapat dijadikan acuan dalam melakukan analisis. Dari hasil
data penelitian baik pustaka maupun lapangan ini dilakukan pembahasan secara
deskriptif analisis. Deskriptif adalah pemaparan hasil penelitian dengan tujuan
agar diperoleh suatu gambaran yang menyeluruh namun tetap sistematik terutama
mengenai fakta yang berhubungan dengan permasalahan yang diajukan dalam
skripsi ini. Analisis artinya gambaran yang diperoleh tersebut dilakukan analisis
secara cermat sehingga dapat diketahui tentang tujuan dari penelitian ini sendiri
yaitu membuktikan permasalahan sebagaimana telah dirumuskan dalam
perumusan permasalahan yang ada pada latar belakang penulisan skripsi. Tahap
selanjutnya adalah pengolahan data yaitu analisis dilakukan dengan metode
kualitatif komparatif yaitu penguraian dengan membandingkan hasil penelitian
pustaka (data sekunder) dengan hasil penelitian lapangan (data primer) sehingga
dapat dibuktikan yang ada dalam penelitian ini sehingga dapat dibuktikan tujuan
dari penelitian.
F. Keaslian Penulisan
Sepanjang pengetahuan dan berdasarkan informasi yang ada dan
penelusuran kepustakaan khususnya di lingkungan Ilmu Hukum Universitas
Sumatera Utara, sudah banyak judul skripsi mengenai perjanjian pengadaan
Arman Anugerah Waruwu (2015), dengan judul penelitian Perjanjian
Pengadaan Barang Dan Jasa Untuk Peningkatan Jalan Kereta API Perlanaan –
Gunung Bayu Antara Satuan Kerja Pengembangan Perkeretaapian Sumatera Utara
dan PT. Wahana Adidaya Pertiwi. Adapun yang menjadi permasalahan adalah
Apa kendala dalam pelaksanaan perjanjian pengadaan barang dan Jasa Jalur
Kereta Api Perlanaan-Gunung Bayu. Apa faktor terjadinya hambatan dalam
Pelaksanaan Perjanjian pengadaan barang dan Jasa Jalur Kereta Api Perlanaan –
Gunung Bayu. Bagaimana Cara atau metode penyelesaian sengketa antara para
pihak dalam perjanjian barang dan jasa.
Reiza Amien Nasution (2012), dengan judul penelitian Tanggungjawab
Hukum Pemborong Terhadap Pemerintah dalam Kontrak Pengadaan Barang/Jasa
Pemerintah (Studi Kasus Pada Dinas Pekerjaan Umum Kota Medan). Adapun
yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini adalah Bagaimana pengaturan
hukum tentang pengadaan barang/jasa pemerintah? Bagaimana bentuk-bentuk
kontrak dalam perjanjian pengadaan barang/jasa pemerintah dan Bagaimana
tanggungjawab hukum pemborong terhadap pemerintah dalam kontrak pengadaan
barang/jasa pemerintah?
Monica Sylvana, (2013), dengan judul penelitian Analisis Hukum terhadap
Kontrak Pengadaan Barang dan Jasa di Dinas Tenaga Kerja Dan Transmigrasi
Unit Balai Besar Latihan Kerja Industri (BBLKI) Medan. Adapun permasalahan
dalam penelitian ini adalah Bagaimana kontrak pengadaan barang dan jasa di
Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Sumatera Utara Unit Balai Besar Latihan
pelaksanaan kontrak pengadaan barang dan jasa di Dinas Tenaga Kerja dan
Transmigrasi Sumatera Utara Unit Balai Besar Latihan Kerja Industri Medan
Bagaimana penyelesaian terhadap kontrak yang bermasalah?
Widya Agnes Hamid (2015), dengan judul Analisis Hukum Kontrak
Pengadaan Alat-alat Kesehatan pada Dinas Kesehatan Kota Tanjung Balai.
Adapun yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini adalah Bagaimana
proses pembuatan kontrak pengadaan alat-alat kesehatan oleh Dinas Kesehatan
Kota Tanjungbalai? Bagaimana jaminan dalam perjanjian pengadaan alat-alat
kesehatan? Bagaimana analisis hukum kemungkinan kontrak bermasalah dan
Bagaimana penyelesaian sengketa terhadap kontrak yang bermasalah.
Grecya Manurung (2015) Tinjauan Yuridis Tentang Pelaksanaan Kontrak
Kerja Konstruksi Proyek Pembangunan Jalan (Studi Pada Dinas Tata Ruang Dan
Pemukiman Kabupaten Tobasamosir dengan CV.Ventus). Adapun permasalahan
dalam penelitian ini adalah Apakah pelaksanaan kontrak kerja konstruksi antara
Dinas Tata Ruang dan Pemukiman Kabupaten Toba Samosir dengan CV. Ventus
telah sesuai dengan ketentuan hukum yang berlaku? Apakah tanggung jawab para
pihak dilakukan sesuai dengan perjanjian pemborongan pekerjaan? Bagaimanakah
penyelesaian perselisihan yang timbul dalam pelaksanaan perjanjian pemborongan
pekerjaan?
tetapi, penulisan skripsi dengan judul “Tinjauan Hukum tentang Perjanjian
Kontrak Kerja Pembangunan Irigasi antara CV. Raut Agung Group dan Dinas
Pekerjaan Umum Kota Tebing Tinggi ” belum pernah ditulis sebelumnya. Dengan
penulisan skripsi ini, maka dapat dikatakan bahwa skripsi ini merupakan hasil
karya yang asli dan bukan merupakan hasil jiblakan dari skripsi orang lain.
Skripsi ini dibuat berdasarkan hasil pemikiran sendiri.
G. Sistematika Penulisan
Untuk memudahkan penulisan skripsi ini agar permasalahan yang diangkat
dengan pembahasan skripsi sesuai, maka diperlukan adanya sistematika penulisan
yang teratur yang saling berkaitan satu sama lain. Tiap bab terdiri dari setiap sub
bab dengan maksud untuk mempermudah dalam hal-hal yang dibahas dalam
skripsi ini.
Adapun sistematika penulisan skripsi ini adalah :
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini merupakan pendahuluan yang berisikan latar belakang,
permasalahan, tujuan penulisan, manfaat penulisan, metode penelitian,
keaslian penulisan dan sistematika penulisan.
BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN
Bab ini berisikan pengertian perjanjian, syarat sah perjanjian,
jenis-jenis perjanjian, asas-asas perjanjian, akibat hukum dari perjanjian
kerjasama, Berakhirnya Perjanjian kerjasama
BAB III TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN KERJASAMA
Bab ini berisikan tentang pengertian perjanjian kerja, unsur-unsur
dalam perjanjian kerja, hak dan kewajiban para pihak dalam perjanjian
BAB IV HUKUM PELAKSANAAN PERJANJIAN KONTRAK KERJA
PEMBANGUNAN IRIGASI DENGAN CV. RAUT AGUNG GROUP
DAN DINAS PEKERJAAN UMUM KOTA TEBING TINGGI
Bab ini berisikan mengenai Pengaturan Hukum dalam pelaksanaan
perjanjian kontrak kerja pembangunan irigasi dan CV. Raut Agung
Group dengan Dinas Pekerjaan Umum Kota Tebing Tinggi. Faktor
terjadinya kendala dalam pelaksanaan perjanjian kontrak kerja
pembangunan irigasi dengan CV. Raut Agung Group dengan Dinas
Pekerjaan Umum Kota Tebing Tinggi dan penyelesaian sengketa jika
terjadi perselisihan dalam Pelaksanaan Perjanjian Kontrak Kerja
Pembangunan Irigasi dengan CV. Raut Agung Group dan Dinas
Pekerjaan Umum Kota Tebing Tinggi.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
Bab ini membahas mengenai kesimpulan dan saran terhadap hasil
pembahasan yang dilakukan. Kesimpulan merupakan intisari dari
pembahasan terhadap permasalahan yang diajukan dalam skripsi ini