U P AYA P EN IN GKATAN MAN FAAT
REN CAN A TATA RU AN G D ALAM MEKAN IS ME
PEREN CAN AAN PROGRAM PEMBAN GU N AN
D I KOTA MED AN
T E S I S
Ole h :
BAH RIAN EFFEN D I
0 5 7 0 0 3 0 1 0 / PW D
SEKOLAH PASCASARJAN A
UN I V ERSI TAS SUM ATERA UTARA
U P AYA P EN IN GKATAN MAN FAAT
REN CAN A TATA RU AN G D ALAM MEKAN IS ME
PEREN CAN AAN PROGRAM PEMBAN GU N AN
D I KOTA MED AN
T E S I S
Un t u k M e m pe r ole h Ge la r M a gist e r Sa in s
D a la m Pr ogr a m St u di Pe r e n ca n a a n Pe m ba n gu n a n W ila y a h da n Pe r de sa a n Pa da Se k ola h Pa sca sa r j a n a Un iv e r sit a s Su m a t e r a Ut a r a
Ole h :
BAH RIAN EFFEN D I
0 5 7 0 0 3 0 1 0 / PW D
SEKOLAH PASCASARJAN A
UN I V ERSI TAS SUM ATERA UTARA
Ju du l Pe n e lit ia n : Upa y a Pe n in gk a t a n M a n fa a t Re n ca n a Ta t a Ru a n g D a la m M e k a n ism e Pe r e n ca n a a n Pr ogr a m Pe m ba n gu n a n di Kot a M e da n
N a m a M a h a sisw a : Ba h r ia n Effe n di
N om or Pok ok : 0 5 7 0 0 3 0 1 0
Pr ogr a m St u di : Pe r e n ca n a a n Pe m ba n gu n a n W ila y a h D a n Pe r de sa a n ( PW D )
Meny et uj ui,
Pr of.Dr .I r .A.Rahim Mat ondang, MSI E K e t u a
lic.r er .r eg.Sir oj uzilam ,SE I r .Budi Der it a Sinulingga, M.Si
Anggot a Anggot a
Ket ua Pr ogr am St udi Dir ekt ur
Pr of.Bacht iar Hassan Mir aza Pr of.Dr .I r .T.Chair un Nisa B, MSc
UPAYA PENINGKATAN MANFAAT RENCANA TATA RUANG DALAM MEKANISME PERENCANAAN PROGRAM PEMBANGUNAN DI
KOTA MEDAN
ABSTRAK
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan terhadap kesesuaian antara program pembangunan dengan rencana tata ruang, ternyata pemanfaatan rencana tata ruang untuk program pembangunan di kota Medan masih belum seperti yang diharapkan/direncanakan. Penyusunan program pembangunan yang dilaksanakan Pemerintah Kota Medan melalui musyawarah perencanaan pembangunan (musrenbang) ternyata menggambarkan sangat rendahnya pemanfaatan rencana tata ruang Kota Medan. Ada indikasi bahwa dalam forum musrenbang yang dimulai dari Kelurahan kurang memperhatikan Rencana Tata Ruang Kota.
Penelitian ini bertujuan untuk merumuskan upaya peningkatan pemanfaatan rencana tata ruang kota dalam mekanisme perencanaan program pembangunan di Kota Medan. Penggalian facktor penyebab kurang dimanfaatkannya rencana tata ruang untuk pemrograman pembangunan dilakukan dengan studi pustaka dan penelitian lapangan. Studi pustaka dilakukan untuk pencarian faktor-faktor umum, sedangkan wawancara terhadap pelaku forum musrenbang digunakan untuk mencari factor-faktor penyebab secara khusus di Kota Medan. Analisa dilakukan secara kualitatif.
Dalam penelitian ini ditemukan bahwa rencana tata ruang kota Medan masih kurang dimanfaatkan, adapun faktor-faktor yang ditemui di lapangan antara lain adalah kualitas dari rencana tata ruang itu sendiri (tidak sesuai dengan di lapangan, kurangnya sosialisasi rencana tata ruang, pendistribusian dokumen rencana tata ruang tidak sampai ke kelurahan dan kecamatan, rendahnya kualitas aparat, serta factor perubahan dan kecenderungan perkembangan, serta tidak transparan.
Upaya yang perlu dilakukan guna meningkatkan pemanfaatan rencana tata ruang di Kota Medan, adalah sebagai berikut :
* Menjadikan rencana tata ruang sebagai salah satu pedoman dalam mengajukan usulan program pembangunan dalam forum musyawarah perencanaan pembangunan (MUSRENBANG).
* Meningkatkan kualitas rencana tata ruang.
* Meningkatkan sosialisasi tentang rencana tata ruang. * Mendistribusikan rencana tata ruang secara merata. * Meningkatkan kemampuan aparat dan kelembagaan.
* Menyusun rencana tata ruang yang mampu mengantisipasi perubahan dan kecenderungan perkembangan.
EFFORT OF INTENSIFYING THE UTILIZATION OF LAND-USE PLANNING IN THE MECHANISM OF DEVELOPMENT
PROGRAM PLANNING IN THE CITY OF MEDAN
ABSTRACT
Based on the observation done on the conformity between depelopment program and land use planning, it is found out that the utilization of land use planning for development program carried out by the city government of Medan through a development planning meeting reveals the poor utilization of land-use planning of Medan. It is indicated that in the forum of development planning meeting commencing from the Kelurahan (rural village) level, town land use planning is not much paid attention.
This study is intended to formulate the effort of intensifying the utilization of town land-use planning in the mechanism of development program planning in the city of Medan. Library and field researchs were conducted to find out the causing factor of why land-use planning is not much used in programming the development. Library research was carried out to find the general factors and interviews were done to those participating in the forum of development planning meeting to find out the causing factors wich especially exist in Medan. The data obtained were qualitatively analyzed.
The result of this study reveals that town land-use planning is not intensely used in Medan because of the poor quality of the land-use planning itself (does not conform with what is done), land-use planning is not much socialized, the distribution of land-use planning document does not reach the sub-district (kecamatan) and rural village (kelurahan), poor quality of human resources, a factor change and tendency of development, and non-transparancy.
The effort needed to intensify the use of land-use planning in Medan are : * to make the land-use planning as one of the guidance in proposing a development
program in the forum of development planning meeting (MUSRENBANG) * to improve the quality of land-use planning
* to increase the socialization of land-use planning * to evenly distribute the land-use planning
* to improve the quality of human resourch avalaible
* to formulate a land-use planning that can actipate the change and tendency of development.
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penyusun panjatkan kehadirat Allah SWT karena berkat
rahmat-Nya jugalah tesis ini dapat terselesaikan. Substansi yang diangkat sebagai
kasus penelitian ini adalah berkaitan dengan Upaya Peningkatan Manfaat Rencana
Tata Ruang dalam Mekanisme Perencanaan Program Pembangunan di Kota
Medan. Tema ini perlu dibahas mengingat sampai dengan saat ini, rencana tata ruang
hanya digunakan dalam kaitan dengan perijinan. Padahal rencana tata ruang ini dapat
pula digunakan sebagai arahan bagi pemerintahan di Kelurahan dan Kecamatan
dalam mengajukan usulan rencana pembangunan di wilayah masing-masing maupun
bagi masyarakat, serta dapat dijadikan acuan dalam penyusunan usulan program,
terutama jika menyangkut masalah lokasi rencana pembangunan.
Tesis ini merupakan sebuah karya yang mendapat dukungan dan bantuan dari
berbagai pihak, oleh karena itu tidak lupa penyusun sampaikan ucapan terima kasih
kepada:
1. Bapak Prof. Bachtiar Hassan Miraza, SE sebagai Ketua Program Studi
Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Perdesaan, SPS, Universitas Sumatera
Utara.
2. Bapak Kasyful Mahalli, SE, M.Si sebagai Sekretaris Program Studi Perencanaan
3. Bapak Prof.DR.Ir. A. Rahim Matondang, MSIE sebagai Ketua Komisi
Pembimbing, yang telah memberi saran, dukungan, pengetahuan dan bimbingan
kepada penyusun hingga tesis ini selesai.
4. Bapak lic.rer.reg. Sirojuzilam, SE sebagai dosen pembimbing yang telah memberi
saran, dukungan, pengetahuan dan bimbingan kepada penyusun hingga tesis ini
selesai.
5. Bapak Ir. Budi Derita Sinulingga, M.Si sebagai dosen pembimbing yang telah
memberi saran, dukungan, pengetahuan dan bimbingan kepada penyusun hingga
tesis ini selesai.
6. Bapak Drs. Rujiman, MA sebagai dosen penguji yang telah memberikan saran
dan masukan untuk perbaikan-perbaikan pada tesis ini.
7. Bapak Wahyu Ario Pratomo, SE, M.Ec sebagai dosen penguji yang telah
memberikan saran dan masukan untuk perbaikan-perbaikan pada tesis ini.
8. Bapak/Ibu Dosen di Program Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Perdesaan,
SPS, Universitas Sumatera Utara, yang namanya tidak bias disebutkan satu
persatu, atas pengajaran dan bimbingan yang telah diberikan selama penyusun
mengikuti perkuliahan.
9. Bapak/Ibu Staf Administrasi Sekolah Pasca Sarjana Program Perencanaan
Pembangunan Wilayah dan Perdesaan, SPS, Universitas Sumatera Utara, yang
10.Bapak Camat Medan Belawan, Camat Medan Labuhan, Camat Medan Deli,
Camat Medan Area, Camat Medan Kota, Camat Medan Tuntungan serta
jajarannya yang telah membantu penulis dalam mendapatkan data-data di
masing-masing wilayahnya.
11.Ibunda tercinta Hj. Siti Erlam Harahap dan Ayahanda Amilin Dalimunthe (Alm)
yang telah memberi harapan, dorongan, semangat dan do’a selama ini.
12.Istriku Deny Siregar, SE yang selama ini dengan penuh kesabaran telah memberi
dukungan dan semangat kepada penyusun.
13.Anak-anakku Nurul Safira Dalimunthe, Mayra Izzaty Erzamira Dalimunthe,
Syakira Amilia Andini Dalimunthe yang dengan penuh pengertian kepada
penyusun.
14.Rekan-rekan Stambuk 2005 di Sekolah Pasca Sarjana Program Perencanaan
Wilayah dan Perdesaan Universitas Sumatera Utara.
Penyusun menyadari bahwa tesis yang dikerjakan sebatas kemampuan ini,
masih jauh dari kesempurnaan, semoga tesis ini bermanfaat bagi yang memerlukan.
Medan, September 2007
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama : BAHRIAN EFFENDI
Tempat/Tanggal Lahir : Sigalangan,Tap.Sel, 10 September 1969
Alamat : Jl. Universitas No. 48 Medan
Pekerjaan : PNS
Agama : Islam
Jenis Kelamin : Laki-laki
Warga Negara : Indonesia
Nama Orang tua Laki-laki : Amilin Dalimunthe
Nama Orang tua Perempuan : Hj. Siti Erlam Harahap
PENDIDIKAN FORMAL
SD Negeri No. 142509 Sigalangan : Lulus tahun 1982
SMP Negeri Sigalangan : Lulus tahun 1985
SMA Negeri XI Medan : Lulus tahun 1988
Universitas Darma Agung Medan : Lulus tahun 1994
PENGALAMAN KERJA
- 1998 s/d 2001 sebagai Pegawai Negeri Sipil bertugas di Pemerintah Kabupaten
Tapanuli Tengah
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK ... i
ABSTRACT... ii
KATA PENGANTAR ... iii
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ... vi
DAFTAR ISI... vii
DAFTAR TABEL... ix
DAFTAR GAMBAR ... x
DAFTAR LAMPIRAN... xi
BAB I : PENDAHULUAN... 1
1.1. Latar Belakang ... 1
1.2. Perumusan Masalah ... 7
1.3. Tujuan Penelitian ... 8
1.4. Manfaat Penelitian ... 8
BAB II : TINJAUAN PUSTAKA... 9
2.1. Pemanfaatan Rencana Tata Ruang... 9
2.2. Rencana Umum Tata Ruang Wilayah Kota Medan, Sifat dan Fungsinya... 26
2.3. Rencana Detail (sub-sub wilayah)... 28
2.4. Mekanisme Perencanaan Program Pembangunan... 35
2.5. Forum Musyawarah Perencanaan Pembangunan (Musrenbang) ... 42
2.6. Forum Musyawarah Perencanaan Pembangunan (Musrenbang) Kecamatan ... 44
2.8. Hasil Penelitian Terdahulu... 46
2.9. Kerangka Berfikir ... 47
BAB III : METODE PENELITIAN ... 50
3.1. Lokasi Penelitian... 51
3.2. Populasi dan Sampel ... 52
3.3. Metode Pengumpulan Data ... 53
3.4. Defenisi Operasional... 56
BAB IV : HASIL DAN PEMBAHASAN... ... 60
4.1. Deskripsi Wilayah... 60
4.2. Gambaran Umum Responden ... 62
4.3. Hasil Penelitian ... 64
4.3.1. Analisis terhadap Keterlibatan Responden dalam Forum Musrenbang... 64
4.3.2. Analisis Pengetahuan/Pemahaman Responden tentang Rencana Tata Ruang Kota Medan ... 67
4.3.3. Analisis Pemanfaatan Rencana Tata Ruang Kota Medan dalam Pembangunan Wilayah ... 71
4.4. Pembahasan... 76
BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN... 85
5.1. Kesimpulan ... 85
5.2. Saran ... 86
DAFTAR TABEL
Tabel Judul Hal
Tabel 3.1 Daftar Populasi dan sampel Kecamatan Medan Belawan... 52
Tabel 3.2 Ciri-ciri Metode Kualitatif ... 55
Tabel 4.1. Komposisi Umur Responden ... 63
Tabel 4.2. Komposisi Pekerjaan Responden ... 64
Tabel 4.3. Persentase Responden yang Terlibat dalam Forum Musrenbang Tahun 2007 ... 66
Tabel 4.4. Alasan Ketidakhadiran Responden dalam Forum Musrenbang Kota Medan ... 67
Tabel 4.5. Pendapat/Alasan Responden tentang adanya Rencana Tata Ruang Kota Medan ... 68
Tabel 4.6. Pendapat/Alasan Responden tentang Maksud dan Tujuan Rencana Tata Ruang Kota Medan ... 69
Tabel 4.7. Alasan Responden berkaitan dengan Pengetahuan terhadap Maksud dan Tujuan Rencana Tata Ruang Kota Medan... 70
Tabel 4.8. Persentase Pemanfaatan Rencana Tata Ruang Kota Medan ... 72
DAFTAR GAMBAR
Gambar Judul Hal
Gambar 2.1. Contoh Rencana detail suatu wilayah ... .. 34
Gambar 2.2. Kerangka Berfikir... .. 47
DAFTAR LAMPIRAN
Lamp Judul
1. Questioner Penelitian
2. Peta Rencana Perluasan Kota Medan
3. Peta Konsep Pengembangan
4. Peta Sub Pusat Kota
5. Peta Kawasan Industri
6. Peta Pengembangan Eks Bandara Polonia
7. Peta Wilayah Metropolitan Medan Urban Development Project
8. Peta Flood Control Program
9. Peta Drainage Program
10. Peta Sewerage Program
11. Peta Solid Waste Program
12 . Peta Struktur Kota Medan Tahun 2005
13. Peta Pembagian Wilayah Pengembangan & Pembangunan
14. Peta Pembagian Wilayah Pengembangan & Pembangunan Tahun 2005
15. Peta Rencana dan Realisasi Sub Pusat Kota Kotamadya Medan
Tahun 1974 - 1993
16. Peta Hirarki Jalan
17. Peta Lokasi Perumahan Real Estate dan Perumnas
18. Peta Area Perbaikan Kampung/KIP (MUDP II)
19. Peta Penggunaan Tanah Eksisting
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 1992 tentang penataan
ruang mengatur tentang Perencanaan, Pemanfaatan dan Pengendalian Rencana Tata
Ruang. Pasal 22 ayat 3 menyebutkan bahwa rencana tata ruang kabupaten/kota
merupakan pedoman antara lain untuk :
a. Perumusan kebijaksanaan pokok pemanfaatan ruang wilayah kabupaten/kota.
b. Terwujudnya keterpaduan, keterikatan dan keseimbangan antar wilayah
kabupaten/kota.
c. Penetapan lokasi investasi yang dilaksanakan oleh pemerintah maupun
masyarakat di wilayah kabupaten/kota.
d. Pelaksanaan pembangunan dalam memanfaatkan ruang bagi kegiatan
pembangunan.
Pasal 22 ayat 4 menyebutkan bahwa Rencana Tata Ruang Wilayah
Kabupaten/Kota menjadi dasar untuk penerbitan perjanjian lokasi pembangunan.
Pasal 15 ayat 1 menyatakan bahwa pemanfaatan ruang dilakukan melalui pelaksanaan
program pemanfaatan ruang (beserta pembiayaannya) yang didasarkan atas rencana
tata ruang. Dalam Penjelasan Undang-undang Republik Indonesia Nomor 24 Tahun
dengan pemanfaatan ruang yang dilakukan oleh pemerintah dan masyarakat, baik
secara sendiri-sendiri maupun secara bersama. Memperhatikan peraturan tersebut,
maka pelaksanaan pembangunan yang memanfaatkan ruang harus sesuai dengan
rencana tata ruang yang telah ditetapkan, sehingga pemanfaatan ruang tidak akan
bertentangan dengan rencana tata ruang.
Rencana tata ruang merupakan pedoman pelaksanaan pembangunan yang
berisi kebijaksanaan strategis dan program-program pemanfaatan ruang dalam jangka
waktu perencanaan (Sujarto, 1990). Oleh karena itu, rencana tata ruang harus bersifat
realistis operasional yang berfungsi sebagai alat koordinasi bagi program-program
pembangunan dari berbagai sumber pendanaan, sebagai wujud pemanfaatan ruang
(Kartasasmita, 1996). Rencana tata ruang memiliki waktu perencanaan jangka
panjang dan jangka menengah, sesuai dengan jenis rencananya. Pemerintah
melaksanakan pembangunan. Untuk melaksanakan pembangunan terlebih dahulu
menyusun rencana program pembangunan tahunan. Rencana program pembangunan
tahunan disusun berpedoman pada rencana jangka menengah dan merupakan
perspektif rencana jangka panjang. Rencana program pembangunan tersebut
dijabarkan lagi ke dalam kegiatan pembangunan tahunan daerah sesuai dengan tahun
anggaran (Tjokroamidjoyo, 1990). Jadi, pada hakekatnya pemanfaatan rencana tata
ruang terwujud dalam rencana program pembangunan tahunan dalam bentuk
program-program pembangunan. Program pembangunan tahunan disusun melalui
Namun kenyataannya di lapangan, rencana tata ruang ini kurang
dimanfaatkan. Dalam musyawarah perencanaan pembangunan (Musrenbang) yang
dilaksanakan oleh kelurahan dan kecamatan, sering terjadi penyusunan program
rencana pembangunan hasil musrenbang tidak mengacu kepada rencana tata ruang.
Alasan yang dikemukakan para pelaksana dan peserta musrenbang selalu bahwa
mereka tidak memiliki dokumen rencana tata ruang, kalaupun mereka memilikinya
belum tentu bisa mengaplikasikannya baik di lapangan maupun penjelasan kepada
peserta musrenbang yang lain karena latar belakang aparatur di kelurahan dan
kecamatan bisa dikatakan tidak pernah dari tamatan sarjana teknik. Selain itu
sosialisasi dari instansi yang bertanggungjawab menyusun rencana tata ruang ini ke
kelurahan dan kecamatan tidak pernah, mereka mendengar tentang dokumen rencana
tata ruang ini hanya dari rapat-rapat yang dilaksanakan di pemerintah kota atau
bahkan hanya dari isu-isu saja, kalau secara langsung diampaikan kepada aparatur
kelurahan dan kecamatan hal ini belum pernah dilaksanakan ataupun serah terima
dari pejabat sebelumnya.
Mekanisme perencanaan program pembangunan dilaksanakan dalam bentuk
penyelenggaraan forum musrenbang daerah (Surat Edaran Menteri Dalam Negeri
Nomor 050/987/2003 tentang Pedoman Penyelenggaraan Forum Musyawarah
Perencanaan Pembangunan Partisipatif). Forum musrenbang daerah diselenggarakan
melalui urutan proses sebagai berikut :
Tahap 1 Forum Musyawarah Pembangunan Desa/Kelurahan (Forum Musrenbang
Tahap 2 Forum Musyawarah Perencanaan Pembangunan (Musrenbang)
Kecamatan.
Tahap 3 Forum Musyawarah Perencanaan Pembangunan (Musrenbang) Kota.
Forum Musrenbang mempunyai kedudukan serta fungsi yang penting dan
strategis dalam mengefektifkan, mengoptimalkan proses perencanaan pembangunan
daerah, terutama dalam rangka meningkatkan konsistensi dan sinkronisasi kebijakan,
pencapaian tujuan, sasaran, program dan kegiatan pembangunan daerah.
Penyelenggaraan forum musrenbang ditujukan untuk menghasilkan kesepakatan dan
komitmen di antara pelaku pembangunan atas isu strategis, kegiatan dan perkiraan
anggaran pembangunan tahunan daerah, dimana pengambilan keputusannya
dilakukan secara partisipatif dengan berpedoman pada dokumen perencanaan
pembangunan daerah. Forum musrenbang kota menghasilkan usulan program
pembangunan yang diperlukan guna menyusun Rencana Anggaran Pendapatan dan
Belanja.
Forum Musrenbang kota menghasilkan usulan rencana program
pembangunan. Untuk menyusun usulan program pembangunan, forum Musrenbang
kota melakukan proses seleksi terhadap usulan program pembangunan dari tingkat
kecamatan (forum musrenbang kecamatan) dan usulan program pembangunan dari
dinas, badan, lembaga dan kantor di tingkat kota. Untuk menyusun usulan program
pembangunan, forum musrenbang kecamatan melakukan proses seleksi terhadap
usulan program pembangunan dari tingkat kelurahan (forum musrenbang kelurahan)
menyusun usulan program pembangunan, forum musrenbang kelurahan melakukan
proses seleksi terhadap usulan rencana program pembangunan secara partisipatif,
yaitu usulan dari masyarakat melalui peserta forum musrenbang kelurahan.
Program pembangunan yang membutuhkan ruang harus berpedoman pada
rencana tata ruang (UU No.24 Tahun 1992), dengan kata lain dalam menyusun
program pembangunan harus memanfaatkan rencana tata ruang. Pada saat ini
rencana tata ruang belum terkait dengan sistem pelaksanaan pembangunan di daerah
penelitian, sehingga kurang operasional dalam penerapannya, sebagai akibatnya
rencana tata ruang kurang diperhatikan dalam forum musrenbang. Pandangan tersebut
menjelaskan bahwa, rencana tata ruang kurang dijabarkan ke dalam rencana program
pembangunan tahunan yang dibahas dalam forum koordinasi pembangunan,
akibatnya ada program yang sesuai dengan rencana tata ruang dan ada program yang
tidak sesuai dengan rencana tata ruang. Sesuai atau tidaknya usulan program/proyek
yang dibahas dalam forum dengan rencana tata ruang, ditentukan oleh kesesuaian
lokasi program dengan rencana tata ruang (Oetomo, 1998).
Program yang tidak sesuai dengan rencana tata ruang akan menimbulkan
ketidak konsistenan dalam pemanfaatan ruang yang ada. Untuk mendalami hal
tersebut, dipilih Kota Medan sebagai daerah studi. Pemerintah Kota Medan untuk
melaksanakan pembangunan, terlebih dahulu menyusun rencana program
pembangunan melalui mekanisme perencanaan program pembangunan. Kota Medan
ditetapkan berdasarkan Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 4 Tahun 1995. Dalam
Perda Kota Medan Nomor 4 Tahun 1995, Pasal 1 menyebutkan bahwa rencana umum
tata ruang kota (RUTRK) pada prinsipnya diarahkan untuk memperoleh gambaran
perencanaan, pemanfaatan dan pengendalian serta fungsi ruang atau lahan
Kotamadya Daerah Tingkat II Medan saat ini dan untuk masa mendatang, guna
menentukan aspek strategis dan struktur kota yang berdaya guna, tepat guna serta
mengarahkan pertumbuhan dan perkembangan kota sehingga dapat terjaga
kelangsungan dan kelestariannya.
Namun di kelurahan dan kecamatan ada indikasi bahwa Rencana Tata Ruang
tidak dijadikan pedoman dalam pengajuan rencana program-program pembangunan
baik oleh masyarakat maupun pengusaha.
Pemerintah Kota Medan melalui Badan Perencanaan Pembangunan Kota
Medan pada Tahun 2005 melakukan evaluasi terhadap rencana tata ruang wilayah
Kota Medan. Hasil evaluasi yang telah dilakukan untuk kesesuaian antara program
pembangunan yang membutuhkan ruang (baik program pembangunan yang telah
maupun yang sedang dilaksanakan) terhadap rencana tata ruang. Evaluasi dilakukan
untuk mengukur materi struktur pemanfaatan ruang (jenis, lokasi, luasan), struktur
utama tingkat pelayanan (pusat pelayanan), sistem utama transportasi dan sistem
utama jaringan utilitas. Hasil evaluasi tersebut menyimpulkan bahwa pemanfaatan
1.2. Perumusan Masalah
Masih rendahnya pemanfaatan rencana tata ruang dalam program
pembangunan di Kota Medan menunjukkan perlu usaha untuk meningkatkan
pemanfaatan rencana tata ruang. Usaha-usaha tersebut antara lain melalui perumusan
usaha meningkatkan penggunaan rencana tata ruang dalam mekanisme perencanaan
program pembangunan. Perumusan usaha dengan cara mengurangi bahkan
menghilangkan faktor-faktor penyebab tidak digunakannya rencana tata ruang dalam
proses penyusunan usulan program pembangunan. Oleh karena hal tersebut, studi ini
akan merumuskan faktor penyebab tidak digunakannya rencana tata ruang pada
proses pengusulan program pembangunan dalam forum koordinasi pembangunan.
Berdasarkan temuan faktor-faktor tersebut, dilakukan perumusan usaha-usaha yang
perlu dilakukan guna mengurangi atau menghilangkan faktor-faktor penyebab tidak
dipergunakannya rencana tata ruang dalam proses penyusunan rencana program
pembangunan.
Dalam penelitian ini, persoalan rendahnya pemanfaatan rencana tata ruang
maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut :
1. Apakah rencana tata ruang kota telah dimanfaatkan sebagai pedoman perencanaan
pembangunan kota Medan ?
2. Faktor-faktor apakah yang menghambat pemanfaatan rencana tata ruang
1.3. Tujuan Penelitian
Bertolak dari permasalahan di atas, maka penelitian ini bertujuan untuk
merumuskan upaya peningkatan pemanfaatan rencana tata ruang dalam mekanisme
perencanaan program pembangunan di Kota Medan yang diurai dalam 2 (dua) tujuan,
yaitu :
1. Untuk mengetahui sejauhmana pemanfaatan rencana tata ruang dalam mekanisme
perencanaan program pembangunan
2. Perumusan faktor-faktor apa yang menghambat pemanfaatan rencana tata ruang
dalam mekanisme perencanaan program pembangunan di Kota Medan.
1.4. Manfaat Penelitian
1. Bagi perencana kota merupakan masukan sebagai bahan pertimbangan di dalam
mengembangkan konsep-konsep, atau teori-teori rencana kota pada umumnya,
khususnya dalam menyusun indikasi program-program pelaksanaan rencana tata
ruang
2. Bagi Pemerintah Kota Medan, terutama instansi yang berkepentingan dengan
rencana kota (seperti Dinas Tata Kota dan Bappeda), dapat dijadikan bahan
pertimbangan dalam usaha meningkatkan pemanfaatan rencana tata ruang dalam
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pemanfaatan Rencana Tata Ruang
Pada dasarnya, penataan ruang bertujuan agar pemanfaatan ruang yang
berwawasan lingkungan, pengaturan pemanfaatan ruang pada kawasan lindung dan
budi daya dapat terlaksana, dan pemanfaatan ruang yang berkualitas dapat tercapai.
Upaya penataan ruang un juga dilakukan untuk menciptakan pembangunan yang
berkelanjutan dalam kaitan dengan pertumbuhan ekonomi dan pemerataannya.
Penataan ruang secara umum memiliki pengertian sebagai suatu proses yang
meliputi proses perencanaan, pelaksanaan atau pemanfaatan ruang, dan pengendalian
pelaksanaan atau pemanfaatan ruang yang harus terkait satu sama lain. Jadi di dalam
penataan ruang terkandung sebagai pengertian mengenai tata ruang yang
komprehensif.
Tata ruang adalah wujud struktural dan pola pemanfaatan ruang baik direncanakan
maupun tidak (UU No.24 Tahun 1992, Pasal 1). Hal tersebut juga dikemukakan oleh
Djoko Sujarto (2002) yang menyebutkan bahwa tata ruang adalah wujud struktural
dan pola pemanfaatan ruang yang merupakan wadah kehidupan.
Penataan ruang (UU No.24 Tahun 1992, Pasal 1) mencakup proses
perencanaan tata ruang, proses pemanfaatan ruang, dan pengendalian pemanfaatan
Langkah awal penataan ruang adalah penyusunan rencana tata ruang. Rencana
tata ruang diperlukan untuk mewujudkan tata ruang yang memungkinkan semua
kepentingan manusia dapat terpenuhi secara optimal. Oleh karena itu, rencana tata
ruang merupakan bagian yang penting dalam proses pembangunan, bahkan
persyaratan untuk dilaksanakannya pembangunan, baik bagi daerah-daerah yang
sudah tinggi intensitas kegiatannya maupun bagi daerah-daerah yang baru mulai
tumbuh dan berkembang (Kartasasmita, 1997).
Rencana tata ruang merupakan (Sujarto,1992):
1. Penjabaran rencana penataan ruang suatu wilayah secara integral dari suatu
kebijaksanaan dan rencana pembangunan wilayah.
2. Rumusan tata ruang yang menyangkut arahan penetapan wilayah lindung,
wilayah budi daya dan pemanfaatan serta penggunaan lahan bagi suatu wilayah,
jaringan prasarana serta penataan wilayah konservasi yang ditinjau dalam kaitan
yang menyeluruh dan integral menyangkut pengaruhnya dengan bagian bawah
bumi dan angkasa.
Rencana tata ruang adalah hasil perencanaan tata ruang. Tata ruang
merupakan wujud struktural dan pola pemanfaatan ruang baik direncanakan maupun
tidak (Pasal 1 UU No. 24 Tahun 1992). Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW)
Kabupaten/Kota adalah rencana tata ruang wilayah administrasi kabupaten dengan
tingkat ketelitian peta skala 1:100.000 sampai dengan 1:150.000 dengan jangka
waktu perencanaan 10 tahun. Rencana tata ruang wilayah kabupaten/kota merupakan
pemanfaatan ruang, rencana struktur dan pola pemanfaatan ruang, rencana umum tata
ruang dan pedoman pengendalian pemanfaatan ruang.
Tujuan perencanaan tata ruang wilayah kota adalah mewujudkan rencana tata
ruang kota yang berkualitas, serasi dan optimal, sesuai dengan kebijaksanaan
pembangunan daerah serta sesuai dengan kebutuhan pembangunan dan kemampuan
daya dukung lingkungan. Fungsi rencana tata ruang wilayah kota adalah:
1. Sebagai penjabaran dari rencana tata ruang provinsi dan kebijakan regional tata
ruang lainnya.
2. Sebagai matra ruang dari pembangunan daerah.
3. Sebagai dasar kebijaksanaan pokok pemanfaatan ruang di wilayah kota.
4. Sebagai alat untuk mewujudkan keseimbangan perkembangan antar wilayah kota
dan antar kawasan serta keserasian antar sektor.
5. Sebagai alat untuk mengalokasikan investasi yang dilakukan pemerintah,
masyarakat dan swasta.
6. Sebagai pedoman untuk penyusunan rencana rinci tata ruang kawasan.
7. Sebagai dasar pengendalian pemanfaatan ruang
8. Sebagai dasar pemberian izin lokasi pembangunan skala besar.
Lebih jauh, rencana tata ruang kota dipergunakan sebagai acuan dalam
penyusunan maupun pelaksanaan program pembangunan di wilayah kota yang
1. Bagi departemen/instansi pusat dan pemerintah provinsi, digunakan dalam
penyusunan program-program dan proyek-proyek pembangunan lima tahunan
dan tahunan secara terkoordinasi dan terintegrasi.
2. Bagi pemerintah kota, digunakan dalam penyusunan program-program dan
proyek-proyek pembangunan lima tahunan dan tahunan di wilayah kota yang
bersangkutan.
3. Bagi pemerintah kota dalam penetapan investasi yang dilaksanakan pemerintah,
masyarakat dan swasta, digunakan sebagai acuan dalam perijinan pemanfaatan
ruang serta pelaksanaan kegiatan pembangunan di wilayah kota.
Materi dalam rencana tata ruang kota memuat 4 (empat) bagian utama yaitu:
1. Tujuan pemanfaatan ruang wilayah kota, untuk meningkatkan kesejahteraan
masyarakat dan pertahanan kemanan, yang meliputi:
a. Tujuan pemanfaatan ruang
b. Konsep pembangunan tata ruang kota
c. Strategi pembangunan tata ruang kota
2. Rencana struktur dan pola pemanfaatan ruang wilayah kota, yang meliputi:
a. Rencana struktur tata ruang, yang berfungsi memberi arahan kerangka
pengembangan wilayah, yaitu:
- Rencana sistem kegiatan pembangunan
- Rencana sistem permukiman perdesaan dan perkotaan
b. Rencana pola pemanfaatan ruang, yang ditujukan sebagai penyebaran
kegiatan budidaya dan perlindungan.
3. Rencana umum tata ruang wilayah, meliputi:
a. Rencana pengelolaan kawasan lindung dan kawasan budidaya.
b. Rencana pengelolaan kawasan perkotaan, perdesaan dan kawasan tertentu.
c. Rencana pembangunan kawasan yang diprioritaskan.
d. Rencana pengaturan penguasaan dan pemanfaatan serta penggunaan ruang
wilayah.
4. Pengendalian pemanfaatan ruang wilayah kota
Pengendalian merupakan upaya-upaya pengawasan, pelaporan, evaluasi dan
penertiban terhadap pengelolaan, penanganan dan intervensi sebagai
implementasi dari strategi pengembangan tata ruang dan penatagunaan sumber
daya alam, agar kegiatan pembangunan yang memanfaatkan ruang sesuai dengan
perwujudan rencana tata ruang kota yang telah ditetapkan.
Berdasarkan uraian tersebut, maka rencana tata ruang merupakan suatu
rencana yang mengikat semua pihak, yang berbentuk alokasi peruntukan ruang di
suatu wilayah perencanaan. Rencana tata ruang dengan demikian merupakan
keputusan publik yang mengatur alokasi ruang, dimana masyarakat, swasta dan
pemerintah perlu mengacunya. Oleh karena itu, suatu rencana tata ruang akan
dimanfaatkan untuk diwujudkan apabila dalam perencanaannya sesuai dan tidak
bertentangan dengan kehendak seluruh pemanfaatnya serta karakteristik dan kondisi
pemanfaatan ruang bagi para pemanfaatnya. Dilengkapi dengan kesadaran
pertimbangan pembiayaan dan waktu, maka dengan kata lain suatu rencana tata ruang
harus disusun dalam suatu wawasan yang lengkap dan terpadu serta operasional, yang
tentu saja tingkat operasionalnya disesuaikan dengan tingkat hirarki dan fungsi dari
rencana tata ruang tersebut (Patta, 1995).
Selain itu, rencana tata ruang hendaknya (Kiprah, 2001:22):
1. Quickly yielding: rencana tata ruang mampu menganalisis pertumbuhan dan perkembangan daerah, menghasilkan langkah-langkah serta tahapan-tahapan dan
waktu pelaksanaan pembangunan untuk kurun waktu tertentu.
2. Political friendly. demokratisasi dan transparansi sudah menjadi kebutuhan dalam seluruh rangkaian proses penyusunannya. Pengetahuan-pengetahuan rencana tata
ruang mulai dari rembug desa hingga penetapan oleh DPRD sangat menentukan
kewibawaan rencana tata ruang.
3. User friendly. Mudah dimengerti dan dipahami oleh segenap lapisan masyarakat. Sosialisasi perlu dilakukan terus menerus, sehingga masyarakat mudah
memahami rencana dan perkembangan yang terjadi.
4. Market friendly. Rencana tata ruang membuka peluang kepentingan dunia usaha dan rencana penanaman investasi dengan memperhatikan rencana tata guna tanah
yang sesuai dengan peruntukannya.
Lebih lanjut, suatu rencana tata ruang akan berhasil bila memenuhi
kriteria/unsur-unsur:
1. Disusun berdasarkan orientasi pasar. Rencana tata ruang memiliki peluang bagi
aktor atau stakeholders mengikuti dan mengisi tata ruang tersebut.
2. Mempunyai batasan-batasan yang jelas terutama menyangkut kewenangan
masing-masing aktor dan stakeholders agar mempunyai kepastian hukum yang
jelas.
3. Disusun untuk mengurangi dampak psikologis yang berkembang di dalam
masyarakat dan mengakomodasikan berbagai kepentingan pelaku pembangunan,
baik kelompok minoritas (misalnya pengembang, kontraktor) maupun mayoritas
(masyarakat).
4. Mempunyai informasi yang jelas mengenai tahapan pelaksanaan pembangunan
dan kapan rencana tersebut dilaksanakan.
5. Memiliki konsep pembangunan fisik, sosial dan ekonomi yang pasti, masyarakat
mengetahui alokasi pembangunan dan pengembangan, sehingga diperoleh
informasi daerah/kawasan yang dapat dikembangkan dan dipertahankan.
6. Disusun untuk membangun kebersamaan, memperoleh kesepakatan dengan
menunjukkan pula kelemahan dan kelebihan rencana tata ruang serta dampak
yang akan ditimbulkannya, baik positif maupun negatif.
Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa rencana tata ruang
diharapkan mampu menjawab rencana pelaksanaan pembangunan. Diperlukan suatu
rencana dengan berbagai kelemahan dan kelebihan masing-masing serta segala
konsekuensinya. Alternatif tersebut merupakan pilihan-pilihan yang mempunyai
resiko kegagalan pembangunan yang terkecil.
Kegiatan pembangunan dan gerakan masyarakat yang makin dinamis
menimbulkan konflik penggunaan lahan yang makin rumit dan sukar diatasi sehingga
membangkitkan berbagai masalah sosial dan budaya. Berbagai sektor pembangunan
membangun di dalam ruang yang sama dan masing-masing melakukan pembangunan
menurut peraturan perundangan sektornya. Kondisi ini semakin lama menimbulkan
konflik antara berbagai kepentingan. Oleh karena itu, sejak tahun 1992 diberlakukan
Undang-undang No. 24 Tahun 1992 tentang Penataan Ruang yang dirancang untuk
memadukan berbagai pengaturan ruang yang bersifat sektoral menjadi suatu kesatuan
yang saling berkait dan memberi tempat bagi keperluan semua sektor dan semua
orang serta memelihara fungsi lingkungan hidup. Undang-undang tersebut
merumuskan kawasan budidaya dan kawasan lindung serta ketentuan-ketentuan
perencanaan dan penggunaan ruang yang lebih maju tidak hanya dari aspek fisik
ruang, tetapi juga aspek ekonomi, sosial, budaya, ekonomi serta pertahanan dan
keamanan.
Pada dasarnya, penataan ruang bertujuan agar pemanfaatan ruang yang
berwawasan lingkungan, pengaturan pemanfaatan ruang pada kawasan lindung dan
budi daya dapat terlaksana, dan pemanfaatan ruang yang berkualitas dapat tercapai.
Upaya penataan ruang juga dilakukan untuk menciptakan pembangunan yang
Penataan ruang secara umum memiliki pengertian sebagai suatu proses yang
meliputi proses perencanaan, pelaksanaan atau pemanfaatan ruang, dan pengendalian
pelaksanaan atau pemanfaatan ruang yang harus terkait satu sama lain. Jadi di dalam
penataan ruang terkandung sebagai pengertian mengenai tata ruang yang
komprehensif.
Berdasarkan Undang-undang No. 24 Tahun 1992 tentang Penataan Ruang,
kegiatan penataan ruang terdiri dari perencanaan ruang, pemanfaatan ruang dan
pengendalian pemanfaatan ruang. Dengan demikian, penataan ruang pada dasarnya
meliputi pengertian manajemen ruang. Menurut undang-undang tersebut, disebutkan
pula bahwa rencana tata ruang adalah hasil perencanaan tata ruang yang dilakukan
melalui proses dan prosedur penyusunan serta penetapan rencana tata ruang
berdasarkan ketentuan peraturan perundangan-undangan yang berlaku. Atas dasar
penjelasan tersebut maka rencana tata ruang disusun melalui proses perencanaan yang
disertai kesadaran sepenuhnya akan aspek pemanfaatan ruang dalam
opersionalisasinya dan aspek pengendalian dalam implementasi dan evaluasinya.
Dengan kesadaran ini maka produk perencanaan tata ruang sejak awal disusun
berdasarkan suatu wawasan keahlian yang telah mempertimbangkan aspek
operasionalisasinya, sesuai dengan tingkatan hirarkis dan fungsional dari rencana tata
ruang yang ingin dihasilkan. Dampak logisnya adalah suatu rencana tata ruang, dari
pemikiran, maksud dan nilai-nilai yang terkandung didalamnya, sudah seyogianya
Penataan ruang harus menghasilkan rencana tata ruang yang mempunyai daya
antisipasi tinggi terhadap perkembangan dan tidak kalah cepat dengan kebutuhan
pembangunan, disamping itu harus bersifat realistis operasional dan benar-benar
mampu berfungsi sebagai instrumen koordinasi bagi program-program pembangunan
dari berbagai sumber pendanaan (Kartasasmita, 1996).
Hal yang sama juga dikemukakan oleh Taylor (1982) bahwa perencanaan yang baik
adalah rencana yang memiliki respon dan fleksibilitas yang tinggi terhadap adanya
perubahan. Hal ini tentunya memerlukan pengelolaan dan sistem yang mampu untuk
mendefinisikan dan melakukan pemutakhiran data sebagai umpan balik dalam
perencanaan.
Kegiatan pembangunan dan gerakan masyarakat yang makin dinamis
menimbulkan konflik penggunaan lahan yang makin rumit dan sukar diatasi sehingga
membangkitkan berbagai masalah sosial dan budaya. Berbagai sektor pembangunan
membangun di dalam ruang yang sama dan masing-masing melakukan pembangunan
menurut peraturan perundangan sektornya. Kondisi ini semakin lama menimbulkan
konflik antara berbagai kepentingan. Oleh karena itu, sejak tahun 1992 diberlakukan
Undang-undang No. 24 Tahun 1992 tentang Penataan Ruang yang dirancang untuk
memadukan berbagai pengaturan ruang yang bersifat sektoral menjadi suatu kesatuan
yang saling berkait dan memberi tempat bagi keperluan semua sektor dan semua
orang serta memelihara fungsi lingkungan hidup. Undang-undang tersebut
merumuskan kawasan budidaya dan kawasan lindung serta ketentuan-ketentuan
ruang, tetapi juga aspek ekonomi, sosial, budaya, ekonomi serta pertahanan dan
keamanan.
Pada dasarnya, penataan ruang bertujuan agar pemanfaatan ruang yang
berwawasan lingkungan, pengaturan pemanfaatan ruang pada kawasan lindung dan
budi daya dapat terlaksana, dan pemanfaatan ruang yang berkualitas dapat tercapai.
Upaya penataan ruang juga dilakukan untuk menciptakan pembangunan yang
berkelanjutan dalam kaitan dengan pertumbuhan ekonomi dan pemerataannya.
Penataan ruang secara umum memiliki pengertian sebagai suatu proses yang
meliputi proses perencanaan, pelaksanaan atau pemanfaatan ruang, dan pengendalian
pelaksanaan atau pemanfaatan ruang yang harus terkait satu sama lain. Jadi di dalam
penataan ruang terkandung sebagai pengertian mengenai tata ruang yang
komprehensif.
Berdasarkan Undang-undang No. 24 Tahun 1992 tentang Penataan Ruang,
kegiatan penataan ruang terdiri dari perencanaan ruang, pemanfaatan ruang dan
pengendalian pemanfaatan ruang. Dengan demikian, penataan ruang pada dasarnya
meliputi pengertian manajemen ruang. Menurut undang-undang tersebut, disebutkan
pula bahwa rencana tata ruang adalah hasil perencanaan tata ruang yang dilakukan
melalui proses dan prosedur penyusunan serta penetapan rencana tata ruang
berdasarkan ketentuan peraturan perundangan-undangan yang berlaku. Atas dasar
penjelasan tersebut maka rencana tata ruang disusun melalui proses perencanaan yang
disertai kesadaran sepenuhnya akan aspek pemanfaatan ruang dalam
Dengan kesadaran ini maka produk perencanaan tata ruang sejak awal disusun
berdasarkan suatu wawasan keahlian yang telah mempertimbangkan aspek
operasionalisasinya, sesuai dengan tingkatan hirarkis dan fungsional dari rencana tata
ruang yang ingin dihasilkan. Dampak logisnya adalah suatu rencana tata ruang, dari
pemikiran, maksud dan nilai-nilai yang terkandung didalamnya, sudah seyogianya
adalah dokumen hukum yang siap diimplementasikan (Patta, 1995).
Penataan ruang harus menghasilkan rencana tata ruang yang mempunyai daya
antisipasi tinggi terhadap perkembangan dan tidak kalah cepat dengan kebutuhan
pembangunan, disamping itu harus bersifat realistis operasional dan benar-benar
mampu berfungsi sebagai instrumen koordinasi bagi program-program pembangunan
dari berbagai sumber pendanaan (Kartasasmita, 1996).
Hal yang sama juga dikemukakan oleh Taylor (1982) bahwa perencanaan yang baik
adalah rencana yang memiliki respon dan fleksibilitas yang tinggi terhadap adanya
perubahan. Hal ini tentunya memerlukan pengelolaan dan sistem yang mampu untuk
mendefinisikan dan melakukan pemutakhiran data sebagai umpan balik dalam
perencanaan.
Rencana tata ruang merupakan pedoman operasionalisasi dari pemanfaatan
ruang. Pasal 22 ayat 3 Undang-undang Nomor 24 Tahun 1992 menyebutkan, bahwa
rencana tata ruang akan berfungsi sebagai pedoman untuk :
1) Perumusan kebijaksanaan pokok pemanfaatan ruang di wilayah kabupaten/ kota
2) Mewujudkan keterpaduan, keterkaitan, dan keseimbangan perkembangan antar
wilayah kabupaten/kota serta keserasian antar sektor.
Proses pemanfaatan ruang terdiri dari kegiatan dan rincian kegiatan sesuai
dengan tingkatan pemerintah. Kegiatan dan rincian tersebut antara lain (Oetomo,
1996) :
1) Pengaturan kawasan lindung dan budidaya
2) Penetapan kebijaksanaan insentif dan disinsentif
3) Penyelarasan antara program pembangunan dan rencana tata ruang
Undang-undang Nomor 24 Tahun 1992 Pasal 15 menjelaskan bahwa :
1) Pemanfaatan tata ruang dilakukan melalui pelaksanaan program pemanfaatan
ruang beserta pembiayaannya yang didasarkan atas rencana tata ruang.
2) Pemanfaatan ruang sebagaimana dimaksud dalam ayat 1 diselenggarakan secara
bertahap sesuai dengan jangka waktu yang ditetapkan dalam rencana tata ruang.
Untuk memanfaatkan ruang dikembangkan perangkat insentif dan disinsentif.
Perangkat insentif merupakan pengaturan yang bertujuan memberikan rangsangan
terhadap kegiatan yang selaras dengan tujuan rencana tata ruang, perangkat
disinsentif merupakan pengaturan yang bertujuan membatasi pertumbuhan atau
mengurangi kegiatan yang tidak selaras dengan tujuan rencana tata ruang (Oetomo,
1996).
Unsur-unsur perencanaan pembangunan yang perlu diperhatikan antara lain :
(Tjokroamidjojo, 1990)
1) Kebijaksanaan dasar atau strategi dasar yang juga disebut sebagai tujuan, arah,
2) Kerangka rencana makro yang dihubungkan dengan berbagai variabel
pembangunan
3) Perkiraan sumber-sumber pembangunan
4) Program investasi dan administrasi pembangunan
Menurut Friedman (1987) perencanaan pembangunan harus memiliki,
mengetahui dan memperhitungkan beberapa unsur pokok, yaitu :
1) Sasaran-sasaran dan prioritas untuk mewujudkannya.
2) Jangka waktu untuk mencapai sasaran-sasaran tersebut
3) Masalah-masalah yang dihadapi
4) Modal atau sumber daya yang akan digunakan serta pengalokasiannya
5) Kebijaksanaan-kebijaksanaan untuk melaksanakannya
6) Orang, organisasi atau badan pelaksana
Perencanaan terdiri dari rencana jangka panjang, rencana jangka menengah
dan rencana tahunan. Rencana tahunan merupakan bagian dan peralatan dalam
pelaksanaan rencana jangka menengah dan jangka panjang. Pemerintah untuk
melaksanakan pembangunan terlebih dahulu menyusun rencana pembangunan
tahunan. Rencana jangka menengah dijabarkan ke dalam rencana tahunan dengan
cara penyusunan kebijaksanaan dan program kegiatan yang lebih konkrit, sehingga
perencanaan menjadi lebih bersifat operasional (Tjokroamidjojo, 1990). Agar suatu
rencana dapat dilaksanakan, maka perencanaan harus memuat isi yang operatif dan
operasional tahunan. Dalam hal ini perencanaan jangka menengah lebih merupakan
pedoman pengarahan kegiatan dan perkembangan yang harus ditempuh, perlu
disesuaikan setiap tahun pelaksanaan sesuai dengan perkembangan kemajuan dan
perubahan-perubahan. Selain itu, perencanaan operasional tahunan memberikan
kerangka koordinasi dalam pembangunan.
Untuk menyusun rencana operasional tahunan langkah-langkah yang perlu
dilakukan adalah (Tjokroamidjojo, 1990) :
1) Mengadakan tinjauan terhadap keadaan tahun yang lalu dalam pelaksanaan
pembangunan dan mengadakan perkiraan perkembangan untuk tahun yang akan
datang.
2) Suatu perkiraan mengenai perkembangan untuk tahun mendatang merupakan
unsur penting dalam penyusunan rencana operasional tahunan
3) Melakukan penelitian sumber-sumber yang dibutuhkan dan tersedia bagi
pembangunan, khususnya sumber-sumber pembiayaan, sumber-sumber bahan
vital
4) Merumuskan tujuan dan perkiraan hasil pelaksanaan pembangunan untuk tahun
yang bersangkutan dalam rangka realisasi rencana jangka menengah serta
kebijaksanaan jangka pendek lainnya
5) Menyusun kerangka kebijaksanaan pembangunan yang konsisten guna
6) Menyusun rencana sektoral yang terdiri dari berbagai program pembangunan
yang konsisten sesuai dengan kebijaksanaan untuk mencapai tujuan rencana
tahunan, selaras dengan prioritas yang telah ditetapkan sebelumnya. Program ini
kemudian dirinci kedalam berbagai proyek pembangunan dengan rencana
pembiayaannya.
Rencana pembangunan tahunan baru akan bersifat operasional apabila
anggarannya tersedia. Rencana tahunan daerah harus tercermin dalam anggaran
belanja daerah, demikian pula rencana anggaran belanja harus mencerminkan
program-program pembangunan dan tujuan pembangunan. Memperhatikan uraian
tentang pemanfaatan ruang dan rencana pembangunan tahunan daerah di atas, dapat
disimpulkan bahwa di dalam menyusun rencana pembangunan tahunan daerah harus
berpedoman kepada rencana tata ruang.
Rencana operasional tahunan memuat program-program sektoral tertentu
untuk mendukung pencapaian tujuan rencana. Program-program tersebut kemudian
diperinci dalam proyek-proyek dan selanjutnya tiap proyek dikaitkan dengan rencana
pembiayaan. Dalam studi ini penyusunan rencana pembiayaan tidak dibahas.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan, bahwa di dalam menyusun
rencana program pembangunan tahunan harus selaras dengan rencana tata ruang.
Rencana pembangunan tahunan disusun melalui suatu mekanisme perencanaan
program pembangunan dalam suatu forum koordinasi pembangunan.
Koordinasi pembangunan adalah suatu proses interaksi melalui komunikasi
keterpaduan dan sinergi program pembangunan bagi upaya pencapaian tujuan,
sasaran, pemanfaatan sumber daya dan pemecahan konflik kepentingan (Kustiwan,
2002).
Usaha pembangunan menghendaki adanya kebijaksanaan dan program
pembangunan. Perencanaan maupun pelaksanaan untuk mencapai kebijaksanaan
maupun program pembangunan tersebut dilakukan oleh banyak instansi pemerintahan
dan masyarakat. Berbagai pelaksanaan program dan pencapaian sasaran
pembangunan merupakan kegiatan yang bersifat antar sektor dan antar lembaga.
Kurangnya koordinasi sering merupakan hambatan dalam pelaksanaan berbagai jenis
kegiatan dan program pembangunan. Koordinasi perlu dilakukan pada tingkat
perencanaan program pembangunan. Pada tingkat perencanaan ini perlu diperhatikan
pembagian tugas pelaksanaan yang akan dilakukan oleh berbagai lembaga atau badan
pemerintah, dengan demikian badan atau lembaga pemerintah dapat mengetahui
secara jelas wilayah tanggung jawabnya.
Untuk berkomunikasi dan berkoordinasi pelaksanaan berbagai program
diperlukan forum koordinasi pelaksanaan pembangunan, karena (Kunarjo, 1992) :
1. Perlu ditentukan secara jelas siapa yang atau lembaga mana yang diserahi
mengkoordinasikan program
2. Perlu menyusun program pelaksanaan pembangunan secara baik
3. Dalam pelaksanaan program, dasar prinsip fungsionalisasi perlu dituangkan ke
dalam rangkaian prosedur yang serasi, jelas dan ditaati oleh semua pihak yang
4. Perlu diciptakan hubungan kerja yang baik
5. Perlu diusahakan koordinasi dalam proses penyusunan rencana program dan
rencana pembiayaannya
Forum koordinasi untuk menyusun program pembangunan tahunan
diselenggarakan melalui suatu mekanisme penyusunan program pembangunan dalam
bentuk forum koordinasi pembangunan partisipatif.
2.2. Rencana Umum Tata Ruang Wilayah Kota Medan, Sifat dan
Fungsinya
Sifat rencana umum tata ruang kota Medan adalah dinamis dan berkelanjutan,
sehingga suatu rencana tidak bersifat permanen tetapi fleksibel dan dinamis. Pasal 33
Permendagri Nomor 2 Tahun 1987 menyatakan bahwa kegiatan peninjauan kembali
rencana kota tersebut lebih ditujukan untuk menjaga keseimbangan pelaksanan
pembanmgunan antara satu tahap dengan tahap berikutnya secara terpadu baik antar
sub sektor maupun untuk penyesuaian perubahan di bidang sosial ekonomi dan fisik.
Rencana umum tata ruang kota Medan berfungsi sebagai acuan informasi
yang dapat dipakai sebagai basis dalam upaya penanganan pembangunan fisik di
kawasan kota Medan dan memberikan arahan pembangunan fisik di kawasan
pinggiran Kota Medan. Acuan informasi ini harus mudah dimengerti oleh
masyarakat umum dan segala unsur yang terkait.
Tata ruang merupakan wujud struktural dan pola pemanfaatan ruang yang
udara termasuk didalamnya tanah, air, udara dan benda lainnya serta daya, yang
merupakan suatu keadaan kesatuan wilayah tempat manusia dan mahluk hidup
lainnya melakukan kegiatan dan memelihara keberlangsungan hidupnya (Sujarto,
1992).
Menurut Wetzling (1978), tata ruang terkait dengan segala sesuatu yang
berada di dalam ruang sebagai wadah penyelenggaraan kehidupan sehingga
menunjukkan distribusi tindakan manusia dan kegiatannya untuk mencapai tujuan.
Oleh karena itu, tata ruang merupakan jabaran dari produk perencanaan fisik. Di sisi
lain, Foley (1967) beranggapan bahwa kerangka konsepsi tata ruang meluas
menyangkut wawasan yang disebutnya sebagai wawasan bukan ketataruangan di
samping adanya wawasan ketataruangan. Hal ini didasarkan pada kenyataan bahwa
struktur fisik sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor non fisik seperti organisasi, pola
sosial budaya dan nilai kehidupan komunitas (Wheaton, 1974 dan Porteous, 1977).
Tata ruang mengandung arti penataan segala sesuatu yang berada di dalam
ruang sebagai wadah penyelenggaraan kehidupan. Tata ruang pada hakekatnya
merupakan lingkungan fisik dimana terdapat hubungan organisatoris antara berbagai
macam obyek dan manusia yang terpisah dalam ruang tertentu (Rapoport, 1980).
Jadi berfungsinya suatu tatanan ruang akan sangat ditentukan oleh
komponen-komponen pembentuknya yang merupakan perwujudan tatanan aktivitas. Dengan
kata lain, penataan ruang merupakan proses pengalokasian aktivitas atau kegiatan
2.3. Rencana Detail (sub-sub wilayah)
Pengertian perencanaan dikemukakan oleh beberapa ahli, yang saling
melengkapi satu dengan yang lainnya. Perencanaan dibutuhkan karena kebutuhan
pembangunan lebih besar dari sumber-sumber yang tersedia (Friedmann, 1987).
Melalui perencanaan ingin dirumuskan kegiatan pembangunan yang secara efisien
dan efektif dapat memberikan hasil yang optimal dalam memanfaatkan sumber daya
yang tersedia dan mengembangkan potensi yang ada. Friedmann (1987) menyatakan
bahwa perencanaan merupakan kegiatan yang sistematis untuk memaksimalkan
pemanfaatan sumber-sumber yang tersedia dalam rangka meminimalkan konflik.
Sama halnya dengan Friedman, Dusseldorp (1980) menyatakan bahwa secara
harfiah perencanaan dapat diartikan sebagai proses kegiatan sebelum tindakan
sesungguhnya dilakukan. Perencanaan tersebut dapat berupa satu kegiatan atau
bagian dari satu kegiatan yang dilakukan secara sadar oleh manusia. Dalam lingkup
pengertian yang umum, perencanaan dapat diartikan sebagai suatu usaha untuk
memanfaatkan sumber-sumber yang tersedia dengan memperhatikan segala
keterbatasan dan pembatasan yang ada guna mencapai suatu tujuan secara efisien dan
efektif (Sujarto, 1985). Tjokroamidjojo (1996) menyebutkan beberapa pengertian
perencanaan, antara lain:
1. Perencanaan merupakan proses mempersiapkan secara sistematis
kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan untuk mencapai sesuatu tujuan tertentu.
2. Perencanaan merupakan suatu cara bagaimana mencapai tujuan sebaik-baiknya
3. Perencanaan pembangunan adalah suatu pengarahan penggunaan sumber-sumber
pembangunan yang terbatas adanya untuk mencapai tujuan keadaan sosial
ekonomi yang lebih baik secara lebih efisien dan efektif.
Sujarto (1990) menyebutkan terdapat unsur-unsur pokok yang terkandung
dalam perencanaan, yaitu:
1. Unsur keinginan atau cita-cita;
2. Unsur tujuan dan motivasi;
3. Unsur sumber daya alam, manusia, modal dan informasi;
4. Unsur upaya hasil guna dan dayaguna;
5. Unsur ruang dan waktu.
Perencanaan merupakan kegiatan penyiapan strategi (serangkaian rumusan
tindakan) untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan terlebih dahulu. Dengan
perkataan lain perencanaan merupakan penentuan tujuan pokok (tujuan utama)
beserta cara-cara untuk mencapai tujuan tersebut. Perencanaan pada prinsipnya
merupakan kegiatan yang berorientasi pada masa depan, atau dengan perkataan lain
perencanaan merupakan seperangkat kegiatan yang dilakukan sebelum kegiatan
tersebut terjadi (Greed, 1996).
Menurut Diaz (1983) bahwa perencanaan perlu dilakukan oleh karena
terbatasnya sumber daya (manusia, alam dan modal) yang dimiliki oleh manusia
sedangkan kebutuhan yang harus dipenuhi tidak terbatas. Oleh karena itu perlu
dengan memperhatikan sumber daya yang tersedia dengan menentukan urutan
prioritas kegiatan. Jika perencanaan dipandang sebagai alat atau cara untuk mencapai
tujuan pembangunan dengan lebih baik, maka sangat kuat alasannya mengapa
perencanaan itu sangat diperlukan (Tjokroamidjojo, 1996):
1. Dengan adanya perencanaan diharapkan terdapat suatu pengarahan kegiatan,
adanya pedoman bagi pelaksanaan kegiatan-kegiatan yang ditujukan kepada
pencapaian tujuan pembangunan.
2. Dengan perencanaan maka dilakukan suatu perkiraan (forecasting) terhadap
hal-hal dalam masa pelaksanaan yang akan dilalui. Perkiraan dilakukan mengenai
potensi-potensi dan prospek-prospek perkembangan tetapi juga mengenai
hambatan-hambatan dan resiko-resiko yang mungkin dihadapi. Perencanaan
mengusahakan supaya ketidakpastian dapat dibatasi sedikit mungkin.
3. Perencanaan memberikan kesempatan untuk memilih berbagai alternatif tentang
cara yang terbaik atau kesempatan untuk memilih kombinasi cara terbaik.
4. Dengan perencanaan, dilakukan penyusunan skala prioritas.
5. Dengan adanya rencana maka akan ada suatu alat pengukur atau standar untuk
mengadakan pengawasan dan evaluasi.
Perencanaan menurut Conyers (1994) didefinisikan sebagai suatu proses yang
bersinambungan yang mencakup keputusan-keputusan atau pilihan-pilihan berbagai
alternatif penggunaan sumber daya untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu pada masa
yang akan datang. Berdasarkan definisi tersebut berarti ada 4 elemen dasar
1. Merencana berarti memilih. Perencanaan merupakan proses memilih diantara
berbagai kegiatan yang diinginkan karena tidak semua yang diinginkan tersebut
dapat dilakukan dan tercapai secara simultan.
2. Perencanaan merupakan alat pengalokasian sumber daya yang berarti bahwa
perencanaan mencakup proses pengambilan keputusan tentang bagaimana
penggunaan sumber daya yang tersedia sebaik-baiknya.
3. Perencanaan merupakan alat untuk mencapai tujuan.
4. Perencanaan untuk masa depan, dalam arti bahwa tujuan-tujuan perencanaan
dirancang untuk dicapai pada masa yang akan datang dan oleh karena itu
perencanaan berkaitan dengan masa depan.
Sedangkan menurut Kunarjo (2002) pada dasarnya secara umum perencanaan
didefinisikan sebagai suatu proses penyiapan seperangkat keputusan untuk
dilaksanakan pada waktu yang akan datang yang diarahkan pada pencapaian sasaran
tertentu. Dengan definisi tersebut maka perencanaan mempunyai unsur-unsur:
1. Berhubungan dengan hari depan,
2. Mendesain seperangkat kegiatan secara sistematis,
3. Dirancang untuk mencapai tujuan tertentu.
Menurut Hirschman (1973) dikemukakan bahwa perencanaan merupakan
bagian dari salah satu tipe pembangunan. Perencanaan dilaksanakan karena diyakini
bahwa dengan melalui perencanaan yang dinyatakan secara mandiri sebagai bagian
dari proses pembangunan, diharapkan pembangunan akan mencapai hasil yang lebih
merupakan sarana campur tangan pemerintah dalam mengarahkan dan
mengendalikan keadaan menuju perubahan sesuai dengan yang diharapkan dan
bentuk sarananya adalah program dan proyek.
Berdasarkan beberapa pengertian dan unsur pokok perencanaan, dapat
disimpulkan bahwa pada dasarnya perencanaan mengandung beberapa hal pokok,
antara lain:
1. Ancangan bertindak di masa yang akan datang sehingga merupakan cita-cita yang
bertujuan, bersasaran dan berstrategi kebijaksanaan;
2. Untuk merealisasikan cita-cita dan tujuan diperlukan minimasi penggunaan
sumber-sumber dan maksimasi hasil;
3. Menggunakan matra waktu dan ruang.
Dengan memperhatikan apa yang telah diuraikan diatas, maka fungsi
perencanaan dalam proses pembangunan adalah sangat diperlukan dan mempunyai
fungsi yang strategis, karena tanpa adanya perencanaan yang baik yang pada
hakekatnya adalah merupakan alat atau cara untuk mencapai tujuan pembangunan,
maka kegiatan tidak akan dapat dilaksanakan dengan berdaya guna dan berhasil guna
dan akibatnya akan terjadi pemborosan sumber daya.
Rencana sub wilayah juga memudahkan pengisian dan pelaksanaan
ketentuan-ketentuan yang bersifat umum, maka perlu dibuat tindak lanjut berupa
rencana pelaksanaannya, dimana diharapkan rencana terakhir ini memiliki pengakuan
hukum dengan tujuan kepentingan pengaturan tertib pembangunan terutama dalam
Pengelolaan fisik kota pada hakekatnya adalah merupakan pemanfaatan
ruang-ruang perkotaan bagi maksud dan tujuan sosial ekonomi, dimana dengan motif
di atas tercermin suatu keadaan persaingan antara berbagai kepentingan peruntukan
penggunaan tanah. Peruntukan penggunaan tanah menyangkut pengertian adanya
penglokasian kegiatan penduduk kota dalam usaha mencapai maksud-maksud sosial
dan ekonomi. Persaingan yang kurang sehat dapat mengakibatkan kekacauan pada
pola perkembangan daerah terbangun di dalam kota. Sehingga keadaan ini dapat
menimbulkan keadaan lingkungan kehidupan yang kurang menyenangkan seperti
kekacauan lalu lintas, pengotoran lingkungan, pengrusakan nilai-nilai visual, dan lain
Sumber : Tugas Mata Kuliah Rencana Tata Ruang
Gambar 2.1.Contoh Rencana Detail Suatu Wilayah
15 M-
8 M
-20 M - 8 8 M 12 M 8 M
-2.4. Mekanisme Perencanaan Program Pembangunan
Mekanisme perencanaan program pembangunan di daerah didasarkan pada
Surat Edaran Menteri Dalam Negeri No.050/987/SJ, Tahun 2003 tentang Program
Penyelenggaraan Forum Koordinasi Pembangunan Partisipatif.
Prosedur perencanaan pembangunan kota terdiri dari tiga tahap :
(1) Forum Musyawarah Perencanaan Pembangunan (Musrenbang) Kelurahan,
(2) Forum Musyawarah Perencanaan Pembangunan (Musrenbang) Kecamatan,
(3) Forum Musyawarah Perencanaan Pembangunan (Musrenbang) Kota.
Pembangunan pada dasarnya adalah usaha untuk memperbaiki suatu kondisi,
bukan justru menghasilkan hal-hal yang merugikan, misalnya meningkatkan kondisi
kehidupan masyarakat yang terbelakang menjadi masyarakat yang maju, dari negara
dengan tingkat ekonomi rendah menjadi tinggi, dari kondisi yang tidak aman menjadi
aman, dan sebagainya. Oleh karena itu perlu dirumuskan terlebih dahulu visi, misi,
dan tujuan pembangunan agar lebih fokus dan tidak salah sasaran.
Pada umumnya perencanaan pembangunan harus memiliki, mengetahui dan
memperhitungkan beberapa unsur pokok, yaitu (Friedmann, 1987):
1. Tujuan akhir yang dikehendaki;
2. Sasaran-sasaran dan prioritas untuk mewujudkannya;
3. Jangka waktu untuk mencapai sasaran-sasaran tersebut;
4. Masalah-masalah yang dihadapi;
6. Kebijaksanaan-kebijaksanaan untuk melakukannya;
7. Orang, organisasi atau badan pelaksananya;
8. Mekanisme pemantauan dan evaluasi.
Dalam konteks yang sama, Tjokroamidjojo (1996) menyebutkan unsur-unsur
perencanaan pembangunan, meliputi:
1. Kebijaksanaan dasar atau strategi dasar yang juga disebut sebagai tujuan, arah,
sasaran dan prioritas pembangunan;
2. Kerangka rencana makro yang dihubungkan dengan berbagai variabel
pembangunan;
3. Perkiraan sumber-sumber pembangunan;
4. Konsistensi uraian tentang kebijaksanaan;
5. Program investasi;
6. Administrasi pembangunan.
Menurut Conyers (1994), perencanaan pembangunan cenderung untuk
dianggap bukan hanya sebagai kegiatan terbatas saja, tetapi sebagai bagian dari suatu
proses pembangunan yang kompleks, melibatkan beberapa kegiatan berikut:
1. Identifikasi tujuan umum dan kenyataan yang ada.
2. Formulasi strategi pembangunan yang luas guna mengatasi kenyataan yang ada.
3. Penterjemahan strategi yang ada ke dalam bentuk rencana dan proyek.
4. Implementasi program dan proyek.
5. Pemantauan terhadap implementasi dan hambatan yang timbul untuk pencapaian
Perencanaan pembangunan dapat disusun berdasarkan empat kriteria yaitu
jangka waktu, ruang lingkup, tingkat keluwesan dan arus informasi. Dilihat dari
jangka waktu, perencanaan pembangunan dapat dibagi menjadi tiga jenis, yaitu
(Kunarjo, 2002):
1. Perencanaan Jangka Panjang (sekitar 10 sampai dengan 25 tahun)
Dalam perencanaan jangka panjang ini sasarannya belum dapat disajikan secara
kuantitatif, tetapi biasanya hanya dicerminkan dengan sasaran yang kualitatif
yaitu berupa kebijakan yang akan ditempuh. Hal ini wajar mengingat dalam kurun
waktu yang panjang, faktor-faktor eksternal sulit untuk diperhitungkan sehingga
sasaran secara kuantitatif belum bisa disajikan.
2. Perencanaan Jangka Menengah
Perencanaan jangka menengah mempunyai kurun waktu 4 sampai dengan 6
tahun. Dalam perencanaan jangka menengah ini, walaupun sasarannya masih
bersifat umum, tetapi secara kasar telah dapat dilihat arah sasaran sektor dan
subsektornya.
Perencanaan jangka menengah biasanya dikaitkan dengan kebutuhan politis yang
didasarkan karena jangka waktu yang disesuaikan dengan jabatan para penguasa
pemerintahan. Biasanya jangka waktu lima tahunan adalah jangka waktu yang
ideal mengingat jangka waktu tersebut cukup untuk memberi waktu bagi para
penguasa untuk mengelola rencana program dan proyek pembangunan yang telah
3. Perencanaan Jangka Pendek
Perencanaan jangka pendek atau dapat juga disebut Perencanaan Operasional
Tahunan ini biasanya mempunyai kurun waktu 1 tahun. Karena jangka waktunya
yang pendek maka sasaran-sasarannya dapat disajikan secara lebih konkrit.
Dilihat dari sudut penyimpangan antara rencana dan sasaran yang akan
dicapai, perencanaan jangka pendek mempunyai penyimpangan yang lebih kecil
dibandingkan dengan perencanaan jangka menengah dan jangka panjang.
Walaupun tampaknya terpisah-pisah, tetapi antara perencanaan jangka
panjang, menengah dan pendek semuanya saling berkaitan. Perencanaan jangka
pendek merupakan penjabaran dari perencanaan jangka menengah, dan selanjutnya
perencanaan jangka menengah merupakan bagian dari perencanaan jangka panjang.
Jadi sasaran-sasaran dalam perencanaan pembangunan jangka pendek tidak terlepas
dari garis-garis kebijakan yang ditentukan dalam perencanaan jangka menengah
maupun jangka panjang.
Selanjutnya Kunarjo (1992) menyebutkan bahwa dilihat dari prosedurnya
maka perencanaan pembangunan terdiri dari 2 pendekatan, yaitu pendekatan
perencanaan dari atas ke bawah (top-down planning) dan pendekatan perencanaan
dari bawah ke atas (bottom-up planning). Yang disebut “atas” disini dapat berarti
pemerintah pusat atau unit perencanaan nasional atau juga dapat berarti perencanaan
makro. Sebaliknya yang disebut “bawah” dapat berarti pemerintah daerah atau
Di dalam perencanaan regional, pendekatan perencanaan dari atas ke bawah
disebut “prosedur fungsional”. Menurut prosedur ini, rencana nasional atau
sejenisnya menentukan fungsi-fungsi yang mungkin dijalankan oleh berbagai wilayah
dalam proses pembangunan secara keseluruhan selama periode rencana dalam waktu
yang akan datang. Menurut prosedur ini pula, rencana nasional merupakan kerangka
dasar bagi kegiatan-kegiatan pembangunan nasional yang kegiatan-kegiatannya
secara terperinci dirumuskan dalam rencana sektoral dan regional dan merupakan
kerangka dasar bagi rencana-rencana, program dan proyek lokal atau daerah.
Sedangkan pendekatan perencanaan dari bawah ke atas disebut “prosedur
berdasarkan sumber daya”, sebab rencana pembangunan didasarkan pada penilaian
mengenai potensi wilayah (fisik, ekonomi dan sosial) agar dapat memanfaatkan
sumber daya yang tersedia dan menjamin partisipasi penduduk setempat, dan
merupakan rencana-rencana lokal yang dirumuskan secara mendasar baik oleh
penduduk setempat atau oleh para pimpinan pemerintahan setempat (Dusseldorp,
1980).
Namun kedua pendekatan perencanaan ini memiliki kelemahan
masing-masing. Pendekatan perencanaan dari atas ke bawah apabila tidak memperhatikan
arus informasi yang didukung oleh perencanaan dari bawah ke atas, maka pendekatan
itu hanya akan menghasilkan dokumen perencanaan teoritis atau hanya menghasilkan
proyek-proyek yang tidak efisien karena proyek yang dilaksanakan berlebihan atau
tidak dibutuhkan oleh rakyat setempat sehingga mengakibatkan pemborosan dana dan