TINJAUAN PUSTAKA
Fungi Mikoriza Arbuskular (FMA)
Istilah mikoriza seringkali digunakan untuk menjelaskan hubungan saling
ketergantungan antara tanaman inang yang menerima hara mineral dan cendawan
yang memperoleh senyawa karbon hasil dari fotosintesis tanaman inang. Asosiasi
yang saling menguntungkan antara cendawan dari glomales (zygomicetes) dengan
tanaman inang disebut dengan arbuskular atau cendwan vesicular arbuskular,
yang paling banyak terjadi pada spesies tanaman karena penting dan sangat
berperan dapat meningkatkan suatu unsur hara yang terbatas,khususnya fosfat
(Lambais dan Mehdi,1995).
Secara umum tanaman yang bermikoriza tumbuh lebih baik dari pada
tanaman tanpa mikoriza. Penyebab utama adalah mikoriza secara efektif dapat
meningkatkan penyerapan unsur hara baik unsur hara makro maupun mikro.
Selain dari pada itu akar yang bermikoriza dapat menyerap unusur hara dalam
bentuk terikat dan tidak tersedia bagi tanaman (Anas,1990).
Berdasarkan struktur dan cara jamur menginfeksi akar, mikoriza dapat
dikelompokan menjadi Ektomikoriza (jamur yang menginfeksi tidak masuk ke dalam sel akar tanaman dan hanya berkembang diantara dinding sel jaringan
korteks, akar yang terinfeksi membesar dan bercabang), Endomikoriza (Jamur
yang menginfeksi masuk ke dalam jaringan selkorteks dan akar yang terinfeksi
tidak membesar).
Keistimewaan dari jamur ini adalah kemampuan nya dalam membantu
tanaman untuk menyerap unsur hara terutama unsur hara Phosphates (P).
cendawan dengan akar tanaman. Baik cendawan maupun tanaman sama-sama
memperoleh unsur hara dan adaptasi tanaman yang lebih baik. Di lain
pihak,cendawan pun dapat memenuhi keperluan hidupnya (Karbohidrat dan
keperluan tumbuh lainnya) dari tanaman inangnya (Hanafiah,1992).
Hampir semua tanaman akarnya terinfeksi cendawan mikoriza. Graminae
dan Leguminosa umumnya bermikoriza. Jagung merupakan contoh tanaman yang
terinfeksi hebat oleh mikoriza. Tanaman pertanian yang telah di laporkan
terinfeksi vesicular-arbuskular adalah kedelai, barley, bawang, kacang tunggak,
nenas, padi gogo, papaya, selada, singkong dan sorgum. Tanaman perkebunan
yang telah dilaporkan akarnya terinfeksi mikoriza adalah tebu, teh, tembakau,
palem, kopi, karet, kapas, jeruk, kakao,apel, anggur (Bolan, 1991).
Peranan penting FMA dalam pertumbuhan tanaman adalah
kemampuannya untuk menyerap unsur hara baik makro maupun mikro. Selain itu
akar yang mempunyai mikoriza dapat menyerap unsur hara dalam bentuk terikat
dan yang tidak tersedia bagi tanaman. Hifa eksternal pada mikoriza dapat
menyerap unsur fosfat dari dalam tanah, dan segera diubah menjadi senyawa
polifosfat.(Intan,2007)
Suatu simbiosis terjadi apabila cendawan masuk ke dalam akar atau
melakukan infeksi. Proses infeksi dimulai dengan perkecambahan spora didalam
tanah. Hifa yang tumbuh melakukan penetrasi ke dalam akar dan berkembang di
dalam korteks. Pada akar yang terinfeksi akan terbentuk arbuskul, vesikel
intraseluler, hifa internal diantara sel-sel korteks dan hifa eksternal. Penetrasi
proses diferensiasi dan proses pertumbuhan hifa berkembang tanpa merusak sel
(Anas, 1998).
Cendawan ini membentuk spora di dalam tanah dan dapat berkembang
bika jika berassosiasi dengan tanamn inang. Sampai saat ini berbagi usaha telah
dilakukan unutk menumbuhkan cendawan ini dalam media buatan, akan tetapi
belaum berhasil. Faktor ini merupakan suatu kendala yang utama sampai saat ini
yang menyebabkan FMA belum dapat dipoduksi secar komersil dengan
menggunakan media buatan, walaupun pengaruhnya terhadap pertumbuhan
tanaman sangat mengembirakan. Spora cendawan ini sangat bervariasi dari
sekitar 100 m sampai 600 m. Oleh karena ukuranya yang cukup besar inilah
maka spora ini dapat dengan mudah diisolasi dari dalam tanah dengan
menyaringnya (Pattimahu, 2004).
Tanah Ultisol
Ultisol merupakan tanah mineral yang berada pada daerah temprate
sampai tropika. Mempunyai horison argilik atau kandik atau fragipan dengan
lapisan liat tebal (Munir 1996). Darmawijaya (1997) menyebutkan bahwa tanah
ultisol merupakan tanah masam yang telah mengalami pelindian hebat (highly
leached) sehingga memiliki tingkat kesuburan yang rendah dengan warna kelabu
cerah sampai kekuningan. Di atas horizon akumulasi yang bertekstur relatif berat
berwarna merah atau kuning dengan struktur gumpal, agregat kurang stabil dan
permeabilitas rendah.
Ultisol di Indonesia merupakan bagian terluas dari lahan kering yang
tersebar luas di Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Irian Jaya serta sebagian kecil di
Pada umumnya ultisol berwarna kuning kecoklatan hingga merah atau
disebut juga dengan Podsolik Merah Kuning (PMK). Tekstur tanah ini adalah liat
hingga liat berpasir, bulk density antara 1.3-1.5, dan permeabilitas lambat hingga
sedang (Hardjowigeno, 1993). Tanah Ultisol memiliki kemantapan agregat yang
tidak mantap (massive). Menurut Prasetyo et al. (2005) yaitu bahwa reaksi tanah
Ultisol pada umumnya berkisar antara 3.1−5.0 atau masam hingga sangat masam.
Ultisol dicirikan oleh adanya akumulasi liat pada horizon bawah
permukaan sehingga mengurangi daya resap air dan meningkatkan aliran
permukaan dan erosi tanah. Erosi merupakan salah satu kendala fisik pada tanah
ultisol dan sangat merugikan karena dapat mengurangi kesuburan tanah. Hal ini
karena kesuburan tanah ultisol sering kali hanya ditentukan oleh kandungan bahan
organik pada lapisan atas. Bila lapisan ini tererosi maka tanah menjadi miskin
bahan organik dan hara. Tekstur ultisol bervariasi dan dipengaruhi oleh bahan
induk tanahnya. Ultisol dari granit yang kaya akan mineral kuarsa umumnya
mempunyai tekstur yang kasar seperti liat berpasir, sedangkan ultisol dari batu
kapur, batuan andesit dan tufa cenderung mempunyai tekstur yang halus seperti
liat dan liat halus. Ultisol umumnya mempunyai struktur sedang hingga kuat,
dengan bentuk gumpal bersudut (Prasetyo dan Suriadikarta, 2006).
Pembentukan tanah berjalan cepat didaerah yang beriklim humid dengan
suhu tinggi dan curah hujan tinggi. Seperti halnya di Indonesia ultisol telah
mengalami pencucian yang sangat intensif menyebabkan ultisol memiliki
kejenuhan basa yang rendah dan pelapukan mineral yang rendah. Tanah ultisol
memiliki kepadatan tanah 1,10-1,35 g/cm3, tingkat permeabilitas, infiltrasi dan
KTK rendah, kandungan N, P,dan K rendah sehingga ultisol miskin secara fisik
dan kimia. Pelapukan yang telah lanjut pada ultisol membentuk liat oksida
hodrous Fe dan Al dalam jumlah yang tinggi dan dapat bereaksi dengan P
membentuk sederetan P yang sukar larut, sehingga kurang tersedia bagi tanaman
(Tan, 1992).
Dikarenakan tanah ultisol memiliki hara yang sangat rendah dan pH yang
rendah maka digunakanlah Rock phosfat yang memiliki kandungan P2O5 28% dan
harganya relatif lebih murah dibandingkan dengan harga pupuk buatan
(anorganik) SP18 yang relatif mahal. Disamping Rock phophate yang memiliki
kandungan P2O5 yang tinggi juga bermanfaat untuk meningkatkan proses
granulasi sehingga tanahnya lebih mudah diolah dan tidak lengket, kelarutan dan
ketersediaan hara P untuk tanaman meningkat, meningkatkan pH tanah sehingga
memperbaiki lingkungan perakaran tanaman, dan yang terpenting memiliki efek
pengapuran (Moersidi, 1999). Kelarutan fosfat alam pada tanah netral sangat
rendah atau lambat melarut (slow release), tetapi akan meningkat bila
diaplikasikan pada tanah masam seperti ultisol (Chien et al., 1995).
Penelitian Hartatik dan Adiningsih (1989) menunjukkan bahwa P-alam
memiliki efek residu yang lebih baik dibanding TSP pada tanah kering masam
untuk tanaman kedelai dan jagung.
Tanaman Jagung
Jagung merupakan tanaman semusim (annual). Satu siklus hidupnya
diselesaikan dalam 80-150 hari. Paruh pertama dari siklus merupakan tahap
Susunan morfologi tanaman jagung terdiri dari akar, batang, daun, bunga, dan
buah (Wirawan dan Wahab, 2007).
Perakaran tanaman jagung terdiri dari 4 macam akar, yaitu akar
utama,akar cabang, akar lateral, dan akar rambut. Sistem perakaran tersebut
berfungsi sebagai alat untuk mengisap air serta garam-garam mineral yang
terdapat dalam tanah, mengeluarkan zat organik serta senyawa yang tidak
diperlukan dan alat pernapasan. Akar jagung termasuk dalam akar serabut yang
dapat mencapai kedalaman 8 m meskipun sebagian besar berada pada kisaran 2 m.
Pada tanaman yang cukup dewasa muncul akar adventif dari buku-buku batang
bagian bawah yang membantu menyangga tegaknya tanaman (Suprapto, 1999).
Batang jagung tegak dan mudah terlihat sebagaimana sorgum dan tebu,
namun tidak seperti padi atau gadum. Batang tanaman jagung beruas-ruas dengan
jumlah ruas bervariasi antara 10-40 ruas. Tanaman jagung umumnya tidak
bercabang. Panjang batang jagung umumnya berkisar antara 60-300 cm,
tergantung tipe jagung. Batang jagung cukup kokoh namun tidak banyak
mengandung lignin (Rukmana, 1997).
Daun jagung adalah daun sempurna. Bentuknya memanjang, antara
pelepah dan helai daun terdapat ligula. Tulang daun sejajar dengan ibu tulang
daun. Permukaan daun ada yang licin dan ada pula yang berambut. Setiap stoma
dikelilingi oleh sel-sel epidermis berbentuk kipas. Struktur ini berperan penting
dalam respon tanaman menanggapi defisit air pada sel-sel daun (Wirawan dan
Tanaman Kedelai
Susunan akar kedelai pada umumnya sangat baik, pertumbuhan akar tunggang
lurus masuk kedalam tanah dan mempunyai banyak akar cabang. Pada akar-akar
cabang banyak terdapat bintil akar berisi bakteri Rhizobium japonicum yang
mempunyai kemampuan mengikat zat lemak bebas (N2) dari udara yang kemudian
dipergunakan untuk menyuburkan tanah (Andrianto dan Indarto, 2004).
Batang kedelai berasal dari poros janin. Bagian yang terpenting dari poros
janin ialah : hipokotil dan bakal akar, yang merupakan sebagian dari poros hipokotil
akar. Jaringan batang dan daun terbentuk dari pertumbuhan dan perkembangan
plumula. Kuncup-kuncup ketiak tumbuh membentuk cabang ordo pertama dari
batang utama tergantung pada reaksi genotipe terhadap panjangnya hari dan dari tipe
tumbuh, determinan atau indeterminan(Hidayat, 1985 dalam Somaatmadja, dkk)
Tanaman kedelai mempunyai dua bentuk daun yang dominan, yaitu stadia
kotiledon yang tumbuh saat tanaman masih berbentuk kecambah dengan dua helai
daun tunggal dan daun bertangkai tiga (trifoliate leaves) yang tumbuh selepas masa
perkecambahan. Umumnya, bentuk dan daun kedelai ada dua, yaitu bulat (oval) dan
lancip (lanceolate). Kedelai bentuk tersebut dipengaruhi oleh faktor genetik
(Adisarwanto, 2005).
Tanaman Kacang Tanah
Kacang tanah, kacang una, suuk, kacang jebrol, kacang bandung, kacang
tuban, kacang kole, kacang banggala (bahasa Yunani: Arachis hypogaea L.,
bahasa Inggris: peanut, groundnut) merupakan tanaman polong-polongan atau
legum dari famili Fabaceae, kedua terpenting setelah kedelai di Indonesia. Kacang
tanah merupakan sejenis tanaman tropika. Ia tumbuh secara perdu setinggi 30
Tanaman ini adalah salah satu diantara dua jenis tanaman budidaya selain
kacang bogor, Voandziea subterranae yang buahnya mengalami pemasakan di
bawah permukaan tanah. Jika buah yang masih muda terkena cahaya, proses
pematangan biji targanggu akar tunggang.
Kacang tanah mempunyai susunan perakaran sebagai berikut : yang
pertama adalah mempunyai akar-akar yang bersifat sementara dan berfungsi
sebagai alat penghisap. Kacang tanah memiliki akar serabut yang tunbuh kebawah
sepanjang + 20 cm. Selain itu, tanaman ini memiliki akar-akar lateral (cabang)
yang tumbuh kesamping sepanjang 5-25 cm. Pada akar lateral terdapat akar
serabut, fungsinya untuk menghisap air dan unsur hara.
Pada akar lateral terdapat bintil akar (nodule) yang mengandung bakteri
rhizobium, kegunaannya pengikat zat nitrogen dari udara. Bunga kacang tanah
tunggal, terletak di ketiak daun, tabung kelopak berbentuk lan sel, mahkota
berbentuk kupu-kupu dan berwarna kuning. Bunga kacang tanah mulai muncul
dari ketiak daun pada bagian bawah yang berumur antara 4-5 minggu dan
berlangsung hingga umur 80 hari setelah tanam.
Tanaman Rumput Setaria
Rumput setaria sering juga disebut sebagai rumput setaria lampung.
Rumput setaria tumbuh tegak, berumpun lebat, tinggi dapat mencapai 2 m,
berdaun halus dan lebar berwarna hijau gelap, berbatang lunak dengan warna
merah keungu-unguan, pangkal batang pipih, dan pelepah daun pada pangkal
batang tersusun seperti kipas.
Rumput setaria merupakan jenis rumput perenial. Rumput ini tumbuh
Tinggi rumput dapat mencapai 1,5 – 3,5 m dengan daun lebar dari sereceae.
Panjang daun mencapai 70 cm dengan lebar daun 12-20 mm. Malai lebih panjang
berwarna coklat tua dan bulir dikelilingi oleh bulu kasar (Bogdan, 1977).
Rumput setaria sangat cocok ditanam di tanah yang mempunyai ketinggian
1200 m dpl, dengan curah hujan tahunan 750 mm atau lebih, dapat tumbuh di
berbagai jenis tanah, dan tahan terhadap genangan air. Pembiakan dapat dilakukan
dengan memisahkan rumpun dan menanamnya dengan jarak 60 x 60 cm.
Pemupukan di lakukan pada tanaman berumur kurang lebih dua minggu, dengan
pupuk urea 100 kg/hektar lahan, dan sebulan sekali ditambah dengan 100 kg
urea/hektar.
Kekurangan air pada tanaman akan dapat menghambat pembentukan dan
perkembangan sel sehingga menyebabkan pertumbuhan akar tanaman terhambat
dan penyebaran akar relatif sempit akibatnya absorbsi air dan unsur hara menurun
sehinggga metabolisme karbohidrat, protein dan zat pengatur tumbuh terganggu