52 Ahmad F., Sumarni., Rahma Badaruddin, The Relation Between the Status ... THE RELATIONSHIP BETWEEN THE STATUS OF EXCLUSIVE
BREASTFEEDING WITH MOTOR DEVELOPMENT IN CHILDREN AGED 1-3 YEARS AT WORKING AREA OF
TALISE PUBLIC HEALTH CENTER IN 2016
Ahmad Febriady*, Sumarni**, Rahma Badaruddin***
*Medical Student, Faculty of Medicine and Health Sciences, University of Tadulako
**Department of public health sciences, Faculty of Medicine and Health Sciences, University of Tadulako
***Department of Physiology, Faculty of Medicine and Health Sciences, University of Tadulako.
ABSTRACT
Background. Exclusive breastfeeding is giving only breast milk without any liquid or solid food except vitamin, mineral, or medication in the form of drops or syrup until the age of 6 months. This study aims to determine the relationship between the status of exclusive breastfeeding with motor development in children aged 1-3 years at working area of Talise Public Health Center.
Methods. The study was observational analytic with cross sectional approach. The samples used were 92 children aged 1-3 years, with a purposive sampling technique. The results of this study were statistically tested by chi-square test on the error rate 10% using a computer software program.
Result. In this research showed that under-five children who are not receive exclusive breastfeeding and motor development that deviates as much as 15 children (26.8%), under-five children who are not receive exclusive breastfeeding and motor development that dubious as much as 29 children (51.8%) and under-five children who are not exclusive breastfeeding and appropriate motor development as many as 12 children (21.4%). In under-five children with exclusive breastfeeding and motor development that deviates as much as 0 children (0%), under-five children who are receive exclusive breastfeeding and motor development that dubious as much as 1 children (2.8%), as well as under-five children who are receive exclusive breastfeeding and appropriate motor development as many as 35 children (97, 2%).
Conclusion. There was a significant relationship between the status of exclusive breastfeeding with motor development in children aged 1-3 years at working area of Talise Public Health Center in 2016.
53 Ahmad F., Sumarni., Rahma Badaruddin, The Relation Between the Status ... ABSTRAK
Latar Belakang. ASI eksklusif adalah pemberian hanya ASI saja tanpa cairan atau makanan padat apapun kecuali vitamin, mineral, atau obat dalam bentuk tetes atau sirup sampai usia 6 bulan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara status pemberian ASI eksklusif dengan perkembangan motorik pada anak usia 1 – 3 tahun diwilayah kerja Puskesmas Talise.
Metode. Penelitian observasional analitik korelatif dengan Pendekatan Cross Sectional Study. Jumlah sampel yang digunakan adalah 92 balita usia 1-3 tahun, dengan teknik
purposive sampling. Hasil penelitian ini diuji secara statistik dengan uji chi square pada tingkat kesalahan 10% menggunakan program software komputer.
Hasil. Pada penelitian ini di peroleh balita yang tidak ASI Eksklusif dan perkembangan motorik yang menyimpang sebanyak 15 anak (26,8%), balita yang tidak ASI Eksklusif dan perkembangan motorik yang meragukan sebanyak 29 anak (51,8%) dan balita yang tidak ASI Eksklusif dan perkembangan motorik yang sesuai sebanyak 12 anak (21,4%). Pada balita yang ASI Eksklusif dan perkembangan motorik menyimpang sebanyak 0 anak (0%), balita yang ASI Eksklusif dan perkembangan motorik meragukan sebanyak 1 anak (2,8%), serta balita yang ASI Eksklusif dan perkembangan motorik sesuai sebanyak 35 anak (97,2%). Hal ini didukung dengan hasil uji Chi-Squaredimana nilai p < nilai α yaitu p =
0,000.
Kesimpulan. Terdapat hubungan signifikan antara status pemberian ASI eksklusif dengan perkembangan motorik pada anak usia 1-3 tahun di wilayah kerja puskesmas Talise tahun 2016.
54 Ahmad F., Sumarni., Rahma Badaruddin, The Relation Between the Status ... PENDAHULUAN
Perkembangan anak adalah segala
perubahan yang terjadi pada anak, dilihat
dari berbagai aspek, antara lain aspek
motorik, emosi, kognitif, dan psikososial
(bagaimana anak berinteraksi dengan
lingkungannya) 6. Pada usia 0-2 tahun
merupakan masa tumbuh kembang yang
optimal (golden period) terutama untuk
pertumbuhan janin sehingga bila terjadi
gangguan pada masa ini tidak dapat
dicukupi pada masa berikutnya dan akan
berpengaruh negatif pada kualitas generasi
penerus 5.
Salah satu aspek pertumbuhan dan
perkembangan anak yang perlu
diperhatikan yaitu kemampuan motorik.
Kemampuan motorik anak dapat
membantu anak untuk mengeksplorasi
lingkungan sekitar melalui gerakan fisik,
berkaitan juga pada hubungan
interpersonal dengan orang lain misalnya
dalam permainan, juga mengembangkan
aspek sosioemosional melalui perasaan
bahagia saat melakukan aktifitas
permainan dengan orang lain.
Kemampuan motorik juga berhubungan
dengan status gizi anak. Permasalahan gizi
yang dialami anak berusia balita dapat
mengakibatkan terhambatnya
perkembangan anak. Hasil penelitian
mengungkapkan bahwa anak yang
mengalami hambatan pertumbuhan
menjadi tidak aktif, apatis, pasif, dan tidak
mampu berkonsentrasi13.
Pada tahun 2003, Depkes RI
melakukan skrining perkembangan di 30
provinsi di Indonesia dan dilaporkan
45,12% bayi mengalami gangguan
perkembangan 1.
Definisi ASI eksklusif
bermacam-macam tetapi definisi yang sering
digunakan adalah definisi WHO yang
menyebutkan ASI eksklusif adalah
pemberian hanya ASI saja tanpa cairan
atau makanan padat apapun kecuali
vitamin, mineral, atau obat dalam bentuk
tetes atau sirup sampai usia 6 bulan 10.
Pemberian ASI eksklusif pada bayi di
bawah usia dua bulan berdasarkan Survei
Demografi dan Kesehatan Indonesia
(SDKI) tahun 2006 - 2007 hanya
mencakup 67% dari total bayi yang ada.
Persentase tersebut menurun seiring
dengan bertambahnya usia bayi. Yang
lebih memprihatinkan, 13% bayi dibawah
55 Ahmad F., Sumarni., Rahma Badaruddin, The Relation Between the Status ... satu dari tiga bayi usia 2 - 3 bulan telah
diberi makanan tambahan 7.
Mengacu pada target program pada
tahun 2014 sebesar 80%, maka secara
nasional cakupan pemberian ASI eksklusif
sebesar 52,3% belum mencapai target.
Menurut provinsi, hanya terdapat satu
provinsi yang berhasil mencapai target
yaitu Provinsi Nusa Tenggara Barat
sebesar 84,7% 5.
Cakupan Pemberian ASI Eksklusif di
Provinsi Sulawesi Tengah dari tahun 2013
sampai tahun 2014 mengalami trend
kenaikan yang belum signifikan, dimana
pada tahun 2013 sebesar 54,7% meningkat
menjadi 55,5% pada tahun 2014.
Berdasarkan laporan pengelola program
Kabupaten/Kota cakupan rata-rata
tertinggi tahun 2013 berada di Kabupaten
Morowali sebesar 77% dan cakupan tahun
2014 di Kabupaten Morowali sebesar
67,3% yang tertinggi bayi yang diberi ASI
Eksklusif. Cakupan terendah bayi yang
memperoleh ASI Eksklusif yaitu
Kabupaten Tojo Una-Una sebesar 32,1%
Tahun 2013 2.
Angka pemberian ASI eksklusif pada
balita di Kota Palu tahun 2014 sebesar
20,3%. Memang hasil cakupan Pemberian
ASI eksklusif pada bayi umur 0 sampai
dengan umur 6 bulan yang diperoleh
belum mencapai target sebesar 70%.
Berdasarkan data dari profil kesehatan
puskesmas Talise (2015), Angka
pemberian ASI eksklusif diwilayah Kerja
Puskesmas Talise tahun 2015 sebanyak
101 balita dari total 129 balita atau
sebesar 78,3%.
Kurangnya data tentang balita yang
mengalami gangguan perkembangan
motorik dan masih kurangnya kesadaran
akan pentingnya pemberian ASI eksklusif
di wilayah kota palu maka peneliti tertarik
untuk meneliti apakah ada hubungan
pemberian ASI eksklusif dengan
perkembangan motorik pada anak usia 1 –
3 tahun diwilayah kerja Puskesmas Talise.
METODE
Jenis penelitian yang digunakan yaitu
penelitian observasional analitik korelatif.
Desain penelitian yang digunakan adalah
cross sectional, dimana mengukur
hubungan antara faktor resiko dengan
kejadian suatu penyakit, dengan cara
observasi atau pengumpulan data
sekaligus pada satu waktu dan dilakukan
56 Ahmad F., Sumarni., Rahma Badaruddin, The Relation Between the Status ... Populasi dalam penelitian ini adalah
seluruh pasien balita usia 1-3 tahun yang
datang ke Puskesmas Talise kota Palu
periode Januari sampai Desember 2016
yaitu sebanyak 1.068 balita. Sampel
adalah subyek – subjek dari populasi
aktual yang benar - benar akan diteliti
pada periode Januari sampai Desember
tahun 2016 yaitu sebanyak 92 sampel dan
mewakili seluruh populasi dengan metode
purposive sampling. Sampel yang diambil haruslah memenuhi kriteria inklusi dan
eksklusi berikut:
a. Kriteria inklusi
1. Data pada Kartu Menuju Sehat
(KMS) yang lengkap seperti
memuat identitas subjek, berat
badan waktu lahir, data
pemberian imunisasi dasar
lengkap dan data pemberian ASI
eksklusif atau tidak ASI
eksklusif.
2. Balita usia 1-3 tahun.
3. Balita yang bertempat tinggal di
wilayah kerja Puskesmas Talise.
4. Balita yang di dampingi dengan
orang tua.
5. Bersedia ikut berpartisipasi dalam
penelitian.
b. Kriteria Eksklusi
1. Balita dengan berat badan lahir
rendah.
2. Balita yang tidak menerima
imunisasi dasar lengkap.
Cara pengumpulan data yang
digunakan adalah menggunakan KMS
(Kartu menuju Sehat) untuk menilai status
pemberian ASI eksklusif, sedangkan
Formulir KPSP (Kuisioner Pre-Skrining
Perkembangan) diisi oleh peneliti ketika
melakukaan penilaian terhadap
perkembangan motorik anak usia 1-3
tahun.
Data yang sudah terkumpul kemudian
dianalisis dengan analisis univariat untuk
mendeskripsikan variabel penelitian guna
memperoleh gambaran atau karakteristik
sebelum dilakukan analisis bivariat dan
analisis bivariat untuk menilai hubungan
antara variabel bebas dan variabel terikat.
Analisis bivariat dengan data kategorikal
pada variabel bebas dan terikat
menggunakan uji hipotesis uji Kai
Kuadrat (Chi Square), dengan tingkat kemaknaan (α) 0,10. Bila ρ value ≤ α, H1 diterima, berarti ada hubungan yang
57 Ahmad F., Sumarni., Rahma Badaruddin, The Relation Between the Status ... value > α, H1 ditolak, berarti tidak ada
hubungan yang bermakna (signifikan).
HASIL
1. Analisis univariat
a. Distribusi sampel berdasarkan status pemberian ASI eksklusif
Tabel 4.1 Distribusi sampel
berdasarkan status pemberian ASI
Eksklusif
ASI
Eksklusif Jumlah Persentase (%)
Ya 36 39,1
Tidak 56 60,9
Total 92 100
Sumber : Data sekunder (KMS, 2016)
Berdasarkan data pada tabel 4.1, balita
yang tidak mendapatkan ASI Eksklusif
yaitu sebanyak 56 balita (39,1%) dan
balita yang mendapatkan ASI Eksklusif
adalah sebanyak 36 balita (60,9%). Dari
data diatas, terlihat jumlah balita yang
tidak mendapatkan ASI Eksklusif lebih
banyak dibandingkan yang mendapatkan
ASI Eksklusif.
b. Distribusi sampel berdasarkan status
perkembangan motorik
Tabel 4.2 Distribusi sampel berdasarkan
status perkembangan motorik
Perkembangan
Motorik Jumlah
Persentase
(%)
Sesuai 47 51,1
Meragukan 30 32,6
Penyimpangan 15 16,3
Total 92 100
Sumber : Data primer (KPSP, 2016)
Data perkembangan motorik kasar
diperoleh dari hasil penilaian dengan
menggunakan KPSP usia 12–36 bulan
yang kemudian dikategorikan menjadi 3
kategori yaitu Sesuai, Meragukan dan
Penyimpangan.
Berdasarkan data pada tabel 4.2
diatas, sebagian besar balita dengan
perkembangan motorik yang sesuai yaitu
sebanyak 47 balita (51,1%), sedangkan
balita dengan perkembangan motorik
meragukan adalah sebanyak 30 balita
(32,6%), dan balita dengan perkembangan
motorik menyimpang adalah sebanyak 15
58 Ahmad F., Sumarni., Rahma Badaruddin, The Relation Between the Status ... 2. Analisis Bivariat
a. Hubungan pemberian ASI Eksklusif dengan perkembangan motorik
Tabel 4.3 Hubungan pemberian ASI Eksklusif dengan
perkembangan motorik
Data status pemberian ASI Pada tabel 4.3
diatas, didapatkan bahwa balita yang tidak
mendapatkan ASI Eksklusif dan
perkembangan motorik yang menyimpang
sebanyak 15 dari 56 anak (26,8%), untuk
balita yang tidak mendapatkan ASI
Eksklusif dan perkembangan motorik
yang meragukan sebanyak 29 dari 56 anak
(51,8%), serta balita yang tidak mendapat
ASI Eksklusif dan perkembangan motorik
yang sesuai sebanyak 12 dari 56 anak
(21,4%). Pada balita yang mendapatkan
ASI Eksklusif dan perkembangan motorik
yang menyimpang sebanyak 0 dari 36
anak (0%), sedangkan balita yang
mendapatkan ASI Eksklusif dan
perkembangan motorik yang meragukan
sebanyak 1 dari 36 anak (2,8%), serta
balita yang mendapat ASI Eksklusif dan
perkembangan motorik yang sesuai
sebanyak 35 dari 36 anak (97,2%). Dari
data tersebut terlihat bahwa balita yang
tidak diberikan ASI Eksklusif lebih
beresiko mengalami gangguan
perkembangan motorik dibandingkan
yang diberikan ASI Eksklusif. Hal ini juga
didukung dengan hasil uji Chi-Square
dimana nilai p < nilai α yaitu p = 0,000
yang berarti H1 diterima.
PEMBAHASAN
Berdasarkan dari hasil analisis
univariat pada status pemberian ASI
eksklusif didapatkan sebagian besar balita
tidak mendapatkan ASI eksklusif
dibandingkan dengan yang mendapatkan
ASI eksklusif. Sedikitnya pemberian ASI
eksklusif ini kemungkinan disebabkan
oleh beberapa faktor, diantaranya
kesibukan ibu yang bekerja sehingga
mereka memberikan susu formula atau
makanan tambahan ataupun karena
pengetahuan ibu yang kurang tentang
pentingnya ASI eksklusif, padahal
interaksi timbal balik antara ibu dan anak
59 Ahmad F., Sumarni., Rahma Badaruddin, The Relation Between the Status ... juga, keuntungan untuk bayi selain nilai
gizi ASI yang tinggi, juga adanya zat anti
pada ASI yang melindungi bayi terhadap
berbagai macam infeksi. Disamping itu
bayi juga merasakan sentuhan, kata-kata
dan tatapan kasih sayang dari ibunya,
serta mendapatkan kehangatan yang
penting untuk tumbuh kembangnya 7. Usia
juga mempengaruhi seseorang untuk
memberikan ASI eksklusif pada anaknya.
Ibu yang berusia antara 20-40 tahun dan
sebagian besar adalah primigravida,
dikatakan siap dari segi psikologis yang
sudah dewasa dan dari segi fisik dimana
usia tersebut dalam kategori usia produktif
yang idealnya tidak sulit untuk
memberikan ASI eksklusif pada anaknya.
Begitu juga dengan pengalaman pertama
mempunyai anak, hal tersebut membuat
ibu mempunyai motivasi yang tinggi
untuk memberikan ASI secara eksklusif 8.
Dari data hasil analisis univariat
berdasarkan status perkembangan motorik
didapatkan banyak balita memiliki
perkembangan motorik yang sesuai
dengan usianya. Namun, cukup banyak
juga balita yang mengalami
penyimpangan perkembangan motorik
walaupun tidak signifikan. Banyaknya
balita yang mengalami penyimpangan
perkembangan motorik kemungkinan
disebabkan oleh kurangnya stimulasi dari
keluarga, kurangnya informasi dalam
mendidik anak dalam membantu
perkembangan anak ataupun dikarenakan
pekerjaan orang tua sehingga perhatian
dan didikan kepada anak sangatlah
kurang. Hal-hal tersebut diatas hanya
sebagian kecil yang dapat mempengaruhi
perkembangan motorik kasar anak selain
ASI eksklusif 7. Status pekerjaan ibu
mempengaruhi jumlah waktu yang
dimiliki ibu dalam melaksanakan
fungsinya sebagai ibu rumah tangga,
dimana ibu yang bekerja akan terbagi
waktunya oleh tanggung jawab di luar
fungsinya sebagai ibu rumah tangga 12.
Faktor lain yang mempengaruhi
perkembangan anak adalah kedudukan
anak dalam keluarga. Ibu muda yang baru
mempunyai anak akan kurang
berpengalaman untuk memberikan asuhan
pada bayinya, sehingga ibu juga tidak
mengerti cara memberi stimulasi
perkembangan sesuai usia anak. Sehingga
anak dapat mengalami keterlambatan
dalam perkembangannya. Faktor
60 Ahmad F., Sumarni., Rahma Badaruddin, The Relation Between the Status ... berpendidikan menengah cukup dapat
menangkap informasi dan edukasi yang
telah diberikan petugas kesehatan
mengenai cara dan manfaat pemberian
stimulasi perkembangan pada anak.
Semakin tingi tingkat pendidikan
seseorang maka semakin mudah pula
kemampuan seseoarang dalam menerima
informasi sehingga semakin banyak
pengetahuan yang dimiliki 9.
Uji statistik yang digunakan untuk
mengetahui hubungan antara status
pemberian ASI Eksklusif dengan
perkembangan motorik pada anak adalah
uji Chi-Square. Berdasarkan hasil
perhitungan uji tersebut, didapatkan
bahwa nilai p < 0,05 yaitu 0,000 yang
artinya dimana terdapat hubungan yang
bermakna antara pemberian ASI eksklusif
dengan perkembangan motorik pada anak
usia 1-3 tahun di wilayah kerja puskesmas
Talise tahun 2016. Oleh karena itu,
hipotesis kerja H1 pada penelitian ini
dapat diterima. Hal ini sesuai dengan teori
yang menyatakan bahwa bayi yang
berumur kurang dari 6 bulan yang belum
mengenal makanan lain selain ASI,
pertumbuhan dan perkembangannya tidak
akan mengalami gangguan 8.
Nurjannah, S (2015) melaporkan
bahwa terdapat hubungan yang bermakna
antara pemberian ASI eklusif dengan
perkembangan anak dengan nilai p =
0,022. Hasil penelitian ini juga sesuai
dengan penelitian yang dilakukan oleh
Sakinah (2014) dan Warliana (2007)
bahwa balita yang mendapatkan ASI
Eksklusif mempunyai hubungan yang
bermakna dengan perkembangan motorik
anak dengan nilai p = 0,000.
Beberapa penelitian memperlihatkan
bahwa bayi yang mendapat ASI jauh lebih
matang, lebih asertif dan progresifitas
yang lebih baik pada skala perkembangan
dibandingkan anak yang tidak
menggunakan ASI. Suatu penelitian
Honduras memperlihatkan bahwa bayi
yang mendapat ASI eksklusif selama 6
bulan dapat merangkak dan duduk lebih
dahulu dibandingkan bayi yang sudah
mendapat makanan pendamping saat usia
4 bulan. ASI mengandung nutrien yang
sangat baik dan sesuai dengan kebutuhan
bayi antara lain pertama asam amino
taurin, vitamin A, kalsium, mineral zink,
vitamin B16, laktosa, dan asam lemak
rantai panjang yaitu ARA dan DHA.
61 Ahmad F., Sumarni., Rahma Badaruddin, The Relation Between the Status ... dalam perkembangan bayi terutama
perkembangan motorik kasar 3.
Pemberian ASI secara eksklusif
mempengaruhi perkembangan karena ASI
mempunyai kandungan yang baik untuk
perkembangan anak selain itu pemberian
ASI juga dapat menjadi stimulasi untuk
perkembangan anak hal ini dikarenakan
pada saat menyusui anak dan ibu
berinteraksi sehingga membentuk
perkembangan anak. Selain dari
pemberian ASI juga dipengaruhi oleh
adanya stimulasi dari lingkungan sekitar.
Pemberian ASI eksklusif selama 0 sampai
6 bulan mencukupi kebutuhan
perkembangan otak yang berpengaruh
terhadap perkembangan anak secara
menyeluruh. Dimana DHA dan AA
merupakan nutrisi yang ada dalam ASI
yag berfungsi untuk mengoptimalkan
perkembangan 11.
Berdasarkan dari hasil analisis bivariat
didapatkan balita yang tidak mendapatkan
ASI eksklusif namun tetap mengalami
perkembangan motorik yang sesuai. Hal
ini bisa di sebabkan karena berbagai
faktor seperti faktor genetik, kesehatan,
rangsangan orang tua, prematur, kelainan
kongenital, infeksi, mekanis, dan toksin.
Stimulasi sendiri merupakan salah satu
faktor psikososial yang dapat
mempengaruhi perkembangan anak.
Stimulasi merupakan hal yang penting
dalam tumbuh kembang anak. Anak yang
mendapat stimulasi yang terarah dan
teratur akan lebih cepat berkembang
dibandingkan dengan anak yang kurang
atau tidak mendapat stimulasi 4.
Keuntungan dari pemberian ASI
eksklusif adalah bayi mengalami
pertumbuhan dan perkembangan yang
sesuai dengan umur, terbentuknya ikatan
batin yang kuat, serta meminimalkan
resiko bayi terserang penyakit pencernaan,
pernafasan, dan lain-lain. Pemberian ASI
akan lebih efektif jika ibu mempunyai
waktu yang lama saat menyusui, karena
ada proses interaksi ketika proses
menyusui yang memungkinkan ibu
memberikan stimulus pada bayi melalui
dekapan, kontak mata, komunikasi antara
ibu dan bayi, upaya ibu untuk
menenangkan bayi saat menangis dan
upaya bayi mancari puting susu ibu,
sehingga terjalin bounding attechment.
Bounding attachment dapat diperoleh dari
menyusui, hal ini memberikan
62 Ahmad F., Sumarni., Rahma Badaruddin, The Relation Between the Status ... stimulus terhadap bayi melalui cara
menyentuh bayi, memasukkan puting susu
pada mulut, tercipta kontak mata, interaksi
ibu terhadap bayi sehingga perkembangan
anak dapat normal sesuai usianya 8.
Penelitian ini mempunyai banyak
keterbatasan, diantaranya sulitnya
mendapatkan sampel balita yang rutin
berkunjung ke puskesmas, sehingga
peneliti langsung turun ke rumah warga
untuk melakukan penelitian. Kendala lain
yang dihadapi yaitu sulitnya berdiskusi
karena orang tua yang tidak memahami
kalimat yang di ucapkan oleh peneliti.
Selain itu, pengaruh pemberian ASI
Eksklusif hanya dinilai menggunakan
KMS, sehingga hasilnya kurang maksimal
dan juga masih banyaknya orang yang
belum memahami betul pengertian yang
sebenarnya dari ASI Eksklusif sehingga
masih cukup banyak balita yang tidak
mendapatkan ASI secara eksklusif.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian yang
telah dilakukan pada 92 sampel balita
maka dapat dibuat beberapa kesimpulan
diantaranya yaitu :
1. Status pemberian ASI Eksklusif pada
anak usia 1-3 tahun sebagian besar
tidak mendapatkan ASI Eksklusif
yaitu sebanyak 56 (60,9%) balita dan
sebanyak 36 (39,1%) balita
mendapatkan ASI Eksklusif.
2. Tingkat kejadian gangguan
perkembangan motorik pada anak
usia 1-3 tahun sebagian besar sesuai
yaitu sebanyak 47 (51,1%) balita,
sebanyak 30 (32,6%) balita yang
meragukan, dan sebanyak 15 (16,3%)
balita yang menyimpang.
3. Terdapat hubungan yang bermakna
antara status pemberian ASI Eksklusif
dengan perkembangan motorik pada
anak usia 1-3 tahun di puskesmas
Talise tahun 2016.
SARAN
1. Diharapkan untuk penelitian ini bisa
menjadi pedoman untuk penelitian
selanjutnya agar lebih dikembangkan
lagi.
2. Diharapkan pada penelitian
selanjutnya disertai dengan
dilakukannya penyuluhan pada orang
tua agar dapat lebih memahami
63 Ahmad F., Sumarni., Rahma Badaruddin, The Relation Between the Status ... berbagai macam gangguan
perkembangan pada anak.
3. Diharapkan untuk Orang tua balita
lebih rutin memeriksakan anaknya ke
pusat kesehatan secara periodik,
sehingga dapat lebih dini diketahui
adanya ganguan perkembangan pada
anak.
4. Diharapkan puskesmas Talise
memiliki data balita yang mengalami
gangguan dalam perkembangan
motorik agar dapat menilai seberapa
banyak balita yang mengalami
gangguan sehingga kedepannya
gangguan tersebut dapat dicegah.
DAFTAR PUSTAKA
1. Christiari, A.Y., Syamlan, R.,
Kusuma, I.F. 2013. ‘Hubungan
Pengetahuan Ibu tentang Stimulasi
Dini dengan Perkembangan Motorik
pada Anak Usia 6-24 bulan di
Kecamatan Mayang Kabupaten Jember’. Jurnal Pustaka Kesehatan,
Vol. 1, No. 1. Diakses pada 30
Agustus 2016, Dari <http://
jurnal.unej.ac.id>.
2. Dinkes Sulteng. 2014. Profil
Kesehatan Provinsi Sulteng. Dinas
Kesehatan Daerah UPT Surveilans,
Data dan Informasi Provinsi Sulawesi
Tengah : Palu.
3. IDAI. 2008. Bedah ASI Kajian Dari
Berbagai Sudut Pandang Ilmiah.
Balai Penerbit FKUI, Jakarta.
4. Sumiyati. 2016. Hubungan Stimulasi
Dengan Perkembangan Anak Usia
4-5 Tahun Di Desa Karangtengah
Kecamatan Baturaden Kabupaten
Banyumas. Jurnal LINK, 12 (1), 34 –
38. Diakses pada 31 Agustus 2016,
Dari
<http://ejournal.poltekkes-smg.ac.id>.
5. Kemenkes RI. 2014. Profil Kesehatan
Indonesia. Kementrian Kesehatan RI
: Jakarta.
6. Lindawati. 2013. ‘Faktor-Faktor yang
Berhubungan Dengan Perkembangan
Motorik Anak Usia Pra Sekolah’.
Jurnal Health Quality, Vol. 4 No. 1,
Hal. 1-76. Diakses pada 30 Agustus
2016, Dari <http:// www.
poltekkesjakarta1.ac.id >.
7. Lisa, U.F. 2012. ‘Hubungan
Pemberian ASI Eksklusif dengan
Perkembangan Motorik Kasar Balita
Di Kelurahan Brontokusuman
64 Ahmad F., Sumarni., Rahma Badaruddin, The Relation Between the Status ...
Jurnal Ilmiah STIKES U’Budiyah,
Vol.1, No.2. Diakses pada 30 Agustus
2016, Dari <
http://www.ejournal.uui.ac.id/ >.
8. Nurjannah, S. 2015. ‘ASI Eksklusif
Meningkatkan Perkembangan Bayi
Usia 6-12 Bulan Di Wilayah Kerja Puskesmas Banyu Urip Surabaya’.
Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol. 8, No.
2, Hal 221-228. Diakses pada 31
Agustus 2016, Dari <http://
journal.unusa.ac.id>.
9. Nursalam. 2008. Konsep dan
Penerapan Metodologi Penelitian
Ilmu Keperawatan. Jakarta: Salemba
Medika.
10. Rahmadhani, E.P., Lubis, G., Edison.
2013. ‘Hubungan Pemberian ASI
Eksklusif dengan Angka Kejadian
Diare Akut pada Bayi Usia 0-1 Tahun
di Puskesmas Kuranji Kota Padang’.
Jurnal Kesehatan Andalas, Vol. 2,
No2. Diakses pada 30 Agustus 2016,
Dari <http:// jurnal.fk.unand.ac.id>.
11. Roesli, U. 2007.Mengenal ASI
Eksklusif. Trubus Agriwidya :
Jakarta.
12. Sulistyo, Dwi Cahyaningsih. 2011.
Pertumbuhan dan Perkembangan
Anak dan Remaja. Jakarta : Trans
Info Mediia.
13. Suryaputri, I.Y., Rosha B.C.,
Anggraeni D. 2014. ‘Determinan
Kemampuan Motorik Anak Berusia
2-5 Tahun: Studi Kasus Di Kelurahan Kebon Kalapa Bogor’. Penel Gizi Makan, Vol. 37 (1): 43-50,. Diakses
pada 30 Agustus 2016, Dari <http://