• Tidak ada hasil yang ditemukan

THE RELATIONSHIP BETWEEN THE STATUS OF EXCLUSIVE BREASTFEEDING WITH MOTOR DEVELOPMENT IN CHILDREN AGED 1-3 YEARS AT WORKING AREA OF TALISE PUBLIC HEALTH CENTER IN 2016 | Febriady | Medika Tadulako: Jurnal Ilmiah Kedokteran Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kes

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "THE RELATIONSHIP BETWEEN THE STATUS OF EXCLUSIVE BREASTFEEDING WITH MOTOR DEVELOPMENT IN CHILDREN AGED 1-3 YEARS AT WORKING AREA OF TALISE PUBLIC HEALTH CENTER IN 2016 | Febriady | Medika Tadulako: Jurnal Ilmiah Kedokteran Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kes"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

52 Ahmad F., Sumarni., Rahma Badaruddin, The Relation Between the Status ... THE RELATIONSHIP BETWEEN THE STATUS OF EXCLUSIVE

BREASTFEEDING WITH MOTOR DEVELOPMENT IN CHILDREN AGED 1-3 YEARS AT WORKING AREA OF

TALISE PUBLIC HEALTH CENTER IN 2016

Ahmad Febriady*, Sumarni**, Rahma Badaruddin***

*Medical Student, Faculty of Medicine and Health Sciences, University of Tadulako

**Department of public health sciences, Faculty of Medicine and Health Sciences, University of Tadulako

***Department of Physiology, Faculty of Medicine and Health Sciences, University of Tadulako.

ABSTRACT

Background. Exclusive breastfeeding is giving only breast milk without any liquid or solid food except vitamin, mineral, or medication in the form of drops or syrup until the age of 6 months. This study aims to determine the relationship between the status of exclusive breastfeeding with motor development in children aged 1-3 years at working area of Talise Public Health Center.

Methods. The study was observational analytic with cross sectional approach. The samples used were 92 children aged 1-3 years, with a purposive sampling technique. The results of this study were statistically tested by chi-square test on the error rate 10% using a computer software program.

Result. In this research showed that under-five children who are not receive exclusive breastfeeding and motor development that deviates as much as 15 children (26.8%), under-five children who are not receive exclusive breastfeeding and motor development that dubious as much as 29 children (51.8%) and under-five children who are not exclusive breastfeeding and appropriate motor development as many as 12 children (21.4%). In under-five children with exclusive breastfeeding and motor development that deviates as much as 0 children (0%), under-five children who are receive exclusive breastfeeding and motor development that dubious as much as 1 children (2.8%), as well as under-five children who are receive exclusive breastfeeding and appropriate motor development as many as 35 children (97, 2%).

Conclusion. There was a significant relationship between the status of exclusive breastfeeding with motor development in children aged 1-3 years at working area of Talise Public Health Center in 2016.

(2)

53 Ahmad F., Sumarni., Rahma Badaruddin, The Relation Between the Status ... ABSTRAK

Latar Belakang. ASI eksklusif adalah pemberian hanya ASI saja tanpa cairan atau makanan padat apapun kecuali vitamin, mineral, atau obat dalam bentuk tetes atau sirup sampai usia 6 bulan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara status pemberian ASI eksklusif dengan perkembangan motorik pada anak usia 1 – 3 tahun diwilayah kerja Puskesmas Talise.

Metode. Penelitian observasional analitik korelatif dengan Pendekatan Cross Sectional Study. Jumlah sampel yang digunakan adalah 92 balita usia 1-3 tahun, dengan teknik

purposive sampling. Hasil penelitian ini diuji secara statistik dengan uji chi square pada tingkat kesalahan 10% menggunakan program software komputer.

Hasil. Pada penelitian ini di peroleh balita yang tidak ASI Eksklusif dan perkembangan motorik yang menyimpang sebanyak 15 anak (26,8%), balita yang tidak ASI Eksklusif dan perkembangan motorik yang meragukan sebanyak 29 anak (51,8%) dan balita yang tidak ASI Eksklusif dan perkembangan motorik yang sesuai sebanyak 12 anak (21,4%). Pada balita yang ASI Eksklusif dan perkembangan motorik menyimpang sebanyak 0 anak (0%), balita yang ASI Eksklusif dan perkembangan motorik meragukan sebanyak 1 anak (2,8%), serta balita yang ASI Eksklusif dan perkembangan motorik sesuai sebanyak 35 anak (97,2%). Hal ini didukung dengan hasil uji Chi-Squaredimana nilai p < nilai α yaitu p =

0,000.

Kesimpulan. Terdapat hubungan signifikan antara status pemberian ASI eksklusif dengan perkembangan motorik pada anak usia 1-3 tahun di wilayah kerja puskesmas Talise tahun 2016.

(3)

54 Ahmad F., Sumarni., Rahma Badaruddin, The Relation Between the Status ... PENDAHULUAN

Perkembangan anak adalah segala

perubahan yang terjadi pada anak, dilihat

dari berbagai aspek, antara lain aspek

motorik, emosi, kognitif, dan psikososial

(bagaimana anak berinteraksi dengan

lingkungannya) 6. Pada usia 0-2 tahun

merupakan masa tumbuh kembang yang

optimal (golden period) terutama untuk

pertumbuhan janin sehingga bila terjadi

gangguan pada masa ini tidak dapat

dicukupi pada masa berikutnya dan akan

berpengaruh negatif pada kualitas generasi

penerus 5.

Salah satu aspek pertumbuhan dan

perkembangan anak yang perlu

diperhatikan yaitu kemampuan motorik.

Kemampuan motorik anak dapat

membantu anak untuk mengeksplorasi

lingkungan sekitar melalui gerakan fisik,

berkaitan juga pada hubungan

interpersonal dengan orang lain misalnya

dalam permainan, juga mengembangkan

aspek sosioemosional melalui perasaan

bahagia saat melakukan aktifitas

permainan dengan orang lain.

Kemampuan motorik juga berhubungan

dengan status gizi anak. Permasalahan gizi

yang dialami anak berusia balita dapat

mengakibatkan terhambatnya

perkembangan anak. Hasil penelitian

mengungkapkan bahwa anak yang

mengalami hambatan pertumbuhan

menjadi tidak aktif, apatis, pasif, dan tidak

mampu berkonsentrasi13.

Pada tahun 2003, Depkes RI

melakukan skrining perkembangan di 30

provinsi di Indonesia dan dilaporkan

45,12% bayi mengalami gangguan

perkembangan 1.

Definisi ASI eksklusif

bermacam-macam tetapi definisi yang sering

digunakan adalah definisi WHO yang

menyebutkan ASI eksklusif adalah

pemberian hanya ASI saja tanpa cairan

atau makanan padat apapun kecuali

vitamin, mineral, atau obat dalam bentuk

tetes atau sirup sampai usia 6 bulan 10.

Pemberian ASI eksklusif pada bayi di

bawah usia dua bulan berdasarkan Survei

Demografi dan Kesehatan Indonesia

(SDKI) tahun 2006 - 2007 hanya

mencakup 67% dari total bayi yang ada.

Persentase tersebut menurun seiring

dengan bertambahnya usia bayi. Yang

lebih memprihatinkan, 13% bayi dibawah

(4)

55 Ahmad F., Sumarni., Rahma Badaruddin, The Relation Between the Status ... satu dari tiga bayi usia 2 - 3 bulan telah

diberi makanan tambahan 7.

Mengacu pada target program pada

tahun 2014 sebesar 80%, maka secara

nasional cakupan pemberian ASI eksklusif

sebesar 52,3% belum mencapai target.

Menurut provinsi, hanya terdapat satu

provinsi yang berhasil mencapai target

yaitu Provinsi Nusa Tenggara Barat

sebesar 84,7% 5.

Cakupan Pemberian ASI Eksklusif di

Provinsi Sulawesi Tengah dari tahun 2013

sampai tahun 2014 mengalami trend

kenaikan yang belum signifikan, dimana

pada tahun 2013 sebesar 54,7% meningkat

menjadi 55,5% pada tahun 2014.

Berdasarkan laporan pengelola program

Kabupaten/Kota cakupan rata-rata

tertinggi tahun 2013 berada di Kabupaten

Morowali sebesar 77% dan cakupan tahun

2014 di Kabupaten Morowali sebesar

67,3% yang tertinggi bayi yang diberi ASI

Eksklusif. Cakupan terendah bayi yang

memperoleh ASI Eksklusif yaitu

Kabupaten Tojo Una-Una sebesar 32,1%

Tahun 2013 2.

Angka pemberian ASI eksklusif pada

balita di Kota Palu tahun 2014 sebesar

20,3%. Memang hasil cakupan Pemberian

ASI eksklusif pada bayi umur 0 sampai

dengan umur 6 bulan yang diperoleh

belum mencapai target sebesar 70%.

Berdasarkan data dari profil kesehatan

puskesmas Talise (2015), Angka

pemberian ASI eksklusif diwilayah Kerja

Puskesmas Talise tahun 2015 sebanyak

101 balita dari total 129 balita atau

sebesar 78,3%.

Kurangnya data tentang balita yang

mengalami gangguan perkembangan

motorik dan masih kurangnya kesadaran

akan pentingnya pemberian ASI eksklusif

di wilayah kota palu maka peneliti tertarik

untuk meneliti apakah ada hubungan

pemberian ASI eksklusif dengan

perkembangan motorik pada anak usia 1 –

3 tahun diwilayah kerja Puskesmas Talise.

METODE

Jenis penelitian yang digunakan yaitu

penelitian observasional analitik korelatif.

Desain penelitian yang digunakan adalah

cross sectional, dimana mengukur

hubungan antara faktor resiko dengan

kejadian suatu penyakit, dengan cara

observasi atau pengumpulan data

sekaligus pada satu waktu dan dilakukan

(5)

56 Ahmad F., Sumarni., Rahma Badaruddin, The Relation Between the Status ... Populasi dalam penelitian ini adalah

seluruh pasien balita usia 1-3 tahun yang

datang ke Puskesmas Talise kota Palu

periode Januari sampai Desember 2016

yaitu sebanyak 1.068 balita. Sampel

adalah subyek – subjek dari populasi

aktual yang benar - benar akan diteliti

pada periode Januari sampai Desember

tahun 2016 yaitu sebanyak 92 sampel dan

mewakili seluruh populasi dengan metode

purposive sampling. Sampel yang diambil haruslah memenuhi kriteria inklusi dan

eksklusi berikut:

a. Kriteria inklusi

1. Data pada Kartu Menuju Sehat

(KMS) yang lengkap seperti

memuat identitas subjek, berat

badan waktu lahir, data

pemberian imunisasi dasar

lengkap dan data pemberian ASI

eksklusif atau tidak ASI

eksklusif.

2. Balita usia 1-3 tahun.

3. Balita yang bertempat tinggal di

wilayah kerja Puskesmas Talise.

4. Balita yang di dampingi dengan

orang tua.

5. Bersedia ikut berpartisipasi dalam

penelitian.

b. Kriteria Eksklusi

1. Balita dengan berat badan lahir

rendah.

2. Balita yang tidak menerima

imunisasi dasar lengkap.

Cara pengumpulan data yang

digunakan adalah menggunakan KMS

(Kartu menuju Sehat) untuk menilai status

pemberian ASI eksklusif, sedangkan

Formulir KPSP (Kuisioner Pre-Skrining

Perkembangan) diisi oleh peneliti ketika

melakukaan penilaian terhadap

perkembangan motorik anak usia 1-3

tahun.

Data yang sudah terkumpul kemudian

dianalisis dengan analisis univariat untuk

mendeskripsikan variabel penelitian guna

memperoleh gambaran atau karakteristik

sebelum dilakukan analisis bivariat dan

analisis bivariat untuk menilai hubungan

antara variabel bebas dan variabel terikat.

Analisis bivariat dengan data kategorikal

pada variabel bebas dan terikat

menggunakan uji hipotesis uji Kai

Kuadrat (Chi Square), dengan tingkat kemaknaan (α) 0,10. Bila ρ value ≤ α, H1 diterima, berarti ada hubungan yang

(6)

57 Ahmad F., Sumarni., Rahma Badaruddin, The Relation Between the Status ... value > α, H1 ditolak, berarti tidak ada

hubungan yang bermakna (signifikan).

HASIL

1. Analisis univariat

a. Distribusi sampel berdasarkan status pemberian ASI eksklusif

Tabel 4.1 Distribusi sampel

berdasarkan status pemberian ASI

Eksklusif

ASI

Eksklusif Jumlah Persentase (%)

Ya 36 39,1

Tidak 56 60,9

Total 92 100

Sumber : Data sekunder (KMS, 2016)

Berdasarkan data pada tabel 4.1, balita

yang tidak mendapatkan ASI Eksklusif

yaitu sebanyak 56 balita (39,1%) dan

balita yang mendapatkan ASI Eksklusif

adalah sebanyak 36 balita (60,9%). Dari

data diatas, terlihat jumlah balita yang

tidak mendapatkan ASI Eksklusif lebih

banyak dibandingkan yang mendapatkan

ASI Eksklusif.

b. Distribusi sampel berdasarkan status

perkembangan motorik

Tabel 4.2 Distribusi sampel berdasarkan

status perkembangan motorik

Perkembangan

Motorik Jumlah

Persentase

(%)

Sesuai 47 51,1

Meragukan 30 32,6

Penyimpangan 15 16,3

Total 92 100

Sumber : Data primer (KPSP, 2016)

Data perkembangan motorik kasar

diperoleh dari hasil penilaian dengan

menggunakan KPSP usia 12–36 bulan

yang kemudian dikategorikan menjadi 3

kategori yaitu Sesuai, Meragukan dan

Penyimpangan.

Berdasarkan data pada tabel 4.2

diatas, sebagian besar balita dengan

perkembangan motorik yang sesuai yaitu

sebanyak 47 balita (51,1%), sedangkan

balita dengan perkembangan motorik

meragukan adalah sebanyak 30 balita

(32,6%), dan balita dengan perkembangan

motorik menyimpang adalah sebanyak 15

(7)

58 Ahmad F., Sumarni., Rahma Badaruddin, The Relation Between the Status ... 2. Analisis Bivariat

a. Hubungan pemberian ASI Eksklusif dengan perkembangan motorik

Tabel 4.3 Hubungan pemberian ASI Eksklusif dengan

perkembangan motorik

Data status pemberian ASI Pada tabel 4.3

diatas, didapatkan bahwa balita yang tidak

mendapatkan ASI Eksklusif dan

perkembangan motorik yang menyimpang

sebanyak 15 dari 56 anak (26,8%), untuk

balita yang tidak mendapatkan ASI

Eksklusif dan perkembangan motorik

yang meragukan sebanyak 29 dari 56 anak

(51,8%), serta balita yang tidak mendapat

ASI Eksklusif dan perkembangan motorik

yang sesuai sebanyak 12 dari 56 anak

(21,4%). Pada balita yang mendapatkan

ASI Eksklusif dan perkembangan motorik

yang menyimpang sebanyak 0 dari 36

anak (0%), sedangkan balita yang

mendapatkan ASI Eksklusif dan

perkembangan motorik yang meragukan

sebanyak 1 dari 36 anak (2,8%), serta

balita yang mendapat ASI Eksklusif dan

perkembangan motorik yang sesuai

sebanyak 35 dari 36 anak (97,2%). Dari

data tersebut terlihat bahwa balita yang

tidak diberikan ASI Eksklusif lebih

beresiko mengalami gangguan

perkembangan motorik dibandingkan

yang diberikan ASI Eksklusif. Hal ini juga

didukung dengan hasil uji Chi-Square

dimana nilai p < nilai α yaitu p = 0,000

yang berarti H1 diterima.

PEMBAHASAN

Berdasarkan dari hasil analisis

univariat pada status pemberian ASI

eksklusif didapatkan sebagian besar balita

tidak mendapatkan ASI eksklusif

dibandingkan dengan yang mendapatkan

ASI eksklusif. Sedikitnya pemberian ASI

eksklusif ini kemungkinan disebabkan

oleh beberapa faktor, diantaranya

kesibukan ibu yang bekerja sehingga

mereka memberikan susu formula atau

makanan tambahan ataupun karena

pengetahuan ibu yang kurang tentang

pentingnya ASI eksklusif, padahal

interaksi timbal balik antara ibu dan anak

(8)

59 Ahmad F., Sumarni., Rahma Badaruddin, The Relation Between the Status ... juga, keuntungan untuk bayi selain nilai

gizi ASI yang tinggi, juga adanya zat anti

pada ASI yang melindungi bayi terhadap

berbagai macam infeksi. Disamping itu

bayi juga merasakan sentuhan, kata-kata

dan tatapan kasih sayang dari ibunya,

serta mendapatkan kehangatan yang

penting untuk tumbuh kembangnya 7. Usia

juga mempengaruhi seseorang untuk

memberikan ASI eksklusif pada anaknya.

Ibu yang berusia antara 20-40 tahun dan

sebagian besar adalah primigravida,

dikatakan siap dari segi psikologis yang

sudah dewasa dan dari segi fisik dimana

usia tersebut dalam kategori usia produktif

yang idealnya tidak sulit untuk

memberikan ASI eksklusif pada anaknya.

Begitu juga dengan pengalaman pertama

mempunyai anak, hal tersebut membuat

ibu mempunyai motivasi yang tinggi

untuk memberikan ASI secara eksklusif 8.

Dari data hasil analisis univariat

berdasarkan status perkembangan motorik

didapatkan banyak balita memiliki

perkembangan motorik yang sesuai

dengan usianya. Namun, cukup banyak

juga balita yang mengalami

penyimpangan perkembangan motorik

walaupun tidak signifikan. Banyaknya

balita yang mengalami penyimpangan

perkembangan motorik kemungkinan

disebabkan oleh kurangnya stimulasi dari

keluarga, kurangnya informasi dalam

mendidik anak dalam membantu

perkembangan anak ataupun dikarenakan

pekerjaan orang tua sehingga perhatian

dan didikan kepada anak sangatlah

kurang. Hal-hal tersebut diatas hanya

sebagian kecil yang dapat mempengaruhi

perkembangan motorik kasar anak selain

ASI eksklusif 7. Status pekerjaan ibu

mempengaruhi jumlah waktu yang

dimiliki ibu dalam melaksanakan

fungsinya sebagai ibu rumah tangga,

dimana ibu yang bekerja akan terbagi

waktunya oleh tanggung jawab di luar

fungsinya sebagai ibu rumah tangga 12.

Faktor lain yang mempengaruhi

perkembangan anak adalah kedudukan

anak dalam keluarga. Ibu muda yang baru

mempunyai anak akan kurang

berpengalaman untuk memberikan asuhan

pada bayinya, sehingga ibu juga tidak

mengerti cara memberi stimulasi

perkembangan sesuai usia anak. Sehingga

anak dapat mengalami keterlambatan

dalam perkembangannya. Faktor

(9)

60 Ahmad F., Sumarni., Rahma Badaruddin, The Relation Between the Status ... berpendidikan menengah cukup dapat

menangkap informasi dan edukasi yang

telah diberikan petugas kesehatan

mengenai cara dan manfaat pemberian

stimulasi perkembangan pada anak.

Semakin tingi tingkat pendidikan

seseorang maka semakin mudah pula

kemampuan seseoarang dalam menerima

informasi sehingga semakin banyak

pengetahuan yang dimiliki 9.

Uji statistik yang digunakan untuk

mengetahui hubungan antara status

pemberian ASI Eksklusif dengan

perkembangan motorik pada anak adalah

uji Chi-Square. Berdasarkan hasil

perhitungan uji tersebut, didapatkan

bahwa nilai p < 0,05 yaitu 0,000 yang

artinya dimana terdapat hubungan yang

bermakna antara pemberian ASI eksklusif

dengan perkembangan motorik pada anak

usia 1-3 tahun di wilayah kerja puskesmas

Talise tahun 2016. Oleh karena itu,

hipotesis kerja H1 pada penelitian ini

dapat diterima. Hal ini sesuai dengan teori

yang menyatakan bahwa bayi yang

berumur kurang dari 6 bulan yang belum

mengenal makanan lain selain ASI,

pertumbuhan dan perkembangannya tidak

akan mengalami gangguan 8.

Nurjannah, S (2015) melaporkan

bahwa terdapat hubungan yang bermakna

antara pemberian ASI eklusif dengan

perkembangan anak dengan nilai p =

0,022. Hasil penelitian ini juga sesuai

dengan penelitian yang dilakukan oleh

Sakinah (2014) dan Warliana (2007)

bahwa balita yang mendapatkan ASI

Eksklusif mempunyai hubungan yang

bermakna dengan perkembangan motorik

anak dengan nilai p = 0,000.

Beberapa penelitian memperlihatkan

bahwa bayi yang mendapat ASI jauh lebih

matang, lebih asertif dan progresifitas

yang lebih baik pada skala perkembangan

dibandingkan anak yang tidak

menggunakan ASI. Suatu penelitian

Honduras memperlihatkan bahwa bayi

yang mendapat ASI eksklusif selama 6

bulan dapat merangkak dan duduk lebih

dahulu dibandingkan bayi yang sudah

mendapat makanan pendamping saat usia

4 bulan. ASI mengandung nutrien yang

sangat baik dan sesuai dengan kebutuhan

bayi antara lain pertama asam amino

taurin, vitamin A, kalsium, mineral zink,

vitamin B16, laktosa, dan asam lemak

rantai panjang yaitu ARA dan DHA.

(10)

61 Ahmad F., Sumarni., Rahma Badaruddin, The Relation Between the Status ... dalam perkembangan bayi terutama

perkembangan motorik kasar 3.

Pemberian ASI secara eksklusif

mempengaruhi perkembangan karena ASI

mempunyai kandungan yang baik untuk

perkembangan anak selain itu pemberian

ASI juga dapat menjadi stimulasi untuk

perkembangan anak hal ini dikarenakan

pada saat menyusui anak dan ibu

berinteraksi sehingga membentuk

perkembangan anak. Selain dari

pemberian ASI juga dipengaruhi oleh

adanya stimulasi dari lingkungan sekitar.

Pemberian ASI eksklusif selama 0 sampai

6 bulan mencukupi kebutuhan

perkembangan otak yang berpengaruh

terhadap perkembangan anak secara

menyeluruh. Dimana DHA dan AA

merupakan nutrisi yang ada dalam ASI

yag berfungsi untuk mengoptimalkan

perkembangan 11.

Berdasarkan dari hasil analisis bivariat

didapatkan balita yang tidak mendapatkan

ASI eksklusif namun tetap mengalami

perkembangan motorik yang sesuai. Hal

ini bisa di sebabkan karena berbagai

faktor seperti faktor genetik, kesehatan,

rangsangan orang tua, prematur, kelainan

kongenital, infeksi, mekanis, dan toksin.

Stimulasi sendiri merupakan salah satu

faktor psikososial yang dapat

mempengaruhi perkembangan anak.

Stimulasi merupakan hal yang penting

dalam tumbuh kembang anak. Anak yang

mendapat stimulasi yang terarah dan

teratur akan lebih cepat berkembang

dibandingkan dengan anak yang kurang

atau tidak mendapat stimulasi 4.

Keuntungan dari pemberian ASI

eksklusif adalah bayi mengalami

pertumbuhan dan perkembangan yang

sesuai dengan umur, terbentuknya ikatan

batin yang kuat, serta meminimalkan

resiko bayi terserang penyakit pencernaan,

pernafasan, dan lain-lain. Pemberian ASI

akan lebih efektif jika ibu mempunyai

waktu yang lama saat menyusui, karena

ada proses interaksi ketika proses

menyusui yang memungkinkan ibu

memberikan stimulus pada bayi melalui

dekapan, kontak mata, komunikasi antara

ibu dan bayi, upaya ibu untuk

menenangkan bayi saat menangis dan

upaya bayi mancari puting susu ibu,

sehingga terjalin bounding attechment.

Bounding attachment dapat diperoleh dari

menyusui, hal ini memberikan

(11)

62 Ahmad F., Sumarni., Rahma Badaruddin, The Relation Between the Status ... stimulus terhadap bayi melalui cara

menyentuh bayi, memasukkan puting susu

pada mulut, tercipta kontak mata, interaksi

ibu terhadap bayi sehingga perkembangan

anak dapat normal sesuai usianya 8.

Penelitian ini mempunyai banyak

keterbatasan, diantaranya sulitnya

mendapatkan sampel balita yang rutin

berkunjung ke puskesmas, sehingga

peneliti langsung turun ke rumah warga

untuk melakukan penelitian. Kendala lain

yang dihadapi yaitu sulitnya berdiskusi

karena orang tua yang tidak memahami

kalimat yang di ucapkan oleh peneliti.

Selain itu, pengaruh pemberian ASI

Eksklusif hanya dinilai menggunakan

KMS, sehingga hasilnya kurang maksimal

dan juga masih banyaknya orang yang

belum memahami betul pengertian yang

sebenarnya dari ASI Eksklusif sehingga

masih cukup banyak balita yang tidak

mendapatkan ASI secara eksklusif.

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian yang

telah dilakukan pada 92 sampel balita

maka dapat dibuat beberapa kesimpulan

diantaranya yaitu :

1. Status pemberian ASI Eksklusif pada

anak usia 1-3 tahun sebagian besar

tidak mendapatkan ASI Eksklusif

yaitu sebanyak 56 (60,9%) balita dan

sebanyak 36 (39,1%) balita

mendapatkan ASI Eksklusif.

2. Tingkat kejadian gangguan

perkembangan motorik pada anak

usia 1-3 tahun sebagian besar sesuai

yaitu sebanyak 47 (51,1%) balita,

sebanyak 30 (32,6%) balita yang

meragukan, dan sebanyak 15 (16,3%)

balita yang menyimpang.

3. Terdapat hubungan yang bermakna

antara status pemberian ASI Eksklusif

dengan perkembangan motorik pada

anak usia 1-3 tahun di puskesmas

Talise tahun 2016.

SARAN

1. Diharapkan untuk penelitian ini bisa

menjadi pedoman untuk penelitian

selanjutnya agar lebih dikembangkan

lagi.

2. Diharapkan pada penelitian

selanjutnya disertai dengan

dilakukannya penyuluhan pada orang

tua agar dapat lebih memahami

(12)

63 Ahmad F., Sumarni., Rahma Badaruddin, The Relation Between the Status ... berbagai macam gangguan

perkembangan pada anak.

3. Diharapkan untuk Orang tua balita

lebih rutin memeriksakan anaknya ke

pusat kesehatan secara periodik,

sehingga dapat lebih dini diketahui

adanya ganguan perkembangan pada

anak.

4. Diharapkan puskesmas Talise

memiliki data balita yang mengalami

gangguan dalam perkembangan

motorik agar dapat menilai seberapa

banyak balita yang mengalami

gangguan sehingga kedepannya

gangguan tersebut dapat dicegah.

DAFTAR PUSTAKA

1. Christiari, A.Y., Syamlan, R.,

Kusuma, I.F. 2013. ‘Hubungan

Pengetahuan Ibu tentang Stimulasi

Dini dengan Perkembangan Motorik

pada Anak Usia 6-24 bulan di

Kecamatan Mayang Kabupaten Jember’. Jurnal Pustaka Kesehatan,

Vol. 1, No. 1. Diakses pada 30

Agustus 2016, Dari <http://

jurnal.unej.ac.id>.

2. Dinkes Sulteng. 2014. Profil

Kesehatan Provinsi Sulteng. Dinas

Kesehatan Daerah UPT Surveilans,

Data dan Informasi Provinsi Sulawesi

Tengah : Palu.

3. IDAI. 2008. Bedah ASI Kajian Dari

Berbagai Sudut Pandang Ilmiah.

Balai Penerbit FKUI, Jakarta.

4. Sumiyati. 2016. Hubungan Stimulasi

Dengan Perkembangan Anak Usia

4-5 Tahun Di Desa Karangtengah

Kecamatan Baturaden Kabupaten

Banyumas. Jurnal LINK, 12 (1), 34 –

38. Diakses pada 31 Agustus 2016,

Dari

<http://ejournal.poltekkes-smg.ac.id>.

5. Kemenkes RI. 2014. Profil Kesehatan

Indonesia. Kementrian Kesehatan RI

: Jakarta.

6. Lindawati. 2013. ‘Faktor-Faktor yang

Berhubungan Dengan Perkembangan

Motorik Anak Usia Pra Sekolah’.

Jurnal Health Quality, Vol. 4 No. 1,

Hal. 1-76. Diakses pada 30 Agustus

2016, Dari <http:// www.

poltekkesjakarta1.ac.id >.

7. Lisa, U.F. 2012. ‘Hubungan

Pemberian ASI Eksklusif dengan

Perkembangan Motorik Kasar Balita

Di Kelurahan Brontokusuman

(13)

64 Ahmad F., Sumarni., Rahma Badaruddin, The Relation Between the Status ...

Jurnal Ilmiah STIKES U’Budiyah,

Vol.1, No.2. Diakses pada 30 Agustus

2016, Dari <

http://www.ejournal.uui.ac.id/ >.

8. Nurjannah, S. 2015. ‘ASI Eksklusif

Meningkatkan Perkembangan Bayi

Usia 6-12 Bulan Di Wilayah Kerja Puskesmas Banyu Urip Surabaya’.

Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol. 8, No.

2, Hal 221-228. Diakses pada 31

Agustus 2016, Dari <http://

journal.unusa.ac.id>.

9. Nursalam. 2008. Konsep dan

Penerapan Metodologi Penelitian

Ilmu Keperawatan. Jakarta: Salemba

Medika.

10. Rahmadhani, E.P., Lubis, G., Edison.

2013. ‘Hubungan Pemberian ASI

Eksklusif dengan Angka Kejadian

Diare Akut pada Bayi Usia 0-1 Tahun

di Puskesmas Kuranji Kota Padang’.

Jurnal Kesehatan Andalas, Vol. 2,

No2. Diakses pada 30 Agustus 2016,

Dari <http:// jurnal.fk.unand.ac.id>.

11. Roesli, U. 2007.Mengenal ASI

Eksklusif. Trubus Agriwidya :

Jakarta.

12. Sulistyo, Dwi Cahyaningsih. 2011.

Pertumbuhan dan Perkembangan

Anak dan Remaja. Jakarta : Trans

Info Mediia.

13. Suryaputri, I.Y., Rosha B.C.,

Anggraeni D. 2014. ‘Determinan

Kemampuan Motorik Anak Berusia

2-5 Tahun: Studi Kasus Di Kelurahan Kebon Kalapa Bogor’. Penel Gizi Makan, Vol. 37 (1): 43-50,. Diakses

pada 30 Agustus 2016, Dari <http://

Gambar

Tabel 4.2 Distribusi sampel berdasarkan
Tabel 4.3    Hubungan pemberian ASI motorik Eksklusif dengan

Referensi

Dokumen terkait

Cutlip, Center dan Brown (2008) mengungkapkan bahwa, “Public Relations adalah fungsi management secara khusus yang mendukung terbentuknya saling pengertian dalam

sponge Xestospongia sp2 dan Phyllospongia sp1 yang dikoleksi dari perairan Flores serta satu jenis sponge yang dikoleksi dari perairan Jepara yaitu sponge dengan kode

In the morphological dilation and erosion operations, the state of any given pixel in the output image is determined by applying a rule to the corresponding pixel

Dalam istilah graf definisi CPP adalah mencari lintasan pada suatu graf berbobot yang terhubung yang melewati semua sisi (minimal sekali) dengan jumlah

Data uji coba tes kemampuan berpikir kritis matematis diperoleh dari uji coba tes kemampuan berpikir kritis matematis yang terdiri dari 6 soal pada siswa di luar

The characteristics showed the correlation to the teacher indirect and direct talk that was the teacher spent talking time more in teaching and learning process

Target program PKM ini adalah sekelompok orang yang produktif secara ekonomi (usaha kecil). Program ini bertujuan untuk mengembangkan komunitas yang mandiri secara

Hasil pembuktian hipotesis yang ketiga dapat dijelaskan bahwa tidak terdapat perbedaan ROE (Return On Equity) yaitu besarnya jumlah laba bersih yang dihasilkan dari