• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERAN GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PERAN GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM"

Copied!
64
0
0

Teks penuh

(1)

PERAN GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA

PADA MATA PELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SMK ASSALAAM MANADO

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan Agama Islam ( S.Pd.I ) Jurusan Pendidikan Agama Islam ( PAI )

Oleh :

LENA P RADJIKU NIM : 11.2.3.117

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI ( IAIN )

MANADO

(2)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan Agama Islam adalah bimbingan jasmani, rohani berdasarkan

hukum-hukum agama Islam menuju kepada terbentuknya kepribadian utama

menurut ukuran-ukuran Islam. Dengan pengertian lain seringkali beliau

mengatakan kepribadian utama tersebut dengan istilah kepribadian muslim, yaitu

kepribadian yang memiliki nilai-nilai agama Islam, memilih dan memutuskan

serta berbuat berdasarkan nilai-nilai Islam dan bertanggung jawab sesuai dengan

nilai-nilai Islam.

Dalam suatu pendidikan yang diterapkan di sekolah maka setiap siswa

berkewajiban mengikuti materi yang diberikan oleh seorang guru dalam hal ini

adalah mengikuti proses belajar mengajar. Belajar mengajar adalah suatu kegiatan

yang bernilai edukatif. Nilai edukatif mewarnai interaksi yang terjadi antara guru

dengan anak didik. Interaksi yang bernilai edukatif dikarenakan kegiatan belajar

mengajar yang dilakukan, diarahkan untuk mencapai tujuan tertentu yang telah

dirumuskan sebelum pengajaran dilakukan. Guru dengan sadar merencanakan

kegiatan pengajarannya secara sistematis dengan memanfaatkan segala sesuatunya

guna kepentingan pengajaran.1

Dalam suatu pendidikan tentunya peserta didik memperoleh pelajaran dari

seorang guru. Dari belajar itulah maka peserta didik akan mendapatkan

pengetahuan dan pemahaman, dan tentunya peserta didik disarankan agar selalu

1

(3)

membaca materi-materi pelajaran yang akan diajarkan oleh seorang guru seperti

firman Allah Swt dalam Q.S Al-Alaq / 96 : 1-5, yang berbunyi :

ِ َا َ ِ َ ِ ْا ِ ْ َ ْا قَ َخ ي ِ ٍقَ َ ْ ِ َا َن ِ ْا َقَ َخ ِ َ ْكَ ْْ َ ُ َ َو ْ َ ْا ُ َ َقْا ِ َ َ َ يِ َا ِ َْ ْ َ ْ َا َ َا َن ِ ْا َ َ َ ِ Terjemahnya :

Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang menciptakan, Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah, ang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam,

Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.2

Adanya intervensi pemerintah yang berlebihan dalam pendidikan juga

semakin menambah parah kondisi tersebut. Misalnya tuntutan untuk mengajar

sesuai target kurikulum yang terlalu kaku. Hal ini akan mengakibatkan minat,

bakat kemampuan dan potensi-potensi yang dimiliki oleh peserta didik tidak akan

berkembang secara optimal tanpa bantuan guru.3

Fenomena kurangnya pemahaman guru terhadap peran-perannya perlu

mendapat perhatian dalam sistem pendidikan Indonesia pada umumnya dan

pendidikan Islam khususnya, karena Pendidikan Agama Islam turut berperan

dalam sistem Pendidikan nasional. Terlebih guru Agama yang dalam hal ini

adalah guru Pendidikan Agama Islam yang masih dipercaya masyarakat mampu

memberikan landasan hidup dan nilai-nilai moral agar anak-anaknya tidak mudah

2Departemen Agama RI, Al-Quran dan Terjemah, (Cet X : Bandung, CV Penerbit di

Ponerogo, 2010),) h. 597. 3

(4)

terseret dalam arus globalisasi dengan memberikan Pendidikan dari segi normatif

dan terapan dari Agama islam.

Pada sisi lain, materi agama di sekolah-sekolah yang memiliki ciri

kekhususan keislamanan sebagai identitasnya seperti halnya Madrasah Aliyah,

justru malah kurang begitu mendapat respon dari siswa. Sedangkan materi

pelajaran yang sifatnya umum justru mendapat perhatian yang lebih dibandingkan

materi pelajaran agama. Sedang prestasi dari siswa terhadap Pendidikan Agama

Islam sendiri juga kurang sesuai dengan yang diharapkan.4

Harapan yang tidak pernah sirna dan selalu guru tuntut adalah bagaimana

bahan pelajaran yang disampaikan guru dapat dikuasai oleh anak didiksecara

tuntas. Ini merupakan masalah cukup sulit yang dirasakan oleh guru. Kesulitan ini

dikarenakan anak didik bukan hanya sebagai individu dengan segala keunikannya,

tetapi mereka juga sebagai makhluk sosial dengan latar belakang yang

berkelainan. Paling sedikit ada tiga aspek yang membedakan anak didik yang satu

dengan yang lainnya, yaitu aspek intelektual, psikologis, dan biologis.

Ketiga aspek tersebut diakui sebagai akar permasalahan yang melahirkan

berfariasinya sikap dan tingkah laku anak didik di sekolah. Hal itu pula yang

menjadi tugas cukup berat bagi guru dalam mengelola kelas dengan baik.

Keluhan-keluhan guru sering terlontar hanya karena masalah sukarnya mengelola

kelas. Akibat kegagalan guru mengelola kelas, tujuan pengajaranpun sukar untuk

dicapai. Hal ini kirannya tidak perlu terjadi, karena usaha yang dapat dilakukan

4

(5)

masih terbuka lebar. Salah satu caranya adalah dengan meminimalkan jumlah

anak didik di kelas. Mengaplikasikan beberapa prinsip pengelolaan kelas adalah

upaya lain yang tidak bisa diabaikan begitu saja. Pendekatan terpilih mutlak

dilakukan guna mendukung pengelolaan kelas.

Didalam proses belajar mengajar, guru harus memiliki strategi, agar siswa

dapat belajar efektif dan efisien, mengenai pada tujuan yang diharapkan. Salah

satu langkah untuk memiliki strategi itu ialah harus menguasai teknik-teknik

penyajian, atau biasanya disebut metode mengajar.

Berdasarkan uraian latar belakang tersebut, maka perlu kiranya diadakan

suatu penelitian pendidikan yang mengangkat suatu topik “Peran Guru

Pendidikan Agama Islam dalam Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa Pada

Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam di Sekolah Menengah Kejuruan

Assalaam Manado”.

B. Rumusan Masalah

Berpijak dari latar belakang pemilihan judul di atas, maka penulis

merumuskan masalah dalam skripsi ini, yaitu Peran Guru Pendidikan Agama

Islam dalam Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa pada mata pelajaran

Pendidikan Agama Islam di Sekolah Menengah Kejuruan Assalaam Manado.

Untuk menghindari agar permasalahan tidak melebar, maka penulis

memberikan batasan masalah dalam penulisan ini menjadi dua sub masalah, yaitu:

1. Bagaimana peran guru Pendidikan Agama Islam dalam meningkatkan

motivasi belajar siswa pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam di

(6)

2. Apa saja faktor pendukung dan penghambat guru Pendidikan Agama

Islam dalam meningkatkan motivasi belajar siswa pada mata pelajaran

Pendidikan Agama Islam di SMK Assalaam Manado?

C. Pengertian Judul

Pengertian judul digunakan penulis, agar para pembaca dapat memahami

secara jelas makna yang terkandung dalam penelitian skripsi yang berjudul

“Peran Guru Pendidikan Agama Islam dalam meningkatkan motivasi belajar

siswa pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam di SMK Assalaam Manado”.

Untuk itu penulis berupaya menjelaskan beberapa istilah pengertian tersebut

secara terminologi.

1. Peran guru adalah perangkat tingkah laku atau tindakan yang dimiliki

seseorang dalam memberikan ilmu pengetahuan kepada anak didik.

Seseorang dikatakan menjalankan peran manakala ia menjalankan hak dan

kewajiban yang merupakan bagian yang tak terpisahkan dari status yang

disandangnya. Dalam kaitannya dengan peran, tidak semuanya mampu

untuk menjalankan peran yang melekat dalam dirinya. Guru mempunyai

tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih,

menilai, dan mengevaluasi, peserta didik pada pendidikan usia dini jalur

pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah.5

2. Pendidikan Agama Islam, adalah upaya sadar dan terencana dalam

menyiapkan peserta didik untuk mengenal, memehami, menghayati,

5UURI, No. 14 Th. 2005, tentang Guru dan Dosen, (Jakarta: Departemen Pendidikan

(7)

hingga mengimani, bertaqwa, dan berahklak mulia dalam, mengamalkan

ajaran agama Islam dari sumber utamanya kitab suci Al-quran dan Hadist,

melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, latihan serta penggunaan

pengalaman.6

3. Motivasi Belajar, merupakan suatu dorongan atau kekuatan batin siswa

yang mendorongnya untuk melakukan aktivitas belajar untuk mencapai

tujuan yang diharapkan. Motivasi belajar ini tumbuh dalam diri sendiri,

sedangkan motivasi belajar dapat dirangsang oleh faktor-faktor dari luar.

4. SMK Assalaam Manado adalah salah satu sekolah menengah kejuruan

yang berada di kota Manado, tepatnya di Jalan Kuala Buha Lingkungan IV

Bailang Kecamatan Bunaken. Sekolah ini juga merupakan sekolah

kejuruan pertama di Manado yang berbasis pondok pesantren, tepatnya

pondok pesantren Assalaam Manado.

Dengan demikian, penulis akan mengarahkan penelitian ini tentang peran

guru Pendidikan Agama Islam sebagai tenaga pengajar yang dapat mengajar,

mendidik, membimbing, mengarahkan, melatih, mengevaluasi, dan meningkatkan

motivasi belajar Pendidikan Agama Islam siswa di SMK Assalaam Manado.

D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian

1) Tujuan Penelitian

Secara umum, penelitian ini dilakukan untuk mengetahui peran guru

Pendidikan Agama Islam dalam meningkatkan motivasi belajar siswa pada mata

6Dep. Pend. Nas, Standar Kompetensi Mata Pelajaran PAI SMA & MA, (Jakarta: Pusat

(8)

pelajaran Pendidikan Agama Islam di SMK Assalaam Manado. Adapun tujuannya

adalah:

a. Untuk mengetahui dan mendeskripsikan peran peran guru Pendidikan

Agama Islam dalam meningkatkan motivasi belajar siswa pada mata

pelajaran Pendidikan Agama Islam di SMK Assalaam Manado.

b. Untuk mengetahui apa saja faktor pendukung dan penghambat guru

Pendidikan Agama Islam dalam meningkatkan motivasi belajar siswa pada

mata pelajaran Pendidikan Agama Islam di SMK Assalaam Manado.

2) Kegunaan Penelitian

Adapun kegunaan yang diharapkan dari penelitian ini adalah:

a. Untuk menambah pengalaman dan wawasan baru sebagai wadah dan

wahana untuk mengembangkan pengetahuan dana cakrawala berfikir

khususnya dalam bidang pendidikan.

b. Bagi Kepala Sekolah, hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan

pertimbangan untuk menetapkan suatu kebijaksanaan dalam rangka

menigkatkan kemampuan professional guru-guru yang sekaligus untuk

mencapai hasil-hasil yang optimal dalam pelaksanaan program pendidikan

dan pengajaran untuk menghadapi tantangan dunia kerja.

c. Bagi guru dari sekolah yang bersangkutan dapat dijadikan umpan balik

untuk menilai profesional yang dimiliki guru dalam kegiatan belajar

mengajar dan melaksanakan tugas kependidikan. Di samping itu, dapat

dijadikan sebagai bahan pertimbangan untuk menigkatkan professional

(9)

BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A. Tinjauan Pendidikan Agama Islam

1. Pengertian Guru

Istilah guru, sebagaimana yang dijelaskan oleh N.A. Ametembun, bahwa

guru adalah semua orang yang berwenang dan bertanggung jawab terhadap

pendidikan murid, baik secara individual maupun klasikal, baik di sekolah

maupun di luar sekolah.7

Sardiman, A.M. mengatakan bahwa guru adalah salah satu komponen

manusiawi dalam proses belajar mengajar, yang ikut berperan dalam

pembentukan sumber daya potensial dibidang pembangunan. Oleh karena itu,

guru merupakan salah satu unsur dibidang kependidikan yang harus berperan serta

secara aktif dan profesional, sesuai dengan tuntutan masyarakat yang semakin

berkembang.8Ahmad Tafsir dalam bukunya ilmu pendidikan dalam prespektif

Islam mengemukakan guru adalah pendidik yang memberikan pelajaran kepada

muridnya, biasanya guru adalah pendidik yang memegang mata pelajaran di

sekolah.9

7

Syaiful Bahri Djamarah, Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif , (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2000), h. 32.

8

Sardiman, A.M, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta: PT Grafindo Persada, 1992), h. 123.

9

(10)

Terkait dengan pengertian guru di atas, dalam Undang-Undang Republik

Indonesia No.14 tahun 2005 tentang guru dan dosen bab I pasal I ayat I

disebutkan:

Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik,

mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan

mengevaluasi, peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalan

pendidik formal, pendidikan dasar dan menengah.10

Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa guru adalah orang yang

mempunyai tanggung jawab terhadap pendidikan murid-murid, yang ikut berperan

dalam usaha pembentukan sumber daya potensial dibidang pembangunan. Jadi

guru agama adalah semua orang yang berwenang dan bertanggung jawab untuk

melaksanakan pendidikan agama di sekolah dalam mengembangkan

potensi-potensi yang ada pada peserta didik

Menurut Muhaimin yang dimaksud guru Pendidikan Agama Islam yang

profesional adalah yang menguasai ilmu pengetahuan (agama Islam) sekaligus

melakukan transfer ilmu atau pengetahuan (agama Islam), amaliyah

(implementasi), mampu menyiapkan peserta didik agar tumbuh dan berkembang

kecerdasan dan daya kreasinya untuk kemaslahatan diri dan masyarakat, mampu

menjadi model atau sentral identifikasi diri dan konsultan bagi peserta didik,

memiliki kepekaan informasi, intelektual, moral dan spiritual, mampu

mengembangkan minat, bakat peserta didik serta mampu menyiapkan peserta

10

(11)

didik untuk bertanggung jawab dalam membangun peradaban yang diridhoi oleh

Allah Swt.11

2. Syarat-Syarat Guru Agama

Menurut Zakiyah Darajat, dkk syarat menjadi guru Pendidikan Agama

Islam adalah bertakwa kepada Allah swt, karena tidak mungkin mendidik anak

agar bertakwa kepada Allah swt, tetapi dia sendiri tidak bertakwa kepadaNya.12

Menurut Moh. Amin, syarat-syarat guru agama adalah sebagai berikut:13

a. Syarat yuridis

Hal ini berkaitan langsung pada guru agama yaitu seorang guru harus

memiliki ijasah sekolah keguruan, yaitu ijasah yang menunjukkan seseorang

mempunyai ilmu pengetahuan dan kesanggupan-kesanggupan yang diperlukan

untuk suatu jabatan atau pekerjaan.

b. Syarat Formal

1) Memiliki jasmani yang sehat, tidak sakit-sakitan karena akan menggangu

jalannya pelajaran.

2) Kebersihan badan serta kerapian pakaian

3) Sehat rohani artinya seorang guru agama tidak memiliki kelainan rohani.

11

Muhaimin, Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agama Islam di Sekolah, Madrasah dan Perguruan Tinggi (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2005), h. 50 .

12

Zakiyah Daradjat, Ilmu Pendidikan Islam (Jakarta: Bumi Aksara, 1993), h. 44.

13

(12)

c. Syarat Material

Guru harus menguasai bidang studi yang telah dipegangnya dengan

ilmu-ilmu penunjang lainnya, sebagai tambahan pengetahuan agar dalam mengajar

tidak monoton.

d. Syarat Kepribadian

Faktor yang penting bagi seorang guru adalah kepribadian yang mantap.

Kepribadian itulah yang akan menentukan apakah ia menjadi pendidik dan

pembina yang baik bagi anak didiknya. Beberapa kepribadian yang sangat penting

yaitu:

1) Aspek Mental

Guru harus memiliki mental yang sehat dan kuat, artinya guru tidak

mempunyai rasa rendah diri, sebab hal ini akan menjadikan guru tidak bebas

berfikir secara luas dan bergaul secara wajar.

2) Aspek Emosi

Guru harus mempunyai perasaan dan emosi yang stabil, sebab ketidak

stabilan seorang guru akan mempengaruhi murid-murid yang telah diajarkannya.

3) Aspek Sosial

Hubungan sosial seorang guru harus luas, guru perlu memperhatikan dan

memperbaiki hubungan sosial baik dengan murid, sesama guru, karyawan, kepala

(13)

4) Aspek Moral

Guru agama menjadi panutan dan teladan oleh murid-muridnya tetapi juga

masyarakat sekitar dimana guru itu berada. Oleh karena itu diperlukan adanya

kesesuaian antara semua perkataan dan perbuatannya.

3. F ungsi Pendidikan Agama Islam

Dasar Pendidikan Agama Islam di atas, merupakan pijakan pengembangan

dan pelaksanaan Pendidikan Agama Islam, maka fungsi Pendidikan Agama Islam

mencakup:

a. Pengembangan, yaitu menumbuh kembangkan dan meningkatkan

keimanan dan ketakwaan peserta didik kepada Allah swt. Yang telah

ditanamkan dalam lingkungan keluarga.

b. Penyaluran, yaitu untuk menyalurkan peserta didik yang memiliki bakat

khusus yang ingin mendalami bidang agama, agar bakat tersebut dapat

berkembang secara optimal, sehingga dapat bermanfaat pada dirinya

sendiri dan bagi orang lain.

c. Perbaikan, yaitu untuk memperbaiki kesalahan-kesalahan peserta didik

dalam keyakinan, pemahaman dan pengamalan ajaran dalam kehidupan

sehari-hari.

d. Pencegahan, yaitu mencegah hal-hal negatif dari lingkungannya atau dari

budaya asing yang dapat membahayakan dirinya dan menghambat

(14)

e. Penyesuaian, yaitu untuk menyesuaikan diri dengan lingkungannya, baik

lingkungan fisik maupun lingkungan sosialnya dan dapat mengarahkannya

untuk dapat mengubah lingkungannya sesuai dengan ajaran Islam.

f. Sumber nilai sebagai pedoman hidup untuk mencapai kebahagiaan hidup

di dunia dan akhirat.

g. Pengajaran, yaitu kegiatan pendidikan agama berusaha untuk

menyampaikan pengetahuan keagamaan secara fungsional.14

4. Kompetensi Guru Agama Islam

Kompetensi atau kemampuan seorang guru dalam pengembangan

pemahaman peserta didik harus dimiliki dan diketahui oleh setiap pendidik.

Karena dengan kecakapan akan pemahaman bagaimana guru mengajarkan paham

ilmu yang diajarkan maka, pembelajaran akan dapat dilaksanakan dengan

maksimal. Guru Pendidikan Agama Islam dituntut untuk dapat mengerti betul

tentang bagaimana seorang pendidik dalam mengaplikasikan mata pelajarannya.15

Sesuai dengan peraturan pemerintah tentang standar kualifikasi akademik

dan kompetensi guru, maka seorang pendidik mata pelajaran dan jenjang

pendidikan apapun harus memiliki standar kualifikasi akademik dan kompetensi

guru. Dalam hal ini guru Pendidikan Agama Islam pada jenjang SMA/SMK harus

mempunyai kualifikasi akademik minimum diploma (D-IV) atau sarjana (S1)

program studi sesuai dengan mata pelajaran yang diajarkan/diampuh, dan

diperoleh dari program studi yang terakreditasi. Sedangkan kompetensi guru

14

Muhaimin, dkk. Op.cit, h. 11-12. 15

(15)

dikembangkan secara utuh dari empat kompetensi utama, yaitu kompetensi

pedagogik, kepribadian, sosial, dan profesional. Keempat kompetensi tersebut

terintergrasi dalam kinerja guru.16

Dalam peraturan pemerintah tentang standar kualifikasi akademik dan

kompetensi guru juga disebutkan bahwa kompetensi guru mata pelajaran agama

Islam adalah :

1. Menginterpretasikan materi, struktur, konsep, dan pola pikir ilmu-ilmu

yang relevan dengan pembelajaran Pendidikan Agama Islam.

2. Menganalisis materi, struktur, konsep, dan pola pikir ilmu-ilmu yang

relevan dengan pembelajaran Pendidikan Agama Islam.17

Kompetensi seorang guru tidak hanya dimiliki guru yang notabene

pengajar pelajaran selain agama Islam, namun guru Pendidikan Agama Islam

harus memiliki kompetensi yang mendasar sebagai bahan acuan dan rujukan

bahwa guru Pendidikan Agama Islam dalam interaksi belajarnya mampu

memberikan pemahaman, penghayatan, dan pelaksanaan tentang agama Islam.

Tentunya kompetensi tersebut haruslah bersumber dari empat kompetensi utama,

yaitu kompetensi pedagogik, kepribadian, sosial, dan profesional yang langsung

dipraktekkan dalam proses belajar mengajar Pendidikan Agama Islam.

16

Djamarah, Saiful Bahri, Prestasi Belajar dan Pembelajaran Kompetensi Guru, (Surabaya: Usaha Nasional, 1994), h. 26.

17

(16)

5. Tujuan Pendidikan Agama Islam.

Pendidikan Agama Islam merupakan nama yang diberikan pada salah satu

subjek pelajaran yang harus dipelajari oleh siswa muslim. Ia merupakan bagian

yang tak terpisahkan dari kurikulum suatu sekolah sehingga merupakan alat untuk

mencapai salah satu aspek tujuan sekolah yang bersangkutan.

Sedangkan tujuan Pendidikan Agama Islam dalam lingkup SMA/SMK

yang sesuai dengan peraturan pemerintah tentang standar kompetensi dasar

tingkat SMA/SMK merupakan pelajaran agama yang mempunyai tujuan sebagai

berikut :

1. Menumbuh dan mengembangkan akidah melalui pemberian, pemupukan,

dan pengembangan pengetahuan, penghayatan, pengamalan, pembiasan

serta pengalaman peserta didik tentang agama Islam sehingga menjadi

manusia muslim yang terus berkembang keimanan dan ketakwaannya

kepada Allah swt.

2. Mewujudkan manusia Indonesia yang taat beragama dan berakhlak mulia

yaitu manusia yang berpengetahuan, rajin beribadah, cerdas, produktif,

jujur, adil, etis, berdisiplin, bertoleransi, menjaga keharmonisan secara

personal dan sosial serta mengembangkan budaya agama dalam komunitas

sekolah.18

18 Muntholi’ah, Konsep Diri Positif Penunjang Prestasi Pendidikan Agama Islam,

(17)

B. Pengertian Motivasi Belajar.

Keberhasilan suatu proses kegiatan belajar mengajar bukan hanya

ditentukan oleh faktor intelektual, tetapi juga faktor-faktor yang non-intelektual,

termasuk salah satunya ialah motivasi. Dalam Islam kata motivasi lebih dikenal

dengan istilah niat yaitu dorongan yang tumbuh dalam hati manusia yang

menggerakkan untuk melakukan suatu aktivitas tertentu dalam niat ada

ketergantungan antara niat dengan perbuatan, dalam arti jika niat baik maka

imbasnya juga baik dan sebaliknya.19

Menurut W.S.Winkel motivasi belajar dapat diartikan sebagai keseluruhan

daya penggerak psikis di dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar,

menjamin kelangsungan kegiatan belajar dan memberikan arah pada kegiatan

belajar demi mencapai satu tujuan.20

Motivasi juga dapat berfungsi sebagai pendorong usaha dan pencapaian

prestasi seseorang melakukan suatu usaha karena adanya motivasi. Adanya

motivasi yang baik akan menunjukkkan hasil yang baik. Dengan kata lain bahwa

dengan adanya usaha yang tekun dan terutrama didasari adanya motivasi, maka

seorang yang belajar itu akan mendapat prestasi yang baik. Intensitas motivasi

seorang siswa akan sangat menentukan tingkat pencapaian prestasi belajarnya.

19

Abd. Rahman Abror, Psikologi Pendidikan, (Yogyakarta: Tiara Wacana, 1993), h. 114.

(18)

Crow memperjelas pentingnya motivasi dalam belajar sebagai berikut:

Belajar harus diberi motivasi dengan berbagai cara sehingga minat yang dipentingkan dalam belajar itu di bangun dari minat yang telah ada pada

diri anak.21

Menurut A. Tabrani, pada garis besarnya motivasi mengandung nilai-nilai

sebagai berikut:

1. Motivasi menentukan tingkat keberhasilan atau kegagalan perbuatan

belajar siswa. Belajar tanpa adanya motivasi sulit untuk berhasil.

2. Pengajaran yang bermotivasi pada hakekatnya adalah pengajaran yang

disesuaikan dengan kebutuhan, dorongan, motif dan minat yang ada pada

siswa. Pengajaran yang demikian sesuai dengan tuntutan demokrasi dalam

pendidikan.

3. Pengajaran yang bermotivasi menurut kreatifitas dan imajinitas pada guru

untuk berusaha secara sungguh-sungguh mencari cara-cara yang relevan

dan serasi guna membangkitkan dan memelihara motivasi belajar pada

siswa. Guru senantiasa berusaha agar siswa pada akhirnya mempunyai

motivasi yang baik.

4. Berhasil atau tidaknya dalam menumbuhkan dan menggunakan motivasi

dalam pengajaran erat kaitannya dengan pengaturan dalam kelas.

5. Asas motivasi menjadi salah satu bagian yang integral dari asas-asas

mengajar. Penggunaan motivasi dalam mengajar tidak saja melengkapi

prosedur mengajar, tetapi juga menjadi faktor yang menentukan

21

(19)

pengajaran yang efektif. Dengan demikian, penggunaan asas motivasi

sangat esensial dalam proses belajar mengajar.22

Motivasi belajar di sekolah dibedakan menjadi 2 bentuk yaitu :

1. Motivasi Intrinsik, yaitu kegiatan belajar dimulai dan diteruskan,

berdasarkan penghayatan suatu kebutuhan dan dorongan yang secara

mutlak berkaitan dengan aktifitas belajar siswa. Motivasi ini tumbuh dari

dalam diri anak sendiri oleh karena itu motivasi ini sering disebut motivasi

murni atau motivasi yang sebenarnya. Misal: siswa yang tekun belajar

karena ingin memperoleh ilmu pengetahuan. Meskipun dalam motivasi

instrinsik ini siswa mempunyai kemandirian dalam belajar, tetapi guru

tetap harus berusaha menjaga kondisi ini, terutama untuk meningkatkan

motivasi belajar siswa.

2. Motivasi Ekstrinsik, yaitu aktifitas belajar dan diteruskan berdasarkan

kebutuhan dan dorongan yang tidak secara mutlak berkaitan dengan

aktifitas belajar sendiri. Misal: siswa rajin belajar untuk memperoleh

hadiah yang telah dijanjikan kalau berhasil baik.23

Namun demikan, motivasi belajar yang bersifat eksternal ini tidak

selamanya tidak baik bagi siswa, tetapi tetap penting dan dibutuhkan oleh siswa

karena keadaan siswa yang dinamis dan tidak selalu stabil. Di sini peranan guru

sangat menentukan untuk memberi motivasi sehingga timbul dorongan belajarnya

atau bahkan meningkat dengan adanya usaha guru tersebut.

22 Ibid, h. 127.

(20)

C. Teori Motivasi

Beberapa teori motivasi yang akan dibicarakan pada keseempatan ini yaitu

teori hedonisme, teori naluri, teori reaksi yang dipelajari, teori daya pendorong

dan teori daya kebutuhan. Adapun perinciannya sebagai berikut :

a. Teori Hedonisme

Hedone berasal dari kata Yunani yang berarti kesukaan, kesenangan atau

kenikmatan. Hedonisme adalah suatu aliran di dalam filsafat yang memandang

bahwa tujuan hidup yang utama pada manusia adalah mencari kesenangan

(hedone) yang bersifat duniawi. Menurut pandangan hedonisme, manusia pada

hakikatnya adalah makhluk yang mementingkan kehidupan yang mementingkan

kehidupan yang penuh dengan kesenangan dan kenikmatan. Oleh karena itu setiap

menghadapi persoalan yang perlu pemecahan, manusia cenderung memilih

alternatif pemecahan yang dapat mendatangkan kesenangan dari pada yang

mengakibatkan kesukaran, kesulitan, penderitaan dan sebagainya.24

Implikasi dari teori ini adalah adanya anggapan bahwa semua orang akan

cenderung menghindari hal-hal yang sulit dan menyusahkan, atau yang

mengandung resiko berat, dan suka melakukan sesuatu yang mendatangkan

kesenangan baginya.

b. Teori Naluri

Pada dasarnya manusia memiliki tiga dorongan nafsu pokok yaitu :

1. Dorongan nafsu (naluri) mempertahankan diri.

2. Dorongan nafsu (naluri) mengembangkan diri.

(21)

3. Dorongan nafsu (naluri) mengembangkan atau mempertahankan diri.

Dengan demikian ketika naluri pokok itu, maka kebiasaan-kebiasaan

apapun tindakan-tindakan dan tingkah laku manusia yang diperbuatnya sehari-hari

mendapat dorongan atau digerakkan oleh ketiga naluri tersebut. Oleh karena itu,

menurut teori ini untuk memotivasi seseorang harus berdasarkan naluri mana yang

kan ditujuh dan perlu dikembangkan.

Sering kali kita temukan seseorang bertindak melakukan sesuatu karena

didorong lebih oleh naluri pokok sekaligus sehingga sukar bagi kita untuk

menentukan naluri pokok mana yang lebih dominan mendorong orang tersebut

melakukan tindakan yang demikian itu. Sebagai contoh seorang mahasiswa tekun

dan rajin belajar meskipun dia hidup di dalam kemiskinan bersama keluarganya.

Hal apakah yang menggerakkan mahasiswa itu tekun belajar ? Mungkin karena ia

benar-benar ingin menjadi pandai (naluri pengembangan diri). Akan tetapi

mungkin juga karena ia ingin meningkatkan karir pekerjaannya sehingga dapat

hidup senang bersama keluarganya dan dapat membiayai sekolah anak-anaknya

(naluri mengembangkan atau mempertahankan jenis dan naluri mempertahankan

diri).25

c. Teori Reaksi Yang Dipelajari

Teori ini berpandangan bahwa tindakan atau perilaku manusia tidak

berdasarkan naluri-naluri tetapi berdasarkan pola-pola tingkah laku yang

dipelajari dari kebudayaan di tempat ia hidup dan dibesarkan. Oleh karena itu,

teori ini disebut juga teori lingkungan kebudayaan. Menurut teori ini, apabila

(22)

seorang pemimpin atau seorang pendidik akan memotivasi anak buah atau anak

didiknya, pemimpin atau pendidik itu hendaknya mengetahui latar belakang

kehidupan dan kebudayaan orang-orang yang dipimpinnya. Dengan mengetahui

latar belakang kebudayaan seseorang, kita dapat mengetahui pola tingkah lakunya

dan dapat memahami pula mengapa ia bereaksi dan bersikap yang mungkin

berbeda dengan orang lain dalam menghadapi masalah.26

d. Teori Daya Pendorong

Teori ini merupakan perpaduan antara teori naluri dengan teori reaksi yang

dipelajari. Daya pendorong adalah semacam naluri, tetapi hanya suatu dorongan

kekuatan yang luas terhadap sesuatu arah yang umum. Misalnya suatu daya

pendorong pada jenis kelamin yang lain. Semua orang yang dalam semua

kebudayaan mempunyai daya pendorong pada jenis kelamin yang lain. Namun

cara-cara yang digunakan dalam mengejar kepuasan terhadap daya pendorong

tersebut berlain-lain bagi setiap individu menurut latar belakang kebudayaan

masing-masing. Oleh karena itu, menurut teori ini, bila seorang pemimpin atau

seorang pendidik ingin memotivasi anak buahnya, ia harus mendasarkannya atas

daya pendorong yaitu atas naluri dan juga reaksi yang dipelajari dari kebudayaan

lingkungan yang dimilikinya. Memotivasi anak didik yang sejak kecil dibesarkan

di daerah gunung Kidul misalnya, kemungkinan besar akan berbeda dengan cara

memberikan motivasi pada anak yang dibesarkan di kota Medan meskipun

masalah yang dihadapinya sama.

26

(23)

e. Teori Kebutuhan

Teori motivasi yang sering banyak dianut orang-orang adalah teori

kebutuhan. Teori ni beranggapan bahwa tindakan yang dilakukan oleh manusia

pada hakikatnya adalah untuk memenuhi kebutuhannya, baik kebutuhan fisik

maupun kebutuhan psikis. Oleh karena itu, menurut teori ini apabila seseorang

pemimpin ataupun pendidik bermaksud memberikan motivasi kepada seseorang,

ia berusaha mengetahui terlebih dahulu apa kebutuhan-kebutuhan orang yang

akan domitivasinya.

Kebutuhan fisiologis merupakan kebutuhan dasar yang bersifat primer dan

fital yang menyangkut fungsi-fungsi biologis dasar dari organisme manusia

seperti kebutuhan akan pangan, sandang, dan papan, kesehatan fisik, kebutuhan

seks dan sebagainya.

1. Kebutuhan rasa aman dan perlindungan (safety and security) seperti

terjamin keamanannya, terlindung dari bahaya dan ancaman penyakit,

perang, kemiskinan, kelaparan, perlakuan tidak adil dan sebagainya.

2. Kebutuhan sosial (social needs) yang meliputi antara lain kebutuhan akan

dicintai, diperhitungkan sebagai pribadi, diakui sebagai anggota kelompok,

rasa setia kawan, kerja sama.

3. Kebutuhan akan penghargaan (esteem needs) termasuk kebutuhan dihargai

karena prestasi, kemampuan, kedudukan atau status, pangkat, dan

(24)

4. Kebutuhan akan aktualisasi diri (self actualization) seperti kebutuhan

mempertinggi potensi-potensi yang dimiliki, pengembangan diri secara

maksimum, kreatifitas, dan ekspresi diri.27

D. Motivasi Belajar Agama Islam

Untuk mengetahui motivasi belajar Pendidikan Agama Islam, terlebih

dahulu penulis sampaikan beberapa hal yang mendorong anak beragama. Hal ini

untuk memberi dalam menjelaskan motivasi belajar agama.

Dalam buku Pengalaman Motivasi Beragama dikutipkan bahwa setiap

tingkah laku, termasuk tingkah laku beragama dipengaruhi 3 faktor :

1. Faktor gerak atau dorongan secara spontan dan alamiah terjadi pada diri

manusia.

2. Faktor kekuatan manusia sebagai inti pusat kepribadian.

3. Faktor situasi manusia atau lingkungan hidup.28

Namun demikian dalam buku tersebut ditegaskan bahwa teori tingkah laku

yang seperti diatas sepertinya sangat umum, dan monistis sebab tidak ada tempat

untuk konfrontasi dengan dunia luar. Terlebih dalam kaitannya motivasi beragama

sebab kenyataan orang yang bertingkah laku agama banyak juga didasari oleh

unsur hidayah sehingga analisis psikologi dan sosiologi hanya sampai pada

analisis tingkah laku fungsional.29

27E. Koeswara, Motivasi, (Bandung : Angkasa, 1989), h. 223. 28

Nico Syakur, Pengalaman dan Motivasi Beragama , ( Yogyakarta, Kanisius, 1988), h. 72.

(25)

Menurut Arden N. Fandsen menyebutkan bahwa yang mendorong belajar

itu ialah :

1. Adanya sifat ingin tahu dan ingin menyelidiki dunia yang luas

2. Adanya sifat yang kreatif pada manusia yang selalu maju dan berkembang.

3. Keinginan untuk mendapat simpati orang tua, guru dan teman-temannya.

4. Adanya keinginan untuk memperbaiki kegagalan yang lalu dengan usaha

yang baru, baik dengan koperasi maupun dengan kompetisi.

5. Adanya keinginan untuk mendapatkan rasa aman jika menguasai

pelajaran.

6. Adanya ganjaran dan hukuman sebagai akhir dari belajar.

E. Peran Guru Agama Islam sebagai Motivator

Peran guru sebagai motivator ini sangat penting artinya dalam rangka

meningkatkan kegairahan dan pengembangan kegiatan belajar siswa. Guru harus

dapat merangsang dan memberikan dorongan reinforcement untuk

mendinamisasikan potensi siswa, menumbuhkan swadaya (aktivitas) dan daya

cipta (kreatifitas), sehingga akan terjadinya dinamika dalam proses belajar

mengajar.30

Berkaitan dengan pentingnya guru sebagai motivator Drs. Slameto

Menjelaskan:

Guru hanya merupakan salah satu diantara berbagai sumber dan media belajar. Maka dengan demikian peranan guru dalam belajar ini menjadi lebih luas dan lebih mengarah kepada peningkatan motivasi belajar anak. Melalui perannya sebagai pengajar, guru diharapkan mampu mendorong

30

(26)

anak untuk senantiasa belajar dalam berbagai kesempatan melalui berbagai

sumber dan media.31

Dengan demikian, maka jelaslah bahwa guru agama perlu meningkatkan

perannya sebagai motivator, yakni sebagai pendorong agar siswa melakukan

kegiatan belajar agama Islam, dengan menciptakan kondisi kelas yang dapat

merangsang siswa untuk melakukan kegiatan belajar agama, baik secara

individual maupun secara kelompok.

Untuk dapat berperan sebagai motivator, guru agama harus memiliki

kemampuan tertentu, baik sebagai guru maupun sebagai

motivator, syarat yang harus dimiliki oleh guru agama di antaranya adalah:

1. Syarat formil ialah mempunyai ijazah PGA, sehat jasmani dan rohani,

tidak memiliki cacat yang menyolok, memiliki pengetahuan agama yang

mendalam, bertaqwa dan berakhlak mulia, warga negara yang baik dan di

angkat oleh pejabat yang berwenang.

2. Syarat materil ialah memiliki pengetahuan agama Islam secara luas,

menguasai didaktik dan metodik, memiliki ilmu methodologi pengajaran,

memiliki pengetahuan pelengkap terutama yang ada hubungannya dengan

profesinya.

3. Syarat non formil ialah mengamalkan ajaran agama, berkepribadian yang

muslim, memiliki sikap demokratis, tenggang rasa, bersikap positif

terhadap ilmu, disiplin. Berinisiatif dan kreatif, kritis, objektif, menghargai

dan waktu serta produktif.32

31 Slameto, Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya , (Jakarta, Bina Aksara,

(27)

Selain itu guru juga harus mempunyai kompetensi sebagai berikut:

1. Kompetensi dalam kepribadian, guru hendaknya mempunyai kepribadian

keguruan dan mengembangkan terus sehingga dapat terampil dalam

mengenal dan memahami potensi dan harkat tiap individu dalam membina

situasi interaksi sosial guru, murid, dan dalam membina perasaan saling

hormat menghormati dan bertanggung jawab.

2. Kompetensi atas penguasaan bahan pengajaran, yaitu penguasaan yang

mengarah kepada spesialisasi atas ilmu/ kecakapan yang akan diajarkan

serta penguasaan atas bahan pendalaman aplikasi bidang studi.

3. Kompetensi dalam cara mengajar, khususnya dalam merencanakan dan

menyusun satuan pelajaran, menggunakan dan mengembangkan media

pendidikan dan kemampuan dalam menggunakan metode sehingga

menjadi efektif.33

Nana Sudjana menegaskan beberapa syarat yang harus dimiliki guru dalam

menjalankan tugasnya sebagai seorang motivator belajar yaitu:

1. Menjalin hubungan baik dan harmonis dengan siswa agar kepatuhan dan

kepercayaan pada guru tertanam pada siswa.

2. Kaya akan berbagai bentuk dan jenis upaya untuk melakukan motivasi

pada siswa baik yang bersifat intrinsik maupun yang bersifat ekstrinsik.

3. Mempunyai perasaan humor yang positif dan normatif sehingga tetap

disegani dan disenangi siswa.

32

Moh. Zein, Metodologi Pengajaran Agama , ( Yogyakarta: AK. Group, 1995), h. 57.

33Mulyasa, Menjadi Guru yang Profesional Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan

(28)

4. Menampilkan sosok kepribadian guru yang menjadi panutan siswa, baik

dalam prilaku di kelas maupun di luar kelas.34

F. Cara Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa

Mengupayakan agar motivasi belajar siswa lebih meningkat sangat penting

artinya karena akan mempengaruhi kelangsungan kegiatan belajar mengajar.

Tugas guru adalah memotivasi siswa untuk belajar, demi tercapainya tujuan yang

diharapkan.

Kegiatan belajar akan tercipta apabila motivasi belajar yang ada di dalam

diri siswa itu akan memperkuat ke arah tingkah laku tertentu (belajar). Adapun

motivasi dapat ditumbuhkan dengan cara:

1. Membangkitkan suatu kebutuhan, yaitu kebutuhan untuk menghargai suatu

keindahan, untuk mendapat penghargaan dan sebagainya;

2. Menghubungkannya dengan pengalaman-pengalaman yang lampau;

3. Memberikan kesempatan untuk mendapatkan hasil yang baik, knowing

success like success atau mengetahui sukses yang diperoleh individu itu,

sebab sukses akan menimbulkan rasa puas.35

Guru juga dapat menggunakan bermacam-macam motivasi agar siswa

dapat belajar dengan baik. Adapun cara yang digunakan guru untuk meningkatkan

motivasi belajar siswa antara lain:

34 Nana Sudjana, CBSA, (Bandung: Sinar Baru, 1989), h. 34-35. 35

(29)

1) Memberi angka

Angka dalam hal ini sebagai simbol dari nilai kegiatan belajarnya. Banyak

siswa yang belajar untuk mencapai angka/nilai baik dan untuk itu berusaha

segenap tenaga. Angka yang baik itu bagi mereka merupakan motivasi yang kuat.

2) Memberi hadiah/ reward

Hadiah memang dapat membangkitkan motivasi bila setiap orang

mempunyai harapan untuk memperolehnya.

3) Menciptakan kompetisi

Kompetisi atau saingan baik kompetensi yang bersifat individual maupun

kelompok dapat digunakan sebagai alat untuk mendorong belajar siswa.

4) Menunjukkan pentingnya tugas

Menumbuhkan kesadaran kepada siswa agar merasakan pentingnya tugas

dan menerimanya sebagai tantangan sehingga bekerja keras adalah sebagai salah

satu bentuk motivasi belajar yang cukup penting.

5) Memberikan ulangan

Para siswa akan menjadi giat belajar kalau mengetahui akan ada ulangan,

oleh karena itu memberi ulangan ini juga merupakan sarana motivasi.

6) Memberitahukan hasil yang telah dicapai

Pekerjaan yang segera diketahui hasilnya akan membawa pengaruh yang

besar bagi siswa untuk lebih giat lagi dalam belajar, apalagi kalau terjadi

kemajuan, siswa akan bersemangat untuk belajar dengan harapan hasil dari

(30)

7) Memberi pujian

Siswa yang sukses dan berhasil menyelesaikan tugas dengan baik, perlu di

beri pujian. Pujian ini adalah bentuk reinforcement yang positif dan sekaligus

motivasi yang baik. Dengan adanya pujian yang diberikan secara tepat akan

memupuk suasana belajar yang menyenangkan dan menumbuhkan gairah belajar

pada siswa.

8) Hukuman

Hukuman sebagai reinforcement yang negatif kalau diberikan secara tepat

dan bijak dapat menjadi alat motivasi. Oleh karena itu, guru harus memahami

prinsip-prinsip pemberian hukuman.

9) Menumbuhkan hasrat untuk belajar

Hasrat untuk belajar berarti pada diri anak didik itu memang ada motivasi

untuk belajar, sehingga akan menjadikan hasil yang lebih baik.

10) Motivasi

Motivasi sangat erat kaitannya dengan unsur minat. Motivasi muncul

karena ada kebutuhan dan minat adalah merupakan alat motivasi yang pokok.

Proses belajar akan berjalan lancar kalau disertai minat.36

Guru juga dapat mengembangkan motivasi belajar pada siswa di dalam

kelas yaitu dengan cara:

a. Motivasi tugas

Motivasi tugas adalah motivasi yang ditimbulkan oleh tugas-tugas yang

ditetapkan baik oleh guru maupun oleh siswa. Siswa yang memiliki motivasi

36

(31)

tugas menunjukkan keterlibatan dan ketekunan yang tinggi dalam menyelesaikan

tugas- tugas belajarnya.

b. Motivasi aspirasi

Motivasi aspirasi yang tinggi tumbuh dengan subur kalau siswa memiliki

perasaan sukses. Perasaan gagal dapat meghancurkan aspirasi siswa dalam belajar.

Oleh karena itu, konsep yang harus ditanam oleh guru kepada siswa adalah bahwa

kesuksesan atau kegagalan itu ditentukan oleh sebuah usaha bukan oleh

kemampuan atau kecerdasan.

c. Motivasi afiliasi

Motivasi afiliasi adalah dorongan untuk melaksanakan kegiatan belajar

dengan sebaik-baiknya, karena ingin diterima dan diakui oleh orang lain. Dalam

hal ini, guru di tuntut untuk memberikan perhatian penuh terhadap peningkatan

usaha dan hasil belajar yang ditampilkan oleh siswa.

d. Motivasi penguatan

Motivasi ini dapat ditimbulkan melalui diagram kemajuan belajar siswa,

memberikan komentar setiap kertas ulangan dan pemberian penghargaan. Guru

hendaknya menjauhi pemahaman bahwa pemberian angka/nilai sebagai sumber

utama dalam meningkatkan motivasi penguatan, karena menitik beratkan pada

pemberian angka dalam memotivasi belajar siswa akan menimbulkan persaingan

yang tidak sehat di dalam kelas.

e. Motivasi yang diarahkan oleh diri sendiri

Motivasi yang diarahkan oleh diri sendiri sangat berkesan dalam

(32)

mandiri dalam belajar. Dengan demikian, guru hanya perlu memberikan

pelayanan yang sesuai dengan tuntutan aktifitas belajar siswa.37

Dengan demikian, jelaslah bahwa banyak sekali cara yang dapat

digunakan untuk meningkatkan motivasi belajar siswa. Hanya yang penting bagi

guru adanya bermacam-macam motivasi itu dapat dikembangkan dan diarahkan

untuk dapat melahirkan hasil belajar yang bermakna.

G. Tinjauan Posisi Guru Agama Islam

Guru adalah merupakan salah satu komponen manusiawi dalam proses

belajar mengajar yang ikut berperan dalam usaha pembentukan sumber daya

manusia yang potensial di bidang pembangunan. Oleh karena itu, guru harus

berperan aktif dalam menempatkan kedudukannya sebagai tenaga profesional,

sesuai dengan tuntutan masyarakat yang semakin berkembang.38

Menurut Zuhairini dkk guru agama Islam merupakan pendidik yang

mempunyai tanggung jawab dalam membentuk kepribadian Islam anak didik,

serta bertanggung jawab terhadap Allah Swt. Dia juga membagi tugas guru agama

Islam sebagai berikut:

1. Mengajarkan ilmu pengetahuan Islam

2. Menanamkan keimanan dalam jiwa anak.

3. Mendidik anak agar taat menjalankan agama.

37 Moh User Usman, Menjadi Guru Profesional, (Cet.XXI. Bandung : Remaja Rosda

Karya, 2007), h. 7

38 Sardiman AM, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta: Raja Graffindo

(33)

4. Mendidik anak agar berbudi pekerti yang mulia.39

Dengan mengambil pengertian diatas maka yang dimaksud guru agama

Islam adalah seorang yang bertanggung jawab dalam melaksanakan pendidikan

agama Islam dan pembentukan pribadi anak yang sesuai dengan ajaran Islam dan

juga bertanggung jawab terhadap Allah swt.

Pekerjaan jabatan seorang guru agama Islam adalah luas yaitu untuk

membina seluruh kemampuan-kemampuan dan sikap-sikap yang baik dari siswa

sesuai ajaran Islam.

Dalam buku CBSA, Nana Sudjana menyebutkan bahwa tugas guru itu

meliputi:40

1. Guru sebagai pengajar lebih menekankan kepada tugas dalam

merencanakan pengajaran. Dalam tugas itu guru dituntut untuk memiliki

seperangkat pengetahuan dan keterampilan, teknis mengajar, menguasai

ilmu atau bahan yang akan diajarkan.

2. Guru sebagai pembimbing memberi tekanan kepada tugas, memberikan

bantuan kepada siswa dalam pemecahan masalah yang dihadapinya. Tugas

ini merupakan aspek mendidik, sebab tidak hanya berkenaan dengan

penyampaian ilmu pengetahuan tetapi juga menyangkut pengembangan

kepribadian dan pembentukan nilai-nilai para siswa.

39

Zuhairini dkk, Metodik Khusus Pendidikan Agama, (Surabaya: Usaha Nasional, 1983), h. 34.

40

(34)

3. Guru sebagai administrator kelas pada hakekatnya merupakan jalinan

antara pelaksanaan bidang pengajaran dan pelaksanaan pengajaran pada

umumnya.

Menurut Claife, guru adalah pemegang hak otoritas atas cabang-cabang

ilmu pengetahuan yang berhubungan dengan pendidikan. Walaupun begitu guru

tidak hanya memuaskan ilmu pengetahuan pada siswa, tetapi juga melatih

ketrampilan (ranah karsa) dan menanamkan sikap serta nilai (ranah rasa) pada

siswa.41

Sehubungan dengan hal itu rangkaian tujuan dan hasil yang harus dicapai

guru adalah membangkitkan gairah belajar siswa. Dengan demikian siswa

diharapkan berhasil mengubah tingkah lakunya ke arah yang lebih maju dan

positif. Hal ini sesuai dengan rumusan tujuan Pendidikan Agama Islam yang

mengandung pengertian bahwa proses Pendidikan Agama Islam yang dilalui dan

dialami oleh siswa di sekolah dimulai dari tahapan kognisi, yakni pengetahuan

dan pemahaman siswa terhadap ajaran dan nilai-nilai yang terkandung dalam

ajaran Islam, untuk selanjutnya menuju ke tahapan afeksi, yakni terjadinya proses

internalisasi ajaran dan nilai agama ke dalam diri siswa, dalam arti menghayati

dan meyakininya. Tahapan afeksi ini erat kaitannya dengan kognisi, dalam arti

penghayatan dan keyakinan siswa menjadi kokoh jika dilandasi oleh pengetahuan

dan pemahamannya terhadap nilai-nilai agama Islam, melalui tahapan afeksi

tersebut diharapkan dapat tumbuh motivasi dalam diri siswa.42

(35)

Dengan demikian, jelas bahwa posisi guru agama dalam proses

pembelajaran Pendidikan Agama Islam, sangat berperan dalam meningkatkan

mutu pendidikan bagi siswa sehingga proses belajar mengajar akan berhasil sesuai

dengan tujuan yang diharapkan.

H. Tinjauan Hasil Belajar

Evaluasi hasil belajar Pendidikan Agama Islam adalah merupakan

penilaian terhadap tingkat keberhasilan belajar siswa dalam mencapai

tujuan-tujuan pendidikan agama Islam sebagaimana telah ditetapkan GBPP Pendidikan

Agama Islam. Dengan demikian, baik siswa maupun guru agama Islam senantiasa

meningkatkan usaha-usaha untuk mencapai tujuan yang dimaksud.43

Adapun fungsi dari evaluasi hasil belajar adalah sebagai berikut:

1. Memberikan umpan balik (feed back)

Dalam upaya peningkatan hasil belajar siswa dan dengan adanya penilaian

terhadap guru Pendidikan Agama Islam, maka penilaian terhadap hasil belajar

siswa merupakan umpan balik yang sangat berharga. Dengan hasil evaluasi yang

diperoleh itu siswa mengoreksi dirinya, baik dalam hal cara dan kesungguhan

belajar maupun dalam hal waktu yang seharusnya digunakan untuk belajar dan

hasil yang dicapai.

2. Menentukan hasil kemajuan belajar siswa

Evaluasi hasil belajar juga dapat memberikan gambaran tentang

keberhasilan siswa dalam semua aspek.

43 Depag RI, Pedoman Evaluasi Pendidikan Agama Islam pada Sekolah Umum di SD,

(36)

3. Mengenal latar belakang psikologis, fisik dan lingkungan siswa, terutama

yang mengalami kesulitan belajar (diagnostik).44

Berdasarkan fungsi-fungsi evaluasi belajar diatas, maka jelas bahwa salah

tugas pokok seorang guru selain sebagai motivator dan pembimbing, ia juga

mempunyai tugas untuk mengevaluasi taraf keberhasilan rencana dan pelaksanaan

kegiatan belajar mengajar. Tujuan diadakannya evaluasi ini adalah untuk

mengetahui sampai sejauh mana tingkat kemampuan dan keberhasilan siswa

dalam pencapaian tujuan-tujuan kurikuler, dan untuk mengukur sampai di mana

efektifitas pengalaman-pengalaman mengajar, kegiatan belajar mengajar serta

metode mengajar Pendidikan Agama Islam yang digunakan untuk meningkatkan

motivasi belajar siswa.

Menurut Muhaimin, kualitas proses belajar mengajar pendidikan agama

dapat di ukur dari hasil belajar yang dicapai. Adapun hasil belajar itu dapat

diklasifikasikan menjadi keefektifan, efisiensi, dan dan daya tarik. Keefektifan

belajar dapat diukur dengan kriteria kecermatan penguasaan kemampuan,

kecepatan kerja sebagai bentuk hasil belajar dan kualitas hasil belajar. Sedang

efisiensi belajar dapat diukur dengan rasio antara keefektifan dengan jumlah

waktu yang digunakan. Selanjutnya daya tarik dalam belajar biasanya diukur

dengan mengamati kecenderungan siswa untuk berkeinginan terus belajar.45

Namun demikian, hasil suatu proses belajar mengajar Pendidikan Agama

Islam, tidak semua berupa hasil nyata yang dapat di ukur langsung setelah

44 Ibid, h. 9-12. 45

(37)

kegiatan belajar mengajar berakhir, terutama hasil belajar pada ranah afektif

(sikap), seperti tumbuhnya kesadaran beragama yang mendalam sehingga

beragama menjadi kebutuhan hidupnya. Ranah afektif merupakan hasil proses

belajar mengajar pendidikan agama yang terbentuk secara kumulatif dalam waktu

yang relatif lambat dan merupakan integrasi dari hasil sejumlah perlakuan

(38)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Pendekatan dan Jenis Penelitian

Pada penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Penelitian

kualitatif menurut Bogdan dan Taylor (1975: 5) dalam Moleong mendefinisikan

metodologi kualitatif adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data

deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang

dapat diamati46.

Penelitian kualitatif itu berakar pada latar ilmiah sebagai keutuhan,

mengandalkan manusia sebagai alat penelitian, memanfaatkan metode kualitatif,

mengadakan analisis data secara induktif, mengarahkan sasaran penelitiannya

pada usaha menemukan teori dari dasar, bersifat deskriptif, lebih mementingkan

proses dari pada hasil, membatasi studi dengan fokus, memiliki seperangkat

kriteria untuk memeriksa keabsahan data, rancangan penelitiannya bersifat

sementara, dan hasil penelitiannya disepakati oleh kedua belah pihak: peneliti dan

subyek peneliti47.

Penelitian menggunakan pendekatan kualitatif karena penelitian ini data

yang diperoleh peneliti di lokasi berupa kata-kata bukan angka. Kata-kata tersebut

46

Lexy J Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2001), h. 3.

(39)

dapat berupa tertulis maupun lisan. Pada penelitian ini dihadapkan pada penentuan

hubungan sebab akibat. Jawaban terhadap pertanyaan hubungan sebab akibat

penting untuk meramalkan dan mengontrol dari beberapa pihak.

Jenis penelitian ini merupakan studi kasus. Penelitian studi kasus adalah

suatu penyelidikan intensif tentang seorang individu akan tetapi, studi kasus

kadang-kadang juga digunakan untuk menyelidik unit sosial yang kecil seperti

keluarga, klub, sekolah, atau geng anak remaja48.

Menurut Margono menyatakan studi kasus tersebut memusatkan perhatian

pada suatu kasus secara intensiv dan terperinci menganai latar belakang keadaan

sekarang yang dipermasalahkan49. Studi kasus adalah suatu penyelidikan intensif

tentang seseorang individu. Akan tetapi, studi kasus kadang-kadang juga

digunakan untuk menyelidiki unit sosial yang kecil, seperti keluarga, club,

sekolah. Penelitian studi kasus disini subyek yang diteliti terdiri dari suatu

kesatuan (unit) secara mendalam sehingga hasilnya merupakan gambaran lengkap

atau kasus pada unit itu.

Dalam studi kasus penelitian berusaha menyelidiki seorang individu.

Penelitian mencoba menemukan semua variabel penting dalam sejarah atau

perkembangan subyek tersebut. Studi kasus mencoba memahami anak atau orang

dewasa secara utuh dalam totalitas lingkungan individu bukan hanya tindakan

48

Arif Furchan, Pengantar Penelitian dalam Pendidikan, (Surabaya: Usaha Nasional, 1982), h. 416.

(40)

individu pada waktu kini saja melainkan tindakan di masa lalu, lingkungan, emosi

dan pikirannya.

Peneliti menggunakan jenis penelitian studi kasus dikarenakan peneliti

berusaha menyelidiki seorang individu atau suatu unit sosial secara mendalam,

kaitannya dengan penelitian ini adalah pemahaman tentang upaya yang dilakukan

guru dalam meningkatkan motivasi belajar siswa, serta motivasi siswa itu sendiri

alam belajar.

Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Assalaam Manado merupakan

sekolah yang cukup maju di Manado, sehingga penulis tertarik untuk mengadakan

penelitian tentang upaya guru dalam meningkatkan motivasi belajar siswa. Oleh

karena itu, hasil penelitian diharapkan bisa memberikan gambaran secara utuh dan

terorganisasi dengan baik sehingga hasilnya akan mendapatkan data yang valid.

B. Lokasi Penelitian

Obyek dalam penelitian mengambil tempat di Manado, tepatnya di SMK

Assalaam Manado yang terletak di Jl. Kuala Buha Kelurahan Bailang Kecamatan

Bunaken Manado.

C. Jenis dan Sumber Data

Data dalam penelitian ini adalah segala fakta dan angka yang dapat

dijadikan bahan untuk menyusun suatu informasi yaitu melalui wawancara,

(41)

subyek dari mana data tersebut diperoleh. Subyek penelitian adalah seseorang atau

lebih yang dipilih oleh peneliti untuk dijadikan nara sumber data yang

dikumpulkan, yaitu guru Pendidikan Agama Islam di SMK Assalaam Manado.

Adapun jenis data yang digunakan dalam penelitian ini data primer dan

data sekunder. Data primer (data tangan pertama), adalah data yang diperoleh

langsung dari subyek penelitian dengan mengenakan alat pengukuran atau alat

pengambilan data langsung pada subyek sebagai sumber informasi yang dicari.

Data primer yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah hasil dari intervi. Data

sekunder (data tangan kedua), adalah data yang diperoleh lewat pihak lain, tidak

langsung diperoleh oleh peneliti dari subyek penelitiannya. Data sekunder

biasanya terwujud data dokumentasi atau data laporan yang telah tersedia50. Data

sekunder yang dipergunakan dalam penelitian adalah dokumen SMK Assalaam

Manado.

Sumber datanya ialah informan yang dianggap banyak mengetahui data

dan dikumpulkan peneliti sendiri. Informan yang menjadi sumber data dalam

penelitian ini lebih banyak diperoleh dari kepala sekolah dan guru pendidikan

agama Islam.

D.Prosedur Pengumpulan Data

Dalam memperoleh data peneliti terjun langsung ke lokasi untuk

mengumpulkan data, peneliti menggunakan tekhnik sebagai berikut:

50

(42)

1. Metode Observasi

Metode ini menggunakan pengamatan yang dilakukan oleh semua indera

baik secara langsung maupun secara tidak langsung dalam waktu tertentu dimana

fakta dan data tersebut ditentukan. Menurut Sutrisno Hadi observasi adalah

metode ilmiah yang diartikan sebagai pengamatan dan pencatatan sistematik

fenomena. Yang diselidiki, dalam arti luas observasi tidak hanya terbatas kepada

pengamatan yang dilakukan baik secara langsung maupun tidak langsung51.

Menurut Suharsimi Arikunto dalam pengertian psikologi observasi atau

yang disebut pula dengan pengamatan adalah meliputi kegiatan pemusatan

perhatian terhadap sesuatu obyek dengan menggunakan seluruh alat indera. Apa

yang dikatakan ini sebenarnya adalah pengamatan langsung52.

Dalam hal ini penggunaan metode observasi langsung yaitu akan

mengadakan pengamatan dan pencatatan dalam situasi yang sebenarnya. Metode

ini digunakan peneliti untuk memperoleh informasi tentang keseluruhan obyek

penelitian, yang meliputi keadaan sarana dan prasarana, struktur organisasi,

fasilitas pendukung proses belajar mengajar dalam upaya guru pendidikan agama

Islam meningkatkan motivasi belajar siswa. Seperti radio dan poster-poster yang

berkaitan dengan mata pelajaran

51

Sutrisno Hadi, Metodelogi Research, (Jilid 2, Yogyakarta: ANDI, 2000), h. 136.

(43)

2. Metode Interview

Metode interview merupakan suatu pengumpulan data yang digunakan

untuk mendapatkan keterangan responden melalui percakapan langsung dan

berhadapan muka.

Interview yang sering juga disebut dengan wawancara atau kuesioner lisan

adalah sebuah dialog yang dilakukan oleh pewawancara (interviewer) untuk

memperoleh informasi dari terwawancara (interviewee)53.

Metode ini digunakan untuk memperoleh informasi, interview disini

dilakukan kepada informan yaitu guru pendidikan agama Islam. Metode ini

dipandang sebagai metode yang relevan untuk memperoleh data secara langsung

dari informan. interview juga merupakan alat pengumpul informasi yang langsung

dan berguna untuk mengetahui kejiwaan seseorang seperti: motivasi, tingkah laku,

dan tanggapan pribadi.

3. Metode Dokumentasi

Dokumentasi merupakan metode untuk mengumpulkan data dengan jalan

menyelidiki dokumen-dokumen yang ada. Suharsimi Arikunto mengatakan,

dokumentasi asal katannya dokumen, yang artinya barang-barang tertulis.

Pelaksanaan metode dokumentasi, peneliti menyelidiki benda-benda tertulis

53

(44)

seperti buku, majalah, dokumen peraturan-peraturan, notulen rapat, pencatatan

harian dan sebagainya54.

Penggunaan metode dokumentasi dalam penelitian ini diharapkan dapat membantu pengumpulan informasi yang benar-benar akurat, sehingga akan menambah ke validan hasil penelitian seperti:

a. Mencatat nama-nama guru

b. Mencatat sarana dan prasarana

c. Mencatat jumlah siswa

d. Mencatat hasil belajar pendidikan agama Islam

4. Analisis Data

Moleong mengatakan analisis data kualitatif adalah upaya yang dilakukan

dengan jalan bekerja dengan data, mengorganisasikan data, memilah-milah jadi

satuan yang dapat dikelola, mensintesiskannya, mencari dan menemukan apa yang

penting dan apa yang dipelajari, dan memutuskan apa yang dapat diceritakan pada

orang lain55.

Agar data yang diperoleh mempunyai makna maka data tersebut perlu

dianalisis dengan cara tertentu sesuai dengan sifat dan jenis data. Karena data

yang diperoleh dalam pengertian ini berupa data yang bersifat kualitatif sebagai

54Ibid, h 135.

55

(45)

hasil observasi dan interview, maka dalam menganalisis digunakan tekhnik

analisis deskriptif dengan menggunakan metode deduksi.

Sehubungan dengan penelitian ini peneliti hanya ingin mengetahui hal-hal

yang berhubungan dengan keadaan atau kondisi yang diteliti yaitu:

1. Bagaimana peran guru Pendidikan Agama Islam dalam meningkatkan

motivasi belajar siswa pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam di SMK

Assalam Manado.

2. Apa saja faktor pendukung dan penghambat guru Pendidikan Agama Islam

dalam meningkatkan motivasi belajar siswa pada mata pelajaran Pendidikan

Agama Islam di SMK Assalam Manado.

Serta data-data lain yang relevan dengan masalah yang diteliti. Apabila

datanya sudah terkumpul semua, kemudian di klasifikasikan yaitu dengan

menggambarkan dengan kata-kata atau kalimat yang dipisah-pisahkan menurut

kategori untuk memperoleh kesimpulan.

5. Tahap-Tahap Penelitian

Tahap-tahap yang dilakukan dalam penelitian ini sebagai berikut:

1) Tahap Persiapan

a. Menyusun Instrumen

Peneliti disini menyusun instrumen atau alat yang digunakan dalam

penelitian seperti observasi, wawancara atau interview serta dokumentatif. Ini

didasarkan tujuan penelitian serta jenis data yang dijadikan sumber penelitian.

(46)

Sebelum mengadakan interview atau wawancara dalam penulisan skripsi

ini peneliti mengadakan pengamatan terhadap obyek penelitian, untuk melihat

kondisi obyek atau subyek penelitian

c. Mendatangi Informan atau respon

Peneliti disini mendatangi terlebih dahulu informan atau responden yang

akan diwawancarai dan menjelaskan pertanyaan-pertanyaan yang akan dijadikan

bahan interview sesuai dengan variabel penelitian dan yang dijadikan sebagai

informan atau responden dalam penelitian ini adalah guru Pendidikan Agama

Islam di SMK Assalaam Manado yang dijadikan subyek penelitian

2) Tahap Pelaksanaan Penelitian

Peneliti mengadakan penelitian dengan cara observasi, wawancara atau

interview dengan guru Pendidikan Agama Islam di SMK Assalaam Manado.

Sedangkan dokumentasi diperoleh dari pengambilan datanya sesuai dengan

variabel yang diteliti.

3) Tahap Penyelesaian

Setelah semua data yang diperoleh baik observasi, interview atau

wawancara, serta dokumentasi, peneliti membuat laporan dan menganalisis data

(47)

BAB IV

HASIL PENELITIAN

A. Deskripsi Hasil penelitian

Motivasi sebagai suatu potensi kejiwaan manusia. Motivasi untuk

melaksanakan kegiatan sifatnya cenderung pasang surut. Pada kegiatan proses

pembelajaranpun tidak semua siswa punya motivasi tetap, karena motivasi itu

muncul dengan sendirinya dan disertai dengan rasa senang. Siswa yang

memotivasi diri dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam harus diikuti oleh

perasaan yang senang, baik itu terhadap mata pelajarannya atau terhadap guru

yang bersangkutan.

Pembelajaran yang berlangsung di sekolah merupakan tanggung jawab

seorang guru agar siswa bisa tertarik dengan mata pelajaran yang disajikan.

Berhasilnya suatu pembelajaran ditentukan oleh seorang guru. Adapun dalam

pemberian materi pendidikan agama Islam terhadap siswa di dalam kelas terdapat

beberapa ragam siswa didalam menerima materi pendidikan agama Islam tersebut,

karena hal ini tergantung kepada kemampuan siswa itu sendiri.

Guru pendidikan agama Islam yang mengemban tujuan khusus pendidikan

agama Islam juga harus memiliki kompetensi yang sesuai dengan bidangnya.

Pencapaian tujuan Pendidikan khususnya tujuan pendidikan agama di sekolah

akan sangat dipengaruhi oleh kompetensi yang dimiliki oleh seorang guru

(48)

Pendidikan Agama Islam bertujuan menngkatkan keimanan, pemahaman,

penghayatan, dan pengamalan siswa tentang agama Islam sehingga menjadi

manusia muslim yang beriman dan bertaqwa kepada Allah swt serta berakhlak

mulia dalam kehidupan pribadi, bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.

Mengingat pentingnya tujuan Pendidikan Agama Islam di sekolah, maka

dibutuhkan motivasi yang baik bagi siswa dalam aktifitas belajarnya. Guru

Pendidikan Agama Islam harus dapat meningkatkan motivasi belajar siswa,

sehingga siswa akan merasa bahwa belajar merupakan salah satu daya penggerak

didalam diri siswa yang menimbulkan perbuatan belajar. Seorang guru Pendidikan

Agama Islam harus dapat meningkatkan motivasi belajar siswa sehingga tercipta

ketekunan dalam perbuatan belajar siswa.

Disisi lain, Pendidikan Agama Islam yang berisi tentang nilai-nilai ajaran

Islam yang multidimensi, memungkinkan guru Pendidikan Agama Islam memiliki

berbagai cara guna meningkatkan minat belajar siswa.

1. Peran Guru Pendidikan Agama Islam Dalam Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam di SMK Assalam Manado.

Adapun upaya guru Pendidikan Agama Islam dalam memotivasi siswa

dalam belajar pendidikan agama Islam adalah:

a. Memberikan Tugas

Hasil wawancara dengan guru Pendidikan Agama Islam Bapak

(49)

Tugas adalah suatu pekerjaan yang menuntut pelaksanaan untuk diselesaikan. Memberikan tugas secara kontinue dapat membantu guru

dalam menumbuhkan motivasi siswa.56

Dalam usaha menubuhkan motivasi belajar siswa yaitu dengan

memberikan tugas. Adapun tugas yang diberikan siswa di sini dapat berupa tugas

individu dan juga tugas kelompok. Tugas individu siswa seperti mengerjakan

lembar kerja siswa (LKS), sedangkan tugas kelompok siswa seperti menganalisis

kejadian di sekitar siswa dengan mengaitkan materi yang ada. Serta dapat juga

dilakukan seperti membuat keliping yang ada kaitannya dengan materi yang

sedang dipelajari.

b. Mengadakan Ulangan

Dari hasil wawancara dengan Tasliman Ahmad, S.PdI selaku guru

Pendidikan Agama Islam di SMK Assalam Manado

Materi ulangan atau ujian yang diberikan untuk siswa merupakan salah satu usaha untuk menumbuhkan motivasi siswa untuk belajar lebih giat lagi. Karena sebagian besar siswa akan termotivasi untuk lebih giat belajarnya apabila akan menghadapi ulangan atau ujian yang diberikan oleh guru. Oleh karena itu, materi ulangan dapat berfungsi sebagai alat untuk menumbuhkan motivasi belajar siswa.

Guru

Referensi

Dokumen terkait

14 Mampu menjelaskan dan membuat sarana dan prasarana target games dan striking fielding games serta

Berdasarkan Surat Penetapan Pemenang Lelang Nomor : 254/12/L2/POKJA- BLPBJ.MKS/X/2017 tanggal 27 Oktober 2017, Pokja VIII Bagian Layanan Pengadaan Barang dan Jasa Sekretariat

flowchart ) untuk  menyelesaikan  permasalahan  menggunakan logika 

Demikian kami sampaikan, atas perhatiaannya kami ucapkan terima kasih.. TUNGKAL

Peserta lelang sudah melakukan registrasi dan telah terdaftar pada Layanan Pengadaan Secara Elektronik (LPSE) Kabupaten Muara Enim di situs internet

Terdapat perbedaan bermakna kepatuhan staf wanita, staf ICU, dan yang memiliki kontak terhadap cairan lebih tinggi dibanding staf pria, staf bangsal bedah, dan staf

Manfaat secara umum dari penelitian ini adalah dapat mengetahui Faktor determinan (usia, jenis kelamin, lemak, natrium, kalium, kebiasaan merokok, stress, IMT)

[r]