PERAN GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA
PADA MATA PELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SMK ASSALAAM MANADO
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan Agama Islam ( S.Pd.I ) Jurusan Pendidikan Agama Islam ( PAI )
Oleh :
LENA P RADJIKU NIM : 11.2.3.117
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI ( IAIN )
MANADO
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan Agama Islam adalah bimbingan jasmani, rohani berdasarkan
hukum-hukum agama Islam menuju kepada terbentuknya kepribadian utama
menurut ukuran-ukuran Islam. Dengan pengertian lain seringkali beliau
mengatakan kepribadian utama tersebut dengan istilah kepribadian muslim, yaitu
kepribadian yang memiliki nilai-nilai agama Islam, memilih dan memutuskan
serta berbuat berdasarkan nilai-nilai Islam dan bertanggung jawab sesuai dengan
nilai-nilai Islam.
Dalam suatu pendidikan yang diterapkan di sekolah maka setiap siswa
berkewajiban mengikuti materi yang diberikan oleh seorang guru dalam hal ini
adalah mengikuti proses belajar mengajar. Belajar mengajar adalah suatu kegiatan
yang bernilai edukatif. Nilai edukatif mewarnai interaksi yang terjadi antara guru
dengan anak didik. Interaksi yang bernilai edukatif dikarenakan kegiatan belajar
mengajar yang dilakukan, diarahkan untuk mencapai tujuan tertentu yang telah
dirumuskan sebelum pengajaran dilakukan. Guru dengan sadar merencanakan
kegiatan pengajarannya secara sistematis dengan memanfaatkan segala sesuatunya
guna kepentingan pengajaran.1
Dalam suatu pendidikan tentunya peserta didik memperoleh pelajaran dari
seorang guru. Dari belajar itulah maka peserta didik akan mendapatkan
pengetahuan dan pemahaman, dan tentunya peserta didik disarankan agar selalu
1
membaca materi-materi pelajaran yang akan diajarkan oleh seorang guru seperti
firman Allah Swt dalam Q.S Al-Alaq / 96 : 1-5, yang berbunyi :
ِ َا َ ِ َ ِ ْا ِ ْ َ ْا قَ َخ ي ِ ٍقَ َ ْ ِ َا َن ِ ْا َقَ َخ ِ َ ْكَ ْْ َ ُ َ َو ْ َ ْا ُ َ َقْا ِ َ َ َ يِ َا ِ َْ ْ َ ْ َا َ َا َن ِ ْا َ َ َ ِ Terjemahnya :
Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang menciptakan, Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah, ang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam,
Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.2
Adanya intervensi pemerintah yang berlebihan dalam pendidikan juga
semakin menambah parah kondisi tersebut. Misalnya tuntutan untuk mengajar
sesuai target kurikulum yang terlalu kaku. Hal ini akan mengakibatkan minat,
bakat kemampuan dan potensi-potensi yang dimiliki oleh peserta didik tidak akan
berkembang secara optimal tanpa bantuan guru.3
Fenomena kurangnya pemahaman guru terhadap peran-perannya perlu
mendapat perhatian dalam sistem pendidikan Indonesia pada umumnya dan
pendidikan Islam khususnya, karena Pendidikan Agama Islam turut berperan
dalam sistem Pendidikan nasional. Terlebih guru Agama yang dalam hal ini
adalah guru Pendidikan Agama Islam yang masih dipercaya masyarakat mampu
memberikan landasan hidup dan nilai-nilai moral agar anak-anaknya tidak mudah
2Departemen Agama RI, Al-Quran dan Terjemah, (Cet X : Bandung, CV Penerbit di
Ponerogo, 2010),) h. 597. 3
terseret dalam arus globalisasi dengan memberikan Pendidikan dari segi normatif
dan terapan dari Agama islam.
Pada sisi lain, materi agama di sekolah-sekolah yang memiliki ciri
kekhususan keislamanan sebagai identitasnya seperti halnya Madrasah Aliyah,
justru malah kurang begitu mendapat respon dari siswa. Sedangkan materi
pelajaran yang sifatnya umum justru mendapat perhatian yang lebih dibandingkan
materi pelajaran agama. Sedang prestasi dari siswa terhadap Pendidikan Agama
Islam sendiri juga kurang sesuai dengan yang diharapkan.4
Harapan yang tidak pernah sirna dan selalu guru tuntut adalah bagaimana
bahan pelajaran yang disampaikan guru dapat dikuasai oleh anak didiksecara
tuntas. Ini merupakan masalah cukup sulit yang dirasakan oleh guru. Kesulitan ini
dikarenakan anak didik bukan hanya sebagai individu dengan segala keunikannya,
tetapi mereka juga sebagai makhluk sosial dengan latar belakang yang
berkelainan. Paling sedikit ada tiga aspek yang membedakan anak didik yang satu
dengan yang lainnya, yaitu aspek intelektual, psikologis, dan biologis.
Ketiga aspek tersebut diakui sebagai akar permasalahan yang melahirkan
berfariasinya sikap dan tingkah laku anak didik di sekolah. Hal itu pula yang
menjadi tugas cukup berat bagi guru dalam mengelola kelas dengan baik.
Keluhan-keluhan guru sering terlontar hanya karena masalah sukarnya mengelola
kelas. Akibat kegagalan guru mengelola kelas, tujuan pengajaranpun sukar untuk
dicapai. Hal ini kirannya tidak perlu terjadi, karena usaha yang dapat dilakukan
4
masih terbuka lebar. Salah satu caranya adalah dengan meminimalkan jumlah
anak didik di kelas. Mengaplikasikan beberapa prinsip pengelolaan kelas adalah
upaya lain yang tidak bisa diabaikan begitu saja. Pendekatan terpilih mutlak
dilakukan guna mendukung pengelolaan kelas.
Didalam proses belajar mengajar, guru harus memiliki strategi, agar siswa
dapat belajar efektif dan efisien, mengenai pada tujuan yang diharapkan. Salah
satu langkah untuk memiliki strategi itu ialah harus menguasai teknik-teknik
penyajian, atau biasanya disebut metode mengajar.
Berdasarkan uraian latar belakang tersebut, maka perlu kiranya diadakan
suatu penelitian pendidikan yang mengangkat suatu topik “Peran Guru
Pendidikan Agama Islam dalam Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa Pada
Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam di Sekolah Menengah Kejuruan
Assalaam Manado”.
B. Rumusan Masalah
Berpijak dari latar belakang pemilihan judul di atas, maka penulis
merumuskan masalah dalam skripsi ini, yaitu Peran Guru Pendidikan Agama
Islam dalam Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa pada mata pelajaran
Pendidikan Agama Islam di Sekolah Menengah Kejuruan Assalaam Manado.
Untuk menghindari agar permasalahan tidak melebar, maka penulis
memberikan batasan masalah dalam penulisan ini menjadi dua sub masalah, yaitu:
1. Bagaimana peran guru Pendidikan Agama Islam dalam meningkatkan
motivasi belajar siswa pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam di
2. Apa saja faktor pendukung dan penghambat guru Pendidikan Agama
Islam dalam meningkatkan motivasi belajar siswa pada mata pelajaran
Pendidikan Agama Islam di SMK Assalaam Manado?
C. Pengertian Judul
Pengertian judul digunakan penulis, agar para pembaca dapat memahami
secara jelas makna yang terkandung dalam penelitian skripsi yang berjudul
“Peran Guru Pendidikan Agama Islam dalam meningkatkan motivasi belajar
siswa pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam di SMK Assalaam Manado”.
Untuk itu penulis berupaya menjelaskan beberapa istilah pengertian tersebut
secara terminologi.
1. Peran guru adalah perangkat tingkah laku atau tindakan yang dimiliki
seseorang dalam memberikan ilmu pengetahuan kepada anak didik.
Seseorang dikatakan menjalankan peran manakala ia menjalankan hak dan
kewajiban yang merupakan bagian yang tak terpisahkan dari status yang
disandangnya. Dalam kaitannya dengan peran, tidak semuanya mampu
untuk menjalankan peran yang melekat dalam dirinya. Guru mempunyai
tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih,
menilai, dan mengevaluasi, peserta didik pada pendidikan usia dini jalur
pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah.5
2. Pendidikan Agama Islam, adalah upaya sadar dan terencana dalam
menyiapkan peserta didik untuk mengenal, memehami, menghayati,
5UURI, No. 14 Th. 2005, tentang Guru dan Dosen, (Jakarta: Departemen Pendidikan
hingga mengimani, bertaqwa, dan berahklak mulia dalam, mengamalkan
ajaran agama Islam dari sumber utamanya kitab suci Al-quran dan Hadist,
melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, latihan serta penggunaan
pengalaman.6
3. Motivasi Belajar, merupakan suatu dorongan atau kekuatan batin siswa
yang mendorongnya untuk melakukan aktivitas belajar untuk mencapai
tujuan yang diharapkan. Motivasi belajar ini tumbuh dalam diri sendiri,
sedangkan motivasi belajar dapat dirangsang oleh faktor-faktor dari luar.
4. SMK Assalaam Manado adalah salah satu sekolah menengah kejuruan
yang berada di kota Manado, tepatnya di Jalan Kuala Buha Lingkungan IV
Bailang Kecamatan Bunaken. Sekolah ini juga merupakan sekolah
kejuruan pertama di Manado yang berbasis pondok pesantren, tepatnya
pondok pesantren Assalaam Manado.
Dengan demikian, penulis akan mengarahkan penelitian ini tentang peran
guru Pendidikan Agama Islam sebagai tenaga pengajar yang dapat mengajar,
mendidik, membimbing, mengarahkan, melatih, mengevaluasi, dan meningkatkan
motivasi belajar Pendidikan Agama Islam siswa di SMK Assalaam Manado.
D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian
1) Tujuan Penelitian
Secara umum, penelitian ini dilakukan untuk mengetahui peran guru
Pendidikan Agama Islam dalam meningkatkan motivasi belajar siswa pada mata
6Dep. Pend. Nas, Standar Kompetensi Mata Pelajaran PAI SMA & MA, (Jakarta: Pusat
pelajaran Pendidikan Agama Islam di SMK Assalaam Manado. Adapun tujuannya
adalah:
a. Untuk mengetahui dan mendeskripsikan peran peran guru Pendidikan
Agama Islam dalam meningkatkan motivasi belajar siswa pada mata
pelajaran Pendidikan Agama Islam di SMK Assalaam Manado.
b. Untuk mengetahui apa saja faktor pendukung dan penghambat guru
Pendidikan Agama Islam dalam meningkatkan motivasi belajar siswa pada
mata pelajaran Pendidikan Agama Islam di SMK Assalaam Manado.
2) Kegunaan Penelitian
Adapun kegunaan yang diharapkan dari penelitian ini adalah:
a. Untuk menambah pengalaman dan wawasan baru sebagai wadah dan
wahana untuk mengembangkan pengetahuan dana cakrawala berfikir
khususnya dalam bidang pendidikan.
b. Bagi Kepala Sekolah, hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan
pertimbangan untuk menetapkan suatu kebijaksanaan dalam rangka
menigkatkan kemampuan professional guru-guru yang sekaligus untuk
mencapai hasil-hasil yang optimal dalam pelaksanaan program pendidikan
dan pengajaran untuk menghadapi tantangan dunia kerja.
c. Bagi guru dari sekolah yang bersangkutan dapat dijadikan umpan balik
untuk menilai profesional yang dimiliki guru dalam kegiatan belajar
mengajar dan melaksanakan tugas kependidikan. Di samping itu, dapat
dijadikan sebagai bahan pertimbangan untuk menigkatkan professional
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. Tinjauan Pendidikan Agama Islam
1. Pengertian Guru
Istilah guru, sebagaimana yang dijelaskan oleh N.A. Ametembun, bahwa
guru adalah semua orang yang berwenang dan bertanggung jawab terhadap
pendidikan murid, baik secara individual maupun klasikal, baik di sekolah
maupun di luar sekolah.7
Sardiman, A.M. mengatakan bahwa guru adalah salah satu komponen
manusiawi dalam proses belajar mengajar, yang ikut berperan dalam
pembentukan sumber daya potensial dibidang pembangunan. Oleh karena itu,
guru merupakan salah satu unsur dibidang kependidikan yang harus berperan serta
secara aktif dan profesional, sesuai dengan tuntutan masyarakat yang semakin
berkembang.8Ahmad Tafsir dalam bukunya ilmu pendidikan dalam prespektif
Islam mengemukakan guru adalah pendidik yang memberikan pelajaran kepada
muridnya, biasanya guru adalah pendidik yang memegang mata pelajaran di
sekolah.9
7
Syaiful Bahri Djamarah, Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif , (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2000), h. 32.
8
Sardiman, A.M, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta: PT Grafindo Persada, 1992), h. 123.
9
Terkait dengan pengertian guru di atas, dalam Undang-Undang Republik
Indonesia No.14 tahun 2005 tentang guru dan dosen bab I pasal I ayat I
disebutkan:
Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik,
mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan
mengevaluasi, peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalan
pendidik formal, pendidikan dasar dan menengah.10
Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa guru adalah orang yang
mempunyai tanggung jawab terhadap pendidikan murid-murid, yang ikut berperan
dalam usaha pembentukan sumber daya potensial dibidang pembangunan. Jadi
guru agama adalah semua orang yang berwenang dan bertanggung jawab untuk
melaksanakan pendidikan agama di sekolah dalam mengembangkan
potensi-potensi yang ada pada peserta didik
Menurut Muhaimin yang dimaksud guru Pendidikan Agama Islam yang
profesional adalah yang menguasai ilmu pengetahuan (agama Islam) sekaligus
melakukan transfer ilmu atau pengetahuan (agama Islam), amaliyah
(implementasi), mampu menyiapkan peserta didik agar tumbuh dan berkembang
kecerdasan dan daya kreasinya untuk kemaslahatan diri dan masyarakat, mampu
menjadi model atau sentral identifikasi diri dan konsultan bagi peserta didik,
memiliki kepekaan informasi, intelektual, moral dan spiritual, mampu
mengembangkan minat, bakat peserta didik serta mampu menyiapkan peserta
10
didik untuk bertanggung jawab dalam membangun peradaban yang diridhoi oleh
Allah Swt.11
2. Syarat-Syarat Guru Agama
Menurut Zakiyah Darajat, dkk syarat menjadi guru Pendidikan Agama
Islam adalah bertakwa kepada Allah swt, karena tidak mungkin mendidik anak
agar bertakwa kepada Allah swt, tetapi dia sendiri tidak bertakwa kepadaNya.12
Menurut Moh. Amin, syarat-syarat guru agama adalah sebagai berikut:13
a. Syarat yuridis
Hal ini berkaitan langsung pada guru agama yaitu seorang guru harus
memiliki ijasah sekolah keguruan, yaitu ijasah yang menunjukkan seseorang
mempunyai ilmu pengetahuan dan kesanggupan-kesanggupan yang diperlukan
untuk suatu jabatan atau pekerjaan.
b. Syarat Formal
1) Memiliki jasmani yang sehat, tidak sakit-sakitan karena akan menggangu
jalannya pelajaran.
2) Kebersihan badan serta kerapian pakaian
3) Sehat rohani artinya seorang guru agama tidak memiliki kelainan rohani.
11
Muhaimin, Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agama Islam di Sekolah, Madrasah dan Perguruan Tinggi (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2005), h. 50 .
12
Zakiyah Daradjat, Ilmu Pendidikan Islam (Jakarta: Bumi Aksara, 1993), h. 44.
13
c. Syarat Material
Guru harus menguasai bidang studi yang telah dipegangnya dengan
ilmu-ilmu penunjang lainnya, sebagai tambahan pengetahuan agar dalam mengajar
tidak monoton.
d. Syarat Kepribadian
Faktor yang penting bagi seorang guru adalah kepribadian yang mantap.
Kepribadian itulah yang akan menentukan apakah ia menjadi pendidik dan
pembina yang baik bagi anak didiknya. Beberapa kepribadian yang sangat penting
yaitu:
1) Aspek Mental
Guru harus memiliki mental yang sehat dan kuat, artinya guru tidak
mempunyai rasa rendah diri, sebab hal ini akan menjadikan guru tidak bebas
berfikir secara luas dan bergaul secara wajar.
2) Aspek Emosi
Guru harus mempunyai perasaan dan emosi yang stabil, sebab ketidak
stabilan seorang guru akan mempengaruhi murid-murid yang telah diajarkannya.
3) Aspek Sosial
Hubungan sosial seorang guru harus luas, guru perlu memperhatikan dan
memperbaiki hubungan sosial baik dengan murid, sesama guru, karyawan, kepala
4) Aspek Moral
Guru agama menjadi panutan dan teladan oleh murid-muridnya tetapi juga
masyarakat sekitar dimana guru itu berada. Oleh karena itu diperlukan adanya
kesesuaian antara semua perkataan dan perbuatannya.
3. F ungsi Pendidikan Agama Islam
Dasar Pendidikan Agama Islam di atas, merupakan pijakan pengembangan
dan pelaksanaan Pendidikan Agama Islam, maka fungsi Pendidikan Agama Islam
mencakup:
a. Pengembangan, yaitu menumbuh kembangkan dan meningkatkan
keimanan dan ketakwaan peserta didik kepada Allah swt. Yang telah
ditanamkan dalam lingkungan keluarga.
b. Penyaluran, yaitu untuk menyalurkan peserta didik yang memiliki bakat
khusus yang ingin mendalami bidang agama, agar bakat tersebut dapat
berkembang secara optimal, sehingga dapat bermanfaat pada dirinya
sendiri dan bagi orang lain.
c. Perbaikan, yaitu untuk memperbaiki kesalahan-kesalahan peserta didik
dalam keyakinan, pemahaman dan pengamalan ajaran dalam kehidupan
sehari-hari.
d. Pencegahan, yaitu mencegah hal-hal negatif dari lingkungannya atau dari
budaya asing yang dapat membahayakan dirinya dan menghambat
e. Penyesuaian, yaitu untuk menyesuaikan diri dengan lingkungannya, baik
lingkungan fisik maupun lingkungan sosialnya dan dapat mengarahkannya
untuk dapat mengubah lingkungannya sesuai dengan ajaran Islam.
f. Sumber nilai sebagai pedoman hidup untuk mencapai kebahagiaan hidup
di dunia dan akhirat.
g. Pengajaran, yaitu kegiatan pendidikan agama berusaha untuk
menyampaikan pengetahuan keagamaan secara fungsional.14
4. Kompetensi Guru Agama Islam
Kompetensi atau kemampuan seorang guru dalam pengembangan
pemahaman peserta didik harus dimiliki dan diketahui oleh setiap pendidik.
Karena dengan kecakapan akan pemahaman bagaimana guru mengajarkan paham
ilmu yang diajarkan maka, pembelajaran akan dapat dilaksanakan dengan
maksimal. Guru Pendidikan Agama Islam dituntut untuk dapat mengerti betul
tentang bagaimana seorang pendidik dalam mengaplikasikan mata pelajarannya.15
Sesuai dengan peraturan pemerintah tentang standar kualifikasi akademik
dan kompetensi guru, maka seorang pendidik mata pelajaran dan jenjang
pendidikan apapun harus memiliki standar kualifikasi akademik dan kompetensi
guru. Dalam hal ini guru Pendidikan Agama Islam pada jenjang SMA/SMK harus
mempunyai kualifikasi akademik minimum diploma (D-IV) atau sarjana (S1)
program studi sesuai dengan mata pelajaran yang diajarkan/diampuh, dan
diperoleh dari program studi yang terakreditasi. Sedangkan kompetensi guru
14
Muhaimin, dkk. Op.cit, h. 11-12. 15
dikembangkan secara utuh dari empat kompetensi utama, yaitu kompetensi
pedagogik, kepribadian, sosial, dan profesional. Keempat kompetensi tersebut
terintergrasi dalam kinerja guru.16
Dalam peraturan pemerintah tentang standar kualifikasi akademik dan
kompetensi guru juga disebutkan bahwa kompetensi guru mata pelajaran agama
Islam adalah :
1. Menginterpretasikan materi, struktur, konsep, dan pola pikir ilmu-ilmu
yang relevan dengan pembelajaran Pendidikan Agama Islam.
2. Menganalisis materi, struktur, konsep, dan pola pikir ilmu-ilmu yang
relevan dengan pembelajaran Pendidikan Agama Islam.17
Kompetensi seorang guru tidak hanya dimiliki guru yang notabene
pengajar pelajaran selain agama Islam, namun guru Pendidikan Agama Islam
harus memiliki kompetensi yang mendasar sebagai bahan acuan dan rujukan
bahwa guru Pendidikan Agama Islam dalam interaksi belajarnya mampu
memberikan pemahaman, penghayatan, dan pelaksanaan tentang agama Islam.
Tentunya kompetensi tersebut haruslah bersumber dari empat kompetensi utama,
yaitu kompetensi pedagogik, kepribadian, sosial, dan profesional yang langsung
dipraktekkan dalam proses belajar mengajar Pendidikan Agama Islam.
16
Djamarah, Saiful Bahri, Prestasi Belajar dan Pembelajaran Kompetensi Guru, (Surabaya: Usaha Nasional, 1994), h. 26.
17
5. Tujuan Pendidikan Agama Islam.
Pendidikan Agama Islam merupakan nama yang diberikan pada salah satu
subjek pelajaran yang harus dipelajari oleh siswa muslim. Ia merupakan bagian
yang tak terpisahkan dari kurikulum suatu sekolah sehingga merupakan alat untuk
mencapai salah satu aspek tujuan sekolah yang bersangkutan.
Sedangkan tujuan Pendidikan Agama Islam dalam lingkup SMA/SMK
yang sesuai dengan peraturan pemerintah tentang standar kompetensi dasar
tingkat SMA/SMK merupakan pelajaran agama yang mempunyai tujuan sebagai
berikut :
1. Menumbuh dan mengembangkan akidah melalui pemberian, pemupukan,
dan pengembangan pengetahuan, penghayatan, pengamalan, pembiasan
serta pengalaman peserta didik tentang agama Islam sehingga menjadi
manusia muslim yang terus berkembang keimanan dan ketakwaannya
kepada Allah swt.
2. Mewujudkan manusia Indonesia yang taat beragama dan berakhlak mulia
yaitu manusia yang berpengetahuan, rajin beribadah, cerdas, produktif,
jujur, adil, etis, berdisiplin, bertoleransi, menjaga keharmonisan secara
personal dan sosial serta mengembangkan budaya agama dalam komunitas
sekolah.18
18 Muntholi’ah, Konsep Diri Positif Penunjang Prestasi Pendidikan Agama Islam,
B. Pengertian Motivasi Belajar.
Keberhasilan suatu proses kegiatan belajar mengajar bukan hanya
ditentukan oleh faktor intelektual, tetapi juga faktor-faktor yang non-intelektual,
termasuk salah satunya ialah motivasi. Dalam Islam kata motivasi lebih dikenal
dengan istilah niat yaitu dorongan yang tumbuh dalam hati manusia yang
menggerakkan untuk melakukan suatu aktivitas tertentu dalam niat ada
ketergantungan antara niat dengan perbuatan, dalam arti jika niat baik maka
imbasnya juga baik dan sebaliknya.19
Menurut W.S.Winkel motivasi belajar dapat diartikan sebagai keseluruhan
daya penggerak psikis di dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar,
menjamin kelangsungan kegiatan belajar dan memberikan arah pada kegiatan
belajar demi mencapai satu tujuan.20
Motivasi juga dapat berfungsi sebagai pendorong usaha dan pencapaian
prestasi seseorang melakukan suatu usaha karena adanya motivasi. Adanya
motivasi yang baik akan menunjukkkan hasil yang baik. Dengan kata lain bahwa
dengan adanya usaha yang tekun dan terutrama didasari adanya motivasi, maka
seorang yang belajar itu akan mendapat prestasi yang baik. Intensitas motivasi
seorang siswa akan sangat menentukan tingkat pencapaian prestasi belajarnya.
19
Abd. Rahman Abror, Psikologi Pendidikan, (Yogyakarta: Tiara Wacana, 1993), h. 114.
Crow memperjelas pentingnya motivasi dalam belajar sebagai berikut:
Belajar harus diberi motivasi dengan berbagai cara sehingga minat yang dipentingkan dalam belajar itu di bangun dari minat yang telah ada pada
diri anak.21
Menurut A. Tabrani, pada garis besarnya motivasi mengandung nilai-nilai
sebagai berikut:
1. Motivasi menentukan tingkat keberhasilan atau kegagalan perbuatan
belajar siswa. Belajar tanpa adanya motivasi sulit untuk berhasil.
2. Pengajaran yang bermotivasi pada hakekatnya adalah pengajaran yang
disesuaikan dengan kebutuhan, dorongan, motif dan minat yang ada pada
siswa. Pengajaran yang demikian sesuai dengan tuntutan demokrasi dalam
pendidikan.
3. Pengajaran yang bermotivasi menurut kreatifitas dan imajinitas pada guru
untuk berusaha secara sungguh-sungguh mencari cara-cara yang relevan
dan serasi guna membangkitkan dan memelihara motivasi belajar pada
siswa. Guru senantiasa berusaha agar siswa pada akhirnya mempunyai
motivasi yang baik.
4. Berhasil atau tidaknya dalam menumbuhkan dan menggunakan motivasi
dalam pengajaran erat kaitannya dengan pengaturan dalam kelas.
5. Asas motivasi menjadi salah satu bagian yang integral dari asas-asas
mengajar. Penggunaan motivasi dalam mengajar tidak saja melengkapi
prosedur mengajar, tetapi juga menjadi faktor yang menentukan
21
pengajaran yang efektif. Dengan demikian, penggunaan asas motivasi
sangat esensial dalam proses belajar mengajar.22
Motivasi belajar di sekolah dibedakan menjadi 2 bentuk yaitu :
1. Motivasi Intrinsik, yaitu kegiatan belajar dimulai dan diteruskan,
berdasarkan penghayatan suatu kebutuhan dan dorongan yang secara
mutlak berkaitan dengan aktifitas belajar siswa. Motivasi ini tumbuh dari
dalam diri anak sendiri oleh karena itu motivasi ini sering disebut motivasi
murni atau motivasi yang sebenarnya. Misal: siswa yang tekun belajar
karena ingin memperoleh ilmu pengetahuan. Meskipun dalam motivasi
instrinsik ini siswa mempunyai kemandirian dalam belajar, tetapi guru
tetap harus berusaha menjaga kondisi ini, terutama untuk meningkatkan
motivasi belajar siswa.
2. Motivasi Ekstrinsik, yaitu aktifitas belajar dan diteruskan berdasarkan
kebutuhan dan dorongan yang tidak secara mutlak berkaitan dengan
aktifitas belajar sendiri. Misal: siswa rajin belajar untuk memperoleh
hadiah yang telah dijanjikan kalau berhasil baik.23
Namun demikan, motivasi belajar yang bersifat eksternal ini tidak
selamanya tidak baik bagi siswa, tetapi tetap penting dan dibutuhkan oleh siswa
karena keadaan siswa yang dinamis dan tidak selalu stabil. Di sini peranan guru
sangat menentukan untuk memberi motivasi sehingga timbul dorongan belajarnya
atau bahkan meningkat dengan adanya usaha guru tersebut.
22 Ibid, h. 127.
C. Teori Motivasi
Beberapa teori motivasi yang akan dibicarakan pada keseempatan ini yaitu
teori hedonisme, teori naluri, teori reaksi yang dipelajari, teori daya pendorong
dan teori daya kebutuhan. Adapun perinciannya sebagai berikut :
a. Teori Hedonisme
Hedone berasal dari kata Yunani yang berarti kesukaan, kesenangan atau
kenikmatan. Hedonisme adalah suatu aliran di dalam filsafat yang memandang
bahwa tujuan hidup yang utama pada manusia adalah mencari kesenangan
(hedone) yang bersifat duniawi. Menurut pandangan hedonisme, manusia pada
hakikatnya adalah makhluk yang mementingkan kehidupan yang mementingkan
kehidupan yang penuh dengan kesenangan dan kenikmatan. Oleh karena itu setiap
menghadapi persoalan yang perlu pemecahan, manusia cenderung memilih
alternatif pemecahan yang dapat mendatangkan kesenangan dari pada yang
mengakibatkan kesukaran, kesulitan, penderitaan dan sebagainya.24
Implikasi dari teori ini adalah adanya anggapan bahwa semua orang akan
cenderung menghindari hal-hal yang sulit dan menyusahkan, atau yang
mengandung resiko berat, dan suka melakukan sesuatu yang mendatangkan
kesenangan baginya.
b. Teori Naluri
Pada dasarnya manusia memiliki tiga dorongan nafsu pokok yaitu :
1. Dorongan nafsu (naluri) mempertahankan diri.
2. Dorongan nafsu (naluri) mengembangkan diri.
3. Dorongan nafsu (naluri) mengembangkan atau mempertahankan diri.
Dengan demikian ketika naluri pokok itu, maka kebiasaan-kebiasaan
apapun tindakan-tindakan dan tingkah laku manusia yang diperbuatnya sehari-hari
mendapat dorongan atau digerakkan oleh ketiga naluri tersebut. Oleh karena itu,
menurut teori ini untuk memotivasi seseorang harus berdasarkan naluri mana yang
kan ditujuh dan perlu dikembangkan.
Sering kali kita temukan seseorang bertindak melakukan sesuatu karena
didorong lebih oleh naluri pokok sekaligus sehingga sukar bagi kita untuk
menentukan naluri pokok mana yang lebih dominan mendorong orang tersebut
melakukan tindakan yang demikian itu. Sebagai contoh seorang mahasiswa tekun
dan rajin belajar meskipun dia hidup di dalam kemiskinan bersama keluarganya.
Hal apakah yang menggerakkan mahasiswa itu tekun belajar ? Mungkin karena ia
benar-benar ingin menjadi pandai (naluri pengembangan diri). Akan tetapi
mungkin juga karena ia ingin meningkatkan karir pekerjaannya sehingga dapat
hidup senang bersama keluarganya dan dapat membiayai sekolah anak-anaknya
(naluri mengembangkan atau mempertahankan jenis dan naluri mempertahankan
diri).25
c. Teori Reaksi Yang Dipelajari
Teori ini berpandangan bahwa tindakan atau perilaku manusia tidak
berdasarkan naluri-naluri tetapi berdasarkan pola-pola tingkah laku yang
dipelajari dari kebudayaan di tempat ia hidup dan dibesarkan. Oleh karena itu,
teori ini disebut juga teori lingkungan kebudayaan. Menurut teori ini, apabila
seorang pemimpin atau seorang pendidik akan memotivasi anak buah atau anak
didiknya, pemimpin atau pendidik itu hendaknya mengetahui latar belakang
kehidupan dan kebudayaan orang-orang yang dipimpinnya. Dengan mengetahui
latar belakang kebudayaan seseorang, kita dapat mengetahui pola tingkah lakunya
dan dapat memahami pula mengapa ia bereaksi dan bersikap yang mungkin
berbeda dengan orang lain dalam menghadapi masalah.26
d. Teori Daya Pendorong
Teori ini merupakan perpaduan antara teori naluri dengan teori reaksi yang
dipelajari. Daya pendorong adalah semacam naluri, tetapi hanya suatu dorongan
kekuatan yang luas terhadap sesuatu arah yang umum. Misalnya suatu daya
pendorong pada jenis kelamin yang lain. Semua orang yang dalam semua
kebudayaan mempunyai daya pendorong pada jenis kelamin yang lain. Namun
cara-cara yang digunakan dalam mengejar kepuasan terhadap daya pendorong
tersebut berlain-lain bagi setiap individu menurut latar belakang kebudayaan
masing-masing. Oleh karena itu, menurut teori ini, bila seorang pemimpin atau
seorang pendidik ingin memotivasi anak buahnya, ia harus mendasarkannya atas
daya pendorong yaitu atas naluri dan juga reaksi yang dipelajari dari kebudayaan
lingkungan yang dimilikinya. Memotivasi anak didik yang sejak kecil dibesarkan
di daerah gunung Kidul misalnya, kemungkinan besar akan berbeda dengan cara
memberikan motivasi pada anak yang dibesarkan di kota Medan meskipun
masalah yang dihadapinya sama.
26
e. Teori Kebutuhan
Teori motivasi yang sering banyak dianut orang-orang adalah teori
kebutuhan. Teori ni beranggapan bahwa tindakan yang dilakukan oleh manusia
pada hakikatnya adalah untuk memenuhi kebutuhannya, baik kebutuhan fisik
maupun kebutuhan psikis. Oleh karena itu, menurut teori ini apabila seseorang
pemimpin ataupun pendidik bermaksud memberikan motivasi kepada seseorang,
ia berusaha mengetahui terlebih dahulu apa kebutuhan-kebutuhan orang yang
akan domitivasinya.
Kebutuhan fisiologis merupakan kebutuhan dasar yang bersifat primer dan
fital yang menyangkut fungsi-fungsi biologis dasar dari organisme manusia
seperti kebutuhan akan pangan, sandang, dan papan, kesehatan fisik, kebutuhan
seks dan sebagainya.
1. Kebutuhan rasa aman dan perlindungan (safety and security) seperti
terjamin keamanannya, terlindung dari bahaya dan ancaman penyakit,
perang, kemiskinan, kelaparan, perlakuan tidak adil dan sebagainya.
2. Kebutuhan sosial (social needs) yang meliputi antara lain kebutuhan akan
dicintai, diperhitungkan sebagai pribadi, diakui sebagai anggota kelompok,
rasa setia kawan, kerja sama.
3. Kebutuhan akan penghargaan (esteem needs) termasuk kebutuhan dihargai
karena prestasi, kemampuan, kedudukan atau status, pangkat, dan
4. Kebutuhan akan aktualisasi diri (self actualization) seperti kebutuhan
mempertinggi potensi-potensi yang dimiliki, pengembangan diri secara
maksimum, kreatifitas, dan ekspresi diri.27
D. Motivasi Belajar Agama Islam
Untuk mengetahui motivasi belajar Pendidikan Agama Islam, terlebih
dahulu penulis sampaikan beberapa hal yang mendorong anak beragama. Hal ini
untuk memberi dalam menjelaskan motivasi belajar agama.
Dalam buku Pengalaman Motivasi Beragama dikutipkan bahwa setiap
tingkah laku, termasuk tingkah laku beragama dipengaruhi 3 faktor :
1. Faktor gerak atau dorongan secara spontan dan alamiah terjadi pada diri
manusia.
2. Faktor kekuatan manusia sebagai inti pusat kepribadian.
3. Faktor situasi manusia atau lingkungan hidup.28
Namun demikian dalam buku tersebut ditegaskan bahwa teori tingkah laku
yang seperti diatas sepertinya sangat umum, dan monistis sebab tidak ada tempat
untuk konfrontasi dengan dunia luar. Terlebih dalam kaitannya motivasi beragama
sebab kenyataan orang yang bertingkah laku agama banyak juga didasari oleh
unsur hidayah sehingga analisis psikologi dan sosiologi hanya sampai pada
analisis tingkah laku fungsional.29
27E. Koeswara, Motivasi, (Bandung : Angkasa, 1989), h. 223. 28
Nico Syakur, Pengalaman dan Motivasi Beragama , ( Yogyakarta, Kanisius, 1988), h. 72.
Menurut Arden N. Fandsen menyebutkan bahwa yang mendorong belajar
itu ialah :
1. Adanya sifat ingin tahu dan ingin menyelidiki dunia yang luas
2. Adanya sifat yang kreatif pada manusia yang selalu maju dan berkembang.
3. Keinginan untuk mendapat simpati orang tua, guru dan teman-temannya.
4. Adanya keinginan untuk memperbaiki kegagalan yang lalu dengan usaha
yang baru, baik dengan koperasi maupun dengan kompetisi.
5. Adanya keinginan untuk mendapatkan rasa aman jika menguasai
pelajaran.
6. Adanya ganjaran dan hukuman sebagai akhir dari belajar.
E. Peran Guru Agama Islam sebagai Motivator
Peran guru sebagai motivator ini sangat penting artinya dalam rangka
meningkatkan kegairahan dan pengembangan kegiatan belajar siswa. Guru harus
dapat merangsang dan memberikan dorongan reinforcement untuk
mendinamisasikan potensi siswa, menumbuhkan swadaya (aktivitas) dan daya
cipta (kreatifitas), sehingga akan terjadinya dinamika dalam proses belajar
mengajar.30
Berkaitan dengan pentingnya guru sebagai motivator Drs. Slameto
Menjelaskan:
Guru hanya merupakan salah satu diantara berbagai sumber dan media belajar. Maka dengan demikian peranan guru dalam belajar ini menjadi lebih luas dan lebih mengarah kepada peningkatan motivasi belajar anak. Melalui perannya sebagai pengajar, guru diharapkan mampu mendorong
30
anak untuk senantiasa belajar dalam berbagai kesempatan melalui berbagai
sumber dan media.31
Dengan demikian, maka jelaslah bahwa guru agama perlu meningkatkan
perannya sebagai motivator, yakni sebagai pendorong agar siswa melakukan
kegiatan belajar agama Islam, dengan menciptakan kondisi kelas yang dapat
merangsang siswa untuk melakukan kegiatan belajar agama, baik secara
individual maupun secara kelompok.
Untuk dapat berperan sebagai motivator, guru agama harus memiliki
kemampuan tertentu, baik sebagai guru maupun sebagai
motivator, syarat yang harus dimiliki oleh guru agama di antaranya adalah:
1. Syarat formil ialah mempunyai ijazah PGA, sehat jasmani dan rohani,
tidak memiliki cacat yang menyolok, memiliki pengetahuan agama yang
mendalam, bertaqwa dan berakhlak mulia, warga negara yang baik dan di
angkat oleh pejabat yang berwenang.
2. Syarat materil ialah memiliki pengetahuan agama Islam secara luas,
menguasai didaktik dan metodik, memiliki ilmu methodologi pengajaran,
memiliki pengetahuan pelengkap terutama yang ada hubungannya dengan
profesinya.
3. Syarat non formil ialah mengamalkan ajaran agama, berkepribadian yang
muslim, memiliki sikap demokratis, tenggang rasa, bersikap positif
terhadap ilmu, disiplin. Berinisiatif dan kreatif, kritis, objektif, menghargai
dan waktu serta produktif.32
31 Slameto, Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya , (Jakarta, Bina Aksara,
Selain itu guru juga harus mempunyai kompetensi sebagai berikut:
1. Kompetensi dalam kepribadian, guru hendaknya mempunyai kepribadian
keguruan dan mengembangkan terus sehingga dapat terampil dalam
mengenal dan memahami potensi dan harkat tiap individu dalam membina
situasi interaksi sosial guru, murid, dan dalam membina perasaan saling
hormat menghormati dan bertanggung jawab.
2. Kompetensi atas penguasaan bahan pengajaran, yaitu penguasaan yang
mengarah kepada spesialisasi atas ilmu/ kecakapan yang akan diajarkan
serta penguasaan atas bahan pendalaman aplikasi bidang studi.
3. Kompetensi dalam cara mengajar, khususnya dalam merencanakan dan
menyusun satuan pelajaran, menggunakan dan mengembangkan media
pendidikan dan kemampuan dalam menggunakan metode sehingga
menjadi efektif.33
Nana Sudjana menegaskan beberapa syarat yang harus dimiliki guru dalam
menjalankan tugasnya sebagai seorang motivator belajar yaitu:
1. Menjalin hubungan baik dan harmonis dengan siswa agar kepatuhan dan
kepercayaan pada guru tertanam pada siswa.
2. Kaya akan berbagai bentuk dan jenis upaya untuk melakukan motivasi
pada siswa baik yang bersifat intrinsik maupun yang bersifat ekstrinsik.
3. Mempunyai perasaan humor yang positif dan normatif sehingga tetap
disegani dan disenangi siswa.
32
Moh. Zein, Metodologi Pengajaran Agama , ( Yogyakarta: AK. Group, 1995), h. 57.
33Mulyasa, Menjadi Guru yang Profesional Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan
4. Menampilkan sosok kepribadian guru yang menjadi panutan siswa, baik
dalam prilaku di kelas maupun di luar kelas.34
F. Cara Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa
Mengupayakan agar motivasi belajar siswa lebih meningkat sangat penting
artinya karena akan mempengaruhi kelangsungan kegiatan belajar mengajar.
Tugas guru adalah memotivasi siswa untuk belajar, demi tercapainya tujuan yang
diharapkan.
Kegiatan belajar akan tercipta apabila motivasi belajar yang ada di dalam
diri siswa itu akan memperkuat ke arah tingkah laku tertentu (belajar). Adapun
motivasi dapat ditumbuhkan dengan cara:
1. Membangkitkan suatu kebutuhan, yaitu kebutuhan untuk menghargai suatu
keindahan, untuk mendapat penghargaan dan sebagainya;
2. Menghubungkannya dengan pengalaman-pengalaman yang lampau;
3. Memberikan kesempatan untuk mendapatkan hasil yang baik, knowing
success like success atau mengetahui sukses yang diperoleh individu itu,
sebab sukses akan menimbulkan rasa puas.35
Guru juga dapat menggunakan bermacam-macam motivasi agar siswa
dapat belajar dengan baik. Adapun cara yang digunakan guru untuk meningkatkan
motivasi belajar siswa antara lain:
34 Nana Sudjana, CBSA, (Bandung: Sinar Baru, 1989), h. 34-35. 35
1) Memberi angka
Angka dalam hal ini sebagai simbol dari nilai kegiatan belajarnya. Banyak
siswa yang belajar untuk mencapai angka/nilai baik dan untuk itu berusaha
segenap tenaga. Angka yang baik itu bagi mereka merupakan motivasi yang kuat.
2) Memberi hadiah/ reward
Hadiah memang dapat membangkitkan motivasi bila setiap orang
mempunyai harapan untuk memperolehnya.
3) Menciptakan kompetisi
Kompetisi atau saingan baik kompetensi yang bersifat individual maupun
kelompok dapat digunakan sebagai alat untuk mendorong belajar siswa.
4) Menunjukkan pentingnya tugas
Menumbuhkan kesadaran kepada siswa agar merasakan pentingnya tugas
dan menerimanya sebagai tantangan sehingga bekerja keras adalah sebagai salah
satu bentuk motivasi belajar yang cukup penting.
5) Memberikan ulangan
Para siswa akan menjadi giat belajar kalau mengetahui akan ada ulangan,
oleh karena itu memberi ulangan ini juga merupakan sarana motivasi.
6) Memberitahukan hasil yang telah dicapai
Pekerjaan yang segera diketahui hasilnya akan membawa pengaruh yang
besar bagi siswa untuk lebih giat lagi dalam belajar, apalagi kalau terjadi
kemajuan, siswa akan bersemangat untuk belajar dengan harapan hasil dari
7) Memberi pujian
Siswa yang sukses dan berhasil menyelesaikan tugas dengan baik, perlu di
beri pujian. Pujian ini adalah bentuk reinforcement yang positif dan sekaligus
motivasi yang baik. Dengan adanya pujian yang diberikan secara tepat akan
memupuk suasana belajar yang menyenangkan dan menumbuhkan gairah belajar
pada siswa.
8) Hukuman
Hukuman sebagai reinforcement yang negatif kalau diberikan secara tepat
dan bijak dapat menjadi alat motivasi. Oleh karena itu, guru harus memahami
prinsip-prinsip pemberian hukuman.
9) Menumbuhkan hasrat untuk belajar
Hasrat untuk belajar berarti pada diri anak didik itu memang ada motivasi
untuk belajar, sehingga akan menjadikan hasil yang lebih baik.
10) Motivasi
Motivasi sangat erat kaitannya dengan unsur minat. Motivasi muncul
karena ada kebutuhan dan minat adalah merupakan alat motivasi yang pokok.
Proses belajar akan berjalan lancar kalau disertai minat.36
Guru juga dapat mengembangkan motivasi belajar pada siswa di dalam
kelas yaitu dengan cara:
a. Motivasi tugas
Motivasi tugas adalah motivasi yang ditimbulkan oleh tugas-tugas yang
ditetapkan baik oleh guru maupun oleh siswa. Siswa yang memiliki motivasi
36
tugas menunjukkan keterlibatan dan ketekunan yang tinggi dalam menyelesaikan
tugas- tugas belajarnya.
b. Motivasi aspirasi
Motivasi aspirasi yang tinggi tumbuh dengan subur kalau siswa memiliki
perasaan sukses. Perasaan gagal dapat meghancurkan aspirasi siswa dalam belajar.
Oleh karena itu, konsep yang harus ditanam oleh guru kepada siswa adalah bahwa
kesuksesan atau kegagalan itu ditentukan oleh sebuah usaha bukan oleh
kemampuan atau kecerdasan.
c. Motivasi afiliasi
Motivasi afiliasi adalah dorongan untuk melaksanakan kegiatan belajar
dengan sebaik-baiknya, karena ingin diterima dan diakui oleh orang lain. Dalam
hal ini, guru di tuntut untuk memberikan perhatian penuh terhadap peningkatan
usaha dan hasil belajar yang ditampilkan oleh siswa.
d. Motivasi penguatan
Motivasi ini dapat ditimbulkan melalui diagram kemajuan belajar siswa,
memberikan komentar setiap kertas ulangan dan pemberian penghargaan. Guru
hendaknya menjauhi pemahaman bahwa pemberian angka/nilai sebagai sumber
utama dalam meningkatkan motivasi penguatan, karena menitik beratkan pada
pemberian angka dalam memotivasi belajar siswa akan menimbulkan persaingan
yang tidak sehat di dalam kelas.
e. Motivasi yang diarahkan oleh diri sendiri
Motivasi yang diarahkan oleh diri sendiri sangat berkesan dalam
mandiri dalam belajar. Dengan demikian, guru hanya perlu memberikan
pelayanan yang sesuai dengan tuntutan aktifitas belajar siswa.37
Dengan demikian, jelaslah bahwa banyak sekali cara yang dapat
digunakan untuk meningkatkan motivasi belajar siswa. Hanya yang penting bagi
guru adanya bermacam-macam motivasi itu dapat dikembangkan dan diarahkan
untuk dapat melahirkan hasil belajar yang bermakna.
G. Tinjauan Posisi Guru Agama Islam
Guru adalah merupakan salah satu komponen manusiawi dalam proses
belajar mengajar yang ikut berperan dalam usaha pembentukan sumber daya
manusia yang potensial di bidang pembangunan. Oleh karena itu, guru harus
berperan aktif dalam menempatkan kedudukannya sebagai tenaga profesional,
sesuai dengan tuntutan masyarakat yang semakin berkembang.38
Menurut Zuhairini dkk guru agama Islam merupakan pendidik yang
mempunyai tanggung jawab dalam membentuk kepribadian Islam anak didik,
serta bertanggung jawab terhadap Allah Swt. Dia juga membagi tugas guru agama
Islam sebagai berikut:
1. Mengajarkan ilmu pengetahuan Islam
2. Menanamkan keimanan dalam jiwa anak.
3. Mendidik anak agar taat menjalankan agama.
37 Moh User Usman, Menjadi Guru Profesional, (Cet.XXI. Bandung : Remaja Rosda
Karya, 2007), h. 7
38 Sardiman AM, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta: Raja Graffindo
4. Mendidik anak agar berbudi pekerti yang mulia.39
Dengan mengambil pengertian diatas maka yang dimaksud guru agama
Islam adalah seorang yang bertanggung jawab dalam melaksanakan pendidikan
agama Islam dan pembentukan pribadi anak yang sesuai dengan ajaran Islam dan
juga bertanggung jawab terhadap Allah swt.
Pekerjaan jabatan seorang guru agama Islam adalah luas yaitu untuk
membina seluruh kemampuan-kemampuan dan sikap-sikap yang baik dari siswa
sesuai ajaran Islam.
Dalam buku CBSA, Nana Sudjana menyebutkan bahwa tugas guru itu
meliputi:40
1. Guru sebagai pengajar lebih menekankan kepada tugas dalam
merencanakan pengajaran. Dalam tugas itu guru dituntut untuk memiliki
seperangkat pengetahuan dan keterampilan, teknis mengajar, menguasai
ilmu atau bahan yang akan diajarkan.
2. Guru sebagai pembimbing memberi tekanan kepada tugas, memberikan
bantuan kepada siswa dalam pemecahan masalah yang dihadapinya. Tugas
ini merupakan aspek mendidik, sebab tidak hanya berkenaan dengan
penyampaian ilmu pengetahuan tetapi juga menyangkut pengembangan
kepribadian dan pembentukan nilai-nilai para siswa.
39
Zuhairini dkk, Metodik Khusus Pendidikan Agama, (Surabaya: Usaha Nasional, 1983), h. 34.
40
3. Guru sebagai administrator kelas pada hakekatnya merupakan jalinan
antara pelaksanaan bidang pengajaran dan pelaksanaan pengajaran pada
umumnya.
Menurut Claife, guru adalah pemegang hak otoritas atas cabang-cabang
ilmu pengetahuan yang berhubungan dengan pendidikan. Walaupun begitu guru
tidak hanya memuaskan ilmu pengetahuan pada siswa, tetapi juga melatih
ketrampilan (ranah karsa) dan menanamkan sikap serta nilai (ranah rasa) pada
siswa.41
Sehubungan dengan hal itu rangkaian tujuan dan hasil yang harus dicapai
guru adalah membangkitkan gairah belajar siswa. Dengan demikian siswa
diharapkan berhasil mengubah tingkah lakunya ke arah yang lebih maju dan
positif. Hal ini sesuai dengan rumusan tujuan Pendidikan Agama Islam yang
mengandung pengertian bahwa proses Pendidikan Agama Islam yang dilalui dan
dialami oleh siswa di sekolah dimulai dari tahapan kognisi, yakni pengetahuan
dan pemahaman siswa terhadap ajaran dan nilai-nilai yang terkandung dalam
ajaran Islam, untuk selanjutnya menuju ke tahapan afeksi, yakni terjadinya proses
internalisasi ajaran dan nilai agama ke dalam diri siswa, dalam arti menghayati
dan meyakininya. Tahapan afeksi ini erat kaitannya dengan kognisi, dalam arti
penghayatan dan keyakinan siswa menjadi kokoh jika dilandasi oleh pengetahuan
dan pemahamannya terhadap nilai-nilai agama Islam, melalui tahapan afeksi
tersebut diharapkan dapat tumbuh motivasi dalam diri siswa.42
Dengan demikian, jelas bahwa posisi guru agama dalam proses
pembelajaran Pendidikan Agama Islam, sangat berperan dalam meningkatkan
mutu pendidikan bagi siswa sehingga proses belajar mengajar akan berhasil sesuai
dengan tujuan yang diharapkan.
H. Tinjauan Hasil Belajar
Evaluasi hasil belajar Pendidikan Agama Islam adalah merupakan
penilaian terhadap tingkat keberhasilan belajar siswa dalam mencapai
tujuan-tujuan pendidikan agama Islam sebagaimana telah ditetapkan GBPP Pendidikan
Agama Islam. Dengan demikian, baik siswa maupun guru agama Islam senantiasa
meningkatkan usaha-usaha untuk mencapai tujuan yang dimaksud.43
Adapun fungsi dari evaluasi hasil belajar adalah sebagai berikut:
1. Memberikan umpan balik (feed back)
Dalam upaya peningkatan hasil belajar siswa dan dengan adanya penilaian
terhadap guru Pendidikan Agama Islam, maka penilaian terhadap hasil belajar
siswa merupakan umpan balik yang sangat berharga. Dengan hasil evaluasi yang
diperoleh itu siswa mengoreksi dirinya, baik dalam hal cara dan kesungguhan
belajar maupun dalam hal waktu yang seharusnya digunakan untuk belajar dan
hasil yang dicapai.
2. Menentukan hasil kemajuan belajar siswa
Evaluasi hasil belajar juga dapat memberikan gambaran tentang
keberhasilan siswa dalam semua aspek.
43 Depag RI, Pedoman Evaluasi Pendidikan Agama Islam pada Sekolah Umum di SD,
3. Mengenal latar belakang psikologis, fisik dan lingkungan siswa, terutama
yang mengalami kesulitan belajar (diagnostik).44
Berdasarkan fungsi-fungsi evaluasi belajar diatas, maka jelas bahwa salah
tugas pokok seorang guru selain sebagai motivator dan pembimbing, ia juga
mempunyai tugas untuk mengevaluasi taraf keberhasilan rencana dan pelaksanaan
kegiatan belajar mengajar. Tujuan diadakannya evaluasi ini adalah untuk
mengetahui sampai sejauh mana tingkat kemampuan dan keberhasilan siswa
dalam pencapaian tujuan-tujuan kurikuler, dan untuk mengukur sampai di mana
efektifitas pengalaman-pengalaman mengajar, kegiatan belajar mengajar serta
metode mengajar Pendidikan Agama Islam yang digunakan untuk meningkatkan
motivasi belajar siswa.
Menurut Muhaimin, kualitas proses belajar mengajar pendidikan agama
dapat di ukur dari hasil belajar yang dicapai. Adapun hasil belajar itu dapat
diklasifikasikan menjadi keefektifan, efisiensi, dan dan daya tarik. Keefektifan
belajar dapat diukur dengan kriteria kecermatan penguasaan kemampuan,
kecepatan kerja sebagai bentuk hasil belajar dan kualitas hasil belajar. Sedang
efisiensi belajar dapat diukur dengan rasio antara keefektifan dengan jumlah
waktu yang digunakan. Selanjutnya daya tarik dalam belajar biasanya diukur
dengan mengamati kecenderungan siswa untuk berkeinginan terus belajar.45
Namun demikian, hasil suatu proses belajar mengajar Pendidikan Agama
Islam, tidak semua berupa hasil nyata yang dapat di ukur langsung setelah
44 Ibid, h. 9-12. 45
kegiatan belajar mengajar berakhir, terutama hasil belajar pada ranah afektif
(sikap), seperti tumbuhnya kesadaran beragama yang mendalam sehingga
beragama menjadi kebutuhan hidupnya. Ranah afektif merupakan hasil proses
belajar mengajar pendidikan agama yang terbentuk secara kumulatif dalam waktu
yang relatif lambat dan merupakan integrasi dari hasil sejumlah perlakuan
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Pendekatan dan Jenis Penelitian
Pada penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Penelitian
kualitatif menurut Bogdan dan Taylor (1975: 5) dalam Moleong mendefinisikan
metodologi kualitatif adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data
deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang
dapat diamati46.
Penelitian kualitatif itu berakar pada latar ilmiah sebagai keutuhan,
mengandalkan manusia sebagai alat penelitian, memanfaatkan metode kualitatif,
mengadakan analisis data secara induktif, mengarahkan sasaran penelitiannya
pada usaha menemukan teori dari dasar, bersifat deskriptif, lebih mementingkan
proses dari pada hasil, membatasi studi dengan fokus, memiliki seperangkat
kriteria untuk memeriksa keabsahan data, rancangan penelitiannya bersifat
sementara, dan hasil penelitiannya disepakati oleh kedua belah pihak: peneliti dan
subyek peneliti47.
Penelitian menggunakan pendekatan kualitatif karena penelitian ini data
yang diperoleh peneliti di lokasi berupa kata-kata bukan angka. Kata-kata tersebut
46
Lexy J Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2001), h. 3.
dapat berupa tertulis maupun lisan. Pada penelitian ini dihadapkan pada penentuan
hubungan sebab akibat. Jawaban terhadap pertanyaan hubungan sebab akibat
penting untuk meramalkan dan mengontrol dari beberapa pihak.
Jenis penelitian ini merupakan studi kasus. Penelitian studi kasus adalah
suatu penyelidikan intensif tentang seorang individu akan tetapi, studi kasus
kadang-kadang juga digunakan untuk menyelidik unit sosial yang kecil seperti
keluarga, klub, sekolah, atau geng anak remaja48.
Menurut Margono menyatakan studi kasus tersebut memusatkan perhatian
pada suatu kasus secara intensiv dan terperinci menganai latar belakang keadaan
sekarang yang dipermasalahkan49. Studi kasus adalah suatu penyelidikan intensif
tentang seseorang individu. Akan tetapi, studi kasus kadang-kadang juga
digunakan untuk menyelidiki unit sosial yang kecil, seperti keluarga, club,
sekolah. Penelitian studi kasus disini subyek yang diteliti terdiri dari suatu
kesatuan (unit) secara mendalam sehingga hasilnya merupakan gambaran lengkap
atau kasus pada unit itu.
Dalam studi kasus penelitian berusaha menyelidiki seorang individu.
Penelitian mencoba menemukan semua variabel penting dalam sejarah atau
perkembangan subyek tersebut. Studi kasus mencoba memahami anak atau orang
dewasa secara utuh dalam totalitas lingkungan individu bukan hanya tindakan
48
Arif Furchan, Pengantar Penelitian dalam Pendidikan, (Surabaya: Usaha Nasional, 1982), h. 416.
individu pada waktu kini saja melainkan tindakan di masa lalu, lingkungan, emosi
dan pikirannya.
Peneliti menggunakan jenis penelitian studi kasus dikarenakan peneliti
berusaha menyelidiki seorang individu atau suatu unit sosial secara mendalam,
kaitannya dengan penelitian ini adalah pemahaman tentang upaya yang dilakukan
guru dalam meningkatkan motivasi belajar siswa, serta motivasi siswa itu sendiri
alam belajar.
Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Assalaam Manado merupakan
sekolah yang cukup maju di Manado, sehingga penulis tertarik untuk mengadakan
penelitian tentang upaya guru dalam meningkatkan motivasi belajar siswa. Oleh
karena itu, hasil penelitian diharapkan bisa memberikan gambaran secara utuh dan
terorganisasi dengan baik sehingga hasilnya akan mendapatkan data yang valid.
B. Lokasi Penelitian
Obyek dalam penelitian mengambil tempat di Manado, tepatnya di SMK
Assalaam Manado yang terletak di Jl. Kuala Buha Kelurahan Bailang Kecamatan
Bunaken Manado.
C. Jenis dan Sumber Data
Data dalam penelitian ini adalah segala fakta dan angka yang dapat
dijadikan bahan untuk menyusun suatu informasi yaitu melalui wawancara,
subyek dari mana data tersebut diperoleh. Subyek penelitian adalah seseorang atau
lebih yang dipilih oleh peneliti untuk dijadikan nara sumber data yang
dikumpulkan, yaitu guru Pendidikan Agama Islam di SMK Assalaam Manado.
Adapun jenis data yang digunakan dalam penelitian ini data primer dan
data sekunder. Data primer (data tangan pertama), adalah data yang diperoleh
langsung dari subyek penelitian dengan mengenakan alat pengukuran atau alat
pengambilan data langsung pada subyek sebagai sumber informasi yang dicari.
Data primer yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah hasil dari intervi. Data
sekunder (data tangan kedua), adalah data yang diperoleh lewat pihak lain, tidak
langsung diperoleh oleh peneliti dari subyek penelitiannya. Data sekunder
biasanya terwujud data dokumentasi atau data laporan yang telah tersedia50. Data
sekunder yang dipergunakan dalam penelitian adalah dokumen SMK Assalaam
Manado.
Sumber datanya ialah informan yang dianggap banyak mengetahui data
dan dikumpulkan peneliti sendiri. Informan yang menjadi sumber data dalam
penelitian ini lebih banyak diperoleh dari kepala sekolah dan guru pendidikan
agama Islam.
D.Prosedur Pengumpulan Data
Dalam memperoleh data peneliti terjun langsung ke lokasi untuk
mengumpulkan data, peneliti menggunakan tekhnik sebagai berikut:
50
1. Metode Observasi
Metode ini menggunakan pengamatan yang dilakukan oleh semua indera
baik secara langsung maupun secara tidak langsung dalam waktu tertentu dimana
fakta dan data tersebut ditentukan. Menurut Sutrisno Hadi observasi adalah
metode ilmiah yang diartikan sebagai pengamatan dan pencatatan sistematik
fenomena. Yang diselidiki, dalam arti luas observasi tidak hanya terbatas kepada
pengamatan yang dilakukan baik secara langsung maupun tidak langsung51.
Menurut Suharsimi Arikunto dalam pengertian psikologi observasi atau
yang disebut pula dengan pengamatan adalah meliputi kegiatan pemusatan
perhatian terhadap sesuatu obyek dengan menggunakan seluruh alat indera. Apa
yang dikatakan ini sebenarnya adalah pengamatan langsung52.
Dalam hal ini penggunaan metode observasi langsung yaitu akan
mengadakan pengamatan dan pencatatan dalam situasi yang sebenarnya. Metode
ini digunakan peneliti untuk memperoleh informasi tentang keseluruhan obyek
penelitian, yang meliputi keadaan sarana dan prasarana, struktur organisasi,
fasilitas pendukung proses belajar mengajar dalam upaya guru pendidikan agama
Islam meningkatkan motivasi belajar siswa. Seperti radio dan poster-poster yang
berkaitan dengan mata pelajaran
51
Sutrisno Hadi, Metodelogi Research, (Jilid 2, Yogyakarta: ANDI, 2000), h. 136.
2. Metode Interview
Metode interview merupakan suatu pengumpulan data yang digunakan
untuk mendapatkan keterangan responden melalui percakapan langsung dan
berhadapan muka.
Interview yang sering juga disebut dengan wawancara atau kuesioner lisan
adalah sebuah dialog yang dilakukan oleh pewawancara (interviewer) untuk
memperoleh informasi dari terwawancara (interviewee)53.
Metode ini digunakan untuk memperoleh informasi, interview disini
dilakukan kepada informan yaitu guru pendidikan agama Islam. Metode ini
dipandang sebagai metode yang relevan untuk memperoleh data secara langsung
dari informan. interview juga merupakan alat pengumpul informasi yang langsung
dan berguna untuk mengetahui kejiwaan seseorang seperti: motivasi, tingkah laku,
dan tanggapan pribadi.
3. Metode Dokumentasi
Dokumentasi merupakan metode untuk mengumpulkan data dengan jalan
menyelidiki dokumen-dokumen yang ada. Suharsimi Arikunto mengatakan,
dokumentasi asal katannya dokumen, yang artinya barang-barang tertulis.
Pelaksanaan metode dokumentasi, peneliti menyelidiki benda-benda tertulis
53
seperti buku, majalah, dokumen peraturan-peraturan, notulen rapat, pencatatan
harian dan sebagainya54.
Penggunaan metode dokumentasi dalam penelitian ini diharapkan dapat membantu pengumpulan informasi yang benar-benar akurat, sehingga akan menambah ke validan hasil penelitian seperti:
a. Mencatat nama-nama guru
b. Mencatat sarana dan prasarana
c. Mencatat jumlah siswa
d. Mencatat hasil belajar pendidikan agama Islam
4. Analisis Data
Moleong mengatakan analisis data kualitatif adalah upaya yang dilakukan
dengan jalan bekerja dengan data, mengorganisasikan data, memilah-milah jadi
satuan yang dapat dikelola, mensintesiskannya, mencari dan menemukan apa yang
penting dan apa yang dipelajari, dan memutuskan apa yang dapat diceritakan pada
orang lain55.
Agar data yang diperoleh mempunyai makna maka data tersebut perlu
dianalisis dengan cara tertentu sesuai dengan sifat dan jenis data. Karena data
yang diperoleh dalam pengertian ini berupa data yang bersifat kualitatif sebagai
54Ibid, h 135.
55
hasil observasi dan interview, maka dalam menganalisis digunakan tekhnik
analisis deskriptif dengan menggunakan metode deduksi.
Sehubungan dengan penelitian ini peneliti hanya ingin mengetahui hal-hal
yang berhubungan dengan keadaan atau kondisi yang diteliti yaitu:
1. Bagaimana peran guru Pendidikan Agama Islam dalam meningkatkan
motivasi belajar siswa pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam di SMK
Assalam Manado.
2. Apa saja faktor pendukung dan penghambat guru Pendidikan Agama Islam
dalam meningkatkan motivasi belajar siswa pada mata pelajaran Pendidikan
Agama Islam di SMK Assalam Manado.
Serta data-data lain yang relevan dengan masalah yang diteliti. Apabila
datanya sudah terkumpul semua, kemudian di klasifikasikan yaitu dengan
menggambarkan dengan kata-kata atau kalimat yang dipisah-pisahkan menurut
kategori untuk memperoleh kesimpulan.
5. Tahap-Tahap Penelitian
Tahap-tahap yang dilakukan dalam penelitian ini sebagai berikut:
1) Tahap Persiapan
a. Menyusun Instrumen
Peneliti disini menyusun instrumen atau alat yang digunakan dalam
penelitian seperti observasi, wawancara atau interview serta dokumentatif. Ini
didasarkan tujuan penelitian serta jenis data yang dijadikan sumber penelitian.
Sebelum mengadakan interview atau wawancara dalam penulisan skripsi
ini peneliti mengadakan pengamatan terhadap obyek penelitian, untuk melihat
kondisi obyek atau subyek penelitian
c. Mendatangi Informan atau respon
Peneliti disini mendatangi terlebih dahulu informan atau responden yang
akan diwawancarai dan menjelaskan pertanyaan-pertanyaan yang akan dijadikan
bahan interview sesuai dengan variabel penelitian dan yang dijadikan sebagai
informan atau responden dalam penelitian ini adalah guru Pendidikan Agama
Islam di SMK Assalaam Manado yang dijadikan subyek penelitian
2) Tahap Pelaksanaan Penelitian
Peneliti mengadakan penelitian dengan cara observasi, wawancara atau
interview dengan guru Pendidikan Agama Islam di SMK Assalaam Manado.
Sedangkan dokumentasi diperoleh dari pengambilan datanya sesuai dengan
variabel yang diteliti.
3) Tahap Penyelesaian
Setelah semua data yang diperoleh baik observasi, interview atau
wawancara, serta dokumentasi, peneliti membuat laporan dan menganalisis data
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Deskripsi Hasil penelitian
Motivasi sebagai suatu potensi kejiwaan manusia. Motivasi untuk
melaksanakan kegiatan sifatnya cenderung pasang surut. Pada kegiatan proses
pembelajaranpun tidak semua siswa punya motivasi tetap, karena motivasi itu
muncul dengan sendirinya dan disertai dengan rasa senang. Siswa yang
memotivasi diri dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam harus diikuti oleh
perasaan yang senang, baik itu terhadap mata pelajarannya atau terhadap guru
yang bersangkutan.
Pembelajaran yang berlangsung di sekolah merupakan tanggung jawab
seorang guru agar siswa bisa tertarik dengan mata pelajaran yang disajikan.
Berhasilnya suatu pembelajaran ditentukan oleh seorang guru. Adapun dalam
pemberian materi pendidikan agama Islam terhadap siswa di dalam kelas terdapat
beberapa ragam siswa didalam menerima materi pendidikan agama Islam tersebut,
karena hal ini tergantung kepada kemampuan siswa itu sendiri.
Guru pendidikan agama Islam yang mengemban tujuan khusus pendidikan
agama Islam juga harus memiliki kompetensi yang sesuai dengan bidangnya.
Pencapaian tujuan Pendidikan khususnya tujuan pendidikan agama di sekolah
akan sangat dipengaruhi oleh kompetensi yang dimiliki oleh seorang guru
Pendidikan Agama Islam bertujuan menngkatkan keimanan, pemahaman,
penghayatan, dan pengamalan siswa tentang agama Islam sehingga menjadi
manusia muslim yang beriman dan bertaqwa kepada Allah swt serta berakhlak
mulia dalam kehidupan pribadi, bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
Mengingat pentingnya tujuan Pendidikan Agama Islam di sekolah, maka
dibutuhkan motivasi yang baik bagi siswa dalam aktifitas belajarnya. Guru
Pendidikan Agama Islam harus dapat meningkatkan motivasi belajar siswa,
sehingga siswa akan merasa bahwa belajar merupakan salah satu daya penggerak
didalam diri siswa yang menimbulkan perbuatan belajar. Seorang guru Pendidikan
Agama Islam harus dapat meningkatkan motivasi belajar siswa sehingga tercipta
ketekunan dalam perbuatan belajar siswa.
Disisi lain, Pendidikan Agama Islam yang berisi tentang nilai-nilai ajaran
Islam yang multidimensi, memungkinkan guru Pendidikan Agama Islam memiliki
berbagai cara guna meningkatkan minat belajar siswa.
1. Peran Guru Pendidikan Agama Islam Dalam Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam di SMK Assalam Manado.
Adapun upaya guru Pendidikan Agama Islam dalam memotivasi siswa
dalam belajar pendidikan agama Islam adalah:
a. Memberikan Tugas
Hasil wawancara dengan guru Pendidikan Agama Islam Bapak
Tugas adalah suatu pekerjaan yang menuntut pelaksanaan untuk diselesaikan. Memberikan tugas secara kontinue dapat membantu guru
dalam menumbuhkan motivasi siswa.56
Dalam usaha menubuhkan motivasi belajar siswa yaitu dengan
memberikan tugas. Adapun tugas yang diberikan siswa di sini dapat berupa tugas
individu dan juga tugas kelompok. Tugas individu siswa seperti mengerjakan
lembar kerja siswa (LKS), sedangkan tugas kelompok siswa seperti menganalisis
kejadian di sekitar siswa dengan mengaitkan materi yang ada. Serta dapat juga
dilakukan seperti membuat keliping yang ada kaitannya dengan materi yang
sedang dipelajari.
b. Mengadakan Ulangan
Dari hasil wawancara dengan Tasliman Ahmad, S.PdI selaku guru
Pendidikan Agama Islam di SMK Assalam Manado
Materi ulangan atau ujian yang diberikan untuk siswa merupakan salah satu usaha untuk menumbuhkan motivasi siswa untuk belajar lebih giat lagi. Karena sebagian besar siswa akan termotivasi untuk lebih giat belajarnya apabila akan menghadapi ulangan atau ujian yang diberikan oleh guru. Oleh karena itu, materi ulangan dapat berfungsi sebagai alat untuk menumbuhkan motivasi belajar siswa.
Guru