• Tidak ada hasil yang ditemukan

Makalah Agensi Kuasa dan Politik Indones

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Makalah Agensi Kuasa dan Politik Indones"

Copied!
24
0
0

Teks penuh

(1)

Karakteristik dan Perkembangan Partai Politik di Indonesia

Partai Persatuan Pembangunan,

Partai Amanat Nasional, Partai Keadilan Sejahtera

Disusun Oleh:

Firawati Sholichah

071311233004

Winanda Puthu T

071311233022

Afra Monica

071311233068

Wiwit T

071311233082

Ghea Nawafilla

071311233028

Zegi Dias P

071311233047

Departemen Hubungan Internasional

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

(2)

Karakteristik dan Perkembangan Partai Politik di Indonesia

Partai Persatuan Pembangunan,

Partai Amanat Nasional, Partai Keadilan Sejahtera

I.

Partai Persatuan Pembangunan

I.1. Sejarah dan Dinamika Perkembangan Partai

(3)

kelompok Islam di Indonesia, kemudian kini mendeklarasikan diri sebagai “Rumah Besar Umat Islam”.

Di awal berdirinya, jabatan ketua umum sementara diduduki oleh Mohammad Syafa'at Mintaredja, yang juga merupakan salah satu pendiri PPP. PPP pada dasarnya didirikan oleh lima deklarator yang merupakan pimpinan dari empat empat Partai Islam peserta Pemilu 1971 dan seorang ketua kelompok persatuan pembangunan, semacam fraksi empat partai Islam di DPR (Dewan Pimpinan Pusat PPP, 2013). Para deklarator tersebut diantaranya adalah KH Idham Chalid yang merupakan Ketua Umum PB Nadhlatul Ulama; H.Mohammad Syafaat Mintaredja, SH, Ketua Umum Partai Muslimin Indonesia (Parmusi); Haji Anwar Tjokroaminoto, Ketua Umum PSII; Haji Rusli Halil, Ketua Umum Partai Islam Perti; serta Haji Mayskur yang merupakan Ketua Kelompok Persatuan Pembangunan di Fraksi DPR. Masa jabatan H.Mohammad Syafaat Mintaredja, SH sebagai ketua umum sendiri dimulai sejak tanggal 5 Januari 1973 hingga tahun 1978. Selain jabatan Ketua Umum, pada awal berdirinya PPP juga mengenal presidium partai yang terdiri dari KH.Idham Chalid sebagai Presiden Partai, H.Mohammad Syafaat Mintaredja, SH, Drs.H.Th.M.Gobel, Haji Rusli Halil dan Haji Masykur, masing-masing sebagai Wakil Presiden.

(4)

Allah Subhanahu Wata’ala.” Sedangkan untuk tujuan di atas, PPP merumuskan prinsip perjuangan partai yang membingkai seluruh aktivitas partai, kader, dan simpatisannya. Prinsip perjuangan tersebut diantaranya adalah prinsip ibadah, prinsip itiqomah, prinsip kebenaran, kejujuran, dan keadilan, prinsip musyawarah, prinsip persamaan, kebersamaan, dan persatuan, prinsip amar ma’ruf nahi munkar.

Dalam perkembangannya sendiri, dalam internal PPP ini sering terjadi konflik, salah satunya disebabkan oleh adanya krisis identitas. Seperti yang telah diketahui bahwa awal pembentukan partai ini sendiri bukan dibentuk murni ide dari para pendirinya, namun karena tekanan perpolitikan orde baru terkait dengan peraturan penyederhanaan partai, sehingga tidak heran apabila dalam perkembangannya sering terjadi konflik didalam tubuh PPP yang kemudian juga memicu menurunnya perolehan suara pada PPP. Di awal orde baru konflik ini diwarnai dengan adanya pengaruh penguasa dalam penentuan struktur PPP. Sedangkan ketika orde baru telah runtuh pun konflik terus terjadi dan justru semakin diperparah dengan pemisahan kelompok dan partai islam di dalam PPP membentuk partai-partai baru seperti PKB dan PAN. Sehingga membuat basis pendukung yang semula mayoritas adalah NU dan muhammadiyah menjadi berkurang dan hanya mengandalkan para kyai dan pengikutnya sebagai massa pendukungnya.

1.2 Struktur Partai

Lebih dari itu, terkait dengan struktur partai dalam perkembangannya terjadi perubahan dalam hal kepemimpinan dan struktur Partai Persatuan Pembangunan (PPP). Jika pada sebelumnya, masa bakti kepengurusan PPP selama 5 tahun maka kini dipercepat menjadi 4 tahun saja. Hal ini sesuai ketentuan pasal 50 Anggaran dasar Partai hasil Muktamar VII dan berlaku mulai periode 2011-2015. Mukatamar akan diselenggarakan selambat-lambatnya satu tahun setelah pemilu legislatif dan merupakan bentuk keseriusan PPP untuk melakukan konsolidasi nasional yang menyesuaikan dengan kalender politik nasional. Kini susunan pengurus terdiri dari Pengurus Harian sebanyak 55 orang, Pimpinan Majelis syariah sebanyak 1 orang, Pimpinan Majelis Pertimbangan sebanyak 18 orang, Pimpinan Majelis Pakar sebanyak 18 orang dan Mahkamah Partai sebanyak 9 orang.

(5)

Naro (1978 - 1989) menjabat selama dua periode namun tahun 1978 mengundurkan diri hingga dilakukan Muktamar I PPP tahun 1984 dan Naro dipilih kembali, Ismail Hassan Metareum (1989 - 1998) juga menjabat selama dua periode dalam Muktamar II PPP tahun 1989 dan Muktamar III tahun 1994, Hamzah Haz (1998-2007) juga menjabat dua periode melalui Muktamar IV tahun 1998 dan Mukatamar V tahun 2003, Suryadharma Ali (2007 - 2014) dalam Muktamar VI tahun 2007 dan Muhammad Romahurmuziy (2014 - 2019). Dalam periode 2007-2011 PPP memiliki struktur organisasi sebagai berikut (1) Ketua Umum DPP PPP : Suryadharma Ali, (2)Sekretaris Jenderal : H. Irgan Chairul, (3) Wakil Ketua Umum : Drs. HA Chozin Chumaidy.

1.3 Perolehan Suara di Pemilu

Sementara pencapaian hasil suara yang didapat Partai Persatuan Pembangunan (PPP) cenderung mengalami penurunan pada tiap periodenya. Adanya penurunan jumlah suara ini juga berdampak pada jumlah kursi yang diterima dalam DPR. Pada tahun 1977, menerima 18.743.491 (29,29%) dan mendapat 99 kursi DPR, tahun 1982 menerima 20.871.880 (27,78%) dan mendapat 94 kursi DPR, tahun 1987 menerima 13.701.428 (15,96%) dan mendapat 61 kursi DPR, tahun 1992 mendapat 16.624.647 (17%) dan mendapat 62 kursi DPR, tahun 1997 menerima 25.340.028 (22,43%) dan mendapat 89 kursi DPR, tahun 1999 mendapat 11.329.905 (10,71%) dan mendapat 58 kursi DPR, tahun 2004 menerima 9.248.764 suara (8,15%) dan mendapat 58 kursi DPR, tahun 2009 menerima 5.533.214 (5,32%) dan mendapat 38 kursi DPR, dan tahun 2014 menerima 8.157.488 (6,53%) dan mendapat 8 kursi DPR.

Apabila dianalisis maka diketahui pada pemilu 1977 - 1997, keadaan pemilu dinilai penuh kecurangan dan tekanan yang ketika itu berada pada masa orde baru. Sejak tahun 1977 hingga 1992, jumlah suara yang diterima Partai Persatuan Pembangunan (PPP) semakin menurun. Hal ini disebabkan pendidikan politik yang dijalankan pada masa orde baru menjadi penyebab utamanya. Partai politik mendapat citra negatif termasuk para partai politik umat Islam seperti Partai Persatuan Pembangunan (PPP) ini. Ketika itu terdapat slogan Islam Yes, Partai Islam No. Terdapat kecurigaan politik uang, politik pembangunan dan politik karis yang menyebabkan partai Islam dijauhi dan menurunnya kader dan loyalis PPP (Dewan Pimpinan Pusat PPP, 2013).

(6)

Solo bernama Mudrick Sangidoe dengan kampanye penitipan suara kader PDI ke PPP. Hal ini menyebabkan perolehan suara PPP meningkat. Pada pemilu tahun 1999, PPP sebagai partai pemerintahan BJ Habibie bersama PDI dan Golkar mendapat sentimen negatif sebagai representasi orde baru. Sementara itu, muncul partai Islam lain seperti PKS dan PBB yang semakin menurunkan perolehan suara PPP.

Selain itu, Hamzah Haz yang menjabat sebagai wakil presiden kabinet Megawati meggoncagkan kader PPP dengan mendapat fatwa haram presiden perempuan. Kepercayaan PPP sebaai partai umat pun semakin meluntur sedangkan partai islam baru seperti PKS semakin melejit. Alhasil pada pemilu 2004, PPP mendapat penurunan perolehan suara. PPP semakin mengalami penurunan dengan munculnya isu korupsi dan pragmatis dikarenakan PPP memberi dukungan kepada pemerintah berama PAN dan PKB. Sementara PPP semakin menurun, demokrat dan PKS mengalami era keemasan karena dianggap bersih dan profesional. PPP pun kembali mengalami penurunan suara dalam pemilu 2009. Namun pada pemilu tahun 2014, PPP mengalami kenaikan tipis perolehan suara namun tetap memiliki penurunan drastis peringkat partai politik.

(7)

menghasilkan kursi bagi PPP adalah Bali, Irian Jaya, dan Timur Timur. (7) Pada Pemilu 2004, PPP meraih kursi pada 23 provinsi atau 69.69 persen dari 33 provinsi. Provinsi yang tidak menghasilkan kursi bagi PPP adalah Babel, Kepri, DIY, Bali, NTT, Sulawesi Barat, Maluku, Maluku Utara, Irian Jaya Barat, dan Papua (Dewan Pimpinan Pusat PPP, 2013).

Dari penjelasan diatas dapat terlihat apabila semakin banyak provinsi yang tidak dikuasai oleh PPP. Kekuatan yang dimiliki PPP semakin melemah pada tiap periodenya. Selain itu ketika era orde baru, PPP mengalami diskriminasi dari pemerintah Indoensia yang ketika itu dipimpin oleh Soeharto. PPP selalu berada dalam keadaan tertindas. Kader-kader PPP dengan segala alat kekuasaan Orde Baru dipaksa meninggalkan partai, kalau tidak akan dianiaya. Kalau seniman, tokoh PPP itu tidak akan bisa “manggung” di TVRI, satu-satu stasiun televisi yang dikontrol Pemerintah. Hal ini dialami oleh H. Rhoma Irama, Bajuri yang kini dikenal Mat Solar Sopir Bajaj, dan lain-lain. Selama masa Orde Baru banyak kader-kader PPP terutama di daerah yang ditembak, dipukul, dan malah ada yang dibunuh. Saksi-saksi PPP diancam, suara yang diberikan rakyat ke PPP dimanipulasi untuk kemenangan Golkar, mesin politik Orde Baru. Jadi kalau ada yang menyatakan PPP adalah bagian dari Orde Baru sangat tidak beralasan.

(8)

menindaklanjutinya, sehingga aspirasi umat Islam dapat terwujud dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

II.

Partai Amanat Nasional

II.1.Sejarah dan Dinamika Perkembangan Partai

PAN yang merupakan singkatan dari Partai Amanat Nasional merupakan salah satu dari sekian banyak partai yang pernah mendominasi perpolitikan Indonesia. Kelahiran partai ini dibidani oleh Majelis Amanat Rakyat (MARA), salah satu gerakan reformasi pada masa Soeharto. Secara kronologis, gagasan pembentukan PAN dimulai pada tanggal 5 Juli 1998 ketika seluruh jajaran Pimpinan Pusat dan Provinsi Muhammadiyah mengadakan Tanwir Muhammadiyah. Dalam acara tersebut, mayoritas peserta mengungkapkan aspirasinya agar warga Muhammadiyah membangun partai baru. Namun dalam keputusan resmi dinyatakan, bahwa Muhammadiyah tidak akan pernah berubah menjadi parpol, juga tidak akan membidani lahirnya sebuah parpol. Tetapi warga Muhammadiyah diberi keleluasaan untuk terlibat dalam parpol sesuai dengan minat dan potensinya.

Kelahiran PAN sendiri tidak lepas dari campur tangan Amien Rais yang seringkali disebut sebagai lokomotif reformasi tahun 1998. Tanggal 22 Juli pada tahun yang sama, Amien Rais menghadiri pertemuan MARA di hotel Borobudur untuk membahas situasi politik pada masa itu bersama rekan- rekannya, antara lain Goenawan Mohammad, Fikri Jufri, Dawan Raharjo, Ratna Sarumpaet, Zumrotin dan Ismet Hadad. Dari sini, terdapat urgensi lain pembentukan partai politik yang semula hanya berupa keinginan masyarakat untuk membentuk parpol menjadi kesadaran dari tiap- tiap tokoh politik MARA tersebut untuk segera mempersiapkan pembentukan partai, disamping fungsinya semula seagai gerakan moral.

(9)

Zoemrotin, Alvin Lie Ling Piao dan lainnya dengan pengesahan Depkeh HAM No. M-20.UM.06.08 tgl. 27 Agustus 2003.

PAN adalah sebuah partai yang memiliki lambang partai bergambar matahari dengan warna latar belakang berwarna biru. PAN berazas Pancasila. Sebagaimana azas yang dianutnya, PAN menjungjung tinggi dan menegakkan kedaulatan rakyat, keadilan, kemakian material, dan spiritual. Cita- cita partai kemudian didasarkan pada kemajemukan, moral agama, dan kemanusiaan.

2.2 Struktur Partai

(10)

Rais adalah ikon Muhammadiyah maka ketika Amien Rais menduduki posisi penting di PAN, orang-orang Muhammadiyah dengan begitu mudah mengidentifikasikan dirinya dengan Amien plus PAN.

(11)

dengan lawan-lawannya, terutama Hatta Radjasa dan Fuad Bawazier (Hariyanto, 2005). Dibawah kepemimpinannya kepengurusan DPP PAN yang baru telah dibentuk dengan Ketua Majelis Pertimbangan Partai (MPP) dijabat oleh Amien Rais, Wakil Ketua MPP dijabat oleh Hatta Radjasa dan AM Fatwa, Ketua Umum dijabat oleh Soetrisno Bachir, Ketua dijabat oleh Didik J Rachbini, Ibrahim Sakti, Patrialis Akbar sedangkan Sekjen dijabat oleh Zulkifli Hasan, Wakil Sekjen dijabat oleh Joko Edhi S. Abdurrahman, Bendahara dijabat oleh Asman Abnur serta Ketua Arbitrase dijabat oleh M Askin (Politik Indonesia, 2005).

Keputusan Soetrisno untuk terjun di kancah politik tidak lepas dari nalurinya sebagai pengusaha yang tak ingin hanya bergerak pada tataran wacana semata maupun popularitas pemimpinnya melainkan perlu adanya kerja nyata yang sistematis, yang mampu memahami secara detail kebutuhan masyarakat. Soetrisno lalu menerjemahkan keinginannya membesarkan dan memodernkan PAN pada empat pokok garis perjuangan, yakni, partai dan pemenangan pemilu, pengaderan yang andal, partai yang dicintai rakyat, serta membangun organisasi PAN yang modern yangmana penyampaian sasaran partai yang modern hanya akan bisa dicapai dengan kerja nyata yang sistematis (Ramelan, 2009). Kerja nyata sistematis ini dimaksudkan untuk mengajak pemimpin terjun ke lapangan secara berkelanjutan, tidak hanya musiman dengan menyelami relung-relung kehidupan umat dan menyambung rasa dan pikiran dengan umat di lapisan terbawah. Namun sayangnya masa kepemimpinan Soetrisno Bachir ini harus berakhir dengan keputusannya untuk mengundurkan diri dari PAN pada tahun 2010 untuk menghilangkan kesan atau menepis kecurigaan bahwa ia akan mengambil alih partai.

Kemunduran Soetrisno Bachir dari PAN pada 2010 ini kemudian digantikan oleh Hatta Radjasa hingga digelarnya Kongres Nasional Partai PAN ke-IV pada 28 Februari 2015. Majunya Hatta Radjasa sebagai pengganti Soetrisno Bachir membuat hasil perolehan suara PAN pada pemilihannya sebagai kandidat cawapres naik drastis ke angka 9,5 juta pada Pemilu 2014 (Hertanto, 2015). Tetapi kongres PAN ke-VI yang diadakan ternyata tidak berbuah manis baginya, Hatta Radjasa harus menanggung kekalahan melawan Zulkifli Hasan dengan hanya selisih enam suara dimana Zulkifli mendapatkan 292 suara sementara Hatta Rajasa hanya mendapatkan 286 suara.

(12)

(MPR RI) menggantikan Sidarto Danusubroto sejak 8 Oktober 2014 untuk periode 2014-2019. Selama masa kandidatnya sebagai calon ketua umum PAN, setidaknya terdapat 4 gagasan yang diusungnya, yakni ingin lebih fokus pada kerja politik untuk membela kepentingan masyarakat yang diwakilinya; pengkaderan partai yang tidak lagi diselenggarakan untuk kepentingan nyaleg karena Zulkifli Hasan berharap harus ada kesinambungan pencalegan bagi semua kader PAN; perubahan sistem dalam penentuan pimpinan pengurus daerah dan calon kepala daerah, dimana jika sebelumnya Dewan Pimpinan Pusat PAN berperan penuh dalam menentukan pimpinan dewan daerah dan calon kepala daerah maka ia Zulkifli berniat untuk memberikan wewenang penuh kepada pengurus daerah untuk memutuskan sehingga berjalan bersamaan untuk mengurus partai PAN; serta mengenai peningkatan kinerja pelayanan kepala daerah yang ia harapkan dapat menjadi lebih mudah ditemui dan diajak berkomunikasi, baik langsung ataupun tidak langsung, oleh kader-kader dari daerah (Andwika, 2015).

Selain itu, PAN di bawah Zulkifli juga menetapkan kepengurusan partai baru yang diisi oleh sebanyak 77 orang. Berikut susunan kepengurusan PAN :

Majelis Penasihat Partai

Ketua : Soetrisno Bachir Wakil Ketua : Zulkifli Halim Sekertaris : Nurhadi Musawir Bendahara : Sunartoyo

Anggota : Soewarno Adjiwijoyo, Miranti Abidin, Nurdianti Akma, Ibrahim Sakti, Alvien Lie.

Pengurus Harian

Ketum : Zulkifli Hasan

Waketum : Asman Abnur, Mulfachri, Harahap, Suyoto, Ahmad Hanafi,

Bima Arya, Bara Hasibuan. Ketua-Ketua

(13)

Teguh Juwarno Ahmad Hafizs Didik Rachbini Totok Daryanto M Ali Taher Parasong Azis Subekti

Riski Sadig

Yahdil Abdi Harahap Noviantika Nasution Intan Fitriana Fauzi Jon Erizal

Andi Anzar Cakrawijaya M Najib

Muhammad Reza Rajasa Eko Hendro Purnomo Raja Sapta Oktohari Ambia B Boestam Ashabul Kahfi Euis Fety Fatayaty Barnabas Yusuf Hura Dessy Ratnasari Sekjen: Eddy Suparno

Wasekjen Ahmad Yohan

Ahmad Mumtaz Rais Andi Taufan Tiro Anton Syafriuni Dedi Setiawan Dolot Wahyuni Refi

(14)

Saleh P Daulay Rusli Halim Ibnu M Bilaludin Taufik Amrullah Surya Imam Wahyudi Rodi Khaelani

Sitti Hikmawatty Yayuk Basuki Windiarto Kardono Inge Ingkiriwang Togi Pangaribuan Soni Sumarsono Tutur Sutikno

Arif Mustafa Al-Buny Alex Mahili

Yasmin Muntaz Tanty Pupti Fitriana Novita

Bendahara Umum: Nasrullah

Bendahara-bendahara Chandra Tirta Wijaya Indra Gobel

Laila Istiyana Lexy Budiman Nur Indah Fitriani Wa Ode Nur Zainab M Syafrudin

Jaorana Amiruddin Wulandari Ramadani Atina Riawati

(15)

Rosmaili Idris Mariana Deden Farah Valencia Jamilah

Tutik Masria Widya Dyah Hestu Lestari

Mahkamah Partai Ketua: Yasin Kara

Anggota: Irham Jafar Ian Putra, Abdul Hakam Naja, Mashuri, Ali Taher Parasong

2.3 Perolehan Suara di Pemilu

Dalam Pemilu 1999, PAN masuk 15 besar dengan meraup 7% suara atau sekitar 7528956 perolehan suara dengan jumlah kursi 34 (Kepustakaan Presiden, 2006). Meskipun demikian, peringkat tersebut dianggap sebuah kemajuan besar mengingat PAN adalah partai baru. Kemajuan ini dipengaruhi oleh dua hal. Pertama, PAN adalah partai yang mendukung reformasi dan dinilai mampu membawa kepentingan kelompok masyarakat kelas menengah dan mahasiswa. Kedua, tokoh partai, yang salah satunya adalah Amien Rais dianggap sebagai perwakilan Muhammadiyah yang saat itu tidak mempunyai kendaraan politik. Kemudian, persentase ini dalam Pemilu 2004 menurun menjadi 6,44% dengan jumlah perolehan suara 7.303.324 dan menduduki peringkat ke tujuh meski perolehan kursi DPR meningkat. PAN juga gagal mengantarkan Amien Rais menjadi presiden pada pilpres 2004. Prosentasi ini makin menurun pada pemilu tahun 2009 menjadi 6, 01% dengan jumlah perolehan suara 6.254.580 (Partai.info, 2009). Terakhir, hasil pemilu legislatif yang dikeluarkan oleh KPU mengungkapkan kenaikan prosentase PAN pada pemilu yang diselenggarakan pada 9 April 2014. Partai ini menduduki peringkat ke delapan dengan prosentase sebesar 7,59%.

(16)

Mubammadiyah. Selain di pulau Jawa, kekuatan politik PAN juga tersebar di beberapa daerah di pulau Sumatra seperti Bengkulu.

III. Partai Keadilan Sejahtera

III.1. Sejarah dan Dinamika Perkembangan Partai

Partai Keadilan Sejahtera atau biasa disingkat dengan sebutan PKS merupakan salah satu partai besar berbasis Islam yang turut mewarnai perpolitikan Indonesia. PKS secara resmi didirikan pada tanggal 20 Juli 1998 dengan nama awal Partai Keadilan (PK) dalam sebuah konferensi pers di Aula Masjid Al-Azhar, Kebayoran Baru, Jakarta (pks.or.id, 2011). Jika kembali menilik pada sejarah, dapat diketahui bahwa terbentuknya PKS berawal dari gerakan dakwah di beberapa kampus Indonesia mulai tahun 1960an yang dipelopori oleh Muhammad Natsir melalui organisasi Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia (DDII). Pada akhir tahun 1960an hingga awal 1980an kegiatan dakwah tersebut semakin gencar dilakukan oleh para aktivis Islam di berbagai universitas ternama, seperti Institut Teknologi Bandung dan Universitas Indonesia dan aktivitas dakwah tersebut terus menyebar ke universitas-universitas lainnya.

(17)

partai Islam yang kemudian diberi nama Partai Keadilan (PK) dan disahkan pada 20 Juli 1998 dengan menempatkan Nurmahmudi Isma'il sebagai Presiden (Ketua) Partai pertama (pks.or.id, 2011).

Pada pemilihan umum legislatif tahun 1999, PK tercatat sebagai salah satu partai politik yang bersaing dan hal tersebut merupakan keikutsertaan PK pertama kali dalam pemilu. Namun PK hanya memperoleh suara sebesar 1,36% dari total perolehan suara yang berarti gagal memenuhi ambang batas parlemen sebesar 2%. Berdasarkan UU Pemilu Nomor 3 Tahun 1999 tentang syarat berlakunya ambang batas minimum, PK harus mengganti namanya agar dapat ikut serta dalam pemilu selanjutnya (pks.or.id, 2011). Oleh sebab itu, pada tanggal 3 Juli 2003 Partai Keadilan (PK) secara resmi berubah nama menjadi Partai Keadilan Sejahtera (PKS) setelah sehari sebelumnya menyelesaikan seluruh proses verifikasi Departemen Hukum dan HAM di tingkat Dewan Pimpinan Wilayah (setingkat provinsi) dan Dewan Pimpinan Daerah (setingkat kabupaten dan kota). Setelah berganti nama, PKS kembali bersaing dengan partai-partai lainnya dalam pemilihan umum tahun 2004 dan berhasil memperoleh suara sebesar 7,34% dari total perolehan suara.

3.2 Struktur Partai

Sebagai partai politik yang berbasis agama Islam, jelas terlihat bahwa komposisi keanggotaan PKS mayoritas terdiri dari kelompok muslim. Namun dalam AD-ART PKS Bab 3 Tentang Keanggotaan Pasal 7 disebutkan bahwa “Setiap warga negara Indonesia dapat menjadi anggota partai.” (pkspiyungan.org, 2011). Berdasarkan pasal tersebut maka PKS tidak membatasi bahwa hanya kaum muslim yang dapat menjadi anggotanya, melainkan juga non-muslim sekalipun. Namun jika mengamati keanggotaan PKS saat ini, maka dapat terlihat bahwa secara umum komposisinya terdiri dari golongan-golongan yang memiliki karakter Islam modern.

PKS juga menggunakan Jama’ah Tarbiyah untuk mencari kader baru yang potensial, yaitu jaringan organisasi masyarakat yang dibentuk untuk mendukung PKS. Secara garis besar PKS memiliki dua cara untuk merekrut kadernya yang nantinya akan diusung untuk menjadi anggota partai, yaitu rekrutmen individual dan rekrutmen institusional. Rekrutmen individual dilakukan melalui komunikasi antar personal secara langsung. Model komunikasi ini dibentuk dalam forum-forum pembinaan seperti halaqah atau diskusi kelompok, liqa, rihlah, mukhayyam, dan juga daurah

(18)

organisasi sayap formal ataupun informal. Afiliasi dengan organisasi dilakukan untuk mendapatkan kader yang lebih luas lagi. Setiap kader dari PKS kemudian akan diwajibkan untuk mengikuti pelatihan mulai dari pembelajaran, pelatihan keorganisasian, pembinaan karakter, dan evaluasi. PKS juga mulai membedakan antara kader dan anggota. Kader adalah setiap orang yang terikat dengan kaderisasi yang dibuat oleh PKS, sedangkan anggota adalah siapa saja yang terikat pada organisasi PKS.

Sejak awal didirikan hingga saat ini, Partai Keadilan Sejahtera (PKS) telah mengalami pergantian kepemimpinan dan kepengurusan sebanyak enam kali. Pertama, pada awal didirikannya tahun 1998, PKS (pada saat itu masih bernama PK) dipimpin oleh Nurmahmudi Isma’il. Namun, Nurmahmudi Isma’il hanya menjabat dalam waktu singkat, yaitu hingga tahun 2000 karena dirinya menerima tawaran kursi kementerian Kehutanan dan Perkebunan (Hutbun) dalam kabinet pemerintahan KH Abdurrahman Wahid (pks.or.id, 2011). Nurmahmudi secara resmi mengundurkan diri sebagai Presiden Partai pada 16 April 2000 dan digantikan oleh Hidayat Nur Wahid yang terpilih pada 21 Mei 2000. Presiden PKS kedua tersebut menjabat selama empat tahun, yakni hingga 11 Oktober 2004. Hidayat Nur Wahid mengundurkan diri dari jabatannya sebagai Presiden Partai karena paska Pemilu 2004 dirinya terpilih sebagai Ketua MPR periode 2004-2009 (pks.or.id, 2011). Selanjutnya, jabatan Presiden PKS dipegang oleh Tifatul Sembiring berdasarkan hasil Sidang Majelis Syuro I PKS. Pada dasarnya, Tifatul terpilih sebagai Presiden PKS periode 2005-2010, namun pada tahun 2009 Tifatul dipilih oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menjadi Menteri Komunikasi dan Informatika sehingga dirinya harus mengundurkan diri dari jabatan Presiden Partai (pks.or.id, 2011).

(19)

Hasan Ishaq. Untuk menjadi Presiden PKS, Anis Matta terlebih dahulu mengundurkan diri dari jabatan sebagai Wakil Ketua DPR-RI sekaligus dari anggota Dewan Perwakilan Rakyat RI. Jabatan Anis Matta sebagai Presiden PKS secara resmi berakhir pada 10 Agustus 2015 dan digantikan oleh Presiden PKS yang keenam, yaitu Sohibul Iman.

Struktur kepengurusan inti tingkat pusat Partai Keadilan Sejahtera periode 2015-2020:

 Ketua Majelis Syuro : Dr Salim Segaf Al Jufri

 Wakil Ketua Majelis Syuro : Dr Hidayat Nur Wahid

 Sekretaris Majelis Syuro : Ir. H. Untung Wahono, M.Si

 Ketua Majelis Pertimbangan Pusat : Suharna Surapranata, MT

 Ketua Dewan Syariah : Dr KH Surahman Hidayat

 Presiden : M Sohibul Iman, PhD

 Sekretaris Jenderal : Dipl.Ing. Taufik Ridlo, Lc

 Wakil Sekretaris Jenderal : Dr Mardani Ali Sera

 Bendahara Umum : Mahfudz Abdurrahman, S.Sos

 Wakil Bendahara Umum : Dr Abdul Kharis Al Masyhari

3.3 Perolehan Suara di Pemilu

(20)

PKS tetap stabil sejak tahun 2004, yaitu di atas 8 juta pemilih. Bahkan pada tahun 2014 pemilih untuk PKS meningkat jika dibandingkan tahun 2009.

Jika ditinjau dari segi penyebaran wilayah pemenangan, PKS cenderung akan menang di wilayah yang banyak dihuni oleh masyarakat islam modern. Partai ini akan kalah di daerah-daerah yang masih menganut islam-islam tradisional seperti di daerah pedesaan ataupun daerah-daerah dengan basis islam tradisional yang kuat. Hal ini disebabkan karena daerah dengan basis islam tradisional akan cenderung menjadi pemilih partai islam lainnya seperti PKB ataupun PPP, dan juga PAN yang didominasi oleh pemilih dengan ideologi islam Muhammadiyah. Namun secara garis besar, PKS yang termasuk dalam partai islam yang memperoleh suara terbanyak di antara partai yang lainnya. Kekuatan ini dapat dikatakan diperoleh dari sistem pengkaderan yang kuat dan juga ideologi modern yang dibawa. Wilayah pemenangan PKS antara lain adalah Jawa Barat dan Lampung.

Tahun Suara % Kursi % +/−

1999 1,436,565 1.36 7 1.51 n/a

2004 8,325,020 7.34 45 8.18 +38

2009 8,204,946 7.88 57 10.18 +12

2014 8,480,204 6.79 40 7.14 -17

3.4 Bentuk Pemerintahan

(21)

Basyariyyah (ikatan kemanusiaan). PKS juga menyatakan bahwa keadaan tersebut dapat dicapai dengan menggunakan Syariah Islamiyah. Sedangkan adil, menurut PKS adalah keadaan dimana politik, ekonomi, sosial budaya, dan bidang lainnya berada pada posisi yang seimbang. Hal ini didasarkan pada hadis yang menyatakan bahwa orang yang berbuat adil kelak akan berada di sisi Allah SWT dengan mimbar yag bercahaya. Sejahtera didefinisikan oleh PKS sebagai keadaan manusia yang terbebas dari rasa takut serta adanya pemenuhan kebutuhan lahir dan batin. Kesejahteraan adalah keseimbangan antara pemenuhan dan kebutuhan. Definisi dan poin mengenai kesejahteraan ini didasarkan pada Surat An-Nahl ayat 112. Sedangkan bermartabat adalah keadaan dimana masyarakat Indonesia memiliki kesetaraan yang sama dengan masyarakat internasional lainnya, baik dalam hal ekonomi ataupun sosial dan sebagainya. PKS ingin menunjukkan bahwa Islam sebagai agama mayoritas di Indonesia mampu memberikan model masyarakat yang mempertemukan islam dengan pluralitas budaya lokal dan juga modernitas yang ada (http://pks.or.id/content/visi-dan-misi).

(22)

IV. Kesimpulan

(23)

dasarnya dengan hadirnya partai politik berasaskan agama yang notabene dikembangkan oleh para ulama dan melahirkan keaktifan ulama dalam perpolitikan suatu ngera, justru harusnya membawa pengaruh baik, dengan sumbangan bagi terciptanya pembangunan yang bermoral dan sesuai dengan nilai-nilai yang berlaku sehingga mampu mewujudkan keadilan dan kesejahteraan bagi masyarakat. Namun dengan melihat banyaknya partai politik berasas Islam di Indonesia saat ini yang mana mereka saling bersaing dalam memperoleh suara dan dukungan dari masyarakat maka tentu hal ini akan memungkinkan adanya perpecahan. Apalagi dengan kondisi internal yang tidak stabil yang tentu membuat masyarakat Islam semakin terpecahbelah dan akhirnya melemahkan partai politik Islam di Indonesia.

Daftar Pustaka

Andwika, Rizky. (2015). “Ini gagasan Zulkifli Hasan jika terpilih jadi ketum PAN [online]”.

Tersedia dalam http://www.merdeka.com/politik/ini-gagasan-zulkifli-hasan-jika-terpilih-jadi-ketum-pan.html. [Diakses pada 22 November 2015].

Arifin, Syamsul. (2008). “PAN v PMB : Ujian Independensi Muhammadiyah“ [online]. Tersedia dalam https://sharemeaning.wordpress.com/2008/07/28/pan-v-pmb-ujian-independensi-muhammadiyah/. [Diakses pada 22 November 2015].

Dewan Pimpinan Pusat PPP, (2013), PPP dalam Lintasan Sejarah [online], tersedia dalam

www.ppp.or.id/page/ppp-dalam-lintasan-sejarah/index/ [diakses tanggal 24 November 2015].

Hariyanto, Slamet. (2005). “PAN Setelah Kepemimpinan Amien Rais“[online]. Tersedia dalam https://slamethariyanto.wordpress.com/2005/04/14/pan-setelah-kepemimpinan-amien-rais/. [Diakses pada 24 November 2015].

Hertanto, Luhur. (2015). “Incar Masuk 3 Besar di Pemilu 2019, Ketum PAN Harus Fokus ke Partai”. Tersedia dalam http://news.metrotvnews.com/read/2015/02/08/355473/incar-masuk-3-besar-di-pemilu-2019-ketum-pan-harus-fokus-ke-partai. [Diakses pada 22 November 2015].

Hermawan, Bayu. (2015). “Ini Susunan Pengurus PAN yang Baru“. Tersedia dalam

(24)

Inilahcom, (2014). Perpecahan PPP : Sejarah Panjang Pertikaian [online]. Tersedia dalam

http://nasional.inilah.com/read/detail/2093977/perpecahan-ppp-sejarah-panjang-pertikaian#sthash.Bwdz2Qmg.dpuf [diakses tanggal 24 November 2015].

Kepustakaan Presiden RI. 2006. Pemilihan Umum Tahun 1999 [online] http://kepustakaan-presiden.perpusnas.go.id/election/directory/election/?

box=detail&id=27&from_box=list&hlm=1&search_ruas=&search_keyword=&activa tion_status= [diakses pada 23 November 2015].

Partai. Info. (2009). Hasil Pemilu Legislatif 2009 [online] http://www.partai.info/pemilu2009/index.php [diakses pada 23 November 2015]. Partai Keadilan Sejahtera. (2013). Visi dan Misi PKS [online]. Tersedia dalam

http://pks.or.id/content/visi-dan-misi. [Diakses pada 22 November 2015].

Politik Indonesia. (2005). “Soetrisno Bachir Ketua Umum PAN 2005-2010“[online]. Tersedia dalam http://politikindonesia.com/index.php?k=politik&i=1676-Soetrisno-Bachir-Ketua-Umum-PAN-2005-2010-. [Diakses pada 22 November 2015].

Ramelan, Prayitno. (2009). “PAN, Soetrisno Bachir Dan Konflik“[online]. Tersedia dalam

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian didapatkan tidak ada hubungan yang signifikan infeksi STH dengan kadar Hb (p=0,09), tidak ada hubungan yang signifikan personal hygiene dengan infeksi STH

Maka dari itu dapat disimpulkan bahwa permasalahan sosial diantara keduanya terjadi saat Ayah tidak sanggup membunuh Orang Asing sebelum ia mabuk, dan Gadislah

Hasil penelitian menunjukan bahwa berdasarkan data tahun 2015 pelayanan pada Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Aceh Besar memiliki kecendrungan masuk ke daerah efisiensi dengan

Seiring dengan peningkatan peranan Poktan, Pemda dan LSM, pendapatan petani, Pendapatan Asli Daerah (PAD), dan kesempatan kerja merupakan tujuan yang harus terpenuhi

Tak terkecuali dengan guru PPKn, dalam penelitian Fitriany Indri Sapitri (2015) disebutkan bahwa guru mengalami hambatan dalam implementasi kurikulum 2013 pada

Disiplin kerja adalah suatu bentuk ketaatan terhadap aturan, baik tertulis maupun tidak tertulis yang telah ditetapkan. Disiplin kerja pada dasarnya selalu diharapkan

64 Kementrian Agama Republik Indonesia, Mushaf Tajwid dan Terjemah (t.. Ayat tersebut mengandung makna bahwa wanita hamil itu mempunyai masa idah, yaitu hingga

Jumlah saham yang ditawarkan 2.300.178.500 Saham Biasa Atas Nama dengan nilai nominal Rp 100,- (seratus rupiah) setiap saham.. Penjamin Pelaksana