MAKALAH
NEGARA HUKUM (RULE OF ROW) DAN HAM
Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugasMata kuliah: Pancasila
Dosen Pengampu : Nety Hermawati
Disusun oleh:
POPPY REZA ALVINA (1702100069)
SEPTIANA RAHAYU (1704100245)
UMI ADILA (1704100255)
PROGRAM STUDI S-1 PERBANKAN SYARIAH
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) METRO
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
KATA PENGANTAR ... ii
DAFTAR ISI ... iii
I. PENDAHULUAN... 1
I.1 Latar Belakang ... 1
I.2 Rumusan Masalah ... 1
I.3 Tujuan Penulisan... 1
I.4 Manfaat Penulisan ... 1
II. TINJAUAN PUSTAKA... 2
II.1Konsep Dan Ciri Negara Hukum... 2
II.2Negara Hukum Indonesia... 8
II.3Hakikat Hak Asasi Manusia... 13
II.4Sejarah Perkembangan Hak Asasi Manusia... 17
II.5Hak Asasi Manusia di Indonesia... 20
III... PENUTUP 23
III.1...Kesimpulan 23
III.2...Saran 24
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Negara Indonesia merupakan negara hukum tidak hanya berdasarkan pada kekuasaan belaka, selain itu juga berdasarkan Pancasila dan Undang Undang Dasar 1945. Hal ini berarti Negara Indonesia menjunjung tinggi hak asasi manusia dan menjamin segala warga negaranya bersamaan kedudukannya di dalam hukum dan pemerintahan, serta wajib menjunjung tinggi hukum dan pemerintahan itu tanpa ada kecualinya. Hak Asasi Manusia merupakan anugerah Tuhan Yang Maha Esa yang wajib dihormati, dijunjung tinggi dan dilindungi oleh negara, hukum, pemerintah, dan setiap orang demi kehormatan serta perlindungan harkat dan martabat manusia.
2.2 Rumusan Masalah
1. Apa itu Hukum Negara dan Hak Asasi Manusia (HAM) ? 2. Apa saja ciri-ciri Hukum Negara dan HAM
3. Bagaimana hubungan Negara hukum dan HAM
2.3 Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui pengertian tentang Hukum Negara dan Hak Asasi Manusia (HAM). 2. Untuk mengetahui ciri, tujuan dari Hukum Negara dan HAM tersebut
3. Untuk mengetahui hubungan Negara Hukum dan HAM
2.4 Manfaat Penulisan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Dan Ciri Negara Hukum a. Pengertian Negara Hukum
Negara hukum merupakan terjemahan dari istilah Rechsstaat atau Rule Of Law. Rechsstaat atau Rule Of Law itu sendiri dapat dikatakan sebagai bentuk perumusan yuridis dari gagasan konstitusionalisme. Oleh karena itu, konstitusi dan Negara (hukum) merupakan dua lembaga yang tidak terpisahkan. Secara sederhana, yang dimaksud dengan negara hukum adalah negara yang penyelenggaraan kekuasaan pemerintahannya didasarkan atas hukum. Di dalamnya pemerintah dan lembaga-lembaga lain dalam melaksanakan tindakan apapun harus dilandas oleh hukum dan dapat dipertanggungjawabkansecara hukum. Dalam negara hukum, kekuasaan menjalankan pemerintahan berdasarkan kedaulatan hukum (supermasi hukum) dan bertujuan untuk menyelenggarakan ketertiban hukum (Mustafa Kamal Pasha, 2003).
Negara berdasar atas hukum menempatkan hukun sebagai hal yang tertinggi (supreme) sehingga ada istilah supermasi hukum. Supermasi hukum harus tidak boleh mengabaikan tiga ide dasar hukum, yaitu keadilan, kemmanfaatan dan kepastian (Achmad Ali; 2002). Oleh karenanya, Negara dalam melaksanakan hukum harus memperhatikan tiga hal tersebut. Di negara hukum, hukum tidak hanya sekedar sebagai “formalitas” atau “prosedur” belaka dari kekuasaan. Bila sekedar formalitas, hukum dapat menjadi saran pembenaran untuk dapat melakukan tindakan yang salah atau menyimpang. Contoh, pada masalalu presiden sering membuat “Keppres” sebagai tempat terlindung dengan dalih telah berdasarkan hukum, padahal dengan Keppres tersebut presiden dapat menyalahgunakankan kekuasaannya. Oleh karena itu di Negara hukum, hukum harus tidak boleh mengabaikan “rasa keadilan masyarakat”.
Konstitusi dalam Negara hukum adalah konstitusi yang bercirikan gagasan konstiitusionalisme yaitu adanya pembatasan atau kekuasaan dan jaminan hak dasarwarga Negara. Tanpa adanya konstitusi yang demikian, sulit untuk disebut Negara hukum. Negara-negara komunis atau Negara otoriter memiliki konstitusi tetapi menolak gagasan tentang konstitusionalisme sehingga tidak dapat disebut Negara hukum dalam arti yang sesungguhnya.
Negara hukum adalah unik, sebab Negara hendak dipahami sebagai suatu konsep hukum (Jimly Asshiddiqie, 2004). Dikatakan sebagai suatu konsep yang unik sebab tidak ada konsep misalnya Negara politik, Negara ekonomi dan sebagainya. Dalam Negara hkum nantinya akan terdapat satu kesatuan system hukum yang berpuncak pada konstitusi atau undang-undang dasar. Dengan adanya system hukum, penyelenggaraan Negara dan rakyat dapat bersatu di bawah dan tunduk pada system yang berlaku. Dengan demikian, dalam Negara yang berdasar atas hukum, konstitusi Negara merupakan sarana pemersatu bangsa. Hubungan antar warga Negara dengan Negara, hubungan antarlembaga negara dengan kinerja masing-masing elemen kekuasaan berada ada satu system aturan yang disepakati dan dijunjung tinggi.
b. Negara Hukum Formil dan Negara Hukum Materiil
Salah satu cirri penting dalam Negara yang menganut konstitusionalisme yang hidup pada abad ke-19 adalah sifat pemerintahannya yang pasif, artinya pemerintah hanya sebagai wasit atau pelaksana dari berbagai keinginan rakyat yang dirumuskan para wakilnya di parlemen. Disini peranan negara lebih kecil daripada peranan rakyat karena pemerintah hanya menjadi pelaksana (tunduk pada) keinginan-keinginan rakyat yang diperjuangkan secara liberal untuk menjadi keputusan parlemen.
dirumuskan dalam dalil The Least Government Is The Best Government (pemerintah yang paling sedikit mengatur adalah pemerintahan yang baik).
Negara dalam pandangan ini adalah Negara yang memiliki ruang gerak sempit. Negara mengurusi hala-hala sedikit sedangkan yang banyak terutama dalam kepentingan ekonomi diserahkan kepada warga secara liberal. Negara hanya mempunyai tugas pasif, yaitu baru bertindak apabila hak-hak warga Negara dilanggar atau ketertiban keamanan umum terancam. Konsepsi Negara demikian adalah Negara hukum dalam arti sempit atau disebut Negara hukum formil, Negara hukum klasik. Negara dalam pandangan ini hanya dianggap sebagai Negara penjaga malam (Nachtwacterstaat). Jadi Negara hukum formil adalah Negara hukum dalam arti sempit yaitu Negara yang membatasi ruang geraknya dan bersifat pasif terhadap kepentingan rakyat Negara. Negara tidak campur tangan secara banyak terhadap urusan dan kepentingan warga Negara. Urusan ekonomi diserahkan pada warga Negara dengan dalil Laissez faire, Laissez Aller yang berarti bilawarga dibiarkan mengurus kepentingan ekonominya sendiri, maka dengan sendirinya perekonomian Negara akan sehat.
Negara hukum formil dikecam banyak pihak karena mengakibatkan kesenjangan ekonomi yang amat mencolok terutama setelah perang dunia kedua. Gagasan bahwa pemerintah dilarang campur tangan dalam urusan warga baik dalam bidang ekonomi dan sosial lambat laun berubah menjado gagasan bahwa pemerintah brtanggungjawab atas kesejahteraan rakyat dan karenanya harus aktif mengatur kehidupan ekonomi dan sosial (Mirriam Budiardjo, 1977). Untuk itu pemerintah tidak oleh pasif atau berlaku seperti penjaga malam melainkan harus aktif melakikan upaya-upaya membangun kesejahteraan rakyat.
Negara hukum yang muncul pada abad ke-19 adalah Negara hukum formil atau Negara hukum dalam arti sempit. Pada uraian sebelumnya telah dikemukakan bahwa Negara hukum merupakan terjemahan dari istilah Rechtsstaat atau Rule Of Law. Istilah Rechtsstaat diberikan oleh para ahli hukum Eropa Kontinental sedang istilah Rule Of Law diberikan oleh para ahli hukum Anglo Saxon.
Friedrich Julius Stahl dari kalangan ahli hukum Eropa Kontinental memberikan ciri-ciri Rechtsstaat sebagai berikut:
1. Hak asasi manusia
2. Pemisahan atau pembagian kekuasaan untuk menjamin hak asasi manusia yang biasa dikenal sebagai Trias Politika
3. Pemerintah berdasarkan peraturan-peraturan 4. Peradilan administrasi dalam perselisihan
Adapun AV Dicey dari kalangan ahli hukum Anglo Saxon member ciri-ciri Rule Of Law sebagai berikut:
1. Supermasi hukum, dalam arti tidak boleh ada kesewenng-wenangan. Sehingga seseorang hanya boleh dihukum jika melanggar hukum.
2. Kedudukan yang sama didepan hukum, baik bagi rakyat biasa atau bagi pejabat. 3. Terjaminnya hak-hak manusia dala undang-undang atau keputusan pengadilan.
Ciri-ciri Rechtsstaat atau Rule Of Law di atas masih dipengaruhi oleh konsep Negara hukum formil atau Negara hukum dalam arti sempit. Dari pencirian di atas terlihat bahwa peranan pemerintah haynya seikit, karena ada dalil bahwa “pemerintah yang sedikit adalah pemerintah yang baik”. Dengan munculnya konsep negara materiil pada abad ke-20 maka perumusan ciri-ciri negara hukum sebagaimana dikemukakan oleh Stahl dan Dicey di atas kemudian ditijau lagi sehingga dapat menggambarkan perluasan tugas pemerintah yang tidak boleh lagi bersifat pasif,.
Sebuah komisi para juris yang tegabung dalam International Commission of Jurits pada konferensinya di Bangkok tahun 1965 merumuskan ciri-ciri pemerintahan yang demokratis di bawah Rule Of Law yang dinamis. Ciri-ciri tersebut adalah
2. Badan Kehakiman yang bebas dan tidak memihak; 3. Kebebasan untuk menyatakan pendapat;
4. Pemilihan umum yang bebas;
5. Kebebasan untuk berorganisasi dan beroposisi; 6. Pendidikan civics (kewarganegaraan).
Dari perincian seperti itu bahwa adanya pengakuan terhadap perluasan tugas pemerintah (eksekutif) agar menjadi lebih aktif tidak hanya selaku penjaga malam. Pemerintah diberi tugasdan tnggungjawab membangun kesejahteraan dan pemerstaan yang adil bagi rakyatnya. Ciri-ciri negara hukum diatas sudah dipengaruhi oleh konsepsi negara hukum materiil (modern). Disamping perumusan ciri-ciri negara hukum seperti di atas ada pula berbagai pendapat mengenai ciri-ciri negara hukum yang dikemukakan ole para ahli. Menurut Montesque, negara yang paling baik ialah negara hukum, sebab di dalam konstitusi di banyak negara terkandung tiga inti pokok, yaitu
1. Perlindungan HAM,
2. Ditetapkannya ketatanegaraan suatu negara, dan
3. Membatasi kekuasaan dan weenang organ-organ negara.
Prof. Sudargo Gautama mengemukakan ada tiga ciri atau unsur dari negara hukum , yakni sebagai berikut
1. Terdapat pembatasan kekuasaan negara terhadap perorangan, maksudnya negara tidak dapat bertindak sewenang-wenang. Tindakan negara dibatai oleh hukum, individual mempunyai hak terhadap negara atau rakyat mempunyai hak terhadap penguasa. 2. Asas legalias, setiap tindakan negara harus berdasarkan hukum yang telah diadakan
terlebih dahulu yang harus ditaati juga oleh pemerintah atau aparaturnya.
3. Pemisahan kekuasaan, agar asas itu betul-betul terlindungi, diadakan pemisahan kekuasaan yaitu badan yang membuat peraturan perundang-undangan, melaksanakan dan badan yang mangadili harus terpisah satu sama lain tidak berada dalam satu tangan.
Franz Magnis Suseno (1997) mengemukakan adanya lima ciri negara hukum sebagai salah satu ciri hakiki negara demokrasi. Kelima ciri negara hukum tersebut adalah sebagai berikut
2. Undang-undang dasar menjamin hak asasi manusia yang paling penting. Karena tanpa jaminan tersebut, hukum akan menjadi sarana penindasan. Jaminan hak asasi manusia memastikan bahwa pemerntah tidak dapat menyalahgunakan hukum untuk tindakan yang tidak adil atau tercela.
3. Bada-badan negara menjalankan kekuasaan masing-masing selalu dan hanya taat pada dasar hukum yang berlaku.
4. Terhadap tindakan badan negara, masyarakt dapa menadu ke pengadilan dan putusan pengadilan dilaksanakan oleh badan negara.
5. Badan kejhakiman bebas dan tidak memihak.
Mustafa Kamal Pasha (2003) menyatakan adanya tiga ciri khas negara huku, yaitu
1. Pengakuan dan perlindungan hak asasi manusia
Di dalam ciri ini terkandung ketentuan bahwa di dalam suatu negara hukum dijamin adanya perlindungan hak asasi manusia berdasarkan ketentuan hukum. Jaminan itu umumnya dituangkan dalam konstitusi dnegara bukan pada peraturan perundang-undangan di bawah konstitusi negara. Undang-undang dasar negara berisi ketentuan-ketentuan hak asasi manusia. Inilah salah satu gagasan konstitusional.
2. Peradilan yang bebas dari pengaruh kekuasaan lain dan tidak memihak
Dalam ciri ini terkandung ketentuan bahwa engadilan sebagai lembaga peradilandan badan kehakiman harus benar-benar independen dalam membuat putusan hukum, tidak dipengaruhi oleh kekuasaan lain terutama kekuasaan eksekutif. Dengan wewenang sebagai lembaga yang mandiri terbebas dari kekuasaan lain, diharapkan negara dapat menegakkan kebenaran dan keadilan.
3. Legalitas dalam arti hukum segala bentuknya
Bahwa segala tindakan penyelenggara negara maupun warga negara dibenarkan oleh kaidah hukum yang berlaku serta dapat dipertanggungjawabkan secara hukum.
2.2 Negara Hukum Indonesia
a. Landasan Yuridis Negara Hukum Indonesia
UUD 1945 menunjukkan semakin kuatnya dasar hukum serta menjadi amanta negara, bahwa negara Indonesia adalah dan harus merupakan negara hukum.
Sebelumnya, landasan negara hukum Indonesiakita temukan dalam bagian Penjelasan Umum UUD 1945 tentang Sistem Pemerintahan Negara, yaitu sebagai berikut
1. Indonesia ialah negara yang berdasar atas negara hukum (Rechtstaat). Negara Indonesia berdasar atas hukum (Rechtstaat), tidak berdasar atas kekuasaan belaka (Machtsstaaat).
2. Sistem Konstitusional. Pemerintah berdasar atas sistem konstitusi (hukum dasar), tidak bersifat absolutism (kekuasaan yang tidak terbatas).
Berdasarkan perumusan di atas, negara Indonesia memiliki istilah Rechtsstaat yang kemungkinan dipengaruhi oleh konsep hukum belanda yang termasuk dalam wilayah Eropa Kontinental. Perumusan negara hukum Indonesia adalah
1. Negara berdasar atas hukum, bukan berdasar atas kekuasaan belaka;
2. Pemerintah negara berdasar atas suatu konstitusi dengan kekuasaan pemerintahan terbatas, tidak absolute.
Dasar lain yang dapat dijadikan landasan bahwa Indonesia adalah negara hukum dalam arti materiil terdapat dalam bagian pasal-pasal UUD 1945, sebagai berikut
1. Pada Bab XIV tentang perekonomian negara dan Kesejahteraan Sosial Pasal 33 dan 34 UUD 1945, yang menegaskan bahwa negara turut aktif dan bertanggungjawab atas prekonomian negara dan kesejahteraan rakyat. Adapun rumusan-rumusan tersebut sebagai berikut.
Pasal 33
(1) Perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasar atas asas kekeluargaan. (2) Cabang-cabang produksi yang penting bagi negara dan yang menguasai hajat
hidup orang banyak dikuasai oleh negara.
(3) Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat.
(4) Perekonoman nasional diselenggarakan berdasar atas demokrasiekonomi dengan prinsip kebersamaan, efesiensi berkeadilan, berkelanjutan, berwawasan lingkungan, kemandirian, serta dengan menjaga keseimbangan kemajuan dan kesatuan ekonomi nasional.
Pasal 34
(1) Fakir miskin dan anak-anak yang terlantar dipelihara oleh negara.
(2) Negara mengembangkan sistem jaminan sosial bagi seluruh rakyat dan memberdayakan masyarakat yang lemah dan tidak mampu sesuai dengan martabat kemanusiaan.
(3) Negara bertanggungjawab atas penyelidikan fasilitas pelayanan kesehatan dan fasilitas pelayanan umu yang layak.
(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai pelaksanaan pasal ini diatur oleh undang-undang.
b. Pada bagian Penjelasan Umum tentang Pokok-Pokok Pikiran dala Pembukaan juga dinyatakan pelunya turut serta dalam kesejahteraan rakyat. Rumusan tersebut sebagai berikut:
1. “Negara” –begitu bunyinya- “Melinduni segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah dara Indonesia dengan berdasar atas persatuan dengan meweujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia”. Dalam pembukaan ini diterima aliran pengertian negara persatuan, negara yang melindungi dan meliputi segenap bangsa seluruhnya. Jadi, negara mengatasi segala paham perseorangan. Negara, menurut pengertian “pembukaan” itu menghendaki persatuan, meliputi segenap bangsa Indonesia seluruhya. Inilah suati dasar negara yang tidak boleh dilupakan. 2. Negara hendak mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat.
b. Perwujudan Negara Hukum di Indonesia
Operasional dari konsep negara hukum Indonesia dituangksn dalam konstitusi negara, yaitu UUD 1945. UUD 1945 merupakan hukum dasar negara yang menepati posisi sebagai hukum negara tertinggi dalam tertib hukum (legal order) Indonesia. Di bawah UUD 1945 terdapat berbagai aturan hukum peraturan perundang-undangan yang bersumber dan berdasarkan pada UUD 1945.
penyusunan peraturan perundang-undangan. Sumber hukum terdiri atas sumber hukum tertulis dan tidak tertulis. Sumber hukum dasar nasional adalah Pancasila sebagaimana yang tertulis dalam Pembukaan Undang-undang Dasara 1945, yaitu Ketuhanan Yang Maha Esa, Kemanusiaan yang adil dan beradab, Persatuan Indonesia, dan Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijakasanaan dalam permusyawaratan/perwakilan, serta dengan mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia, dan batang tubuh Undang-Undang asar 1945.
Adapun tata urutan perundang-undangan adalah sebagai berikut:
1. Undang-Indang Dasar 1945
2. Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia 3. Undang-Undang
4. Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang (Perpu) 5. Peraturan Pemerintah
1. Keputusan Presiden 2. Peraturan Daerah
Penjelasan dari masing-masing aturan perundang-undangan tersebut adalah sebagai berikut:
(1) Undang-Undang Dasar 1945 merupakan hukum dasar tertulis Negara Republik Indonesia, memuat dasar dan garis besar hukum dalam penyelenggaraan negara. (2) Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia merupakan putusan
Majelis Permusyawaratan Rakyat sebagai pengemban kedaulatan rakyat yang ditetapkan dalam siding-sidang Majelis Permusyawaratan Rakyat.
(3) Udang-Undang dibuat oleh Dewan Perwakilan Rakyat bersama Presiden untuk melaksanakan Undang-Udang 1945 serta Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia.
(4) Peraturan pemerintah pengganti undang-undang dibuat oleh Presiden dalam hal ihwal kepentingan memaksa, dengan ketentuan sebagai berikut.
- Peraturan pemerintah pengganti undang-undang harus diajukan ke Dewan Perwakilan Rakyat dalam persidangan yang berikut.
Dewan Perwakilan Rakyat paraturan pemerintah pengganti undang-undang tersebut harus dicabut.
(5) Praturan pemerintah dibuat oleh Pemerintah untuk melaksanakan perintah undang-undang.
(6) Keputusan presiden yang bersifat mengatur dibuat oleh Presiden untuk menjalankan fungsi dan tugasnya berupa pengaturan pelaksanaan administrasi pemerintahan. (7) Peraturan daerah merupakan peraturan untuk meelaksanakan aturan hukum di atasnya
dan menampung kondisi khusus dari daerah yang bersangkutan.
Dengan keluarnya Undang-Undang No. 10 tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan maka status hukum dari Ketetapan MPR No. III/MPR/2000 dapat dikatakan tidak berlaku lagi. Hal ini dikarenakan berdasar Ketetapan MPR No. I/MPR /2003 tentang peninjauan terhadap materi dan Status Hukum Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat sementara dan Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia Tahun 1960 sampai dengan Tahun 2002, Ketetapan MPR No. III/MPR/2000 termasuk dalam kategori Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat sementara dan Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia yang tetap berlaku sampai dengan terbentuknya undang-undang. Karena sudah terbentuk undang-undang No. 10 Tahun 2004 yang isinya juga mengatur perihal peraturan perundang-undangan di Indonesia maka Ketetapan MPR tersebut sudah tidak berlaku lagi.
Negara Hukum Indonesia menurut UUD 1945 mengandung prinsip-prinsip sebagai berikut;
1. Norma hukumnya bersumber pada Pancasila sebagai hukum dasar nasional dan adanya hierarki jenjang norma hukum (stufenbouwheorie-nya Hans Kelsen).
2. Sistemnya yaitu konstitusi.
3. Kedaulatan rakyat atau prinsip demokrasi
4. Prinsip persamaan kedudukan dalam hukum dan pemerintahan (pasal 27 ayat (1) UUD 1945)
5. Adanya Organ pembentuk undang-undang (Presiden dan DPR) 6. Sistem pemerintahannya presidensiil
7. Kekuasaan kehakiman yang bebas dari kekuasaan lain (eksekutif)
dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial
9. Adanya jaminan akan hak asasi dan kewajiban dasar manusia (pasal 28 A-J UUD 1945)
c. Hubungan Negara Hukum dengan Demokrasi
Hubungan antara negara hukum dengan demokrasi dapat dinyatakan bahwa negara demokrasi pada dasarnya adalah negar hukum. Namun, negara hukum belum tentu negara demokrasi. Negara hukum hanyalah satu ciri dari negara demokrasi. Franz Magnis Suseno (1997) menyatakan adanya lima gugus ciri hakiki dari negara demokrasi. Kelima ciri negar tersebut adalah
1. Negara hukum;
2. Pemerintah di bawah control nyata masyarakat; 3. Pemilihan umum yang bebas;
4. Prinsip mayoritas, dan
5. Adanya jaminan terhadap hak-hak demokratis.
Berdasarkan sejarah perkembangannya, tumbuhnya negara hukum, baik formal maupun materiil bermula dari gagasan demokrasi konstitusional, yaitu negara demokrasi yang berdasar atas konstitusi. Gagasan demokrasi konstitusional abad ke-20 menghasilkan Rule Of Law yang dinamis.
Demokrasi baik sebagai bentuk pemerintahan maupun suatu sistem politik berjalan diatas dan tunduk pada koridor hukum yang disepakati bersama sebagai aturan main demokrasi. Adapun demokrasin sebagai sikap hidup ditunjukkan dengan adanya perilaku yang taat pada aturan main yang telah disepakati bersama pula. Aturan itu umumnya dituangkan dalam bentuk norma hukum. Dengan demikian di negara demokrasi, hukum menjadi sangat dibutuhkan sebagai aturan dan prosedur demokrasi. Tanpa aturan hukum, kebebasan dan kompetisi sebagai ciri demokrasi akan liar tidak terkendalikan. Jadi, negar demokrasi sangat membutuhkan hukum.
2.3 Hakikat Hak Asasi Manusia a. Pengertian Hak Asasi Manusia
sejak lahir dan melekat pada esensinya sebagai anugrah Allah SWT. Pendapat lain yang senada menyatakan bahwa dengan potensinya sebagai makhluk dan wakil Tuhan (Gazali, 2004). Rumusan “sejak lahir” sekarang ini dipertanyakan, sebab bayi yang ada dalam kandungan sudah memiliki hak untuk hidup. Oleh karena itu, rumusan yang lebih sesuai adalah hak dasar yang melekat pada manusia sejak ia hidup.
Kesadaran akan hak asasi manusia didasarkan pada pengakuan bahwa semua manusia sebagai makhluk Tuhan memiliki derajat dan martabat yang sama. Dengan pengakuan akan prinsip dasar tersebut, setiap manusia memiliki hak dasar yang disebut hak asasi manusia. Jadi, kesadaran akan adanya hak asasi manusia tumbuh dari pengakuan manusia sendiri bahwa mereka adalah sama dan sederajat. Pengakuan terhadap HAM memiliki dua landasan, sebagai berikut:
1) Landasan yang langsung dan pertama, yakni kodrat manusia. Kodrat manusia adalah sama derajat dan martabatnya.
2) Landasan yang kedua dan yang lebih dalam: Tuhan menciptkan manusia. Semua manusia adalah makhluk dari pencipta yang sama yaitu Tuhan Yang Maha Esa.
Dengan demikian, kesadaran manusia akan hak asasi manusia itu ada, karena pengakuan atas harkat dan martabat yang sama sebagai manusia selama manusia belum mengakui adanya persamaan harkat dan martabat manusia maka hak asasi manusia belum bisa ditegakkan. Hak dasar seseorang atau kelompok tidak diakui dan dihargai selam mereka dianggap tidak memiliki harkat dan derajat yang sama sebagai manusia. Bila hak asasi manusia belum dapat ditegakkan maka akan terus terjadi pelanggaran dan penindasan atas hak asasi manusia, baik oleh masyarakat, bangsa dan pemerintah suatu negara.
Secara definit, hak artinya kekuasaan atau wewenang yang dimiliki seseorang atas sesuatu di luar dirinya (Suria Kusuma, 1986). Kebalikan dari hak adalah kewajuban yang berarti tugas yang harus dijalankan manusia untuk mengakui kekuasaan itu. Setiap orang memiliki hak dasar memeluk agama, sedangkan orang lain memiliki kewajiban untuk mngakui kewenangan orang tersebut. Hubungan ini akan terjadi bilamana ada pngakuan yang sama antar manusia itu sendiri.
maka oleh Eleanor Roosevelt diganti dengan istilah human right yang lebih universal dan netral 9Gazali,2004). Istilah natural right bersal dari konsep John Locke (1632-1704) mengenai hak-hak alamiah manusia. John Locke menggambarkan bahwa kehidupan manusia yang asli sebelum bernegara (state of nature) memiliki hak-hak dasar perorangan yang alami. Hak-hak alamiah itu meliputi hak untuk hidup, hak kemerdekaan, dan hak milik. Setelah bernegara, hak-hak dasar itu tidak lenyap tetapi justru dijamin dalam kehidupan bernegara.
b. Macam Hak Asasi Manusia
Berdasarkan pada Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak asasi Manusia, dinyatakan bahwa hak asasi manusia adalah seperangkat hak yang melekat pada hakikat dan keberadaan manusia sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa dan meerupakan anugerah-Nya yang wajib dihormati, dijunjung tinggi, dan dilindungi oleh negara hukum, pemerintahan, dan setiap orang demi kehormatan serta perlindungan harkat dan matabat manusia. Berdasarkan pengertian hak asasi manusia, ciri pokok dari hakikat hak asasi manusia adalah (Tim ICCE UIN, 2003):
1. Hak asasi manusia tidak perlu diberikan, dibeli ataupun diwarisi.
2. Hak asasi manusia berlaku untuk semua orang tanpa memandang jenis kelamin, asal-usul, ras, agama, etnik, dan pandangan politik.
3. Hak asasi manusia tidak boleh dilanggar.
Hak asasi manusia merupakan hak dasar dari manusia. Apasaja yang termasuk hak dasar manusia itu senantiasa berubah menurut ukuran zaman an perumusannya. Beberapa contoh hak dasar tersebut sebagai berikut:
a. Hak asasi manusia menurut piagam PBB tentang Deklarasi University of Human Right 1948, meliputi:
- Hak berfikir dan mengeluarkan pendapat - Hak memiliki sesuatu
- Hak mendapatkan pendidikan dan pengajaran - Hak menganut aliran kepercaaan atau agama - Hak untuk hidup
- Hak untuk memperoleh nama baik - Hak untuk memperoleh pekerjaan
- Hak untuk mendapatkan perlindungan hukum
b. Hak asasi manusia menurut Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia, meliputi:
- Hek berkeluarga
Hak asasi manusia meliputi berbagai bidang, sebagai berikut.
1. Hak asasi pribadi (Personal Rights), missal hak kemerdekaan, hak menyatakan pendapat, hak memeluk agama.
2. Hak asasi politik (Political Right), yaitu hak untuk diakui sebagai warga negara. Misalnya, memilih dan dipilih, hak berserikat, hak berkumpul.
3. Hak asasi ekonomi (Property Right), missal hak memiliki sesuatu, hak mengadakan perjanjian, hak bekerja.
4. Hak asasi sosial dan kebudayaan (Social and Cultural Right), misal mendapatkan pendidikan.
5. Hak untuk mendapat perlakuan yang sama dalam hukum dan pemerintahan (Right Of Legal Equaliti).
6. Hak untuk mendapat perlakuan yang samadalam tata cara peradilan dan perlindungan (Procedural right).
2.4 Sejarah Perkembangan Hak asasi Manusia
Perkembangan pengkuan hak asasi manusia ini berjalan secara perlahan dan beraneka ragam. Perkembangannya dapat kita lihat sebagai berikut:
a. Perkembangan hak asasi manusia pada masa sejarah
1) Perjuangan Nabi Musa ddalam membebaskan umat Yahudi dari perbudakan (tahun 6000 SM)
2) Hukum Hammurabi di Babylonia yang mmberi jaminan keadilan bagi warga negara (tahun 2000 SM)
3) Socrates (469-399 SM), Plato (429-347 SM), dan Aristoteles (384-322 SM) sebagai filsuf Yunani peletak dasar diakuinya hak asasi manusia.
4) Perjuangan Nabi Muhammad SAW untuk membebaskan para bayi wanita dan wanita dari bangsa Quraisy (tahun 600 M).
1) Tahun 1215, muncunya piagam “Magna Charta” atam Piagam Agumng. Terjadi pada pemerintahan Raja John, yang bertindak sewenang-wenang terhadap rakyat dan terhadap kelampok bangsawan. Tindakan Raja John tersebut mengakibatkan rasa tidak puas kaum bangsawan yang kemudian berhasil membuat suatu perjanjian yang disebut Magna Charta.
2) Tahun 1628, keluarnya piagam “Petition of Right”. Dokumen ini berisi pertanyaan mengenain hak-hak rakyat beserta jaminannya. Hak-hak tersebut adalah
- Pajak dan pungutan istimewa harus disertai persetujuan
- Warga negara tidak boleh dipaksakan menerima tentara di rumahnya - Tentara tidak boleh menggunakan hukum perang dalam keadaan damai
3. Tahun 1679, munculnya “Habeas Corpus act”. Dokumen ini merupakan undang-undang yang mengatur tentang penahanan seseorang.
4. Tahun 1689, keluar “Bill of Right”. Merupakan undang-undang yang diterima parlemen Inggris sebagai bentuk perlawanan terhadap aja James II. Bill of Right ini merupakan undang-undang yang diterima parlemen Inggris, yaitu tentang
- Kebebasan dalam memilih anggota parlemen. - Kebebasan berbicara dan mengeluarkan pendapat.
- Pajak, undang-undang, dan pembentukan tentara tetap harus seizin parlemen. - Hak warga negara untuk memeluk agama menurut kepercayaan masing-masing. - Parlemen berhak untuk mengubah keputusan raja.
c. Perkembangan Hak Asasi Manusia di Amerika
Perjuangan penegakan hak asasi manusia di Amerika didasari pemikiran Jonh Locke, yaitu tentang hak-hak alam seperti hak hidup (life), hak kebebasan (liberty), dan hak milik (property). Dasar istilah yang kemudian dijadikan landasan bagi pengakuan hak-hak asasi manusia yang terlihat dalam Declaration of Independence of The United State.
Di Amerika Serikat perjuangan hak-hak asasi manusia itu adalah karena rakyat Amerika Serikat yang berasal dari Eropa sebagai emigran merasa terlindas oleh pemerintah Inggris, yang pada waktu itu merupakan jajahan Inggris. Amerika Serikat berhasil mencapai kemerdekaannya pada tanggal 4 Juli 1776. Deklarasi kemerdekaan Amerika Serikat dimasukkan dalam konstitusi negara tersebut. Dalam sejarah perjuangan haka assi manusia, nagara Amerika Serikat dapat dikatakan sebagai negara pertama yang menetapkan dan melindungi hak asasi manusia dalam konstitusinya.
Perjuangan hak asasi manusia di Prancis dirumuskan dalam suatu naskah pada awal Revolusi Prancis pada tahun 1789, sebagai pernyataan tidak puas dari kaum borjuis dan rakyat terhadap kesewenang-wenangan Raja Louis XVI. Naskah tersebut dikenal dengan Declaration des Droits de L’ home et Du Citoye (pernyataan mengenai hak-hak asasi manusia dan warga negara). Deklarasi ini menyatakan bahwa “hak asasi manusia ialah hak-hak alamiah yang dimiliki manusia menurut kodratnya, yang tidak dapat daripada hakikatnya dan karena itu bersifat suci”.
Revolusi Prancis ini terkenal sebagai perjuangan HAM di Eropa. Dalam revolusi ini, muncul semboyan Liberty, Egality, dan Fraternity (kebebasan, persamaan, dan persaudaraan). Pada tahun 1791, deklarasi ini dimasukkan dala konstitusi Prancis.
e. Atlantic Charter tahun 1941
Atlantic Charter muncul pada saa perang dunia II yang dipelopori oleh F.D Roosevelt, yang menyebutkan The Four Freedom (empat macam kebebasan):
1. Kebebasan untuk beragam (freedom of religion)
2. Kebebasan untuk berbicara dan berpendapat (freedom of speech and thought) 3. Kebebasab dari rasa takut (freedom of fear)
4. Kebebasan dari kemelaratan (freedom of want)
f. Pengakuan Hak Asasi Manusia oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa
Pada tanggal 10 Desember 1948, PBB telah berhasil merumuskan naskah yang dikenl dengan Universal Declaration of Human Right, yaitu pernyataan sedunia tentang hak-hak asasi manusia, sehingga tanggal 10 desember sering diperingati sebagai hak asasi manusia. Isi pokok deklarasi itu tertuang pada Pasal 1 yang menyatakan:
“Sekalian orang dilahirkan merdeka dan mempunyai martabat dan hak-hak yang sama. Mereka dikaruniai akal dan budi, dan hendaknya bergaul satu sama lain dalam persaudaraan”
g. Hasil Sidang Majelis Umum PBB Tahun 1966
Tahun 1966, dalam siding Majelis Umum PBB, telah diakui convenant on Human Right dalam hukum internasional dan diratifikasi oleh negara-negara anggota PBB. Convenant tersebut adalah:
1. The International on Civil and Political Right, yaitu tentang hak sipil dan hak politik. 2. The internatonal Convenant on Economic, Social, and Cultural Right,yaitu berisi
3. Optional Protokol, adanya kemungkinan seorang warga negara yang mengadukan pelanggaran hak asasi manusia kepada The Human right Comite PBB setelah melalui upaya pengadilan di negaranya.
2.5 Hak Asasi Manusia Di Indonesia
a. Pengakuan Bangsa Indonesia akan Hak Asasi Manusia
Pengakuan akan hak asasi manusia di Indonesia telah tercantum dala UUD 1945 yang sebenarnya lebih dahulu ada dibanding dengan Deklarasi Universal PBB. Pengakuan akan hak asasi manusia dala UUD 1945 dan peraturan perundang-undangan lainnya adalah sebagai berikut:
1) Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 Alenia Pertama
“…Bahwan sesungguhnya kemerdekaan itu adalah hak segala bangsa…”
2) Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 Alenia Keempat
“kemudian daripada itu, untuk membentuk suatu Pemerintahan Negara Indonesia yang melindungi sgenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut melaksanakan ketertiban dunia berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial, maka disusunlah kemerdekaan kebangsaan itu dalam suatu Undang-Undang Dasar Negara Indonesia yan terbentuk dalam susunan Negara Republik Indonesia yang berkedaulatan rakyat dengan berdasar kepada Ketuhanan Yang Maha esa, Kemanusiaan yang adil dan beradab, Persatuan Indonesia, dan kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan, serta dengan mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia”
3) Batang Tubuh Undang-Undang Dasar 1945
tahun 1998, pengakuan akn hak asasi manusia di Indonesia tidak mengalami perkembangan dan tetap berandaskan pada rumusan yang ada dalam UUD 1945, yaitu tentang tertuang pada hak dan kewajiban warga negara.
4) Ketetapan MPR
Ketetapan MPR mengenai hak asasi manusia Indonesia tertuang dalam ketetapan MPR No.XVII/MPR/1998 tentang Hak asasi Manusia. Berdasarkan al itu, kemudian keluarlah Undan-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia sebagai undang-undang yang sangat penting kaitannya dalam proses jalannya Hak Asasi Manusia di Indonesia.
5) Peraturan Perundang-Undangan
Undang-undang tentang HAM di Indonesia adalah Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999. Adapun hak-hak yang ada dalam UUD Nomor 39 Tahun 1999 yaitu sebagai berikut:
- Hak untuk hidup (pasal 4)
- Hak untuk berkeluarga (pasal 10)
- Hak untuk menembangkan diri (pasal 11, 12, 13, 14, 15, 16) - Hak untuk memperoleh keadilan (pasal 17, 18, 19)
- Hak atas kebebasan pribadi (pasal 20-27) - Hak atas rasa aman (pasal 28-35)
- Hak atas kesejahteraan (pasal 36-42)
- Hak turut serta dalam pemerintah (pasal 43-44) - Hak wanita (pasal 45-51)
- Hak anak (pasal 52-66)
b. Penegakkan Hak Asasi manusia
1) Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM) dibentuk berdasarkan Keppres Nomor 5 Tahun 1993 pada tanggal 7 Juni 1993 yang kemudian dikukuhkan lagi melalui UUD Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak asasi Manusia.
2) Pengadilan Hak Asasi Manusia dibentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 26 Tahun 200 tentang pengadilan hk asasi manusia. Pengadilan HAM adalah pengadilan khusus terhadap pelanggarab hak asasi manusia yang berat.
diundangkannya Undang-Undang nomir 26 Tahun 2000 tentang Pengadilan Hak Asasi Manusia.
c. Konvensi Internasional tentang Hak Asasi Manusia
Beberapa konvensi yang berhasil diciptakan adalah sebagai berikut
1) Universal Declaration of Human Right (pernyataan Hak Asasi Manusia sedunia) dihasilkan dalam siding umum PBB 10 desember 1945.
2) International Convenant of Civil and Political Right (perjanjian Internasional tentang Hak Sipil dan Politik) dan International Convenant of Economic, social and cultural Right (Perjanjian Internasional tentang Hak ekonomi, Sosial, dan Budaya) pada tahun 1986.
3) Declaration on the Ringht of Peoples to Peace (Deklarasi Hak Bangsa Atas Perdamaian) pada tahu 1984 dan Declaration on the Right to Development (Deklarasi Hak atas Pembangunan) pada tahun 1986.
4) African Charter on Human and Peoples’ Right (Banjula Charter) oleh negara Afrika yang tergabung dalam Persatuan Afrika (OAU) pada tahun 1981.
5) Cairo Declaration on Human Right in Islam oleh negara yang tergabung dalam OKI (Organisasi Konferensi Islam) tahun 1990.
6) Bangkok Declaration, dalam deklarasi ini dipertegas beberapa prinsip tentang Hak Asasi Manusia, antara lain: Universality, Indivisibility, Interdependence, Nonselectivity, Objectivity, dan Right to development.
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang dapat ditarik dari pembahasan di atas adalah sebagai berikut
1. Negara hukum merupakan terjemahan dari istilah Rechsstaat atau Rule Of Law dapat juga dikatakan bentuk perumusan yuridis dari gagasan konstitusionalisme, sedangkan Hak asasi manusia merupakan hak dasar yang melekat dan dimiliki setiap manusia sebagai anugrah Tuhan Yang Maha Esa.
2. Friedrich Julius Stahl dari kalangan ahli hukum Eropa Kontinental dan AV Dicey dari kalangan ahli hukum Anglo Saxon memberikan ciri-ciri Negara Hukumsebagai berikut: 1. Hak asasi manusia
2. Pemisahan atau pembagian kekuasaan untuk menjamin hak asasi manusia yang biasa dikenal sebagai Trias Politika
3. Pemerintah berdasarkan peraturan-peraturan 4. Peradilan administrasi dalam perselisihan
5. Supermasi hukum, dalam arti tidak boleh ada kesewenng-wenangan. Sehingga seseorang hanya boleh dihukum jika melanggar hukum.
6. Kedudukan yang sama didepan hukum, baik bagi rakyat biasa atau bagi pejabat.
7. Terjaminnya hak-hak manusia dala undang-undang atau keputusan pengadilan Sedangkan ciri pokok dari hakikat hak asasi manusia adalah
1. Hak asasi manusia tidak perlu diberikan, dibeli ataupun diwarisi.
2. Hak asasi manusia berlaku untuk semua orang tanpa memandang jenis kelamin, asal-usul, ras, agama, etnik, dan pandangan politik.
Hak asasi manusia tidak boleh dilanggar
3. Negara Hukum dan HAM tidak bisa dipisahkan. Indonesia sebagai Negara Hukum telah menetapkan pengertian HAM yang sebagaimana dimaksud dalam pasal 1 Undang-undang nomor 39/1999.
3.2 Saran