• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hukum dan Politik di Indonesia Kesinambu

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Hukum dan Politik di Indonesia Kesinambu"

Copied!
26
0
0

Teks penuh

(1)

Hukum dan Politik di Indonesia: Kesinambungan

dan Perubahan

Karangan: Daniel S. Lev

1. Mahkamah Agung dan Politik Hukum Waris Adat

Perombakan Hukum (legal reform) yang dilakukan secara terus menerus pasca revolusi di Indonesia dilakukan secara terus menerus sebab sistem hukum kolonialisme belanda masih bercokol di Nusantara.Dalam pembagiannya di bagi menjadi beberapa golongan ras keturunan Eropa, Indonesia asli, keturunan Cina dan Timur asing lainnya. Dalam keturunan Eropa berlaku BW (Burgerlijk Wetboek) dan WvK (Wetboek van Koophandel, Kitab Undang-Undang Hukum Dagang) kitab hukum ini berlaku untuk golongan keturunan Eropa, Cina, orang-orang Indonesia Kristen, dan orang-orang yang menundukan diri secara keseluruhan terhadap hukum Eropa.

(2)

Organisasi peradilan di masa sebelum perang terdiri dari Pengadilan Distrik, Pengadilan Kabupaten, dan Landraad, Pengadilan sehari-hari yang tertinggi bagi orang-orang Indonesia. Residentiegerecht yaitu pengadilan banding pertama, raad van justitie pengadilan banding kedua dan Hooggerechtshof yang kemudian disebut Mahkamah Agung di Batavia (kini Jakarta). Diluar jawa pengadilan berjalan seperti pengadilan adat-adat lainnya karna kurangnya pengawasan pemerintah Hindia-Belanda.

Hooggrechtshof hanya menangani dan bertumpu pada “ketentuan-ketentuan hukum tertulis dan tidak mencakup hukum adat yang tidak tertulis”. Hakim-hakim yang menangani perkara orang Eropa ditangani oleh Hakim Eropa, dan perkara-perkara orang Indonesia ditangani oleh Hakim Indonesia. Untuk menunjang Hakim-Hakim dari Indonesia didirikan sekolah hukum (Retchschool) lulusannya kemudian dikirim ke Universitas Leiden tempat mengajar van Vollenhoven. Di dalam konteks hakim yang mengurusi perkara orang Indonesia dituntut untuk memahami kondisi sosial masyarakatnya dan apa yang disebut hukum adalah keputusannya hal ini seperti yang dikemukakan ter Haar.

(3)

1955, Profesor V.E Korn menemukakan bahwa, ” Kami mendapati bahwa sebagian besar cendikiawan Indonesia, walaupun merindukan modernisasi hukum, tetap berada dibawah pesona hukum adat ”.

(4)

Tanggapan Penulis:

Bahwa, apa yang telah disampaikan Danil S Lev dalam bahasannya tentang Mahkamah Agung dan Politik Hukum

Waris Adat, beliau sangat memahami culture bangsa Indonesia

yang pluralistic sehingga tidak memungkinkan nasionalisasi hukum khususnya hukum waris adat dikarenakan keaneka ragaman masyarakat Adat dan Budaya Indonesia sehingga mau tidak mau Mahkamah Agung tetap konsisten mengadopsi hukum yang hidup di masyarakat Adat di masing-masing daerah, kecuali hukum adat yang sudah mengalami perubahan ketentuan dan telah dijadikan Yurisprodensi Tetap dengan mempertimbangkan aspek keadilan dan kepatutan yang salah satu contohnya waris perempuan Bali , dulunya mereka tidak mempunyai hak waris namun dalam perkembangannya kini anak perempuan juga mempunyai waris. Dengan demikian meskipun hukum waris adat tidak tertuang dalam hukum positif namun keberadaannya tetap diakui oleh Mahkamah Agung dan masih digunakan sebagai dasar hukum dalam penerapan hukum waris adat di Indonesia.

Pada zaman

2. Politik Pengembangan Kekuasaan Kehakiman

(5)

lebih menekankan pada pembagian kekuasaan substantif antara pihak kepolisian dan badan penuntut umum (BPU).

Tentang perseteruan ini sudah ada sejak kolonial Belanda yang menerapkan beberapa lembaga-lembaga pengadilan seperti landraad, raad van Justitie, untuk memenuhi kemajemukan yang ada di masyarakat. Dalam badan penuntut umum juga terdapat badan penuntut umum berjenjang (open-baar Minsterie. Parquet) yang dikepalai oleh Procereur Generaal dan tenaga pelaksanaannya adalah para penuntut (Officieren van Justitie), sedangkan Jaksa berbeda dengan BPU diatas, wilayah Jaksa sangat kecil, dan statusnya tak lebih dari pegawai kewedanaan. Walaupun Jaksa memainkan peran sebagai pengusutan awal namun kemudian diserahkan kepada asisten residen untuk jawa dan Magistraat untuk luar Jawa.

(6)

Badan Penuntut Umum Republik meneruskan sistem hukum bekas Parquet Eropa dulu, tetapi secara keseluruhan berbeda dengan yang dulu, dirombak secara total, puncaknya pada tahun 1948 Pemerintah Republik Indonesia menciptakan aturan gaji bagi Hakim yang bergaji lebih tinggi daripada Jaksa, pada tahun 1951 jaksa menuntut kenaikan gaji dan kedudukan yang sama di depan kementrian kehakiman, pada tahun 1953-1956 disepakati pembagian kerja yang sama pula, disebabkan peristiwa inilah dibahas lebih lanjut mengenai HIR, hukum acara kolonial.

Pada peristiwa tersebut Hakim ‘kalah’ dan pada tanggal 5 Maret 1956 beralih ke Mahkamah Konstitusi yang didirikan pada tahun 1955 untuk membentuk kontitusi baru, disanalah hakim menyampaikan ‘keluh kesahnya’ didukung oleh mahkamah Agung. Di sinilah diusulkan pasal-pasal konstitusi tentang kekuasaan kehakiman. Polisi versus Penuntut kurang lebihnya juga serupa seperti kasus yang di atas.

Dalam kedua kasus perseteruan tersebut pihak-pihak yang berselisih lebih menitik beratkan perjuangannya pada persoalan status. Pada kurun permulaan transisi politik dan sosial yang cepat, disebagian besar negara baru di Asia dan Afrika, Isu keadilan jarang menjadi sasaran perhatian yang utama sampai lama kemudian, tatkala stabitilitas kelembagaan dan pengawasan politis telah terwujud dan rakyat telah sadar akan hak-haknya, sampai datangnya saat itu hubungan kelembagaan yang terus berubah di bidang peradilan (dan hubungannya dengan pihak-pihak lain) akan berpengaruh besar terhadap berubah-ubahnya sifat keadilan.

(7)

Bahwa, perseteruan penegak hukum di Negara berkembang seperti Indonesia masih sering kali dipengaruhi politik hukum seirama dengan adanya issu hukum yang sedang terjadi. Daniel S Lev melihat permasalahan hukum yang terjadi di Negara berkembang mudah dipengaruhi oleh dinamika politik yang sedang berjalan sehingga sering kali memberikan pengaruh dampak negative dalam proses penerapan hukum yang dilakukan. Institusi Kehakiman dalam system peradilan di Indonesia mendapatkan kedudukan tertinggi dibandingkan kejaksaan maupun kepolisian sehingga hal ini seolah-olah memberikan hak kewenangan yang lebih superior dibanding dengan kedua institusi tersebut, kedudukan yang selalu menempatkan institusi Kehakiman lebih dari yang lain inilah juga menjadi salah satu penyebab yang dapat mempengaruhi dalam proses penegakkan hukum bilamana apa yang telah menjadi kehendak Penuntut Umum tidak terealisasi sesuai harapan mereka. Meskipun semua institusi mempunyai domain kewenangan tersendiri namun bilamana terjadi gesekan diantara keduanya maka tidak menutup kemungkinan politik hukum bermain di dalamnya.

3. Perubahan Hukum Sipil: Dari Dewi Keadilan ke Pohon Beringin

(8)

mementahkannya bahwa Masyarakat mempunyai norma-norma sosial tersendiri. Pada akhirnya tidak ada kemajuan mencolok pada tahun awal-awal kemerdekaan, baik yang berkenaan dengan kodifikasi maupun Unifikasi.

Konflik unifikasi hukum ini diluar pengadilan menerima serangan terus-menurus dengan sarat Ideologis yang menginginkan unifikasi hukum sendiri namun tidak menghasilkan kesepakatan mengenai hukum Indonesia yang baru. Pada tanggal 5 September 1963 Wirjono mengeluarkan surat edaran mahkamah agung yang menyatakan bahwa BW tidak berlaku lagi [Lihat, Daniel S.Lev, 1990: 90].

Masalah perombakan hukum di Indonesia dan diberbagai negara baru, bukanlah sekedar penciptaan hukum baru yang dapat diterapkan dalam interaksi antara swasta dan pemerintah yang ciri-cirinya sudah dikenal dengan baik. Upaya tersebut sangat diperuwet oleh ketidakpastian yang tak terbilang dalam hubungan-hubungan keperdataan yang nyata ditengah masyarakat yang berubah, oleh keharusan untuk menampung faktor-faktor ideologis, dan keharusan untuk penyesuaian karna ketidakmampuan badan peradilan yang tidak bisa tidak telah mengalami kemunduran sebagai akibat tekanan dan ketidak mantapan politik. Pada akhirnya memang harus ada terobosan dari pilihan-pilihan hukum yang diwariskan di tanah jajahan menuju pilihan-pilihan hukum dari sebuah negara yang merdeka.

Tanggapan Penulis:

(9)

yang sudah ada di Indonesia sehingga apa yang telah diakomodir dan diatur di dalam hukum positif tidak terjadi benturan dengan masyarakat adat sehingga prinsip pohon beringin dapat dimemenuhi harapan masyarakat.

4. Lembaga-Lembaga Peradilan dan Budaya Hukum di Indonesia

Essai ini dikembangkan melalui dua konsep, Pertama “Sistem Hukum” dan Kedua “Budaya Hukum”. Sistem hukum lebih kepada yang bersifat prosedural yang terdiri dari berbagai proses formal, yang melahirkan lembaga-lembaga formal, bersama-sama dengan proses informal disekelilingnya. Dalam negara modern sistem hukum adalah birokrasi dan sumber kekuasaannya terletak pada sistem politik.Budaya hukum merupakan konsep baru yang digunakan untuk menarik nilai-nilai sosial ke hukum, unsur yang digunakan, pertama nilai hukum keacaraan (Prosedural legal values) dan niali nilai hukum subtantif.

Di semua masyarakat yang kompleks terdapat jarak pemisah antara struktur formal dan prosedur kelembagaan. Di Indonesia, seperti halnya di berbagai negara bekas jajahan, ketiadaan keterpaduan seperti ini sangat mencolok. Akibatnya, muncullah hukum kelembagaan Gresham, yakni proses formal cenderung dihindarkan dalam rangka menyelesaikan perselisihan melalui proses yang lebih bersifat kekeluargaan dan lebih akomodatif, Masyarakat yang adil sekurang-kurangnya mempunyai ciri tidak ada perselisihan yang tidak dapat diselesaikan.

(10)

Bahwa, pendapat Daniel S lev sebenarnya telah menjadi alternative penyelesaian hukum diluar system peradilan yang ada, seperti telah dibentuknya lembaga arbitrase, curator, dll sehingga keberadaan lembaga tersebut diharapkan memberikan kontribusi penyelesaian yang lebih persuasive, fleksibel dan cepat serta juga memberikan kepastian hukum pula.

5. Tentang Prokol Bambu: Perlapisan, Perwakilan dan Perantaraan

Tulisan ini akan membahas advokat setengah ahli-yang istilah buruknya sering disebut Prokol Bambu – di Indonesia. Pokrol Bambu adalah jenis orang setengah ahli yang memperoleh pengetahuannya dengan upaya yang keras dan mudah dikelirukan dengan ahli yang sebenarnya.Prokol Bambu dapat dipakai sebagai prototipe, atau bentuk ideal dari jenis pekerjaan setengah ahli pada umumnya. Dengan istilah ahli hukum (advokat) setengah ahli (Para professionals) dimaksudkan tiap orang yang melakukan pelayanan untuk menjangkau lembaga-lembaga hukum (birokasi, pengadilan, kekuasaan politik pada umumnya) atau memberi pelayanan yang sama dengan yang dilakukan lembaga-lembaga hukum, tetapi tidak mempunyai pendidikan formal yang lazim dimiliki oleh para advokat ahli.

(11)

para ahli untuk mengejek.Prokol bambu selalu menolak istilah itu, lebih menyukai istilah pengacara yang secara netral melukiskan penasehat bagi orang-orang yang berperkara. Pada suatu waktu ditahun 1927 sejumlah prokol bambu membentuk organisasi, yang kini dikenal dengan nama PERPI (Persatuan Pengacara Indonesia). Prokol bambu tak lain adalah perlapisan, Perwakilan dan perantaraan lembaga hukum bagi kaum miskin.

Tanggapan Penulis :

Bahwa, keberadaan pokrol bamboo sejak berlakunya uu advokat no 18 tahun 2003 maka keberadaan mereka sebatas ditahap non litigasi dan mereka tidak diberikan kewenangan menangani pada tingkat litigasi sehingga kegiatan mereka tersebut sangat dibatasi oleh undang-undang. Pembatasan kewenangan mereka semata-mata demi kepentingan para pencari keadilan itu sendiri (para justisiable) sebab penanganan perkara di tingkat litigasi dibutuhkan orang-orang yang memiliki kemampuan lebih professional dan pertanggung jawaban profesi sebagai jaminan.

6. Unifikasi Pengadilan pada Masa Pasca-Kolonial

(12)

Gun Hȏin dan Keiza Hȏin disatukan kedalam Tihȏ Hȏin yang kemudian diubah namanya menjadi Pengadilan Negeri.

Unifikasi Struktur pengadilan terjadi di Jawa, diluar jawa masih mengandalkan sistem pengadilan adat seperti halnya Aceh yang mengandalkan Ueleubalang dan kuatnya organisasi Islam di aceh seperti PUSA yang kemudian menjadi Hakim di Tihȏ Hȏin.Pada tahun 1944 di hapuslah Mahkamah Agung sebagai tempat banding, namun diletakkan pada setiap tiga provinsi di Jawa yang masing-masing mempunyai sistem pengadilan banding sendiri.

Menyusul menyerahnya Jepang dan proklamasi kemerdekaan pada bulan Agustus 1945, kesatuan Nasional adalah keprihatinan utama para pemimpin Republik, tetapi sedikit saja pikiran yang dicurahkan untuk pembarahuan kelembagaan. Sehingga terjadi kerancuan di luar jawa yang belum terkendali, di masa revolusi pengadilan adat berlahan-lahan dihapuskan dan diganti dengan pengadilan umum yang belum tersistem secara jelas sehingga banyak terjadi ketidak pastian yang mudah sekali memicu konflik di masyarakat, karna memang fokusnya belum kearah tersebut.

Tanggapan Penulis:

(13)

7. Asal –Usul Keadvokatan Indonesia

Model advokat Indonesia dengan sendirinya, adalah seperti advokat Belanda. Pembela perdata Indonesia berbeda dengan Lawyer di Amerika walaupun memiliki beberapa kesamaan tapi ada perbedaan antara satu sama lain. Perbedaannya dengan lawyer di Amerika Serikat, yakni generalis yang memadukan fungsi pembelaan dalam peradilan dengan tugas-tugas dokumenter yang bermacam ragam, para pembela perdata di Indonesia, seperti halnya barrister di Inggris, secara formal hampir sepenuhnya berkait dengan perkara gugatan. Lazimnya ia bukan seorang penyusun dokumen hukum.

Notaris adalah jantung sistem hukum formal dan banyak macam transaksi yang tidak mungkin terjadi tanpa jasa mereka, adanya kantor Notaris mengurangi kebutuhan akan pengacara perdata, tidak hanya karna advokat dapat mencurahkan tenaga semata-mata pada kerja di pengadilan, tetapi juga penyusun dokumen yang dilakukan dengan hati-hati akan mengurangi kemungkinan timbulnya perkara. Notaris diatur, diuji, dan diberi izin oleh negara, seringkali dengan kecermatan yang lebih ketat dari pada advokat. Jumlah notaris dibatasi namun advokat tidak.

(14)

dibentuk dan menarik beribu-ribu pegawai dan pelajar jawa kedalam programnya yang bila ditilik dari segi politik tampak konservatif tetapi dari segi budaya telah memikat beberapa orang advokat Indonesia sehingga mereka tertarik untuk menjadi anggotanya. Akan tetapi pengaruhnya hanya sebentar, meskipun dalam dua dasa warsa berikutnya cikal-bakal pertai-partai besar yang merajai politik Indonesia melalui masa sesudah kemerdekaan sampai dengan tahun 1960-an. Partai serikat Islam terbentuk pertama kali pada tahun 1912, PKI menyusul pada tahun 1920, dan Soekarno bersama yang lain membentuk PNI Partai Nasional Indonesia pada tahun 1927. Sebelum tahun 1920 kemerdekaan indonesia telah dipersoalkan. Advokat kemudian masuk dalam Partai Nasional Indonesia, dan terlibat dalam Politik. Advokat juga menolak Pengadilan adat dan menuntut Pengadilan formal sebab pengadilan adat tidak dapat mereka masuki.

Tanggapan Penulis:

(15)

8. Kekuasaan Kehakiman dan Penegakan Negara Hukum : Sebuah Sketsa Politik

Di bawah demokrasi terpimpin pengadilan menyebabkan presiden Soekarno gusar, untuk sebagian karena beberapa orang hakim menolak untuk didikte; akan tetapi selain itu juga karena ia mengira, dengan tepat, bahwa pada umumnya, para ahli hukum dan advokat tidak mendukung Pemerintah dengan sepenuh hati. Asas kemandirian badan kehakiman dan pemisahan kekuasaan – Trias Politica, yang dipuja oleh para ahli hukum dan dicemoohkan oleh Soekarno – yang dalam asas itu para hakim mendapatkan arti penting fungsinya menentang benih-benih demokrasi terpimpin yang menekankan pentingnya kekuasaan dibawah tokoh sentral, yakni diri Soekarno sendiri. Trias Politica juga jadi pengganggu yang mengingatkan pada tertib parlementer, suatu tertib yang oleh Soekarno atas tekanan dari pihak tentara, harus dihapuskan, Undang-Undang 19/1964 meempurnakan Patrionalisme formal. Demokrasi terpimpin membungkam para hakim, advokat, dan para intelektual liberal dengan ketentuan pasal 19 yang menyatakan bahwa Presiden boleh campur tangan dengan leluasa dalam tiap tahap proses peradilan demi kelangsungan revolusi atau kepentingan nasional.

(16)

mencabut berlakunya Undang-Undang tersebut, bersamaan dengan diundangkannya undang-undang baru, tetapi tertunda untuk sebagian karna diprioritaskannya persoalan-persoalan politik lainnya. Setelah melalui perundingan secara luas Undang-Undang 14/1970 diundangkan yang Pada akhirnya para hakim dan para pendukungnya memang kalah. Undang-Undang 14/1970 hanya menghapus pasal 19 Undang-Undang-Undang-Undang 19/1964 dengan mengatur kembali dalam (pasal 4, paragraph 3) ketentuan konstitusional mengenai pemandirian badan peradilan.

Tanggapan Penulis:

Bahwa, ketakutan Penguasa atas kemandirian Lembaga Kehakiman memang cukup beralasan hal ini dikuatirkan akan menjadi boomerang bagi penguasa itu sendiri bilamana penguasa melakukan kesalahan hukum namun sejak era reformasi Kemandirian Lembaga Kehakiman lebih Independen dan terlepas dari pengaruh penguasa secara langsung sehingga lembaga Yudikatif dapat menjalankan fungsi penegakkan lebih optimal dan tidak selalu berpihak kepada Penguasa.

9. Van Vollenhoven dan Hukum Adat

(17)

undang-undang yang berlaku umum niscaya melanggar hak masyarakat yang berbhineka itu untuk hidup berdasarkan nilai-nilai mereka sendiri. Pandangan sebaliknya – yang dikemukakan oleh Nedburgh, misalnya – menyatakan bahwa sesungguhnya orang Indonesia harus dihela memasuki negara modern, bahwa hukum yang tunggal akan memungkinkan terselenggaranya pemerintahan yang lebih effesien dan memberi kesempatan yang sama kepada orang Indonesia untuk bersaing berdasarkan kerangka aturan yang sama yang berlaku bagi setiap orang.

Ia telah mengarahkan banyak energi intelektualnya untuk menunjukkan bahwa hukum Indonesia itu asli dan bukan sekedar turunan dari hukum Hindu atau Islam. Pada penutup perbincangannya tentang Aceh, pada halaman 122 dalam buku yang baru itu, Van Vollenhoven menulis: “Penghancuran hukum adat tidak akan meratakan jalan ke arah hukum kodifikasi, tetapi membuka jalan bagi kekacau-balauan dan Islam”. Tidak mengherankan bila para pemimpin Islam membenci Adatrechtpolitiek.

(18)

dengan cepat memudar, dalam pengetahuan hukum adat Indonesia.

Akan tetapi bila Adatrechtpolitiek dimusnahkan, dengan tujuan baik atau buruk, masih juga ada sesuatu yang tetap tersisa, yang boleh merupakan warisan karya Van Vollenhoven yang paling menarik.Warisan itu adalah penghormatannya yang asasi terhadap hukum dan nilai-nilai lokal, penghargaan yang benar-benar penuh dengan perasaan kasih sayang terhadap perbedaan-perbedaan diantara umat manusia.

Tanggapan Penulis:

Bahwa, penulis berpendapat hukum adat tetap dalam domain hukum adat yang bersifat unik dan tetap sebagai hukum yang masih mempunyai nilai dan hidup dalam masyarakat sepanjang belum diatur dalam undang-undang namun tetap digunakan sebagai sumber hukum yang juga memberikan kontribusi yang lebih dapat diterima oleh masyarakat adat.

10. Hukum Kolonial dan Asal-Usul Pembentukan Negara

Indonesia

(19)

terpisah-pisah dalam kerangka hukum, satu hukum untuk semua golongan penduduk atau hukum yang majemuk untuk golongan penduduk yang majemuk pula. Pandangan pertama seperti yang diterapkan Inggris ke India yang cenderung membentuk negara Kolonial.Pandangan kedua, berpendirian perlunya perciptaan sebuah sistem administrasi dan bukan sebuah negara.

“Untuk tiap golongan berlaku hukumnya sendiri” benar-benar tidak berlaku. Kaulanegara asal Eropa mempunyai dua kitab undang-undang hukum acara, sebuah untuk perkara perdata (Burgelijk Rechtsvordering) dan sebuah untuk perkara pidana (Strafvordering). Ini yang dipakai di pengadilan landraad sedangkan untuk Indonesia diberlakukan Indisch Reglement (IR) yang diundangkan pada tahun 1848, ditinjau kembali pada tahun 1926, dan selanjutnya dilakukan amandemen pada tahun 1941 dengan nama Herzeins Indisch (Indonesisch) Reglement (HIR). Sebagai contoh lebih mudah menangkap, menahan, dan memidana orang Indonesia berdasar HIR dari pada terhadap orang kaulanegara Belanda berdasar Stafvoerdering.

Dengan datangnya kemerdekaan, Indonesia mempunyai dua tradisi hukum untuk dipilih.Para Advokat Indonesia dan sejumlah cendikiawan lainnya menginginkan negara yang terutama bersistem hukum corak Eropa yang berlaku dimasa kolonial.Akan tetapi yang menang adalah sistem hukum yang semasa kolonial diperuntukan untuk orang Indonesia (asli).

(20)

sesudah tahun 1950 tentang tetap berlakunya hukum “kolonial” akan tetapi hukum Kolonial sudah menjadi hukum nasional. Dalam segi politik dari orde lama ke orde baru tidak mengalami banyak perubahan dalam sistem lembaga pengadilan walaupun orde baru lebih sigap dalam menangani isu keagamaan dan politik.

Tanggapan Penulis:

Bahwa, meskipun negera Indonesia telah lama merdeka namun keberadaan hukum peninggalan colonial masih tetap digunakan dalam system hukum dan peradilan di Indonesia hal ini karena alasan hukum colonial ternyata masih koorporatif digunakan dan sepertinya masih bisa diterapkan seiring dengan wacana pembaharuan hukum yang lebih memahami culture bangsa Indonesia.

11. Bantuan Hukum di Indonesia: Biografi LBH

Tatkala Lembaga Bantuan Hukum (selanjutnya disingkat LBH) Jakarta membukakan pintunya, pada tahun 1971, bagi klien-klien miskin yang berjubel kecil alasan untuk berharap banyak terhadapnya. Yang memperhatikan LBH yang baru itu dengan sungguh-sungguh; dalam waktu yang dekat, banyak yang menduga, bahwa LBH, seperti banyak organisasi lainnya yang beritikad baik, kehabisan minat, tenaga, dana atau dukungan dari pihak resmi.

(21)

Negara hukum tampak tumbuh dengan baik sesudah revolusi.Sistem peradilan walaupun kekurangan tenaga yang terlatih, bersifat jujur dan terhormat. Dan para advokat, diantara para ahli hukum yang paling pandai dinegeri ini, beralasan untuk mengira bahwa kedudukan profesionalnya mantap. Namun kemudian ada Undang-Undang tahun 1964 sebuah undang-undang baru tentang organisasi peradilan tahun 1964 secara tegas memberi peluang kepada presiden untuk campur tangan dalam proses peradilan demi kepentingan Nasional.

Kegiatan kerja advokat tidak berkembang dengan baik dalam kurun ini, dan jumlah advokat menurun jadi tinggal kira-kira 200 orang saja diseluruh Indonesia pada akhir 1965. (Dua tahun sebelum itu) pada tahun 1963 Advokat mendirikan PERADIN (Persatuan Advokat Indonesia) yang mempertegas kehadiran mereka. Pada tahun 1966 PERADIN bekerjasama dengan himpunan-himpunan hakim, jaksa, dan polisi membentuk organisasi Pengabdi Hukum yang tujuannya meluruskan penyelewengan proses hukum dan mulai mengadakan perombakan dari dalam sistem hukum sendiri. Sebagai contoh ketika Yap Thiam Hien, utusan PERADIN ke organisasi itu, ditahan oleh seorang jaksa dan polisi yang korup, Pengabdi Hukum membantu dengan menekan agar ia dibebaskan dalam waktu sepekan.

(22)

cendikiawan. Dewan Kurator sendiri terdiri dari ketua dewan perwakilan rakyat jakarta, almarhum Besar Martokoesoemo, advokat Indonesia yang pertama, Lukman Wiriadinata dari PERADIN, Mochtar Lubis, redaktur koran Liberal dan penulis terkenal, dan mendiang Ojong Peng Koen, seorang penerbit yang dihormati.

Pada tahun 1970 sebagian besar LBH adalah gagasan Nasution (Adnan Buyung Nasution), kerja pokok LBH adalah memberi konsultasi hukum kepada orang-orang miskin – konsultasi dikantor LBH dan dalam berperkara di Pengadilan. Kantornya di Jakarta satu-satunya sampai tahun 1978 menangani kira-kira 22.290 buah kasus antara tahun 1971 dan 1986 lebih dari 1600 kasus setiap tahun sesudah tahun pertama. Samapi tahun 1986 keseluruhan kasus berjumlah kira-kira 60.000 kasus (dalam kasus Pidana maupun Perdata). Banyak lembaga bantuan hukum lain yang kemudian tumbuh diluar LBH atau kemudian bermaksud menyaingi LBH seperti LPPH (Lembaga Pelayanan dan Penyuluhan Hukum) milik Golkar.

Tanggapan Penulis:

(23)

untuk sama-sama memperoleh hak bantuan hukum karena Negara sudah memberikan bantuan secara financial melalui mekanisme yang ada.

Sejarah Lembaga bantuan Hukum di Indonesia tidak terhenti sampai di situ saja, namun dengan lahirnya UU No. 16 Tahun 2011 tentang Bantuan Hukum, ini membuktikan bahwa pemerintah tidak menutup mata pada masyarakat atau golongan tidak mampu yang memerlukan bantuan hukum, dan tidak semua Lembaga Bantuan Hukum yang bisa mendampingi, namun ada beberapa criteria agar lolos dari verifikasi (dalam hal ini, Kementerian Hukum dan HAM) yang menaungi program tersebut, mulai dari tahap akreditasi sampai pada pelaporan. Namun dalam prakteknya, masih banyak masyarakat yang tidak tertampung karena masing-masing LBH mempunyai kuota perkara yang diterima. Semoga ke depan dengan adanya LBH, bantuan hukum dapat merata seluruh Indonesia.

12. Gerakan Sosial, Konstitusionalisme dan Hak Asasi

(24)

Mengapa pemerintah parlementer gagal? Alasan utamanya adalah untuk menganstipasi perdebatan-perdebatan mengenai pembaruan yang muncul belakangan. Untuk satu hal, struktur konstitusional dan politik formal telah disepelekan dan tidak bisa memuaskan banyak kelompok baru yang energinya telah tercurahkan melalui revolusi.Yang terpeting diantaranya adalah tentara, yang akhirnya memang berhasil menumbangkan sistem parlementer dan juga Soekarno.Tapi terdapat pula kelompok-kelompok lain yang telah termobilisasi secara sosial yang tidak merasa terpuaskan, secara praktis maupun simbolis, didalam instuisi-instuisi negara parlementer.

Ketika demokrasi terpimpin rontok dengan pertumpahan darah besar-besaran setelah kudeta yang dilakukan pada Oktober 1965, salah satu tuntutan keras dalam suasana hiruk-pikuk yang menyertai adalah berlakunya kembali negara hukum (rechtsstate), suatu negara konstitusional yang diselenggarakan oleh aturan-aturan hukum.Ia tetap menjadi simbol penting untuk reformasi kritis hingga sekarang. Tapi rupanya ia tak pernah terlaksana, karena tentara – setelah berhasil menaklukkan partai komunis – mulai menegaskan hak-hak preogratif politiknya, dan kemudian menyingkirkan aliansi-aliansi sipil penentang orde lama seperti kelompok-kelompok Islam, gerakan mahasiswa, serta makin menegaskan cengkeramannya yang ketat pada lembaga-lembaga politik yang ada.

(25)

Malay National Organization), MCA (Malayan Chinese Associaton), serta MIC (Malayan Indian Conggres) – dan terbentuknya partai koalisi diantara mereka pada awal 1950-an, menjadi preseden bagi diciptakannya sebuah konstitusi yang sesuai dan juga kemerdekaan bersama. Mereka sama-sama terpuaskan dengan sistem hukum, yang keberlangsungannya sejak masa penjajahan secara signifikan mengidealkan adanya tertib konstitusional. Pada saat pemberontakan komunis (1948-1960) pemerintah Inggris mengundang-undang kan keamanan dalam negeri.

Ketika kerusuhan-kerusuhan bergejolak pada tahun 1969 Pemerintah menetapkan Kebijakan Ekonomi Baru (KEB) agar kerusuhan tidak berimbas pada sektor ekonomi. Mulai tahun 1980 kelompok kelompok swasta mulai menguat yang mengakbatkan berbagai krisis sosial-ekonomi MCA keluar dan UMNO yang diwakili oleh datuk Seri Mahattir Mohammad menjadi Perdana Menteri untuk menanggulangi krisis.Pada saat itu pula ada campur tangan pemerintah Inggris.

(26)

(dalam bebrapa hal) dari doktrin politik lokal kepada nilai- nilai trasedental.

Tanggapan Penulis:

Referensi

Dokumen terkait

Risiko tinggi terjadinya infiltrasi karsinoma payudara operabel (KPO) pada areola-papilla/KAP yaitu bila P (Y) ≥ 0,5 didapatkan pada keadaan sebagai berikut: (1) Tumor dengan

Terlihat bahwa unit Pemasaran III memiliki unit biaya eksternal paling tinggi, hal ini disebabkan karena unit Pemasaran tersebut memilik unit ICC yang jauh lebih tinggi

Dengan bergulirnya era globalisasi saat ini perusahaan terus semakin bertambah dan berkembang, sehingga persaingan antar perusahaan atau organisasi tidak dapat dihindari,

Berdasarkan hasil uji statistic pada penelitian ini, sesuai dengan hipotesis ketiga pada penelitian ini maka dapat dibuktikan bahwa variabel harga saham tidak

Ketika suatu logam tidak berada dalam kesetimbangan dengan larutan yang mengandung ion-ionnya, nilai potensial elektrodanya akan berbeda dari potensial korosi bebas dan selisih

(Sugiyono,2009).Data primer dalam penelitian ini yaitu pengetahuan ibu hamil dan paritas yang diperoleh dari jawaban kuesioner tentang kunjungan ibu hamil. b) Sumber sekunder

Untuk mengetahui kinerja industri kue Bangkit dan Bolu di kota pekanbaru dilakukan dengan cara menghitung PCM (price cost margin) industri kue Bangkit dan

Hasil analisis sidik ragam (ANOVA) dan uji dunnett pertambahan berat kering tajuk semai X.granatum pada berbagai konsentrasi salinitas. Anova dari Data Berat keringTajuk