PENGABAIAN PUTUSAN MK NOMOR 34/PUU-XI/2013 OLEH
MAHKAMAH AGUNG DENGAN MENERBITKAN SEMA
NOMOR 7 TAHUN 2014
SKRIPSI
Diajukan Sebagai Syarat Untuk Mencapai Gelar Sarjana Hukum Program Studi Ilmu Hukum Fakultas Hukum
Universitas Kristen Satya Wacana
Rifai Rofiannas
NIM : 312012073
PROGRAM STUDI ILMU HUKUM FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kepada Allah SWT, karena atas segala berkah dan
RahmatNya, penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Segala usaha
dan pengorbanan yang dicurahkan untuk proses penulisan skripsi ini, tidak lain
adalah berkah dari Allah SWT.
Penulisan skripsi yang berjudul “Pengabaian Putusan MK Nomor
34/PUU-XI/2013 Dengan Keluarnya SEMA Nomor 7 Tahun 2014” dimaksudkan
untuk melengkapi tugas-tugas dan persyaratan menempuh ujian akhir guna
memperoleh gelar Sarjana Hukum pada Program Studi Ilmu Hukum di
Universitas Kristen Satya Wacana. Pembahasan di dalam skripsi ini menguraikan
inkonstitusionalitas SEMA Nomor 7 Tahun 2014 karena bertentangan dengan
Putusan MK No.34/PUU-XI/2013.
Dari awal pembuatan skripsi hingga akhir, banyak tantangan yang dihadapi
penulis. Baik berupa hilangnya semangat menulis karena kurangnya penguasaan
materi penulisan, maupun hal-hal lain yang membuat lambannya proses
penulisan. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan
mengingat keterbatasan yang penulis miliki. Akan tetapi penulis telah berusaha
menyajikan skripsi ini dengan sebaik-baiknya. Akhir harapan dari penulis,
semoga tulisan ini dapat bermanfaat bagi pembaca.
Salatiga, 15 Maret 2017
ABSTRAK
putusan MK Nomor 34/PUU-XI/2013 telah menyatakan bahwa pasal 268 ayat 3 undang-undang nomor 8 tahun 1981 tentang KUHAP inkonstitusional. Terdapat tanggapan dari Mahkamah Agung dengan menerbitkan SEMA Nomor 7 Tahun 2014 yang mengakibatkan putusan MK Nomor 34/PUU-XI/2013 tidak dapat diberlakukan. Putusan MK memiliki efek keberlakuan yaitu erga omnes, dimana putusan MK tidak hanya mengikat kepada pemohon dan termohon, tetapi semua orang dan badan pemerintahan turut terikat pada putusan tersebut. Badan yudisial memang dapat mengoreksi produk yang dikeluarkan antar badan pemerintahan menggunakan konsep departmentalism jika terdapat kerugian pada masyarakat. Akan tetapi jika tidak ada kerugian pada masyarakat, sikap bijak perlu ditekankan untuk menerima dan menolak produk hukum badan pemerintahan yang lain agar hubungan antar badan pemerintahan tetap harmonis.
DAFTAR ISI
UCAPAN TERIMA KASIH ... vii
KATA PENGANTAR ... ix
F. Sistematika Penulisan ... 8
BAB II EFEK KEBERLAKUAN PUTUSAN MK ... 10
A. Pembentukan Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia ... 10
1.Mahkamah Konstitusi Sebagai Lembaga Kekuasaan Kehakiman ... 11
2.Wewenang Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia...13
B. Implikasi Asas Erga Omnes Pada Putusan Mahkamah Konstitusi ... 20
1.Hakikat Asas Erga Omnes Pada Putusan MK ... 22
C. Hubungan Mahkamah Konstitusi dengan Badan Pemerintahan Lain. ... 42
BAB III IMPLIKASI SEMA NOMOR 7 TAHUN 2014 TERHADAP PUTUSAN MK NOMOR 34/PUU-XI/2013 ... 50
A. Konsep dan Kedudukan Surat Edaran Mahkamah Agung (SEMA) ... 50
B. Kecenderungan Sikap MA Terhadap Putusan MK ... 58
C. Inkonstitusionalitas SEMA NOMOR 7 Tahun 2014 ... 62
1. Materi Muatan Putusan MK No.34/PUU-XI/2013 dan SEMA No.7 Tahun 2014 ... 63
2. SEMA No.7 Tahun 2014 Inkonstitusional ... 70
BAB IV PENUTUP... A. KESIMPULAN ... 76
B. SARAN ... 77