MANAJEMEN RESIKO
FAK. EKONOMI,
MANAJEMEN
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
T.A. 2015/2016
FRENKY ADRIANTO (01011281320060)
RESIKO EKONOMI SPEKULATIF BIDANG PERDAGANGAN
1. Penggolongan Resiko Bisnis Perdagangan
Resiko bisnis perdagangan adalah resiko dalam kegiatan membeli atau menjual suatu aktiva sehingga diperoleh hasil berupa laba atau rugi. Jenis kegiatan yang mempunyai resiko ekonomi spekulatif bidang bisnis adalah sebagai berikut
A. Resiko Spekulatif Bisnis Perusahaan Dagang
B. Resiko Spekulatif Bisnis Perdagangan Valuta Asing
C. Resiko Spekulatif Bisnis Perdagangan Berjangka
D. Resiko Spekulatif Bisnis Perdagangan Perusahaan Multinasional
2. Resiko Spekulatif Bisnis Perusahaan Dagang
Resiko untuk memperoleh laba atau rugi dalam kativitas perdagangan perusahaan lokal ditentukan oleh dua faktor, yaitu total hasil penjualan dan total biaya operasi perusahaan.
Pengukuran terhadap resiko spekulatif bisnis perdagangan dapat dilakukan dengan dua metode analisis berikut :
1. Metode analisis Break Even Point (BEP) 2. Metode analisis Total Leverage
2.1. Metode Anslisis Break Even Point
BEP menyatakansuatu keadaan dimana total hasil penjualan bersih sama dengan biaya-biaya untuk menghasilkan penjualan tersebut. Metode BEP dapat dihitung dengan dua cara, yaitu dengan perhitungan matematis dan dengan metode grafik.
Menghitung BEP secara matematis dapat dilakukan dengan cara berikut
a. Perhitungan BEP berdasarkan Unit Penjualan :
BEPQ =
FC
P−V
b. Perhitungan BEP berdasarkan Nilai Rupiah :
BEP =
FC
1
−
VC
S
dimana : FC = Total Fixed Cost
VC = Total Variable Cost
S = Total Sales
Analisis BEP untuk mengukur tingkat penjulan yang dibutuhkan agar bisa menutupi semua biaya operasi perusahaan, baik yang berupa biaya tetap maupun biaya variabel. Jika tingkat penjualan berada di bawah BEP, berarti perusahaan mengalami kerugian karena tingkat penjualan tidak dapat menutupi biaya-biaya operasinya. Sebaliknya, jika penjualan berada diatas BEP maka perusahaan akan memperoleh laba.
Metode kedua adalah menganalisa BEP dengan menggunakan grafik, yang tersusun dari empat unsur (Fixed Cost, Variable Cost, Total Cost, Total Sales) yang akan membentuk titik BEP. Grafik yang dihasilkan sebagai berikut :
BEP
Titik potong antara Total Cost dan Total Sales merupakan titik yang
menyatakan BEP, artnya pada saat kedua garis tersebut berpotongan besarnya total cost akan sama dengan total revenue. Sementara itu pada saat garis total sales berada di atas garis total cost, artinya nilai penjualan lebih besar daripada total biaya yang dikeluarkan, sehingga perusahaan memperoleh profit. Pada kondisi
Rupiah
Quantity Total Cost
Fixed Cost Variable Cost Total Sales
Profit
sebaliknya, (garis total cost berada di atas garis total sales) perusahaan akan mengalami kerugian/loss.
2.2. Metode Analisis Total Leverage
Leverage merupakan penggunaan aktiva ataupun sumber dana yang menyebabkan perusahaan harus menanggung sejumlah aktiva tetap atas penggunaan aktiva atau dana tersebut, dengan tujuan memperbesar tingkat pendapatan bagi perusahaan.
Tingkat leverage yang tinggi akan memperbesar resiko/tingkat ketidakpastian dari penghasilan yang akan diperoleh, namun disaat bersamaan juga akan
memperbesar jumlah pendapatan yang mungkin diperoleh perusahaan.
Leverage dibagi menjadi 3 jenis sebagai berikut :
a. Operating leverage
b. Financial leverage
c. Total leverage
Ketiga jenis leverage tersebut dapat dihitung secara statis maupun dinamis.
a. Pengukuran Leverage Secara Statis
Analisis leverage statis merupakan penilaian leverage untuk satu waktu tertentu saja.
Operating Leverage Statis =
EBIT
Net Sales
Pengukuran ini untuk mengetahui seberapa besar tingkat keuntungan operasi yang diperoleh dari seluruh penjualan bersih selama setahun.
Financial Leverage Statis =
EAT
:
Jumlah Saham
EBIT
Pengukuran ini untuk mengetahui seberapa besar laba per lembar saham yang dapat diberikan oleh EBIT yang dihasilkan perusahaan selama setahun.
Pengukuran ini untuk mengetahui seberapa besar laba per lembaryang akan diperoleh investor yang memiliki saham di perusahaan tersebut sebagai hasil dari penjualan bersih yang diperoleh selama setahun.
b. Pengukuran Leverage secara Dinamis
Pengukuran secara dinamis bertujuan mengetahui perkembangan leverage dari suatu periode waktu ke periode waktu berikutnya melalui persentase
perubahan yang terjadi.
Degree of Operating Leverage = % perubahan EBIT : % perubahan penjualan
DOL menggambarkan keadaan dimana perusahaan menunjukkan
kemampuan untuk menutupi biaya operasinya, sehingga tingkat BEP perusahaan menjadi bertambah besar.
Degree of Financial Leverage = % perubahan EPS : % perubahan EBIT
Financial leverage bergerak dua arah, yaitu meperbesar pengaruh terhadap perubahan EBIT, dan mempengaruhi EPS. Hal ini karena adanya kewajiban
keuangan untuk membayar biaya tetap beupa bunga atas utang dan pembayaran dividen saham preferen. Tingginya DFL adalah akibat dari besarnya kewajiban finansial perusahaan sehingga menyebabkan semakin tingginya reiko keuangan perusahaan.
Degree of Total Leverage = DOL x DFL
Besarnya DFL menunjukkan tingginya resiko peeusahaan akibat tingginya biaya tetap operasional maupun biaya keuangan. Karena merupakan gabungan dari DOL dan DFL, , DTL mencerminkan total resiko yang dikaitkan dengan kemampuan perusahaan dalam menutupi biaya operasi dan biaya keuangannya.
3. Resiko Spekulatif Perdagangan Valuta Asing
Perdagangan valuta asing merupakan pertukaran suatu mata uang asing dengan mata uang negara lainnya dengan kurs tertentu dalam suatu pasar valas. Transaksi atas valuta asing dapat menerikan keuntungan atau kerugian fiansial bagi pihak investor baik institusi maupun individu.
Interbank. Pasar yang kedua adalah pasar Interbank, yaitu pembelian dan penjualan valuta asing antar bank, baik dengan bank lain di dalam negeri maupun dengan bank lain secara internasional. Pasar Interbak melakukan transaksi dalam jumlah yang besar.
Transaksi pada pasar valuta asing dibagi menjadi dua jenis :
1. Transaksi spot, adalah jual beli valuta asing yang disertai kewajiban bagi pihak pembeli dan penjual untuk saling menyerahkan mata uangnya dalam kurun waktu maksimum dua hari kerja setelah terjadinya kontrak. Tanggal dimana dua mata uang saling diserahterimakan-yaitu dua hari kerja setelah tanggal kontrak,
dinamakan value spot. Meskipun jangka waktu yang standar adalah dua hari, serah terima spot dapat pula dituntaskan pada tanggal kontrak, atau satu hari setelah tanggal kontrak.
2. Transaksi forward, adalah jual beli valuta asing yang disertai kewajiban bagi pihak pembeli dan penjual untuk saling menyerahkan mata uangnya pada tanggal
tertentu di masa yang akan datang. Nilai kurs yang ditetapkan pada saat kontrak disetujui. Jangka waktu kontrak bervariasi, mulai dari dua minggu hingga satu tahu.
Para pelaku di pasar valas juga dapat melakukan arbitrase, yaitu membeli valas kemudian menjualnya kembali di pasar yang berbeda. Tujuannya adalah untuk mendapatkan keuntungan dari selisih harga jual dan harga beli. Ada 3 jenis
arbitrase internasional, yaitu :
a. Arbitrase lokasi, terjadi apabila kurs berbeda antar lokasi di suatu pasar valas.
b. Arbitrase segitiga, terjadi apabila terdapat perbedaan kurs pada tiga tempat yang berbeda.
c. Arbitrase suku bunga, yaitu mencoba mendapatkan keuntungan lewat perbedaan suku bunga yang ada di dua negara.
3.1. Mengantisipasi Resiko Bisnis Valuta Asing
Beberapa alat yang berguna untuk mengantisipasi resiko di pasar valuta asing adalah sebagai berikut :
1. Kontrak Futures, yaitu kontrak yang berisi kewajiban untuk memperdagangkan valuta asing dengan tingkat kurs yang telah ditetapkan sebelumnya untuk
yang memberikan kebebasan untuk menentukan nilai kontrak dan tanggal jatuh tempo sesuai dengan kebutuhan, maka kontrak tersebut dinamakan kontrak forward.
2. Kontrak Opsi, yaitu kontrak yang memberikan hak kepada pemilik opsi untuk menjual ataupun membeli suatu valuta asing dengan harga tertentu selama periode/jangka waktu tertentu hingga kontrak tersebut jatuh tempo. Pemilik opsi tidak wajib untuk menggunakan hak opsi-nya apabila tidak memperoleh
keuntungan dari pelaksanaan hak tersebut, dan dapat membiarkan opsi tersebut jatuh tempo. Apabila opsi tersebut tidak digunakan hingga jatuh tempo, maka pemilik opsi harus membayar. sejumlah biaya yang disebut sebagai premi. Opsi diperdagangkan pada pasar antar bank, bursa opsi, dan international monetary market.
4. Resiko Spekulatif Perdagangan di Bursa Berjangka
Perdagangan bursa berjangka adalah suatu sistem perdagangan terhadap komoditi tertentu yang dilakukan dengan kontrak berjangka yang persetujuannya dibuat sekarang , namun penyerahan komoditinya baru akan dilakukan pada saat jatuh tempo dan tempat perdagangannya di bursa berjangka.
Selain itu juga terdapat opsi atas kontrak berjangka, yang berupa hak untuk membeli atau menjual kontrak berjangka atas komoditi tertentu dengan tingkat harga, jumlah barang, dan jangka waktu yang telah ditetapkan terlebih dahulu dengan membayar sejumlah premi.
Tujuan mencari laba pada perdagangan berjangka ini lebih dipengaruhi oleh unsur spekulasi dibandingkan dengan perdagangan biasa, sehingga ancaman kerugian akan lebih besar, maka dari itu dapat dilakukan hedging untuk melindungi perusahaan dari kemungkinan rugi.
Hedging pada pasar berjangka dilakukan dengan proses pengambilan posisi long/short pada pasar fisik, dan disaat bersamaan mengambil posisi sebaliknya di pasar berjangka. Harga di pasar berjangka biasanya lebih tinggi dari harga di pasar fisik, karena adanya biaya penyimpanan, biaya asuransi, bunga bank, dll.
4.1. Jenis – Jenis Hedging di Pasar Berjangka
a. Selling Hedge (Short Hedge)
Adalah suatu tindakan mengambil posisi jual di pasar berjangka untuk melindungi turunnya nilai persediaan bahan baku atau komoditi yang akan dihasilkan sebagai akibat fluktuasi harga.
b.. Buying Hedge (Long Hedge)
Adalah tindakan mengambil posisi beli di pasar berjangka untuk melindungi usahanya dari kemungkinan perubahan harga komoditi yang harus dibeli.
4.2. Pihak – Pihak yang Terlibat di Pasar Berjangka
Beberapa pihak yang terlibat di pasar berjangka yaitu :
a. Bank
Bank adalah pihak yang memnberikan kreditbagi perusahaan yang akan membeli komoditi di pasar berjangka dan sekaligus bertindak sebagai penjamin keuangan bagi perusahaan yang ingin melakukan hedging pembelian maupun hedging penjualan terhadap komoditas di pasar berjangka.
b. Spekulator
Spekulator memasuki bursa komoditi untuk mendapatkan keuntungan dari fluktuasi harga yang terjadi di masa mendatang sehingga dapat menghasilkan keuntungan pada transaksi spekulatif. Kehadiran spekulator dapat meningkatkan likuiditas di pasar berjangka sehingga akan meningkatkan efisiensi bursa komoditi.
c. Lembaga Kliring
Lembaga kliring merupakan lembaga yang bertugas untuk menyelesaiakan persoalan keuangan dari setiap transaksi yang terjadi, termasuk dalam
meyelesaikan masalah keuangan atas kontrak yang dibuat di pasar berjangka.
5. Resiko Perdagangan Internasional pada MNC
Karena itu peramalan terhadap perubahan kurs valas merupakan langkah strategis yang penting bagi keberhasilan bisnis internasional.
5.1. Pentingnya Peramalan Kurs bagi MNC
Pentingnya peramalan kurs bagi MNC adalah sebagai berikut :
a. Kebijakan Pemegang Risiko (Hedging Decision), untuk melindungi utang dan piutang dalam valuta asing dari ancaman resiko perubahan kurs di masa yang akan datang.
b. Kebijakan Pendanaan Jangka Pendek, dalam hal mendapatkan dana jangka pendek MNC dapat meminjam dari luar negara asalnya. Untuk melakukan hal tersebut, setidaknya ada dua hal yang perlu dipertimbangkan, yaitu dana tersebut harus (1) memiliki tingkat suku bunga yang rendah dan (2) memiliki nilai mata uang yang rendah dalam periode keuangan tertentu. Dengan memperhatikan kedua faktor tersebut MNC dapat menghemat pengeluaran guna pembayaran pinjaman (seandainya nilai mata uang negara yang di pinjam dananya oleh MNC mengalami depresiasi terhadap nilai mata uang negara asal MNC). Peramalan kurs akan membantu MNC dalam melakukan pertimbangan di atas.
c. Kebijakan Investasi Jangka Pendek, dalam beroperasi, kadang kala MNC
memegang sejumlah dana yang “menganggur”. Untuk memanfaatkan dana yang menganggur tersebut, MNC dapat mendepositokannya pada bank di dalam
maupun diluar negeri agar diperoleh keuntungan yang optimal dari depositonya (terutama diluar negeri). Ada 2 hal yang perlu dipertibangkan, yaitu negara tujuan harus (1) memiliki suku bunga yang tinggi, dan (2) memiliki nilai mata uang yang kuat dalam periode investasi tertentu sehingga bila terjadi apresiasi, MNC akan memperoleh keuntungan yang maksimal. Peramalan nilai mata uang akan sangat membantu kebijakan ini.
d. Kebijakan Penganggaran Modal (Capital Budgeting), dalam melakukan perencanaan guna mendirikan cabang di negara lain, MNC perlu melakukan analisis penganggaran modal dengan memperkirakan aliran kas (Cash Flow) dari hasil pendirian cabang tersebut. Perkiraan aliran kas ini sangat bergantung pada nilai mata uang negara tujuan dimasa yang akan datang. Ketergantungan tersebut dapat terjadi bila (1) dilakukan konversi dari hasil inflow atau outflow mata uang negara tujuan ke negara asal MNC, dan (2) pengaruh peramalan kurs terhadap permintaan modal MNC di negara tujuan. Peramlan kurs mata uang yang akurat kan emakin mempertajam perkiraan aliran kas dan pengambilan keputusan MNC.
membantu perkiraan dana yang hrus dibayarkan bila terjadi depresiasi ataupun epresiasi di negara tujuan. Pengambilan keputusan penjualan obligasi sangat bergantung pada peramalan tersebut (obligasi yang akan diterbitkan di negara yang diperkirakan mengalami depresiasi).
f. Penafsiran Pendapatan, saat laporan keuangan MNC disusun secara utuh, lapotan keuangan dari cabang MNC juga diperhitungkan. Perhitungan ini membutuhkan “penyesuaian” kurs dalam suatu mata uang, sehingga dapat terjadi kemungkinan bahwa keuntungan di satu negara cabang akan meningkat bila terjadi apresiasi dan menurun bila terjadi depresiasi. Peramalan kurs memegang peranan yang sangat penting dalam pengkonsilidasian pendapatan secara keseluruhan karena MNC dapat melakukan alternatif lain (investasi, pengedaran obligasi, dan
sebagainya) guna menuntup kemungkinan terjadinya penurunan keuntungan.
g. Penilaian Laba, keputusan induk perusahaan mengenai apakah anak perusahaan akan menginvestasikan kembali labanya di negara asing atau mengirim laba pada induk perusahaan dapat diperngaruhi oleh ramalan kurs. Jika mata uang asing tertentu di perkirakan akan melemah cukup jauh terhadap mata uang induk perusahaan tersebut mungkin lebih memilih untuk mempercepat pengiriman laba anak perusahaan sebelum mata uang asing melemah. Ramalan kurs juga
bermanfaat untuk memprediksi laba MNC. Saat laba MNC di laporkan, laba anak perusahaan di konsolidasi dan dinyatakan dalam satuan mata uang yang
digunakan oleh negara asal induk perusahaan.
5.2. Peramalan Kurs Valuta Asing
Peramalan perubahan kurs valas dapat dilakukan dengan tiga cara :
a. Peramalan Tekhnis, yaitu peramalan dengan memanfaatkan data – data historis nilai tukar valuta asing, untuk memprediksikan kurs valas di masa yang akan datang berdasarkan trend atau kecenderungan pergerakan kurs valuta asing. Trend atas pergerakan harga valas dibuat dengan persamaan Y = a + bX , dimana Y adalah variabel waktu dan X adalah variabel kurs. Dengan menggunakan garis trend maka dapat dilakukan peramalan nilai kurs di masa yang akan datang.
b. Peramalan Fundamental, peramalan ini didasarkan pada hubungan fundamental antara variabel ekonomi dan tingkat kurs. Dengan pemberian nilai tertentu pada variabel – variabel nilai, maka perusahaan dapat mengembangkan proyeksi tingkat kurs di masa yang akan datang. Peramalan dilakukan dengan cara
memberikan penilaian subjektif pada tingkat di mana pergerakan variabel ekonomi secara umum akan mempengaruhi tingkat kurs.
digunakan sebagai taksiran atas kurs spot dimasa depan. Untuk melihat mengapa kurs spot dapat digunakan dalam peramalan berbasis pasar, asumsikan bahwa poundsterling Inggris diperkirakan akan mengalami apresiasi terhadap dollar dalam jangka waktu dekat. Perkiraan ini akan mendorong spekulan untuk membeli poundsterling menggunakan dollar AS saat ini untuk mengantisipasi apresiasi poundsterling dan pembelian ini dapat mendorong naik nilai poundsterling. Sebaliknya, jika poundsterling diperkirakan akan mengalami depresiasi terhadap dollar, spekulan akan menjual poundsterling sekarang, dengan harapan dapat membeli poundsterling kembali dengan harga yang lebih murah setelah nilainya turun. Tindakan tersebut dapat membuat depresiasi poundsterling langsung
terjadi. Karenanya nilai poundsterling saat ini seharusnya mencerminkan perkiraan nilai poundsterling dalam jangka waktu dekat. Perusahaan dapat menggunakan kurs spot dalam peramalkan, karena kurs ini mencerminkan perkiraan pasar atas kurs spot dalam jangka waktu dekat.
Kurs forward digunakan sebagai perkiraan kurs spot di masa depan. Kurs forward berjangka 30 hari merupakan perkiraan kurs spot 30 hari mendatang, kurs forward berjangka 90 hari merupakan perkiraan kurs spot 90 hari mendatang , dan
seterusnya.
5.3. Jenis – Jenis Eksposur Resiko MNC
Adanya resiko fluktuasi kurs valas terhadap kondisi keuangan MNC dalam perdagangan internasional dapat diamati dalam bentuk eksposur resiko sebagai berikut :
5.3.1. Eksposur Transaksi
Eksposure transaksi adalah suatu kondisi nilai transaksi-transaksi kas masa depan yang dipengaruhi oleh fluktuasi nilai tukar. Artinya nilai arus kas yang diterima suatu perusahaan dalam berbagai satuan mata uang dapat terkena dampak kurs dari masing masing mata uang saat dikonversi menjadi mata uang yang diinginkan.
Strategi yang banyak ditempuh untuk mengelola eksposur transaksi adalah :
1. Dengan teknik kontraktual: yaitu dengan menggunakan hedging di pasar forward, futures, uang , dan opsi, termasuk berbagai persetujuan swap baik berupa back to back loan, swap mata uang maupun kredit swap.
2. Dengan menerapkan strategi operasi, termasuk di dalamnya lags dalam pembayaran valuta asing dan leads dalam penagihan valuta asing.
tersebut. Dengan cara ini, perusahaan dapat mematok nilai dolar dari aliran kas valas
4. Money Market Hedge : melalui kegiatan meminjam dan sekaligus meminjamkan dalam dua nata uang berbeda, dengan tujuan mengunci nilai dolar dari aliran kas valas di masa mendatang
5.. Risk Shifting : memindahkan risiko dapat dilakukan dengan mencoba
mengekspor dalam mata uang yang menguat nilainya dan mengimpor dalam mata uang yang nilainya melemah
6. Pricing decisions : mengkonversi antara harga valas dan harga dolar dengan menggunakan kurs forward, bukan kurs spot. Bila harga dolar cukup tinggi
eksportir sebaiknyamengikuti dengan melakukan penjualan. Sebaliknya bila harga dolar dalam impor cukup rendah importer sebaiknya mengikuti dengan melakukan pembelian. Harga valas merupakan rata – rata tertimbang dengan dari kurs
forward untuk penuerahan pada tanggal tersebut.
7. Exposure netting: menghilangkan eksposur dalam satu mata uang dengan
eksposur dalam mata uang yang sama atau mata uang yang lain, sedemikian rupa sehingga laba/ rugi dalam kedua posisi mata uang akan dapat saling meniadakan eksposur satu sama lain
8. Currency risk sharing : membagi risiko mata uang dapat dilakukan dengan mengembangkan kontrak customized hedge yang melekat pada transaksi perdagangan. Kontrak ini berbentuk klausul penyesuaian harga dimana harga dasar disesuaikan untuk mencerminkan perubahan kurs tertentu.
9. Foreign currency options : Bila jumlah aliran kas keluar dari valas tidak diketahui, maka sebaiknya membeli currency forward, namun bila jumlah tersebut diketahui, sebaiknya beli call option pada mata uang tersebut. Bila jumlah aliran kas masuk dari valas diketahui, sebaiknya jual currency forward, namun bila jumlah tersebut tidak diketahui, sebaiknya beli put option pada mata uang tersebut.
Alternatif untuk menghilangkan eksposur transaksi yaitu :
1. Leads dan Lags
Istilah leads berarti mempercepat pembayaran dan lags memperlambat pembayaran. Jika sebuah perusahaan memiliki utang dalam mata uang kuat
2. Reinvoicing Centers
Sebuah reinvoicing centers adalah anak perusahaan dari suatu perusahaan multinasional yang berada di suatu negara tertentu yang berfungsi mengelola eksposur transaksi perusahaan-perusahaan afiliasi.
Keuntungan utama dari reinvoicing center adalah manajemen eksposur transaksi antar perusahaan afiliasi dipusatkan pada satu lokasi. Karena semua transaksi dipusatkan di satu tempat, volume transaksi akan sangat besar sekali. Disini reinvoicing center memiliki posisi tawar menawar yang kaat dengan bank untuk mendapatkan hasil yang optimal.
Sedangkan kerugian utamanya adalah perusahaan harus mendirikan suatu anak perusahaan khusus untuk mengelola reinvoicing center, dimana biaya yang dikeluarkan mungkin lebih besar dari manfaat yang diperoleh.
3. Cross Hedging
Dengan melakukan hedging posisi terbuka pad suatu mata uang asing dan melakukan hedging posisi terbuka pada mata uang lainnya yang mempunyai korelasi erat antara mata uang tersebut.
4. Currency Diversification
Yaitu menerima aliran kas masuk di masa depan dari valuta asing yang tidak berkorelasi positif.
5.3.2. Eksposur Ekonomi
Eksposur Ekonomi adalah suatu kondisi dimana present value dari arus kas masa depan suatu perusahaan akan dipengaruhi oleh fluktuasi nilai tukar. Semua jenis antisipasi transaksi masa depan yang menyebabkan eksposur transaksi juga akan menyebabkan eksposur ekonomi, karena transaksi ini mencerminkan arus kas yang dapat dipengaruhi oleh fluktuasi kurs.
Faktor penentu derajat eksposur ekonomi adalah :
a. semua faktor penentu pada eksposur transaksi
b. dampak fluktuasi valas terhadap aliran kas yang didenominasi dalam mata uang negara induk perusahaan.
Dampak eksposur ekonomi terbagi menjaid 4 tahap :
b.Dampak jangka menengah, yaitu damapak terhadap aliran kas selama dua hingga lima tahun mendatang, dengan asumsi kondisi ekuilibrium terjadi antara kurs valas, inflasi, dan suku bunga domestik, dimana perusahaan dapat menyesuaikan harga dan biaya sepanjang waktu untuk mempertahankan aliran kas pada tingkat yang diharapkan.
c. Kondisi jangka menengah dalam kondisi ketidakseimbangan, yaitu aliran kas jangka menengah dengan asumsi terjadi ketidakseimbangan dimana perusahaan tidak dapat menyesuaikan harga dan biaya yang diakibatkan oleh perubahan kurs valas, sehingga aliran kas berada dibawah tingkat yang diharapkan.
d. Dampak jangka panjang, yaitu periode di atas lima tahun dimana aliran kas perusahaan akan dipengaruhi oleh reaksi para peasaing maupun potensi pertumbuhan kurs dalam kondisi ketidakseimbangan.
Metode mengukur eksposur resiko ekonomi dilakukan deangan cara :
a. Metode sensitifitas penerimaan dan biaya terhadap perubahan kurs valas, yaitu dengan mengklasifikasikan aliran kas ke dalam pos –pos laporan laba rugi yang berbeda dan secara subjektif memprediksi pos tersebut berdasarkan ramalan kurs valas.
b. Analisis regresi terhadap data historis dari aliran kas dan perubahan kurs dari waktu ke waktu.
Metode mengukur eksposur resiko ekonomi dilakukan dengan cara – antara lain :
a. Metode diversifikasi operasi meliputi diversifikasi penjualan, lokasi produksi, dan bahan baku.
b. Metode diversifikasi dasra pembiayaan yaitu mendapatkan dana untuk pembiayaan modal perusahaan melalui dua atau lebih pasar modal dan pasar uang.
5.3.3. Eksposur Resiko Translasi / Resiko Akuntansi
Eksposur Translasi adalah bentuk eksposur laporan keuangan konsolidasi perusahaan multinasional (MNC) terhadap fluktuasi nilai tukar. Eksposur ini muncul karena proses konversi laporaan keuangan dari operasi perusahaan di luar negeri yang menunggu kenaikan mata uang lokal ke dalam mata uang negara asal.
Kegiatan translasi dapat dilakukan dengan beberrapa metode, antara lain :
a. Current / Noncurrent Method
Model ini merupakan metode yang paling lazim dipakai dalam translasi laporan keuangan. Dengan metode ini semua aset lancar dan utang lancar
perusahaan yang beroperasi di luar negeri ditranslasikan ke dalam home currency pada nilai tukar sekarang (current exchange rate). Sedang aset atau utang tidak lancar ditranslasikan menurut historical exchange rate, yaitu nilai tukar saat aset tersebut diperoleh atau utang tersebut terjadi.
b.Monetary / Nonmonetary Method
Pada metode ini aset dan utang dibedakan menjadi monetary dan
nonmonetary. Aset dan utang yang monetary adalah merupakan klaim yang akan diterima, kewajiban yang harus dibayar, dengan nilai tertentu, missal; kas, utang jangka panjang dan account payable dan receivable. Monetary asset & liquidity (mis; persediaan, aset tetap, investasi jangka panjang) ditranslasikan dengan menggunakan historical rate.
c. Temporal Method
Metode ini merupakan modifikasi dari monetary/nonmonetary method.
Perbedaannya adalah jika pada metode monetary/nonmonetary method persediaan selalu ditranslasikan dengan historical rate, maka dengan metode ini persediaan dapat ditranslasikan baik dengan historical rate maupun current rate. Ditranslasikan dengan current rate jika dalam neraca persediaan dihitung dalam nilai pasarnya.
d. Current Rate Method
Metode ini merupakan metode yang paling sederhana, karena semua item dalam neraca dan laporan rugi laba ditranslasikan menggunakan current rate. Metode ini banyak digunakan oleh perusahaan-perusahaan Inggris.
Beberapa faktor yang mempengaruhi eksposur translasi adalah :
a. Seberapa jauh peranan cabang-cabang perusahaan di luar negeri.
Semakin besar persentase bisnis perusahaan yang dilakukan oleh cabang di luar negeri, semakin besar persentase pos-pos laporan keuangan yang mudah terpengaruh eksposur akuntansi.
b. Lokasi cabang-cabang perusahaan di luar negeri.
c. Standar akuntansi yang digunakan.
Setiap negara umumnya mempunyai standar akuntansi yang sudah baku , yang amat bervariasi antar negara.
Mengelola Eksposur Translasi
Exposure translasi muncul pada saat sebuah perusahaan multinasional mentranslasikan data – data keuangan dari tiap anak perusahaan ke dalam valuta Negara asal bagi tujuan konsolidasi. Sejumlah perusahaan multinasional berupaya menghindari exposure translasi dengan mencocokkan kewajiban luar negeri dengan aktiva – aktiva luar negeri.
Pemakaian Kontrak Forward untuk Hedging Exposure Translasi