BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kehidupan manusia saat ini tidak terlepas dari konsumerisme yang tinggi terhadap bahan pangan. Mulai dari bahan pangan yang diproses secara alami maupun dengan menggunakn perkembangan teknologi. Bahan pangan dianggap rusak apabila menunjukan adanya penyimpangan yang melewati batas yang dapat diterima secara normal oleh panca indra atau parameter lain yang biasa digunakan manusia (Winarno, 1992). Pembungkusan makanan merupakan tahapan pengemasan yang tepat. Adapun fungsi pengemasan makanan itu diantaranya adalah mencegah atau mengurangi kerusakan, melindungi bahan pangan dari bahaya pencemaran serta gangguan fisik seperti gesekan, benturan, dan geteran (Syarief,Santuasa, dan Isnayan, 1989).
Dengan meningkatnya kesadaran masyarakat terhadap pentingnya kesehatan dan lingkungan sekitar, merupakan hal yang mendorong dilakukannya penelitian dan pengembangan teknologi bahan kemasan yang dapat terdegradasi secara alami. Cara untuk mencegah atau memperlambat fenomena tersebur adalah dengan pengemasan yang tepat, salah satu penelitian yang dilakukan terhadap biopolimer yang berasal dari bahan pangan alami, yaitu bahan yang tersusun dari komponen lemak, protein, karbohidrat atau gabungan dari ketiga unsur tersebut adalah edible film.
Buah semangka adalah buah yang tumbuh di daerah gurun Afrika Selatan yang kemudian menjadi tanaman budidaya di berbagai daerah termasuk Indonesia. Rasa buah semangka yang manis dan renyah menjadi daya tarik tersendiri bagi penikmatnya. Buah semangka biasanya dimakan bagian dalam yang berwarna merah. Sementara bagian putih pada kulit bagian dalam dibuang bersama dengan kulitnya.
sebagai pembawa aditif serta untuk meningkatkan penanganan suatu makanan (Krochta, 1994).
Pati menjadi sumber karbonhidrat yang paling penting dalam makanan dan ditemukan dalam sereal gandum, kentang, padi, biji-bijian serta jenis-jenis sayuran lainnya. Dua unsur utamanya adalah amilosa (15-20%) yang mempunyai struktur heliks tanpa cabang dan amilopektin (80-85%) yang terdiri dari rantai bercabang yang tersusun dari 24-30 residu glukosa ( Mayes P.A., 2003).
Kitosan merupakan bahan yang baik untuk pembuatan film. Selain karena sifatnya biodegrable, kitosan juga menghasilkan film yang kualitasnya baik, kuat, elastis, dan fleksibel. Kemampuan kitosan untuk mengikat logam dihubungkan dengan kadar nitrogen yang tinggi pada rantai polimernya. Kitosan mempunyai potensi untuk digunakan pada berbagi industri seperti industri makanan (Manskaya S.M, 1968).
Gliserol merupakan cairan kental yang tidak berwarna dan jika dicicipi terasa manis dan bersifat higroskopis. Gliserin memiliki titik didih yang tinggi dan akan menghasilkan film yang lebih fleksibel, halus dan tidak rapuh bila direaksikan dengan kitosan.
Menurut Sadani (2014) dengan penelitian yang berjudul,” Karakterisasi Edible Film Dari Campuran Tepung Tapioka, Kitosan dan Ekstak Jambu Biji (Psidium guajava L.) Dengan Pemalstis Gliserin” bahwa dari karaterisasi edible film pada variasi tepun tapioka diperoleh hasil uji kekuatan tarik sebesar 0,0743 KgF/mm2, kemuluran 15.11% ketebalan 0,262 mm, dan hasil SEM terlihat permukaan yang rata dan kompatibel serta pada varisi gliserin diperoleh hasil kekuatan tarik 0,1841 KgF/mm2, dan hasil SEM terlihat permukaan yang rata dan kompetibel juga.
Menurut Siti Wafiroh (2010) yang berjudul “Pembuatan dan Karakterisasi Edible Film dari Komposit Kitosan-Pati Garut (Maranta arundinaceae L) dengan Pemlastis Asam Laurat” menjelaskan bahwa edible film dari komposit kitosan -pati garut dengan pemlastis asam laurat memberikan kondisi optimum yaitu kitosan 4 % (w/v), pati garut 1 % (w/v) dan pemlastis asam laurat sebesar 1 gram.
Menurut Ulfa (2011) “ Pembuatan Edible Film Dari Campuran Kanji, Ekstrak Buah Pepaya (Carica papaya L.) Dan Gliserin Sebagai Bahan Pengemas”, peneliti inigin memodifikasi dengan menambahkan tepung terigu untuk meningkatkan elastisitas dari edible film yang dihasilkan sehingga film yang dihasilkan memiliki sifat mekanik yang lebih kuat.
1.2 Perumusan Masalah
Permasalahan pada penelitian ini adalah :
1. Bagaimana pengaruh variasi tepung tapioka dan gliserol yang digunakan dalam pembuatan edible film.
2. Bagaimana karakteristik edible film dengan penambahan ekstrak kulit semangka, tepung tapioka, gliserin dan kitosan yang meliputi ketebalan, kuat tarik, kemuluran, uji SEM, serta uji FTIR.
3. Bagaimana pengaruh dari edible film sebagai pembungkus kue dadar gulung.
1.3. Pembatasan masalah
Dalam penelitian ini objek masalah dibatasi oleh:
1. Sampel kulit semangka yang digunakan berasal dari tukang rujak dikawasan Universitas Sumatera Utara Medan
2. Parameter yang diteliti adalah sifat mekanik (kuat tarik, ketebalan dan kerengangan) dan sifat fisik (analisa Scanning Electron Microscope / SEM dan analisa Spectroscopy Fourier Transform Infra Red / FT-IR)
1.4 Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan:
1. Untuk mengetahui karakterisasi edible film yang meliputi ketebalan, kuat tarik, kemuluran, uji SEM, uji FT-IR.
2. Untuk mengetahui pengaruh dari edible film sebagai pembungkus Kue Dadar Gulung .
1.5 Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini adalah :
1. Menghasilkan edible film sebagai bahan pengemas makanan yang bersifat biodegradable yang alami serta ramah lingkungan.
2. Menghasilkan edible film dengan penambahan ekstrak kulit semangka yang bermanfaat bagi kesehatan berdasarkan kandungan dari kulit semnagkan 3. Memberikan informasi mengenai karakteristik edible film dari kulit
semangka dan aplikasi edible film
1.6 Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Biokimia/KBM FMIPA USU, Laboratorium Forensik Mabes Polri Jakarta, Laboratorium Teknik Kimia USU, Laboratorium Kimia Organik UGM dan Laboratorium Mikrobiologi FMIPA USU 1.7 Metodologi Penelitian
Penelitian ini bersifat eksperimen laboratorium, adapun langkah-langkah analisinya sebagai berikut :
2. Edible film yang dihasilkan dilakukan pengujian kuat tarik dari kemuluran dengan menggunakan alat Torsee‟s Electronic System Tokyo Testing Machine.
3. Edible film yang dihasilkan dilakukan analisa SEM dengan penentuan secara mikroskopi.
4. Edible film yang dihasilkan dilakukan analisa FTIR dengan penentuan secara spektroskopi.
5. Aplikasi edible film dalam pembungkus kue dadar gulung dengan mengamati pertumbuhan koloni dengan metode Standart Plate Count