• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III-Prioritas-2008

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "BAB III-Prioritas-2008"

Copied!
40
0
0

Teks penuh

(1)

BAB III

PRIORITAS DAN FOKUS PEMBANGUNAN JAWA TIMUR TAHUN 2008

3.1. KONDISI UMUM

Penyusunan Rencana Program yang tertuang pada RKPD 2008 merupakan tahun terakhir pelaksanaan RPJMD 2006-2008. Dengan 7 prioritas pembangunan sebagaimana 7 agenda pembangunan yang diamanatkan pada Peraturan Daerah Nomor 8 Tahun 2005 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Propinsi Jawa Timur Tahun 2006-2008 membawa misi dalam rangka optimasi kinerja akhir masa jabatan Gubernur pada tahun 2008. Optimasi ini bukan merupakan sasaran akhir dalam kerangka keberlanjutan program pembangunan, namun lebih kepada penekanan mobilisasi sumberdaya untuk mempercepat realisasi target yang belum tercapai serta optimasi pemerataan yang berkeadilan dan kesejahteraan.

Kondisi umum Jawa Timur pada bagian RKPD ini merupakan gambaran capaian target kinerja agregat sebagaimana target RPJMD 2006-2008 pada tahun 2005 dan 2006 serta jika dimungkinkan akan memberikan kondisi tahun 2007 secara proporsional. Untuk memberikan gambaran kondisi tahun 2007, perlu asumsi yang disepakati bahwa faktor sosial, politik, kemananan, ketertiban berlangsung stabil untuk terwujudnya realisasi pencapaian target kinerja agregat per agenda pembangunan. Secara umum kondisi Propinsi Jawa Timur dapat dijelaskan sebagai berikut :

3.1.1. Agenda Peningkatan Kesalehan Sosial Dalam Beragama

(2)

kebersamaan antar umat beragama serta meningkatkan peran dan fungsi lembaga keagamaan dalam mengatasi permasalahan-permasalahan.

Kondisi umum kehidupan umat beragama di Jawa Timur secara umum sesuai dengan harapan semua pihak yang ditandai dengan semakin semaraknya kehidupan beragama dan kerukunan hidup intern dan antar umat beragama sangat terjaga, serta meningkatnya sarana dan prasarana ibadah dan sarana pendidikan agama.

Harapan dari masyarakat adalah agar lembaga-lembaga keagamaan lebih optimal peran dan fungsinya dalam memberikan pelayanan dan pembinaan kepada umat beragama sehingga dapat berperan aktif dalam kehidupan publik baik ekonomi, politik, maupun pengembangan moralitas bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

3.1.2. Agenda Peningkatan Aksesibilitas Terhadap Pendidikan dan

Kesehatan

PENDIDIKAN

a. Tingkat Pendidikan Rata-Rata

Sumberdaya manusia yang berkualitas adalah merupakan aset yang penting bagi pelaksanaan pembangunan di segala bidang. Oleh sebab itu Pemerintah Propinsi berkomitmen untuk meningkatkan pelayanan pendidikan, khususnya pada pendidikan dasar.

Gambaran sumberdaya manusia yang berkualitas dapat dilihat dari indikator rata rata lamanya sekolah, dimana dalam dua tahun terakhir rata-rata lama sekolah cenderung semakin meningkat. Pada tahun 2005 rata-rata lama sekolah sekitar 6,68 tahun dan selanjutnya pada tahun 2006 mengalami peningkatan menjadi 6,74 tahun.

b. Angka Buta Huruf

(3)

12,59 persen dan selanjutnya terus mengalami penurunan hingga menjadi 12,49 persen pada tahun 2006.

Rincian ABH menurut jenis kelamin, memperlihatkan bahwa angka ABH bagi penduduk laki-laki lebih rendah dibanding ABH penduduk permpuan. Tetapi yang cukup menggembirakan adalah kenyataan bahwa kesenjangan dari tahun ke tahun semakin berkurang. Untuk penduduk usia 10 tahun ke atas pada tahun 2005 terdapat kesenjangan sekitar 9 persen point antara ABH laki-laki dengan ABH perempuan.

c. Angka Partisipasi Sekolah (APS)

Pada tahun 2005 APS usia SD/MI adalah 97,51 persen dan kemudian meningkat menjadi 98,22 persen pada tahun 2006. Hal ini berarti bahwa untuk setiap 100 anak terdapat 98 anak yang masih sekolah. Dibanding standar pada tahun 2006 kinerja yang ditetapkan Pemerintah yaitu 99,53 persen, maka perlu diupayakan peningkatan APS SD/MI pada tahun 2008.

Pada tahun 2005 APS usia SLTP/MTs Jawa Timur adalah 84,63 persen dan kemudian meningkat menjadi 85,24 persen pada tahun 2006, jauh lebih tinggi dibanding standar kinerja yang ditetapkan Pemerintah Jawa Timur yaitu sebesar 85,35 persen untuk tahun yang sama.

Sedangkan untuk APS usia SMU/MA/SMK juga cenderung meningkat, pada tahun 2005 APS usia SLTA adalah 54,64 persen dan kemudian meningkat menjadi 55,60 persen pada tahun 2006, walaupun masih lebih rendah dari target kinerja yang ditetapkan. Pada tahun 2008 APS untuk SMU/MA/SMK ditargetkan mencapai 59,65 persen.

KESEHATAN

a. Angka Kematian Bayi (AKB)

(4)

lahir dengan berat rendah. Sedangkan penyebab tidak langsungnya antara laaain tingkat pendidikan ibu yang masih rendah, tingkat sosial ekonomi yang masih rendah, serta keadaan sosial budaya yang tidak mendukung gizi ibu hamil.

Perkembangan AKB pada dua tahun terakhir menunjukkan adanya penurunan dimana pada tahun 2005 mencapai 36,40 per 1.000 kelahiran hidup dan pada tahun 2006 menurun menjadi 35,32 per 1000 kelahiran hidup, dan hal ini melebihi target kinerja pada tahun yang sama yaitu 37,50.

b. Angka Harapan Hidup (AHH)

Angka Harapan Hidup (AHH) merupakan indikator untuk menilai tingkat derajat kesehatan masyarakat.

Angka Harapan Hidup penduduk Jawa Timur pada Tahun 2005 sebesar 67,90 tahun dan pada tahun 2006 meningkat menjadi 68,25 tahun. Pencapaian Angka Harapan Hidup ini telah melebihi dari target tahun 2006 sebesar 67,40 tahun.

Apabila diperhatikan menurut Kabupaten/Kota, angka harapan hidup tertinggi (diatas 70 tahun) adalah Kabupaten Mojokerto, Kota Blitar, Mohajokerto dan Madiun. Sedangkan angka harapan hidup terendah (dibawah 65 tahun) berada di Kabupaten Sampang, Probolinggo, Pasuruan, Jember, Bondowoso, Sumenep, Situbondo, Bangkan dan Pamekasan.

c. Angka kematian Ibu (AKI)

(5)

desa (polindes) dan posyandu, penempatan bidan di desa serta penggerakan masyarakat untuk menyelamatkan ibu hamil dan bersalin. Di Jawa Timur, Angka Kematian Ibu (AKI) pada tahun 2005 sebesar 413 per 100.000 kelahiran hidup dan angka ini pada tahun 2006 menurun menjadi 168 per 100.000 kelahiran hidup, sedangkan target kinerja tahun 2006 sebesar 314 per 100.000 kelahiran hidup.

d. Prevelensi kurang Gizi pada anak

Selama dua tahun terakhir persentase balita yang berstatus gizi kurang dan buruk di Jawa Timur menunjukkan peningkatan dari tahun 2005 sebesar 23,76 persen dan pada tahun 2006 meningkat menjadi 23,96 persen, sedangkan target kinerja untuk tahun 2006 sebesar 22 persen. Secara umum, Jawa Timur masih termasuk kategori yang ”Medium Risk” karena persentase balita dengan gizi kurang dan buruk berada dalam rentang 20 s/d 40 persen.

e. Penolong Persalinan oleh Tenaga Medis

Penolong terakhir persalinan oleh tenaga medis (dokter, bidan dan lainnya) pada tahun 2005 sebesar 77,50 persen dan pada tahun 2006 meningkat menjadi 81,43 persen dari target kinerja pada tahun 2006 sebesar 82 persen

3.1.3. Agenda Penanggulangan Kemiskinan, Perbaikan Iklim

Ketenagakerjaan dan Memacu Kewirausahaan

(6)

miskin. Berbagai program pengentasan kemiskinan tersebut telah mampu menurunkan persentase penduduk miskin.

Pada tahun 2005 berdasarkan hasil Pendataan Sosial Ekonomi Penduduk (PSEP) oleh BPS jumlah penduduk miskin di Jawa Timur adalah sebesar 8.390.996 jiwa (28,88 persen) dan pada tahun 2006 mengalami penurunan yaitu menjadi 7.455.655 jiwa (19,89 persen).

Pengangguran dan Tenaga Kerja

Jumlah penganggur dalam periode dua tahun terakhir terus menunjukkan penurunan. Tahun 2005 berdasarkan BPS, angkatan kerja sebesar 18.771.731 jiwa, kesempatan kerja sebesar 17.689.834 jiwa sehingga pengangguran sebesar 1.082.897 jiwa.

Untuk tahun 2006 angkatan kerja sebesar 18.720.955 jiwa, sementara kesempatan kerja sebesar 17.669.660 jiwa sehingga jumlah pengangguran sebesar 1.051.295 jiwa dengan Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) sebesar 5,74%.

Meningkatnya jumlah pengangguran tersebut, disebabkan oleh Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) sebesar 13,36 persen dan tidak adanya permintaan pasar kerja/usaha terhenti sebesar 38,18 persen, pendapatan yang diterima tidak sesuai dengan yang diharapkan sebesar 13,54 persen, tidak cocok dengan lingkungan kerja sebesarr 7,19 persen.

Hingga tahun 2006, Pemerintah Propinsi Jawa Timur telah mengupayakan perluasan lapangan kerja antara lain dengan program padat karya, peningkatan investasi PMA dan PMDN, pelatihan tenaga kerja melalui BLK.

3.1.4. Agenda Percepatan Pertumbuhan Ekonomi Yang Berkualitas dan

Pembangunan Infrastruktur

(7)

2006 mencapai Rp. 470.627 milyar, atau meningkat sebesar 14,29 % bila dibandingkan dengan tahun 2005 sebesar Rp. 403.392 milyar. Sedangkan Produk Domestik Regional Bruto ADHK 2000 pada tahun 2006, telah mencapai Rp. 271.227 milyar atau meningkat 5,48 %, bila dibandingkan dengan tahun 2005 yang telah mencapai Rp. 256.374 milyar. Pertumbuhan ekonomi sebesar 5,79 % terjadi di seluruh sektor ekonomi yang semuanya mengalami pertumbuhan positif, terutama sektor pertambangan dan penggalian tumbuh 8,58%, sektor perdagangan hotel dan restoran tumbuh 9,65%, sektor keuangan, sewa dan jasa perusahaan tumbuh 7,46%, sektor listrik, gas dan air bersih tumbuh 4,07%, Demikian halnya dengan sektor pengangkutan dan komunikasi, sektor industri pengolahan dan sektor konstruksi tumbuh masing-masing sebesar 6,77%; 3,05 % dan 1,42%.

Indikasi atas pelaksanaan program-program pembangunan selama 2 tahun terakhir secara keseluruhan ditunjukkan oleh kinerja agregat ekonomi Jawa Timur yang antara lain PDRB per kapita tahun 2006 mencapai sebesar Rp. 12.520.000,00 meningkat dibanding tahun 2005 yang sebesar Rp. 10.854.000,00 atau naik 15,35%; Indeks Daya Beli Masyarakat mengalami kenaikan dari 119,75 pada tahun 2005 menjadi 129,76 pada tahun 2006; Tingkat efisiensi investasi yang dihitung dengan pendekatan ICOR, pada tahun 2006 mencapai sebesar 3,26 meningkat dibanding tahun 2005 sebesar 3,09; Nilai Tukar Petani (NTP) dengan asumsi tahun 2002 sebesar 100 maka NTP tahun 2006 sebesar 111,83 sedangkan tahun 2005 sebesar 105,29; Indeks Disparitas Wilayah tahun 2006 sebsar 118,03 point menurun dibanding tahun 2005 sebesar 112,67 point, Nilai Tambah UKM (ADHB) pada tahun 2006 sebesar Rp. 249,44 Trilyun meningkat dibandingkan tahun 2005 sebesar Rp. 211,20 Trilyun dan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) tahun 2006 tercatat sebesar 67,67 mengalami kenaikan sebesar 0,62 poin dibandingkan tahun 2005 sebesar 65,80.

(8)

1 unit diperlukan investasi sekitar 3,29 unit. Sedangkan ICOR pada tahun 2005 sebesar 3,09. Hal ini menunjukkan bahwa investasi yang dibutuhkan untuk menaikkan 1 unit output pada tahun 2006 lebih besar dibandinghkan dengan tahun 2005, yang berarti investasi pada tahun 2006 sedikit kurang efisien dibandingkan pada tahun 2005, yang disebabkan terutama oleh kenaikkan harga BBM secara tajam pada tahun 2005.

Pencapaian Kinerja agregat ini tidak lepas dari kondisi makro ekonomi nasional antara lain menurunnya laju inflasi secara signifikan menjadi 6,60%; relatif stabilnya dan menguatnya nilai tukar rupiah pada kisaran Rp. 9.100,00 per Dollar AS serta cukup baiknya posisi neraca pembayaran dan cadangan devisa negara. Sedangkan nilai inflasi Jawa Timur (kumulatif Januari-Desember 2006) menurun signifikan dibandingkan tahun 2005 yaitu dari 15,19 % menjadi 6,76 % berada di bawah kisaran sasaran 8,1 % yang ditetapkan oleh Pemerintah dan Bank Indonesia secara bersama-sama. Penyumbang inflasi terutama dari kelompok bahan makanan (13,08%) dan kelompok pendidikan, rekreasi dan olah raga (8,68%). Seadangkan unflasi terendah dialami oleh kelompok transport, komunikasi dan jasa keuangan (1,29%). Sementara itu komoditas memberikan sumbangan inflasi yang cukup besar yaitu beras, rokok kretek filter, gula pasir, mie, emas perhiasan dan biaya pendidikan SLTA.

(9)

permasalahan diarahkan secara spesifik dan mengutamakan perbedaan/ hubungan antar bagian wilayah yang memerlukan penanganan yang berbeda pula, akan tetapi hasilnya tetap bersifat “general region”.

3.1.5. Agenda Optimalisasi Pengendalian Sumber Daya Alam, Pelestarian

Lingkungan Hidup dan Penataan Ruang

Masalah lingkungan hidup cenderung terus meningkat di berbagai daerah. Ada yang terjadi secara alamiah melalui bencana alam, namun jauh lebih banyak yang terjadi karena ulah manusia, seiring dengan laju pertumbuhan penduduk dan meningkatnya kegiatan pembangunan yang berdampak pada meningkatnya permintaan akan ruang dan sumberdaya alam. Semua itu, menunjukkan bahwa kemampuan dan daya dukung lingkungan mungkin telah menurun karena terus dikuras tanpa memperhatikan daya pulihnya.

Kerusakan itu diperparah pula oleh kurangnya kekuatan politik yang memiliki sense of environment. Sebab, yang nampak gigih memperjuangkan kepentingan pelestarian lingkungan hanyalah sebagian kecil dari mereka yang tidak didukung kekuatan politik yang memadai. Tidak heran bila dalam proses pengambilan keputusan pembangunan, kepentingan lingkungan acapkali terabaikan. Selain itu, faktor tingginya potensi konflik, tingginya ketidakpastian, lamanya kurun waktu antara penyebab dan terjadinya dampak, serta tidak mudahnya masyarakat untuk memahami, tentu ikut pula mempengaruhi menurunnya kualitas lingkungan hidup dan terkurasnya sumberdaya alam.

Untuk itu, diperlukan kepekaan dan kepedulian yang tinggi terhadap lingkungan dan paling tidak ada empat hal yang mendesak untuk dilakukan:

1. Pelestarian lingkungan perlu mendapat dukungan kekuatan politik primer

(10)

3. Perlu adanya mekanisme demokrasi yang efektif sehingga terbentuk pemerintah yang peka terhadap tuntutan masyarakat

4. Pemerintah, baik di tingkat propinsi maupun daerah perlu mempunyai kemampuan dan menjalankan kepemerintah yang baik (good governance)

Peningkatan efektivitas pelestarian lingkungan sebagaimana disebutkan tersebut di atas membutuhkan pengelolaan lingkungan hidup yang tidak sentralistik. Setiap daerah harus dapat mendayagunakan seluruh kemampuannya dan memobilisasi dukungan dari segenap segmen masyarakat untuk dapat bersama-sama menyadari urgensi dari penyelamatan dari apa yang telah rusak dalam lingkungan hidup di daerahnya masing-masing dan menyusun rencana yang konkrit untuk pemulihan dan pelestarian lingkungan.

Untuk mencapai keadaan yang demikian, diperlukan kemampuan dan kemauan dari berbagai pihak: pemerintah (legislatif, eksekutif, dan yudikatif), swasta, asosiasi profesi, masyarakat, perorangan maupun komunal. Dan salah satu prasyaratnya adalah kepemerintahan yang baik (good governance) yang kemudian dikembangkan menjadi paradigma baru lingkungan yang dikenal dengan good environmental governance (GEG).

Indikasi atas pencapaian program-program lingkungan hidup tahun 2006 luas lahan kritis di kawasan hutan Tahura R. Soerjo 1dari 14.000 ha berkurang menjadi 13.000 ha dan Luas lahan kritis diluar Tahura R Soerjo seluas 460.000 ha berkurang menjadi 430.000 ha. Penanaman Mangrove di teluk Lamong dan Pulau Galang dari tahun 2004 sampai tahun 2006 sejumlah 930.000 pohon.

(11)

dijadikan sebagai pedoman teknis penataan ruang dan mengarahkan struktur ruang untuk mendorong pertumbuhan ekonomi wilayah. Selain itu dalam rangka pengendalian pemanfaatan ruang khususnya pada kawasan pengendalian ketat telah dtetapkan Peraturan Gubernur Nomor 61 Tahun 2006 tentang Pemanfaatan Ruang pada Kawasan Pengendalian Ketat Skala regional di Provinsi Jawa Timur.

3.1.6. Agenda Peningkatan Ketentraman dan Ketertiban, Supremasi

Hukum dan HAM

Tanpa adanya ketentraman dan ketertiban, supremasi hukum dan HAM, segala upaya pembanguna dalam rangka mengurangi tingkat kemiskinan, pengangguran dan investasi tidak akan membuahkan hasil seperti yang diharapkan. Oleh sebab itu berbagai upaya telah dilakukan oleh pemerintah untuk menciptakan ketentraman dan ketertiban serta menegakkan supremasi hukum.

Indeks Korban Kejahatan

Angka korban kejahatan yang terjadi di Jawa Timur berdasarkan data dari Polda Jawa Timur menunjukkan bahwa adanya peningkatan angka korban, dimana pada tahun 2005 angka korban kejahatan sebesar 26.559 korban sedangkan pada tahun 2006 meningkat menjadi 26.816 angka korban. Apabila angka korban tahun 2005 dijadikan tahun dasar (tahun 2005=100) maka untuk tahun 2006 indeks korban kejahatan meningkat menjadi 100,82. Angka ini masih lebih rendah dari target kinerja untuk tahun 2006 sebesar 101

Penurunan Angka Kecelakaan Lalu Lintas

(12)

sebanyak 2.789 korban. Sedangkan untuk tahun 2006 jumlah pelanggaran lalu lintas meningkat menjadi 563. 709 kasus dengan angka korban sebanyak 2.980 korban.

Meningkatnya angka kecelakaan lalu lintas dan angka korban kecelakaan berkaitan erat dengan perilaku pengendara.

Indeks Korban Kekerasan

Menurut BPS, pada tahun 2006 korban kekerasan cenderung mengalami penurunan sebesar 22,7 persen. Melihat dari rasio korban kekerasan terhadap jumlah kejahatan yang terjadi 20,6 persen. Angka ini berarti setiap 100 kejahatan yang dilakukan akan menimbulkan korban kekerasan sebanyak 20,6 jiwa. Pada tahun 2006 terlihat adanya tindakan kekerasan dalam rumah tangga yang ditangani polisi mengalami peningkatan dari tahun sebelumnya. Indikasi ini diduga semakin timbulnya keberanian dari korban kekerasan dalam rumah tangga yang melaporkan kejadiannya kepada pihak berwenang.

Dibidang Hukum, kondisi penegakan hukum di Jawa Timur sudah berjalan dengan baik, namun masih perlu ditingkatkan. Produk hukum seperti Peraturan Daerah yang merupakan implementasi dari otonomi daerah ditingkatkan agar dapat mencerminkan aspirasi kebutuhan rakyat Jawa Timur, sehingga dapat mendorong partisipasi masyarakat dalam proses pembangunan. Dengan demikian produk hukum daerah yang dihasilkan benar-benar dapat mencerminkan kebutuhan dan aspirasi rakyat.

3.1.7. Agenda Revitalisasi Proses Desentralisasi dan Otonomi Daerah

Melalui Reformasi Birokrasi dan Peningkatan Pelayanan Publik

(13)

Pusat dan Daerah yang telah merubah penyelenggaraan pemerintahan dari yang sebelumnya bersifat terpusat menjadi terdesentralisasi meliputi antara lain penyerahan kewenangan pemerintah pusat ke pemerintah daerah (kecuali politik luar negeri, pertahanan keamanan, peradilan, agama, fiskal moneter, dan kewenangan bidang lain) dan perubahan perimbangan keuangan antara pusat dan daerah.

Melalui kebijakan desentralisasi dan otonomi daerah maka pengambilan keputusan dalam penyelenggaraan pemerintahan dan penyediaan pelayanan publik diharapkan akan menjadi lebih sederhana dan cepat karena dapat dilakukan oleh Pemerintah Daerah terdekat sesuai dengan kewenangan yang ada. Kebijakan ini dibutuhkan untuk menghadapi perkembangan keadaan, baik di dalam maupun di luar negeri.

Efektifitas Perda Yang Dihasilkan

Pelaksanaan era otonomi menuntut Pemerintah Daerah untuk mengelola rumah tangganya sendiri secara effisien dan mengadakan pembaharuan pada setiap sektor sesuai dengan tuntutan masyarakat yang semakin beragam. Dalam pelaksanaan otonomi daerah tersebut diperlukan adanya produk hukum atau Peraturan Daerah untuk menjamin tumbunya suasana yang kondusif bagi pembanguna.

Peraturan Daerah merupakan produk dari eksekutif dan legislatif dalam menjalankan roda pemerintahan yang dalam penyusunannya harus disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat dan tidak bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi serta mendukung terpenuhinya hak-hak dasar masyarakat serta memberikan perlindungan bagi masyarakat.

3.2. PERMASALAHAN POKOK TAHUN 2008

(14)

dalam mewujudkan target-target yang telah direncanakan. Oleh karena itu rumusan permasalahan pokok Jawa Timur yang diintroduksi dari permasalahan–permasalahan berbagai sektor pembangunan pada bidang-bidang pembangunan adalah sebagai berikut :

3.2.1. Agenda Peningkatan Kesalehan Sosial Dalam Beragama

Pembangunan di bidang agama sangat strategis karena merupakan pondasi dalam pembinaan kehidupan berbangsa, bernegara dan bermasyarakat. Namun demikian bila dilihat dari perspektif pengamalan agama masih dijumpai banyak fakta dilapangan terjadinya gesekan-gesekan yang menimbulkan konflik horisontal maupun vertikal yang disebabkan antara lain:

 Masih belum optimalnya pembinaan dan peningkatan kualitas pendidikan agama.

 Adanya penyimpangan terhadap pranata agama dan budaya yang menimbulkan perilaku warga yang menyimpang yang terkait dengan minuman keras, zat adiktif dan psikotropika dan kebebasan sexual.

 Belum optimalnya peran lembaga keagamaan dalam pembinaan kepada umat pengikutnya.

3.2.2. Agenda Peningkatan Aksesibilitas Terhadap Kualitas Peningkatan

dan Kesehatan

PENDIDIKAN

(15)

Terdapat 3 (tiga) kabupaten yang proporsi anak usia 7 – 12 tahun yang terlayani pendidikan paling rendah yaitu Kabupaten Sampang, Kabupaten Sumenep dan Kabupaten Jember. Sedangkan kabupaten yang Angka Partisipasi Murninya terendah adalah Kabupaten Sampang, Kabupaten Sumenep dan Kabupaten Situbondo. Hal ini menggambarkan bahwa masih terdapat anak yang berusia 7 – 12 tahun yang belum terlayani pendidikannya dan diindikasikan perlunya penuntasan wajib belajar pendidikan dasar yang lebih terutama terhadap Kabupaten/Kota yang Angka Partisipasi Murninya masih dibawah rerata propinsi.

Akses pendidikan SMP/MTs pada tingkat kabupaten/kota yang tertinggi adalah 138,53 persen dan terendah adalah 56,17 persen adalah kabupaten Sampang dan kabupaten Bondowoso.

Untuk ketidaksetaraan akses terhadap pendidikan dengan menggunakan Angka Partisipasi Sekolah (APS) menunjukkan bahwa disparitas gender persentase penduduk pada kelompok usia tertentu yang mengikuti pendidikan formal, bahwa perbedaan tersebut mulai terjadi pada kelompok usia 13 – 15 tahun (SMP), namun demikian perbedaannya relatif kecil.

Dalam hal peningkatan mutu sekolah terjadi ketidaksamaan antara sekolah yang dikelola oleh Dinas Pendidikan dan Kebudayaan serta sekolah yang dikelola oleh Departemen Agama, hal ini disebabkan oleh perbedaan program yang dilaksanakan pada masing-masing sekolah tersebut, termasuk kualitas gurunya dan sarana prasarananya sehingga mempengaruhi mutu lulusannya.

Penyaluran tenaga kependidikan/guru di sekolah terutama daerah kota dan terpencil juga tenaga kependidikan PLB sesuai jurusannya masih kurang merata.

(16)

mendapat dana rehab, dikhawatirkan akan menjadi rusak berat dan mengganggu proses belajar mengajar karena beberapa tahun ini belum tertangani.

KESEHATAN

Melemahnya fungsi Posyandu yang ada sehingga timbul permasalahan seperti gizi buruk, selain itu perilaku masyarakat yang kurang mendukung pola hidup bersih dan sehat serta masalah kesehatan lingkungan, baik dari limbah masyarakat dan limbah industri sebagai akibat dari kurangnya kesadaran masyarakat tentang kesehatan.

Puskesmas sebagai tempat pelayanan kesehatan masyarakat belum difungsikan secara optimal, disebabkan karena biaya operasional belum memadai serta kurangnya sarana dan prasarana juga tenaga kesehatan yang belum didistribusikan secara merata untuk pelayanan, sehingga masyarakat memilih ke rumah sakit meskipun hanya untuk pelayanan kesehatan dasar.

Di Jawa Timur angka kesakitan masih cenderung tinggi yaitu adanya beberapa penyakit yang timbul, misalnya polio, campak, kasus gizi buruk, meningkatnya wabah penyakit demam berdarah, flu burung, diare/muntaber, HIV/AIDS yang memang sangat membutuhkan perhatian serius dari pemerintah.

3.2.3. Agenda Penanggulangan Kemiskinan, Pengangguran, Perbaikan

Iklim Ketenagakerjaan dan Memacu Kewirausahaan

 Kurang terfokusnya berbagai program penanganan kemiskinan sebagai akibat dari belum terintegrasinya program antara Pusat, Propinsi dan Kabupaten/Kota dalam satu skema yang terpadu;

 Adanya berbagai kebijakan sektor keuangan yang belum mampu diakses oleh rumah tangga miskin;

(17)

 Terbatasnya informasi pasar kerja;

 Rendahnya penyediaan lapangan kerja sehingga tidak sebanding dengan jumlah angkatan kerja;

 Rendahnya kualitas dan produktifitas tenaga kerja, karena tenaga kerja masih didominasi oleh tenaga kerja yang berpendidikan Sekolah Dasar (SD);

 Rendahnya ketrampilan yang dimiliki pencari kerja khususnya lulusan SLTA;

 Belum mantapnya koordinasi tentang ketenagakerjaan antara pemerintah pusat dan daerah.

3.2.4. Agenda Percepatan Pertumbuhan Ekonomi Yang Berkualitas dan

Pembangunan Infrastruktur

Perekonomian Jawa Timur pada tahun 2006 menunjukkan peningkatan, namun demikian pertumbuhan tersebut belum memberikan dampak seperti yang diharapkan. Kebijakan ekonomi yang diterapkan Pemerintah Jawa Timur yang antara lain membuka peluang investasi sektor swasta yang sebesar-besarnya belum mampu menciptakan investasi baru secara optimal, disamping itu adanya bencana alam lumpur LAPINDO telah menyebabkan banyak pabrik yang berorientasi ekspor terpuruk dan mengalami kerugian, sehingga banyak terjadi pemutusan hubungan kerja (PHK). Permasalahan ini menyebabkan semakin meningkatnya angka pengangguran, semakin sempitnya lapangan kerja di daerah, semakin menurunnya produksi industri yang diekspor, semakin tidak mempunyai unit usaha dan lembaga ekonomi dalam mengembangkan produksinya, semakin melemahnya daya saing pengusaha dalam pasar bebas yang disebabkan oleh lemahnya daya saing daerah.

(18)

pemerataan hasil pembangunan akan terjadi sampai ke pelosok wilayah, seperti masih banyaknya daerah-daerah/Desa serta rumah tangga-rumah tangga yang belum teraliri listrik di daerah Sumenep dan Daerah Kepulauan.

Sampai dengan 2006 jumlah desa yang sudah berlistrik mencapai 8.443 ( 98,95% ), sedangkan rumah tanggak terjangkau listrik mencapai 63%.

Disamping itu permasalahan yang menonjol dalam pembangunan infrastruktur adalah sulitnya pelaksanaan pembebasan tanah, usia infrastruktur, ancaman keberlanjutan daya dukung sumberdaya alam, kurangnya dukungan data dan sistim informasi serta kurangnya peran serta masyarakat.

Khusus untuk percepatan pelaksanaan Pembangunan Jalan Lintas Selatan mengalami berbagai kendala diantaranya yang utama adalah masalah Geografis Wilayah Selatan Jawa Timur, dimana hal ini tidak saja mempengaruhi terhadap design sarana prasarana yang akan dibangun juga berpengaruh terhadap pembiayaan yang harus disediakan.

Berbagai bencana yang terjadi pada akhir-akhir ini seperti bencana lumpur panas Lapindo juga menjadi hal perlu mendapatkan perhatian khususnya pada kondisi infrastruktur jalan dan perumahan yang menjadi rusak dan bahkan hilang fungsinya karena bencana tersebut, dimana hal ini tidak saja menggangu perekonomian setempat namun berpengaruh terhadap struktur perekonomian regional Jawa Timur.

Pemenuhan kebutuhan akan perumahan khususnya bagi masyarakat berpenghasilan rendah antara lain disebabkan oleh keterbatasan terhadap akses pembiayaan perumahan. Perumahan yang dibangun secara swadaya oleh masyarakat beserta sarana dan prasarana permukiman yang ada secara kuantitas kualitas banyak yang belum layak dan memenuhi syarat rumah dan lingkungan sehat.

(19)

3.2.5. Agenda Optimalisasi Pengendalian Sumber Daya Alam, Pelestarian

Lingkungan Hidup dan Penataan Ruang

Issue strategis yang saat ini memerlukan perhatian serius adalah pelestarian sumberdaya alam dan lingkungan hidup, terutama konservasi dan rehabilitasi sumber daya lahan dan hutan, serta pengendalian dan pengawasan terhadap pencemaran air, udara dan tanah.

Lahan Kritis di Jawa Timur seluas 602.415 Ha, terdii dari dalam kawasan hutan seluas 159.000 Ha, Hutan Lindung & Hutan Produksi 128.000 Ha, Hutan Konservasi seluas 40.000 Ha, Luar Kawasan Hutan seluas 443.415 Ha.

Lahan Kritis/gundul/tidak berhutan yang telah direhabilitasi tahun 2006 seluas 54.955, terdiri dari 30 Kab./Kota seluas 22.457 Ha, di Hutan Konservasi seluas 2.861 Ha (Tahura 6.679 Ha dan TN. Bromo Tengger Semeru 707 Ha) dan Perum Perhutani Unit II Jawa Timur seluas 1.679 Ha.

Pencemaran air, Sungai Brantas pada posisi hulu (Jembatan Pendem untuk nilai COD mencapai 15,5 mg/l dan BOD 4,2 mg/l, posisi hilir (Bendungan Lengkong Baru) untuk nilai COD mencapai 23,0 mg/l dan BOD 4,9 mg/l. Daerah Kali Surabaya (Bambe Tambangan) nilai COD mencapai 26,5 mg/l dan BOD 9,6 mg/l, nilai COD dan BOD yang ditetapkan, yaitu nilai COD 10 mg/l dan BOD 6 mg/l. Jadi kualitas Kali Surabaya melebihi nilai ambang batas yang telah ditetapkan. Mengingat Sungai Brantas termasuk sungai golongan B atau merupakan air baku air minum, maka pengendalian pencemaran air perlu terus dilakukan guna mencapai ambang batas yang telah ditentukan (Keputusan Gubernur Jawa Timur No. 413 Tahun 1987).;

(20)

Pencemaran Tanah, pencemaran tanah diakibatkan oleh pengelolaan sampah (padat) parsial, terutama pada wilayah-wilayah lokasi TPA, seperti di TPA Sukolilo dan Benowo Surabaya. Pemilihan sistem pengelolaan sampah di TPA yang kurang tepat, yaitu dengan open dumping mengakibatkan umur TPA terbatas.

Berkenanan dengan penataan ruang, belum optimalnya tertib pemanfaatan mengakibatkan masih adanya alih fungsi lahan yang pada akhirnya akan menurunkan kualitas daya dukung lingkungan. Disisi lain dengan ditetapkannya Perda No 2 tahun 2006 tentang RTRWP Jawa Timur harus ditindaklanjuti dengan berbagai perangkat peraturan pendukungnya sebagai operasionalnya. Selain itu upaya untuk membangun sistem informasi tata ruang yang mulai dirintis pada tahun 2007 harus dikembangkan lebih lanjut agar masyarakat luas bisa mempermudah masyarakat luas untuk mendapatkan akses informasi tentang tata ruang.

3.2.6. Agenda Peningkatan Ketentraman dan Ketertiban, Supremasi

Hukum dan HAM

Berkaitan dengan penegakan supremasi hukum dan HAM bahwa sistem peradilan yang tidak transparan dan terbuka, mengakibatkan hukum belum sepenuhnya memihak pada kebenaran dan keadilan sebagai akibat tiadanya akses masyarakat untuk melakukan pengawasan terhadap penyelenggaraan peradilan. Kondisi tersebut juga diperlemah dengan profesionalisme dan kualitas sistem peradilan yang masih belum memadai sehingga membuka kesempatan terjadinya penyimpangan kolektif di dalam proses peradilan sebagaimana dikenal dengan isitilah mafia peradilan.

(21)

3.2.7. Agenda 7 Revitalisasi Proses Desentralisasi dan Otonomi Daerah

melalui Reformasi Birokrasi dan Peningkatan Pelayanan Publik.

Penerapan otonomi daerah masih menyisakan banyak masalah yang terkait dengan kewenangan dan sinkronisasi kebijakan. Masih adanya peraturan perundangan yang tidak sinkron antaran peraturan yang satu dengan yang lainnya sehingga mudah sekali untuk di revisi dan pada akhirnya menimbulkan keresahan baik di lingkungan pemerintah maupun masyarakat.

Di samping itu dari sisi Sumber Daya Manusia aparatur muncul permasalahan kenaikan pangkat fiktif yang diakibatkan kurang optimalnya data kepegawaian yang ada, juga honorer daerah yang hingga saat ini belum terselesaikan. Permasalahan tersebut di atas sangat mempengaruhi kualitas pelayanan publik.

3.3 PRIORITAS DAN FOKUS PEMBANGUNAN TAHUN 2008

Tahun 2008 merupakan tahun terakhir dari RPJMD Propinsi Jawa Timur Tahun 2006-2008. Pembangunan daerah tahun 2008 dilaksanakan sebagai lanjutan pembangunan tahun-tahun sebelumnya dan merupakan jawaban atas permasalahan yang berkembang saat ini, dengan memperhatikan tantangan dan kendala yang akan terjadi. Dengan Keterbatasan sumber daya dan mengacu pada prioritas pembangunan dalam Rencana Kerja Pemerintah tahun 2008, maka prioritas-prioritas pembangunan tahun 2008 adalah prioritas yang terfokus sebagai upaya percepatan penanganan masalah-masalah untuk mewujudkan target-target kinerja tahun 2008.

3.3.1. Prioritas Pembangunan Rencana Kerja Pemerintah (RKP)

Tahun 2008

Prioritas pembangunan nasional 2008 sebagai acuan dalam penyusunan RKPD Tahun 2008 adalah sebagai berikut :

(22)

2) Peningkatan Investasi dan Ekspor Non Migas

3) Peningkatan Produksi Pangan, Kualitas Pertumbuhan Pertanian, Perikanan, Kehutanan serta kestabilan harga pangan dan Percepatan Pembangunan Perdesaan.

4) Peningkatan Akses dan Kualitas Pendidikan dan Kesehatan.

5) Penguatan Kualitas Demokrasi, Pemberantasan Korupsi, dan Percepatan Pelaksanaan Reformasi Birokrasi

6) Penguatan Kemampuan Pertanahan, dan Pemantapan Keamanan Dalam Negeri

7) Penanganan Bencana, Pengurangan Risiko Bencana, dan Penanggulangan Wabah Pandemi

8) Percepatan Pembangunan Infrastruktur dan Peningkatan Pengelolaan Energi

3.3.2. Prioritas Pembangunan Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD)

Tahun 2008

Selanjutnya dengan mengacu Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKP) tahun 2008 dan memperhatikan target kinerja agregat tahun 2008 yang tertuang pada Perda Nomor 8 Tahun 2005 tentang RPJMD 2006-2008,

maka Prioritas dan

fokus RKPD Tahun 2008 adalah sebagai berikut :

A. Prioritas Peningkatan kesalehan sosial dalam beragama

Untuk mendukung pencapaian kinerja agregat dalam rangka menekan angka rasio perceraian tahun 2008 menjadi 0,0025 persen, penurunan pemakai narkoba –2 persen serta indeks komposit kriminal sebesar 96 persen, maka prioritas Peningkatan kesalehan sosial dalam beragama difokuskan pada :

1. Peningkatan kualitas pendidikan agama dan keagamaan,

2. Peningkatan pendidikan budi pekerti sedini mungkin kepada

anak-anak

(23)

4. Pembinaan Kerukunan Hidup Umat Beragama melalui Optimalisasi Forum Kerukunan Antar Umat Beragama (FKAUB).

5. Peningkatan kesadaran masyarakat dalam membayar zakat, waqaf, infaq, shodaqoh serta peningkatan kualitas penataan dan pengelolaannya, peningkatan dan pengembangan sarana ibadah

B. Prioritas Peningkatan aksebilitas terhadap kualitas pendidikan

dan kesehatan

1. Peningkatan akses masyarakat terhadap pendidikan yang

berkualitas.

Untuk mendukung pemenuhan hak dasar pendidikan serta merealisasikan target kinerja agregat tahun 2008 yaitu Angka Buta Huruf penduduk umur 10-44 tahun menjadi 4,94 persen, angka partisipasi sekolah SD/MI 99,73 persen, SLTP/MTs 86,07 persen, SLTA/MA 64,39 persen, Rasio murid SMK terhadap murid SMU 0,71 persen, maka prioritas Peningkatan akses masyarakat terhadap pendidikan yang berkualitastahun 2008 difokuskan kepada : a. Penuntasan keaksaraan fungsional;

b. Peningkatan Angka Partisipasi Pendidikan Anak Usia Dini; c. Percepatan Penuntasan Wajib Belajar Pendidikan Dasar; d. Peningkatan Rasio jumlah siswa SMK dan SMU/MA; e. Peningkatan sertifikasi dan kualifikasi guru;

f. Fasilitasi rehab gedung Sekolah Rusak; g. Fasilitasi kesejahteraan guru;

h. Pengembangan kurikulum yang berorientasi pada pasar kerja dan

kebutuhan lokal

2. Peningkatan akses masyarakat terhadap pelayanan

(24)

Targer kinerja yang berkaitan dengan pemenuhan hak dasar kesehatan pada tahun 2008 adalah menekan Angka Kematian Bayi (AKB) 36,50 per 1000 kelahiran hidup, meningkatkan Angka Harapan Hidup (AHH) menjadi 67,75 tahun, menekan angka kematian ibu melahirkan sebesar 290 per 100.000 kelahiran hidup, prevalensi kurang gizi pada anak 18 persen dan persalinan oleh tenaga kesehatan 86 persen. Beberapa target kinerja tersebut telah terlampaui pada tahun 2006, yaitu AKB sudah mencapai 33 per 1000 kelahiran hidup. Namun demikian pencapaian tersebut akan terus ditingkatkan, oleh karena itu prioritas pembangunan tahun 2008 difokuskan pada :

a. Peningkatan kualitas pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak

b. Penanganan Masalah Gizi Kurang dan Gizi Buruk;

c. Fasilitasi dalam rangka revitalisasi Posyandu

d. Fasilitasi Pengembangan Desa Siaga

e. Pemerataan Penempatan Tenaga Medis

f. Peningkatan pemberantasan dan pencegahan penyakit menular g. Peningkatan kualitas sarana dan prasarana kesehatan Rumah

Sakit dan UPT Propinsi

h. Fasilitasi sarana dan prasarana kesehatan Kabupaten/Kota (pola cost sharing)

i. Peningkatan Ketersediaan Obat Generik Esensialdan Pengawasan

Obat, Makanan dan Keamanan Pangan

j. Peningkatan pencegahan penyalahgunaan narkotika, psikotropika dan zat adiktif (NAPZA)

C. Prioritas Penanggulangan kemiskinan, pengangguran, perbaikan

iklim ketenagakerjaan dan memacu kewirausahaan

(25)

Untuk mendukung pencapaian sasaran kinerja agregat tahun 2008 perupa penurunan prosentase penduduk miskin terhadap jumlah penduduk sebesar 15,90 persen, pemenuhan kebutuhan pangan (skor Pola Pangan Harapan) 79,7, maka prioritas Penanggulangan kemiskinan tahun 2008 difokuskan pada :

a. Peningkatan pertumbuhan ekonomi yang berkualitas

untuk mendukung penciptaan lapangan kerja, melaui

Pengembangan Industri yang berbasis kemampuan lokal

serta bersifat padat karya serta Pengembangan dan

penguatan ekonomi lokal melalui kebijakan

pengembangan klaster – klaster;

b. Percepatan Efektivitas program Gerdu Taskin, khususnya pada daerah tertinggal atau kantung-kantung kemiskinan;

c. Peningkatan Pengembangan Ekonomi Kawasan berbasis produk unggulan yang spesifik dan kompetitif;

d. Integrasi Program Penanganan Kemiskinan antar sektor,

antar pemerintahan maupun program-program inisiasi

masyarakat (termasuk swasta, Corporate Social

Responsibility);

e. PeningkatanPelaksanaan Program Anti Kemiskinan (APP);

f. Pemantapan Pelaksanaan Pemberdayaan Ekonomi

Masyarakat Perdesaan dalam rangka Jaring Pengaman

Ekonomi dan Sosial Masyarakat Perdesaan;

g. Peningkatan Fasilitasi pelayanan sosial dasar masyarakat

miskin;

h. Pemberian akta kelahiran gratis;

i. PeningkatanBantuan dana bergulir untuk usaha mikro;

2. Perbaikan iklim ketenagakerjaan :

(26)

0,056 dan Indeks Kecelakaan Kerja (2005 = 100) sebesar 96, peningkatan peranan APBD terhadap PDRB 1,45 persen, maka prioritas Perbaikan iklim ketenagakerjaan tahun 2008 difokuskan pada :

a. Peningkatan Penciptaan lapangan kerja formal maupun

informal melalui peningkatan pertumbuhan ekonomi yang

berkualitas serta fasilitasi memadai terhadap sektor riil. ;

b. Peningkatan kualitas dan produktifitas tenaga kerja

melalui pelatihan, magang tenaga kerja ke luar negeri.

c. Peningkatan kesejahteraan, pengawasan dan perlindungan tenaga kerja;

d. Peningkatan revitalisasi sarana dan prasarana peningkatan SDM untuk BLK dan meningkatkan kualitas dan kuantitas tenaga instruktur;

e. Peningkatan Pelaksanaan Job Market Fair (JMF) baik ditingkat Propinsi maupun Kabupaten/Kota;

f. Peningkatan pembudayaan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)

g. Inisiasi Program Tenaga Kerja Sukarela Pendamping

Kelompok Usaha Produktif.

h. Fasilitasi Perusahaan untuk Pengembangan Ekonomi

Masyarakat.

3. Peningkatan perlindungan dan kesejahteraan sosial

(27)

Peningkatan perlindungan dan kesejahteraan sosial tahun 2008 difokuskan pada :

a. Peningkatkan pemberdayaan PMKS, khususnya anak terlantar

dan anak jalanan, gelandangan, pengemis, gelandangan psikotik,

tuna susila, penyandang cacat dan kelompok rentan sosial

lainnya;

b. Peningkatan dan rehabilitasi sarana dan prasarana panti-panti

sosial;

c. Kesiapansiagaan dan tanggap darurat penanganan bencana

beserta korban bencananya.

4. Pembangunan kependudukan dan Keluarga Kecil Berkualitas

serta Pemuda dan Olahraga :

Untuk mewujudkan sasaran penurunan laju pertumbuhan penduduk 1% pada tahun 2008 serta sasaran sektor, maka prioritas Pembangunan kependudukan dan Keluarga Kecil Berkualitas

serta Pemuda dan Olahraga tahun 2008 difokuskan pada :

a. Peningkatan akses dan kualitas pelayanan KB bagi keluarga miskin serta keluarga kecil berkualitas,

b. Peningkatan persebaran dan mobilitas penduduk sesuai dengan daya dukung alam dan daya tampung lingkungan serta pemberdayaan ekonomi penduduk melalui transmigrasi;

c. Fasilitasi Resetlement bagi Penduduk korban bencana alam dan sosial.

d. Peningkatan penataan administrasi kependudukan dalam rangka penyelenggaraan sisten informasi administrasi kependudukan; e. Peningkatan produktivitas dan kewirausahaan pemuda

f. Peningkatan pembibitan atlet , pembinaan atlet berprestasi.

(28)

5. Peningkatan kualitas kehidupan dan peran perempuan serta

kesejahteraan dan perlindungan perempuan dan anak

Untuk mewujudkan meningkatnya kualitas kehidupan dan peran perempuan maupun kesejahteraan dan perlindungan anak, maka prioritas Peningkatan kualitas kehidupan dan peran

perempuan serta kesejahteraan dan perlindungan

perempuan dan anak tahun 2008 difokuskan pada :

a. Meningkatkan kualitas dan peran perempuan dalam pembangunan;

b. Peningkatan pemberdayaan perempuan untuk usaha ekonomi produktif.

c. Peningkatan perlindungan perempuan dan anak korban kekerasan serta traficking;

d. Peningkatan kesejahteraan dan perlindungan anak serta penghapusan bentuk-bentuk pekerjaan terburuk bagi anak;

e. Fasilitasi penguatan kelembagaan, jaringan pengarusutamaan

gender dan anak baik di propinsi maupun di Kabupaten/Kota.

D. Prioritas Percepatan pertumbuhan ekonomi yang

berkualitas, berkelanjutan dan pembangunan infrastruktur

(29)

Dalam rangka mempercepat pertumbuhan investasi di Jawa Timur dan meningkatkan kinerja perdagangan serta menumbuhkembangkan industri pariwisata, maka prioritas Peningkatan investasi, perdagangan dan pariwisata tahun 2008 difokuskan pada :

a. Pengembangan Investasi, Promosi, Pelayanan dan Pengawasan Pelaksanaan Investasi Yang berdaya saing.

b. Membangun sarana kantor bersama satu atap untuk urusan perijinan investasi di Jawa Timur.

c. Meningkatkan kuantitas dan kualitas sarana dan prasarana standar pelayanan publik.

d. Peningkatan dan pengembangan ekspor.

e. Peningkatan efisiensi perdagangan dalam negeri

f. Peningkatan perlindungan konsumen dan pengamanan perdagangan.

g. Pengembangan dan penerapan standarisasi

h. Meningkatkan dan menumbuhkan kembali potensi pariwisata yang telah berkembang, bersumber pada potensi yang belum berkembang, potensi alam dan budaya yang berwawasan lingkungan serta pelestarian budaya.

i. Meningkatkan pola pengembangan pariwisata melalui kerjasama Pariwisata Inti Rakyat (PIR).

j. Pemberdayaan usaha jasa Meeting Incentives Conference and

Exhibitions (MICE).

2. Peningkatan daya saing industri manufaktur :

Untuk dapat mamacu pertumbuhan industri di Jawa Timur dan meningkatkan daya saing industri manufaktur, maka prioritas Peningkatan daya saing industri manufaktur tahun 2008 difokuskan pada :

(30)

b. Penataan struktur industri.

c. Peningkatan nilai tambah industri berbasis sumber daya alam d. Peningkatan keterampilan SDM industri

e. Peningkatan standarisasi produk industri. f. Peningkatan kemampuan teknologi industri.

g. Peningkatan kemampuan manajemen pengelolaan industri.

h. Pemantapan dan pelestarian gardutaskin serta APP.

i. Meningkatkan kemitraan usaha industri potensial melalui pendekatan klaster.

j. Mengintegrasikan pembangunan industri di utara dan selatan Jawa Timur.

3. Revitalisasi Pertanian

Untuk mewujudkan peningkatan produksi pertanian, khususnya bahan pangan beras, dan peningkatan kesejahteraan petani nelayan yang diukur dengan meningkatnya NTP dan NTN (tahun 2000 = 100) dan Nilai Tukar Nelayan (NTN) sebesar ...., maka prioritas Revitalisasi Pertanian tahun 2008 difokuskan pada : a. Peningkatan Produksi Padi;

b. Peningkatan ketersediaan pangan, baik pangan hewani

maupun nabati;

c. Peningkatan keterjangkauan rumah tangga terhadap pangan;

d. Stabilitas harga pangan dalam upaya peningkatan pendapatan

petani;

e. Peningkatan efisiensi, produktivitas, produksi, daya saing dan

nilai tambah produk pertanian dan perikanan;

f. Peningkatan Kualitas Pertumbuhan Produksi Pertanian, Perikanan dan Kelautan, serta Kehutanan

g. Peningkatan Kualitas Pengelolaan dan pemanfaatan Hutan h. Peningkatan kemampuan petani dan nelayan melalui

(31)

4. Pemberdayaan koperasi, dan usaha mikro, kecil dan

menengah

Untuk mewujudkan pencapaian target tahun 2008 nilai tambah UKM dalam PDRB sebesar 64.00%, maka prioritas Pemberdayaan koperasi, dan usaha mikro, kecil dan

menengah tahun 2008 difokuskan pada :

a. Peningkatan Fasilitasi Kapitasi Koperasi, Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (KUMKM)

b. Peningkatan Penciptaan kewirausahaan baru. c. Optimasi sistem pendukung usaha bagi KUMKM d. Fasilitasi tata kelembagaan KUMKM

e. Peningkatan kemampuan manajemen pengelolaan UKMK

5. Peningkatan pengelolaan BUMD

Untuk mewujudkan meningkatnya kinerja, pelayanan dan PAD sebagai alternatif pembiayaan untuk mendukung strategi ganda pertumbuhan ekonomi dan hak-hak dasar masyarakat, maka prioritas Peningkatan pengelolaan BUMD difokuskan pada: a. Peningkatan Kinerja Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) dalam

konteks pertumbuhan sektor riil dan optimalisasi sumber penerimaan daerah.

6. Peningkatan Kemampuan Iptek

(32)

kreativitas, sistem pembinaan dan pengelolaan hak atas kekayaan intelektual, pengetahuan lokal, serta sistem standarisasi, maka Prioritas Peningkatan Kemampuan Iptek difokuskan pada : a. Pemeliharaan dan pengembangan sarana dan prasarana

Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK);

b. Peningkatan kemampuan sumber daya manusia untuk penguasaan teknologi informasi dan komunikasi;

c. Peningkatan kinerja penelitian dan pengembangan yang berorientasi pada permintaan dan kebutuhan masyarakat dan dunia usaha dan industri serta sebagai masukan dalam pembuatan kebijakan Pemerintah Daerah;

d. Peningkatan kapasitas dan kapabilitas IPTEK dengan memperkuat kelembagaan, sumberdaya dan jaringan IPTEK; e. Peningkatkan fasilitasi pemanfaatan Teknologi Tepat Guna

(TTG) dalam kehidupan masyarakat.

f. Pembangunan fasilitas teknologi informasi dan telekomunikasi di perdesaan (telecentre);

7. Percepatan pembangunan infrastruktur

Untuk mewujudkan terpenuhinya infrastruktur dasar dan infrastruktur ekonomi untuk mendukung pertumbuhan ekonomi tahun 2008 sebesar 6,10% dan pemenuhan hak-hak dasar masyarakat, Prioritas Percepatan pembangunan infrastruktur :

1. Sumber Daya Air difokuskan pada :

a. Pengembangan dan Pengelolaan jaringan irigasi dan jaringan pengairan lainnya;

b. Penyediaan dan pengelolaan air baku;

(33)

d. Pembangunan dan Rehabilitasi Prasarana Pengendali bencana alam banjir dan kekeringan;

e. Optimalisasi Penataan dan Perkuatan kelembagaan. 2. Transportasi difokuskan pada :

a. Peningkatan pelayanan angkutan serta kelancaran, ketertiban, keamanan dan keselamatan lalu lintas jalan secara komperhensif dan terpadu dari berbagai aspek (pengaturan, manajemen, rekayasa, pengendalian operasional, pembinaan dan penegakkan hukum, penanganan dampak kecelakaan dan daerah rawan kecelakaan, sistem informasi kecelakaan lalu lintas dan kelaikan sarana serta ijin operasional transportasi di jalan). b. Meningkatkan kualitas SDM LLAJ.

c. Peningkatan kualitas sarana dan prasarana jembatan timbang.

d. Peningkatan peralatan jembatan timbang kapasitas 80 ton. e. Peningkatan sistem informasi LLAJ.

f. Pengadaan dan penataan rambu lalu-lintas.

g. Meningkatkan peran angkutan perkeretaapian sebagai angkutan massal dan barang.

h. Meningkatkan koordinasi dan manajemen Dinas Perhubungan.

i. Meningkatkan keselamatan dan kualitas pelayanan serta pengembangan prasarana dan sarana angkutan sungai, danau dan penyeberangan.

j. Meningkatkan keselamatan dan kualitas pelayanan serta pengembangan prasarana dan sarana transportasi laut.

k. Mengembangkan dan meningkatkan angkutan perintis untuk daerah tertinggal.

(34)

m. Pembinaan SDM kebandarudaraan.

n. Memenuhi standart keamanan dan keselamatan penerbangan yang dikeluarkan oleh internasional civil aviation organitation.

o. Pengembangan prasarana transportasi udara.

p. Meningkatkan aksesibilitas serta tertib pelayanan pos dan telekomunikasi.

q. Penanganan seluruh ruas jalan dengan mengutamakan pemeliharaan rutin dan berkala.

r. meningkatkan daya dukung dan kapasitas jalan dan jembatan untuk mengantisipasi pertumbuhan lalu-lintas.

s. Membangun sistem jaringan jalan lintas Selatan dalam rangka pengembangan wilayah Selatan Jatim.

t. Membangun SURAMADU dalam rangka pengembangan wilayah.

u. Mendukung dan memfasilitasi pembangunan jaringan jalan bebas hambatan (tol) sebagai upaya mengatasi kemacetan lalu-lintas.

v. Membangun sistem jaringan jalan yang mendukung kawasan strategis potensial.

w. Mengembangkan rencana induk sistem jaringan jalan propinsi yang mengacu kepada kebjakan RTRW Prop. Jatim

x. Mendorong peran serta aktif masyarakat dan swasta untuk pembiayaan pembangunan prasarana jalan.

y. Melakukan tindakan segera dalam penanganan darurat akibat bencana alam.

3. Energi dan Ketenagalistrikan difokuskan pada:

(35)

b. Pembangunan ketenagalistrikan diarahkan pada pemenuhan kebutuhan tenaga listrik terutama daerah terpencil dan kepulauan melalui pengembangan infrastruktur jaringan dan penyediaan pembangkit listrik dari energi alternatif.

c. Perhitungan kebutuhan energi balance guna mengetahui penyediaan dan kebutuhan energi.

4. Perumahan dan Permukiman difokuskan pada:

a. Penyediaan rumah bagi masyarakat berpenghasilan rendah serta penyediaan prasarana permukiman di kawasan kumuh;

b. Peningkatan pemahaman peraturan jasa konstruksi dan pembinaan teknis pengelolaan/pembangunan gedung negara;

c. Pengembangan teknologi pembangunan bidang perumahan permukiman;

d. Peningkatan kinerja Pembangunan air minum dan air limbah;

e. Peningkatan kinerja pembangunan persampahan dan drainase;

f. Pengendalian pertumbuhan kota metropolitan dan kota-kota besar dalam suatu sistem wilayah dengan mempertimbangkan pembangunan yang berkelanjutan. g. Pengembangan kawasan.

E. Prioritas Optimalisasi pengelolaan sumber daya alam dan

pelestarian fungsi lingkungan hidup dan Penataan Ruang

1. Perbaikan pengelolaan SDA dan Pelestarian Fungsi

(36)

Untuk mewujudkan sasaran kualitas air sungai 15% terhadap parameter kunci dalam baku mutu, kualitas udara ambien diperkotaa 20% terhadap baku mutu udara ambien, pengendalian limbah B3 20% terhadap total potensi limbah B3 yang dihasilkan, lahan kritis Tahura R Soeryo 12.000 Ha, lahan kritis non Tahura R Soeryo 400.000 Ha, maka prioritas Perbaikan pengelolaan SDA dan Pelestarian Fungsi

Lingkungan Hidup serta Penataan Ruang tahun 2008 difokuskan pada :

a. Memperbaiki sistem pengelolaan sumberdaya alam dan lingkungan hidup termasuk meningkatkan pengawasan dan penegakan hukumnya;

b. Mengefektifkan sumber daya yang tersedia dalam pengelolaan hutan.

c. Membangun sistem pengendalian dan pengawasan dalam pengelolaan sumber daya pesisir dan laut, yang disertai dengan penegakan hukum yang ketat, serta meningkatkan upaya konservasi dan rehabilitasi dengan melibatkan masyarakat dan swasta.

d. Meningkatkan pengelolaan dan pelestarian kawasan kumuh perkotaan dan kawasan industri.

e. Meningkatkan peluang usaha pertambangan skala kecil; f. Meningkatkan nilai tambah dan pengendalian dalam

pemanfaatan bahan tambang dan air tanah, serta meningkatkan pelayanan dan informasi pertambangan; g. Peningkatan pemerataan pembangunan dengan percepatan

pembangunan dan pertumbuhan wilayah-wilayah tertinggal, strategis-cepat tumbuh dan perbatasan;

(37)

F. Prioritas Peningkatan ketentraman dan ketertiban,

supremasi hukum dan HAM

1. Peningkatan Rasa Saling Percaya dan Harmonisasi Antar

Kelompok

Untuk mewujudkan target kinerja tahun 2008 dalam hal penurunan indeks konflik antar nelayan 85, indeks perkelahian antar pelajar 97, indeks kerusuhan berlatarbelakang SARA 97, indeks kerusuhan berlatarbelakang politik 85, indeks pertikaian antar aparat keamanan 85, maka prioritas Peningkatan Rasa Saling Percaya dan Harmonisasi Antar Kelompok tahun 2008 difokuskan pada :

a. Peningkatan peran organisasi kemasyarakatan, keagamaan, LSM dalam membangun masyarakat sipil yang kokoh;

b. Peningkatan peran pemerintah sebagai fasilitator atau mediator dalam menjaga keamanan dan harmoni dalam masyarakat.

c. Memantapkan wawasan kebangsaan khususnya bagi

generasi muda.

2. Pengembangan Kebudayaan yang berlandaskan pada

Nilai-nilai Luhur

Untuk mewujudkan sasaran terciptanya pemantapan budaya daerah yang terwujud dalam setiap aspek kebijakan pembangunan dan peningkatan pelestarian dan pengembangan kekayaan budaya, maka prioritas Pengembangan Kebudayaan yang berlandaskan pada Nilai-nilai Luhur tahun 2008 difokuskan pada :

(38)

b. Meningkatkan apresiasi dan kecintaan masyarakat terhadap budaya daerah yang bersifat kasat mata maupun tidak kasat mata.

3. Peningkatan Keamanan, Ketentraman dan

Penanggulangan Kriminalitas.

Untuk mewujudkan target kinerja tahun 2008 dalam hal penurunan indeks korban kejahatan 99, indeks korban kekerasan 97, maka prioritas Peningkatan Keamanan, Ketentraman dan Penanggulangan Kriminalitas.

tahun 2008 difokuskan pada :

a. Peningkatan kemampuan mencegah, menangkal dan menindak kejahatan.

b. Optimalisasi profesionalisme aparat Satuan Polisi Pamong Praja

c. Antisipasi dan penanggulangan Bencana Alam. d. Pengamanan Pelaksanaan PILGUB.

4. Pengembangan Hukum dan HAM

Untuk mewujudkan sasaran terciptanya sistem hukum yang adil, konsekuen, dan tidak diskriminatif, terjaminnya konsistensi seluruh peraturan perundang-undangan, kelembagaan peradilan dan penegak hukum yang berwibawa, bersih, profesional, terkoordinasinya dan terharmonisasinya pelaksanaan produk hukum, maka prioritas Pengembangan Hukum dan HAM tahun 2008 difokuskan pada :

a. Penyelesaian perkara hukum

b. Fasilitasi penyusunan Rancangan Peraturan Daerah c. Koordinasi Pembaharuan Produk Hukum.

(39)

e. Peningkatkan Pelaksanaan Rencana Aksi Nasional (RAN) Hak Asasi Manusia (HAM).

G. Prioritas Revitalisasi proses desentralisasi dan otonomi

daerah melalui reformasi birokrasi dan peningkatan

pelayanan publik

1. Revitalisasi Proses Desentralisasi dan Otonomi Daerah

Untuk mewujudkan sasaran meningkatkan pelayanan publik, maka prioritas Revitalisasi Proses Desentralisasi dan Otonomi Daerah tahun 2008 difokuskan pada :

a. Penataan Organisasi Perangkat Pemerintah Propinsi

b. Pemantapan Kinerja berdasarkan Standar Pelayanan Publik c. Peningkatan kinerja kerjasama antar pemerintah daerah. d. Peningkatan kompetensi aparatur Pemerintah Daerah

e. Penatausahaan Keuangan Daerah dengan Prinsip-prinsip efektif, efisien, transparan dan akuntabel.

f. Peningkatan kapasitas keuangan daerah berdasarkan pada prinsip-prinsip transparansi, akuntabilitas, dan profesionalisme.

g. Fasilitasi Bantuan Pemerintah Propinsi Jawa Timur untuk pemerataan kesejahteraan masyarakat.

2. Penciptaan Tata Pemerintahan Yang Bersih dan

Bertanggung Jawab

Untuk mewujudkan sasaran rasio jumlah dan besar kerugian negara terhadap APBD 0,320 persen, maka prioritas Penciptaan Tata Pemerintahan Yang Bersih dan Bertanggung Jawab

tahun 2008 difokuskan pada:

(40)

b. Optimalisasi pengembangan dan pemanfaatan e-Government dalam penyelenggaraan pemerintahan;

c. Peningkatan kualitas pelayanan publik.

3. Perwujudan Kelembagaan Demokrasi Yang Makin Kokoh

Pemerataan :

Untuk mewujudkan sasaran meningkatnya efektivitas Peraturan Daerah yang dihasilkan dan meningkatnya penanganan pengaduan di DPRD Jawa Timur, maka prioritas Perwujudan Kelembagaan Demokrasi Yang Makin Kokoh Pemerataan

tahun 2008 difokuskan pada :

a. Peningkatan apresiasi aparatur terhadap dinamika politik b. Peningkatan partisipasi masyarakat dalam rangka

demokratisasi

Referensi

Dokumen terkait

Perbedaan penggunaan bahan sumber kalsium berupa kapur dan kulit kerang tidak berpengaruh terhadap bobot cangkang yang dihasilkan, sebab jumlah konsumsi ransum dalam penelitian

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pembelian merupakan salah satu fungsi yang penting dalam berhasilnya operasi suatu perusahaan dalam suatu proses bisnis yang

Untuk mengetahui asiditas air, maka metode yang digunakan, yaitu metodde titrasi, karena asiditas, maka menggunakan NaOH 0,1 N (basa kuat) sebagai titrannya. Pada proses

Konversi atau renovasi pusat pemanasan yang ada mungkin menjadi penting pemanasan yang ada mungkin menjadi penting dengan konsumen yang baru bergabung, yang akan meningkatkan

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh penggunaan komposit tepung kentang dengan prosentase yang berbeda 100%, 90%, dan 80% terhadap

Analisis Shift-share adalah analisis yang digunakan untuk melihat kesempatan kerja nyata di Kabupaten Bangli yang dipengaruhi oleh laju pertumbuhan kesempatan kerja

Tujuan penelitian yang dilakukan adalah untuk mengidentifikasi dan menganalisis kebutuhan akan sistem informasi akuntasi dari segi proses, prosedur, maupun dokumen

Adapun hipotesis dalam penelitian ini adalah penggunaan metode snowball throwing dapat meningkatkan prestasi belajar siswa dan pencapaian KKM mata pelajaran IPS materi