• Tidak ada hasil yang ditemukan

Anggota Gereja GKKS [1]

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Anggota Gereja GKKS [1]"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

Anggota Gereja GKKS[1]

Sebagai orang percaya, perlukah kita bergereja dengan menetap di suatu gereja? Bolehkah kita berpindah-pindah gereja dengan memilih pembicara yang membuat kita bisa bertumbuh? Tentunya jawaban terhadap pertanyaan ini bisa berbeda-beda. Ada yang menjawab

perlu , ada yang tidak

, ada yang

lihat-lihat dulu kondisinya

. Semua jawaban memang bisa benar, tergantung dari pertimbangan apa yang menjadi landasan jawaban tersebut. Tapi kebenaran seharusnya kita lihat secara

utuh

, bukan secara partial (bagian per bagian).

Dengan dasar pemahaman, bahwa gereja merupakan kumpulan orang-orang percaya (ekklesia ), maka kita tidak boleh menganggap, bahwa yang namanya gereja hanya gerejaku, yang namanya saudara seiman hanya orang-orang di gerejaku, semua yang di luar gedung dan organisasi gerejaku adalah bukan gereja. Alkitab menegaskan, bahwa semua orang percaya yang telah lahir baru dan bertobat adalah saudara seiman dimanapun atau apapun gerejanya. Dengan dasar pemahaman seperti ini kita boleh saja pergi ke gereja lain yang bukan gereja kita (asal bukan gereja sesat), tapi bukan untuk berkeliling cari pembicara atau suasana yang

memuaskan kita, melainkan karena alasan tertentu yang tidak memungkinkan ke gereja dimana kita bertumbuh dan beribadah, misalkan kita keluar kota atau ke negara lain.

Bila gereja dalam pengertian sebagai anggota tubuh Kristus yang saling melengkapi satu dengan yang lain, maka kita perlu untuk menetap di suatu gereja. Mengapa demikian? Karena bergereja tidak sama dengan orang yang nonton sepak bola atau nonton bioskop. Kita datang ke bioskop untuk dihibur dan dipuaskan, setelah itu kita pulang. Kita tidak punya tujuan untuk mau mengenal orang-orang yang hadir di bioskop, kita tidak punya tujuan untuk mau saling menolong dan melengkapi dengan mereka, kita juga tidak punya rasa persaudaraan dengan mereka. Namun bila kita ke gereja (lokal) kita masuk dalam sebuah keluarga ilahi, yang telah dipersatukan oleh darah Kristus, kita adalah

(2)

seiman yang wajib belajar untuk saling mengenal, mengasihi, menolong, melengkapi dalam pertumbuhan iman. Dengan menetap di satu gereja yang benar, kita mengalami pembinaan yang lebih terarah dan berkelanjutan (continuitas), serta persekutuan yang lebih realistis di antara anak-anak Tuhan.

Untuk menjadi anggota dalam satu gereja (lokal), kita juga perlu melihat kondisi gereja yang kita hampiri. Apakah gereja itu mengajarkan ajaran yang benar sesuai dengan prinsip Firman Tuhan, apakah jemaat benar-benar mendapatkan makanan yang sehat melalui pemberitaan Firman Tuhan secara berkesinambungan yang Alkitabiah, apakah majelis di gereja tersebut menjalankan tugas dengan bertanggung jawab, apakah pengelolaan keuangan di gereja tersebut benar-benar jujur dan dapat dipertanggung jawabkan sesuai dengan prinsip Alkitab. Bila di gereja tersebut mengajarkan hal yang sesat dan majelisnya tidak bertanggung jawab dalam mengelola gerejanya, maka sebaiknya kita tidak bergereja di gereja tersebut, karena ajaran yang sesat jelas bukan hakekat dari gereja Tuhan.

Kita mau menetap di sebuah gereja (lokal) bukan karena gereja itu sempurna, bukan karena kita tahu pendetanya maha baik, bukan karena majelisnya tidak ada cacat, bukan karena tidak ada kelemahan disana-sini, tetapi karena di gereja tersebut kita dapat bertumbuh dengan sehat, kita bukan hanya menerima berkat, tetapi juga dapat membagi berkat, gereja tersebut mau belajar menjalankan perannya dengan bertanggung jawab sesuai dengan prinsip Firman Tuhan.

<!-- /* Style Definitions */ p.MsoNormal, li.MsoNormal, div.MsoNormal {mso-style-parent:""; margin:0cm; margin-bottom:.0001pt; mso-pagination:widow-orphan; font-size:12.0pt; font-family:"Times New Roman"; mso-fareast-font-family:"Times New Roman";

mso-ansi-language:IN;} @page Section1 {size:612.1pt 33.0cm; margin:72.0pt 72.1pt 36.0pt 89.85pt; mso-header-margin:36.0pt; mso-footer-margin:36.0pt; mso-paper-source:0;} div.Section1 {page:Section1;} -->

Meskipun masih ada kelemahan disana-sini, tidak ada alasan bagi kita untuk tidak mau menetap di sebuah gereja, apalagi kalau alasannya kita hanya ingin mencari pembicara yang memuaskan kita atau alasan yang sangat subyektif, misalkan karena tidak suka dengan orang tertentu. Bergereja yang benar adalah membina relasi dengan saudara seiman, belajar bekerja sama, saling membangun, menasehati, menghibur, menerima satu dengan yang lain (dalam

(3)

kelebihan dan kekurangan masing-masing), karena kita semua telah dipersatukan dalam darah Kristus.

Kenikmatan mendengarkan pengkotbah favorit dengan terus menerus berkeliling gereja, tidak mungkin membuat kita dapat bertumbuh dengan sehat. Pertumbuhan itu merupakan

pertumbuhan semu yang hanya menyentuh segi emosi atau intelektual kita yang memberikan kepuasan dan kenikmatan sementara yang egoistik. Kita hidup bukan untuk menerima berkat saja, tetapi supaya hidup kita jadi berkat. Bukan hanya jadi berkat dalam ukuran materi saja, tetapi juga jadi berkat dalam pertumbuhan relasi yang nyata sebagai anak-anak Tuhan dengan Tuhan sendiri serta anak Tuhan dengan sesama anak Tuhan yang saling melengkapi dan membangun satu dengan yang lain.

Sebaliknya menetap disatu gereja bisa juga menimbulkan kebosanan dan bahkan kejenuhan dan yang lebih dari itu adalah perselisihan, kebencian dan dendam terhadap orang-orang yang pernah menyakiti kita dan melakukan hal yang tidak kita sukai. Rasa sakit hati dan benci yang sangat dalam, dapat membuat seseorang mengambil keputusan drastis untuk meninggalkan gereja setempat dan berpindah ke gereja lain. Langkah ini bisa merupakan salah satu bentuk balas dendam secara tidak langsung dan pasif. Tuhan menghendaki kita untuk tidak

menyimpan kebencian atau dendam jika ada orang yang menyakiti hati kita.

Jika ada sikap saling menyakiti bukan hal mengejutkan dan rahasia lagi dalam setiap gereja Tuhan. Hal itu tidak mungkin dapat dihindari, karena gereja meskipun kumpulan anak-anak Tuhan yang sudah diperbaharui hidupnya, tetapi sekaligus juga yang masih sebagai orang yang berdosa dan belum sempurna (de facto).

Masalah yang cukup penting dalam bergereja adalah bagaimana kita belajar menghadapi ketidak sempurnaan tersebut dengan hati yang makin bijaksana dan mau tunduk kepada kebenaran Firman Tuhan sebagai hal yang lebih utama dari pada sekedar membela keakuan, gengsi dan pendapat kita yang subyektif.

Hal yang positif adalah memandang orang yang melawan atau menyakiti kita sebagai suatu cara yang Allah pakai untuk membentuk kita agar mau belajar merendahkan diri, memikul salib dan menyangkal diri dalam mengikut Kristus. Gereja adalah tempat dimana kita diproses dan di didik

untuk mau belajar dari Tuhan melalui berbagai macam kondisi, baik melalui keadaan berselisih atau berdamai, dalam keadaan menyenangkan atau menyedihkan, dalam keadaan sehati

(4)

ataupun pendapat yang berbeda-beda atau bahkan bertentangan, namun tetap berorientasi pada kasih dan pengorbanan

Kristus.

Maka itu anak Tuhan yang mau mengerti arti bergereja, harus belajar menerapkan kasih Tuhan secara nyata melalui proses interaksi yang mungkin saling bergesekan dan berselisih paham. Melalui hal-hal seperti itu setiap anak Tuhan justru dididik (dibentuk) bagaimana belajar hidup makin dewasa, belajar berjiwa besar, mau merendahkan diri, belajar makin mengenal dan menerima berbagai perbedaan pendapat dan melihat semua ini merupakan suatu proses pendidikan bagi anak-anak Tuhan dalam belajar menerapkan kebenaran Firman Allah, dalam hidup bersama, saling mengasihi dan membangun sebagai sesama anak-anak Tuhan. Bila tidak pernah ada konflik, damai yang saat ini dialami hanya damai yang semu dan tidak teruji.

Alkitab menyatakan, bahwa perpecahan di gereja bisa diijinkan Tuhan demi kebaikan juga, dalam arti untuk menguji mana yang benar dan tidak benar (bnd. 1Kor 11:19). Di gereja tidak semuanya otomatis benar, bahkan di gerejalah Iblis bekerja dengan giatnya untuk sedapat mungkin merusak pekerjaan Allah. Alkitab menubuatkan, bahwa pada zaman akhir akan bermunculan Mesias palsu, nabi palsu, rasul palsu serta guru-guru palsu yang akan menipu dan menyesatkan banyak orang (Mat 7:15, 24:24, 2Pet 2:1, 2Kor 11:13).

Kebiasaan keliling gereja biasanya disebabkan karena ketidak cocokan, ketidak puasan dan kecewa karena tidak mendapat apa-apa. Pernyataan, bahwa gereja tidak memberi pengajaran apa-apa, mungkin benar, jika gereja tersebut memang tidak mengajarkan hal kebenaran. Tetapi mungkin juga kata-kata itu dilatar belakangi oleh spirit yang selalu menuntut untuk diri

dipuaskan dan menerima apa yang sesuai dengan keinginannya dan seleranya sendiri. Dia tidak mencari gereja yang memberitakan kebenaran, tetapi yang cocok dengan dirinya; dia tidak belajar untuk memberi dan jadi saluran berkat, tetapi terus menuntut diri untuk bisa menerima; tidak mau belajar untuk melayani, tetapi minta untuk dilayani; tidak mau belajar membangun orang lain, tetapi selalu menjatuhkan; tidak mau belajar menghargai orang lain, tetapi selalu minta dihargai, diutamakan, dipuji-puji, bahkan sampai minta dirajakan atau dituhankan; dia tidak mau mencari potensi positif yang ada di gereja untuk dikembangkan bersama, tetapi melulu mengomel melihat kelemahan yang ada di gereja.

Apa yang seharusnya menjadi motifasi orang datang ke gereja? Dia datang ke gereja adalah untuk menyembah TUHAN, untuk mempersembahkan diri kepada Tuhan, untuk memuliakan TUHAN, untuk belajar dibentuk, diajar, ditegur oleh firman Tuhan, dan mau melakukan dalam kehidupannya sehari-hari, sehingga mengalami pertumbuhan yang sehat dalam kehidupannya sebagai anak Tuhan. Dia harus mau belajar menyangkal diri, memikul salib, siap diutus sebagai

(5)

prajurit Kristus yang taat pada perintah komandannya.

Memang manusia itu condong bosan dan merasa diri tidak mendapat apa-apa karena setiap hari sudah mendapatkan hal yang sama. Contoh, bangsa Israel pada waktu di padang gurun, selalu mendapat makanan “manna” gratis dari langit setiap hari, tapi setelah mereka mengalami hal itu setiap hari, akhirnya mereka merasa tidak mendapat apa-apa dari TUHAN. Berkat yang setiap hari kita alami, akhirnya kita tidak lagi merasa itu sebagai berkat, bahkan kita merasa tidak pernah mendapat apa-apa yang berharga dalam hidup kita.

Bagaimana mungkin kita tidak mendapat apa-apa di gereja, padahal setiap minggu firman Tuhan diberitakan, pada waktu katekisasi diberikan pelajaran tentang iman Kristen yang berbobot sampai 4 bulan (16x pertemuan), pada waktu mau menikah diberi bimbingan sampai 8 kali pertemuan selama kurang lebih 3-4 bulan, melalui REFF (Reformed Evangelical Family Fellowship) diberi kesempatan untuk belajar firman dalam kelompok (bisa datang tiap hari kamis), bila ada yang ingin belajar Alkitab secara lebih serius telah tersedia STRIS, bila ada yang sakit diupayakan untuk dibesuk dan didoakan, bila ada yang membutuhkan pelayanan secara pribadi, dapat menghubungi hamba Tuhan untuk mengadakan percakapan secara pribadi, bila jenuh karena terlalu banyak menerima masukan, diberi kesempatan untuk melayani dan menjadi saluran berkat dsb.

Yang kita tidak boleh lupa adalah strategi iblis yang selalu ingin menghancurkan pekerjaan Tuhan dengan memecah belah anak-anak Tuhan. Yang paling banyak terjadi di gereja adalah perselisihan diantara anak-anak Tuhan. Perselisihan itu bisa terjadi karena salah paham, bisa karena iri hati, bisa karena kecewa, bisa karena tidak dipuaskan, bisa karena kurang perhatian, bisa karena harga diri, bisa karena merasa difitnah, bisa karena kesepian, merasa ditolak dll. Yang jelas apapun alasannya, yang penting kita tidak usah menyalahkan lingkungan kita. Alkitab berkata, bila kita sungguh-sungguh bertekun dalam jalan Tuhan, maka kita tidak akan pernah tersandung (2Pet 1:10), bila kita membina relasi yang hidup dan benar dengan Tuhan, kita pasti berbuah. Jadi kalau yang dihasilkan adalah kebencian, kemarahan, dendam, sakit hati, tersinggung dll, maka yang perlu kita periksa adalah HPDT (hubungan pribadi dengan Tuhan). Bila kita mempunyai HPDT yang benar, maka kita bukan diombang-ambingkan oleh lingkungan, tetapi kita yang mempengaruhi lingkungan.

(6)

Pdt. Ir. Andi Halim, S.Th.

[1] Gereja Keliling Keliling Surabaya

Referensi

Dokumen terkait

Auditor sistem manajemen lingkungan dibutuhkan untuk mengevaluasi keefektifan implementasi sistem manajemen lingkungan perusahaan yang merupakan kegiatan mandiri, sistematis

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan nikmat kesehatan dan kesempatan sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi yang berjudul “Analisis Penentu Sektor

Nama Field Jenis Panjang Keterangan KodeBrg Varchar 5 Kode barang NamaBrg Varchar 20 Nama Barang Satuan Varchar 1 1=KG 2=Ton 3=Liter 4=Kubik Master Pengelola

1) Jumlah agregat depresiasi, deplesi, dan beban amortisasi untuk setiap segmen pelaporan. 2) Jumlah pengeluaran modal untuk setiap segmen industri pelaporan. 3) Jumlah investasi

Sampai akhir Februari 2020 kemajuan fisik mencapai 20% dan realisasi keuangan 0,94%. Pengembangan Marka SNAP untuk Seleksi Ketahanan Pisang Terhadap Layu Fusarium

Kierkegaard'a başlangıçtan itibaren daha sempatik davran­ mayı seçen diğerleri ise; örneğin Korku ve Titreme’nin nihaye­ tinde bir takma adın eseri olduğu ve

Bagi Gereja-gereja di Indonesia, paradigma misi ekumenis adalah paradigma misi yang relevan bukan hanya karena sebagian besar Gereja-gereja Indonesia menjadi

Sementara bila guru SLB mendapatkan derajat PWB yang rendah, maka perilakunya adalah kecewa dengan diri sendiri, kurang mampu menjalin hubungan yang hangat dan penuh