• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

4 BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kelapa Sawit

Kelapa sawit merupakan tanaman monokotil yaitu batangnya tidak mempunyai kambium dan tidak bercabang. Batangnya lurus, berbentuk bulat panjang dengan diameter 25-75 cm (Sunarko 2007). Batang berfungsi sebagai penyangga tajuk serta menyimpan dan mengangkut bahan makanan. Tanaman yang masih muda batangnya tidak terlihat karena tertutup oleh pelepah daun. Pertambahan tinggi batang terlihat jelas setelah tanaman berumur 4 tahun. Tinggi batang bertambah 25-45 cm/th. Pertambahan tinggi batang dapat mencapai 100 cm/th jika kondisi lingkungan sesuai. Tinggi maksimum yang ditanam di perkebunan antara 15 sampai 18 m, sedangkan yang di alam mencapai 30 m. pertumbuhan batang tergantung pada jenis jenis tanaman, kesuburan lahan, dan iklim setempat (Wardiana et al. 2003).

2.1.2 Klasifikasi Tanaman Kelapa Sawit Klasifikasi tanaman kelapa sawit adalah: Divisi : Spermatophyta

Klas : Angiospermae

Sub kelas : Monocotyledonae Ordo : Palmales

Famili : Palamaceae Genus : Elaeis

Spesies : Elaeis guineensis Jacq.

2.1.3 Sejarah Kelapa Sawit

Kelapa sawit sejatinya bukan asli tanaman Indonesia. Bermula dari 4 biji kelapa sawit, yang sebenarnya asli dari Afrika tersebut dan dibawa oleh orang Belanda ke Indonesia dan ditanam di Kebun Raya Bogor pada tahun 1848. Karena tanaman tersebut tumbuh subur dan setelah dicoba di beberapa daerah

(2)

5

bisa tumbuh dengan baik maka sejak 1910 kelapa sawit dibudidayakan secara komersial dan luas di Sumatera. Hingga tahun 1980-an luas pertanaman kelapa sawit Indonesia baru sekitar 200.000-an ha dan kebanyakan adalah tanaman warisan Pemerintah Colonial Belanda (Supriyono, 2017).

2.2 Gulma

Gulma merupakan tumbuhan yang tidak berguna atau merugikan tanaman yang lain. Namun demikian, pengertian gulma biasanya berbeda menurut pandangan masing-masing orang. Suatu jenis tumbuhan mungkin dianggap gulma bagi seseorang disuatu tempat, tetapi merupakan tanaman penting di tempat lain. Gulma sebagai tumbuhan yang bertumbuh ditempat-tempat atau pada waktu yang dianggap tidak diperlukan. Berdasarkan definisi tersebut, program pengendalian gulma harus memperhatikan situasi tetang status tumbuhan tersebut (Sembel, 2010).

Banyak jenis gulma yang kita miliki. Apabila dikaitkan dengan budidaya tanaman, paling tidak ada 250 jenis yang selama ini dianggap mengganggu manusia pada proses budidaya tanaman. Gangguan yang disebabkan oleh gulma ini antar lain berupa persaingan antara gulma dan tanaman dalam memanfaatkan sarana tumbuh yang ada (seperti hara, air, cahaya dan ruang tumbuh) atau gulma tersebut menjadi inang hama dan penyakit tanaman. Disamping itu, kehadiran gulma dalam suatu areal budidaya tanaman dapat mengganggu proses produksi seperti pengawasan, pemupukan dan pemanenan (Sembodo, 2010).

2.2.1 Klasifikasi Gulma

Klasifikasi gulma dapat dilakukan dengan berbagai cara. Misalnya, gulma dapat dibedakan berdasarkan sifat-sifat morfologi, siklus hidup, habitat (tempat tumbuhnya), ataupun berdasarkan pengaruhnya terhadap tanaman perkebunan (Barus, 2003).

(3)

6 2.2.2 Berdasarkan Morfologi Gulma

Berdasarkan sifat morfologinya, gulma dapat dibedakan menjadi gulma berdaun sempit (grasses), gulma teki-tekian (sedges), gulma berdaun lebar (broad leaves), dan gulma pakis-pakisan (ferns) (Barus, 2003).

a. Gulma Berdaun Sempit (Grasses)

Gulma berdaun sempit memiliki ciri khas sebagai berikut: daun menyerupai pita, batang tanaman beruas-ruas, tanaman tumbuh tegak atau menjalar, dan memiliki pelepah serta helai daun.

b. Gulma Teki-Tekian (Sedges)

Gulma jenis teki-tekian mirip dengan gulma berdaun sempit, namun memiliki batang berbentuk segitiga.

c. Gulma Berdaun Lebar (Boad Leaves)

Pada umumnya, gulma berdaun lebar merupakan tumbuhan berkeping dua, meskipun ada juga yang berkeping satu. Gulma berdaun lebar memiliki ciri-ciri bentuk daun melebar dan tanaman tumbuh tegak atau menjalar.

d. Gulma Pakis-Pakisan (Ferns)

Gulma jenis pakis-pakisan (ferns) pada umumnya berkembang biak dengan spora dan berbatang tegak atau menjalar.

2.2.3 Berdasrakan Siklus Hidup Gulma

Bedasrkan siklus hidupnya, gulma dapat dibedakan menjadi gulma semusim (annual weeds), gulma dua musim (biannual weeds), dan gulma tahunan (perennial weeds) (Barus, 2003).

(4)

7 a. Gulma Semusim (Annual Weeds)

Siklus hidup gulma semusim mulai dari kecambah, berproduksi, sampai akhirnya mati berlangsung sampai satu tahun. Pada umumnya, gulma semusim mudah dikendalikan, namun pertumbuhannya sangat cepat karena produksi biji sangat banyak. Oleh karena itu, pengendalian gulma semusim memerlukan biaya yang lebih besar.

b. Gulma Dua Musim (Biannual Weeds)

Siklus hidup gulma dua musim lebih dari satu tahun, namun tidak lebih dari dua tahun.Pada tahun pertama gulma ini menghasilkan bentuk roset, pada tahun kedua berbunga, menghasilkan biji, dan akhirnya mati. Pada periode roset, gulma jenis ini pada umunya sensitif terhadap herbisida.

c. Gulma Tahunan (Perennial Weeds)

Siklus hidup gulma tahunan lebih dari dua tahun dan mungkin tidak terbatas (menahun). Jenis gulma ini kebanyakan berkembang biak dengan biji, meskiun ada juga yang berkembang biak secara vegetati. Gulma tahunan dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan. Misalnya, pada musim kemarau jenis gulma ini seolah-olah mati karena ada bagian yang mongering, namun bila ketersediaan air cukup, gulma akan segera bersemi kembali.

2.2.4 Berdasarkan Habitat Tumbuh Gulma

Berdasrkan habitatnya, gulma dapat dibedakan menjadi gulma air (aquatic weeds), dan gulma daratan (terestrial weeds) (Barus, 2003).

a. Gulma Air (Aquatic Weeds)

Pada umumnya, gulma air tumbuh di air, baik mengapung, tenggelam, ataupun setengah tenggelam. Gulma air dapat berupa gulma berdaun sempit, berdaun lebar, ataupun teki-tekian.

(5)

8 b. Gulma Daratan (Terestrial Weeds)

Gulma daratan tumbuh di darat, antara lain di tegaan dan perkebunan. Jenis gulma daratan yang tumbuh di perkebunan sangat tergantung pada jenis tanaman utama, jenis tanah, iklim dan pola tanam.

2.2.5 Berdasarkan Pengaruhnya Terhadap Tanaman Perkebunan

Berdasarkan pengaruhnya terhadap tanaman perkebunan, gulma dibedakan menjadi gulma kelas A, B, C, D, dan E (Barus, 2003).

a. Gulma Kelas A

Gulma yang digolongkan ke dalam kelas A adalah jenis-jenis gulma yang sangat berbahay bagi tanaman perkebunan sehingga harus diberantas secara tuntas.

b. Gulma Kelas B

Gulma yang digolongkan sebagai gulma kelas B adalah jenis-jenis gulma yang merugikan tanaman perkebunan sehingga perlu dilakukan tindakan pemberantasan atau pengendalian.

c. Gulma Kelas C

Gulma yang digolongkan ke dalam gulma kelas C adalah jenis- jeins gulma atau tumbuhan yang merugikan tanaman pekebunan dan memerlukan tindakan pengendalian, namun tindakan pengendalian tersebut tergantung ada keadaan, misalnya ketersediaan biaya, atau mempertimbangkan nilai estetika (kebersihan kebun).

d. Gulma Kelas D

Gulma yang digolongkan sebagai gulma kelas D adalah jeins-jenis gulma yang kurang merugikan tanaman perkebunan, namun tetap memerlukan tindakan pengendalian.

(6)

9 e. Gulma Kelas E

Gulma yang di golongkan ke dalam gulma kelas E adalah jeins-jenis gulma yang pada umumnya bermanfaat bagi tanaman perkebunan karena dapat berfungsi sebagai pupuk hijau. Gulma kelas E dibiarkan tumbuh menutupi gawangan tanaman, namun tetap memerlukan tindakan pengendalian jika pertumbuhannya sudah menutupi piringan atau jalur tanaman.

2.3 Putri Malu (Mimosa pudica L.)

Gambar 2.3 Gulma putri malu (M. pudica L) Sumber : Dharmawan, 2019

Putri malu (Mimosa pudica L.) merupakan gulma umum pada areal pembibitan, areal tanaman muda dan kurang dominan pada areal tanaman menghasilkan. Gangguan yang ditimbulkannya adalah menimbulkan kesulitan dalam pemeliharaan dan panen karena durinya yang tajam dapat melukai karyawan dan efek persaingan (Usman, 1986).

2.3.1 Klasifikasi

Klasifikasi tanaman mangga adalah sebagai berikut : Kingdom : Plantae

Division : Tracheophyta

Class : Magnoliopsida

(7)

10

Family : Fabaceae

Genus : Mimosa L.

Species : Mimosa pudica L.

2.3.2 Morfologi a. Akar

Putri malu atau sikejut mempunyai akar pena yang sangat kuat berbeda dengan akar-akar tanaman-tanaman lainnya, jika kita cabut langsung terangkat seluruh akar-akar nya. Akan tetapi lain halnya dengan akar tanaman putri malu, untuk mencabuti nya kita memerlukan suatu alat yang khusus agar semua akar-akar nya tercabut.

b. Batang

Tumbuh merayap tersebar diatas tanah, miring atau tegak, tingginya 30-150 cm; ditumbuhi bulu-bulu agak panjang dan duri keras yang membungkuk; warnanya hijau bercorak ungu; keras/kuat dan bercabang banyak.

c. Daun

Daun menyirip ganda (bipinnatus) dengan empat atau dua pasang sirip yang tersusun diujung ibu tangkai daun; ibu tangkai daun berbulu halus dan tidak berduri, panjangnya 2-3 cm; di dekat pangkal ibu tangkai terdapat sepasang pemumpu panjangnya kurang lebih 5 mm; daun sangat peka tehadap sentuhan.

d. Anak Daun

Mempunyai 5-26 pasang helai daun kecil (kebanyakan sepuluh sampai dua puluh pasang).

e. Helai Daun

Berbentuk bulat panjang, tepinya berwarna ungu dan berbulu, ukurannya 6-16 mm dan 1,5-3 mm lebar, tidak bertangkai.

(8)

11 f. Kepala Bunga

Berbentuk bulat dan padat warnanya merah jambu; satu atau dua sampai empat kepala bunga tumbuh dari ketiak daun; tangkainya berwarna ungu pucat berambut, panjangnya 2-3,5 cm sewaktu bunga kembang dan kemudian memanjang menjadi 4-5 cm.

g. Satu Bunga

Kelopak tidak ada atau sangat kecil; daun mahkta berdekatan satu sama lain (gampetalous) 1,5-2 mm panjangnya, berwarna merah jambu; kepala sari berwarna kuning.

h. Buah Polong

Tersusun agak rapat berupa karangan di ujung tangkai, jumlah polong beragam.

i. Satu Polong

Berbentuk garis dengan parit-parit diantara biji-biji, panjangnya 1-2 cm dan lebarnya 4 mm; sepanjang kampuh yaitu garis pembelahan polong (suture) terdapat bulu-bulu panjang agak tegar berwarna ungu pucat.

2.3.3 Habitat

Tumbuhan putri malu (Mimosa pudica L.) membutuhkan kondisi lingkungan yang sesuai untuk dapat tumbuh dengan baik. Tanaman ini dapat didaerah yang beriklim tropis seperti Indonesia dengan ketinggian 1-1200 m di atas permukaan laut. Putri malu (M. pudica L.) biasanya tumbuh merambat atau kadang berbentuk seperti semak dengan tinggi antara 0,3-1,5 m. Putri malu (M. pudica L.) biasa tumbuh liar di pinggir jalan atau ditempat-tempat terbuka yang terkena sinar matahari (Faridah, 2007).

(9)

12 2.4 Mangga (Mangifera indica L.)

Gambar 2.4 Tanaman mangga (M. indica) Sumber : Dharmawan, 2019

Mangga atau mempelam adalah nama jenis buah, demikian pula nama pohonnya. Mangga termasuk ke dalam marga Mangifera, yang terdiri atas 35-40 anggota, dan suku Ancardiaceae. Nama ilmiahnya Mangifera indica (Supriatna, 2010).

Mangga berasa dari sekitar perbatasan India dan Burma, dan telah menyebar ke Asia Tenggara sekitar 1500 tahun yang silam. Buah ini dikenal pula dalam berbagai bahasa daerah, seperti pelem atau poh (Jawa) (Supriatna, 2010).

Mangga merupakan tanaman buah semusim, sehingga secara alamiah dalam satu tahun hanya berproduksi sekali. Oleh karena itu, tanaman mangga harus dirawat sebaik mungkin agar hasilnya yang hanya satu tahun sekali dapat berhasil secara maksimal (Sutarto, 2010).

Nama buah ini berasal dari malayalam manga. Kata ini di Indonesiakan menjadi mangga; dan pada pihak lain, kata ini di bawa ke Eropa oleh orang-orang Portugis dan diserap menjadi manga (bahasa Portugis), mango (bahasa

(10)

13

Inggris) dan lain-lain. Nama ilmiahnya sendiri kira-kira mengandung arti: “pohon yang berbuah mangga, berasal dari India” (Supriatna, 2010).

2.4.1 Klasifikasi Mangga

Klasifikasi botani tanaman mangga adalah sebagai berikut: Kingdom : Plantae Devisi : Spermatophyta Class : Dicotylendonae Ordo : Anarcardiales Famili : Anarcardiaceae Genus : Mangifera

Spesies : Mangifera indica L.

2.4.2 Botani dan Morfologi a. Akar

Akarnya dapat menembus tanah samai 6 meter lebih. Akar mendatarnya tebal. Dapat bertahan beberapa minggu dalam genangan air.

b. Batang

Batangnya dapat membentuk batang yang berdiamter lebih dari 75 cm, tetapi kayunya ternasuk kayu lunak, tidak baik untuk bahan bangunan.

c. Daun

Mangga mempunyai ciri-ciri fisik pada daunnya adalah sebagai berikut : daun berwarna hijau, berselang seling, dan mempunyai bentuk oval dengan runcing pada ujungnya, pinggiran daunnya bergelombang dengan panjang daun sekitar 10-35 cm dan lebar 5-16 cm tergantung varietas. Daun mangga yang masih muda biasanya berwarna kemerahan, keunguan atau kekuningan, jika daun sudah tua akan berubah pada bagian permukaan sebelah atas menjadi hijau mengkilat, sedangkan bagian permukaan bawah berwarna hijau muda (Sampul Pertanian, 2017).

(11)

14 d. Bunga

Bunga mangga adalah buah majemuk, tumbuh dari tunas ujung, terangkai dalam tandan dengan rangkaian bunga berbentuk kerucut. Jumlah bunga di setiap tandan berkisar antara 1000-6000 kuntum dengan ukuran yang kecil, diameter sekitar 6-8 meter.

Terdapat bunga jantan dan hermaprodit (bunga banci) pada setiap rangkaian bunga dengan proporsi bunga jantan lebih banyak. Kelopak dan mahkota berjumlah lima lembar. Bakal buah tidak memiliki tangkai dan pada bagian ujungnya terdapat kepala putik.

e. Buah

Buah mangga termasuk ke dalam golongan buah batu yang berdaging dengan panjang buah yang mencapai 30 cm. Bentuk buah mangga bervariasi, ada yang berbentuk bulat, bulat oval atau pipih,. Warnanya juga bermacam-macam, ada yang berwarna hijau, kuning, merah atau kombinasi. Kulit buah mangga tebal dan memiliki kelenjar, dagingnya juga tebal. Didalam daging buah terdapat biji buah yang keras.

f. Biji

Biji pada tanaman mangga adalah berkeping dua dikotiledon, warna biji mangga berwarna putih keabu-abuan dan juga ada yang berwarna abu-abu. Biji tersebut digunakan untuk melakukan penanaman berikutnya bila diinginkan.

2.4.3 Alelopati Daun Mangga

Daun mangga telah diketahui memiliki senyawa anti bakteri, anti inflamasi, dan anti diabetes serta banyak senyawa-senyawa yang berkhasiat untuk dijadikan obat seperti mangiferin, galotanin, catechin, epi-catechin, epigalocatechin dan bensofenon (Barreto et al., 2008; Masibo dan He, 2008).

(12)

15

Daun mangga juga telah diketahui memiliki senyawa dengan potensi alelopati terhadap beberapa tanaman seperti flavonoid, asam fenol, tanin, saponin dan steroid (Sahoo et al., 2010; El Rokiek et al., 2011; Ashafa et al., 2012; Khan et al., 2013; Saleem et al., 2013).

Pada penelitian yang telah dilakukan oleh Aiyelaagbe and Osamudiamen (2009) menunjukkan bahwa daun mangga dari Nigeria memiliki senyawa seperti saponin, steroid, tanin, dan flavonoid. Daun mangga juga mengandung fenol seperti ferulic, asam cumaric, benzoat, chlorogenic, caffeic, gallic, hidroksibenzoat dan sinamat (El-Rokiek et al., 2010).

Menurut Penelitian Suzuki et al. (2016) bahwa daun mangga memiliki senyawa kimia khusus yang bersifat alelopati yaitu metil gallate. Metil gallate memiliki aktivitas efek penghambatan pada daun mangga. Selain itu, metil gallate juga memiliki efek biologis seperti anti tumor, antioksidan, anti HIV, anti bakteri, anti kanker, dan anti inflamasi (Lee et al., 2013; Wang et al., 2014; Chaudhuri et al., 2015; Kamatham et al., 2015).

Gambar

Gambar 2.4 Tanaman mangga (M. indica)  Sumber : Dharmawan, 2019

Referensi

Dokumen terkait

Bahwa Pemohon V adalah pemilik yang sah atas tanah dan bangunan yang terletak di Kompleks Perumahan Kunciran Mas Permai, Jalan Arwana, Blok E 1/2, RT 002/006, Kelurahan Kunciran

Mengingat jumlah vila yang terus berkembang di wilayah Kabupaten Badung khususnya Kecamatan Kuta Utara, tentu akan memberikan dampak terhadap kondisi

Gilbert (2003:89) menyatakan bahwa “Promosi dapat saja merangsang konsumen mengunjungi toko, tetapi tampilan atau penatan produk oleh pengecer akan membuat perbedaan pada

Kompetensi kunci : Keterampilan umum yang diperlukan agar kriteria unjuk kerja tercapai pada tingkatan kinerja yang dipersyaratkan untuk peran / fungsi pada

kehidupan bermasyarakat. Kesenian-kesenian modern berhasil menggantikan posisi kesenian tradisional termasuk sastra lisan srandul. Perkembangan dan improvisasi adalah salah

Dengan data tersebut maka secara histologis lapisan lambung yang paling sering mengalami kerusakan adalah bagian superfisial atau dapat menembus lebih dalam ke mukosa

Berdasarkan dari tabel 2 di atas dapat dilihat bahwa kelompok umur 15-64 paling banyak memanfaatkan Puskesmas pada bulan Januari-Juni 2014 di era JKN adalah

Berdasarkan hasil wawancara penyebab siswa melakukan kesalahan yaitu: siswa lupa dan tidak mampu menuliskan informasi ke dalam simbol matematika, tidak