• Tidak ada hasil yang ditemukan

ABSTRAK. Kata kunci : Relaksasi Autogenik, SDB dan Tekanan Darah Referensi (118: ) vii

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ABSTRAK. Kata kunci : Relaksasi Autogenik, SDB dan Tekanan Darah Referensi (118: ) vii"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

vii ABSTRAK

Penggunaan terapi farmakologi secara berkepanjangan dapat menimbulkan efek samping yang berbahaya. Terapi non farmakologi merupakan terapi pelengkap untuk mendapatkan efek samping pengobatan yang lebih baik dibandingkan dengan terapi farmakologi. Slow deep breathing (SDB) dan relaksasi autogenik merupakan terapi non farmakologi. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan tekanan darah yang diberikan intervensi SDB dan relaksasi autogenik pada pasien hipertensi. Rancangan penelitian ini adalah quasi eksperimental (pre test-post test control group design). Sampel terdiri dari 26 orang yang terpilih dengan menggunakan teknik purposive sampling, dibagi menjadi dua yaitu kelompok perlakuan dan kontrol. Kelompok perlakuan diberikan intervensi SDB selama 15 menit sebanyak dua kali sehari dalam tiga kali seminggu, sedangkan kelompok kontrol diberikan intervensi relaksasi autogenik selama 20 menit setiap satu kali sehari dalam tiga kali seminggu, masing-masing intervensi dilakukan selama empat minggu. Tekanan darah pada kedua kelompok di ukur sebelum intervensi dilakukan dan minggu ke empat setelah intervensi terakhir. Berdasarkan uji statistik mann-whitney didapatkan hasil selisih nilai tekanan darah sistolik p=0,004 (p<0,05), sedangkan selisih nilai diastolik p=0,007 (p<0,05). Nilai rata-rata selisih tekanan darah sistolik pada kelompok perlakuan dan kontrol adalah 20,00 dan 13,85 mmHg, sedangkan rata-rata selisih tekanan darah diastolik pada kelompok perlakuan dan kontrol adalah 14,62 dan 7,69 mmHg. Dapat disimpulkan bahwa SDB lebih berpengaruh terhadap penurunan tekanan darah pada pasien hipertensi. Diharapkan teknik pernapasan ini dapat dijadikan salah satu cara untuk membantu menurunkan atau mengontrol tekanan darah pada pasien hipertensi.

Kata kunci : Relaksasi Autogenik, SDB dan Tekanan Darah Referensi (118: 2005-2016)

(2)

viii ABSTRACT

The prolonged use of pharmacological therapy may cause harmful side effects. A non-pharmacological therapy is a complementary therapy to get better treatment side effects compared with pharmacological therapy. Slow deep breathing (SDB) and autogenic relaxation are non-pharmacological therapies. The aim of this study was to determine the difference between blood pressures of hypertension patients interfered by SDB intervention and by autogenic relaxation. The design of this study was an experimental quasi (pre test-post test control group design). The sample consisted of 26 people selected using purposive sampling technique. This sample was divided into two groups namely the treatment and the control. The treatment group was given 15-minute interventions of SDB twice daily in three times a week, while the control group was given autogenic relaxation interventions for 20 minutes once daily in three times a week, each intervention was held for four weeks. The blood pressures in both groups were measured before the intervention was performed and the fourth week after the last intervention. Based on mann-whitney statistical test, it was obtained that the difference of systolic blood pressure value was p=0.004 (p<0.05), while the difference of diastolic value was p=0.007 (p<0.05). The mean value of systolic blood pressure difference in treatment and control group was 20.00 and 13.85mmHg, while the mean diastolic blood pressure difference in treatment and control group was 14.62 and 7.69mmHg. Therefore, it can be concluded that SDB has more influence to the decrease of blood pressures in hypertensive patients. Keywords: Autogenic Relaxation, SDB and Blood Pressure

(3)

ix DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ... ii

LEMBAR PERSETUJUAN ... iii

HALAMAN PENGESAHAN ... iv

KATA PENGANTAR ... v

ABSTRAK ... vii

ABSTRACT ... viii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

DAFTAR SINGKATAN ... xv BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1 1.2 Rumusan Masalah ... 5 1.3 Tujuan Penelitian ... 5 1.4 Manfaat Penelitian ... 6

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tekanan Darah ... 7

2.1.1 Definisi Tekanan Darah ... 7

2.1.2 Pengaturan Sistem Tekanan Darah ... 7

2.1.3 Sensor Pendeteksi Perubahan Tekanan Darah ... 8

2.1.4 Pengaturan Jangka Panjang Dan Jangka Intermedia ... 9

2.2 Hipertensi ... 11

2.2.1 Definisi Hipertensi ... 11

2.2.2 Etiologi Hipertensi ... 11

2.2.3 Klasifikasi Hipertensi ... 12

2.2.4 Patofisiologi Hipertensi ... 13

2.2.5 Faktor Resiko Hipertensi ... 14

2.2.6 Tanda dan Gejala Hipertensi ... 18

2.2.7 Penatalaksanaan Hipertensi ... 18

2.2.8 Komplikasi Hipertensi ... 19

2.3 Slow Deep Breathing ... 20

2.3.1 Pengertian ... 20 2.3.2 Metode ... 20 2.3.3 Indikasi ... 21 2.3.4 Kontraindikasi ... 21 2.3.5 Fisiologi ... 21 2.4 Relaksasi Autogenik ... 23 2.4.1 Pengertian ... 23

(4)

x

2.4.2 Metode ...23

2.4.2 Indikasi ... 23

2.4.3 Kontraindikasi ... 24

2.4.4 Fisiologi ... 24

BAB 3 KERANGKA KONSEP 3.1 Kerangka Konsep ... 26

3.2 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional ... 27

3.2.1 Variabel Penelitian ... 27

3.2.2 Definisi Operasional ... 27

3.3 Hipotesis ... 29

BAB 4 METODE PENELITIAN 4.1 Jenis Penelitian ... 30

4.2 Kerangka Kerja ... 31

4.3 Tempat dan Waktu Penelitian... 32

4.3.1 Tempat ... 32

4.3.2 Waktu ... 32

4.4 Populasi, Sampel, dan Teknik Sampling ... 32

4.4.1 Populasi ... 32

4.4.2 Teknik Sampling ... 32

4.4.3 Sampel ... 33

4.5 Jenis dan Cara Pengumpulan Data ... 36

4.5.1 Jenis Data ... 36

4.5.2 Cara Pengumpulan Data ... 36

4.5.3.Instrumen Pengumpul Data ... 38

4.5.4 Etika Penelitian ... 38

4.6 Pengolahan dan Analisis Data ... 39

4.6.1 Teknik Pengolahan Data ... 39

4.6.2 Teknik Analisis Data ... 40

BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 5.1 Hasil Penelitian ... 44

5.1.1 Kondisi Lokasi Penelitian ... 44

5.1.2 Karakteristik Subjek Penelitian...44

a. Karakteristik Responden...45

b. Hasil Analisis Tekanan Darah Pre Test dan Post Test pada Kelompok Perlakuan dan Kelompok Kontrol...45

c. Hasil Analisis Selisih Tekanan Darah Pre-test dan Post-test antara Kelompok Perlakuan dan Kelompok Kontrol...46

5.2 Pembahasan Hasil Penelitian 5.2.1 Karakteristik Responden dan Perbedaan Tekanan Darah pada Kelompok Perlakuan dan Kelompok Kontrol ...47

5.2.2 Perbedaan Efikasi Tekanan Darah antara Kelompok Perlakuan dan Kelompok Kontrol ...51

(5)

xi BAB 6 PENUTUP 6.1 Kesimpulan...56 6.2 Saran...56 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

(6)

1 BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Hipertensi masih menjadi salah satu masalah kesehatan utama didunia, sehingga perlu dilakukan upaya pengendalian dengan terapi farmakologi dan non farmakologi yang bertujuan untuk menurunkan mortalitas dan morbiditas pasien hipertensi (Chobanian, Bakris & Black, 2003). Pengendalian hipertensi menggunakan terapi farmakologi dapat dilakukan dengan cara mengonsumsi obat antihipertensi. Terapi farmakologi pada penderita hipertensi saat ini dikatakan belum efektif karena sering terjadi kekambuhan serta menimbulkan efek samping berbahaya dalam jangka waktu yang panjang (Ranitya, Gurmeet & Dicky, 2011). Penggunaan obat antihipertensi secara berkepanjangan serta semakin banyaknya jumlah obat antihipertensi yang diterima pasien akan menimbulkan beberapa efek samping yang merugikan seperti sakit kepala, pusing, lemas dan mual (Ilkafah, 2016). Selain itu, efek samping yang dapat ditimbulkan adalah batuk, insomnia, hipotensi, disfungsi seksual, kelelahan dan apabila dikonsumsi secara terus menerus dapat mempengaruhi fungsi ginjal pasien (Harvey & Pamela, 2013). Pernyataan ini didukung oleh data yang menyebutkan bahwa sebanyak 15 juta orang pasien hipertensi di Indonesia, hanya 4% yang melakukan terapi (Bustan, 2007). Menurut World Health Organization (WHO) tahun 2008, menunjukan data dari 50% penderita hipertensi, terdapat 25% yang melakukan pengobatan dan hanya 12,5% pasien yang memperoleh pengobatan sesuai.

Seringnya pasien hipertensi merasakan efek samping pada pengobatan farmakologi mempengaruhi pasien hipertensi untuk memilih menghentikan terapi farmakologi dan beralih pada pengobatan non farmakologi (Harvey & Pamela, 2013). Pengobatan non farmakologi dapat digunakan sebagai terapi pelengkap untuk mendapatkan efek pengobatan yang lebih baik dibandingkan dengan terapi farmakologi (obat antihipertensi) (Dalimartha, 2008). Seiring berkembangnya metode pengobatan non farmakologi, banyak pengobatan yang ditemukan untuk

(7)

2

membantu menurunkan tekanan darah salah satunya adalah terapi komplementer. Penggunaannya terapi komplementer yang dikombinasikan dengan terapi farmakologi sudah terbukti aman dan efektif (Cady, 2009 dalam College and Association of Registered Nurses of Alberta, 2011). Terdapat jenis terapi komplementer yang dapat dilakukan untuk menurunkan tekanan darah adalah teknik pernapasan slow deep breathing (SDB) dan teknik relaksasi autogenik (Kamaluddin, 2010).

Teknik pernapasan terdiri dari latihan dan praktik pernapasan yang bertujuan untuk mengurangi kerja pernapasan sehingga dapat mencapai ventilasi yang lebih terkontrol dan efisien (Smeltzer & Bare, 2008). Menurut Joohan (dalam Wahyuni, Wibawa, Andayani, Winaya, & Juhanna, 2015), teknik pernapasan SDB atau napas dalam lambat dapat meningkatkan tekanan intratoraks sehingga kadar oksigen dalam jaringan meningkat. Sistem kemoreseptor dan reflek baroreseptor merupakan sensor pendeteksi perubahan tekanan darah dan umumnya sistem pengaturan saraf pusat melibatkan kedua sensor tersebut. Sistem kemoreseptor sangat peka terhadap perubahan kadar oksigen, berperan mendeteksi perubahan oksigen dan perubahan tekanan darah. Kedua sensor ini akan mentransmisikan sinyal saraf ke pusat pernapasan tepatnya dimedula oblongata yang juga menjadi tempat medullary cardiovascular centre. Sinyal yang di kirim ke otak akan menyebabkan peningkatan aktivitas kerja saraf parasimpatis dan menurunkan aktivitas kerja saraf simpatis sehingga akan menyebabkan penurunan tekanan darah. Selain itu SDB dapat menstimulasi pengeluaran hormon endorphin yang berefek langsung terhadap sistem saraf otonom dan menyebabkan penurunan kerja sistem saraf simpatis dan peningkatan kerja sistem saraf parasimpatis sehingga terjadi penurunan tekanan darah (Lovastatin, 2005). Kelebihan teknik pernapasan SDB pada penelitian ini adalah dapat dilakukan secara mudah, dapat dilakukan di setiap tempat dan membuat perasaan menjadi rileks saat melakukannya (Mohamed, Hanafy dan el-Naby, 2014).

Relaksasi merupakan keadaan disaat menurunnya kognitif, fisiologi, dan perilaku (Potter & Perry, 2005). Relaksasi bertujuan agar seorang individu dapat mengontrol diri ketika merasakan perasaan tegang dan stres yang dapat membuat

(8)

3

munculnya perasaan kurang nyaman terhadap kondisinya (Potter & Perry, 2005). Relaksasi autogenik merupakan salah satu intervensi yang bisa digunakan untuk mengatasi tekanan darah, kecemasan, stres dan nyeri. Pada saat relaksasi terjadi aktivasi salah satu sensor pengaturan perubahan tekanan darah yaitu reflek baroreseptor. Aktivasi reflek baroreseptor ini dapat menurunkan aktivitas saraf simpatis dan epinefrin serta peningkatan saraf parasimpatis sehingga denyut jantung menurun, volume sekuncup menurun serta terjadi vasodilatasi pada arteriol dan venula mengakibatkan regangan pada arteri akibatnya terjadi vasodilatasi pada arteriol dan venula. Selain itu curah jantung, resistensi perifer total juga menurun sehingga tekanan darah turun (Black & Hawk, 2005). Pada fase relaksasi autogenik terdapat sensasi yang bisa dirasakan meliputi sensasi tenang, berat dan hangat. Kelebihan dari relaksasi autogenik pada penelitian ini adalah relaksasi ini menggunakan konsentrasi pasif dengan menggunakan persepsi tubuh (misalnya, tangan merasa hangat dan berat) yang difasilitasi oleh sugesti diri sendiri yang tidak tergantung lagi pada terapisnya (Kanji, et al, 2006; Saunders, 2007).

Beberapa terapi yang dianjurkan untuk pasien hipertensi disebabkan karena prevalensi hipertensi yang menjadi salah satu penyebab kematian hampir 9,4 juta orang didunia setiap tahunnya (WHO, 2013). Di Indonesia angka penderita hipertensi masih cukup tinggi. Menurut data Riset Kesehatan Dasar (Riskedas) tahun 2013, prevalensi penderita hipertensi mengalami peningkatan di tahun 2007 hingga 2013. Data menunjukan pada tahun 2007 terdapat 7,6% orang menderita hipertensi dan mengalami peningkatan menjadi 9,5% di tahun 2013. Penderita hipertensi di Indonesia lebih banyak berada pada usia >50 tahun dengan persentase 15-20% (Indonesian Society of Hypertension, 2007).

Menurut data Dinas Kesehatan Provinsi Bali tahun 2008 jumlah penderita hipertensi primer tercatat sebanyak 4.053 kasus. Berdasarkan hasil studi pendahuluan Dinas Kesehatan (Dinkes) Denpasar tahun 2016, Puskesmas II Denpasar Utara memiliki jumlah penderita hipertensi terbanyak diantara puskesmas yang berada di wilayah Denpasar. Pada bulan Januari hingga April tahun 2016 jumlah penderita hipertensi primer berturut-turut sebanyak 124 orang, 71 orang, 95 orang, dan 92 orang.

(9)

4

Peningkatan tekanan darah terjadi karena medulla adrenal mensekresi hormon epinefrin yang dapat menyebabkan vasokonstriksi, kemudian korteks adrenal mensekresi hormon kortisol dan steroid lainnya yang dapat memperkuat respon vasokonstriktor pembuluh darah sehingga hal tersebut mempengaruhi peningkatan tekanan darah (Rohaendi, 2008). Hipertensi yang tidak terkontrol dan tidak mendapatkan terapi yang sesuai akan menyebabkan beberapa komplikasi seperti gagal jantung, stroke dan gagal ginjal. Komplikasi yang terjadi pada pasien hipertensi mengarah pada komplikasi kronis yang mengindikasikan pasien untuk menerima perawatan khusus (Smeltzer & Bare, 2008).

Salah satu penelitian yang dilakukan oleh Barek, Nurachmah dan Gayatri di tahun 2015 terhadap 142 responden, menunjukan bahwa SDB yang dilakukan sebanyak tiga kali sehari dalam waktu 15 menit selama 14 hari menunjukan penurunan tekanan darah pada penderita hipertensi dengan nilai p value = 0,001 α = 0,05. Penelitian yang dilakukan oleh Mohamed, Hanafy dan el-Naby di tahun 2013 terhadap 120 responden menunjukan SDB yang dilakukan sebanyak empat kali dalam sehari dalam waktu 10 menit dalam tujuh hari menunjukan penurunan tekanan darah pada penderita hipertensi dengan nilai p value = 0,000. Selanjutnya penelitian yang dilakukan oleh Sepdianto, Nurachmah dan Gayatri di tahun 2010 terhadap dua 28 responden menunjukan SDB yang dilakukan sebanyak tiga kali sehari dalam waktu 15 menit selama 14 hari menunjukan penurunan tekanan sistolik, diastolik dan tingkat kecemasan dengan p value = 0,000, α = 0,05.

Penelitian yang dilakukan oleh Setyawati di tahun 2010 terhadap 30 responden, menunjukan terdapat pengaruh relaksasi autogenik terhadap penurunan tekanan darah pada hipertensi dengan p value = 0,001. Penelitian lain yang dilakukan oleh Ismarina, Herliawati, dan Muharyani di tahun 2015 terhadap 36 orang lansia yang diberikan relaksasi autogenik 15-20 menit sehari menunjukan penurunan tekanan darah pada penderita hipertensi dengan nilai p value <α=0,05. Selanjutnya penelitian yang dilakukan oleh Irawati, Salami dan Sadiah di tahun 2014 terhadap 16 orang lansia yang diberikan relaksasi autogenik selama satu kali dalam sehari selama 14 hari menunjukan penurunan tekanan darah pada penderita hipertensi dengan nilai p value = <0,05.

(10)

5

Mengingat pentingnya kedua terapi ini, peneliti ingin meneliti antara teknik pernapasan SDB dan relaksasi autogenik yang lebih efektif berpengaruh terhadap tekanan darah pada penderita hipertensi. Selain itu peneliti menggali tingkat kesulitan pelaksanaan antara kedua intervensi yang dapat berpengaruh pada hasil penelitian. Hal ini merupakan hal yang membedakan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya. Sepengetahuan peneliti belum terdapat penelitian untuk mengetahui perbedaan efikasi antara teknik pernapasan SDB dengan teknik relaksasi autogenik terhadap tekanan darah pada pasien hipertensi.

1.2 Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dari penelitian ini adalah “Apakah ada perbedaan efikasi antara teknik pernapasan slow deep breathing dengan teknik relaksasi autogenik terhadap tekanan darah pada pasien hipertensi ?”.

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Penelitian ini secara umum bertujuan untuk mengetahui perbedaan teknik pernapasan slow deep breathing dan teknik relaksasi autogenik terhadap tekanan darah pada pasien hipertensi.

1.3.2 Tujuan Khusus

Secara khusus penelitian ini bertujuan untuk:

a. Mengidentifikasi tekanan darah pada pasien hipertensi sebelum dan sesudah diberikannya teknik pernapasan slow deep breathing.

b. Mengidentifikasi tekanan darah pada pasien hipertensi sebelum dan sesudah diberikannya teknik relaksasi autogenik.

c. Mengetahui perbedaan tekanan darah sebelum dan sesudah diberikannya teknik pernapasan slow deep breathing dengan teknik relaksasi autogenik pada pasien hipertensi.

(11)

6

d. Menganalisis perbedaan efikasi antara teknik pernapasan slow deep breathing dengan teknik relaksasi autogenik terhadap tekanan darah pada pasien hipertensi.

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat Praktis

Penelitian ini memiliki manfaat bagi para pasien hipertensi yaitu sebagai salah satu terapi non farmakologi yang dapat digunakan untuk menurunkan tekanan darah pada pasien hipertensi.

1.4.2 Manfaat Teoritis

Manfaat teoritis yang diperoleh dari penelitian ini adalah:

a. Sebagai salah satu bukti ilmiah untuk pengembangan ilmu keperawatan khususnya keperawatan medikal bedah mengenai teknik pernapasan slow deep breathing dan teknik relaksasi autogenik untuk menurunkan tekanan darah pada penderita hipertensi.

b. Sebagai data dasar atau acuan yang dapat digunakan sebagai bahan referensi bagi penelitian selanjutnya.

Referensi

Dokumen terkait

Ketatalaksanan internal SKPD/ Lembaga Bidang Cipta Karya sudah diatur dalam Tugas Pokok dan Fungsi serta uraian tugas masing-masing SKPD/Lembaga sesuai Peraturan Daerah

Sudah sejak tadi aku turun mengambil tas, berdiri di anak tangga paling bawah dengan menutupkan kedua telapak tangan di wajah, mengintip wajah mereka yang

Berdasarkan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh peneliti yang bernama Pratiwi Pujiyanti pada tahun 2015 dengan 45 responden pekerja las di wilayah Kota

Siswa dapat dikatakan sudah mencapai suatu skema jika siswa dapat merancang dan menyelesaikan model matematika yang telah terbentuk dengan menggunakan aksi,

Di samping itu, juga hadis riwayat Imam Bukhari dari Abu&gt; Bakrah secara ma’ruf yang berbunyi, “Tidak akan beruntung suatu kaum yang mana urusan mereka dipimpin oleh

Tantangan dalam menyeimbangkan kepentingan pekerjaan dan keluarga pada keluarga dengan suami istri bekerja, baik di sektor formal maupun informal serta alokasi

Berdasarkan hasil pengamatan dan penilaian pada tahap penyimpanan terhadap karakteristik dendeng batokok dengan menggunakan beberapa bahan pengasap maka diperoleh

Dari kenyataan tersebut, variabel ini turut menjelaskan mengapa implementasi Reconciliation and Healing Foundation menemui jalan yang terjal dengan belum berhasilnya