• Tidak ada hasil yang ditemukan

HISTOPATOLOGI KULIT MENCIT (Mus musculus) FASE REMODELING PADA PENYEMBUHAN LUKA SAYAT DENGAN SALEP GETAH JARAK PAGAR (Jatropha curcas Linn)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "HISTOPATOLOGI KULIT MENCIT (Mus musculus) FASE REMODELING PADA PENYEMBUHAN LUKA SAYAT DENGAN SALEP GETAH JARAK PAGAR (Jatropha curcas Linn)"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

780

HISTOPATOLOGI KULIT MENCIT (Mus musculus) FASE REMODELING PADA PENYEMBUHAN LUKA SAYAT DENGAN SALEP GETAH

JARAK PAGAR (Jatropha curcas Linn)

HISTOPATHOLOGY OF MICE (Musmusculus) SKIN ON REMODELING PHASE OF WOUND HEALING INCISION USING JATROPHA CURCAS OINTMENT SAP

Yunita Nanda1, M. Nur Salim2, Cut Dahlia Iskandar3

1 Program Studi Pendidikan Dokter Hewan, Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh

2 Laboratorium Patologi, Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh 3 Laboratorium Histologi, Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh

Email: yunitananda93@gmail.com

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas salep getah jarak pagar pada fase remodeling penyembuhan luka sayat kulit mencit. Hewan coba yang digunakan adalah mencit jantan sebanyak 9 ekor, berat 25-40 gram dan berumur 2-3 bulan, dibagi ke dalam 3 kelompok perlakuan, masing-masing perlakuan terdiri atas 3 ekor mencit. Setiap kelompok sampel dilakukan perawatan luka terbuka dengan intensitas yang sama yaitu dua kali sehari selama 10 hari. Pada kelompok P1 diberi Vaselin kuning, kelompok P2 diberi getah jarak pagar 10%, dan P3 diberi Gentamicin 0,1%. Parameter yang diukur adalah skor kolagen pada setiap kelompok perlakuan. Data kuantitatif diuji menggunakan analisis varian (ANAVA) dan dilanjutkan dengan uji beda nyata terkecil (LSD). Dari hasil ANAVA dapat diketahui bahwa perlakuan berpengaruh nyata (P<0,05) terhadap distribusi kolagen. Hasil uji LSD, pada kelompok P1 dengan P2 dan P2 dengan P3 berbeda nyata (P<0,05) sedangkan P1 dengan P3 tidak berbeda nyata (P>0,05). Hasil pengamatan histopatologi menunjukkan bahwa pemberian getah jarak pagar (Jatropha curcas Linn) 10% dalam sediaan salep selama 10 hari dapat meningkatkan pembentukan distribusi jaringan kolagen pada daerah luka sehingga mempercepat proses penyembuhan luka sayat kulit mencit (Mus musculus) fase remodeling.

ABSTRACK

This study aimed to find out the effectiveness of jatropha remover ointment in the remodeling phase of wound healing in mice. The experimental animals used were 9 male mice, 25-40 gram weight and 2-3 months sample group was treated with the same intensity of twice daily for 10 days. P1 groupwas given yellow Vaseline, P2 was given a jatropha gene of 10%, and P3 was given 0.1% of Gentamicin. The parameters measured were collagen scores in each treatment group. Quantitative data were analysed using variance analisys (ANAVA) and followed by with the smallest real difference test (LSD). The results of ANAVA showed that treatment was significantly effect (P<0,05) to collagen distribution. The result of LSD test, in group P1 with P2 and P2 with P3 was significantly different (P<0,05) while P1 with P3 was not significantly (P>0,05). Histophatological observations showed that 10% of Jatropha curcas Linn in ointment for 10 days increase the formation of collagen tissue distribution in the wound area, thus accelerating the healing process of mice remodeling rats (Mus musculus).

PENDAHULUAN

Luka sayat dikategorikan kedalam luka akut yang berupa trauma, baru, mendadak dan cepat penyembuhannya (Perdanakusuma, 2007). Hilang atau rusaknya integritas jaringan tubuh

(2)

781

akan memicu reaksi dari tubuh untuk merencanakan proses penyembuhan pada luka dalam bentuk usaha untuk memperbaiki kerusakan yang terjadi(Sjamsuhidayat dan de Jong, 1997).

Penyembuhan luka sangat penting untuk mengembalikan integritasnya sesegera mungkin dan merupakan suatu proses kompleks dan dinamis dengan pola yang dapat diprediksikan. Pada tahap awal penyembuhan luka diawali dengan proses peradangan yaitu suatu mekanisme pertahanan tubuh disebabkan adanya respon jaringan terhadap pengaruh-pengaruh merusak baik bersifat lokal maupun yang masuk ke dalam tubuh (Korolkovas, 1988). Fase proliferasi merupakan salah satu tahap penting pada penyembuhan luka dan terjadi setelah fase inflamasi (Atik, 2009). Fase proliferasi atau fase fibroplasia akan cepat terjadi, apabila tidak ada infeksi dan kontaminasi pada fase inflamasi (Suriadi, 2004). Komponen utama dalam proses penyembuhan luka adalah kolagen disamping sel epitel (Perdanakusuma, 2007).

Komplikasi dari luka yang ada dapat timbul apabila luka tersebut tidak mendapat perawatan yang layak. Ketidakutuhan jaringan akan sangat mudah untuk diinfiltrasi oleh berbagai mikroorganisme sehingga menyebabkan infeksi. Bakteri patogen antara lain Streptococcus,

Staphylococcus, dan Pneumococcus (Boyd, 1971).

Kandungan kimia dari tumbuhan jarak (Jatropha curcas Linn) yaitu pada daun mengandung saponin, flavonoid, tannin, dan senyawa polifenol. Batang mengandung saponin, flavonoid, tannin, dan senyawa-senyawa polifenol. Getahnya mengandung tannin, flavonoid, dan saponin. Bijinya mengandung berbagai senyawa alkaloida, saponin, dan sejenis protein beracun yang disebut curcin. Biji mengandung 35–45 % minyak lemak, yang terdiri atas berbagai trigliserida asam palmitat, stearat, dan kurkanolat (Nurmillah, 2009).

Senyawa aktif yang terkandung pada tanaman menyebabkan tanaman memiliki aktivitas biologis tertentu. Pada penelitian terdahulu terhadap Jatropha curcass Linn. dilaporkan bahwa tanaman ini menunjukkan aktivitas bioaktif sebagai penyembuh luka (Sachdeva dkk., 2011), antidiare (Mujumdar dkk., 2000), antidiabetes (Patil dkk., 2011), antitumor (Lin dkk., 2003), dan aktivitas imunomodulator (Abd-Alla dkk., 2009).

Getah jarak pagar mengandung flavonoid yang dapat berfungsi sebagai antifungi, antiseptik, antiradang, dan proses regenerasi atau perbaikan sel (Hogiono dan Dogi, 1994).Zat bioaktifsaponin yang dapat memacu pertumbuhan kolagen dalam proses penyembuhan, memiliki efek menghilangkan rasa sakit dan merangsang pembentukan sel-sel baru. Jatrofin (mengandung alkaloid), diketahui bermanfaat sebagai analgesik (Igbinosa dkk., 2009).

MATERIAL DAN METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian

Pemeliharaan mencit dilakukan di Kandang Hewan Percobaan dan pembuatan luka sayat pada mencit dilaksanakan di Laboratorium Patologi, Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh. Penelitian di lakukan pada bulan Maret sampai April 2016.

Hewan Coba

Penelitian ini menggunakan 9 ekor mencit (Mus musculus) jantan yang sehat dengan umur 2-3 bulan dan berat 25-40 gram. Mencit tersebut ditempatkan dikandang individual, diadaptasi selama 7 hari.

Alat dan Bahan Penelitian

Alat yang digunakan pada penelitian ini adalah kandang mencit, sekat kandang, kawat, timbangan digital, scalpel, stopwatch, jangka sorong, saringan, lumpang, kamera digital, mikrotom (Leica RM2235), tissue prosesor, staining jar, mikroskop cahaya (Olympus BX41) yang dilengkapi dengan alat mikrofotografi (DP12), gelas objek, kaca penutup, wadah

(3)

782

penyimpanan organ, inkubator 37oC. Bahan yang digunakan adalah getah jarak pagar, vaselin

kuning, pelet, sabun, obat anestesi lokal Emla, alkohol 70%, dan salep Gentamicin 0,1%, eter,

NeutralBufferedFormalin (NBF) 10%, NaCl fisiologis 0,9 %, parafin, bahan untuk pewarnaan

seperti alkohol bertingkat (70, 80 %, 90 %, dan 95 %), silol, pewarna hematoksilin dan eosin, akuades, dan bahan perekat Entellan®.

Metode Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental menggunakan 3 kelompok perlakuan, masing-masing perlakuan terdiri atas 3 ekor mencit. Perlakuan I sebagai kontrol, luka sayat dioleskan vaselin kuning (P1), perlakuan II dioleskan salep getah jarak pagar 10% (P2), dan perlakuan III dioleskan gentamicin 0,1% (P3). Setiap kelompok sampel dilakukan perawatan luka terbuka dengan intensitas yang sama yaitu sehari dua kali pada waktu pagi hari jam 08.00 WIB dan sore hari jam 18.00 WIB.

Prosedur Penelitian

Teknik pengambilan getah jarak pagar

Pengumpulan getah dari pohon jarak pagar dilakukan secara purposif. Bahan penelitian ini adalah getah jarak pagar yang diperoleh dari tanaman jarak pagar yang berasal dari daerah sekitar kampus Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh. Getah diambil dengan mematahkan tangkai daun, lalu getah yang keluar di tampung ke dalam tabung reaksi dan diaduk dengan pengaduk hingga homogen.

Teknik pembuatan salep getah jarak pagar

Getah jarak pagar 100 ml dicampur dengan vaselin kuning 900 mg (salep konsentrasi 10%). Dengan penambahan secara kontinyu sampai mengental dan di aduk hingga homogen. Salep dimasukkan kedalam wadah yang tertutup rapat dan steril (Jasmadi, 2014).

Pembuatan luka sayat

Sebelum melakukan perlakuan, daerah punggung mencit dibasahi dengan menggunakan sabun, bulunya dicukur dengan diameter sekitar 4 cm. Pada kulit mencit area pembuatan luka sayat dianastesi lokal dengan Emla. Luka sayat dilakukan dengan menggunakan scalpel pada punggung mencit sepanjang 2 cm secara bergantian tiap ekor mencit (Sukri, 2015).

Pengambilan Sampel

Pengambilan kulit dilakukan pada hari ke 10 setelah mencit sebelumnya di eutanasi dengan menggunakan larutan eter dosis berlebih secara perinhalasi. Daerah punggung yang akan diambil kulitnya dibersihkan dari bulu mulai tumbuh kembali, kulit digunting dengan ketebalan ± 3 mm sampai dengan sub-cutan dan sepanjang 2,5 cm. Kulit yang diperoleh kemudian difiksasi dengan larutan Neutral Buffer Formalin atau NBF 10% dibiarkan pada suhu kamar selama ± 48 jam (Febram dkk., 2010).

Pembuatan Preparat Histopatologi

Sampel yang telah difiksasi dalam larutan BNF 10% dimasukkan ke dalam tissue basket serta diberi label. Sampel jaringan didehidrasi dengan alkohol bertingkat (70, 80%, 90%, dan 95%) dan alkohol absolut (I,II) masing-masing selama 2 jam.Selanjutnya adalah clearing, yaitu dengan memasukkan sampel ke dalam silol (I,II dan III) masing-masing selama 1 jam. Setelah itu dilanjutkan dengan infiltrasi di dalam parafin I, II, III pada suhu 60oC masing-masing selama 1 jam. Kemudian sampel ditanam (embedding) dalam parafin dan blockingjaringan. Blok jaringan disayat menggunakan mikrotom dengan ketebalan 5µm dan diletakkan di gelas objek yang telah dilapisi bahan perekat Entellan®.

(4)

783

Pewarnaan jaringan diawali dengan proses penghilangan parafin (deparafinisasi) menggunakan silol sebanyak tiga kali pengulangan, masing-masing selama 2 menit, dilanjutkan dengan pemasukan air kembali ke dalam jaringan (rehidrasi) menggunakan larutan alkohol dengan konsentrasi menurun (absolut, 95%, 90%, 80%, dan 70%), masing-masing selama 5 menit, kemudian bilas dengan air mengalir selama 10 menit. Selanjutnya jaringan diwarnai dengan pewarnaan hematoksilin selama 5 menit dan dibilas kembali dengan air mengalir selama 10 menit. Lalu jaringan diwarnai dengan pewarnaan eosin selama 2 menit dan diikuti dengan menggunakan larutan alkohol bertingkat, clearing dengan silol, dan diakhiri dengan penutupan

slide jaringan dengan kaca penutup (proses mounting) dengan menggunakan bahan perekat Entellan®.

Parameter Penelitian

Parameter yang diamati pada penelitian ini adalah distribusi jaringan kolagen yang terbentuk pada penyembuhan luka sayat fase remodeling terhadap mencit melalui pengamatan histopatologis. Parameter skoring histopatologi untuk kepadatan distribusi jaringan kolagen dilakukan berdasarkan perhitungan 1 lapang pandang, pada objek pembesaran 400 x.

0 = Tidak ada ditemukan adanya serabut kolagen pada daerah luka

+1 = Kepadatan serabut kolagen pada daerah luka rendah (kurang 10% per lapang pandang)

+2= Kepadatan serabut kolagen pada daerah luka sedang (10-50% per lapang pandang) +3= Kepadatan serabut kolagen pada daerah luka rapat (50-90% per lapang pandang)

+4 = Kepadatan serabut kolagen pada daerah luka sangat rapat (90-100% per lapang pandang) (Rizka dan Vicky, 2013).

Analisis Penelitian

Data yang diperoleh dari gambaran histopatologis sampel luka sayat mencit (Mus

muskulus) dianalisis dengananalisavarian (ANAVA).

Bilaperlakuanberpengaruhnyatamakadilanjutkandenganuji LSD (Least Significance Different). HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil pengamatan penyembuhan luka sayat pada kelompok P1 dan P3 terjadi pembengkakan (Inflamasi) pada hari ke-1 sampai ke-6, sedangkan kelompok P2 terjadi pada hari ke-1 sampai ke-3.Pada kelompok P1 dan P3 luka mulai menutup pada hari ke-7, sedangkan pada kelompok P2 terjadi pada hari ke-4.Pada kelompok P1 dan P3 luka menutup sempurna pada hari ke-10, sedangkan pada kelompok P2 luka menutup sempurna pada hari ke-8.

Dari hasil analisis ANAVA dapat diketahui bahwa perlakuan P1, P2 dan P3 berpengaruh nyata (P<0,05)terhadapdistribusikolagen. Berdasarkanhasil uji LSD, pada kelompok P1 denganP2danP2 dengan P3berbedanyata(P<0,05) sedangkan P1 dengan P3 tidakberbedanyata (P>0,05). Rata-rataskordistribusi kolagen dapatdilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Rata-rata (±SD) skor distribusi kolagen; P1 kelompok pemberian vaselin kuning; P2 kelompok pemberian salep getah jarak pagar 10%; P3 kelompok pemberian gentamicin 0,1%.

Kelompok Perlakuan Rata-rata skor kolagen

(5)

784

P2 3,67 ± 0,58b

P3 2,33 ± 0,58a

Keterangan: huruf superkrif berbeda pada kolom yang sama menunjukkan tidak ada perbedaan yang nyata (P>0,05).

Secara histopatologi distribusi pada kelompok P1 kepadatan serabut kolagen di daerah luka rendah, pada kelompok P2 kepadatan serabut kolagen didaerah luka rapat dan pada kelompok P3 kepadatan serabut kolagen di daerah luka sedang.Gambaran histopatologi dapat dilihat pada Gambar 3, 4, dan 5.

Gambar 3. Kelompok P1 distribusi kolagen rendah ( ) pada hari ke-10 pasca perlakuan (Hematoksilin dan Eosin, 400x)

Gambar 4. Kelompok P2 distribusi kolagen rapat ( ) pada hari ke-10 pasca perlakuan(Hematoksilin dan Eosin, 400x)

(6)

785

Gambar 5. Kelompok P3 distribusi kolagensedang ( ) pada hari ke-10 pasca perlakuan (Hematoksilin dan Eosin, 400x)

Dari skor distribusi kolagen berdasarkan hasil penelitian seperti yang terdapat pada Tabel 1, dapat dilihat bahwa perlakuan P2 (salep getah jarak pagar 10%) memiliki rata-rata paling tinggi apabila dibandingkan dengan P1 (vaselin kuning) dan P3 (Gentamicin 0,1%). Kolagen berasal dari sel-sel fibroblas, oleh karena itu percepatan pertumbuhan kolagen disebabkan oleh pertumbuhan jumlah sel fibroblas yang relatif lebih banyak pada perlakuan P2 (salep getah jarak pagar 10%). Dapat dilihat gambaran mikroskopis pada Gambar 3. Pertumbuhan distribusi kolagen pada P2 dipengaruhi oleh kandungan flavonoid dan saponin yang terdapat dalam salep getah jarak pagar.

Berdasarkan waktu penyembuhan luka menunjukkan hasil yang berbeda pada masing-masingperlakuan. Pada perlakuan kelompok P2 menunjukkan waktu penyembuhan yang lebih cepat dibandingkan kelompok perlakuan P1 dan P3. Menurut Igbinosa dkk (2009), dalam getah jarak pagar mengandung saponin yang dapat menghambat pertumbuhan mikroba (bakteriostatik) atau membunuh mikroba (bakteriosit). Saponin bekerja dengan cara merangsang pembentukan sel-sel baru, sehingga menyebabkan penggandaan dan pertumbuhan sel endotel pembuluh darah, sel otot polos pembuluh darah dan fibroblas, sehingga menimbulkan pertumbuhan seluler yang akhirnya memperbaiki dinding pembuluh darah yang rusak. Pada permukaan luka yang telah sembuh dengan pengobatan getah jarak terbentuk sempurna seperti semula jika dibandingkan pada kelompok P1 menggunakan vaselin kuning dan P3 menggunakan gentamicin 0,1%.

Pengobatan luka dengan pemberian salep gentamicin 0,1% merupakan hal yang umum dan sering dilakukan. Gentamicin 0,1% merupakan obat topikal yang banyak beredar di pasaran (Depkes, 2008) dan memiliki kandungan antibakterial yang baik untuk membantu mencegah infeksi sekunder pada daerah luka (Arif, 2009). Hal ini tidak mengakibatkan percepatan kesembuhan yang signifikan pada daerah luka.

Pemberian salep getah jarak pagar dengan dosis 10% memberikan efek penutupan luka sayat paling cepat pada hari ke-7. Getah jarak mengandung Jatrophine yang dapat meningkatkan jumlah trombosit (Athoillah, 2007). Kandungan saponin pada getah jarak pagar juga dapat menghambat pertumbuhan mikroba (bakteriostatik) atau membunuh mikroba (bakteriosit). Saponin juga berguna sebagai pemacu pertumbuhan kolagen yang berperan dalam penyembuhan luka (Wardani, 2009). Manfaat lain dari senyawa saponin dalam proses penyembuhan luka yaitu pengaruh biologis yang menguntungkan yang bersifat meningkatkan sistem imun (immunomodulator) (Meskin dkk,2002).

Sintesa kolagen yang progresif akan menyebabkan pembentukan jaringan penghubung (connective tissue) menjadi lebih cepat dan optimal pula. Jaringan penghubung tersebut akan

(7)

786

memantapkan proses kesembuhan luka menjadi lebih sempurna (Subekti, 1998). Kolagen berperan sangat penting pada setiap penyembuhan luka. Kolagen merupakan protein utama yang menyusun komponen matriks ekstra seluler dan merupakan protein terbanyak yang ditemukan dalam tubuh manusia, sintesis kolagen dari fibroblas merupakan proses yang sangat memerlukan oksigen. Pembentukan kolagen dalam hubungannya dengan proses penyembuhan luka dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti infeksi, tekanan oksigen parsial jaringan sekitar luka, difusi oksigen, proses fagositosis, stres, nyeri, nutrisi, serta faktor genetik pada masing- masing individu (host factor). Perdarahan akut yang menyebabkan anemia akut berpengaruh dalam pembentukan kolagen karena adanya penurunan difusi oksigen pada daerah luka. Kolagen merupakan komponen struktural utama pada serat-serat jaringan pengikat, berwarna putih dan terdapat di dalam semua jaringan dan organ hewan dan berperan penting dalam penyusun bentuk tubuh. Pada mamalia, kolagen terdapat pada kulit, tendon, tulang rawan dan jaringan ikat lainnya (Ward dan Courts, 1977).

PENUTUP Kesimpulan

Pemberian salep getah jarak pagar (Jatropha curcas Linn) 10% selama 10 hari dapat meningkatkan distribusi jaringan kolagen pada daerah luka sehinggamempercepat proses penyembuhan luka sayat kulit mencit (Mus musculus) pada fase remodeling.

DAFTAR PUSTAKA

Abd-Alla, H.I., F.A. Moharram., A.H. Gaara., dan M.M. El-Safty. 2009. Phytoconstituents of

Jatropha curcas L. leaves and their Immunomodulatory activity on humoral and

cell-mediated immune response in chicks. Zeitschrift fur Naturforschung C 64: 495-501. Arif., M.Z., dan Muhartono. 2009. Perbandingan tingkat kesembuhan luka bakar dengan

pemberian madu dan pemberian gentamicin topikal pada tikus putih (Rattus novergicus).

Medical Journal of Lampung University (Majority). (36) : 2337-3776.

Atik, N., dan A.R. Januarsih Iwan. 2009.Perbedaan Efek Pemberian Topikal Gel Lidah

Buaya(Aleo vera L.) dengan Solusio Povidone iodine terhadap Penyembuhan Luka Sayatpada Kulit Mencit (Mus musculus). Artikel Penelitian. Unpad. Bandung.

Athoillah, A.I. 2007. Pengaruh Pemberian Berbagai Konsentrasi Getah Batang Tanaman Yodium (Jatropha multifida L.) terhadap Lama Waktu Koagulasi Darah secara In Vitro (Studi Kasus Lama Waktu Koagulasi Golongan Darah B). Skripsi. Universitas Muhamadiyah. Malang.

Boyd, W. 1971. An Introduction to the Study of Disease. Ed 6. Philadelphia: Lea dan Febiger. Febram, B.,I. Wientarsih., dan B. Pontjo. 2010. Aktivitas Sediaan Salep Ekstrak Batang Pohon

Pisang Ambon (Musa paradisiaca var sapientum) Dalam Proses Persembuhan Luka Pada Mencit (Mus musculus albinus). Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Hogiono dan Dogi. 1994. Peningkatan Nilai Tambah Tanaman Hortikultura yang Berpotensi Sebagai Bahan Dasar Sintesis Obat-Obatan Steroid. Jurusan Biologi. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Universitas Airlangga, Surabaya.

Igbinosa, O.O., E.O. Igbinosa., and O.A. Aiyegoro. 2009. Antimicrobial Activity and Phytochemical Screening of Steam Bark Extracts from Jatropha curcas (Linn). African

(8)

787

Jasmadi, R. 2014. EfektivitasSalepGetahJarakPagar 10% (Jatropha curcasLinn) dan Gentamicin 0,1% TerhadapPenyembuhan Luka BakarDerajatIIPadaKulitMencit (Mus musculus). UniversitasSyiah Kuala. BandaAceh.

Korolkovas, A. 1988. Essentials of Medicinal Chemistry. A Wiley lnterscience Publ. New York. Lin, J., F. Yan., L. Tang., and F. Chen. 2003. Antitumor effects of curcin from seeds of Jatropha

curcas. ActaPharmacologica Sinica 24(3): 241-246.

Meskin, M.S., W.R. Bidlack, A.J. Davies, and S.T. Omaye. 2002. Phytochemicals in

Nutrition and Health.CRC Press, USA.

Mujumdar, A.M., A.S. Upadhye.,and A.V. Misar. 2000. Studies on Antidiarrhoeal activity of

Jatropha curcas root extract in albino mice. Journal of

Ethnopharmacology70(2):183-187.

Nurmillah O.Y. 2009. Kajian Aktivitas Antioksidan dan Antimikroba Ekstrak Biji, Kulit Buah, Batang dan Daun Tanaman Jarak Pagar (Jatropha curcas L.). Skripsi.Fakultas Teknologi Pertanian Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Patil, R.N., R.Y. Patil., B. Ahirwar., dan D. Ahirwar. 2011. Evaluation of antidiabetic and related actions of some Indian medicinal plants in diabetic rats. Asian PacificJournal of Tropical

Medicine 4(1):20-23.

Perdanakusuma, D.S. 2007. Anatomi Fisiologi Kulit dan Penyembuhan Luka. Airlangga University School of Medicine. Surabaya.

Rizka, A., dan S.B. Vicky. 2013. Kepadatan Kolagen tipe 1 pada luka operasi tikus Wistar yang mengalami anemia karena pendarahan akut. Media Journal Of Emergency. 2(1):1-12. Sachdeva, K., P. Garg., M. Singhal., dan B. Srivastava. 2011. Wound healing Potential of extract

of Jatropha curcas L. (stem bark) in rats. Pharmacognosy Journal 3(25): 67-72.

Subekti, D.T. 1998. Perbandingan Antara Alantoin (5 Ureidohydantoin) dengan Betadine (Povidone Iodine) untuk pengobatan luka insisi. Reseach Intitute For Veterinery Science, Bogor. Seritagiologi. 4 (4) : 151-156.

Sukri, Z. 2015. Efikasi salap getah jarak pagar (Jatropha curcas, Linn) terhadap penyembuhan luka sayat pada kulit mencit (Mus Musculus). Universitas Syiah Kuala. Banda Aceh. Suriadi. 2004. Perawatan Luka Edisi 1. CV. Sagung Seto. Jakarta.

Sjamsuhidajat, R., dan W. de Jong. 1997. Buku Ajar IlmuBedah. EGC. Jakarta.

Ward, A.G, dan A. Courts. 1977. The Science and Technology of Gelatin. Academic Press. New York.

Wardani, L.P. 2009. Efek Penyembuhan Luka Bakar Gel Ekstrak Etanol Daun Sirih (Piper

Gambar

Gambar  3.  Kelompok  P1  distribusi  kolagen  rendah  (            )  pada  hari  ke-10  pasca  perlakuan  (Hematoksilin dan Eosin, 400x)
Gambar  5.  Kelompok  P3  distribusi  kolagensedang  (            )  pada  hari  ke-10  pasca  perlakuan  (Hematoksilin dan Eosin, 400x)

Referensi

Dokumen terkait

Para pembuat keputusan dan pemangku kepeningan yang terlibat di dalam REDD+ di ingkat regional dan lokal juga harus memperimbangkan kerangka hukum dan kebijakan

Seiring perkembangan kelasyarakaran serta teror pasukan NICA dan Belanda, Permai dijelmakan menjadi organisasi kelasykaran oleh Raden Ishak 3 pada Januari 1946, dengan

Dengan adanya fasilitas cetak laporan pada aplikasi yang sudah dirancang, dimana untuk melakukan cetak laporan-laporan pada aplikasi ini, Pimpinan Bengkel Permata dapat

Pada tugas akhir ini, penulis mengembangkan peta 3D dari gedung Jurusan Teknik Industri, UPT Bahasa, dan Graha ITS menggunakan salah satu game engine yaitu Unreal

kecamatan di wilayah Kabupaten Sumba Timur. Data karakteristik wilayah pendayagunaan sumber daya air yang terdiri atas potensi sumber air, IPA, jumlah penduduk, sawah,

Ujian nasional yang selanjutnya disebut UN adalah kegiatan pengukuran dan penilaian kompetensi peserta didik secara nasional pada jenjang pendidikan dasar. ujian nasional bertujuan

Persamaan Persepsi Antara Faktor-faktor Penghambat Pelaksanaan Proyek Konstruksi Menurut Kontraktor dan KonsultanA. Dari hasil uji T mengenai presepsi antara responden

Permasalahan yang terakhir adalah sistem penilaian hasil monev dan penyusunan indikator yang belum terstruktur.. Sistem penilaian dan struktur indikator