• Tidak ada hasil yang ditemukan

Teknika ATW(2013) halaman 1

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Teknika ATW(2013) halaman 1"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

PENINGKATAN EFEKTIFITAS KINERJA RADIATOR

Oleh :

Y. Yulianto Kristiawan1),Arif Setyo Nugroho2),Petrus Heru Sudargo3)

1),2),3)

Progdi.Teknik Mesin,Akademi Teknologi Warga Surakarta.

Abstract

One solution to overcome the over heating is the initial cooling process before going into the radiator with the addition of a tool that is a finned channel (PCM). To prove the extent to which the effectiveness of the device in the combustion engine using CFD simulation program. And could explain the phenomenon of heat transfer that occurs in pre laid duct finned radiator. Use of CFD results showed a decrease in temperature by using finned channel with a variable number of fins 6 and 11 respectively is 740C, 730C, whereas the number of fin direct studies 6 and 11 respectively are 74.570C, 73.570C.

Key word : PCM,over heating, CFD, Heat transfer

Salah satu solusi untuk mengatasi over heating adalah proses pendinginan awal sebelum masuk ke radiator dengan penambahan alat yang merupakan saluran bersirip (PCM). Untuk membuktikan sejauh mana efektivitas perangkat dalam mesin pembakaran menggunakan program simulasi CFD. Penjelasan fenomena perpindahan panas yang terjadi pada pra meletakkan saluran radiator bersirip. Penggunaan hasil CFD menunjukkan penurunan suhu dengan menggunakan saluran bersirip dengan sejumlah variabel sirip 6 dan 11 masing-masing adalah 740C, 730C, sedangkan jumlah sirip studi langsung 6 dan 11 masing-masing adalah 74.570C, 73.570C.

Kata kunci: PCM, over heating, CFD, perpindahan panas

I. Pendahuluan

Dalam hal dimensi yang kompak dan konsumsi bahan bakar dalam sebuah mobil tersebut tidak terlepas dari unjuk kerja pendinginan mesin karena apabila unjuk kerja pendinginan mesin bagus maka akan terdapat penghematan dalam konsumsi daya yang diperlukan proses pendinginan. Pada proses pendinginan mesin, peranan dimensi pompa pendinginan, dimensi fan pendingin, kecepatan pendinginan dan bentuk radiator menjadi faktor–faktor penentu kinerja pendinginan mesin.

Salah satu permasalahan yang sering muncul pada mesin kendaraan bermotor adalah terjadinya panas pada mesin yang berlebihan yang biasanya disebut dengan over heating. Penyebab dari kondisi ini antara lain sistem pendinginan yang bermasalah. Antara lain pada radiator, performa dari radiator sering bermasalah disebabkan karena terjadinya kerak sehingga pada saat proses pendinginan air tidak bisa maximal karena terhambat oleh kerak.

PCM adalah Phase Change Material, suatu teknik dalam penyimpanan kalor laten. Penggunaan PCM sebagai media penyimpanan kalor laten pada system TES (Thermal Energy Strorage) mempunyai banyak keuntungan. Farid, dkk (2008), Mengusulkan penggunaan PCM, dengan perbedaan suhu leleh untuk system penyimpanan kalor ini dengan udara sebagai media transfer kalor. Pada system yang diusulkan, PCM dimasukkan dalam pipa-pipa dan diletakkan berjajar vertical. Karena tahanan tranfer kalor udara cukup besar, maka pada system ini kecepatan pelelehan dan pembekuan PCM cukup kecil. Farid, dkk (2003,2007), Mengusulkan penggunaan PCM, dengan perbedaan suhu leleh untuk system penyimpanan kalor ini dengan udara sebagai media transfer kalor. Pada system yang diusulkan, PCM dimasukkan dalam pipa-pipa dan diletakkan berjajar vertical.

(2)

Karena tahanan tranfer kalor udara cukup besar, maka pada system ini kecepatan pelelehan dan pembekuan PCM cukup kecil. Watanabe, (2008). mengatakan bahwa untuk menaikan kecepatan transfer kalor dengan cara menaikan koefisien perpidahan kalor menyeluruh atau memperbesar luas permukaan kontak antara dua fluida kerja, yaitu dengan memberi fin atau sirip pada salah satu permukaan pipa atau memberi/ memasukan potongan-potongan besi pada PCM. Suhanan, (2005). Dengan bahan utama PCM berupa paraffin wax, dan penggunaan fin dalam sebuah pipa, didapat kesimpulan bahwa kecepatan perpindahan kalor antara dua media dalam system dan jumlah energi terakumulasi dapat ditingkatkan dengan penambahan fin pada salah satu permukaan alat penukar kalor. Akan terjadi kenaikan kecepatan perpindahan kalor dan akumulasi energi pada system yang cukup signifikan. Adanya perbedaan antara temperatur media transfer kalor dengan temperatur leleh media penyimpan energi (PCM) yang semakin tinggi juga akan menikkan laju perpindahan kalor serta akumulasi energi pada system.

Penambahan PCM pada saluran masuk radiator mampu menurunkan suhu air masuk radiator turun sebesar 100C. Sedangkan pemakaian sirip dengan jumlah 6 dan11 tanpa memakai parafin (PCM) mampu menurunkan suhu yang akan masuk ke radiator turun sebesar 3 – 80. Penurunan suhu mesin dengan modifikasi pengkondisian saluran oli oleh Tedjo (2006) dalam penelitianya perubahan saluran bersirip dari pabrikan ke modifikasi mampu menurunkan suhu mesin sebesar 180C, yang diukur di dalam ruang carter oli mesin. Dan untuk mengetahui efektifitas PCM tersebut digunakan sebuah program CFD.

Gambar 1 disain PCM

II. Bahan dan Metode

II.1 BAHAN

Bahan yang digunakan adalah a. Satu set PCM

b. Engine stand ( bensin) c. Alat ukur suhu

d. Disain komputasi dalam gambit.

Simulasi CFD yang dilakukan adalah dengan mempergunakan bentuk geometri saluran

bersirip dengan ukuran seperti pada gambar 2 (a), 2 (b) dan 2 (c).

(a). Dimensi sirip

(b) Dimensi sirip

output

input

Sirip 1

Sirip 11

(3)

Keterangan gambar 1. Suhu input radiator 2. Radiator

3. Suhu out put mesin

4. Saluran bersirip input no 1- 11 5. Saluran bersirip out put.

Gambar 1 (a) adalah gambar pandangan samping saluran bersirip dengan ukuran detail ukuran panjang dan jarak sirip, gambar 1 (b) adalah gambar pandangan depan dengan ukuran diameter pipa dan sirip sedangkan gambar 2 adalah gambar penempatan saluran bersirip pada engine stand. Pada simulasi CFD jumlah sirip divariabelkan 6 dan 11. Dimensi jarak sirip 11 seperti tampak pada gambar 1 (a) dan jarak sirip 6 pada di dua sisi luar berjarak sama sedangkan jarak antar sirip tengah berjarak 16 mm.

Pada Simulasi CFD material yang diambil adalah fluida air dengan temperatur masuk saluran bersirip 3500K (diambil dari pengukuran langsung).

II.2 METHODE

Metodologi penelitian ini disajikan sebagaimana pada diagram alir, prosedur simulasi dan pengujian sebagaimana terlihat dalam gambar 3.

IDE : PERPINDAHAN PANAS

PADA RADIATOR ALAT YANG TERSEDIA SETING ALAT

PENGUJIAN FUNGSI ALAT PENGAMBILAN DATA ANALISA ANALISA DATA HASIL PEMBUATAN DISAIN ( PROGRAM GAMBIT

DENGAN DIMENSI ALAT SESUNGGUHNYA)

COMPUTASI DENGAN FLUENT

HASIL ANALISA DATA DIBANDINGKAN HASIL PERBANDINGAN YA YA TIDAK TIDAK

Gambar 3 diagram alir penelitia

Gambar 2.Saluran bersirip

1

2

3

4

5

(4)

III. KAJIAN PUSTAKA

Perpindahan kalor serta penurunan tekanan (pressure drop) yang terjadi sangat bergantung pada karakteristik inti radiator. Cairan pendingin (air) yang dipompakan masuk ke dalam radiator pada temperatur ± 80 0C akan melepaskan kalornya akibat adanya perbedaan temperatur yang lebih rendah yaitu antara temperatur air dengan dinding pipa radiator bagian dalam, yang berpindah secara konveksi. Selanjutnya perbedaan temperatur yang lebih rendah antara dinding pipa bagian dalam dengan dinding pipa bagian luar akan memicu terjadinya perpindahan panas secara konduksi, dan perpindahan panas dengan cara yang sama akan diteruskan lagi pada sirip-sirip yang sengaja disambungkan pada dinding pipa bagian luar. Untuk mendapatkan penyerapan panas air yang diinginkan maka dengan bantuan kipas (fan), udara ditiupkan pada arah menyilang terhadap radiator sehingga perbedaan temperature antara sirip dan dinding pipa bagian luar terhadap udara tersebut kembali memicu terjadinya perpindahan panas secara konveksi.

1. Konduksi panas melalui dinding rata

... (1) Dimana :

q = konduksi panas melalui dinding rata (W) k = konduktivitas kalor (W/m.k)

A = luas penampang (m2 ) x = tebal dinding (m)

T1 = temperatur pada dinding luar bagian kiri (K) T2 = temperatur pada dinding luar bagian kanan (K) 2. Konduksi panas melalui silinder

... (2) Dimana :

Q = laju perpindahan panas konveksi (W) T1 = temperatur dinding dalam (

o K) T2 = temperatur dinding luar (

o K) ro = jari-jari luar (m)

r1 = jari-jari dalam (m) 3. Perpindahan panas konveksi atau aliran

... (3) Dimana

Q = laju perpindahan panas konveksi (W) H = koefisiensi perpindahan panas (W/m2oC) A = Luas penampang

Tw = temperatur permukaan dinding (oK) T∞ = temperatur fluida (o

K) 4. Perpindahan panas konveksi pada pipa

Untuk menentukan pola aliran, ditentukan dengan angka Reynolds.

... (4) Dimana

Re = angka Reynold

= massa jenis fluida (kg/m3) = diameter dal am pipa (m) = viskositas dinamika (kg/m.s)

(5)

Jika bilangan Reynold ≤ 2300 aliran laminar Jika bilangan Reynold ≥ 4000 aliran turbulen

Jika bilangan Reynold 2300 ≤ Re ≤ 4000 aliran transisi. 5. Perpindahan kalor konveksi persatuan panjang

... (5) Dimana

= perpindahan panas konveksi persatuan panjang (W/m) = koefisiensi perpindahan panas konveksi (W/m2.C) = diameter dalam pipa (m)

= suhu dinding (K) = suhu fluida gas (K)

IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. HASIL

Hasil iterasi yang diambil adalah countur temperatur pada saluran input, temperatur pada saluran output dan temperatur pada sirip. Perpindahan panas yang terjadi pada saluran bersirip (suhu air ke sirip) adalah jenis Konduksi. Aliran fluida yang berupa air dari kepala silinder dengan suhu sebesar 3500K pada engine stand L 300 bensin dan laju air diambil sebesar 0.025 m/s. Setelah digambar dan dilakukan perhitungan dengan mempergunakan CFD diperoleh hasil sebagai berikut:

1. Pengaruh Suhu pada saluran 6 sirip

Hasil besaran suhu pada saluran bersirip yang diambil mulai dari input, dinding saluran masuk (wall kiri), sirip 1 (wall 1) sampai sirip 6 (wall 6), dinding saluran output (wall kanan), output adalah seperti tampak pada tabel 1. Pengambilan data didasarkan pada hasil iterasi program fluent .

Tabel 1. Hasil besaran suhu pada saluran sirip 6

Komponen T (0K)

inlet_air (H20) 349.6

wall_kiri (Dinding pipa kiri) 345.6

wall_1 (sirip ke 1) 345.1 wall_2 (sirip ke 2) 345.9 wall_3 (sirip ke 3) 346.2 wall_4 (sirip ke 4) 346.3 wall_5 (sirip ke 5) 346.3 wall_6 (sirip ke 6) 346.4

wall_kanan (Dinding pipa kanan) 346.4

(6)

Gambar 4 pengaruh suhu hasil komputasi

Hasil perubahan suhu pada saluran bersirip yang diambil mulai dari input, dinding saluran masuk (wall kiri), sirip 1 (wall 1) sampai sirip 11 (wall 11), dinding saluran output (wall kanan), output adalah seperti tampak pada tabel 1.

Tabel 2. Hasil perubahan suhu pada saluran sirip 11

Komponen T (0K)

inlet_air (H20) 348.5

wall_kiri (Dinding pipa kiri) 332.2

wall_1 (sirip ke 1) 332.9 wall_2 (sirip ke 2) 334.6 wall_3 (sirip ke 3) 335.7 wall_4 (sirip ke 4) 336.4 wall_5 (sirip ke 5) 337.05 wall_6 (sirip ke 6) 337.5 wall_7 (sirip ke 7) 337.89 wall_8 (sirip ke 8) 338.2 wall_9 (sirip ke 9) 338.5 wall_10 (sirip ke 10) 338.8 wall_11 (sirip ke 11) 339.02

wall_kanan (Dinding pipa kanan) 339.9

(7)

Gambar 4 pengaruh suhu hasil komputasi B. PEMBAHASAN

Tabel 1 dan gambar 3 merupakan data hasil dari iterasi fluent saluran 6 sirip.

Pada saluran pipa masuk temperatur masuknya sebesar 349.5700K dan suhu keluar 346.4330K). Penurunan yang cukup besar terjadi dsari input ke dinding saluran masuk (wall kiri) sampai ke sirip 1 (wall 1). Suhu sirip terjadi peningkatan dimulai dari wall 2 (sirip 2) sampai output. Suhu pada saluran output sebesar 346.4330K. Jadi saluran dengan mempergunakan 6 sirip suhu air masuk sebesar 349.5700K dan suhu keluar dari saluran bersirip sebesar 346.4330K. Jadi penurunan dengan mempergunakan 6 sirip adalah sebesar 3.140K

Tabel 3: Suhu Hasil Penelitian dan Hasil CFD (Sirip 6) JML SIRIP T input (0K) T output (0K) P F P F 6 350 350 347.6 346.4

Ket: P : Hasil penelitian ; F: Hasil dengan mempergunakan CFD

Dari uraian diatas dapat disimpulkan dengan besaran suhu input yang sama 3500K. Dari hasil pengujian didapat hasil 347.60K sedangkan dengan mempergunakan CFD didapat 3470K. terdapat selisih 0,6 0K

Tingkat perbedaan hasil dari saat penelitian langsung pada engine dengan mempergunakan program CFD sebesar 1.1370K, faktor utamanya adalah pemakaian alat ukur pengambil data suhu. Tabel 2 dan Gambar 4 merupakan data hasil dari iterasi fluent sirip.saluran 11 sirip. Pada pipa di dekat input, saluran suhu pipa sebesar 332.20K. Temperatur masuk sebesar 348.50K dan suhu keluar sebesar 341.030K. Suhu terjadi penurunan yang drastis dari suhu input menuju dinding kiri dan dari dinding kiri samapai ke output terjadi peningkatan secara perlahan. Suhu pada saluran output sebesar 3410K. Jadi penurunan dengan mempergunakan 11 sirip adalah sebesar 7.520K Tabel 4: Suhu Hasil Penelitian dan Hasil CFD

JML SIRIP

T input (0C) T output (0C)

P F P F

11 350 348.5 346.5 341.03

(8)

Dari uraian diatas dapat disimpulkan dengan besaran suhu input yang sama 3500K. Penelitian langsung dengan mempergunakan mesin L300 bensin (gambar 2 c) didapat hasil 346.570K sedangkan dengan mempergunakan CFD didapat 341.0330K.

Tingkat perbedaan hasil dari saat penelitian langsung pada engine dengan mempergunakan program CFD, faktor utamanya adalah pemakaian alat ukur pengambil data suhu. Jadi dari jumlah sirip mempengaruhi dari hasil transfer panas melalui sirip, besaran output suhu antara sirip 6 dan 11 terjadi perbedaan tingkat penurunan suhu suhu output pada sirip 6 sebesar 346.4330K dan sirip 11 sebesar 341.030K. Jumlah sirip sangat mempengaruhi besaran luasan perpindahan panas yaitu luas sejumlah sirip ditambah luas dinding silinder yang tidak diberi sirip.

V. SIMPULAN

Dari hasil simulasi CFD suhu input saluran bersirip sebesar 3500K dan suhu out put pada saluran dengan jumlah sirip 6 adalah 346.40K, sirip 11 adalah 341.030K. Hasil dari penelitian langsung pada saluran dengan jumlah sirip 6 adalah 347.50K, sirip 11 adalah 346.50K. Jadi dengan mempergunakan program CFD hasil yang didapat mendekati dari hasil dari penelitian langsung, sirip 6 adalah 347.50K dan sirip 11 adalah 341.030K. Jadi akurasi penggunaan program CFD dibandingkan dengan penelitian langsung untuk 6 sirip dan 11 sirip sebesar 99.673% dan 98.560%. Jumlah sirip sangat mempengaruhi besaran luasan perpindahan panas yaitu luas sejumlah sirip ditambah luas dinding silinder yang tidak diberi sirip.

Daftar Pustaka

[1] Farid, M., Kim, Y., Honda, T., and Kanzawa, A. (2003), The Role of Convection During Melting and Solidification of PCM in Vertical Cylinder, Chem, Eng. Comm, 8,43-60.

[2] Farid, M., Kim, Yand Kanzawa, A. (2007), Thermal performance of a Heat Storage Module

Using PCM’s with Different Melting Temperatues: Experimental, Trans. ASME, J., Solar

Energy Eng., 112, 125-131.

[3] JP Holman, 1997, Perpindahan Kalor, Erlangga, Jakarta.

Panut Mulyono, Suhanan (2008), Studi Perpindahan Panas pada Alat Penukar Panas Untuk

Menyimpan Panas Laten, PPIPD, 1997/1998.

[4] Suhanan (2008), Analisis Pengaruh Peggunaan Fin Terhadap Peningkatan Perpindahan

Kalor Pada Alat Penukar Kalor Untuk menyimpan Kalor Laten. Jurnal Media Teknik No 2 Tahun XXI, 46-51.

[5] Watanabe, T., Kikuchi, H., and Kanzawa, A. (1993), Rates in a Latent Heat Storage System

by Use of PCM with Different Meltig Temperatures, Heat Recovery System &CHP, 13 (1),

57-66.

[6] Yanadori, M., and Matsuda, T. (2008), Heat Tranfer Study on a Heatr Storage Container

with Phase Change Material, Solar Energy, 36 (2), 169-177.

[7] Suhanan (2008), Analisis Pengaruh Peggunaan Fin Terhadap Peningkatan Perpindahan

Kalor Pada Alat Penukar Kalor Untuk menyimpan Kalor Laten. Jurnal Media Teknik No 2

Tahun XXI, 46-51.

[8] Toufiq Hidayat, Arif Setyo Nugroho, 2013, Studi Perpindahan panas pada alat bantu pendinginan Pra Radiator pada Engine Stand Bensin Dengan Menggunakan Program CFD. POLITEKNOSAINS.

Gambar

Gambar 1 disain PCM   II. Bahan dan Metode
Gambar  1  (a)  adalah  gambar  pandangan  samping  saluran  bersirip  dengan  ukuran  detail  ukuran panjang dan jarak sirip, gambar 1 (b) adalah gambar pandangan depan dengan ukuran  diameter  pipa  dan  sirip  sedangkan  gambar  2    adalah  gambar  pen
Gambar 4 pengaruh suhu hasil komputasi
Gambar 4  pengaruh suhu hasil komputasi  B.  PEMBAHASAN

Referensi

Dokumen terkait

Pada siklus III guru telah menerapkan belajar dengan Pembelajaran model Problem Based Larning dengan baik dan dilihat dari aktivitas siswa serta hasil belajar

Hasil inventarisasi kekayaan spesies tumbuhan tingkat tinggi yang diperoleh berdasarkan pengamatan menggunakan plot persegi panjang dengan ukuran 50x200 m 2

Media pembelajaran adalah semua alat (bantu) atau benda yang digunakan dalam kegiatan belajar mengajar, dengan maksud untuk menyampaikan pesan (informasi) pembelajaran dari

Guru Data dan Maklumat Sekolah (GDM) akan melaksanakan semakan dan pengemaskinian data sedia ada dan membuat pengisian data untuk variabel baharu di dalam

”Akan tetapi pada perkawinan kedua atau berikutnya, jika ada anak dan ketururnan dari perkawinan yang sebelumnya, suamiatai istri yang baru, oleh percampuran harta dan

Berdasarkan nilai loading, variabel yang perlu dikembangkan adalah pengetahuan tentang dampak potensial gempa bumi terhadap fasilitas fisik dan bangunan (0,78),