• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUAN PUSTAKA. scombridae danclupeidae. Ikan Selar Kuning memiliki ciri-ciri morfologi seperti:

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "TINJAUAN PUSTAKA. scombridae danclupeidae. Ikan Selar Kuning memiliki ciri-ciri morfologi seperti:"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

TINJAUAN PUSTAKA

Ikan Selar Kuning (Selaroides leptolepis)

Ikan Selar Kuning (Selaroides leptolepis) termasuk salah satu spesies dari famili Carangidae. Jenis ikan ini merupakan ikan pelagis yang hidup di bagian dekat permukaan maupun dasar perairan. Penyebarannya cukup luas, hampir bisa ditemukan di daerah Indonesia Pasifik. Jenis Ikan Selar Kuning pada sebagian masyarakat dianggap sebagai ikan rucah, sehingga harga jualnya relatif rendah. Alat tangkap yang digunakan untuk menanngkap ikan ini adalah jaring insang, bagan sero (Sudradjat, 2006).

Ikan Selar Kuning tergolong ikan pelagis yang suka bergerombol (schooling) ikan iniberkerabat dengan ikan pelagis lainnya seperti golongan famili scombridae danclupeidae. Ikan Selar Kuning memiliki ciri-ciri morfologi seperti: memiliki panjang maksimum 22 cm dan rata-rata 15 cm. Bentuk badan pipih,lonjong dan memanjang, sirip punggung dan sirip dubur tanpa sirip tambahan, tidakterdapat gigi pada rahang bagian atas, sisik yang menebal relatif besar, terdapatsebuah garis kuning lebar dari pinggiran bagian atas mata ke batang ekor, padaoperkulum bagian atas terdapat bintik hitam terang. Ikan Selar Kuning termasuk ikanlaut perenang cepat dan kuat (www.fishbase.org 2009). Ikann Selar Kuning dapat dilihat pada Gambar 2.

(2)

Gambar 2. Ikan Selar Kuning (Selaroides leptolepis)

Klasifikasi Ikan Selar Kuning menurut Saanin (1984) dalam Damayanti (2010) adalah sebagai berikut :

Kingdom : Animalia Filum : Chordata Kelas : Actinopterygii Ordo : Perciformes Famili : Carangidae Genus : Selaroides

Spesies : Selaroides leptolepis

Ikan Selar Kuning (Selaroides leptolepis) hidup bergerombol deperairan pantai, panjang ikan ini dapat mencapai 20 cm dan umumnya 15 cm, dan termasuk ikan buas pemakan ikan kecil dan udang-udang kecil ikan ini biasanya ditangkap menggunakan paying, pursein seine, sero, jarring insang, dipasarkan dalam bentuk segar, asin kering, asin rebus, dipasrkan dalam bentuk segar. Ikan Selar Kuning menyebar diseluruh perairan Indonesia, Teluk Bengkala, Teluk Siam, sepanjang laut Cina Selata, keselatan meliputi peraira (Genisa,1999).

(3)

Habitat Ikan Selar Kuning

Ikan Selar Kuning termasuk ikan laut perenang cepat dan kuat. Penyebaran ikan ini adalah semua laut di daerah tropis dan semua lautan Indopasifik. Ikan ini banyak tertangkap di perairan pantai serta hidup berkelompok (Wijayanti, 2009). Ikan dari genus Caranx/selar kuning teridentifikasi di perairan Indonesia sebanyak 30 jenis, yang tersebar mulai dari perairan Indonesia Barat sampai Indonesia Timur. Ikan Selar Kuning lebih banyak jumlah dan jenisnya di peraira Indonesia Timur dibandingkan dengan perairan Indonesia Barat. Daerah distribusi Ikan Selar Kuning meliputi Sumatera (Tarusan, Padang, Tiku, Pariaman, dan Sibolga), Nias, Pulau Weh, Singapura, Jawa, Bali, Lombok, Sumbawa, Sulawesi (Makasar, Bulukumba dan Manado), dan Laut Banda (Weber dan Beaufort, 1913). Distribusi Ikan Selar Kuning dapat dilihat pada Gambar 3.

Gambar 3. Distribusi Ikan Selar Kuning Kuning (Selaroides leptolepis) (www.fishbase.org).

Daerah penyebaran Ikan Selar Kuning dapat dilihat pada Gambar 3 yaitu meliputi Pasifik bagian barat, tersebar hampir di seluruh Indonesia, Persian,

(4)

Philippina, Jepang bagian utara, Arafuru bagian selatan dan Australia. Ikan Selar Kuning hidupnya di berada di kedalaman 1-25 m (www.fishbase.org, 2015).

Alat Tangkap Ikan Selar Kuning Purse Seine

Pukat cincin atau purse seine adalah sejenis jaring yang di bagian bawahnyadipasang sejumlah cincin atau gelang besi. Pukat cincin dioperasikan dengan caramelingkarkan jaring terhadap gerombolan ikan. Pelingkaran dilakukan dengan cepat,kemudian secepatnya menarik purse line diantara cincin-cincin yang ada, sehinggajaring akan membentuk seperti mangkuk. Pukat cincin dapat dilihat pada Gambar 4.

Gambar 4. Pukat Cincin (Purse Seine) (Damayanti, 2010).

Kecepatan tinggi diperlukan dalam hal iniagar ikan tidak dapat meloloskan diri. Setelah ikan berada di dalam mangkuk jaring,lalu dilakukan pengambilan hasil tangkapan menggunakan serok atau penciduk.Pukat cincin dapat dioperasikan pada siang hari maupun malam hari.Pengoperasian pukat cincin pada siang hari sering menggunakan rumpon ataupayaos sebagai alat bantu pengumpul ikan (Damayanti, 2010).

(5)

Pengoperasian alattangkap dipengaruhi beberapa variabelpenting, yaitu, kecepatan kapal, dayatenggelam jaring, cepat menutup menjadimangkuk. Tingkah laku ikankaitannya dalam merespon sumber cahayayang sering dimanfaatkan oleh nelayanadalah kecenderungan ikan untukberkumpul di sekitar sumber cahaya. Ikan cenderung tertarik mendekaticahaya, ikan-ikan tersebut kemudiandikumpulkan sampai pada jarak jangkauanalat tangkap (catchability area) denganmenggunakan cahaya yang relatif rendahfrekuensinya, secara merah digunakan pada tahap akhirpenangkapan ikan (Rosyidah, 2009).

Jaring Insang Lingkar

Jaring insang lingkar (semi-encircling gill net) dikenal dengan istilah lokal sebagai soma darape, yang memanfaatkan tingkah laku migrasi ikan ke arah pantai pada saat pasang naik, dan kembali ke arah laut pada saat air surut. Jaring dipasang berbentuk setengah lingkaran ke arah pantai ketika puncak pasang maksimum, dan ketika air surut ikan akan terperangkap pada bentangan jaring. Jaring insang dapat dilihat pada Gambar 5.

(6)

Alat tangkap soma darape ini tergolong tradisional, tetapi masih dioperasikan oleh nelayan di Teluk Amurang walaupun bersifat merusak sumberdaya ikan; karena konstruksinya sederhana, relatif murah dan mudah dioperasikan dengan perahu ukuran kecil (Cumentas, 2016).

Pendekatan yang dapat dilakukan adalah dengan memahami perilaku ikan sebagai bagian dari komponen biologis. Dari berbagai perilaku ikan yang dapat dikaji sebagai bahan pertimbangan dalam pengelolaan sumberdaya, salah satunya adalah distribusi tertangkapnya ikan pada alat tangkap jaring insang soma darape rumpon. Nelayan jaring insang soma darape rumpon memanfaatkan ikan-ikan yang lolos dari pukat cincin, di mana nelayan mengoperasikan jaring insang soma darape tersebut pada jarak 1–2 meter di belakang jaring pukat cincin (Dimara, 2015).

Soma darape dapat menangkap ikan dengan berbagai macam ukuran dan jenis. Dengan demikian tertangkapnya ikan-ikan muda (recruit-ment overfishing), dan kerusakan habitat di daerah pasang surut seperti terumbu karang dan padang lamun, karena terinjak-injak oleh nelayan ketika akan mengambil ikan hasil tangkapan. Oleh karena itu penelitian ini bertujuan untuk mempelajari jenis dan komposisi hasil tangkapan soma darape; serta menilai ukuran legal hasil tangkapan (Cumentas, 2016).

Jaring Insang Hanyut dan Permukaan

Alat tangkap yang paling banyak digunakan selang 5 tahun terakhir adalah jaring insang hanyut. Jaring insang hanyut tergolong pada alat tangkap yang proses pengoperasiannya dengan cara dihanyutkan. Berdasarkan buku tahunan statistik perikanan tangkap Sumatera Selatan (2008 - 2012) tercatat rumah tangga

(7)

produksi (RTP) yang melakukan penangkapan dengan alat tangkap jaring insang hanyut terus mengalami peningkatan tiap tahunnya, peningkatan paling drastis terjadi di tahun 2011 dimana terjadi peningkatan sebesar 6,8 % yang sebelumnya di tahun 2010 RTP jaring insang hanyut hanya berjumlah 176, di tahun 2011 meningkat menjadi 188 (Heron, 2015).

Konstruksi jaring insang permukaan yang digunakan adalah benang dari bahan polyamide no. 25, mata jaring berukuran 1,5 dan 1,75 inci, nilai kerutan 45 %, dan tinggi jaring 280 mata. Hasil tangkapanya didominasi oleh dengan komposisi ukuran (panjang standar) berkisar antara 17 cm sampai 26 cm. Dalam satu trip dilakukan 2 kali penangkapan, yakni pada pukul 19:00 – 21:00 dan menjelang pagi pada pukul 3:00/4:00 – 5:00/6:00).Ada dua asumsi yang digunakan berkaitan dengan percobaan ini. Asumsi-asumsi tersebut adalah sebagai berikut: pengaruh faktor lingkungan seperti arus, suhu, maupun faktor lainnya dianggap konstan dan semua nelayan yang mengoperasikan jaring insang permukaan yang dijadikan setiap satuan percobaan mempunyai ketrampilan yang sama (Tawari, 2013).

Gambar 6. Pengoperasian Jaring Insang Permukaan di Rumpon (Tawari, 2013).

(8)

Pertumbuhan

Pertumbuhan adalah pertambahan ukuran panjang atau berat dalam suatu waktu sedangkan pertumbuhan bagi populasi adalah sebagai pertambahan jumlah. Sesudah masa larva berakhir bentuk ikan akan hampir serupa dengan bentuk induknya. Pada umumnya, perubahan tersebut hanya perubahan kecil seperti panjang sirip dan kemontokan tubuh. Pertumbuhan merupakan proses biologis yang kompleks dimana banyak faktor yang mempengaruhinya. Faktor ini dapat digolongkan menjadi dua macam yakni faktor dalam dan faktor luar. Faktor-faktor tersebut ada yang dapat dikontrol dan bahkan ada yang tidak dapat dikontrol. Faktor dalam merupakan faktor yang sukar untuk dikontrol diantaranya adalahketurunan, sex, umur, parasit, dan penyakit. Faktor luar utama yang mempengaruhipertumbuhan adalah makanan dan suhu perairan. Di daerah tropis, makananmerupakan faktor yang lebih penting daripada suhu perairan (Effendie, 1979).

Pertumbuhan dapat diartikan sebagai pertambahan ukuran panjang dan berat dalam suatu waktu. Pertumbuhan secara individual dapat dikatakan sebagai pertambahan jaringan akibat dari pembelahan sel secara mitosis. Tubuh ikan terdiri dari dua bagian yaitu tulang dan otot (daging ikan) yang tersusun atas serat. Serat-serat tersebut meningkat bersama meningkatnya umur, tingkat pemberian nutrisi, serta oleh perkembangan bobot badan (Kusumaningrum, 2014).

Pertumbuhan ikan merupakan perubahan dimensi (panjang, berat, volume, jumlah dan ukuran) persatuan waktu baik individu, stok maupun komunitas,sehingga pertumbuhan ini banyak dipengaruhi faktor lingkungan seperti makanan,

(9)

jumlah ikan, jenis makanan, dan kondisi ikan. Pertumbuhan yang cepat dapatmengindikasikan kelimpahan makanan dan kondisi lingkungan yang sesuai (Moyle dan Cech 2004 dalamTutupoho, 2008).

Banyak faktor yang mempengaruhi pertumbuhan diantaranya adalah jumlah dan ukuran makanan yang tersedia, jumlah ikan yang menggunakansumber makanan yang tersedia, suhu, oksigen terlarut, faktor kualitas air, umur dan ukuran ikan serta kematangan gonad. Pertumbuhan dapat dinyatakan dengan ekspresi matematika. Misalnya yang dimaksud dengan pertumbuhan mutlak adalah ukuran rata-rata ikan pada umur tertentu, seperti ukuran panjang rata-rata ikan berumur satu tahun atau bobot rata-rata ikan berumur tiga tahun dan sebaginya (Effendie, 1979).

Faktor lingkungan yang memegang peranan sangat penting adalah zat hara dan suhu lingkungan. Pertumbuhan dapat diartikan juga sebagai pertambahan ukuran panjang atau bobot dalam suatu waktu, sedangkan pertumbuhan bagi populasi sebagai peningkatan biomassa suatu populasi yang dihasilkan oleh akumulasi bahan-bahan dari lingkungan. Akan tetapi kalau dilihat lebih lanjut, sebenarnya pertumbuhan itu merupakan proses biologis yang kompleks dimana banyak faktor yang mempengaruhinya (Fujaya, 2004).

Faktor yang mempengaruhi pertumbuhan digolongkan menjadi dua bagian yaitu faktor dalam dan luar. Faktor dalam umumnya adalah faktor yang sukar dikontrol, diantaranya adalah keturuanan, seks, umur, parasit, dan penyakit. Faktor luar yang utama mempengaruhi pertumbuhan adalah makanan dan suhu perairan. Di daerah tropik makanan merupakan faktor yang lebih penting dari

(10)

pada suhu perairan. Ikan dengan makanan berlebih akan tumbuh lebih pesat (Effendie, 2002).

Metode Ford Walford merupakan metode sederhana dalam menduga parameter pertumbuhan L∞ dan K dari persamaan Von Bertalanffy dengan interval waktu pengambilan contoh yang sama. Metode ini memerlukan masukan panjang rata-rata ikan dari beberapa kelompok ukuran. Kelompok ukuran dipisahkan dengan menggunakan program FISAT II (FAO-ICLARM Stok Assesment Tool) yaitu dengan metode NORMSEP (Norma Separation). Indeks separasi menggambarkan kualitas pemisahan dua kelompok umur yang berdekatan. Apabila indeks separasi kurang dari dua (<2) maka tidak mungkin dilakukan pemisahan kelompok umur karena akan terjadi tumpang tindih dengan kedua kelompok umur (Brojo dan Sari, 2002).

Hubungan Panjang dan Bobot

Hubungan panjang bobot sangat penting dalam biologi perikanan, karena dapat memberikan informasi tentang kondisi stok (Pauly, 1984). Data biologi berupa hubungan panjang dan bobot melalui proses lebih lanjut akan menghasilkan keluaran terakhir berupa tingkat penangkapan optimum dan hasil tangkapan maksimum lestari (Sparre dan Venema, 1999).

Berdasarkan penelitian yang pernah dilakukan oleh Febrianti, dkk. (2013) diketahui bahwa persamaan hubungan panjang berat Ikan Selar Kuning adalah W = 0,1180 L2,19. Dari nilai b yang diperoleh yaitu 2,19 dan setelah dilakukan uji t (α = 0,05) terhadap nilai b tersebut diketahui bahwa Ikan Selar Kuning memiliki pola pertumbuhan allometrik negatif, artinya pertambahan panjang lebih cepat daripada pertambahan berat.

(11)

Perhitungan hubungan panjang dan bobot antara ikan jantan dan betinasebaiknya dipisahkan, karena umumnya terdapat perbedaan hasil antara ikan jantandan ikan betina (Effendie, 1979). Tipe pertumbuhan memberikan informasi mengenai baik atau buruknya pertumbuhan ikan yang hidup di lokasi pengamatan, sehingga akan ada gambaran mengenai ekosistem yang sesuai atau tidak untuktempat ikan tersebut (Utomo, 2002).

Persamaan hubungan panjang bobot ikan dimanfaatkan untuk bobot ikan melalui panjangnya dan menjelaskan sifat pertumbuhannya. Bobot dapat dianggap sebagai satu fungsi dari panjang. Hubungan panjang dengan bobot hampir mengikuti hukum kubik yaitu bahwa bobot ikan sebagai pangkat tiga dari panjangnya. Dengan kata lain hubungan ini dapat dimanfaatkan untuk menduga bobot melalui panjang. Hasil analisis hubungan panjang bobot akan menghasilkan suatu nilai konstanta (b), yaitu harga pangkat yang menunjukkan pola pertumbuhan ikan. Ikan yang memiliki pola pertumbuhan isometrik (b=3), pertambahan panjangnya seimbang dengan pertambahan bobot. Sebaliknya apabila ikan dengan pola pertumbuhan allometrik (b≠3) menunjukkan pertambahan panjang tidak seimbang dengan pertambahan bobot. Pola pertumbuhan allometrik positif bila b>3, yang menunjukkan bahwa pertambahan bobot lebih dominan dibandingkan dengan pertambahan panjang sedangkan pola pertumbuhan allometrik negatif apabila nilai b<3, hal ini menandakan bahwa

pertambahan panjang lebih cepat dibandingkan pertambahan bobot (Effendie 1979).

(12)

Faktor Kondisi

Nilai faktor kondisi merupakan suatu instrumen yang efisien dan dapat menunjukkan perubahan kondisi ikan sepanjang tahun. Parameter pertumbuhan ini dapat menggambarkan keragaan biologi ikan, seperti kemontokan ikan, perkembangan gonad, kesesuaian terhadap lingkungan, kapasitas fisik untuk survival dan reproduksi siklus hidup ikan dan keseimbangan ekosistem serta memberikan informasi kapan ikan memijah (Yudha, 2015).

Faktor kondisi atau ponderal indek perhitungannya berdasarkan kepada panjang dan bobot ikan. Faktor kondisi ada tiga macam, yaitu :

K = Panjang dalam cm dan bobot dalam gram, pada sistim metrik. C = Panjang dalam inci dan bobot dalam pon, pada sistim Inggris.

R = Panjang dalam inci dan bobot dalam gram, gabungan kedua sistim di atas. Sistim gabungan ini biasa dipakai di Amerika Serikat, terutama diterapkan untuk ikan-ikan yang berukuran kecil, karena bobot ikan yang kurang dari satu pon akan baik ditimbang dengan gram. Faktor kondisi berguna dalam mengevaluasi nilai penting berbagai area tempat pemijahan ikan. Secara singkat dapat dikatakan bahwa faktor kondisi memperlihatkan sebagai suatu instrumen yang efisien dan menunjukkan perubahan kondisi ikan sepanjang tahun Perhitungan faktor kondisi terdiri atas dua persamaan, yaitu persamaan faktor kondisi (FK) untuk pertumbuhan isometrik (b = 3) dan persamaan faktor kondisi (FK) untuk pertumbuhan allometrik (b ≠ 3) (Effendie, 1979).

Mortalitas dan Laju Eksploitasi

Parameter pertumbuhan dan mortalitas tetap konstan untuk seluruh wilayah sebaran stok sehingga kita dapat menggunakannya untuk kajian stok.

(13)

Konsep stok berkaitan erat dengan konsep parameter pertumbuhan dan mortalitas. Parameter pertumbuhan merupakan nilai numerik dalam persamaan dimana dapat memprediksi ukuran badan ikan setelah mencapai umur tertentu. Parameter mortalitas menggambarkan suatu laju kematian yakni jumlah kematian per unit waktu. Sifat utama suatu stok yakni parameter pertumbuhan dan mortalitas tetap konstan di seluruh wilayah penyebarannya. Perikanan didasarkan pada stok spesies liar yang hidup di lingkungan yang alami (Sparre dan Venema 1999).

Dalam populasi yang tidak dieksploitasi, mortalitas total mencangkupmortalitas alami yang terdiri dari proses-proses seperti pemangsaan, penyakit, dan kematian melalui perubahan-perubahan drastis dari lingkungan. Dalam populasiyang dieksploitasi, mortalitas total terdiri dari mortalitas alami dan mortalitas penangkapan. Dalam menentukan tingkat dan pola yangmemadai dari mortalitas penangkapan secara substansial dihambat oleh kesulitandalam melakukan estimasi kelimpahan populasi dan laju dinamika populasi sertakeragamannya (Widodo dan Suadi 2006).

Ada dua pendekatan umum untuk menduga mortalitas. Salah satu diantaranya adalah mempertimbangkan fraksi populasi yang dipanen sebagai pengukuran jumlah eksploitasi, dan cara lainnya adalah mempertimbangkan beberapa usaha alat penangkapan tertentu yang proposional dengan kekuatan fishing mortality. Laju eksploitasi atau pendugaan kematian karena fishing diberi batasan sebagai kemungkinan ikan akan mati karena penangkapan perikanan selama periode tertentu bila semua faktor penyebab kematian terhadap populasi (Effendie, 2002).

(14)

Stok tidak dapat dikontrol secara langsung dengan cara yang tepat oleh manusia untuk mengontrol stok domestiknya. Namun demikian stok suatu spesies ikan sangat dipengaruhi oleh aktivitas manusia dan untuk meningkatkan suatu taraf dan kesuksesan perikanan bergantung pada keadaan stok dari ikan itu sendiri. Perubahan ukuran stok dapat disebabkan oleh adanya berbagai perubahan dalam hal lingkungan, proses rekrutmen, pertumbuhan, kegiatan penangkapan, populasi organisme mangsa (prey), pemangsa (predator) atau pesaing (kompetitor) (Sparre & Venema 1999).

Beverton dan Holt (1956) dalam Sudrajdat (2006) menjelaskan bahwa tingkat eksploitasi (E) diperoleh dari rumus E = F/(F+M) dengan F (mortalitas pengakapan) dan M (mortalitas alami). Dengan asumsi bahwa nilai optimum F dari stok ikan yang dieksploitasi (F opt) adalah sebanding dengan mortalitas alaminya (M), maka eksploitasi optimum yang diharapkan adalah sama dengan 0,5. Selanjutnya Mbawuike, dkk., (2011) menjelaskan bahwa kematian ikan dapat terjadi karena beberapa faktor termasuk strses, suhu, kekurangan makanan dan oksigen, teknik penangkapan yang salah berlebihan.

Parameter Fisika dan Kimia Perairan

Secara teoritis laju pertumbuhan setiap organisme sangat dipengaruhi oleh umur dan kondisi lingkungannya. Kondisi lingkungan dan kesuburan perairan dapat mempengaruhi pola rekrutmen ikan (Sudrajat, 2006). Data pendukung yang berkaitan dengan pertumbuhan dan laju eksploitasi Ikan Selar Kuning adalah aspek lingkungan perairan (Suhu, DO, kecerahan, pasang surut, pH, dan salinitas).

(15)

Suhu

Dalam setiap penelitian ekosistem akuatik pengukuran temperatur air merupakan hal yang mutlak. Hal ini disebabkan karena kelarutan berbagai jenis zat di dalam air serta semua aktivitas biologi-fisiologi di dalam ekosistem akuatik sangat dipengaruhi oleh temperatur. Temperatur juga merupakan faktor pembatas utama pada suatu perairan karena ekosistem akuatik seringkali mempunyai toleransi yang sempit terhadap perubahan temperatur. Temperatur mempunyai pengaruh besar terhadap kelarutan oksigen di dalam air apabila temperatur naik, maka kelarutan oksigen dalam air menurun. Bersamaan dengan itu peningkatan aktivitas metabolisme organisme akuatik, sehingga kebutuhan akan oksigen juga akan meningkat (Barus, 2004).

Faktor-faktor yang mempengaruhisuhu permukaan air laut dan suhu udara ialahkeseimbangnan kalor dan keseimbangan masa air dilapisan permukaan laut. Faktor meteorologi yang kelembaban, suhu udara, kecepatan angin, penyinaranmatahari dan suhu permukaan laut itu sendiri. Kondisiiklim mempunyai peran utama terhadap permukaan airlaut, sehingga di Indonesia mempunya empat musim (Hadikusumah, 2008).

Menurut hukum Van’t Hoffs kenaikan temperatur sebesar 10ºC (hanya pada kisaran yang masih ditolerir) akan meningkatkan laju metabolisme dari organisme sebesar 2-3 kali lipat. Temperatur yang relatif tinggi pada suatu perairan tersebut dapat meningkatkan metabolisme organisme yang ada pada perairan tersebut,DO sehingga jumlah oksigen terlarut berkurang. Akibatnya, ikan dan hewan air akan mati (Barus, 2004).

(16)

Oksigen Terlarut (DO)

Oksigen adalah salah satu unsur kimia yang sangat penting sebagai penunjang utama kehidupan berbagai organisme. Oksigen dimanfaatkan olehorganisme perairan untuk proses respirasi dan menguraikan zat organik menjadi zat anorganik oleh mikro organisme. Oksigen terlarut dalam air berasal dari difusi udara dan hasil fotosintesis organisme berklorofil yang hidup dalam suatu perairan dan dibutuhkan oleh organisme untuk mengoksidasi zat hara yang masuk ke dalam tubuhnya (Simanjuntak, 2007).

Oksigen terlarut (Dissolved Oxygen =DO) dibutuhkan oleh semua jasad hidup untuk pernapasan, proses metabolisme ataupertukaran zat yang kemudian menghasilkanenergi untuk pertumbuhan dan pembiakan.Disamping itu, oksigen juga dibutuhkan untukoksidasi bahan-bahan organik dan anorganik dalam proses aerobik. Oksigen memegang peranan pentingsebagai indikator kualitas perairan, karenaoksigen terlarut berperan dalam proses oksidasi dan reduksi bahan organik dan anorganik. Selain itu, oksigen juga menentukan khan biologis yang dilakukan oleh organisme aerobik atau anaerobik. Dalam kondisi aerobik, peranan oksigen adalah untuk mengoksidasi bahan organik dan anorganik dengan hasil akhirnya adalah nutrien yang pada akhirnya dapat memberikan kesuburan perairan (Salmin, 2005).

Kondisi oksigen terlarut di perairan dipengaruhi antara lain oleh suhu, salinitas, pergerakan massa air, tekanan atmosfir, konsentrasi fitoplankton dan tingkat saturasi oksigen sekelilingnya serta adanya pengadukan massa air oleh angin. Menurunnya kadar oksigen terlarut antara lain disebabkan pelepasan oksigen ke udara, aliran air tanah ke dalam perairan, adanya zat besi, reduksi yang

(17)

disebabkan oleh desakan gas lainnya dalam air, respirasi biota dan dekomposisi bahan organik. Penurunan kadar oksigen terlarut dalam jumlah yang sedang akan menurunkan kegiatan fisiologis makhluk hidup dalam air diantaranya terjadi penurunan pada nafsu makan, pertumbuhan dan kecepatan berenang ikan. Kadar oksigen terlarutdi perairan ini mengalami penurunan seiring dengan bertambahnya kedalaman sampai mencapai oksigen terlarut minimum (Simanjuntak, 2009).

Kadar oksigen terlarutyang turun drastis dalam suatu perairan menunjukkanterjadinya penguraian zat-zat organik dan menghasilkangas berbau busuk dan membahayakan organisme.Banyaknya oksigen yang dibutuhkan untuk prosesrespirasi dan penguraian zat-zat organik oleh mikroorganisme dinyatakan dengan Apparent OxygenUtilization (AOU). Dalam suatu perairan yang masihalami, nilai AOU umumnya positip. Namun untuk perairan yang banyak mengandung zat-zat organik, nilai AOU menjadi negatif yang berarti jumlah oksigenyang dibutuhkan lebih banyak dibandingkan dengan jumlah oksigen yang tersedia (Simanjuntak, 2007).

Kecerahan

Kecerahan air adalah bentuk pencerminan daya tembus atau intensitas cahaya yang masuk dalam perairan. Kecerahan perairan juga dapat ditentukan karena adanya fitoplankton atau tumbuhan air lainnya yang terdapat dalam perairan. Kecerahan air dapat diukur apabila kedalaman tembus cahaya matahari ke dalam kolam minimum 40 cm. Pengukuran kecerahan dapat digunakan untuk menentukan besarnya produktifitas primer dalam perairan. Kecerahan air merupakan bentuk pencerminan daya tembus atau intensitas cahaya matahari yang masuk ke dalam perairan. Dengan mengetahui kecerahan suatu perairan, kita

(18)

dapat mengetahui sampai dimana masih ada kemungkinan terjadi proses asimilasi dalam air, lapisan-lapisan manakah yang tidak keruh, yang agak keruh, dan yang paling keruh, serta lain sebagainya (Alabaster, 1980).

pH

pH (derajat keasaman) merupakan ukuran konsentrasi ion hidrogen yang menunjukkan suasana asam atau basah perairan. Air dikatakan basah apabila pH > 7 dan dikatakan asam apabil pH < 7. Secara alamiah pH perairan dipengaruhi oleh konsentrasi karbondioksida dan senyawa yang bersifat asam. Pada siang hari fitoplankton dan tanaman air mengkonsumsi CO2 dalam proses fotosintesis yang

menghasilkan O2 dalam air, suasana ini menyebabkan pH air meningkat. Malam

hari fitoplankton dan tanaman air mengkonsumsi O2 dalam proses respirasi yang

menghasilkan CO2, suasana ini menyebabkan pH air menurun. pH air turut

mempengaruhi kehidupan dari ikan, pH air yang ideal bagi kehidupan ikan berkisar antara 6,5 -7,5. Air yang masih segar dari pegunungan biasanya mempunyai pH yang lebih tinggi. pH air kurang dari 6 atau lebih dari 8,5 perlu diwaspadai karena mungkin ada pencemaran, hal ini juga dapat menyebabkan terjadinya gangguan metabolisme dan respirasi ikan (Barus, 2004).

Salinitas

Faktor-faktor yang mempengaruhidistribusi suhu dan salinitas di perairan adalahpenyerapan panas (heat flux), curah hujan(presipitation), aliran sungai (flux) dan pola sirkulasiarus. Perubahan pada suhu dan salinitas akan menaikanatau mengurangi densitas air laut di lapisan permukaan sehingga memicu terjadinya konveksi ke lapisan. Pola arus pada perairan muara pada

(19)

umumnyadibangkitkan oleh tiga gaya dasar yang bekerjasekaligus yaitu pasang surut, angin dan aliran sungai itusendiri. Kecepatan arus di perairan pantai sangatbergantung kepada musim dan arus pasut serta arus sungai. Jika energi pasutdan aliran sungai cukup kuat, maka di muara sungaiakan terjadi pola stratifikasi massa air suhu dan salinitaskarena aliran sungai dan pasut (Hadikusumah, 2008).

Gambar

Gambar 2. Ikan Selar Kuning (Selaroides leptolepis)
Gambar  3.  Distribusi  Ikan  Selar  Kuning  Kuning  (Selaroides  leptolepis)                        (www.fishbase.org)
Gambar 4.  Pukat Cincin (Purse Seine) (Damayanti, 2010).
Gambar 5. Jaring Insang Lingkar (Cumentas, 2016).

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan uji t pada selang kepercayaan 95% diperoleh pola pertumbuhan Ikan selar kuning adalah allometrik negatif yakni laju pertumbuhan panjang lebih cepat dengan

Faktor utama yang mempengaruhi kematangan gonad di daerah yang bermusim empat antara lain adalah suhu dan makanan, akan tetapi untuk ikan di daerah tropis suhu relatif

Kebutuhan akan protein dipengaruhi oleh berbagai faktor diantaranya adalah ukuran ikan, suhu perairan, kadar pemberian pakan, kandungan energi dalam pakan yang

tarda hidup di air kolam pemeliharaan ikan patin bersifat kronis dengan mortalitas yang rendah, namun saat ikan stres dan imunitas tubuh menurun bakteri ini dapat menginfeksi ikan

Kemampuan cerna ikan terhadap bahan baku pakan dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu sifat kimia air, suhu air, jenis pakan, ukuran, umur ikan, kandungan gizi pakan, frekuensi

Pemberian pakan buatan dalam jumlah yang berlebihan belum tentu akan menjamin pertumbuhan ikan secara maksimal karena sisa dari pelet yang mengendap justru dapat merusak

Pertumbuhan adalah perubahan ukuran, berupa panjang atau berat dalam waktu tertentu, lebih lanjut dijelaskan faktor yang mempengaruhi pertumbuhan yaitu faktor dalam yang

Distribusi ukuran panjang ikan selar Selar crumenopthalmus Konstruksi ukuran mata pancing yang digunakan nelayan sangat mempengaruhi sumberdaya perairan karena ikan yang berukuran