• Tidak ada hasil yang ditemukan

P A P A R A N; Oleh : LALU MARIYUN, SH. MH.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "P A P A R A N; Oleh : LALU MARIYUN, SH. MH."

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

1 P A P A R A N;

Oleh : LALU MARIYUN, SH. MH.

- Seminar Nasional dengan tema :

“Mewujudkan Restorative Justice Dalam Penyelesaian Sengketa Hukum dan Konflik Horisontal di Masyarakat melalui Mediasi Sebagai Alternatif Dispute Resolution.”

- Berangkat dari tema diatas dalam kesempatan ini tidak akan memabahas/ Menguraikan secara detail tentang teori-teori Ilmiah berkait dengan judul diatas.

- Akan tetapi, akan lebih baik mengarah kepada Kondisi rieel yang ada dan hidup dalam masyarakat include kebijakan-kebijakan yang telah dilakukan oleh penguasa/ pemerintah, khususnya yang ada dan telah terjadi di Daerah Nusa Tenggara Barat. - Di Nusa Tenggara Barat telah terbentuk sebuah lembaga sekaligus sebagai wadah yang

dihajatkan dapat mewujudkan sebagaimana tema Seminar diatas yang diberi nama “Bale Mediasi NTB’. (catatan kata “Bale’ adalah istilah asli dalam Bahasa Suku Sasak yang berdomisili di Pulau Lombok yang artinya “Rumah”). Penempatan kata “Bale” dikandung maksud menunjukkan ciri-ciri spesifik/ Simbol-simbol lokal. Kenapa? Karena idea awal saat pembentukan lembaga ini dalam menangani dan/ atau menyelesaikan masalah sengketa-sengketa atau konflik dalam masyarakat (terutama masyarakat desa), berangkat dari kearifan lokal yang masih hidup dan diindahkan oleh masyarakat adat Suku Sasak dan masyarakat adat di Pulau Sumbawa yang dihuni Suku Samawa dan Suku Mbojo.

(2)

2 - Sebelum lanjut menguraikan tentang bagaimana bentuk dari Bale Mediasi; dasar Hukum; landasan filosofis serta tugas dan kewenangannya, sekilas ringkas perlu disinggung tentang latar belakang terbentuknya, adalah sebagai berikut :

Bermula dengan kedatangan Pimpinan MA-RI (Wk. Ketua Non Yudisial ) dan Tuada Pembinaan ke Mataram, NTB di kwartal terakhir tahun 2015 untuk memperkenalkan/ Sosialisasi keberadaan lembaga “Mediasi” di Pengadilan sesuai Perma No. 1 Th. 2008 khususnya mediasi penyelesaian sengketa diluar Pengadilan (Pasal 23) sebagai salah satu upaya mengurangi jumlah perkara di lembaga peradilan ( baik ditingkat Pertama, banding maupun kasasi), yang ditiap tahun makin meningkat dan menjadi tunggakan perkara bertambah pula.

Kebijakan MA. RI. yang memberikan keleluasaan kepada Masyarakat luas dapat menyelesaikan sengketa mereka diluar Pengadilan dengan cara musyawarah mufakat / Win-win solution, dengan syarat harus dibantu/ didampingi “Mediator” yang bersertifikat sertifikat mana yang dikeluarkan oleh suatu lembaga yang diakreditasi oleh MA. RI.

- Persyaratan, keharusan Mediator “bersertifikat” ini dalam forum diskusi dengan MA diatas di kritisi oleh kami (sebagai peserta yang diundang), sebagai salah satu “penghambat” tercapainya target MA. untuk mengurangi tunggakan perkara-perkara diPeradilan (ditingkat Pertama, Banding, maupun Kasasi). Sementara itu lembaga-lembaga Adat di daerah ini walau tidak memiliki sertifikat “dapat dan bisa” menyelesaikan sengketa/ perkara dengan cara menempuh proses musyawarah mufakat. Karenanya, kami mengusulkan, menyarankan kepada MA untuk memberlakukan kembali nilai-nilai/ Sendi-sendi kearifan lokal yang didaerah Pulau Lombok dikenal

(3)

3 dengan nama “Kerama Desa”yang dalam menangani perkara-perkara/ sengketa dahulu dikenal sebagai “ Hakim Perdamaian Desa” (“Dorps S acten”). Sebagai salah satu wujud “Peradilan Adat” kala itu yang diakui keberadaannya oleh Pemerintah Hindia Belanda. Adapun komposisi” Kerama Desa” dalam menyelesaikan kasus/ sengketa yang terjadi diantara warganya selaku Hakim Perdamaian Desa adalah sebagai berikut kepada Desa/ Lurah didampingi tokoh adat ; tokoh agama, tokoh masyarakat.

Peradilan Adat diatas seperti halnya Peralidan Kesunanan, Peradilan Swapraja di hapus oleh UU Darurat No.1 Th. 1951, dimana kewenangan untuk mengadili perkara-perkara/ Konflik dihapus/ dicabut lalu dialihkan menjadi kewenangan Pengadilan Negeri.

Bahwa jika lembaga Adat “Kerama Desa” dalam hal sedang menangani penyelesaian sengketa sebagai “Hakim Perdamaian Desa”, walau tidak memiliki serifikat Mediator dapat diberlakukan kembali Insya Allah maksud, tujuan, dan target MA untuk mengurangi menumpuknya tunggakan perkara akan terwujud. Dikarenakan; lembaga Adat (Kerama Desa atau nama lainnya di Pulau Sumbawa) seperti disebutkan diatas sudah pasti ada di tiap-tiap desa dan kelurahan di seluruh wilayah NTB, saat ini berjumlah 1146 buah. Bahkan dapat dipastikan di wilayah Indonesia lainnya Lembaga Adat sejenis ada, sepanjang komunitas masyarakat ada masih ada. Dengan demikian dapat di prediksi bisa meredam konflik-konflik dan sengketa-sengketa lebih dini. Artinya dengan dapat diselesaikan dengan cara damai melalui “Mediasi”, sehingga tidak semua kasus harus bermuara di Pengadilan. Bahwa usul/ saran dari NTB nampaknya di pertimbangkan oleh MA, sehingga didalam Perma No. 1 Th. 2016 pasal 36, tercantum

(4)

4 keberadaan Mediator tidak bersertifikat yang dalam Perma No. 1 Th.2008 tidak tercantum.

Bahwa sebagai tindak lanjut dari maksud dan kedatangan Pimpinan MA.RI. tersebut diatas di NTB dibuat/ dibentuk “ Bale Mediasi NTB”, semula dengan PERGUB No. 38 Th. 2015 tentang Bale Mediasi tertanggal 6 Oktober 2015 sebagai suatu lembaga Mediasi Komunitas dengan nama “Bale Mediasi NTB”. Lalu tanggal 31 Desember 2015 dikeluarkan Keputusan Gubernur No. 734-926 Th. 2015 tentang kepengurusannya dan dilantik oleh Gubernur dihadapan Pimpinan MA. RI.serta peserta pada saat Pembukaan Asia-Pasifik International Mediation Forum yang dihadiri utusan dari 18 Negara. Di Hotel Santosa Senggigi-Lombok, tanggal 12 Pebruari 2015.

- PERGUB No. 38 Th. 2015 telah ditingkat menjadi PERDA No. 9 Th. 2018 tentang “ Bale Mediasi “ Tanggal 27 Juli 2018.

- PERDA Provinsi NTB No. 9 Th. 2018 “Tentang Bale Mediasi” dalam pasal 12 mengatur Bale Mediasi berwenang untuk ;

a. Melakukan penguatan kapasitas lembaga yang menjalankan fungsi mediasi yang ada di masyarakat.

b. Melakukan peningkatan kapasitas Mediator.

c. Melakukan Koordinasi dengan lembaga yang menjalankan fungsi mediasi dan; d. Menyelesaikan sengketa melalui Mediasi.

Dan dalam pasal 14 ayat 1 menentukan bahwa mediasi dilakukan oleh Mediator; lanjut Ayat 2 nya menyatakan bahwa mediator sebagaimana dimaksud pada ayat 1 adalah mediator bersertifikat dan/ atau tidak bersertifikat.

(5)

5 Pasal 17 ;

Ayat 1; Bale Mediasi menyelesaikan sengketa di masyarakat dengan cara mediasi melalui prinsip Musyawarah Mufakat diluar pengadilan.

Ayat 2; Tentang jenis sengketa yang dapat diselesaikan oleh Bale Mediasi meliputi: a. Sengketa Perdata, dan

b. Tindak Pidana.

Ayat 3; Penyelesaian sengketa sebagaimana dimaksud Ayat 2 dilakukan atas permohonan para pihak.

Ayat 4; terhadap sengketa dimaksud pada ayat (2) dapat diselesaikan melalui Bale Mediasi tanpa pemohon para pihak tetapi dengan adanya peran serta masyarakat yang melaporkannya.

- Dengan demikian Bale Mediasi dapat menyelesaikan sengketa atau perkara Perdata dan perkara Pidana;

- Acuan dasar Hukum “Mediasi” di Pengadilan dan menjadi acuan bagi Bale Mediasi adalah sebagai berikut :

- Pancasila/ UUD 45 – Asas Musyawarah Mufakat.

- UU No. 30 Th. 1999 tentang Arbitrage dan Alternatif penyelesaian sengketa (ADS/ADR) .

- Pasal 130 HIR, Pasal 154 Rbg, tentang lembaga perdamaian, dimana hakim wajib terlebuh dahulu mendamaikan para pihak yang berekara sebelum perkara di periksa.

- S.E.M.A No. 1 Th 2002 tentang pemberdayaan lembaga perdamaian. - S.E.M.A No. 2 Th. 2003 tentang prosedur mediasi di Pengadilan. - PERMA No. 1 Th. 2008 tentang prosedur mediasi di Pengadilan. - PERMA No. 01 Th 2016 tentang prosedur mediasi di Pengadilan.

(6)

6 Dan lebih khususnya sebagai acuan tambahan dasar hukum Bale mediasi menangani

kasus-kasus pidana adalah ;

UU No. 11 Th. 2012 tentang system Peradilan Tindak Pidana Anak-anak , yang mengatur ketentuan tentang lembaga Restorative Justice dan Diversi.

- Bahwa terhadap perkara pidana dimana pelaku (dader) saksi dan korban adalah anak-anak wajib diupayakan penyelesaian perkaranya melalui proses damai.

- Selain UU diatas juga dijadikan acuan oleh Bale Mediasi adalah kebijakan-kebijakan yang telah dilakukan oleh pihak Kepolisian RI, dalam menangani kasus perkara tindak pidana dengan cara atau melalui proses Musyawarah-Mufakat , diantara para pihak terhadap perkara-perkara yang dinilai kerugian materialnya kecil. Bila tercapainya dengan win-win solution maka proses perkara bersengketa, selesai. Tetapi bila tidak tercapai maka proses hukum berlanjut.

- Bahwa dilingkungan instansi Kepolisian telah melakukan praktek mediasi sudah cukup lama, terlihat dari kebijakan pimpinan POLRI sebagaimana terlihat pada :

1. Surat Telegram Kapolri No. Pol B./3022/ XII/ 2009/S DOPS tanggal 14 Desember 2009 tentang Penanganan kasus Pidana melalui ADR (Alternatif Despute Resolution) sebagai suatu bentuk penyelesaian masalah dalam masyarakat dengan menerapkan konsep ADR yaitu pengupayakan penanganan kasus pidana yang kerugian materialnya kecil, tapi harus disepakati oleh kedua belah berpekara. Bila tidak tercapai, baru diselesaikan sesuai prosedur hukum yang berlaku secara proporsional dan profesional.

Prinsip musyawarah mufakat diketahui oleh masyarakat ( RT, RW setempat). 2. Skep Kapolri No. Skep/ 433/ VII/ 2006 yang memuat tentang tindak Pidana Ringan

yang ancaman hukumnya kurang dari 3 bulan kurungan dan kejahatan ringan, dalam KUH Pidana pasal; 302, 352, 364, 373, 379, 482, dan 315. (catatan sesuai Perma No. 02 Th. 2012 tentang penyesuaian batasan tindak pidana ringan dan jumlah batasan denda dalam KUHP. Acuan lain adalah yurisprudensi/ Putusan MA. RI. dalam Perkara pidana.

Putusan Perkara No. 1644.K/Pid/1988 tanggal 15 Mei 1991, menegaskan bahwa putusan Peradilan Adat yang tidak dilakukan oleh terdakwa mempunyai kekuatan hukum yang sama dengan putusan pengadilan umum. Karenanya kalau perkara

(7)

7 tersebut diajukan lagi oleh kejaksaan ke Pengadilan maka itu sama dengan ne bis in idem.

- Yurisprudensi putusan kasasi delik pidana adat di Aceh dimana terdakwa yang telah diberikan sanksi oleh kepala Adat tidak dapat lagi diajukan sebagai terdakwa untuk kedua kalinya di Pengadilan Negeri. Kalau tetap diajukan maka seharusnya penuntutan terdakwa tersebut harus dinyatakan

“ N O “.

- Dengan memperhatikan acuan acuan serta referensi diatas, baik UU, Kebijakan aparat Penegak Hukum/ Kepolisian maupun yurisprudensi MA. Serta ketentuan-ketentuan hukum tidak tertulis, kearifan lokal di Pulau Lombok dan Pulau Sumbawa , maka Pemda Prov, NTB dalam Perda No. 9 Th. 2016 memuat dan mencantumkan berwenang Bale Mediasi NTB melakukan “Mediasi” terhadap perkara-perkara pidana, selain menyelesaikan mediasi perkara Perdata Sebagaimana tersebut dan tercantum dalam Pasal 17 Yo penjelasan pasal yang bersengketa , tidak bertentangan dengan peraturan per-Undang-Undangan diatasnya.

- Artinya Mediasi Penal di Indonesia ada dan sudah berlangsung.

- Dimuatnya ketentuan Mediasi Penal dalam Perda No. 9 Th 2016 tidak dapat ditafsirkan sebagai mengambil alih kewenangan aparat penegak Hukum justru membantu semuanya dalam upaya ikhtiar bahwa jika tidak tercapai, proses hukum tetap berlanjut.

PASCA RAPERDA DISYAHKAN SEBAGAI PERDA NO. 9 Th. 2018

- Sejak berdirinya Bale Mediasi banyak masalah-masalah yang diajukan kepada Bale Mediasi terutama kasus kasus Perdata dari hampir semua Kabupaten dan Kota yang ada di Wilayah NTB baik dalam bentuk dating sendiri maupun via telepon berasal dari tempat-tempat yang pernah dikunjungi saat sosialisasi. Bentuknya mohon petunjuk dan jalan keluar. Jadi bertindak seolah-olah sebagai konsultan (Prodeo) dan semua terlayani. - Ada yang secara resmi mengajukan permohonan untuk di Mediasi (Secara Tertulis)

antara lain ;

(8)

8 sebagai pemilik tanah daerah Kuta-Lombok Tengah yang telah ditetapkan sebagai daerah K.E.K (Kawasan Ekonomi Khusus) Mandalika oleh Pemerintah Pusat , mengajukan tuntunan ganti rugi atas tanahnya seluas 57.000 m2 yang berada dikawasan pantai Kuta-Lombok selatan yang dikuasai oleh ITDC yang ditunjuk oleh Pemerintah sebagai Badan Pengelola membangun kawasan wisata seluas + 1250 HA.

Pemilik tanah dengan atas hak berdasar pipil/ girik meminta agar haknya dihargai oleh Pemerintah ; ikhlas melepas haknya demi pembangunan yang akan dilakukan oleh pemerintah dengan meminta ganti rugi yang layak dan wajar. PT. Pengembangan Pariwisata Indonesia sementara LTDC/ITDC sebagai Badan Pengelola memegang sertifikat Pengelolaan lahan seluas + 1250 HA. tersebut dari Badan Pertanahan Pusat dalam posisi bertahan.

b. Tuntutan dari sejumlah warga masyarakat Desa Tanak Awu Kecamatan Sengkol, Kabupaten Lombok Tengah, menuntut tambahan ganti rugi atas tanah-tanah mereka, tempat berdirinya lapangan terbang Bandara Internasional Lombok (BIL) di Lombok tengah, termasuk juga adanya tanah-tanah mereka yang belum dibayar ganti rugi dulu oleh Pemerintah.

-Tuntasnya ditujukan kepada Pemerintah cq. Dirut PT. Angkasa Pura.

- Tuntutan tambahan ganti rugi dari rakyat warga masyarakat desa Tanak Awu sebagai pemilik asal/ semula merasa ganti rugi yang dibayar dahulu oleh Pemda Provinsi sangat rendah, hanya Rp. 35.000.000 perhektar, yang sudah dibayarkan Rp. 20.000.000,-.

PENYELESAIAN KONFLIK HORISONTAL DALAM MASYARAKAT Bale Mediasi sudah pernah menyelesaikan konflik Horisontal dalam

Masyarakat antara Warga masyarakat Karang Genteng, Kelurahan Pagutan, Kecamatan Mataram, Kota Mataram dengan warga masyarakat Desa Bajur, Kecamatan labuapi, Kabupaten Lombok Barat :

(9)

9 Pada tanggal 15 Desember 2018, pukul 23.00 Wita, bertempat di sekitar lapangan umum Karang Genteng, Jl. Dr. Soejono Lingkar selatan, Kota Mataram dengan warga yang berasal dari Desa Bajur, Kecamatan Labuapi, Kabupaten Lombok Barat. Akibatnya tawuran tersebut ada korban dari kedua belah pihak, mengalami luka bacok dan tebasan.

Kronologis Kejadian :

a.Pukul 23.00 Wita sekelompok Pemuda yang diduga berasal dari Bajur Kec. Labuapi Kab. Lombok Barat dengan berboncengan 3 menggunakan Sepeda Motor berteriak-teriak dan mengumpat, menantang warga dari Lingk. Karang Genteng, kejadian itu terulang sampai dengan beberapa kali, hal ini mengundang perhatian pemuda-pemuda Lingk. Karang Genteng yang sedang nongkrong disekitaran lapangan umum Karang Genteng.

b. Pada Hari Minggu tanggal 16 Desember 2018 sekitar pukul 00.30 Wita, warga dari Lingk. Karang Genteng mengejar pemuda-pemuda yang diduga berasal dari Desa Bajur, Kecamatan Labuapi, Kabupaten Lombok Barat menggunakan Sepeda Motor sampai di Jalur Bypass LIA (Lombok International Airport) wilayah Jempong Kec. Sekarbela Kota Mataram.

c. Pukul 00.40 Wita Pemuda-pemuda dari Lingk. Karang Genteng Kel. Pagutan dicegat oleh Pemuda-pemuda yang diduga berasal dari JempongKec. Sekarbela, Bajurdan Perampuan Labuapi Kab. Lombok Barat menghadang warga dari Lingk. Karang Genteng yang bermaksud mengejar 3 orang warga yang diduga berasal dari Labuapi yang menantang warga Karang Genteng dan terjadilah tawuran.

d. Akibat Tawuran tersebut 2 (dua) orang pemuda dari Lingk. Karang Genteng mengalami luka bacok dan tebasan akibat benda tajam.

e. Pukul 01.00 Wita Tokoh Pemuda Karang Genteng (Anggota FKDM Kota Mataram ) Sdr. Fathurrahman dan beberapa Warga Karang Genteng dan keluarga Korban luka membawa Korban ke IGD dan di Rawat intensif di RSUD Kota Mataram .

f. Pukul 01.10 Wita Aparat Kepolisian Polres mataram dengan menggunakan Patroli tiba di lokasi dan menangkan warga.

(10)

10 g. Pukul 01.20 Wita Situasi Kondunsif para pelaku tawuran telah diamankan di

Polres Mataram. Kasus tersebut dalam penyelidikan Pihak kepolisian Polres Mataram.

Catatan :

1) Tawuran yang melibatkan Pemuda dari Lingk. Karang Genteng dengan pemuda dari Desa Bajur sudah beberapa kali terjadi Tawuran berawal dari tantangan dari Pemuda yang diduga berasal dari Bajur Labuapi Kab. Lombok Barat yang sebelumnya telah terjadi tawuran antara Pelajar dari Karang Genteng yang sekolah di SMPN 19 Mataram. Buntut dari kejadian tersebut terjadilah tawuran yang mengakibatkan korban luka dari Karang Genteng, kedua Korban yang berasal dari Karang Genteng Kel. Pagutan sedang dirawat di RSUD Kota Mataram.

2) Perlu antisipasi serangan balasan dari warga Karang Genteng ke Wilayah Bajur Labuapi kab. Lombok Barat dimana batas wilayah Karang Genteng dengan Bajur hanya dipisahkan oleh Terong Tawah Labuapi dan Karang Genteng warganya terkenal terlibat konflik.

3) Akibat dari tawuran yang bermula dari perkelahian antar anak- anak tersebut meluas menjadi konflik antar orang tua serta keluarga besar dari anak-anak yang berseteru.

Terdorong rasa solidaritas sedarah yang penuh emosional, masing-masing membela dan membenarkan tingkah dan perilaku anak mereka masing-masing. Bahkan meluas lagi kepada semua warga dari komunitas masyarakat tersebut yaitu warga Kampung Karang Genteng dengan warga Desa Bajur.

- Padahal antara kedua kelompok yang berseteru diatas bertetangga tempat tinggalnya. Hanya karena pemekaran wilayah Kr. Genteng masuk wilayah Pemerintahan Kota Mataram, sedang Wilayah Desa Bajur (yang

(11)

11 tadinya menjadi wilayah Kota Mataram) menjadi bagian wilayah Kabupaten Lombok Barat. Berbatas jalan raya saja. Malah diantara mereka ada yang memiliki hubungan keluarga karena Perkawinan. - Hubungan pergaulan keseharian sudah tidak harmonis lagi, situasi dan

kondisi mencekam mengakibatkan ketegangan serta suasana kebathinan yang kurang harmonis. Lebih-lebih lagi dari kedua belah pihak (anak-anaknya) ditahan oleh Polisi.

- Bahwa, suasana tegang dan tidak harmonis diatas berlangsung cukup lama 1(satu) bulan penuh.

Dirasakan oleh mereka sebagai tidak produktif, merugikan semua pihak.

Mereka mengakui kehidaupan sehari-harinya tidak nyaman, tidak tenang, untuk keluar rumah pergi bekerja mencari nafkah termasuk kekhawatiran keamanan dan keselamatan anak-anaknya pergi sekolah. - Pada akhirnya mereka sepakat untuk mengakhiri konflik tersebut dengan

melalui mediasi pada “Bale Mediasi NTB.

- Dan setelah melalui proses tahapan2 mediasi mereka sepakat untuk berdamai.

Perdamaian mana diikuti/ dilanjutkan dengan penandatangan “Kesepakatan Perdamaian” pada Hari Rabu tanggal 16 Januari 2019 oleh masing-masing pihak diwakili 5 (lima) dari Warga Karang Genteng, Kelurahan Pagutan, Kecamatan Mataram, Kota Mataram. Dan dari Warga Desa Bajur, Kecamatan Labuapi, Kabupaten Lombok Barat dan mediator ( Bale Mediasi). Berakhir dengan Happy Ending, dan berlangsung di Ruang Rapat Utama Kantor Gubernur Provinsi NTB.

Referensi

Dokumen terkait

Tidak ada pengatasnamaan atau jaminan, baik secara langsung maupun tidak langsung dari BNI SEKURITAS atau pun pihak-pihak lain dari Grup BNI, termasuk pihak-pihak lain

Tidak ada pengatasnamaan atau jaminan, baik secara langsung maupun tidak langsung dari BNI SEKURITAS atau pun pihak-pihak lain dari Grup BNI, termasuk pihak-pihak lain dari

Tidak ada pengatasnamaan atau jaminan, baik secara langsung maupun tidak langsung dari BNI SEKURITAS atau pun pihak-pihak lain dari Grup BNI, termasuk pihak-pihak lain

Tidak ada pengatasnamaan atau jaminan, baik secara langsung maupun tidak langsung dari BNI SEKURITAS atau pun pihak-pihak lain dari Grup BNI, termasuk pihak-pihak lain

Tidak ada pengatasnamaan atau jaminan, baik secara langsung maupun tidak langsung dari BNI SEKURITAS atau pun pihak-pihak lain dari Grup BNI, termasuk pihak-pihak lain dari

Tidak ada pengatasnamaan atau jaminan, baik secara langsung maupun tidak langsung dari BNI SEKURITAS atau pun pihak-pihak lain dari Grup BNI, termasuk pihak-pihak lain

Tidak ada pengatasnamaan atau jaminan, baik secara langsung maupun tidak langsung dari BNI SEKURITAS atau pun pihak-pihak lain dari Grup BNI, termasuk pihak-pihak lain dari

Tidak ada pengatasnamaan atau jaminan, baik secara langsung maupun tidak langsung dari BNI SEKURITAS atau pun pihak-pihak lain dari Grup BNI, termasuk pihak-pihak lain