• Tidak ada hasil yang ditemukan

Seminar Nasional Tahunan X Hasil Penelitian Kelautan dan Perikanan, 31 Agustus 2013

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Seminar Nasional Tahunan X Hasil Penelitian Kelautan dan Perikanan, 31 Agustus 2013"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

KESUBURAN PERAIRAN BERDASARKAN STRUKTUR KOMUNITAS FITOPLANKTON

DALAM MEMPREDIKSI DAERAH PENANGKAPAN KERANG SIMPING

(Amusium pleuronectes) DI PERAIRAN PEMALANG

Valentin Vina Ratnapuri1*, Muhammad Zainuri2, Ita Widowati2 dan Jusup Supriyanto2

1

Mahasiswa pascasarjana MSDP Universitas Diponegoro

2

Staf pengajar program pascasarjana MSDP Universitas Diponegoro *E-mail: valentin_vinaratnapuri@yahoo.co.id

Abstrak

Kabupaten Pemalang merupakan kawasan yang mempunyai potensi perikanan tangkap yang cukup besar di Jawa Tengah. Prediksi daerah penangkapan dapat ditentukan oleh kesuburan perairan dengan menganalisa struktur komunitas fitoplankton. Distribusi dari kerang simping berkaitan dengan keberadaan dari fitoplankton sebagai pakannya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kesuburan perairan berdasarkan struktur komunitas fitoplankton dalam memprediksi daerah penangkapan di Perairan Pemalang. Penelitian dilaksanakan di Perairan Pemalang pada bulan Oktober 2012 - Febuari 2013. Sampel fitoplankton diambil secara aktif horizontal dengan planktonnet bermesh size 37 µm, dimana pengambilan sampel dilakukan sebulan sekali, dan dilakukan secara metode deskriptif. Metode penentuan lokasi menggunakan random sampling, terdapat 16 lokasi pengambilan sampel. Data kualitas perairan terdiri dari suhu, salinitas, DO, pH, nitrat, fosfat, klorofil-a, serta berat kerang simping hasil penangkapan yang diambil secara bersamaan dengan sampling fitoplankton. Data yang diperoleh dianalisis untuk mengetahui kesuburan perairan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa struktur komunuitas fitoplankton di perairan Pemalang tersusun atas 4 kelas dengan 32 genus fitoplankton. Genus yang memiliki kelimpahan tertinggi Chaetocheros sp. Kelimpahan fitoplankton berkisar antara 437.83 – 95441.53 sel/ml. Kisaran Indeks Kenaekaragaman, Indeks Keseragaman, dan Indeks Dominansi antara lain 0.37 – 2.39, 0.13 – 0.83 dan 0.17 – 0.87. Kelimpahan fitoplankton pada bulan November 2012 di stasiun 5-8 diklasifikasikan sebagai perairan yang tingkat kesuburan tinggi dengan kisaran 28844.14-92441.53 sel/ml didukung dengan tingginya hasil tangkapan kerang simping yang kisaran berat totalnya 1012.12 - 1495.93 gram dan kisaran fosfat yang tinggi yaitu 0.5-1.26 mg/l.

Kata kunci : fitoplankton, kerang simping, kesuburan perairan, Pemalang Pengantar

Kabupaten Pemalang merupakan salah satu kawasan yang mempunyai potensi perikanan tangkap di Pantai Utara Jawa Tengah. Kabupaten Pemalang mempunyai panjang garis pantai 34,69 km dan luas wilayah laut (4 mil) yaitu 249,12 km2 (Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Jawa Tengah, 2012). Perkembangan perikanan tangkap di Kabupaten Pemalang juga memberikan dampak yang bagus pada penangkapan kerang simping yang merupakan salah satu komoditi potensi perikanan tangkap. Kerang simping merupakan nama lokal dari Amusium pleuronectes di Indonesia. Menurut Susilowati et al. (2008), kerang simping termasuk bagian dalam sumberdaya perikanan tangkap, yang mempunyai potensi besar dan nilai ekonomis yang tinggi, namun belum banyak dimanfaatkan secara optimal.

Kesuburan perairan merupakan suatu indikator yang dapat memprediksi penangkapan sumberdaya perikanan (Kasma et al., 2007). Kesuburan perairan sangat bergantung dengan keberadaan fitoplankton dan parameter fisika-kimia perairan. Menurut Yuliana et al. (2012), peranan fitoplankton sangat penting di suatu perairan, selain sebagai dasar rantai makanan (primary producer) juga berperan sebagai salah satu parameter tingkat kesuburan. Fitoplankton didominansi oleh pigmen klorofil-a, dimana sebaran klorofil-a sangat berkaitan dengan parameter fisika-kimia perairan.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui struktur komunitas fitoplankton dari kelimpahan, indeks keanekaragaman, indeks keseragaman, indeks dominansi serta parameter biofisika - kimia perairan sebagai indikator kesuburan perairan dalam memprediksikan daerah penangkapan kerang simping (Amusium pleuronectes) di Perairan Pemalang.

(2)

Bahan dan Metode

Penelitian ini dilakukan di Perairan Desa Kauman Kecamatan Comal Kabupaten Pemalang (6°42'25,818" LS - 6°47'17,229" LS dan 109°23’41,773" BT - 109°30’55,722" BT) yang pengambilan sampel dilakukan setiap sebulan sekali pada bulan Oktober 2012 – Febuari 2013. Lokasi pengambilan sampel selama penelitian terdapat 16 titik lokasi yang dilakukan pada jam 07.00 – 18.00 WIB. Metode penelitian yang digunakan yaitu deskriptif dengan pendekatan studi kasus. Metode penentuan lokasi penelitian menggunakan “purposive sampling”. Purposive sampling berarti teknik pengambilan sampel dengan menentukan kriteria-kriteria sebelumnya dengan melihat ciri-ciri atau sifat-sifat populasi yang dipilih secara khusus berdasarkan tujuan penelitian (Usman dan Purnomo, 2008). Pertimbangan yang diambil dalam penentuan 16 titik lokasi pengambilan sampel adalah berdasarkan hasil informasi dari nelayan dengan mengikuti titik-titik lokasi yang biasanya dilakukan penangkapan kerang simping dan sumberdaya ikan lainnya oleh nelayan yang diperkirakan mempunyai potensi produktivitas primer yang tinggi sehingga adanya keberadaan kerang simping.

Gambar 1. Peta daerah penelitian

Metode pengambilan sampel fitoplankton dilakukan dengan cara aktif horizontal dengan menggunakan planktonnet bermesh size 37 µm, yang dilakukan selama 7 menit dengan kondisi kecepatan kapal bergerak secara konstan 1.3 knot. Sedangkan pengambilan sampel kerang simping dengan menggunakan jaring arad dengan panjang jaring 17 m yang dioperasikan dengan kapal selama 30 menit dengan kecepatan konstan 1.3 knot. Pengukuran parameter salinitas, pH, DO, suhu dilakukan dilapangan sedangkan pengukuran nitrat, fosfat dan klorofil-a dilakukan di laboratorium. Metode pengukuran klorofil-a dengan menggunakan metode spektrofotometri dengan panjang gelombang 665 nm. Kesuburan perairan berdasarkan struktur komunitas fitoplankton dianalisa berdasarkan kelimpahan fitoplankton, indeks keanekragaman, indeks keseragaman, dan indeks dominansi. Data kerang simping hasil tangkap di sajikan dalam bentuk hasil tabel data berat. Penentuan variasi parameter biofisika dan kimia perairan dengan kelimpahan fitoplankton menggunakan pendekatan analisis statistik multivariabel yang didasarkan pada Analisis Komponen Utama (PCA).

Hasil dan Pembahasan

(3)

95441.53 sel/ml yang pengambilan sampel dilakukan bulan November 2012 termasuk kategori dengan kelimpahan fitoplankton dengan perairan eutrofik yang mempunyai kesuburan tinggi. Suryanto (2009), menambahkan bahwa perairan eutrofik merupakan perairan yang tingkat kesuburannya tinggi dengan kelimpahan fitoplankton lebih dari 15000 sel/ml.

Kelimpahan fitoplankton yang tinggi dengan tingkat perairan yang subur pada titik lokasi 5-8 juga didukung dengan tingginya hasil tangkapan kerang simping (Amusium pleuronectes) sebagai hasil sumberdaya perikanan pada titik lokasi tersebut (Gambar 2). Berat total hasil tangkapan kerang simping pada bulan November 2012 di titik lokasi 5-8 berkisar antara 1012.12 gram - 1495.93 gram, dimana berat total tertinggi terdapat pada titik lokasi 7 dan berat total terendah pada titik lokasi 5. Menurut Christophersen (2005), saat dewasa kerang simping akan memakan jenis kombinasi makanan dari plankton dan bahan organik. Sehingga distribusi keberadaan kerang simping sangat dipengaruhi oleh keberadaan nutrisi makanan dari kerang simping yaitu fitoplankton. Hal ini juga dipertegas menurut Hatta (2002), yang berpendapat bahwa kedalaman termoklin dan volume fitoplankton sangat mempengaruhi sebaran hasil sumberdaya perikanan. Klorofil-a pada bulan November 2012 pada titik lokasi 5-8 juga menunjukan kisaran yang tinggi yaitu antara 0.17 mg/l - 0.562 mg/l. Menurut Alimina (2008), konsentrasi klorofil-a perairan yang tinggi berpengaruh terhadap hasil tangkapan sumberdaya perikanan.

Gambar 2. Grafik perbandingan berat total kerang simping dan kelimpahan fitoplankton

Nilai indeks keanekaragaman yang berkisar antara 0.37 – 2.39 (Gambar 3), dimana kisaran indeks keankeragaman tersebut merupakan keanekragaman biota perairan yang sangat rendah. Menurut Arinardi et al (1997), indeks keanekaragaman yang berkisar antara 0-1 merupakan nilai keanekaragaman yang sangat rendah sedangkan 1-2 merupakan nilai keanekaragaman yang rendah. Kisaran indeks keseragaman yaitu antara 0.13 – 0.83 (Gambar 3), sedangkan kisaran indeks dominansi yaitu antara 0.17 – 0.87. Kisaran indeks dominansi tersebut menunjukkan adanya genus yang mendominansi suatu populasi. Menurut Odum (1993), indeks dominansi antara 0.5-1 merupakan indikator dalam mengetahui adanya spesies yang mendominansi suatu populasi. Dominansi yang terjadi pada penelitian ini yaitu dari kelas Bacillariophyceae (diatom). Fitoplankton yang mendominansi dari diatom sangat mempengaruhi dari hasil tangkapan kerang simping pada bulan November 2012. Hal tersebut dipertegas dengan pendapat dari Christophersen (2005) yang menyatakan jenis fitoplankton yang sering dimakan kerang simping yaitu dari Chaetoceros, Coscinodiscus dan diatom lainnya. 0 300 600 900 1200 1500 0 10000 20000 30000 40000 50000 60000 70000 80000 90000 100000 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 Kelimpahan Fitoplankton (sel/ml) Berat Total Kerang Simping (gram)

Fito p lan kt o n Ke ra n g Sim p in g

(4)

Gambar 3. Grafik indeks keanekaragaman, indeks keseragaman, indeks dominansi fitoplankton Unsur hara perairan merupakan parameter yang sangat mempengaruhi kehidupan fitoplankton, unsur hara yang dimaksud dalam penelitian ini yaitu nitrat dan fosfat (Tabel 3). Peran nitrat bagi fitoplankton yaitu dalam fotosintesis dan pembentukan fotoplasma sedangkan fosfat berperan dalam pembentukan energi tingkat tinggi berupa ATP dalam proses metabolisme dan pembentukan protein (Tambaru, 2003). Nilai nitrat dalam penelitian ini menunjukkan kurang berpengaruh terhadap kelimpahan fitoplankton karena kisarannya yang sangat kecil. Sedangkan fosfat menunjukkan kisaran 0.03 mg/l – 1.44 mg/l yang menunjukan kosentrasi fosfat dengan kesuburan perairan yang baik (Hakanson dan Bryhn, 2008).

Tabel 3. Data Parameter Biofisik-Kimia Perairan Titik

Lokasi

Klorofil-a Salinitas Suhu

pH DO Nitrat Phosfat (mg/l) (0/00) 0 C (mg/l) (mg/l) (mg/l) 1 0.175 28 32 7.32 11.6 0 0.18 2 0.175 30 32 7.48 10.7 0 0.45 3 0.333 22 31.5 7.42 9.4 0 0.34 4 0.211 31 31.5 7.34 9.6 0 0.37 5 0.562 32 31.4 7.42 6.25 0 0.55 6 0.521 33 31.4 7.4 6.73 0 0.53 7 0.339 32 31.5 7.36 6.52 0.01 1.18 8 0.17 35 31.4 7.41 6.48 0.01 0.92 9 1.911 27 31.6 7.62 6.19 0.53 0.29 10 1.822 30 30.7 7.81 5.38 0.42 0.34 11 0.889 30 30.7 7.7 6.36 0.55 0.03 12 2 32 30.7 7.71 6.68 0.5 0.14 13 0.953 30 27.8 7.81 5.7 0 0.45 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 Indeks Keanekaragaman 0.96 1.78 1.6 1.55 0.98 1.15 0.79 0.37 1.53 1.8 2.39 1.26 1.41 1.69 1.17 0.91 Indeks Keseragaman 0.39 0.56 0.5 0.49 0.33 0.39 0.25 0.13 0.57 0.62 0.83 0.44 0.68 0.77 0.53 0.51 Indeks Dominansi 0.61 0.44 0.5 0.51 0.67 0.61 0.75 0.87 0.43 0.38 0.17 0.56 0.32 0.23 0.47 0.49 0 0.5 1 1.5 2 2.5

(5)

komponen yang kemampuan data dalam menerangkan hubungan adalah sebesar 39.35% (Gambar 4).

Hasil korelasi antar variabel kualitas perairan pada sumbu F1 x F2 dengan menggunakan komponen analisis utama (Gambar 4) menunjukkan bahwa salinitas dan fosfat berperan utama dalam membentuk F1 positif sedangkan variabel DO berperan utama dalam membentuk F1 negatif. Variabel fitoplankton dan kerang simping terlihat berperan utama dalam pembentukan F2 positif sedangkan variabel pH dan klorofil-a berperan utama dalam pembentuk F2 negatif.

Korelasi antar variabel biofisik-kimia perairan menunjukkan bahwa variabel fitoplankton yang berperan sebagai pembentuk F2 positif berkolerasi negatif antar beberapa variabel seperti pH, klorofil-a dan nitrat tetapi berkorelasi positif terhadap kerang simping, fosfat, salinitas, DO, dan suhu. Korelasi positif dengan variabel fitoplankton berarti semakin tinggi kelimpahan fitoplankton di setiap titik lokasi penelitian diikuti dengan tingginya berat total kerang simping, kandungan fosfat, salinitas, DO, dan suhu perairan. Korelasi negatif dengan variabel fitoplankton menunjukkan bahwa semakin tinggi kelimpahan fitoplankton di setiap titik lokasi penelitian merupakan salah satu faktor rendahnya nilai variabel kandungan nitrat, klorofil-a dan pH.

Projection of the variables on the factor-plane ( 1 x 2)

Active Kerang Simping Fitoplankton Klorofil-a Salinitas Suhu pH DO Nitrat Fosfat -1.0 -0.5 0.0 0.5 1.0 Factor 1 : 39.35% -1.0 -0.5 0.0 0.5 1.0 F a ct o r 2 : 2 8 .8 7 %

Gambar 4. Grafik analisis komponen utama karateriktik biofisik-kimia perairan dengan kerang simping. korelasi antara variabel parameter perairan pada sumbu F1 dan F2.

(6)

Projection of the cases on the factor-plane ( 1 x 2) Cases with sum of cosine square >= 0.00

Active Titik Lokasi 1

Titik Lokasi 2

Titik Lokasi 3 Titik Lokasi 4

Titik Lokasi 5Titik Lokasi 6

Titik Lokasi 7 Titik Lokasi 8 Titik Lokasi 9 Titik Lokasi 10 Titik Lokasi 11 Titik Lokasi 12

Titik Lokasi 13Titik Lokasi 15Titik Lokasi 14 Titik Lokasi 16 -5 -4 -3 -2 -1 0 1 2 3 4 5 6 Factor 1: 39.35% -5 -4 -3 -2 -1 0 1 2 3 4 F a c to r 2 : 2 8 .8 7 %

Gambar 5. Grafik analisis komponen utama karateriktik biofisik-kimia perairan dengan kerangsimping. sebaran stasiun pengamatan pada sumbu F1 dan F2.

Grafik titik lokasi penelitian pada perpotongan sumbu 1 dan 2 (F1xF2) (Gambar 5), memperlihatkan adanya pengelompokan stasiun pengamatan pada bidang perpotongan antara sumbu 1 positif dan sumbu 2 positif, yaitu titik lokasi 5, 6, 7 dan 8. Titik lokasi 5, 6, 7 dan 8 dicirikan dengan pengelompokan variabel fosfat, fitoplankton, kerang simping dan salinitas. Pengelompokan variabel pada titik lokasi tersebut menunujukan nilai yang tinggi dari kandungan fosfat, kelimpahan fitoplankton dan berat total kerang simping. Kandungan fosfat yang tinggi (0.53 -1.18 mg/l) pada titik lokasi 5, 6, 7 dan 8 menyebabkan tingginya kelimpahan fitoplankton (37804.16 - 95441.53 sel/ml) dan tingginya berat total kerang simping (1012.12 -1495.93 gram) hasil tangkapan. Hal ini dipertegas Tambaru (2003), yang menyatakan fosfat sangat dibutuhkan untuk metabolisme fitoplankton sehingga kandungan fosfat yang diperlukan berkisar antara 0,09-1,80 mg/l.

Pada bidang perpotongan antara sumbu 1 positif dan sumbu 2 negatif pada titik lokasi penelitian 10, 12, 13, 14, 15 dan 16. Titik lokasi tersebut dicirikan dengan pengelompokan variabel pH dan klorofil-a, dimana semakin tinggi nilai pH maka semakin tinggi juga klorofil-a. Pada bidang perpotongan antara sumbu 1 negatif dan sumbu 2 negatif pada titik lokasi penelitian 9 dan 11. Titik lokasi 9 dan 11 dicirikan hanya nitrat saja, hal tersebut diakibatkan karena pada saat penelitian nilai nitrat diperairan sangat kecil sehingga nitrat dalam penelitian ini tidak terlalu mempengaruhi kesuburan suatu perairan. Pada bidang perpotongan antara sumbu 1 negatif dan sumbu 2 positif pada titik lokasi penelitian 1, 2, 3, dan 4. Titik lokasi 1, 2, 3, dan 4 dicirikan dengan variabel suhu yang tinggi diikuti dengan variabel DO yang tinggi juga. Hal ini disebabkan suhu perairan yang semakin tinggi menyebabkan bertambahnya aktivitas fotosintesis dari biota berklorofil seperti fitoplankton di perairan sehingga bertambahnya jumlah oksigen terlarut yang dihasilkan dari proses fotosintesis. Newell dan Newell (1977) berpendapat bahwa kandungan oksigen terlarut dalam perairan ditentukan oleh beberapa faktor seperti proses fotosintesis yang dilakukan oleh tumbuhan air, difusi dari udara, suhu air, proses respirasi oleh hewan air yang terjadi di dasar perairan. Kandungan oksigen secara temporer tidak mempunyai pengaruh yang berarti terhadap kerang simping karena kerang dapat melakukan metabolisme secara anaerob namun metabolisme ini akan menyebabkan kerang kekurangan energi sehingga mempengaruhi aktivitas lainnya seperti reproduksi dan pertumbuhan (Kharisma et al.,

(7)

1012.12 gram - 1495.93 gram. Indeks dominansi menunjukkan adanya genus yang mendominansi suatu populasi.

Ucapan Terima kasih

Ucapan terima kasih disampaikan Biro Kerjasama Luar Negeri, Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi, Kementrian Pendidikan Nasional yang telah memberikan Beasiswa melalui Program Double Degree, Program Beasiswa Unggulan Bidang Perencanaan dan Pengelolaan Sumberdaya Kelautan, dan Tim Penelitian Hibah Pascasarjana TA 2012/2013, Program Magister Sumberdaya Pantai, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Diponegoro Semarang, sehingga terlaksananya program dan penelitian ini.

Daftar Pustaka

Alimina, Naslina. 2008. Analisis Klorofil-a dan Hubungannya Dengan Hasil Tangkap Madidihang (Thunnus albacores) di Perairan Selatan Sulawesi Tengggara. Sumberdaya Insani Universitas Muhammadiyah Kendari, 14 : 1-15.

Arinardi, O. H., A. B. Sutomo, S. A.Yusuf, Trimaningsih, E. S. H. Asnaryanti, dan Riyono. 1997. Kisaran Kelimpahan Plankton Predominan Di Perairan Kawasan Tengah Indonesia. Pusat Penelitian dan Pengembangan Oseanologi-LIPI, Jakarta, Hlm : 5-24.

Christophersen, G. 2005. Effect of Environment Condition on Culturing Scallops Spat (Pecten maximus). Department of Biology. University of Bergen, Bergen, Norway, p. 9-13.

Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Jawa Tengah. 2012. Produksi dan Nilai Perikanan Laut Menurut Kabupaten/Kota di Jawa Tengah Tahun 2011. Available at : http://jateng.bps.go.id (18 Desember 2012).

Hakanson. L and A.C. Bryhn, 2008. Eutrophication in the Baltic Sea Present Situation, Nutrien Transport Processes, Remedial Strategies. Springer-Verlag Berlin Heidelberg. p. 263

Hatta, M. 2002. Hubungan Antara Klorofil-a dan Ikan Pelagis Dengan Kondisi Oceanografi di Perairan Utara Irian Jaya. Dalam : Makalah Falsafah Sains, IPB, Bogor.

Kasma, E., T. Osawa, I. W. S. Adnyana. 2007. Estimation of Primary Productivity For Tuna in Indian Ocean. Ecotrophioc, 4 (2) : 86-91.

Kharisma, Dian, C. Adhi, dan R. Azizah. 2012. Kajian Ekologis Bivalvia di Perairan Semarang Bagian Timur Pada Bulan Maret-April 2012. Journal of Marine Research, 1 (2):216-225.

Newell, G.E. and Newell, R.B. 1977. Marine Plankton. Practical Guide. Hutchinson Educational. London. 243 p.

Odum. P. 1993. Dasar-Dasar Ekologi. Edisi ke-3. Gajah Mada University Press, Jogjakarta, hlm 132 - 444. (diterjemahkan oleh Tjahyono Samingan).

Suryanto, A.M dan H. Umi. 2009. Pendugaan Status Trofik Dengan Pendekatan Kelimpahan Fitoplankton dan Zooplankton di Waduk Sengguruh, Kartangkates, Lahor, Wlingi Raya dan Monorejo Jawa Timur. Fakultas Perikanan dan Kelautan, Universitas Brawijaya, Malang, hlm : 7-13.

Susilowati, I., Widowati, I., Agustini, T. W., dan Raharjo, A. B. 2008. Empowering A-B-G-C to Promote Simping Clam (Amusium pleuronectes) as One of The Way Out Line to Raise The Welfare of Fishers and Regional Income in Northern-Coast of Central Java-INDONESIA: With Special Reference to Brebes Regency as The Pilot Project. In : IIFET, Vietnam, 11 p.

Tambaru, R. 2003. Selang Waktu Inkubasi Yang Terbaik Dalam Waktu Pengukuran Produktivitas Primer Fitoplankton Di Perairan Laut. Makalah Falsafah Sains. Program Pasca Sarjana (S3). IPB. Bogor. Hlm 4-7.

(8)

Usman, H. dan Purnomo, S. A. 2008. Metodologi Penelitian Sosial. Penerbit Bumi Aksara, Jakarta, 110 hlm.

Yuliana, E. M. Adiwilaga, E. Harris, dan N. T. M. Pratiwi. 2012. Hubungan Antara Kelimpahan Fitoplankton Dengan Parameter Fisika-Kimiawi Perairan di Teluk Jakarta. Akuatik,. 3 (2):169-179.

Tanya Jawab

Penanya : Mujiyanto

Pertanyaan : a. Bagaimanakah keanekaragaman dan karakteristik yang kurang subur menurut kemelimpahan plankton?

b. Bagaimana peranan fitoplankton bagi kerang simping iu sendiri?

Jawaban : a. Kesuburan perairan dapat dilihat dari kemelimpahan fitoplankton serta parameter biofisik dan kimia, dimana kesuburan perairan tinggi apabila kelimpahan fitoplankton >10.000 sel/ml dan kesuburan perairan rendah apabila fitoplankton <2.000 sel/ml.

b. Peranan fitoplankton bagi kerang simping sebagai unsure makanan dimana kerang merupakan filter feeder yang dimana akan menyaring fitoplankton dan zooplankton. Semakin besar kerang simping itu sendiri maka jenis fitoplankton yang dimakan dari genusnya akan mempengaruhi ukuran genus fitoplankton yang dimakan

Gambar

Gambar 1. Peta daerah penelitian
Gambar 2. Grafik perbandingan berat total kerang simping dan kelimpahan fitoplankton
Gambar 3. Grafik indeks keanekaragaman, indeks keseragaman, indeks dominansi fitoplankton  Unsur hara perairan merupakan parameter yang sangat mempengaruhi kehidupan fitoplankton, unsur  hara yang dimaksud dalam penelitian ini yaitu nitrat dan fosfat (Tabe
Gambar 4. Grafik analisis komponen utama karateriktik biofisik-kimia perairan dengan kerang simping
+2

Referensi

Dokumen terkait

Perhitungan efisiensi HRSG dilakukan dengan membandingkan laju aliran energi Perhitungan efisiensi HRSG dilakukan dengan membandingkan laju aliran energi yang

Kemudian dilakukan pengolahan data dengan analisis workload dan work force didapatkan hasil dari penelitian yaitu jumlah operator pada bagian produksi berjumlah

Pada pengolahan secara biologis, pertumbuhan mikroorganisme dapat dilakukan secara melekat pada permukaan media penyangga (attached growth), yakni suatu proses pengolahan

Media massa adalah alat yang digunakan untuk penyampaikan pesan dari sumber kepada khalayak dengan menggunakan alat-alat komunikasi mekanis seperti surat kabar,

Keluarga besar HMP PPKn periode 2015 dan BEM FKIP UMS periode 2016 terima kasih atas dukungan semangat, doa serta ilmu dan pengalaman yang luar biasa ini semoga

Dan karena seperti itu realitanya secara metafisika (yang paling asli/tinggi/ mendalam) , maka akhirnya bisa terjadi &#34;breakthrough&#34;. Bisa kesadaran yang sebenarnya

di gubuk tersebut, DIAN mengancam saksi INDAH dengan berkata “ayo kalau kamu tidak mau, kamu tidak akan diantar pulan” setelah itu DIAN.. memaksa saksi INDAH

Target yang diharapkan dari program pengabdian masyarakat IbM Peningkatan Pelayanan, Pemasaran dan Keselamatan Penyedia Jeep Wisata di Kawasan Wisata Kaliurang ini