• Tidak ada hasil yang ditemukan

MAKALAH EMFISEMA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "MAKALAH EMFISEMA"

Copied!
22
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I BAB I

PENDAHULUAN PENDAHULUAN

A.

A. Latar BelakangLatar Belakang

Manusia di bumi ini agar dapat bertahan hidup maka diantaranya Manusia di bumi ini agar dapat bertahan hidup maka diantaranya harus bernapas,

harus bernapas, tidak hanytidak hanya manusia, a manusia, tetapi semua makhtetapi semua makhluk hidup luk hidup lainyalainya  juga

 juga memiliki memiliki ciri ciri yng yng sama sama yaitu yaitu memerlukan memerlukan pernapasan pernapasan selain selain dari dari padapada makan, berkembang biak, tumbuh Dan lain sebagainya. bernapas merupakan makan, berkembang biak, tumbuh Dan lain sebagainya. bernapas merupakan suatu kebutuhan yang sangat penting dalam menjalani rentetan- rentetan suatu kebutuhan yang sangat penting dalam menjalani rentetan- rentetan kehidupan atau aktivitas yang kita jalani.

kehidupan atau aktivitas yang kita jalani.

Mempelajari sistem pernapasan sangatlah penting karena ilmu dari Mempelajari sistem pernapasan sangatlah penting karena ilmu dari sistem pernapasan adalah ilmu yang mepelajari fungsi organ dan tubuh sistem pernapasan adalah ilmu yang mepelajari fungsi organ dan tubuh mahkluk hidup. Yang erat kaitannya denngan kelansungan hidup manusia. mahkluk hidup. Yang erat kaitannya denngan kelansungan hidup manusia.

Semua sistem dalam tubuh haruslah seimbang, sama halnya dengan Semua sistem dalam tubuh haruslah seimbang, sama halnya dengan sistem pernapasan dimana manusia setiap detiknya harus menghirup oksigen sistem pernapasan dimana manusia setiap detiknya harus menghirup oksigen dan mengeluarkan karbondioksida dalam

dan mengeluarkan karbondioksida dalam hidupnya.hidupnya.

Dengan memelajari sistem pernapasan kita dapat mengetahui apa- apa Dengan memelajari sistem pernapasan kita dapat mengetahui apa- apa saja organ- organ yang terlibat dalam sistem pernapasan, mekanisme saja organ- organ yang terlibat dalam sistem pernapasan, mekanisme  pernapasan,

 pernapasan, jenis- jenis- jenis jenis pernapasan pernapasan bahkan bahkan kelainan- kelainan- kelainan kelainan dan dan penyakitpenyakit yang sering terjadi pada sistem pernapasan.

yang sering terjadi pada sistem pernapasan. B.

B. TujuanTujuan

Adapun beberapa tujuan dan manfaat yang diperoleh dalam Adapun beberapa tujuan dan manfaat yang diperoleh dalam mempelajari sistem pernapasan :

mempelajari sistem pernapasan : 1.

1. Memahami pengertian sistem pernapasan pada manusiaMemahami pengertian sistem pernapasan pada manusia 2.

2. Mengetahui organ-organ yang ada dalam sistem pernapasan manusiaMengetahui organ-organ yang ada dalam sistem pernapasan manusia  beserta fungsi-fungsinya

 beserta fungsi-fungsinya 3.

3. Memahami dan mengerti mekanisme sistem pernafasanMemahami dan mengerti mekanisme sistem pernafasan 4.

4. Memahami fungsi sistem pernapasanMemahami fungsi sistem pernapasan 5.

(2)

BAB II BAB II PEMBAHASAN PEMBAHASAN

A.

A. Konsep Penyakit EmfisemaKonsep Penyakit Emfisema 1.

1. Pengertian EmfisemaPengertian Emfisema

Emfisema merupakan keadaan dimana alveoli menjadi kaku Emfisema merupakan keadaan dimana alveoli menjadi kaku mengembang dan terus menerus terisi udara walaupun ekspirasi.

mengembang dan terus menerus terisi udara walaupun ekspirasi.

Emfisema merupakan morfologik didefisiensikan sebagai Emfisema merupakan morfologik didefisiensikan sebagai abnormal ruang- ruang paru distal dari bronkiolus terminal dengan abnormal ruang- ruang paru distal dari bronkiolus terminal dengan destruksi dindingnya.

destruksi dindingnya.

Emfisema adalah penyakit obstruksi kronik akibat kurangnya Emfisema adalah penyakit obstruksi kronik akibat kurangnya elastisitas paru dan luas permukaan alveoli.

elastisitas paru dan luas permukaan alveoli.

Terdapat 2 jenis emfisema yang diklasifikasikan berdasarkan perubahan Terdapat 2 jenis emfisema yang diklasifikasikan berdasarkan perubahan yang terjadi dalam paru yaitu :

yang terjadi dalam paru yaitu : a.

a. Emfisema Panlobulor ( Panacinar )Emfisema Panlobulor ( Panacinar )

Emfisema panlobulor melibatkan seluruh lobules respiratorius. Emfisema panlobulor melibatkan seluruh lobules respiratorius. Bentuk morfologik yang lebih jarang, alveolus mengalami Bentuk morfologik yang lebih jarang, alveolus mengalami  pembesaran

 pembesaran serta serta kerusakan kerusakan secara secara merata merata mengenai mengenai bagian bagian ainusainus yang sentral maupun yang perifer. Bersamaan dengan penyakit yang yang sentral maupun yang perifer. Bersamaan dengan penyakit yang semakin parah, semua komponen asinus sedikit demi sedikit semakin parah, semua komponen asinus sedikit demi sedikit menghilang sehingga akhirnya hanya tertinggal beberapa jaringan menghilang sehingga akhirnya hanya tertinggal beberapa jaringan yang biasanya berupa pembuluh- pembuluh darah.

yang biasanya berupa pembuluh- pembuluh darah. b.

b. Emfisema SentrilobulorEmfisema Sentrilobulor

Emfisema sentrilobulor hanya menyerang bagian bronkiolus Emfisema sentrilobulor hanya menyerang bagian bronkiolus respiratorius dan duktus alveolaris. Dinding- dinding mulai berlubang, respiratorius dan duktus alveolaris. Dinding- dinding mulai berlubang, membesar, bergabung dan akhirnya cenderung menjadi satu ruang membesar, bergabung dan akhirnya cenderung menjadi satu ruang sewaktu dinding- dinding mengalami integritas. Mula- mula duktus sewaktu dinding- dinding mengalami integritas. Mula- mula duktus alveolaris dan sakus alveolaris yang lebih distal dapat dipertahankan. alveolaris dan sakus alveolaris yang lebih distal dapat dipertahankan. Sering menyeranng bagian atas paru dan penyebarannya tidak merata Sering menyeranng bagian atas paru dan penyebarannya tidak merata

(3)

2. Etiologi

Beberapa hal yang dapat menyebabkan emfisema paru yaitu: a. Rokok 

Rokok secara patologis dapat menyebabkan gangguan  pergerakan silia pada jalan nafas, menghambat fungsi makrofag alveolar, menyebabkan hipertrofi dan hiperplasia kelenjar mukus  bronkus. merokok merupakan penyebab utama emfisema. Akan tetapi  pada sedikit pasien (dalam presentasi kecil) terdapat predisposisi familiar terhadap emfisema yang yang berkaitan dengan abnormalitas  protein plasma, defisiensi antitripsin-alpha1 yang merupakan suatu

enzim inhibitor. Tanpa enzim inhibitor ini, enzim tertentu akan menghancurkan jaringan paru. Individu yang secara ganetik sensitive terhadap faktor-faktor lingkungan (merokok, polusi udara, agen-agen infeksius, dan alergen) pada waktunya akan mengalami gejala-gejala obstruktif kronik.

b. Polusi

Polutan industri dan udara juga dapat menyebabkan emfisema. Insiden dan angka kematian emfisema bisa dikatakan selalu lebih tinggi di daerah yang padat industrialisasi, polusi udara seperti halnya asap tembakau, dapat menyebabkan gangguan pada silia menghambat fungsi makrofag alveolar.

c. Infeksi

Infeksi saluran nafas akan menyebabkan kerusakan paru lebih  berat. Penyakit infeksi saluran nafas seperti pneumonia, bronkiolitis akut dan asma bronkiale, dapat mengarah pada obstruksi jalan nafas, yang pada akhirnya dapat menyebabkan terjadinya emfisema.

d. Genetik 

Defisiensi Alfa-1 antitripsin. Cara yang tepat bagaimana defisiensi antitripsin dapat menimbulkan emfisema masih belum  jelas.

(4)

e. Obstruk Saluran Napas

Emfisema terjadi karena tertutupnya lumen bronkus atau  bronkiolus, sehingga terjadi mekanisme ventil. Udara dapat masuk ke dalam alveolus pada waktu inspirasi akan tetapi tidak dapat keluar   pada waktu ekspirasi. Etiologinya ialah benda asing di dalam lumen

dengan reaksi lokal, tumor intrabronkial di mediastinum, kongenital. Pada jenis yang terakhir, obstruksi dapat disebabkan oleh defek  tulang rawan bronkus.

3. Patofisiologi

Emfisema paru merupakan suatu pengembangan paru disertai  perobekan alveolus-alveolus yang tidak dapat pulih, dapat bersifat

menyeluruh atau terlokalisasi, mengenai sebagian atau seluruh paru.

Pengisian udara berlebihan dengan obstruksi terjadi akibat dari obstruks sebagian yang mengenai suatu bronkus atau bronkiolus dimana  pengeluaran udara dari dalam alveolus menjadi lebih sukar dari pada  pemasukannya. Dalam keadaan demikian terjadi penimbunan udara yang  bertambah di sebelah distal dari alveolus.

Pada Emfisema obstruksi kongenital bagian paru yang paling sering terkena adalah belahan paru kiri atas. Hal ini diperkirakan oleh mekanisme katup penghentian. Pada paru-paru sebelah kiri terdapat tulang rawan yang terdapat di dalam bronkus-bronkus yang cacat sehingga mempunyai kemampuan penyesuaian diri yang berlebihan.

Selain itu dapat juga disebabkan stenosis bronkial serta  penekanan dari luar akibat pembuluh darah yang menyimpang. Mekanisme katup penghentian: Pengisian udara berlebihan dengan obstruksi terjadi akibat dari obstruksi sebagian yang mengenai suatu  bronkus atau bronkiolus dimana pengeluaran udara dari dalam alveolus menjadi lebih penimbunan udara di alveolus menjadi bertambahsukar 

dari pemasukannya di sebelah distal dari paru.

(5)

keseimbangan antara tekanan yang menarik jaringan paru ke laur yaitu disebabkan tekanan intrapleural dan otot-otot dinding dada dengan tekanan yang menarik jaringan paru ke dalam yaitu elastis itas paru.

Bila terpapar iritasi yang mengandung radikal hidroksida (OH-). Sebagian besar partikel bebas ini akan sampai di alveolus waktu menghisap rokok. Partikel ini merupakan oksidan yang dapat merusak   paru. Parenkim paru yang rusak oleh oksidan terjadi karena rusaknya

dinding alveolus dan timbulnya modifikasi fungsi dari anti elastase pada saluran napas. Sehingga timbul kerusakan jaringan interstitial alveolus. Partikel asap rokok dan polusi udara mengenap pada lapisan mukus yang melapisi mukosa bronkus. Sehingga menghambat aktivitas silia. Pergerakan cairan yang melapisi mukosa berkurang. Sehingga iritasi pada sel epitel mukosa meningkat. Hal ini akan lebih merangsang kelenjar  mukosa. Keadaan ini ditambah dengan gangguan aktivitas silia. Bila oksidasi dan iritasi di saluran nafas terus berlangsung maka terjadi erosi epital serta pembentukanjaringan parut. Selain itu terjadi pula metaplasi squamosa dan pembentukan lapisan squamosa. Hal ini menimbulkan stenosis dan obstruksi saluran napas yang bersifat irreversibel sehingga terjadi pelebaran alveolus yang permanen disertai kerusakan dinding alveoli.

4. Manifestasi Klinik  a. Batuk 

 b. Sputum putih, jika ada infeksi menjadi purulen atau mukopurulen c. Sesak sampai menggunakan otot-otot pernafasan tambahan

d.  Nafas terengah-engah disertai dengan suara seperti peluit

e. dada berbentuk seperti tong, otot leher tampak menonjol, membungkuk 

f. Bibir tampak kebiruan

g. Berat badan menurun akibat nafsu makan menurun h. Batuk menahun

(6)

5. Pemeriksaan Penunjang

a. Rontgen dada : hiperinflasi, pendataran diafragma, pelebaran interkosta dan jantung normal

 b. Fungsi pulmonari (terutama spirometri) : peningkatan TLC dan RV,  penurunan VC dan FEV

6. Komplikasi

a. Sering mengalami infeksi pada saluran pernafasan  b. Daya tahan tubuh kurang sempurna

c. Tingkat kerusakan paru semakin parah

d. Proses peradangan yang kronis pada saluran nafas e. Atelaktasis

f. Pneumothoraks

g. Meningkatkan resiko gagal nafas pada pasien 7. Penatalaksanaan

Tujuan utama pengobatan adalah untuk memperbaiki kualitas hidup, untuk memperlambat kemajuan proses penyakit, dan untuk  mengatasi obstruksi jalan nafas untuk menghilangkan hipoksia.

a. Bronkodilator

Digunakan untuk mendilatasi jaln nafas karena preparat ini melawan baik edema mukosa maupun spasme muskular dan membantu baik dalam mengurangi obstruksi jalan nafas maupun dalam memperbaiki pertukaran gas.medikasi ini mencakup agonis  betha-adrenergik (metaproterenol, isoproterenol dan metilxantin (teofilin, aminofilin), yang menghasilkan dilatasi bronkial melaui mekanisme yang berbeda. Bronkodilator mungkin diresepkan per oral, subkutan, intravena, per rektal atau inhalasi. Medikasi inhalasi dapat diberikan melalui aerosol bertekanan, nebuliser balon-genggam, nebuliser dorongan-pompa, inhaler dosis terukur, atau IPPB.

(7)

b. Terapi Aerosol

Aerosolisasi (proses membagi partikel menjadi serbuk yang sangat halus) dari bronkodilator salin dan mukolitik sering kali digunakan untuk membantu dalam bronkodilatasi. Ukuran partikel dalam kabut aerosol harus cukup kecil untuk memungkinkan medikasi dideposisikan dalam-dalam di dalam percabangan trakeobronkial. Aerosol yang dinebuliser menhilangkan bronkospasme, menurunkan edema mukosa, dan mengencerkan sekresi bronkial. Hal ini

memudahkan proses pembersihan bronkiolus, membantu

mengendalikan proses inflamasi, dan memperbaiki fungsi ventilasi. c. Pengobatan Infeksi

Pasien dengan emfisema sangat rentan terhadap infeksi paru dan harus diobati pada saat awal timbulnya tanda-tanda infeksi. S.  Pneumonia, H. Influenzae, dan  Branhamella catarrhalis adalah organisme yang paling umum pada infeksi tersebut. Terapi antimikroba dengan tetrasiklin, ampisilin, amoksisilin, atautrimetroprim-sulfametoxazol (bactrim) biasanya diresepkan. Regimen antimikroba digunakan pada tanda pertama infeksi  pernafasan, seperti dibuktikan dengan sputum purulen, batuk 

meningkat, dan demam. d. Kortikosteroid

Kortikosteroid menjadi kontroversial dalam pengobatan emfisema. Kortikosteroid digunakan setelah tindakan lain untuk  melebarkan bronkiolus dan membuang sekresi. Prednison biasa diresepkan. Dosis disesuaikan untuk menjaga pasien pada dosis yang terendah mungkin. Efek samping termasuk gangguan gastrointestinal dan peningkatan nafsu makan. Jangka panjang, mungkin mengalami ulkus peptikum, osteoporosis, supresi adrenal, miopati steroid, dan  pembentukan katarak.

(8)

e. Oksigenasi

Terapi oksigen dapat meningkatkan kelangsungan hidup pada  pasien dengan emfisema berat. Hipoksemia berat diatasi dengan

konsentrasi oksigen rendah untuk meningkatkan PaO2 hingga antara

65 – 85 mmHg. Pada emfisema berat oksigen diberikan sedikitnya 16  jam per hari, dengan 24 jam per hari lebih baik.

8. Pencegahan

Penatalaksanaan utama pada pasien dengan emfisema adalah untuk meningkatkan kualitas hidup, memperlambat perkembangan proses  penyakit, dan mengobati obstruksi saluran napas yang berguna untuk 

mengatasi hipoksia. Pendekatan terapi mencakup:

a. Pemberian terapi untuk meningkatkan ventilasi dan menurunkan kerja napas

 b. Mencegah dan mengobati infeksi

c. Teknik terapi fisik untuk memperbaiki dan meningkatkan ventilasi  paru-paru

d. Memelihara kondisi lingkungan yang memungkinkan untuk  memfasilitasi pernapasan

e. Dukungan psikologis

f. Pendidikan kesehatan pasien dan rehabilitasi 9. Prognosis

Prognosis jangka pendek maupun jangka panjang bergantung  pada umur dan gejala klinis waktu berobat.

Penderita yang berumur kurang dari 50 tahun dengan :

a. Sesak ringan, 5 tahun kemudian akan terlihat ada perbaikan.

 b. Sesak sedang, 5 tahun kemudian 42 % penderita akan sesak lebih  berat dan meninggal.

(9)

B. Konsep Keperawatan 1. Pengkajian

a. Aktivitas/Istirahat Gejala:

1) Keletihan, kelelahan, malaise

2) Ketidakmampuan untuk melakukan aktivitas sehari-hari karena sulit bernapas

3) Ketidakmampuan untuk tidur, perlu tidur dalam posisi duduk  tinggi

4) Dispnea pada saat istirahat atau respons terhadap aktivitas atau latihan

Tanda:

1) Keletihan, gelisah, insomnia

2) Kelemahan umum/kehilangan massa otot b. Sirkulasi

Gejala:

 pembengkakan pada ekstremitas bawah Tanda:

1) Peningkatan tekanan darah, peningkatan frekuensi

 jantung/takikardia berat, disritmia, distensi vena leher 

2) Edema dependen, tidak berhubungan dengan penyakit jantung 3) Bunyi jantung redup (yang berhubungan dengan peningkatan

diameter AP dada)

4) Warna kulit/membran mukosa: normal atau abu-abu/sianosis 5) Pucat dapat menunjukkan anemia

c. Makanan/Cairan Gejala:

1) Mual/muntah, nafsu makan buruk/anoreksia (emfisema) 2) Ketidakmampuan untuk makan karena distres pernapasan

3) Penurunan berat badan menetap (emfisema), peningkatan berat  badan menunjukkan edema (bronkitis)

(10)

Tanda:

1) Turgor kulit buruk, edema depende

2) Berkeringat, penuruna berat badan, penurunan massa otot/lemak  subkutan (emfisema)

3) Palpitasi abdominal dapat menyebabkan hepatomegali (bronkitis) d. Hygiene

Gejala:

Penurunan kemampuan/peningkatan kebutuhan bantuan melakukan aktivitas sehari-hari

Tanda:

Kebersihan, buruk, bau badan e. Pernafasan

Gejala:

1)  Nafas pendek (timbulnya tersembunyi dengan dispnea sebagai gejala menonjol pada emfisema) khususnya pada kerja, cuaca atau episode berulangnya sulit nafas (asma), rasa dada tertekan, ketidakmampuan untuk bernafas (asma)

2) “Lapar udara” kronis

3) Bentuk menetap dengan produksi sputum setiap hari (terutama  pada saat bangun) selama minimum 3 bulan berturut-turut tiap tahun sedikitnya 2 tahun. Produksi sputum (hijau, putih dan kuning) dapat banyak sekali (bronkitis kronis)

4) Episode batuk hilang timbul biasanya tidak produktif pada tahap dini meskipun dapat terjadi produktif (emfisema)

5) Riwayat pneumonia berulang: terpajan pada polusi kimia/iritan  pernafasan dalam jangka panjang (mis., rokok sigaret) atau

debu/asap (mis., abses, debu atau batu bara, serbuk gergaji)

6) Faktor keluarga dan keturunan, mis., defisiensi alfa-anti tripsin (emfisema)

(11)

Tanda:

1) Pernafasan: biasanya cepat, dapat lambat, penggunaan otot bantu  pernapasan

2) Dada: hiperinflasi dengan peninggian diameter AP, gerakan diafragma minimal

3) Bunyi nafas: mungkin redup dengan ekspirasi mengi (emfisema); menyebar, lembut atau krekels, ronki, mengi sepanjang area paru. 4) Perkusi: hiperesonan pada area paru

5) Warna: pucat dengan sianosis bibir dan dasar kuku. f. Keamanan

Gejala:

1) Riwayat reaksi alergi atau sensitif terhadap zat/faktor lingkungan 2) Adanya/berulangnya infeksi 3) Kemerahan/berkeringat (asma) g. Seksualitas Gejala: Penurunan libido h. Interaksi sosial Gejala:

Hubungan ketergantungan, kurang sistem pendukung, ketidak  mampuan membaik/penyakit lama

Tanda:

1) Ketidakmampuan untuk/membuat mempertahankan suara

 pernafasan

2) Keterbatasan mobilitas fisik, kelainan dengan anggota keluarga lalu

i. Penyuluhan/Pembelajaran Gejala:

Penggunaan/penyalahgunaan obat pernapasan, kesulitan

menghentikan merokok, penggunaan alkohol secara teratur, kegagalan untuk membaik.

(12)

2. Penyimpangan KDM

Faktor predisposisi: merokok, polusi udara, agen-agen infeksius, alergen,

lin kun an ker a

Faktor predisposisi : familial

Inflamasi dan pembengkakan  bronkhus, produksi lendir yang

 berlebihan,

Defisiensi enzim alfa 1-antitripsin

Kehilangan rekoil elastitas jalan napas, kolaps bronkiolus, dan  poenurunan redistribusi udara ke

alveoli

 Ketidakefektifan bersihan jalan

napas

 Resiko tinggi infeksi

 pernapasan

Peningkatan usaha frekuensi  pernapasan, penggunaan otot

namtu erna asan Penurunan kemampuan

 batuk efektif 

Peningkatan kerja pernapasan, hipoksemia secara reversibel

Gangguan pertukaran gas Respon sistemik dan

 psikologis

 Perubahan pemenuhan nutrisi

kerang dari kebutuhan

 Kecemasan

Ketidaktahuan/pemenu Keluhan sistemis, mual, intake

nutrisi tidak adekuat, melaise, kelemahan, dan keletihan fisik.

Keluhan psikososial , kecemasan, ketidaktahuan

akan prognosis Peningktan tahanan jalan napas

aliran masuk dan aliran keluar  udara dari aru- aru

(13)

3. Diagnosa Keperawatan

a. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan kerusakan alveolus.  b. Inefektif bersihan jalan napas berhubungan dengan akumulasi sekret.

c. Gangguan pemenuhan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh  berhubungan dengan anoreksia.

d. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan kelemahan fisik. e. Gangguan pola tidur berhubungan dengan nyeri.

f. Ansietas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang  penyakit dan tindakan perawat.

4. Intervensi

a. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan kerusakan alveoli.

Tujuan: Setelah beberapa perawatan pola napas pasien kembali normal dengan kriteria hasil : Frekuensi napas 16-20 x/menit, bunyi napas bersih tidak ada batuk, tidak ada ketidaknyamanan dada, frekuensi nadi 60-100 x/menit dan menghilangnya dispnea.

Intervensi Rasional

Mandiri

- Mengkaji pola napas

- Tinggikan kepala tempat tidur,  bantu pasien untuk memilih posisi yang mudah untuk bernapas. Dorong napas dalam perlahan atau napas bibir sesuai kebutuhan individu

- Anjurkan pasien tidak banyak   bicara.

- Atur jumlah pembesuk pasien.

- Pakaikan baju yang tipis dan tidak  ketat pada pasien.

- Awasi tanda vital dan irama

- Mengetahui terjadinya kelainan  pola napas dan menentukan

tindakan yang perlu dilakukan.

- Pengiriman oksigen dapat

diperbaiki dengan posisi duduk  tinggi dan latihan napas untuk  menurunkan kolaps jalan napas, dispnea, dan kerja napas.

- Pengaturan frekuensi napas lebih

mudah dikendalikan dalam

keadaan tidak bicara.

- Memungkinkan pasien tidak 

(14)

 b. Infektif bersihan jalan napas berhubungan dengan akumulasi sekret. Tujuan : Setelah beberapa hari dirawat bersihan jalan napas menjadi terpelihara dengan kriteria hasil : Sekret berkurang dan suara napas menjadi bersih.

Intervensi Rasional

Mandiri

- Kaji bunyi napas dan

kemampuan pasien

mengeluarkan sekret.

- Lakukan postural drainase

dengan perkusi dan vibrasi. - Ajarkan pasien untuk melakukan

- Mengetahui kelainan yang terjadi dan menentukan tindakan yang  perlu dilakukan.

- Menggunakan gaya gravitasi untuk  membantu membangkitkan sekresi sehingga sekret dapat lebih mudah  jantung.

Kolaborasi

- Berikan oksigen yang dilembabkan  pada kecepatan aliran yang

dianjurkan biasanya 2 L/menit. - Konsultasi kepada dokter jika

gejala-gejala tersebut menetap atau memburuk. Siapkan pasien untuk  dipindahkan ke UPI dan untuk   pemasangan ventilasi mekanis, jika

terjadi gagal napas.

- Memudahkan pergerakan dada.

- Takikardia, disritmia, dan

 perubahan TD dapat

menunjukkan efek hipoksemia sistemik pada fungsi jantung.

- Oksigen akan memperbaiki atau

mencegah memburuknya

hipoksemia.

- Gagal pernapasan akut merupakan komplikasi utama yang sering

menyertai PPOM. Ventilasi

mekanis sangat diperlukan untuk  membantu pernapasan pasien sampai pasien dapat bernapas sendiri.

(15)

teknik batuk efektif.

- Tingkatkan masukan cairan

hingga 3 L/hari sesuai toleransi  jantung. Berikan air hangat.

Kolaborasi

- Memberikan obat expectoran. - Memberikan nebulizer.

- Melakukan suction

dibatukkan atau dihisap.

- Teknik ini akan membantu

memperbaiki ventilasi udara dan untuk mengeluarkan sekret secara efektif.

- Hidrasi membantu mengurangi

kekentalan sekret dan

mempermudah pengeluaran.

Penggunaan cairan hangat dapat menurunkan spasme bronkus.

- Obat expectoran akan membantu menurunkan kekentalan sekret sehingga sekret lebih mudah untuk  dikeluarkan.

- Obat expectoran dapat diberikan dalam nebulizer.

- Dilakukan bila produksi sekret terlalu banyak dan sulit untuk  dikeluarkan.

c. Gangguan pemenuhan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh  berhubungan dengan anoreksia.

Tujuan: Masukan makanan dan cairan menjadi adekuat dengan kriteria hasil : napsu makan baik dan berat badan kembali normal.

Intervensi Rasional

Mandiri

(16)

8 jam.

- Jumlah makanan yang dikonsumsi setiap kali makan.

- Timbang berat badan pasien setiap seminggu.

- Berikan makan dalam keadaan hangat.

- Berikan makan sedikit tapi sering.

- Menciptakan suasana yang

menyenangkan, lingkungan yang  bebas bau selama waktu pasien

makan.

Kolaborasi :

- Berikan obat penambah napsu makan

- Merujuk pasien ke ahli diet untuk  membantu merencanakan makanan yang akan dikonsumsi, jika setiap  porsi makanan yang dikonsumsi

selalu kurang dari 30%.

- Memberikan terapi intravena sesuai dengan anjuran dan melakukan

tindakan perawatan serta

 pencegahan. Memberikan

dorongan kepada pasien untuk  minum minimal 3 liter per hari,  jika tanpa infus.

kemajuan atau penyimpangan dari tujuan yang diharapkan.

- Makanan hangat dapat

membangkitkan napsu makan. - Makan dengan porsi sedikit dapat

mengurangi resiko sesat pada saat  pasien makan dan resiko mual - Bau-bauan dan pemandangan yang

tidak menyenangkan selama waktu

makan dapat menyebabkan

anoreksia (tidak nafsu makan)

- Membantu meningkatkan napsu

makan pasien.

- Ahli diet merupakan spesialisasi yang dapat membantu pasien

dalam merencanakan makanan

dengan nutrisi sesuai dengan kebutuhan usia, sakitnya dan  pembentukan tubuh.

- Untuk mengatasi masalah dehidrasi karena pasien sering mengurangi masukan cairan akibat mengalami sesak napas,

(17)

d. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan kelemahan fisik.

Tujuan : Perbaikan dalam toleransi aktifitas dengan kriteria hasil  pasien dapat melakukan aktivitasnya secara mandiri tanpa keluhan

sesak.

Intervensi Rasional

- Kaji kemampuan aktivitas yang  bisa dilakukan sendiri dan yang tidak bisa dilakukan sendiri oleh  pasien.

- Libatkan keluarga dalam

memfasilitasi pasien untuk 

aktivitas yang tidak bisa dilakukan sendiri oleh pasien.

- Mempertahankan terapi oksigen tambahan sesuai kebutuhan.

- Memberi dukungan emosional dan semangat.

- Memberi dukungan pasien dalam menegakkan regimen (penuntun)

latihan teratur dengan

menggunakan treadmil dan

exercycle, berjalan atau latihan lainnya yang sesuai, seperti  berjalan perlahan.

- Setelah aktivitas, kaji respons

abnormal untuk peningkatan

aktivitas.

- Pemakaian energi berlebihan dapat dicegah dengan mengatur aktivitas dan memberikan jarak waktu yang cukup untuk pulih diantara waktu aktivitas.

- Keluarga dapat membantu pasien secara mandiri dalam perawatan di rumah.

- Oksigen tambahan meningkatkan kadar oksigen yang bersirkulasi

dan memperbaiki toleransi

aktivitas.

- Rasa takut terhadap kesulitan

 bernapas dapat menghambat

 peningkatan aktivitas.

- Otot-otot yang mengalami

kontaminasi membutuhkan lebih  banyak tambahan oksigen dan  beban tambahan pada paru-paru. Melalui latihan yang teratur,  bertahap, kelompok otot ini menjadi lebih terkondisi dan pasien dapat melakukan lebih banyak  kegiatan tanpa mengalami napas  pendek. Latihan yang bertahap

(18)

e. Gangguan pola tidur berhubungan dengan nyeri. Tujuan : Klien dapat beristirahat dengan cukup.

memutus siklus yang melemahkan ini.

- Intoleransi aktivitas dapat dikaji dengan mengevaluasi jantung, sirkulasi, dan status pernapasan.

Intervensi Rasional

- Kaji penyebab tidak nyenyak tidur. - Bimbing pasien untuk melakukan

relaksasi

- Berikan penghangat(seperti balsem atau obat gosok) dan lakukan massase

- Bimbing pasien untuk melakukan teknik distraksi.

- Libatkan keluarga dalam

memfasilitasi pasien untuk 

aktivitas yang tidak dapat dilakukan sendiri oleh pasien

- Mengetahui kondisi pasien dan tindakan apa yang perlu dilakukan

- Tekhnik relaksasi dapat

melemaskan otot-otot yang terasa nyeri.

- Teknik massase dapat merangsang otot dan memperlancar peredaran darah.

- Teknik distraksi dapat membantu  pasien mengalihkan perhatiannya

terhadaap rasa nyeri.

- Mengurangi kegiatan pasien yang dapat meningkatka rasa nyerinya.

(19)

f. Ansietas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang  penyakit dan tindakan perawat.

Tujuan: Hilangnya rasa takut/kecemasan pasien berkaitan dengan meningkatnya pengetahuan dan pemahaman pasien mengenai  penyakitnya dan rencana tindakan yang diberikan perawat dengan kriteria hasil klien tidak lagi merasa gelisah dan ekspresi wajah rileks.

Intervensi Rasional

- Memberikan pemahaman tentang

 penyakit emfisema:

- Gangguan-gangguan yang terjadi pada saluran pernapasan berhubungan dengan penyakit emfisema

- Penanggulangan yang dilakukan untuk  mengatasi gangguan

- Pemeriksaan-pemeriksaan yang harus dipatuhi untuk mengurangi atau meniadakan gangguan-gangguan.

- Memberikan kesemapatan kepada

 pasien dan orang terdekatnya untuk 

mengekspresikan perasaan dan

harapannya.

- Libatkan keluarga dalam memahami tentang penyakit emfisema

- Setiap informasi yang diberikan, akan

dirasakan pasien membantu

mengurangi kecemasan.

- Membantu kemampuan pasien dalam

mengatasi masalahnya dengan

meninggatkan lingkungan yang nyaman dan mendukung.

- Mengurangi kecemasan keluarga,

sehingga keluarga dapat bekerja sama

dengan perawat dalam tindakan

(20)

5. Evaluasi

a. Menunjukkan perbaikan ventilasi dan oksigenasi jaringan adekuat dengan GDA dalam rentang normal dan bebas gejala distres pernapasan  b. Mempertahankan jalan napas paten dengan bunyi napas bersih/ jelas.

c. Menunjukkan perilaku/perubahan pola hidup untuk meningkatkan dan/atau mempertahankan berat yang tepat.

d. Kemandirian dalam aktivitas perawatan diri.

e. Mendapatkan mekanisme koping yang efektif dan ikut serta dalam  program rehabilisasi paru dan nyeri.

f. Melakukan perubahan pola hidup dan berpartisipasi dalam program  pengobatan.

(21)

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan

Emfisema adalah Penyakit Paru Obstruksi Kronik. Emfisema merupakan akibat kurangnya elastisitas paru dan kerusakan pada alveoli, dimana alveoli menjadi mengembang dan kaku walaupun setelah ekspirasi. Emfisema dapat menyerang pria dan wanita. Emfisema disebabkan oleh :  polusi udara, merokok, genetik dan infeksi saluran pernapasan. Tanda- tanda  penyakit emfisema pada awalnya tidak mudah untuk diketahuai tetapi setelah 30- 40 tahun gejala semakin berat. Gejala yang terlihat yaitu : Batuk, berat  badan menurun, tekanan darah meningkat, kelemahan, napas terengah- engah, dan lain- lain. Penatalaksanaan medis emfisema dengan pemberian obat, terapi oksigen, latihan fisik, rehabilitasi, fisioterapi, dan penatalaksanaan umum.

Masalah keperawatan yang timbul pada emfisema adalah ketidak  efektifan jalan napas,gangguan pertukaran gas, gangguan pemenuhan nutrisi, resiko infeksi, dan ketidaktahuan/ pemenuhan informasi. Sebelum mendapatkan masalah keperawatan, perawat melakukan tindakan pengkajian. Setelah melakukan pengkajian, perawat menganalisa data yang didapat dari  pengkajian tersebut, kemudian didapatkan masalah keperawatan dan tindakan yang akan dilakukan dalam melakukan perawatan. Setelah melakukan tindakan, perawat harus melakukan tindakan akhir yaitu evaluasi. Evaluasi  penting dilakukan untuk memantau tingkat keberhasilan tindakan dan mencegah terjadinya kesalahan yang disebabkan karena ketidaktahuan tindakan yang dilakukan.

B. Saran

Saya menyadari makalah ini kurang sempurna dan banyak kesalahannya, untuk menyempurnakan makalah ini saya sangat berharap bantuan dari se mua  pihak, terutama pembaca untuk menyempurnakan makalah ini. untuk 

(22)

 pembaca saya sarankan untuk mencari referensi yang lainnya, karena referensi yang saya dapatkan masuh sangat terbatas. Atas saran dan kritik  yang membangun tersempurnanya makalah saya ini, saya ucapkan terima kasih.

Referensi

Dokumen terkait

Kondisi ini dapat dibuktikan bahwa keputusan waktu panen lobster ternyata hasilnya tidak dapat selamanya benar dalam hal tidak dapat merubah situasi menjadi lebih baik

Untuk tujuan memastikan sama ada seorang peguam memenuhi tempoh kepakaran guaman yang relevan dan pengalaman yang diperlukan, mana-mana tempoh yang digunakan untuk

Pada penghitungan jumlah rerata sel pulau Langerhans terdapat peningkatan mulai pada pemberian ekstrak buah mahkota dewa 3gr/hari/200gBB yang mampu menaikkan rerata jumlah

Penelitian dengan topik tingkat cemaran unsur radionuklida alam di perairan sekitar kawasan PLTU-batubara ini bertujuan mengkuantifikasi konsentrasi radionuklida alam

Bagian selatan Pulau Sumatera memberikan kenampakan pola tektonik: (1) Sesar Sumatera menunjukkan sebuah pola geser kanan en echelon dan terletak pada 100 ~ 135

Steker atau Staker atau yang kadang sering disebut colokan listrik, karena memang berupa dua buah colokan berbahan logam dan merupakan alat listrik yang yang berfungsi

Penentuan pola dan aturan pada metode Association rule dilakukan dengan menentuka nilai support dan confidence yang dihasilkan dari proses pengonalan pada data